a. Gagal napas akibat sumbatan jalan napas, depresi pusat napas, penyakit saraf otot,
trauma thorax atau penyakit pada paru
d. Peningkatan kebutuhan jaringan terhadap oksigen : luka bakar, multiple trauma, infeksi
berat, penyakit keganasan
• Sistem rebreathing
Pada sistem ini, udara ekspirasi yang ditampung pada kantong penampung yang terletak
pada pipa jalur ekspirasi, dihirup kembali setelah CO2 nya diserap oleh penyerap CO2
selanjutnya dialirkan kembali ke pipa jalur inspirasi.
• Sistem nonrebreathing
Pada sistem nonrebreathing, kontak antara udara inspirasi dan ekspirasi sangat minimal.
Udara ekspirasi langsung keluar ke atmosfer melalui katup searah yang dipasang pada
hubungan antara pengalir gas dengan mulut atau hidung pasien.
Klasifikasi berdasarkan jangka pemberian
Pada sistem arus rendah, sebagian dari volume tidal berasal dari udara kamar. Alat ini
memberikan fraksi oksigen (FiO2) 21%-90%, tergantung dari aliran gas oksigen dan
tambahan asesoris seperti kantong penampung.
Alat-alat yang umum digunakan dalam sistem ini adalah: nasal kanul, sungkup muka
tanpa atau dengan kantong penampung dan oksigen transtrakeal. Alat ini digunakan
pada pasien dengan kondisi stabil, volume tidalnya berkisar antara 300-700 ml pada
orang dewasa dan pola napasnya teratur.
Nasal Kanul
• Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke
nasofaring dengan aliran 1-6 liter/ menit dengan
fraksi oksigen antara 24-44%.
• Keuntungan : nyaman
• Kedua jenis sungkup muka ini sangat dianjurkan penggunaannya pada pasien-
pasien yang membutuhkan terapi oksigen oleh karena infark miokard dan
keracunan karbon monoksida
Sungkup muka dengan kantong penampung
Oksigen Transtrakeal
• Keuntungan : tidak ada iritasi muka ataupun hidung dengan rata-rata oksigen yang
dapat diterima pasien mencapai 80-96%.
• Kerugian : biayanya yang tergolong tinggi dan resiko terjadinya infeksi lokal.
Oksigen Transtrakeal
Klasifikasi berdasarkan cara pemberian
a. Sistem arus tinggi
Terdapat dua indikasi klinis untuk penggunaan terapi oksigen dengan arus tinggi,
diantaranya adalah pasien dengan hipoksia yang memerlukan pengendalian fraksi
oksigen dan pasien hipoksia dengan ventilasi yang abnormal.
Hal ini sangat bermanfaat untuk dapat mengirimkan secara akurat konsentrasi oksigen
rendah sekitar 24-35% dengan arus tinggi, terutama pada pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) dan gagal napas tipe II dimana dapat mengurangi resiko
terjadinya retensi karbon dioksida sekaligus juga memperbaiki hipoksemia.
Venturi Mask
• Pada sistem arus tinggi, adapun alat yang digunakan yaitu sungkup venturi yang
mempunyai kemampuan menarik udara kamar pada perbandingan tetap dengan
aliran oksigen sehingga mampu memberikan aliran total gas yang tinggi dengan
fraksi oksigen yang tetap.
• Keuntungan : fraksi oksigen yang diberikan stabil serta mampu mengendalikan suhu
dan humidifikasi udara inspirasi
• Kekurangan : mahal dan harus mengganti seluruh alat apabila ingin mengubah
fraksi oksigen dan tidak nyaman bagi pasien.
Venturi Mask
Fraksi Oksigen
Fraksi Oksigen
Pemilihan Suplementasi Oksigen
Pedoman Pemberian
• Tentukan status oksigenasi pasien dengan pemeriksaan klinis, analisa gas
darah dan oksimetri.
• Selalu perhatikan terjadinya efek samping dari terapi oksigen yang diberikan
Efek Samping
• Sistem respirasi
Depresi nafas, keracunan oksigen, nyeri substernal
• Mata
pada bayi prematur, hiperoksia menyebabkan kerusakan pada retina akibat
proliferasi pembuluh darah disertai perdarahan dan fibrosis
Risiko jangka panjang
• Fisik
Luka lecet pada hidung dan wajah, kulit kering
• Fungsional
Hipoventilasi
• Sitotoksik
Pemberian oksigen dapat menyebabkan kerusakan struktural pada paru.
Kesimpulan
Terapi oksigen adalah pengobatan dengan pemberian oksigen untuk mencegah atau
memperbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap
adekuat. Pemahaman mengenai indikasi, tujuan, teknik, alat, pedoman pemberian, efek
samping terapi oksigen sangat penting bagi praktik klinis sehari-hari.
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka
1. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed. London: Elsevier; 2018.
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, K MS, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed.
Jakarta: Interna Publishing; 2014.
3. Mangku G, Senapathi TGA. Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.
4. Janisse R. Oxygen Therapy : Clinical Best Practice Guideline. Ontario: College of Respiratory
Therapists of Ontario; 2022.
5. British Thoracic Society Emergency Oxygen Guideline Development Group. BTS Guideline for
Oxygen Use in Adults in Healthcare and Emergency Settings. Thorax. 2017;72(1).
6. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. 7th ed. New
York City: McGraw Hill; 2022.
7. Miller RD. Miller’s Anesthesia. 9th ed. London: Elsevier; 2019.
8. American College of Chest Physicians. Complete Guide to Oxygen Therapy. New York City: CHEST
Foundation; 2021.
9. Weekely MS, Bland LE. Oxygen Administration. Florida: StatPearls Publishing; 2022.
10. Beasley R, Chien J, Douglas J, Farah C, King G. Oxygen Guidelines for Acute Oxygen Use in Adults.
The Thoracic Society of Australia and New Zealand; 2015.