Anda di halaman 1dari 27

REFRAKSI

MATA
Pembimbing: dr. Astrid Chairini Chairi, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN MATA RUMAH


SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
PERIODE 21 NOVEMBER - 24 DESEMBER 2022
PEMERIKSAAN
REFRAKSI
PEMERIKSAAN REFRAKSI
● Objektif : Retinoskopi, Autorefractometer, Keratometer
● Subjektif : Snellen Chart, Trial and Error lens
Snellen
Chart
TRIAL AND ERROR
a. Emetropia → suatu keadaan mata normal
dimana sinar yang sejajar atau jauh
difokuskan oleh sistem optik mata tepat pada
daerah makula (pusat penglihatan) tanpa
akomodasi.

b. Ametropia → suatu keadaan abnormal mata


karena kelainan refraksi, bisa dalam bentuk
miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun
dekat), dan astigmatisme (silinder).
MIOPIA
DEFINISI
Keadaan refraksi mata dimana
dalam keadaan istirahat (tanpa
akomodasi), seberkas cahaya
sejajar yang berasal dari objek
yang terletak jauh tak terhingga
akan difokuskan pada satu titik
fokus di depan retina.
JENIS MIOPIA
DERAJAT BERAT ETIOLOGI

● Miopia ringan: (s/d -3.00 ● Miopia aksial: panjangnya


dioptri) sumbu bola mata, dengan
● Miopia sedang: (-3.00 s/d kelengkungan kornea dan
-6.00 dioptri) lensa yang normal.
● Miopia tinggi: (> -6.00 ● Miopia refraktif:
dioptri) bertambahnya indeks bias
media penglihatan
MANIFESTASI KLINIS
● Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman apabila melihat
dekat
● Memicingkan mata agar melihat lebih jelas
● Timbulnya keluhan yang disebut astenopia konvergensi karena
pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang
dekat
TATA LAKSANA
KOREKSI NON BEDAH KOREKSI BEDAH

Kacamata sferis negatif terkecil yang ● Fotorefraktif Keratektomi (PRK)


memberikan ketajaman penglihatan ● Laser in situ Keratomileusis
(LASIK)
maksimal agar memberikan istirahat
● Penanaman lensa intraokular
mata dengan baik sesudah dikoreksi ● Refractif Lens Exchange
HIPERMETROPI
DEFINISI, KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
DEFINISI KLASIFIKASI

Hipermetropi atau rabun dekat ● Hipermetropi kongenital


● Hipermetropi simpel
merupakan keadaan gangguan
● Hipermetropi didapat
pembiasan mata dimana sinar sejajar
jauh tidak cukup dibiaskan sehingga
cahaya jatuh dibelakang retina. ETIOLOGI

● Hipermetropi sumbu
Pada hipermetropia sinar jatuh
● Hipermetropi kurvatur
dibelakang makula lutea. ● Hipermetropi refraktif
TINGKAT
TINGKAT

● Hipermetropi ringan
Spheris 0.25 dioptri s.d +3.00
● Hipermetropi sedang
Spheris +3.25 dioptri s.d +6.00 dioptri
● Hipermetropi tinggi
s.d > +6.35
GEJALA
1. Penglihatan dekat kabur ● Akomodasi terus menerus → lelah
→ astenea akomodatif → mata
2. Penglihatan jauh kabur
konvergensi —> juling
3. Sakit kepala ● Usia 40 tahun → penurunan
akomodasi → presbiopia
4. Silau ● Mata hipermetropia → sulit lihat
5. Penglihatan ganda objek → ambliopia ke arah
temporal
TATA LAKSANA
● Koreksi hipermetropia manifes tanpa sikloplegia → lensa positif agar
ketajaman 6/6
● Juling → koreksi hipermetropi total Eksoforia → koreksi positif kurang
Digunakan koreksi maksimal
● Pada anak2 → digunakan sikloplegik
ASTIGMATISME
DEFINISI
● Merupakan kelainan refraksi mata,
dimana berkas sinar tidak difokuskan
pada satu titik dengan tajam pada
retina, melainkan ada 2 garis titik api
yang saling tegak lurus.
● Pada mata dengan astigmat
lengkungan jari-jari meridian yang
tegak lurus padanya +
● Dibagi menjadi 2, yaitu regular dan
iregular
ETIOLOGI & GEJALA KLINIS
ETIOLOGI GEJALA KLINIS

● Poligenetik/polifaktorial. ● Penglihatan kabur saat melihat


● Kelainan kornea (90%) dekat/jauh
● Perubahan lengkung kornea dengan ● Objek tampak berbayang
atau tanpa pemendekan diameter (manifestasi diplopia monokular)
anteroposterior ● Mata cepat lelah (astenopia)
● Kelainan lensa → katarak insipien
atau imatur
KLASIFIKASI
ASTIGMATISME REGULER ASTIGMATISME IREGULER

Astigmat yang memperlihatkan kekuatan Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2


pembiasan bertambah atau berkurang meridian saling tegak lurus. Dapat terjadi
perlahan-lahan secara teratur dari satu karena kelengkungan kornea pada
meridian ke meridian berikutnya. meridian yang sama berbeda, sehingga
Bayangan yang terjadi dapat berbentuk bayangan menjadi iregular.
garis, lonjong, atau lingkaran.
KLASIFIKASI
● Astigmatisme simpleks
○ Astigmatisme miopi simpleks
○ Astigmatisme hipermetropi simpleks
● Astigmatisme kompositus
○ Astigmatisme miopi kompositus
○ Astigmatisme hipermetropi kompositus
● Astigmatisme mikstus
PRESBIOPI
DEFINISI
● Keadaan refraksi mata, dimana punctum proximum berada jauh
sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca dan
menjahit sukar dilakukan
● Keadaan fisiologis, terjadi pada setiap mata, dan tidak dianggap
sebagai penyakit
● Di Indonesia, terjadi mulai usia 40 tahun
ETIOLOGI & GEJALA KLINIS
ETIOLOGI GEJALA KLINIS

● Kelemahan otot akomodasi ● Keluhan dirasakan saat penglihatan


● Lensa mata tidak kenyal atau dekat, co: membaca
berkurang elastisitasnya akibat ● Jika tidak dikoreksi, akan
sklerosis lensa menimbulkan tanda astenopia, mata
sakit, lakrimasi, dan sering terasa
pedas
KOREKSI
Jarak baca normal adalah 33 cm → adisi +3 dioptri adalah lensa positif
terkuat yang dapat diberikan. Dalam hal ini, mata tidak melakukan
akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca
terletak pada titik api lensa +3.00 dioptri sehingga sinar yang
dikeluarkan sejajar
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai