Anda di halaman 1dari 57

Clinical Science Session

KELAINAN REFRAKSI
Dwi Fitria Nova
M. ihsan
Farah nadya arvelina
Hanggia
Preseptor : dr. Hidayat Sp.M (K)
01 02
Latar Belakang Tinjauan Pustaka

03 04
Laporan Kasus Diskusi
01
Latar Belakang
Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana
bayangan tegas tidak dibentuk pada retina
(macula lutea)

ketidakseimbangan sistem optik pada mata


sehingga menghasilkan bayangan kabu
Pada kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan
tepat pada makula lutea, tetapi dapat di
depan atau dibelakang makula.
Epidemiologi

Menurut Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK), penyebab


lain kebutaan dan gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi
dengan prevalensi 22,1% dari total populasi, dan sebanyak 15% di
antaranya diderita oleh nak usia sekolah (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2012).
KELAINAN REFRAKSI

astigmat
• miopia Hipermetropi
Batasan Tujuan Metode
Masalah Penulisan Penulisan

Kelainan Refraksi Menambah pengetahuan Diskusi dan tinjauan pustaka


mengenai Kelainan Refraksi yang merujuk dari berbagai
literatur
02
Tinjauan
Pustaka
Anatomi Mata
MEDIA REFRAKSI

• Kornea
• COA
• Pupil
• COP
• Lensa
• Corpus vitreus
Kelainan Refraksi
 Emetrop :
 Ametropia :
 Tanpa akomodasi,
 Keadaan dimana terdapat
sinar sejajar yang kelainan pembiasan sinar
datang ke mata akan oleh karena kornea atau
dibiaskan tepat di adanya perubahan
fovea sentralis dari panjang bola mata,
sehingga sinar normal
retina tidak dapt terfokus ke
macula.
MIOPIA

Terjadi jika kornea (terlalu


cembung) dan lensa
(kecembungan kuat)
berkekuatan lebih atau
bola mata terlalu panjang
sehingga titik fokus sinar
yang dibiaskan akan
terletak di depan retina.
• Miopia Refraktif
Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat)
• Miopia Aksial
Diameter anteroposterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih
panjang
• Miopia Indeks
Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
mellitus
• Miopia karena perubahan posisi
cth: posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi glaukoma
Klasifikasi Miopia

Menurut derajat beratnya


• Mipoia ringan Menurut perjalanan
penyakitnya
(sampai 3 dioptri)
• Miopia
• Miopia sedang (3 -
statisioner/simpleks
6 dioptri) • Miopia progresif
• Miopia berat ( lebih • Miopia malignant
dari 6 dioptri)
Manifestasi Klinik Miopia
 Objektif :
Manifestasi klinik ( subjektif ):
 Bilik mata depan dalam
1. Penglihatan jauh kabur, lebih jelas karena otot akomodasi tidak
dan nyaman apabila melihat dekat dipakai.
karena membutuhkan akomodasi yang
lebih kecil daripada emetrop.
 Pupil lebar (midriasis) karena
kurang berakomodasi.
2.Kadang seakan melihat titik-titik
seperti lalat terbang karena degenerasi  Mata agak menonjol pada
vitreus. miopi tinggi.

3.Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat  Pada pemeriksaan


mengantuk (merupakan gejala oftalmoskopi, retina dan
asthenophia). koroid tipis disebut fundus
tigroid.
4.Memicingkan mata agar melihat lebih
jelas agar mendapat efek pin-hole.
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
 Visus dasar utk melihat jauh
 Visus dengan pinhole untuk
mengetahui apakah penglihatan
yang buram disebabkan
kelainan refraksi atau kelainan
anatomi
 Metode “trial and error”, snellen
chart dan lensa sferis negatif
sampai didapatkan visus 6/6

3. Pemeriksaan penunjang
 Funduskopi
 Auto refraktometer
PENATALAKSANAAN MIOPIA
● Koreksi non bedah
○ Kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal agar
memberikan istirahat mata
dengan baik sesudah dikoreksi

● Koreksi bedah
○ Fotorefraktif Keratektomi
(PRK)

○ Laser in situ Keratomileusis


(LASIK)

○ Keratomi Radikal
KOMPLIKASI MIOPIA
● Ablasio retina

● Strabismus/ mata juling


Hipermetropia

Keadaan mata tak


berakomodasi yang
memfokuskan bayangan
dibelakang retina . Hal ini
dapat disebabkan oleh
berkurangnya panjang
sumbu atau menurunnya
indeks refraksi.
Manifestasi Klinik Hipermetropia
 Gejala subyektif
 Penglihatan kabur bila melihat dekat dan jauh
 Astenopia akomodativa : sakit kepala, mata cepat lelah,
cepat mengantuk sesudah membaca dan menullis

