Anda di halaman 1dari 35

TERAPI OKSIGEN

Oleh :
Imam Sandi Pratama (712020005)

Pembimbing
dr. Mayang Indah Lestari, Sp.An (K)
01
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terapi oksigen merupakan terapi yang umum digunakan pada praktik klinis,
yang tentunya diharapkan dapat memberikan efek perbaikan kondisi atau
mendukung proses penyembuhan bagi penerimanya

Pada kondisi normal, manusia mampu menghirup udara atmosfir yang


mengandung sebanyak 21% oksigen

Pemberian oksigen pada pasien-pasien dengan hipoksemia dapat memperbaiki


harapan hidup, hemodinamik paru
02
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Terapi oksigen (O2) merupakan suatu
intervensi medis berupa upaya pengobatan
dengan pemberian oksigen (O2) untuk
mencegah atau memerbaiki hipoksia jaringan
dan mempertahankan oksigenasi jaringan
agar tetap adekuat
Tujuan
• Mengoreksi hipoksemia
• Mencegah hipoksemia
• Mengobati keracunan karbon monoksida (CO)
Indikasi
Indikasi Terapi Oksigen Akut Jangka Pendek
Indikasi
Indikasi Terapi Oksigen Jangka Panjang
Kontraindikasi
● Pasien dengan keterbatasan jalan napas yang berat dengan keluhan utama
dispneu tetapi dengan PaO2 lebih atau sama dengan 60 mmHg dan tidak
mempunyai hipoksia kronis.

● Pasien yang tetap merokok karena kemungkinan prognosis yang buruk dan
dapat meningkatkan risiko kebakaran.

● Pasien yang tidak menerima terapi adekuat.


Hipoksia

Hipoksia adalah keadaan di mana terjadi defisiensi oksigen yang


mengakibatkan kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatif aerob
pada sel.

Penyebab hipoksia berdasarkan mekanismenya, yaitu:


• Hipoksemia arteri
• Berkuranngnya aliran oksigen karena adanya kegagalan tranport
tanpa adanya hipoksemia arteri
• Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan
Jenis hipoksia

Hipoksia Hipoksia Hipoksia


Hipoksia
Hipoksik Anemik Histotoksik
Stagnan
Gejala hipoksia

Sistem Gejala dan Tanda-tanda


Respirasi Sesak nafas, sianosis
Kardiovaskular Curah jantung meningkat, palpitasi, takikardia, aritmia,
hipotensi, angina, vasodilatasi, syok
Sistem saraf pusat Sakit kepala, perilaku yang tidak sesuai, bingung, eforia,
delirium, gelisah, edema papil, koma
Neuromuscular Lemah, tremor, hiperrefleks
Metabolik Retensi cairan dan kalium, asidosis laktat
Teknik
Kriteria yang harus terpenuhi :

1. Mampu mengatur konsentrasi atau fraksi oksigen udara inspirasi (FiO2)


2. Tidak menyebabkan akumulasi CO2
3. Tahanan terhadap pemafasan minimal
4. Irit dan efisien dalam penggunaan oksigen
5. Diterima dan nyaman digunakan oleh pasien
Alat yang digunakan :

I. Sistem fixed performance II. Sistem variable performance


Fraksi oksigen alat ini tidak tergantung kondisi Fraksi oksigen alat ini tergantung aliran oksigen, faktor alat, dan
pasien. kondisi pasien.
a. sistem no capacity (misalnya: nasal kanul, nasal kateter)
Berdasarkan aliran gasnya dibagi menjadi: b. sistem small capacity (misalnya: nasal kanul atau nasal kateter
a. Aliran tinggi (misalnya: sungkup venturi) aliran tinggi sungkup semi~rigid”)
b. Aliran rendah (misalnya: mesin anesthesia) c. sistem large capacity (misalnya: pneumask, polymask)
Berdasarkan ada atau tidaknya hirupan kembali
udara ekspirasi pasien selama terapi oksigen:

2. Sistem rebreathing
1. Sistem nonrebreathing
Pada sistem ini, udara ekspirasi yang ditampung
Pada sistem nonrebreathing, kontak antara
pada kantong penampung yang terletak pada pipa
udara inspirasi dan ekspirasi sangat minimal.
jalur ekspirasi, dihirup kembali setelah CO2 nya
diserap selanjutnya dialirkan kembali ke pipa jalur
inspirasi.
Berdasarkan kecepatan aliran,
cara pemberian oksigen menjadi:

