Anda di halaman 1dari 43

TERAPI OKSIGEN &

TATALAKSANA JALAN NAFAS


OLEH:
Ivo Afiani
I11112017
PEMBIMBING:
dr. Dony Siregar, Sp.An

SMF ANESTESIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 1
DR ABDUL AZIZ SINGKAWANG
2017
Pendahuluan
 Oksigen  substansi yg sangan penting dlm kehidupan
manusia & mahluk hidup lainnya

 Oksigen diperlukan untuk pernapasan normal organisme


aerobik

 Oksigen  50% komponen penyusun planet bumi, 21%


komponen udara, 89% komponen air.
2
Penyebab Kematian Sel

1. Hipoksia
2. Trauma
3. Infeksi
4. Reaksi imunologis
5. Gangguan genetika
6. Gangguan nutrisi
3
Terapi (suplementasi) Oksigen
DO2 = CO x O2 content

ventilasi, difusi, perfusi

PAO2 – PaO2 – PatO2

4
Fi O2 >>>
Definisi
Memberikan oksigen (aliran gas) lebih dari 20 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam darah

Tujuan
1. Mengatasi keadaan hipoksemia sesuai dengan hasil analisa gas darah.
2. Mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat.
3. Menurunkan kerja napas (work of breath).
4. Menurunkan kerja jantung untuk mempertahankan oksigen arteri 5
Indikasi
1. Terapi oksigen jangka pendek

- Hipoksemia akut (PaO2 <60mmHg; SaO2 <90%)


- Cardiac arrest dan respiratory arrest
- Hipotensi (TD sistolik <100 mmHg)
- Curah jantung rendah dan asidosis metabolik (bikarbonat <18
mmol/L)
- Respiratory distress (frek napas >24x/menit)

6
2. Terapi oksigen jangka panjang

• Pemberian oksigen secara kontinyu


- PaO2 istirahat <55mmHg atau saturasi O2 <88%
- PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau saturasi O2 89% pada salah satu keadaan:
- Edema karena CHF
- P pulmonal pd pemeriksaan EKG (gel P >3mm pd lead II, III, aVF)
- Eritrosemia (hematokrit >56%)
• Pemberian Oksigen tidak kontinyu
- Selama latihan : PaO2 <55mmHg atau sat O2 <88%
- Selama tidur : PaO2 <55mmHg atau sat O2 <88%dg komplikasi seperti
hipertensi pulmoner, somnolen dan aritmia 7
Kontraindikasi
1. Pasien dengan keterbatasan jalan napas yang berat dengan
keluhan utama dyspnoe, tapi dengan PaO2 diatas 60 mmHg dan
tidak mempunyai hipoksia kronik.
2. Pada pasien yang meneruskan merokok yang kemungkinan
mengalami prognosis buruk dan dapat meningkatkan resiko
toksisitas oksigen.
3. Pasien tidak dapat menerima terapi oksigen yang adekuat.

8
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Berikan oksigen dengan dosis yang tepat sesuai program medis.
2. Metode pemberian disesuaikan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan.
3. Antisipasi efek terapi oksigen pada pasien sesuai dengan waktu pemberian
dan efek pemakaian.
4. Bila menggunakan aliran tinggi dan konsentrasi tinggi gunakan
humidifikasi.
5. Rawat mulut setiap 3-4 jam.
6. Cegah infeksi dengan cara alat yang digunakan harus disposibel, air dan
tabung humidifier harus selalu diganti setiap hari.
7. Monitor hasil analisa gas darah.
9
8. Cegah bahaya kebakaran.
Persiapan Alat
 Sumber oksigen/tabung oksigen.
 Katup pengatur oksigen.
 Regulator oksigen :
- Silinder untuk mengetahui isi tabung
- Flow meter untuk mengatur jumlah oksigen yang
dibutuhkan
- Humidifier untuk melembabkan udara.
10
 Plester
 Kain kasa basah dalam bengkok.
 Gunting
 Kanul binasal
 Sungkup muka sederhana
 Venturi

