Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASTHENOPIA

DISUSUN OLEH
SUCITRI EDY
NIM : B1E120012

PROGRAM STUDI DIII OPTOMETRI


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kepada saya
kemudahan dalam penyusunan makalah “ASTHENOPIA” ini sehingga dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Irwandi
Rachman SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas untuk menyusun
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun
saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan dari suami tercinta, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi
dapat teratasi.

Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat saya harapkan.

Gowa, 22 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Permasalahan ........................................................................................ 1
1.3. Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3


2.1. Definisi ................................................................................................. 3
2.2. Penyebab ............................................................................................... 3
2.3. Gejala .................................................................................................... 4
2.4. Epidemiologi ......................................................................................... 4
2.5. Patofisiologi .......................................................................................... 5
2.6. Diagnosis .............................................................................................. 6
2.7. Pencegahan ........................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 9


3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 9
3.2. Saran ..................................................................................................... 9

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komputer saat ini bukan lagi merupakan barang yang langka atau barang mewah.
Komputer merupakan barang yang sangat umum ditemui dimana saja. Mulai dari pedesaan
hingga perkotaan modern. Gadget yang lazim kita gunakan sekarang ini pun adalah sebuah
komputer. Sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini komputer sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita apapun profesi kita. Hal ini merupakan
sesuatu yang tidak terhindarkan mengingat perkembangan teknologi yang kian maju yang
menuntut kita untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan perkembangan tersebut.
Saat ini hampir semua bidang pekerjaan sangat membutuhkan alat bantu komputer.
Selain dari segi efektifitas juga dari segi efisiensi waktu, komputer ini sangat membantu.
Dengan komputer kita dapat membuat catatan-catatan yang dikemudian hari dapat kita olah
kembali menjadi bentuk lain yang dibutuhkan dalam pekerjaan kita.
Selain mendatangkan keuntungan yang besar, penggunaan komputer juga bisa
mendatangkan efek samping bila penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur ataupun
digunakan secara berlebihan. Pada dasarnya, mata kita dinamis, pertumbuhan sumbu bola
mata dan lengkung bola mata dapat mengubah dioptri. Namun, perlu pula dipertimbangkan
bahwa ketika kita melihat dengan jarak dekat, maka mata kita berakomodasi. Sedangkan bila
kita bekerja di depan komputer ataupun saat ini berinteraksi dengan gadget, kita sering tidak
menyadari sudah berapa lama kita berinteraksi dengan komputer atau gadget tersebut hingga
merasa mata kita lelah. Selain itu, komputer ternyata juga menimbulkan penyakit akibat kerja
seperti halnya pemakaian mesin pada industri. Selain menampilkan gambar dan teks, monitor
komputer juga mengeluarkan radiasi dan gelombang yang tidak dapat dideteksi oleh mata
seperti sinar ultraviolet (UV) dan sinar X. Radiasi komputer yaitu sinar X dapat
menyebabkan gangguan fisiologis pada mata, jika mata terpapar dalam waktu yang lama.

1.2. Permasalahan
Semakin lazimnya penggunaan komputer sebagai alat bantu kerja menyebabkan
semakin seringnya terjadi kasus kelelahan mata terutama oleh para pekerja dengan komputer.
Dan sudah umum pula terjadi bahwa para pekerja tersebut abai dengan keselamatan kerja
dalam hal ini keselamatan kerja di depan komputer. Beberapa penelitian telah menyebutkan
Page | 1
bahwa tingkat kelelahan mata pada para pekerja di depan komputer tergolong tinggi dan
cenderung makin meningkat tiap tahunnya.
Bukan tidak mungkin dimasa yang akan datang bahwa masalah kelelahan mata karena
bekerja di depan komputer (asthenopia) ini menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Hal ini
terutama juga karena selain berpengaruh pada penglihatan juga mempengaruhi sistem
muskuloskeletal dengan gejala yang sering dirasakan yaitu nyeri di daerah bahu, punggung
dan lengan.

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai apa yang
dimaksud dengan asthenopia, mengetahui penyebabnya, gejala-gejalanya serta diagnosa yang
menunjukkan atau yang mengarahkan pada asthenopia.

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Menurut Ilmu Kedokteran Asthenopia adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya
berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk
memperoleh ketajaman penglihatan. Asthenopia adalah gangguan yang dialami mata karena
otot-ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam
jangka waktu lama. Kelelahan mata atau asthenopia merupakan kumpulan gejala ketegangan
pada mata akibat otot-otot mata yang dipaksa bekerja keras pada saat melihat objek dekat
dalam waktu yang lama seperti pada saat bekerja di depan layar komputer atau Video
Display Terminal (VDT).
Asthenopia adalah istilah diagnostik resmi yang lebih dikenal dengan sebutan
"Kelelahan mata." Kelelahan mata sangat umum terjadi misalnya paling sering gejala ini
dikeluhkan oleh pengguna komputer. Sekretaris, akuntan, juru gambar, dan pekerjaan lainnya
dengan tuntutan pekerjaan visual secara dekat biasanya sering mengalami asthenopia.
Setiap kali ada ketidakseimbangan di antara mata (misalnya Anisometropia;
perbedaan tajam penglihatan antara kedua mata, aniseikonia; kerusakan yang terjadi pada
lensa mata sehingga kedua lensa mata tidak sama bentuknya), kemungkinan besar bisa
mengalami mata lelah. Etiologi astenopia dibagi menjadi astenopia refraktif (miopia,
hipermetropia, astigmatisma dan anisometropia) dan astenopia muskular (heterotropia atau
heterophoria, konvergen insufisiensi dan akomodasi insufisiensi).

2.2. Penyebab
Asthenopia dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, dan yang paling sering adalah
pada saat mata bekerja dengan jarak dekat atau sangat dekat dengan obyek. Penyebab utama
yang paling memungkinkan adalah ketegangan dan kelelahan mata yang berkepanjangan
tanpa istirahat yang telah menjadi kebiasaan buruk.
Beberapa faktor yang sangat memicu perkembangan asthenopia yaitu :
1. Bekerja lama di depan komputer
2. Menonton TV dalam durasi yang lama
3. Membaca di ruang yang intensitas cahayanya kurang
4. Mengemudi dalam kondisi visual yang buruk
5. Pekerjaan dengan ketegangan visual yang konstan
Page | 3
6. Salah pemilihan kacamata
7. Kurang memperhatikan kebersihan organ penglihatan
8. Pencahayaan di ruang kerja yang kurang mencukup
9. Obat-obatan yang dapat menyebabkan penyempitan pupil

2.3. Gejala
Asthenopia pada kebanyakan kasus berhubungan dengan meningkatnya stres dan
kurang istirahat sehingga membuat gejalanya sangat beragam. Gejala yang paling sering
dikeluhkan oleh penderita adalah :
1. Sensasi berpasir atau terasa ada benda asing memasuki mata
2. Penglihatan ganda
3. Penglihatan mengabur secara berkala
4. Peningkatan kuantitas air mata
5. Sakit kepala dan pusing
6. Mata memerah
7. Ketidaknyamanan saat mengalihkan pandangan
8. Mata terasa panas
9. Proses peradangan pada organ penglihatan
10. Deformasi bentuk dan ukuran benda yang dilihat oleh mata