1. Sistem aliran oksigen tinggi 2. Sistem aliran oksigen rendah


Pada sistem ini, alat yang digunakan yaitu Sebagian dari volume tidak berasal dari udara kamar.
sungkup venti/ venturi yang mampu Alat ini memberikan FiO2 21%-90%, teragantung
memberikan aliran total gas yang tinggi dengan dari aliran gas oksigen dan tambahan asesoris seperti
FiO2 yang tetap. kantong penampung.
Alat Terapi Oksigen
Nasal Kanul

Alat ini dapat menjadi alternatif bila tidak terdapat sungkup muka, terutama bagi
pasien yang membutuhkan konsentrasi oksigen rendah oleh karena tergolong sebagai
alat yang sederhana, murah dan mudah dalam pemakaiannya
Alat Terapi Oksigen
Kateter nasal

Alat ini mirip nasal kanul, sederhana, murah dan mudah dalam pemakaiannya. Fraksi
oksigen yang dihasilkan sama seperti nasal kanul.
Alat Terapi Oksigen
Sungkup muka tanpa kantong penampung

Sungkup muka tanpa kantong penampung digunakan untuk menutupi hidung dan mulut.
Tubuh sungkup berfungsi sebagai penampung untuk oksigen (O2) dan karbon dioksida
(CO2) hasil ekspirasi.

Kecepatan Aliran FiO2 nya


(L/menit)
5-6 40%
6-7 50%
7-8 60%
Alat Terapi Oksigen
Sungkup muka dengan kantong penampung

Termasuk kelompok aliran rendah, “large capacity" dan “non rebreathing". Alat ini sama dengan
sebelumnya, hanya ditambah kantong penampung oksigen pada muaranya untuk mcningkatkan
konsentrasi oksigen udara inspirasi atau FiO2. Alat ini digunakan apabila memerlukan FiO2
antara 60-90%.
Alat Terapi Oksigen
Oksigen transtrakeal

Oksigen (O2) transtrakeal dapat mengalirkan oksigen (O2) secara langsung melalui
kateter didalam trakea. Keuntungan dari pemberian O2 transtrakeal yaitu tidak ada
iritasi muka ataupun hidung dengan rata-rata oksigen (O2) yang dapat diterima pasien
mencapai 80-96%.
Alat Terapi Oksigen
Sungkup muka venturi

Alat ini relatif mahal dibandingkan dengan beberapa alat yang telah disebutkan diatas.
Kelebihan alat ini adalah mampu mernberikan FiO2 sesuai dengan yang di kehendaki,
tidak tergantung dari aliran gas oksigen yang diberikan. Tersedia dalam ukuran FiO2
24%, 35%‘ dan 40%.8
Efek samping
1. Depresi nafas
Keadaan ini terjadi pada pasien yang menderita PPOK dengan hipoksia dan hiperkarbia kronik. Pada
pasien PPOK, terapi oksigen di anjurkan dilakukan dengan sistem aliran rendah dan pemberiannya
secara intermiten.

2. Keracunan oksigen
Keracunan oksigen ini terjadi apabila pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi (>6O%) dalam
jangka waktu lama. Akan timbul perubahan pada paru dalam bentuk: kongesti paru, penebalan
membrane alveoli, edema, konsolidasi dan atelektasi.

3. Nyeri substemal
Nyeri substernal dapat terjadi akibat iritasi pada trakea yang menimbulkan trakeitis. Hal ini terjadi
pada pemberian oksigen konsentrasi tinggi dan keluhannya akan lebih hebat lagi apabila oksigen
yang diberikan itu kering (tanpa humidifikasi).
03
LAPORAN KASUS
Laporan Kasus
Seorang laki-laki berusia 78 tahun dibawa ke UGD karena
sesak napas. Anda bertugas sebagai dokter jaga UGD. Pasien masih bisa
diajak berbicara dan menjawab pertanyaan dengan baik namun sesekali
batuk. Laju napas sekitar 28-32 kali/menit dan SpO2 86% dengan udara
bebas. Pasien diketahui perokok berat dan beberapa kali dirawat di rumah
sakit karena keluhan serupa. Bagaimana terapi oksigen yang akan anda
lakukan?
04
PEMBAHASAN
Pembahasan

Semua pasien akut yang datang dengan keluhan sesak nafas harus diperiksa
melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda suatu penyakit akut seperti
pneumonia, emboli paru, atau suatu eksaserbasi dari kondisi kronis seperti PPOK, asma, atau
suatu diagnosis yang spesifik seperti gagal jantung atau efusi pleura masif walaupun sebagian
besar penyebab sesak belum terdiagnosis sampai dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
rontgen maupun EKG.

