KELAINAN REFRAKSI
Dwi Fitria Nova
M. ihsan
Farah nadya arvelina
Hanggia
Preseptor : dr. Hidayat Sp.M (K)
01 02
Latar Belakang Tinjauan Pustaka
03 04
Laporan Kasus Diskusi
01
Latar Belakang
Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana
bayangan tegas tidak dibentuk pada retina
(macula lutea)
astigmat
• miopia Hipermetropi
Batasan Tujuan Metode
Masalah Penulisan Penulisan
• Kornea
• COA
• Pupil
• COP
• Lensa
• Corpus vitreus
Kelainan Refraksi
Emetrop :
Ametropia :
Tanpa akomodasi,
Keadaan dimana terdapat
sinar sejajar yang kelainan pembiasan sinar
datang ke mata akan oleh karena kornea atau
dibiaskan tepat di adanya perubahan
fovea sentralis dari panjang bola mata,
sehingga sinar normal
retina tidak dapt terfokus ke
macula.
MIOPIA
3. Pemeriksaan penunjang
Funduskopi
Auto refraktometer
PENATALAKSANAAN MIOPIA
● Koreksi non bedah
○ Kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal agar
memberikan istirahat mata
dengan baik sesudah dikoreksi
● Koreksi bedah
○ Fotorefraktif Keratektomi
(PRK)
○ Keratomi Radikal
KOMPLIKASI MIOPIA
● Ablasio retina
Gejala obyektif
Terjadi strabismus
COA dangkal, karena hipertofi otot-otot siliaris
Ambliopia pada mata yang tanpa akomodasi; tidak pernah
melihat obyek dengan baik
Diagnosis Hipermetropia
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
○ Visus dasar dengan snellen chart, visus dengan
pinhole
○ Refraksi subyektif dengan cara trial and error
3. Pemeriksaan penunjang
○ Funduskopi
○ Refraktometer
BENTUK HIPERMETROPIA
● Hipermetropia Laten
● Hipermetropia Manifest
○ Hipermetropia Absolut
○ Hipermetropia Fakultatif
● Hipermetropia Total
Tatalaksana Hipermetropia
Non bedah
Koreksi dengan lensa sferis terbesar yang memberikan visus
terbaik dan dapat melihat dekat yanpa kelelahan
Tidak diperlukan lensa sferis positif pada hipermetropia rinagn,
tidak ada astenopia akomodatif, tidak ada strabismus
Bedah
LASIK (Laser in situ keratomileusis)
LASEK (Laser sebepithelial keratomileusis)
PRK
Komplikasi Hipermetropia
● Strabismus (Esotropia)
● Glaukoma sekunder
Astigmatisme
Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar
cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada semua
meridian dan berkas cahaya difokuskan pada 2
garis titik yang seling tegak lurus akibat kelainan
kelengkungan kornea.
Astigmatisme
Klasifikasi Astigmatisme
● Astigma dapat terjadi dengan kombinasi kelainan
refraksi yang lain termasuk:
1. Miopia : bila kurvatura kornea selalu melengkung atau
jika aksis mata lebih panjang dari normal. Bayangan
terfokus didepan retina dan menyebabkan objek dari jauh
terlihat kabur
Jika meredian vertikal memiliki daya bias lebih kuat daripada meredian
horizontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl- pada axis vertikal atau Cyl+
pada axis horizontal. Dimana meredian vertikal mempunyai kurvatura yang lebih
kuat (melengkung) dari meredian horizontal.
Disebut with the rule karena mempunyai kesamaan dengan kondisi mata normal mata
mempunyai kurvatura vertikal lebih besar oleh karena penekanan oleh kelopak mata.
Astigmatisma ini dapat dikoreksi - axis 180 atau +axis 90
2 stigmatisme irreguler :
Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian yang saling tegak lurus
Klasifikasi Astigmatisme
● Klasifikasi astigmatisme dilihat dari kondisi optik:
5. Mixed astigmatism
klasifikasi
1. Astigmatisma hipermetropikus simpleks, satu meridian
utamanya emetropik, meridian yang lainnya hipermetropik.
2. Streak Retinoscopy
RETINOSKOPI...
Working distance
RETINOSKOPI...
RETINOSKOPI...
RETINOSKOPI...
Apabila jarak kerja 1 m maka:
1. Bila tidak ada pergerakan maka
diindikasikan adanya miopia 1,00 D
2. Bila “with the movement”
mengindikasikan emetropia, atau
hipermetropia atau miopia kurang dari
1,00 D (Koreksi dengan lensa +)
3. Bila “againts the movement”
mengidentifikasikan miopia lebih dari
1,00 D (Koreksi dengan lensa -)
3. DUOCHROME TEST
● Duochrome Test / Uji keseimbangan hijau dan merah adalah
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui sudah terdapatnya
penglihatan atau koreksi kacamata yang sesuai dari mata yang
diperiksa
Teknik Duochrome Test