2.4. Epidemiologi
Statistik medis yang diberikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menunjukkan bahwa sekitar 135 juta orang diseluruh dunia memiliki berbagai kecacatan
visual ini sudah termasuk astenopia serta sekitar 45 juta orang mengalami kebutaan. Sekitar
75% dari kasus-kasus tersebut merupakan kebutaan yang diakibatkan ketidakpedulian
terhadap tindak pencegahan sehingga diprediksikan dalam 10-20 tahun jumlah orang dengan
masalah ophtalmik akan meningkat 200-300 juta orang.
Kelelahan visual semakin tahun memperlihatkan range yang makin mendekati usia
dini. Sebuah penelitian di Brazil pada anak usia sekolah 6-16 tahun ditahun 2004 menemukan
prevalensi asthenopia adalah 24,7% dari total sampel 964 anak-anak. Bahkan statistik dunia
menunjukkan bahwa 5% anak yang memasuki kelas pertama sudah memiliki asthenopia
karena ketegangan yang meningkat pada otot mata. Terlebih lagi di usia-usia lanjutan
masalah menjadi serius dan memerlukan intervensi medis. Dan sering ditemukan bahwa
proporsi asthenopia pada wanita sedikit lebih tinggi dibandingkan pada pria.
Page | 4
2.5. Patofisiologi
Kelelahan mata atau asthenopia merupakan gangguan fungsi penglihatan dengan
penyebab dan gejala-gejala yang majemuk yang melibatkan faktor fisik, fisiologis, psikologis
bahkan faktor sosial. Asthenopia adalah gejala-gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan
dalam mendapatkan ketajaman penglihatan binokular yang sebaik-baiknya dalam kondisi
yang berkekurangan. Berkekurangan dalam hal ini termasuk kondisi lingkungan yang kurang
mendukung penglihatan atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan (kelelahan, kelainan
refraksi dan lain sebagainya).
Berdasarkan anatominya, terdapat total 6 otot mata ekstrinsik yang bertanggung
jawab terhadap manipulasi gerakan mata. Keenam otot mata tersebut terdiri 4 otot rektus,
yang dinamai sesuai dengan arah gerakannya, yaitu :
1. Otot rektus medius, kontraksinya menghasilkan adduksi atau menggulirkan mata ke arah
nasal dan otot ini dipersarafi oleh N.III (nervus okulomotorius).
2. Otot rektus lateralis, kontraksinya menghasilkan abduksi atau menggulirkan mata ke arah
temporal dan otot ini dipersarafi oleh N.VI (nervus abdusen).
3. Otot rektus superior, kontraksinya menghasilkan elevasi, adduksi dan intorsi bola mata
dan otot ini dipersarafi oleh N.III (nervus okulomotorius).
4. Otot rektus inferior, kontraksinya menghasilkan depresi, adduksi dan intorsi bola mata
dan otot ini dipersarafi oleh N.III (nervus okulomotorius).
Serta 2 otot oblik (superior dan inferior) yang bertanggung jawab terhadap manipulasi
gerakan rotasi bola mata dalam aksisnya, yaitu :
5. Otot oblik superior, kontraksinya akan menghasilkan depresi, intorsi dan abduksi, yang
dipersarafi oleh N. IV (nervus troklea).
6. Otot oblik inferior, kontraksinya akan menghasilkan elevasi, ekstorsi dan abduksi, yang
dipersarafi oleh N.III (nervus okulomotorius).
Saat kita melihat suatu objek, mata harus berotasi pada aksis vertikalnya sehingga
proyeksi bayangan berada tepat di retina di kedua mata. Untuk melihat suatu objek dekat,
maka mata berotasi mendekati satu sama lain (convergence), sedangkan untuk melihat objek
yang jauh, mata berotasi saling menjauh (divergence). Otot bola mata bekerja sebagai suatu
unit, sehingga jika bola mata berusaha memfokuskan untuk melihat objek dekat dengan garis
penglihatan, maka otot rektus medius sisi kanan berkotraksi bersamaan dengan otot rektus
medius sisi kiri. Jika kita berusaha melihat ke samping, otot rektus medius di satu sisi bekerja
secara kohesif dengan otot rektus lateral di sisi lainnya.

Page | 5
Vergence atau disebut juga gerakan disjungtif (memisahkan) adalah gerakan simultan
dari kedua mata dalam arah berlawanan untuk mempertahankan penglihatan binokuler (dua
mata) tunggal. Exaggerated convergence / crossed eye viewing (misalnya memfokuskan
untuk melihat hidung). Jika melihat benda jarak jauh, mata divergen sampai paralel, dan
memfiksasi secara efektif pada satu titik pada infinity (atau sangat jauh). Fungsi vergence
berkaitan dengan akomodasi. Pada kondisi normal, perubahan fokus pada mata pada jarak
yang berbeda akan secara otomatis menyebabkan vergence dan akomodasi.
Seorang pengguna komputer akan berusaha memfokuskan matanya terus menerus
untuk menjaga ketajaman gambar yang dilihatnya pada layar monitor. Proses tersebut
mengakibatkan timbulnya stress yang berulang pada otot mata. Hal tersebut semakin
diperberat dengan berkurangnya frekuensi berkedip sehingga mata menjadi kering dan terasa
perih. Akibatnya kemampuan mata untuk memfokuskan diri menjadi berkurang dan
penglihatan akan menjadi kabur.
Kekeringan mata terjadi dapat disebabkan oleh paparan udara pada ujung-ujung saraf
lapisan mikrovili epitel dimana lapisan musin (lapisan terdalam air mata) mengalami
kebocoran. Juga dapat terjadi lapisan musin tetap utuh tetapi lapisan air memenuhi lapisan
musin. Iritasi, rasa nyeri dan terbakar dapat terjadi akibat rusaknya Lapisan Air Mata
Precorneal, bisa karena paparan zat kimia, termasuk meningkatnya osmolaritas akibat
penguapan. Bekerja dalam jarak dekat juga menimbulkan keletihan dan pegal.