11
 Sungkup muka rebreathing dengan kantong oksigen.
 Sungkup muka non rebreathing dengan kantong oksigen
 Head box
 CPAP non invasive

12
Alat Suplementasi Oksigen (dasar)

13
Metode pemberian oksigen
A. Sistem Aliran Rendah

 Low Flow Low Consentration

a). Kateter Nasal


 Memberikan oksigen secara kontiyu dengan aliran 1 – 3 liter/
menit dengan konsentrasi 24 – 32 %.
 Dalamnya kateter dari hidung sampai pharing diukur dengan cara
mengukur jarak dari telinga ke hidung.

14
(1). Keuntungan
 Pemberian oksigen stabil
 Pasien bebas bergerak, berbicara, makan atau minum
 Alat murah
(2). Kerugian
 Tidak dapat memberikan oksigen lebih dari 3 liter/menit
 Dapat terjadi iritasi selaput lendir nasopharing
 Kateter mudah tersumbat dengan sekret atau tertekuk
 Tehnik memasukkan kateter agak sulit.
 Pada aliran tinggi terdengar suara dari aliran oksigen pada
nasopharing
15
b). Kanul Nasal
 Memberikan konsentrasi oksigen antara 24 – 44% dengan aliran 1 – 6
liter/menit. Konsentrasi oksigen akan naik 4 % pada tiap kenaikan aliran 1
liter/menit.
(1). Keuntungan
 Pemberian oksigen stabil dengan tidal volume dan laju nafas teratur.
 Baik diberikan dalam jangka waktu lama.
 Pasien dapat bergerak bebas, makan, minum dan berbicara.
 Efisiensi dan nyaman untuk pasien.
(2). Kerugian
 Dapat menyebabkan iritasi pada hidung, bagian belakang telinga tempat
tali binasal
 Konsentrasi oksigen akan berkurang jika pasien bernafas dengan mulut. 16
17
 Low Flow High Concentration
a). Sungkup Muka Sederhana
Merupakan sistem aliran rendah dengan hidung, nasopharing dan
aropharing sebagai penyimpan anatomik. Aliran yang diberikan 5–
8 liter/menit. Konsentrasi oksigen antara 40 – 60 %.
(1). Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
kanul nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui
pemilihan sungkup berlobang besar, mudah digunakan.
(2). Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%,
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. 18
b). Sungkup Muka Dengan Kantong “Rebreathing“

Aliran yang diberikan 8 – 12 liter/menit dengan konsentrasi 60–80%,


udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi 1/3 bagian
volume ekhalasi masuk ke kantong, 2/3 bagian volume ekhalasi melewati
lubang–lubang pada bagian samping.

(1). Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup
muka sederhana, tidak mengeringkan selaput
lendir.

(2). Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi
rendah, jika aliran lebih rendah dapat 19
menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen
bisa terlipat.
c). Sungkup Muka Dengan Kantong “ Non Rebreathing “

Aliran yang diberikan 8–12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen


80 – 100 %, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi, tidak dipengaruhi oleh udara luar.

(1). Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang
diperoleh dapat mencapai 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.
(2). Kerugian
Kantong oksigen bisa terlipat 20
B. Sistem Aliran Tinggi
Suatu tehnik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan
tidak dipengaruhi oleh pernafasan, sehingga dengan tehnik ini
dapat menambahkan konsentrasi oksigen lebih tepat dan teratur.