 Gejala obyektif
 Terjadi strabismus
 COA dangkal, karena hipertofi otot-otot siliaris
 Ambliopia pada mata yang tanpa akomodasi; tidak pernah
melihat obyek dengan baik
Diagnosis Hipermetropia
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
○ Visus dasar dengan snellen chart, visus dengan
pinhole
○ Refraksi subyektif dengan cara trial and error
3. Pemeriksaan penunjang
○ Funduskopi
○ Refraktometer
BENTUK HIPERMETROPIA
● Hipermetropia Laten
● Hipermetropia Manifest

○ Hipermetropia Absolut

○ Hipermetropia Fakultatif
● Hipermetropia Total
Tatalaksana Hipermetropia
 Non bedah
 Koreksi dengan lensa sferis terbesar yang memberikan visus
terbaik dan dapat melihat dekat yanpa kelelahan
 Tidak diperlukan lensa sferis positif pada hipermetropia rinagn,
tidak ada astenopia akomodatif, tidak ada strabismus
 Bedah
 LASIK (Laser in situ keratomileusis)
 LASEK (Laser sebepithelial keratomileusis)
 PRK
Komplikasi Hipermetropia
● Strabismus (Esotropia)

● Glaukoma sekunder
Astigmatisme
Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar
cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada semua
meridian dan berkas cahaya difokuskan pada 2
garis titik yang seling tegak lurus akibat kelainan
kelengkungan kornea.
Astigmatisme
Klasifikasi Astigmatisme
● Astigma dapat terjadi dengan kombinasi kelainan
refraksi yang lain termasuk:
1. Miopia : bila kurvatura kornea selalu melengkung atau
jika aksis mata lebih panjang dari normal. Bayangan
terfokus didepan retina dan menyebabkan objek dari jauh
terlihat kabur

2. Hipermetropia : ini terjadi jika kurvatura kornea terlalu


sedikit atau aksis mata lebih pendek dari normal.
Bayangan terfokus dibelakang retina dan menyebabkan
objek dekat terlihat kabur
Klasifikasi Astigmatisme
 Bentuk Astigmatisme:
1. Astigmatisme reguler :
 astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan
bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur
dari satu meridian ke meridian berikutnya.
 Dibedakan atas Astigmat ‘with the rule’ dan Astigmat
‘against the rule’
ASTIGMATISME AGAINST THE RULE
Suatu kondisi dimana meridian horizontal mempunyai
kurvatura yang lebih kuat (melengkung) dari meridian vertikal.
Astigmatisma jenis ini dapat dikoreksi dengan +axis 180 atau
-axis 90.
ASTIGMATISME WITH RULE

Jika meredian vertikal memiliki daya bias lebih kuat daripada meredian
horizontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl- pada axis vertikal atau Cyl+
pada axis horizontal. Dimana meredian vertikal mempunyai kurvatura yang lebih
kuat (melengkung) dari meredian horizontal.
Disebut with the rule karena mempunyai kesamaan dengan kondisi mata normal mata
mempunyai kurvatura vertikal lebih besar oleh karena penekanan oleh kelopak mata.
Astigmatisma ini dapat dikoreksi - axis 180 atau +axis 90
2 stigmatisme irreguler :
 Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian yang saling tegak lurus
Klasifikasi Astigmatisme
● Klasifikasi astigmatisme dilihat dari kondisi optik:

1. Simple hypermetropia astigmatism

2. Simple myopia astigmatism

3. Compound hypermetropia astigmatism

4. Compound miopic astigmatism

5. Mixed astigmatism
klasifikasi
1. Astigmatisma hipermetropikus simpleks, satu meridian
utamanya emetropik, meridian yang lainnya hipermetropik.

2. Astigmatisma miopikus simpleks, satu meridian utamanya


emetropik, meridian lainnya miopi

3. Astigmatisma hipermetropikus kompositus, kedua meridian utama


hipermetropik dengan derajat berbeda.