2.6. Diagnosis
Diagnosis dari asthenopia adalah adanya tanda dan gejala berikut ini :
1. Rasa nyeri, lelah, dan gatal pada mata
2. Mata berair
3. Mata kering
4. Mata merah
5. Spasme atau kedutan di sekitar mata
6. Penglihatan kabur atau penglihatan ganda (terutama saat berusaha untuk fokus)
7. Peningkatan sensitifitas terhadap cahaya
8. Nyeri leher/punggung/bahu
9. Sakit kepala/migraine

Page | 6
Sedangkan pengguna komputer dapat memiliki gejala dan tanda tambahan seperti berikut :
1. Mengalami kesulitan saat harus memindahkan fokus penglihatan dari monitor ke
dokumen maupun sebaliknya
2. Melihat warna atau gambar saat mengalihkan pandangan dari komputer

Gejala dan tanda ini berkurang atau hilang apabila tidak menggunakan mata untuk
melakukan pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dekat. Meskipun lebih sering terjadi
pada pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dekat, fiksasi yang lama bahkan berjam-jam
pada jarak pandang tertentu, gejala asthenopia juga dapat timbul untuk jarak pandang jauh,
terutama bila mengamati obyek yang bergerak seperti saat menonton film atau televisi,
melihat mobil yang bergerak cepat, atau pertandingan sepakbola, karena menjaga fokus dari
obyek dalam situasi tersebut adalah sukar dan dapat menyebabkan stres pada otot-otot mata.
Kecurigaan adanya asthenopia akan meningkat apabila gejala dan tanda di atas
ditemukan pada orang-orang dengan faktor risiko untuk terjadinya asthenopia, yaitu pekerja
yang dalam pekerjaannya membutuhkan penglihatan dekat, berhubungan dengan bahan kimia
yang mengakibatkan dampak neuropati atau paralisis ataupun pekerja yang bekerja dengan
lingkungan kerja yang tidak mendukung seperti kurangnya penerangan dan lain sebagainya.
Jika diagnosis sudah ditegakkan maka perlu diteliti lebih lanjut apakah asthenopia
tersebut disebabkan oleh faktor refraksi ataupun faktor muskular.
Untuk membedakan kedua faktor tersebut pasien diinstruksikan untuk memakai patch
untuk menutupi salah satu mata selama beberapa hari baik itu pada saat belajar ataupun pada
saat beraktifitas bagi pekerja. Bila masih terjadi asthenopia pada penglihatan monokular
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa asthenopia tersebut bukan karena masalah otot
(muskular).

Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan antara lain :


1. Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan (Visus)
Pemeriksaan adalah untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang dengan
menggunakan Snellen Chart. Pasien diminta untuk membaca berbagai jenis ukuran huruf
pada jarak 20 kaki atau 6 meter karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam
keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Hasil pemeriksaan ini dinyatakan dengan
angka pecahan misalnya 6/12. Angka pembilang menyatakan jarak antara pasien dengan
kartu Snellen sedangkan penyebut menyatakan jarak tertentu yang masih dapat dibaca
oleh penglihatan normal tapi oleh pasien hanya bisa dibaca pada jarak 6 meter tersebut.
Page | 7
2. Pengukuran Amplitudo Akomodasi
Pengukuran amplitudo akomodasi dilakukan dengan dasar dimana mata mempunyai batas
tertentu untuk dapat melihat dekat, karena terbatasnya kemampuan akomodasi. Metode
yang digunakan adalah metode push up dengan menggunakan near point ruler. Caranya
yaitu pasien diminta membaca target kecil (huruf Jaeger I) yang digeser perlahan-lahan
mendekati mata. Pasien diminta memberitahukan segera pada saat target terlihat kabur.
Cara penilaian yaitu jarak target dinyatakan dalam dioptri (didapatkan dengan pembagian
angka 100 dengan nilai punctum proksimum).
3. Tes Near Point Convergence (NPC)
Tujuan tes ini yaitu untuk mengukur titik terdekat yang masih dapat diperhatikan bila
kedua mata melihat obyek secara bersama-sama (konvergensi). Dasar dari tes ini adalah
bahwa konvergensi hanya dapat dipertahankan selama masih dapat melihat tunggal
(single binocular vision). Alat yang digunakan adalah dengan mistar berskala yang
diletakkan pada kantus luar.
Caranya adalah dengan mendekatkan target fiksasi perlahan-lahan ke arah mata di bidang
median mata. Pada jarak tertentu, satu mata akan berdeviasi keluar, karena tidak dapat
mempertahankan konvergensi lagi. Biasanya mata tersebut adalah mata yang lemah.
Penderita biasanya akan menyatakan diplopia bila mata tersebut sudah mulai berdeviasi.
Pada saat mata berdeviasi jarak mata dengan obyek fiksasi diukur.

