DISUSUN OLEH :
SUCITRI EDY
NIM : B1E120012
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas Laporan
Fitting Lensa Kontak ini dapat terselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Lensa Kontak III.
Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing Dr. dr. Purnamanita Syawal,
Sp.M.,M.Kes. yang telah memberikan tugas dalam mata kuliah ini. Dalam penyusunan laporan ini, cukup
banyak kesulitan yang saya dapatkan. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-
kendala yang saya hadapi dapat teratasi.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya mengenai Fitting Lensa Kontak dan Evaluasinya. Dalam laporan
ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karenanya saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
saya harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah mahasiswa mengetahui persiapan apa saja yang
perlu dilakukan sebelum memasang lensa kontak serta cara memasang dan melepas lensa kontak
yang baik dan benar.
Page | 1
kelainan refraksi, lensa kontak dapat digunakan sebagai penunjang penampilan atau kosmetik
dan terapi.
Penggunaan kacamata pada beberapa orang dirasa kurang nyaman dan mengganggu
penampilan sehingga pilihan lainnya adalah dengan menggunakan lensa kontak yang diharapkan
lebih nyaman dan dapat mempercantik penampilan. Terlebih saat ini lensa kontak memiliki
warna yang beragam, berbagai bentuk, dan kadar air yang banyak sehingga para pemakai dapat
merasa lebih nyaman dan tidak terasa mengganjal.
Lensa kontak memiliki beraneka bentuk sesuai dengan kelainan refraksi yang akan
dikoreksi. Bentuk lensa kontak antara lain :
a. Lensa kontak sferis : berbentuk bulat, untuk mengoreksi miopi dan hipermetropi
b. Lensa kontak bifokal : cara kerja mirip dengan kacamata bifokal, digunakan untuk
mengoreksi presbiopi.
c. Lensa ortokeratologi : lensa yang didesain khusus untuk memperbaiki bentuk kornea
(mendatarkan kornea sehingga mata minus bisa terkoreksi) , digunakan hanya pada malam
hari, terutama untuk mata minus.
Lensa kontak dibedakan berdasarkan bahan pembuatnya, yakni :
a. Hard contact lens: terbuat dari sejenis plastik yaitu PMMA (polymethyl methacrylate),
ditemukan sekitar tahun 1960, dimana sangat tahan lama namun tidak mampu dilalui oleh
oksigen secara terus menerus, sehingga terasa tidak nyaman dan mengubah struktur mata
terutama kornea.
b. Soft contact lens : terbuat dari plastik jenis HEMA (hidroxyethyl methacrylate), jenis bahan
polymer yang dapat mengandung air sehingga memungkinkan oksigen mencapai kornea.
Jenis ini lebih fleksibel dan lebih nyaman dipakai di mata.
c. Rigid Gas Permeable (RGP) : terbuat dari jenis plastik yang dikombinasikan dengan silikon
sehingga memungkinkan oksigen dapat mencapai ke kornea baik dalam keadaan berkedip
maupun dari udara bebas disekitar. Pemakai juga akan merasa lebih nyaman dan aman
daripada kedua bahan sebelumnya dan dapat dipakai dalam waktu yang lama.
Dari segi pemakaian, lensa kontak dibedakan menjadi :
a. Daily wear soft lens : lensa kontak yang digunakan pada siang hari dan tidak bisa digunakan
ketika tidur. Pengguna memerlukan waktu adaptasi pendek dan lensa kontak tidak mudah
Page | 2
lepas, sehingga memungkinkan untuk menunjang penampilan. Namun tidak semua kelainan
refraksi dapat diperbaiki, lensa mudah berminyak dan perlu perawatan intensif.
b. Overnight wear atau extended wear : lensa kontak yang dapat digunakan pada malam hari.
Bisa dipakai selama 7 hari tanpa perlu mengganti. Namun perlu pemeriksaan mata yang rutin
untuk mengurangi risiko komplikasi.
Ada beberapa Parameter untuk mencapai kenyamanan dalam fitting lensa kontak yaitu :
1. Total Diameter.
Total Diameter adalah panjang lensa melintasi diameter terlebar. Ini ditentukan dalam
milimeter. Lensa lunak biasanya berukuran 12-15 mm dan lensa kaku berdiameter 8 hingga 10
mm, ukuran kornea yang normal dapat dipasang dalam kisaran ini.. Diameter tergantung pada
diameter kornea dan aperture palpebra. Makin besar diameter kornea maka makin besar diameter
lensa yang dibutuhkan.
Diameter dipilih berdasarkan pengukuran HVID (Horizontal Visible Iris Diameter).
Pengukuran HVID ini adalah pengukuran diameter iris yang diukur jarak antara limbus ke
limbus yang melalui pupil. Tambahkan 2 mm dari hasil pengukuran HVID.
Selanjutnya diukur pula bukaan palpebra yaitu pengukuran tinggi pembukaan kelopak
mata antara kelopak mata atas dan bawah secara vertikal.
Lalu dilanjutkan dengan mengukur diameter pupil yang dilakukan pada kondisi ruangan
yang redup cahaya.
Page | 3
3. Back Vertex Power.
Back Vertex Power atau Power Lensa adalah kekuatan efektif lensa yang diukur dari
permukaan ke arah mata. Kekuatan lensa terdapat di permukaan depan lensa. Lensa plus akan
lebih tebal di tengah dan lensa minus akan lebih tebal di pinggir lensa. Dalam pemilihan lensa
harus dipilih yang memiliki kekuatan sedekat mungkin dengan power kacamata, atau maksimal
dalam rentang ± 4 diopter power kacamata. Lensa sekali pakai (disposibel) dapat dipasang
dengan perhitungan power lensa kontak secara empiris berdasarkan power kacamata. Sebelum
memasang lensa lunak sferis, kita juga perlu melihat bahwa silinder kacamata tidak lebih dari
0,75 D. Jika silinder di atas 0,75 D maka memerlukan lensa kontak toric.
Page | 4
BAB II
PROSEDUR KERJA
K OD avarage =
, ,
= = 43,12 D 43.00 D
OS
K1 = 8,03 mm 42,00 D
K2 = 7,90 mm 42,75 D
K OS average =
, ,
= = 42,37 D 42.25 D
Page | 5
2) Hasil Visus
1. Tanpa koreksi
VODS = 20/200
VOD = 20/200
VOS = 5/60
2. Dengan kacamata
VOD = - 0.75 D
VOS = Sph -2.50 Cyl -1.00 X 1100
3. Dengan koreksi
VOD = -2.00 D
VOS = Sph -2.00 D Cyl -0.50 D X 1300
3) Base Curve (BC)
OD = 337.5 / 43.00 = 7.85 + 1 mm = 8.85 mm (Flat)
OS = 337.5 / 42.25 = 7.99 + 1 mm = 8.99 mm (Flat)
4) Diameter (HVID)
OD = 12 mm + 2 mm = 14 mm
OS = 12 mm + 2 mm = 14 mm
5) Power
OD = Sph -2.00 D
OS = Sph -3.00 Cyl +0.75 X 230
SE = Sph + ½ Cyl
= -3.00 + (1/2 x +0.75)
= -3.00 + (0.375) = -2.63 D
Power =
OD = Sph -2.00 D
OS = Sph -2.50 D
6) Parameter Lensa Kontak
Base Curve (BC) ; OD = 8.85 mm (Flat) ; OS = 8.99 mm (Flat)
Diameter ; OD = 14 mm ; OS = 14 mm
Power ; OD = Sph -2.00 D; OS = Sph -2.50 D
Page | 6
2.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktek ini adalah sepasang lensa kontak dan
cairan pembersih lensa kontak.
Lensa kontak yang digunakan mempunyai parameter sebagai berikut :
OD
Merk Lensa : Esse
Base Curve : 8.8 mm
Diameter : 14.5 mm
Power : -2.00 D
Warna : Hazel
38% Water, 62% Polymacon.
OS
Merk Lensa : Esse
Base Curve : 8.8 mm
Diameter : 14.5 mm
Power : -2.50 D
Warna : Hazel
38% Water, 62% Polymacon.
Sedangkan untuk cairan pembersih lensa kontak menggunakan X2 Comfort Extra yang
mengandung Sodium Chloride, Potassium Chloride, Disodium Edetate yang dikombinasikan
dengan Polyhexanide, Poloxamer, Hypromellose dan Sodium Phosphate Buffer.