 High Flow Low Concentration


a). Sungkup Venturi
Prinsip pemberian oksigen dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan
dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit
untuk mengatur suplai oksigen sehingga tercipta tekanan negatif,
akibatnya udara luar diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih
banyak.
Aliran udara pada alat ini sekitar 4 – 14 L/menit dengan konsentrasi 21
30 – 55%.
(1). Keuntungan
• Konsentrasi oksigen yang diberikan
konstan sesuai dengan petunjuk
pada alat dan tidak dipengaruhi
perubahan pola nafas terhadap
FiO2, suhu dan gas dapat dikontrol
serta tidak terjadi penumpukan
CO2.
(2). Kerugian
Kerugian pada sistem ini pada
umumnya hampir sama dengan
sungkup muka yang lain pada aliran
rendah

22
 High Flow High Concentration

(a). Head Box


Aliran gas dalam head box berkisar antara 10 liter permenit. Hal ini
meyakinkan aliran oksigen yang adekuat, mencegah penumpukan
CO2 dan mencegah terjadinya rebreathing CO2 (kembalinya CO2
ke dalam head box)

23
(b). Sungkup CPAP
Continous Positive Airway Pressure adalah sebuah metode
ventilasi dengan pemberian tekanan positif dalam siklus respirasi
untuk napas spontan pasien.

24
Komplikasi Terapi Oksigen

 Hipoventilasi dan CO2 narkose.


 Atelektasis
 Pulmonary oksigen toksisity
 Pada bayi premature terjadi vasokonstriksi pada pembuluh
darah imatur (retina) yang dapat menyebabkan kebutaan.

25
Evaluasi pasien yang menggunakan
oksigen terapi

 Hasil analisa gas darah dalam batas normal


 Tanda-tanda vital sign dalam batas normal

26
Tatalaksana Jalan Napas
ANATOMI
Hubungan jalan napas dan dunia luar didapatkan melalui dua jalan:
Hidung  menuju nasofaring
Mulut  menuju orofaring

27
OBSTRUKSI JALAN NAPAS
Pasien tidak sadar / dalam keadaan teranestesi posisi terlentang:
 tonus otot jalan napas atas &otot genioglossus hilang
 lidah menyumbat hipofaring
 terjadi obstruksi jalan napas total /parsial

TANDA-TANDA OBSTRUKSI JALAN NAPAS


 Stridor
 Napas cuping hidung
 Retraksi trakhea
 Retraksi dinding dada 28
 Tidak terasa ada udara ekspirasi
Pembukaan Jalan Napas
Head tilt – chin lift

• Jalan napas pasien tidak


sadar sering tersumbat
Jaw thrust
Tripple airway manouvre

29
MACAM-MACAM ALAT PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS

 Jalan Napas Faring


 NPA (naso-pharyngeal airway)
 OPA (oro-pharyngeal airway)

 Sungkup Muka
 Sungkup Laring
 Pipa Trakhea
 Laringoskopi dan Intubasi
30
Oropharyngeal Airway
-- bentuk pipa gepeng lengkung seperti huruf C
berlubang di tengahnya dengan salah satu
ujungnya bertangkai dengan dinding lebih keras
-- OPA juga dipasang bersama pipa trakhea atau
sungkup laring utk menjaga patensi kedua alat
tsbt dari gigitan pasien

31
…oropharyngeal airway

Indikasi : Komplikasi
• Napas spontan • Obstruksi total jalan nafas
• Tidak ada reflek muntah • Laringospasme 32
• Muntah
Nasopharyngeal Airway
NPA:berbentuk pipa bulat berlubang tengahnya
dibuat dari bahan karet lateks lembut.
Pemasangan harus hati-hati dan untuk
menghindari trauma mukosa hidung pipa diolesi
dengan jelly.

Indikasi :
• Napas spontan
• Ada reflek muntah
33
• Kesulitan dg OPA
Sungkup Muka
• Mengantar udara/gas anastesi dari
alat resusitasi atau sistem anastesi
ke jalan napas pasien.
• Bentuk beragam tergantung usia
dan pembuatnya.
• Ukuran 03:bayi baru lahir, 02, 01,
1:anak kecil, 2, 3:anak besar, 4,
5:dewasa.