2.7. Pencegahan
Setiap penyakit termasuk gangguan penglihatan akan jauh lebih mudah dicegah
dibandingkan dengan mengobati sebagaimana yang sering diungkapkan “Mencegah Lebih
Baik Daripada Mengobati”. Selain lebih mudah untuk dilakukan juga tentunya lebih murah
dari sisi pembiayaan. Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya asthenopia diantaranya :
1. Bekerja atau membaca di ruang dengan pencahayaan yang cukup
2. Jika telah bekerja atau membaca selama sejam istirahatkanlah mata anda selama 10-
15 menit dan berikan pijatan-pijatan lembut disekitar organ penglihatan anda
3. Jaga jarak anda minimal 30 cm dari layar komputer, gadget atau buku yang anda baca.
4. Usahakan duduk secara tegak pada saat melakukan aktifitas tersebut
5. Rutin memeriksakan kesehatan mata pada dokter minimal 6 bulan atau setahun sekali
6. Konsumsi suplemen mata yang telah direkomendasikan oleh dokter anda

Page | 8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penggunaan perangkat elektronik yang sangat marak pada saat ini baik itu komputer
maupun gadget yang digunakan untuk pekerjaan ataupun untuk mendapatkan informasi telah
memberi dampak timbulnya berbagai gangguan, baik pada organ-organ tubuh secara
keseluruhan, terlebih lagi pada fungsi penglihatan yang secara langsung terdampak dari
penggunaan komputer maupun gadget tersebut.
Asthenopia yang merupakan salah satu jenis gangguan visual yang paling sering
dikeluhkan oleh para pengguna perangkat elektronik tersebut.
Asthenopia ini timbul akibat kesalahan dalam penggunaan perangkat elektronik
tersebut sehingga perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mencegah agar kesalahan
penggunaan tersebut tidak terjadi sehingga dampak yang mengakibatkan terjadinya
asthenopia dapat di cegah.

3.2. Saran
Pemahaman mengenai asthenopia perlu ditingkatkan baik itu ditingkat pelajar,
pendidik, pekerja maupun pengusaha sehingga dampak buruk dari penggunaan peralatan
dapat di minimalisir sehingga mencegah terjadinya asthenopia terutama di sekolah maupun di
tempat kerja.

Page | 9
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181030203021-255-342754/astenopia-saat-
mata-mulai-merasa-lelah
 https://www.femina.co.id/health-diet/kenali-bahaya-astenopia-mata-lelah-karena-terlalu-
sering-bermain-gadget
 https://iliveok.com/health/astenopia-eye-accommodative-muscular-
nervous_128215i15936.html
 Materi kuliah Anatomi Fisiologi Umum, dr. Andi Sengngeng Relle, Sp.M.,MARS.
 Sri Rahayu, Sarinah Basri K., Kelelahan Mata (Asthenopia) Pada Pekerja Pengguna
Komputer di PT PLN APP Cirebon, Afiasi: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2017
 Melati Aisya Permana, Herry Koesyanto, Mardiana, Faktor Yang Berhubungan dengan
Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Rental Komputer di Wilayah
UNNES, Unnes Journal of Public Health, 2015, 48-57

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai