Oleh :
FACHRUL RAZI
NIM : 181256
Oleh:
FACHRUL RAZI
181256
Menyetujui :
Pembimbing
Mengetahui: Ketua
Program Studi
(ZULIANTI-RO-SKM)
KATA PENGANTAR
atas pemberian dan Rahmat dan Hidayah- Nya, serta kesehatan dan kesempatan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun maksud dan tujuan
penulisan adalah untuk memenuhi dalah satu syarat dalam memperoleh gelar Diploma III (
D-III ) Ahli Madya Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan. Adapun judul karya
tulis ilmiah ini adalah “ Pengaruh Coating Lensa Terhadap Pemakaian Komputer Yang
Terlalu Lama”.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sdalam-
dalamnya kepada :
1.Ibu Arya Novika Naulista Siregar, RO M.Pd selaku Dosen Pembimbing dan Direktur
2.Ibu Zulianti,RO,SKM sebagai Kepala Prodi Akademi Refraksi Optisi Yayasan Binalita
Suadama Medan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna karena
terbatasnya kemampuan penulis. Maka dari itu penulis selalu membuka diri dalam
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan karya tulis ilmiah
ini. Penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan suatu manfaat
Fachrul Razi
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bagi mereka yang mengalami gangguan Refraksi atau pengguna
kacamata, maka kita perlu mengetahui apakah lensa kacamata yang
mereka gunakan memiliki ketahanan terhadap lamanya pemakaian
komputer. Terkhusus pada masalah lapisan anti Refraksi lensa kacamata
atau lapisan Coating.
2
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam menguji Coating Lensa, apakah
memiliki pengaruh bagi pengguna komputer yang cukup lama.
b. Hasil penelitian ini agar dapat memberikan masukan tentang
ketahanan Coating Lensa dalam menggunakan komputer.
2. Manfaat Praktis
a. Guna mengembangkan pengetahuan dan pola pikir peneliti dalam
menerapkan ilmu yang dipelajari.
b. Bagi Jurusan Refraksi Optisi
Sebagai bahan referensi dalam menambah dan memperkaya ilmu
pengetahuan khususnya Jurusan Refraksi Optisi pada Yayasan Binalita
Sudama.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Monitor yang memakai sistem CRT (Cathode Ray tube) bekerja dengan
cara memancarkan elektron-elektron . Elektron-elektron ini menyapu layar
dari kiri ke kanan dengan jalur-jalur dari atas ke bawah dalam pola yang
disebut “raster” CRT atau yang lebih umum disebut Tabung Sinar Katoda
merupakan tabung pembungkus yang dibuat dari kaca dan mengandung
satu susunan penembak elektron dan mengeluarkan berkas-berkas elektron
yang diarahkan pada layar fluoresen. Bila berkas tersebut terkena cahaya,
maka layar mengeluarkan sinar dengan gelombang yang lebih panjang.
Pancaran - pancaran elektron ini menimbulkan cahaya yang terang.
Bergantung intensitas pancaran elektron tadi. Cahaya ini sangat cepat
menghilang. Untuk itu pancaran elektron harus tetap menyapu layar secara
teratur untuk mempertahankan banyangan yang terjadi. Ini biasa disebut
penyegaran ulang atau “refresh” layar. Monitor umumnya memiliki laju
penyegaran (vertical scan rate)
4
60 hertz, yang maksudnya layar disegarkan kembali sebanyak 60
kali per detik. Jika laju penyegaran rendah, maka akan
mengakibatkan layar tampak berkedip-kedip. Hal ini akan cepat
melelahkan mata kita, maka sebaliknya kita memakai monitor
dengan “vertical scan rate” 70 hertz ke atas sudah cukup baik untuk
digunakan.
6
Namun kenyataannya masih ada cahaya backlight yang bias menembus kristal
cair sehingga tidak bisa menampilkan warna hitam dengan baik. Inilah salah
satu kekurangan LCD. Jadi semakin besar Contrast Ratiomaka semakin bagus
pula LCD dalam menampilkan warna. cara palingmudah untukmengetahui
seberapa bagus Contrast Ratio LCD adalah dengan menampilkan warna hitam
di layar. Jika warna hitam tersebut cenderung abu-abu maka masih ada sedikit
cahaya backlight yang berhasil menembus kristal cair.
Monitor jenis ini merupakan jenis monitor yang ramah lingkungan bila
dibanding dengan monitor tipe LCD. Sebab, ketika layar LCD dinyalakan
dengan menggunakan tabung-tabung fluorescent, terbentuklah uap merkuri(air
raksa) bertekanan rendah. Nah, merkuri (Hg) ini adalah produk yang berbahaya,
yang jika dibuang begitu saja akan mencemari lingkungan.Berbeda dengan
PrganicLight Emiting Diode (OLED), yang memanfaatkan teknologi diode
sehingga bisa menggantikan neon fluorescent.
Teknologi OLED ditemukan perusahaan Eastman Kodak, Dr. Ching W.
