MATA
Pembimbing: dr. Astrid Chairini Chairi, Sp.M
● Hipermetropi sumbu
Pada hipermetropia sinar jatuh
● Hipermetropi kurvatur
dibelakang makula lutea. ● Hipermetropi refraktif
TINGKAT
TINGKAT
● Hipermetropi ringan
Spheris 0.25 dioptri s.d +3.00
● Hipermetropi sedang
Spheris +3.25 dioptri s.d +6.00 dioptri
● Hipermetropi tinggi
s.d > +6.35
GEJALA
1. Penglihatan dekat kabur ● Akomodasi terus menerus → lelah
→ astenea akomodatif → mata
2. Penglihatan jauh kabur
konvergensi —> juling
3. Sakit kepala ● Usia 40 tahun → penurunan
akomodasi → presbiopia
4. Silau ● Mata hipermetropia → sulit lihat
5. Penglihatan ganda objek → ambliopia ke arah
temporal
TATA LAKSANA
● Koreksi hipermetropia manifes tanpa sikloplegia → lensa positif agar
ketajaman 6/6
● Juling → koreksi hipermetropi total Eksoforia → koreksi positif kurang
Digunakan koreksi maksimal
● Pada anak2 → digunakan sikloplegik
ASTIGMATISME
DEFINISI
● Merupakan kelainan refraksi mata,
dimana berkas sinar tidak difokuskan
pada satu titik dengan tajam pada
retina, melainkan ada 2 garis titik api
yang saling tegak lurus.
● Pada mata dengan astigmat
lengkungan jari-jari meridian yang
tegak lurus padanya +
● Dibagi menjadi 2, yaitu regular dan
iregular
ETIOLOGI & GEJALA KLINIS
ETIOLOGI GEJALA KLINIS