Page | 7
Keterangan Kacamata dan Lensa Kontak
Rx KM Lama : R Sph -0.75 D L Sph -2.50 D C -1.00 D x 1100
Rx KM Baru : R Sph -2.00 D L Sph -2.00 D C -0.50 D x 1300
Parameter LK : R Sph -2.00 D L Sph -2.50 D
Merk LK : ESSE
Pengukuran Mata
Keratometri (mm) : K1 7.90 mm K1 8.03 mm
K2 7.75 mm K2 7.90 mm
Keratometri (D) : K1 42.75 D K1 42.00 D
K2 43.50 D K2 42.75 D
Astigmat Kornea (D) : +0.75 D +0.75 D
HVID : 12 mm + 2 mm 12 mm + 2 mm
Celah Palpebra : 10 mm 10 mm
Page | 8
Berikut ini adalah perbandingan antara hasil pengukuran parameter lensa kontak dan
parameter lensa kontak trial :
Pengukuran Lensa Kontak Trial
Parameter
OD OS OD OS
Diameter 14 mm 14 mm 14.5 mm 14.5 mm
Base Curve 8.85 8.99 8.8 8.8
Power -2.00 D -2.50 D -2.00 D -2.50 D
Keterangan :
Diameter Parameter LK < Trial Soft Lens : Bisa digunakan cuma sedikit longgar (lebih flat)
Base Curve Parameter LK > Trial Soft Lens : Kemungkinan sedikit kecil (sempit) atau ketat
Power Parameter LK = Trial Soft Lens
1. Cuci tangan
Sebelum memegang lensa kontak, cuci tangan sampai bersih. Gunakan sabun yang non-
kosmetik karena parfum, minyak, atau lotion dapat tertinggal di tangan. Sisa parfum, minyak,
atau lotion tersebut bisa saja berpindah ke softlens, lalu menyebabkan iritasi pada mata atau
penglihatan.
2. Ambil lensa dengan hati-hati menggunakan ujung jari.
3. Bilas lensa
Langkah selanjutnya dalam cara memakai softlens agar mata tidak perih adalah bilas lensa
kontak. Sebaiknya gunakan cairan khusus pembersih softlens agar lebih aman. Hindari
membilas lensa dengan air keran.
4. Periksa keadaan lensa
Letakkan lensa di ujung jari telunjuk atau jari tengah. Perhatikan terlebih dahulu apakah ada
sobekan pada softlens tersebut. Pastikan juga bahwa lensa tidak terbalik. Jika lensa
melengkung ke bawah menyerupai mangkuk, artinya posisi lensa sudah benar.
5. Mulai memasang softlens
Tekan kelopak mata bagian atas dan bawah dengan jari sembari melihat ke cermin.
Sebaiknya, gunakan jari tangan yang tidak dipakai untuk menyentuh softlens. Selanjutnya,
Page | 9
pasang softlens di permukaan bola mata. Melihatlah lurus ke depan atau ke atas saat
memasang lensa.
6. Tutup mata secara perlahan
Dengan posisi mata tertutup, putar bola mata untuk memastikan lensa terpasang dengan
sempurna. Selanjutnya, berkediplah dengan perlahan berkali-kali. Lihat lagi ke cermin untuk
mengecek apakah lensa sudah terpasang di tengah-tengah bola mata.
Menempatkan lensa pada mata serta menilai pemasangan lensa lunak dilakukan 5 menit
setelah pemasangan. Sentrasi adalah masalah yang penting dalam fitting softlens. Fitting yang
baik adalah bila softlens menutup rata pada semua meridian sclera. Jika terjadi desentrasi maka
lensa harus kembali dalam satu detik. Pergerakan lensa diukur sebagai perubahan posisi vertical
lensa sebelum dan sesudah kedipan normal.
Pergerakan lensa merupakan pengaruh dari adanya interaksi antara lensa dan kelopak
mata atas melalui lapisan air mata. Cairan air mata diatas dan dibawah lensa dapat saling
mempengaruhi melalui sifat peresapan materi softlens, yang dikenal sebagai water flow
conductifity. Jika sebuah softlens kekurangan water flow conductivity maka lensa tersebut akan
menjadi kering dimata.
Pertukaran air mata dan lapisan air mata diatas lensa dapat dievaluasi secara klinis
menggunakan penyinaran dengan biomicroscope. Pembesaran yang tinggi (30x atau lebih) sudut
pengamatan yang luas (>60˚), celah penyinaran yang sempit (0.1 mm).
Mungkin diperlukan beberapa waktu bagi pasien untuk beradaptasi pada saat
menggunakan lensa coba, untuk mengetahui respon subyektif pasien dan menilai apa-apa yang
diperlukan dari pemakaian lensa kontak.
Page | 10
Respon Subyektif Pasien :
1. Unsur Kenyamanan : Lensa harus terasa hampir tidak terlihat pada mata, terutama pada saat
pemasangan. Terjadinya ketidaknyamanan pada awal pemasangan disebabkan perbedaan
antara osmolaritas dan pH larutan penyimpanan lensa dan air mata pasien. Sensasi lensa
harus konsisten, tanpa perbedaan yang signifikan dalam gerakan mata lateral atau berkedip.