Tangpada tahun 1979. Riset di Indonesia mengenai teknologi ini dimulai
padatahun 2005. OLED diciptakan sebagai teknologi alternative yang mampu
mengungguli generasi tampilan layar sebelumnya.Di dalam LED terdapat
sejumlah zat kimia yang akan mengeluarkan cahayajika elektron-elektron
melewatinya. Dengan mengganti zat kimia ini, kitadapat mengganti panjang
gelombang cahaya yang dipancarkan, sepertiinfrared, hijau/biru/merah dan
ultraviolet.Kita sudah tau bahwa LED adalah dioda, sehingga memiliki kutup
( polar ).Arah arus konvensional hanya dapat mengalir dari anoda ke katoda.
7
2.3 Pengertian Lensa
8
2.4 Jenis Lensa Kacamata Berdasarkan Fungsinya
1. Lensa kaca
Salah satu material yang paling sering digunakan untuk lensa
kacamata adalah kaca. Lensa kacamata yang terbuat dari bahan kaca
umumnya lebih tidak mudah tergores.Akan tetapi, lensa dari bahan kaca
cenderung lebih berat dan hanya bisa digunakan untuk jenis frame tertentu.
Selain itu, dalam perawatannya, lensa kaca membutuhkan perhatian khusus
lantaran rentan terbentur.
2. Lensa plastik
Selain kaca, plastik juga sering dipakai sebagai bahan lensa
kacamata. Jenis lensa kacamata plastik cenderung lebih ringan
dibandingkan kaca. Tak hanya itu, jenis lensa kacamata plastol lebih
fleksibel dan aman karena tidak mudah terbentur.Lensa plastik juga dapat
melindungi penggunanya dari paparan sinar ultraviolet (UV).
3. Lensa polikarbonat
Lensa polikarbonat adalah jenis lensa kacamata yang berukuran tipis
dan ringan. Keunggulan lensa polikarbonat lainnya adalah tahan terhadap
benturan dan mampu memberikan perlindungan terhadap sinar
UV.Biasanya lensa polikarbonat disarankan bagi anak-anak serta orang-
orang yang sering melakukan olahraga atau melakukan kegiatan di luar
ruangan yang berisiko menyebabkan kacamata pecah.
11
4. Lensa trivex
12
2.6 1. Pewarnaan Lensa
antara lain :
1 . Lensa Kaca.
a. Solid Tints.
Solid Tints yang dilakukan pada lensa kaca dilakukan pada saat proses
Pabrikasi lensa dari pabrik . Pada lensa ini kedalaman kepekatan warna
bergantung pada ketebalan lensa ( Hukum Lambert ). Lensa minus lebih
gelap pada bagian tepi dibanding bagian tengahnya sedangkan lensa Plus
gelap pada bagian tengah dibanding bagian tepinya. Hal inilah yang
menyebabkan lensa jenis ini sudah jarang dipakai kecuali untuk lensa
Plano.
5
mmBar. Bahan yang digunakan untuk proses ini adalah Chromium,
Molybdenum atau Titanium Oxida yang dicampur dengan Silica , Silicium
Monoxida atau Magnesium Flourida.
13
2 . Lensa Plastik .
a. Solid Tints.
Proses ini hanya dilakukan pada lensa Plano, Solid tints yang dilakukan pada
lensa plastik didapat dengan cara polimerisasi dari monomer - monomer
yang mengandung larutanpewarna. Terkadang pada monomer juga diberikan
Ultraviolet Blocking Agent untuk melindungi dari radiasi sinar ultraviolet
tersebut.
Metode ini juga dikenal sebagai Dying ( pencelupan ).Pada permukaan lensa
diberi lapisan zat pewarna dengan cara dicelup. Proses ini dilakukan sebelum
dilakukan proses lain seperti AR Coating dan Hard coating. Namun dapat
juga dilakukan setelahnya apabila hard coating tersebut dapat menyerap zat
pewarna. Zat pewarna yang digunakan memiliki 3 warna utama yaitu Biru,
Kuning dan Merah.
Dengan cara pencampuran warna ini maka dapat dihasilkan warna lain dari 3
warna dasar tadi. Pada proses ini dapat dilakukan pewarnaan pada lensa
secara Full Color , gradien bahkan Rainbow Effect.
14
2.6.2 Perlindungan Terhadap Abrasi ( Scratch Resistance)
Test ini pada mulanya dikembangkan untuk menilai ketahanan cat . Test
ini memakai roda karet memiliki kelengkungan seperti lensa. Roda
karet ini digosokkan pada permukaan lensa dengan tekanan tertentu.
Hasilnya dibandingkan dengan lensa CR - 39 sebagai lensa uji coba.
2 . Bayer Test.
Test ini memang didesign untuk Industri Optic . Test ini menggunakan
kain baja yang memiliki tingkat kekasaran yang berbeda. Kain baja ini
digosokkan pada permukaan lensa untuk menilai tingkat ketahanan
terhadap goresan pada lensa. Hasilnya dibandingkan dengan standar yang
berlaku.
Test ini juga didesign untuk Industri Optic . Test ini dilakukan dengan
meletakkan lensa pada pemutarnya . Hasilnya diukur dengan cara melihat
transmisi cahaya yang dilewatkan pada lensa dengan standart tertentu.
5. Eraser test.
16
2.7 Jenis Radiasi
1. Radiasi Ionisasi
2. Radiasi Non-Ionisasi
17
BAB III
METODE PENELITIAN
18
3.4 Sumber Data
data deskriptif
19
DAFTAR PUSTAKA
20