4. Astigmatisma miopikus kompositus, kedua meridian utamanya


miopik dengan derajat berbeda

5. Astigmatisma mikstus, satu meridian utamanya hipermetropik,


meridian yang lain miopik.
Manifestasi Klinik Astigmatisme
 Manifestasi klinik:
1. Distorsi bagian-bagian
lapang pandang
2. Tampak garis vertikal,
horizontal atau miring
yang tidak jelas
3. Memegang bahan
bacaan dari dekat
4. Sakit kepala, mata
berair dan cepat lelah
5. Memiringkan kepala
agar dapat melihat
jelas
Diagnosis Astigmatisme
• Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda astigmatisme
• Pemeriksaan Oftalmologi
a. Visus ( snellen chart)
b. Refraksi
 Subjektif : kartu astigmatisme
 Objektif : keratometer, keratoskop, dan videokeratoskop
c. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi
d. Pemeriksaan umum mata :
 reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, 27 penglihatan warna,
tekanan intraokular, pemeriksaan segmen anterior dan
posterior
Penatalaksanaan Astigmatisme
 Penatalaksanaan non bedah: dapat dikoreksi
dengan sferis silindris sesuai aksis yang
didapatkan, untuk astigmatisme yang kecil
tidak perlu dikoreksi. Untuk astigmatisme
miopi, diperlukan lensa silinder negatif,
untuk astigma hipermetropi diguunakan
lensa silinder positif.
 Astigma juga dapat dikoreksi dengan
keratektomi, fotorefraktif, dan LASEK
Pemeriksaan
Refraksi Mata
● PEMERIKSAAN REFRAKSI  pemeriksaan yang
bertujuan untuk memperoleh ketajaman penglihatan
yang setinggi-tingginya dengan menggunakan lensa.

● 2 CARA PEMERIKSAAN REFRAKSI :

1. Cara obyektif (tidak


memerlukan tanggapan pasien)
contohnya dengan menggunakan
oftalmoskop, retinoskop dan
keratometer

2. Cara subyektif (yang


memerlukan tanggapan pasien)
seperti menggunakan optotipe
dari snellen dan trial lens
1. METODE TRIAL AND ERROR

Frame Holder Phoropter


Metode trial and error...
Metode trial and error...
Metode trial and error...
Metode trial and error...
Metode trial and error...
Metode trial and error...
2. RETINOSCOPY

Retinoskopi ada 2 macam:


1. Spot Retinoscopy

2. Streak Retinoscopy
RETINOSKOPI...

Working distance
RETINOSKOPI...
RETINOSKOPI...
RETINOSKOPI...
Apabila jarak kerja 1 m maka:
1. Bila tidak ada pergerakan maka
diindikasikan adanya miopia 1,00 D
2. Bila “with the movement”
mengindikasikan emetropia, atau
hipermetropia atau miopia kurang dari
1,00 D (Koreksi dengan lensa +)
3. Bila “againts the movement”
mengidentifikasikan miopia lebih dari
1,00 D (Koreksi dengan lensa -)
3. DUOCHROME TEST
● Duochrome Test / Uji keseimbangan hijau dan merah adalah
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui sudah terdapatnya
penglihatan atau koreksi kacamata yang sesuai dari mata yang
diperiksa
Teknik Duochrome Test

● Pasien duduk dengan satu mata ditutup, pada jarak 6


meter dari kartu merah hijau
● pasien diminta melihat kartu merah hijau dan
megatakan huruf diatas warna apa yang tampak lebih
jelas
● hal yang sama juga dilakukan pada mata yang lainnya
Penilaian Duochrome Test
Points to remember
● Because this test is based on cromatic abberration and not on color
discrimination, it is used even with people having COLOR VISION
DEFICIENCY
● The duochrome test is not used with patients whose visual acuity is
worse than 20/30 (6/9)
4. AUTO REFRAKTO KERATOMETER (ARK)
Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui kelainan refraksi
mata dan kelengkungan kornea untuk pemasangan lensa
untuk membantu pengelihatan pasien menjadi lebih baik.

1. Pasien duduk di kursi yang sudah disiapkan di depan alat


ARK
2. Pasien diminta meletakkan dagu dan dahi di tempat yang
sudah disediakan pada alat
3. Pasien diminta melihat kedepan dan menahan mata tanpa
berkedip beberapa detik
4. Pemeriksaan selesai, otomatis printout hasil akan keluar
dari alat
Pembuatan Resep Lensa oleh Dokter
Umum
Pembuatan Resep Lensa oleh Dokter
Umum
KESIMPULAN
● Pemeriksaan refraksi adalah pemeriksaan yang bertujuan
untuk memperoleh ketajaman penglihatan dengan
menggunakan lensa. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengukur resep seseorang untuk kacamata atau lensa
kontak.
● Ada 2 cara pemeriksaan refraksi yaitu yaitu cara obyektif
(tidak memerlukan tanggapan pasien) contohnya dengan
menggunakan oftalmoskop, retinoskop dan keratometer
sedangkan cara subyektif (yang memerlukan tanggapan
pasien) seperti menggunakan optotipe dari snellen dan trial
lens.
● Contoh kelainan refraksi pada mata adalah miopia,
hipermetropia, astigmatisme.
DAFTAR PUSTAKA

● Ilyas Sidartha. 2009. Dasar-teknik Pemeriksaan Dalam


Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
● James Bruce, Chris Chew, Anthony Bron. 2006. Lecture
Notes: Oftalmology edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga.
● Vaughan Daniel G, Taylor Asbury, Paul R.E. 2000.
Oftalmologi Umum edisi 14. Jakarta: Penerbit Widya
Medika.
● Wijana Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi
Tegal.

Anda mungkin juga menyukai