2. Unsur Penglihatan : Dengan over refraksi yang sesuai, penglihatan harus stabil dan jelas.
Pada pasien dengan kelainan refraksi yang lebih tinggi mungkin melihat distorsi perifer dan
mengalami kesulitan awal-awal dalam menilai jarak karena perubahan perbesaran namun
segera disesuaikan.
3. Over refraksi harus dilakukan dengan penyeimbangan binokular. Refraksi harus memiliki
titik akhir yang jelas dan ketajaman visual harus stabil dan tajam
4. Pergerakan Mata Pasca Kedipan. Hal ini dapat dinilai dengan meminta pasien melirik ke
bawah dan menilai lensa selama kedipan atau, jika kelopak mata bawah mengaburkan tepi
bawah lensa, pada jam 4 atau 8. Idealnya, pergerakan lensa harus 0,2 mm hingga 0,4 mm.
Kadang, sulit untuk menilai kecocokan lensa hanya pada gerakan saja, sehingga penilaian
dinamika lensa yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan tes push-up
Page | 11
3. Alignment. Lensa harus sejajar dengan kornea dan konjungtiva, dan tidak menekan
pembuluh darah konjungtiva. Lekukan akan menunjukkan stagnasi air mata di wilayah ini
dan mengurangi suplai oksigen ke limbus. Lensa juga harus menunjukkan tidak ada batas
tepi (fluting), yang akan menyebabkan ketidaknyamanan.
4. Sentrasi. Lensa harus tetap berada di sentral kornea pada semua posisi pandangan. Kegagalan
untuk mencapai hal ini dapat mengakibatkan terjadi pengeringan pada kornea dan tekanan
mekanis pada kornea bagian perifer.
5. Ketika kriteria semua di atas tercapai, pasien harus mencapai tingkat kenyamanan yang
tinggi dan penglihatan yang tajam dan stabil.
Page | 12
4) Gunakan obat tetes mata sesuai dengan anjuran dokter.
Penggunaan softlens dapat menyebabkan masalah yang termasuk rasa tidak nyaman
hingga infeksi. Oleh karena itu, lakukan kebiasaan higienis untuk mencegah kemungkinan
komplikasi akibat pemakaian softlens.
Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menjaga lensa kontak tetap bersih
dan steril.
1) Selalu cuci tangan sebelum memegang lensa kontak.
2) Setelah selesai cuci tangan, keringkan tangan dengan handuk yang bersih.
3) Gunakan obat tetes mata, dan cleaners yang direkomendasikan oleh dokter mata.
4) Jangan pernah secara langsung mencuci lensa kontak dengan air keran.
5) Bersihkan tempat lensa kontak setiap digunakan.
6) Jangan biarkan bagian dalam botol cairan untuk lensa kontak menyentuh apapun, termasuk
jari, mata, atau lensa kontak.
Page | 13
BAB III
KESIMPULAN
Fitting lensa kontak adalah hal yang sangat penting pada saat telah memutuskan untuk
memakai lensa kontak karena tujuan efektif dari fitting adalah untuk mencapai suatu
keseimbangan penempatan lensa diatas permukaan bola mata. Kegagalan dalam melakukannya
dapat menyebabkan, kerusakan kornea, dan masalah lain yang saling berhubungan.
Untuk mencapai kenyamanan dalam fitting lensa kontak ada 3 prinsip parameter dalam
fitting yaitu :
1. Total Diameter
2. Back Optic Zone Radius (BOZR)
3. Back Vertex Power.
Setelah itu masih perlu lagi di evaluasi untuk mengetahui respon subyektif pasien
sehingga pasien mendapatkan kenyamanan dalam pemakaian lensa kontak.
Dan yang tidak kalah penting juga adalah edukasi kepada pasien dalam hal pemakaian
harian serta perawatan lensa kontak tersebut.
Page | 14
Sumber Referensi
1. Husnun Amalia, Lensa Kontak : Keamanan dan Pencegahan Komplikasi, Jurnal Biomedika
dan Kesehatan Vol. 1 No. 3 Desember 2018.
2. Monica Chaudhry, Contact Lens Primer, Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. New Delhi,
2007
3. Widya Halimatus Syaqdiah, Rizki Riski Prihatningtias, Arnila Novitasari Saubiq, Hubungan
Lama Pemakaian Lensa Kontak dengan Mata Kering, Jurnal Kedokteran Diponegoro Vol. 7
No 2 Mei 2018.
4. Nurchalisa Hazaria Siregar, Lensa Kontak, Dep. Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara 2014.
5. Eunike L. Pietersz, Vera Sumual, Laya Rares, Penggunaan Lensa Kontak dan Pengaruhnya
Terhadap Dry Eyes pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, Jurnal e-
Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016
Page | 15