34
Sungkup Laring
• Alat jalan napas berbentuk sendok terdiri dari
pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai
sendok yang pinggirnya dapat dikembang-
kempiskan seperti balon pada pipa trakea.
• Tangkai dpat berupa pipa keras dari polivinil
atau lembek dengan spiral untuk menjaga
supaya tetap paten.

Dikenal 2 sungkup laring:


1. Sugkup laring standar dengan 1 pipa napas
2. Sungkup laring dengan 2 pipa yaitu 1 pipa
napas standar dan 1 pipa tambahan yang ujung 35
distalnya berhubungan dengan esofagus
Pipa Trakea
• Pipa trakea mengntar gas anastetik
langsung kedalam trakea dan
biasanya dibuat dari bahan standar
polivinil-klorida.
• Untuk bayi anak digunakan tanpa
cuff, dan untuk anak besar-dewasa
dengan cuff supaya tidak bocor.
• Pipa trakea dapat dimasukkan
melalui mulut(orotracheal tube)
atau melalui hidung(nasotracheal
tube).
36
Pipa trakea dan peruntukannya
Usia Diameter(mm) Skala French Jarak Sampai Bibir

Prematur 2.0-2.5 10 10 cm
Neonatus 2.5-3.5 12 11 cm
1-6 bulan 3.0-4.0 14 11 cm
½-1 tahun 3.5-4.5 16 12 cm
1-4 tahun 4.0-5.0 18 13 cm
4-6 tahun 4.5-5.5 20 14 cm
6-8 tahun 5.0-5.5* 22 15-16 cm
8-10 tahun 5.5-6.0* 24 16-17 cm
10-12 tahun 6.0-6.5* 26 17-18 cm
12-14 tahun 6.5-7.0 28-30 18-22 cm
Dewasa wanita 6.5-8.5 28-30 20-24 cm 37

Dewasa pria 7.5-10.0 32-34 20-24 cm


Laringoskopi
• Alat yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya dapat
memasukkan pipa trakea dengan baik dan benar.
• Ada 2 laringoskop:
1. Bilah, daun(blade) lurus(Macintosh) untuk bayi-anak-dewasa
2. Bilah lengkung(Miller,Magill) untuk anak besar-dewasa.

38
Intubasi Trakea
• Tindakan memasukkan pipa trakea ke
dalam trakea melalui rima glotis
sehingga ujung distalnya berada kira-
kira dipertengahan trakea antara pita
suara dan bifurkasio trakea

39
 Indikasi:  Kesulitan:
1. Menjaga patensi jalan napas 1. Leher pendek berotot
oleh sebab apapun 2. Mandibula menonjol
2. mempermudah ventilasi positif 3. Maksila/gigi depan menonjol
dan oksigenasi 4. Uvula tak terlihat(Mallapati 3
atau 4)
3. Pencegahan terhadap aspirasi
5. Gerak sendi temporo-
dan regurgitasi
mandibular terbatas
6. Gerak vertebra servikal
terbatas

40
Komplikasi:
• Selama intubasi: Setelah intubasi:
1. Trauma gigi-geligi 1. Spasme laring
2. Laserasi biir, gusi, laring 2. Aspirasi
3. Merangsang saraf 3. Gangguan fonasi
simpatis(hipertensi- 4. Edema glotis-subglotis
takikardi) 5. Infeksi laring, faring, trakea
4. Intubasi bronkus
5. Intubasi esofagus
6. Aspirasi
7. Spasme bronkus 41
Ekstubasi
• Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika: intubasi
kembali akan menimbulkan kesulitan, pasca ekstubasi ada resiko
aspirasi
• Ekstubasi dikerjakan umumnya pada anastesia sudah ringan
dengan catatan tidak akan terjadi spasme laring
• Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut, laring, faring dari
sekret dakn cairan lainnya

42
TERIMAKASIH

43

Anda mungkin juga menyukai