Penilaian terhadap frekuensi napas dan denyut nadi harus dilakukan dengan
seksama karena takipneu dan takikardi lebih umum ditemukan daripada tanda-tanda sianosis
pada pasien dengan hipoksemia.
Pembahasan

Pada kasus didapatkan bahwa pasien memiliki riwayat sebagai perokok berat.

Merokok merupakan salah satu penyebab utama dari PPOK. Kerja silia akan
terganggu serta fungsi sel-sel makrofag akan menyebabkan inflamasi pada saluran napas,
peningkatan produksi lendir (mucus), destruksi septum alveolar serta fibrosis peribronkial.
Sumbatan mucus dan penyempitan jalan napas menyebabkan udara napas terperangkap
sehingga pasien mengeluh sesak napas.
Pembahasan
Pada pasien PPOK yang mengalami eksaserbasi akut, pemberian terapi oksigen
harus dititrasi untuk memperbaiki hipoksemia pasien dengan target saturasi 88-92%, setelah
terapi oksigen dilakukan maka analisa gas darah harus dilakukan secara berkala untuk
memastikan oksigenasi optimal tanpa disertai retensi karbondioksida atau perburukan asidosis.
Pembahasan

Pada kasus, didapatkan saturasi oksigen pasien adalah 86%.

Pasien yang tidak memiliki risiko gagal napas hiperkapnia dan mengalami sesak
napas akut dengan saturasi O2 dibawah 85% maka terapi oksigen harus dimulai dengan
reservoir mask 15 L/menit. Meski pada kasus saturasi oksigen masih di atas 85%, pemberian
terapi oksigen pada kasus dapat dimulai dengan reservoir mask 15L/menit karena target saturasi
O2 adalah 88-92%. Lalu konsentrasi oksigen dapat diturunkan dan disesuaikan untuk
mempertahankan target saturasi 94-98% bila keadaan pasien sudah stabil (bisa menggunakan
nasal kanul 1-6L/menit atau face mask 5-10 L/menit).
Pembahasan

Penggunaan nasal kanul tidak direkomendasikan pada pasien dengan PPOK


eksaserbasi akut karena FiO2 harus dikontrol dengan ketat, tetapi setelah kondisi pasien stabil
maka pemberian terapi oksigen dengan kanul nasal dan aliran oksigen yang dititrasi sampai
mencapai rentang target saturasi menjadi pilihan yang paling mudah dan nyaman bagi pasien
untuk pemberian oksigen terkontrol.
Pembahasan
Terapi oksigen dihentikan bila pasien secara klinis stabil dalam oksigen
konsentrasi rendah dan saturasi oksigen tetap dalam rentang yang diharapkan pada dua
observasi yang berurutan. Saturasi oksigen pasien harus dicek kembali setelah 5 menit tanpa
terapi oksigen, jika masih tetap dalam rentang yang diharapkan maka lakukan pengecekan
ulang dalam 1 jam. Jika setelah 1 jam saturasi O2 dan klinis pasien tetap baik maka terapi
oksigen bisa dihentikan, tetapi saturasi dan klinis pasien harus tetap di monitor secara berkala
sesuai dengan penyakit yang mendasari.
05
KESIMPULAN
Kesimpulan

Pada kasus dapat diduga pasien mengalami PPOK sehingga terapi oksigen pada
pasien dapat dimulai dengan reservoir mask 15 L/menit. Meski pada kasus saturasi oksigen
masih di atas 85%, pemberian terapi oksigen pada kasus dapat dimulai dengan reservoir mask
15L/menit karena target saturasi O2 adalah 88- 92%. Lalu konsentrasi oksigen kemudian dapat
diturunkan dan disesuaikan untuk mempertahankan target saturasi 94-98% bila pasien sudah
distabilkan (bisa menggunakan nasal kanul 1-6L/menit atau face mask 5-10 L/menit) dan
terapi oksigen bisa dihentikan bila saturasi oksigen tetap stabil pada dua observasi yang
dilakukan tanpa terapi oksigen setelah 5 menit. Selanjutnya lakukan pengecekan ulang dalam
1 jam. Jika saturasi O2 dan klinis pasien tetap baik maka terapi oksigen bisa dihentikan,
dengan tetap memonitor saturasi secara berkala sesuai dengan penyakit yang mendasari.

16
Terimakasih . .

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai