Oleh :
NAMA : MUHAMAD FIKRI MAULANA
NIM : 16.088
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 16.088
Laporan kasus ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan pada Akademi
Refraksi Optisi Leprindo.
Menyetujui Diketahui
Sri Wahyu Budoyo Kusumo, A.Md ., RO,SE Dian Leila Sari, A.Md.RO. S.Pd., M.Kes
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
penulis dapat merampungkan Laporan Kasus Praktik Klinik Dasar dengan judul: Pengaruh
E-Eye IPL (Intens Pulse Light) pada penderita Dry Eye. Tujuan penulisan Laporan Kasus ini
untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Ahli Madya
Refraksionis Optisien bagi mahasiswa program D-3 Refraksi Optisi di Akademi Refraksi
Optisi Leprindo Jakarta . Penulis menyadari bahwa Laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril
maupun materil baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga
selesai, terutama kepada yang saya hormati:
1. Ibu Dian Leila Sari , A.Md.RO, S.PdM ,M.Kes , selaku Direktur ARO Leprindo.
2. Bapak Sri Wahyu Budoyo Kusumo, A.Md. RO, SE, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dalam menyusun tugas akhir ini.
3. Bapak-Ibu Dosen yang telah memberikan banyak ilmu khususnya terkait dengan bidang
Refraksionis Optisien.
4. Kepada kedua Orang Tua yang tak henti terus mendo’akan saya dan keluarga yang telah
memberikan dukungan kepada saya.
5. Untuk seluruh rekan seperjuangan “Angkatan 39” yang telah sama sama berjuang saling
mengingatkan dan bahu membahu dalam melewati masa perkuliahan.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin
Tangerang Selatan, Maret 2019
Penulis,
4
DAFTAR ISI
5
4.2.2. Objektif .........................................................................................17
4.2.3. Subjektif ........................................................................................18
4.3. Assesmen ...................................................................................................19
4.3.1. Keluhan / gejala ..............................................................................19
4.3.2. Diagnosis ........................................................................................19
4.4. Penanganan ...............................................................................................19
4.5. Edukasi ......................................................................................................20
BAB V PENUTUP ........................................................................................................21
5.1 Kesimpulan ................................................................................................21
5.2 Saran .........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................22
LAMPIRAN .....................................................................................................................23
6
DAFTAR GAMBAR
7
DAFTAR TABLE
8
BAB I
PENDAHULUAN
1
c. Mengetahui sistematika kerja yang ada di berbagai tempat pelayanan
pemeriksaan refraksi.
d. Menambah pengetahuan tentang alat-alat dan teknologi di tempat praktek
klinik dasar yang digunakan untuk pemeriksaan mata.
2
BAB II
LAPORAN OBSERVASI TEMPAT DAN SISTEMATIKA KERJA DI
RUMAH SAKIT MATA JAKARTA EYE CENTER KEDOYA
Jakarta Eye Center(JEC) adalah rumah sakit mata terkemuka di Indonesia yang
fokus pada pelayanan kesehatan mata. Pada awalnya, JEC,didirikan pada 1 Februari
1984, dengan empat orang ahli spesialis mata yaitu: Dr. Djokro Sarwono (Alm), Dr.
Darwan M. Purba, Prof. Dr. Istiantoro (Alm) dan Dr. Bondan Hariono bersama sama
mendirikan Klinik Mata Jakarta (KMJ). Pada awalnya, KMJ yang hanya bermodalkan
tiga kamar periksa dan satu kamar bedah tanpa fasilitas rawat inap, KMJ memiliki
komitmen untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia lewat pelayanan
kesehatan mata.
JEC selalu berupaya untuk menjadi yang terdepan dalam bidang kesehatan mata.
Kini, JEC telah memiliki tujuh layanan kesehatan mata, diantaranya sebagai berikut:
3
4. Okuloplasti Service (Bedah Plastik Mata Dan Tumor Mata)
5. Contac Lens Service
6. Children Eye And Squint Clinic
7. Low Vision Care
8. Diabetic Education And Care
9. Dry Eye Service
Nilai-Nilai JEC:
Extra
Excellence
1. Mengutamakan untuk memberikan yang terbaik dalam segala hal yang
kami lakukan.
2. Prioritas utama kami adalah keselamatan pasien.
3. Menghargai persatuan dan kesatuan berdasarkan prestasi untuk
memberikan yang terbaik bagi pasien dan perusahaan.
4. Belajar dari pengalaman dan selalu memperbaiki diri secara
berkesinambungan.
Trust
1. Jujur terhadap diri sendiri, pasien,kolega dan masyarakat.
2. Menjalankan perusahaan ini dengan etis dan bangga dapat dipercaya oleh
pasien, kolega dan masyarakat.
Respect
1. Saling menghargai dan mendukung satu sama lain.
2. Menghargai hukum dan hak pasien maupun hak individu.
3. Meyakini bahwa menghargai orang lain menjadi panduan kami dalam
bertingkah laku.
4. Menginspirasi lingkungan kerja yang menyenangkan untuk meningkatkan
produktivitas.
Action – Oriented
1. Percaya bahwa waktu sangat bernilai, sehingga kami terus menerus
meningkatkan efesiensi secara berkesinambungan.
2. Bertindak seger, dan mengerjakan secara benar.
4
Sementara itu, RS mata JEC@ Kedoya yang berlokasi di Jl. Terusan Arjuna Utara No
1 Kedoya Jakarta Barat memiliki 10 lantai dan masing masing lantai memiliki pelayanan
yang berbeda beda berikut pelayanan masing-masing lantai sebagai berikut:
5
Prosedur pemeriksaan di RS mata JEC yang dilakukan oleh Refraksionis Optisien
(Ruang BDR1, 2, lasik) sebagai berikut:
1. Menyamakan data pasien (nama lengkap dan tanggal lahir).
2. Membersihkan tangan dan alat sebelum melakukan refraksi.
3. Pemeriksaan objektif beserta pengecekan tekanan bola mata.
4. Pemeriksaan ukuran kacamata lama (jika tersedia).
5. Pemeriksaan refraksi subjektif.
6. Penentuan visus tanpa koreksi.
7. Penentuan visus dengan lensa koreksi
8. Penentuan akhir refraksi.
9. Pencatatan hasil akhir refraksi subjektif.
10. Merujuk ke ruang dokter yang akan dituju pasien.
6
BAB III
LANDASAN ILMIAH
3.1. Definisi Dry Eye
Mata kering atau dry eye syndrome adalah kondisi dimana tear film tidak stabil
baik jumlah atau kualitasnya sehingga lapisan air mata kehilangan kemampuan untuk
melindungi permukaan mata. Produksi air mata yang menurun dan mudah menguap
dapat menyebabkan kurangnya jumlah air mata. Akibat yang di timbulkan dari dry eye
syndrome mulai dari penurunan tajam penglihatan, iritasi mata ringan sampai
peradangan hebat dan bahkan timbulnya perlekatan dan jaringan parut pada permukaan
mata pada kornea.
7
1. Lapisan lipid yang berasal dari kelenjar meibom. Lapisan ini menghambat
penguapan. Ada sekitar 25 hingga 40 kelenjar meibom di kelopak mata atas
dan 20 hingga 30 di kelopak mata bawah. Fungsi kelenjar ini adalah untuk
mengeluarkan minyak / lipid ke permukaan mata. Minyak ini membantu
mencegah air mata menguap terlalu cepat.
2. Lapisan akueosa yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, mengandung
substansi larut-air (garam dan protein).
3. Lapisan musin dalam terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel epitel
kornea dan konjungtiva. Membran sel epitel terdiri atas lipoprotein dan
karenanya relatif hidrofobik. Permukaan yang demikian tidak dapat
dibasahi dengan larutan berair saja. Musin diadsorpsi sebagian pada
membran sel-sel epitel permukaan. Ini menghasilkan permukaan hidrofilik
baru bagi lapisan akueosa untuk menyebar secara merata ke bagian yang
dibasahinya dengan cara menurunkan tegangan permukaan.
8
Beberapa faktor dapat memicu terjadinya dry eye syndrome, antara lain:
a. Meibomian Gland Dysfunction (MGD) / Disfungsi kelenjar Meibom
adalah salah satu fakor penyebab utama pada Sindrom mata kering.
Meibomian mengacu pada jenis kelenjar tertentu di kelopak mata.
Disfungsi kelenjar Meibom adalah penyumbatan atau kelainan lain dari
kelenjar meibom sehingga mereka tidak memproduksi cukup minyak / lipid
ke dalam air mata. Karena air mata kemudian menguap terlalu cepat, maka
MGD menjadi salah satu penyebab utama sindrom mata kering.
9
g. Konsumsi obat-obatan tertentu jangka panjang seperti obat antihistamin
(obat antialergi), antidepresan, beberapa jenis obat penurun tekanan darah,
dapat meningkatkan risiko timbulnya dry eye syndrome. Begitu juga dengan
penggunaan obat tetes mata dengan preservative apabila digunakan untuk
jangka panjang dapat meningkatkan risiko dry eye syndrome.
h. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna saat mengedip atau
tidur, dapat menyebabkan penguapan air mata berlebih dan keringnya
permukaan bola mata
10
3.1.3. Gejala dan Tanda Dry Eye
Beberapa gejala dry eye syndrome yang dapat dikeluhkan antara lain:
1) Mata terasa perih dan sensasi nyeri
2) Gatal dan kering pada mata
3) Kelopak mata lengket saat bangun tidur
4) Mata terasa berat dan pegal
5) Mata mudah merah
6) Mata sering mengeluarkan kotoran
7) Sensitif terhadap cahaya (mudah silau atau photophobia)
8) Penurunan tajam penglihatan
9) Sensasi adanya benda asing (seperti berpasir) di dalam bola mata
10) Mata mudah berair
11
Gambar 3.4. Tes Schirmer
12
suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar
belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang
bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering digunakan dalam klinik.
Istilah “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam
satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam
meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga
dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk
memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan
tersebut, visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan
manusia, visus 20/40 dapat dianggap separuh dari tajam penglihatan jauh dan visus
20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal.
Kelainan refraksi juga dapat diartikan sebagai kelainan pembiasan sinar pada
mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning dan mungkin
tidak difokuskan pada satu titik yang fokus. Kelainan refraksi pada mata dapat
disebabkan oleh adanya faktor radiasi cahaya yang berlebihan atau kurang yang
diterima oleh mata situasi tersebut menyebabkan otot yang membuat akomodasi
pada mata akan bekerjasama, hal ini merupakan salah satu penyebab kelelahan
pada mata.
A. Miopia adalah mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga
sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina.
Kelainan ini diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan tergeser
kebelakang dan diatur tepat jatuh di retina. Penderita miopia mempunyai
13
punctum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam keadaan
konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia korvegensi.
D. Presbiopia adalah gangguan yang terjadi pada usia lanjut akibat kurang
lenturnya lensa dan melemahnya kontraksi badan siliar. Titik terdekat yang
masih dapat dilihat terletak maikn jauh didepan mata. Gejala umumnya
adalah sukar pada jarak dekat yang biasanya terdapat pada usia 40
tahun,dimana pada usia ini amplituda akomodasi pada pasien hanya
menghasilkan titik dekat sebesar 25 cm pada jarak ini seorang emitiopria
yang berusia 40 tahun dengan cara baca 25 cm akan menggunakan
akomodasi maksimal sehingga menjadi cepat lelah, membaca dengan
menjauhkan kertas yang dibaca,dan memerlukan sianar yang lebih terang.
Biasanya diberikan kaca mata untuk membaca dekat denga lensa sferis +
yang dihitung berdasarkan amplitudo akomodasi pada masing – masing
kelompok umur.
14
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
Gambar 3.5. Pengobatan Dry Eye dengan Teknologi E-Eye IPL Therapy
Terapi dry eye harus disesuaikan dengan jenis dan derajat dry eye yang dialami
penderita. Selain itu, disiplin dan kepatuhan terhadap pengobatan juga memegang
penting terhadap kesusksesan terapi dan hasil yang diharapkan.
E-Eye tidak secara langsung mempengaruhi kelenjar Meibomian. Emisi pada
saraf infra merah menghasilkan Gradien mikro suhu yang memicu pembebasan
neurotransmiter. Secara anatomis, saraf parasimpatis terhubung ke kelenjar Meibom
oleh beberapa cabangnya. Neurotransmitter yang dilepaskan kemudian akan dapat
15
berinteraksi dengan kelenjar Meibomian, merangsang sekresi dan kontraksi kelenjar.
Efek pengobatannya bersifat kumulatif dan bertahan lama
1 minggu setelah sesi 1
2 hingga 3 minggu setelah sesi ke-2
6 bulan hingga 2 tahun setelah 3 hingga 4 sesi
Pasien duduk dengan nyaman di kursi perawatan. Dokter mata menyesuaikan
perlindungan kacamata logam pada pasien untuk melindungi mata mereka dari cahaya.
Kemudian, dioleskan hidrogel pada kulit untuk melindunginya.
Terapi ini dilakukan di bawah kelopak mata bawah, dari canthus eksternal ke canthus
internal, menggunakan kekuatan nominal. Proses yang sama kemudian diulangi di
bawah kelopak mata lainnya.
16
3.4. Komplikasi dan Penanganan
Dengan memburuknya keadaan, maka penderita sindrom mata kerin akan
merasakan ketidaknyamanan pada mata. Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea,
penipisan kornea, dan perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan
berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea, yang menurunkan kualitas tajam
penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-komplikasi ini.
Permukaan mata yang teriritasi dan jumlah air mata yang kurang akan memicu
kelenjar air mata untuk berproduksi lebih banyak, kondisi ini disebut juga “reflex
tearing”. Walaupun demikian, air mata yang diproduksi tetap tidak stabil untuk
mengatasi mata kering sehingga rasa berair ini terjadi terus menerus.
Dalam penanganan kasus sindrom mata kering ini, JEC memiliki berbagai
pengobatan, antara lain:
a. Artificial tears substitute atau lubricants
b. Anti-inflamasi dan antibiotik topikal maupun oral
c. Autologus serum
d. Punctal plug occlusion
e. E-eye® intense pulse light (IPL) therapy
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien bernama SH (inisial) berusia 81 tahun mengalami Dry Eye
dengan penyebab Meibomian Gland Dysfunction (MGD) dan dilakukan terapi menggunakan
E-Eye Intens Pulse Light sebanyak 3 kali. Terdapat perubahan tajam penglihatan sebelum
melakukan terapi E-Eye IPL dan sesudahnya. Pengobatan tidak hanya dengan terapi, tetapi
juga diberikan obat berupa obat tetes (Eye Drop), Salep (Eye Gel), dan obat minum (Kapsul).
sebelum dilakukan Terapi E-Eye IPL, terlebih dahulu pasien melakukan terapi dengan
kompres hangat.
4.2.2. Objektif
Pasien dilakukan pemeriksaan visus secara objektif dengan Autorefraction dan
didapatkan hasil :
Tanggal ODS Sph Cyl Axis Keterangan
10/12/2018 OD S - 1.25 C -1.75 X 149 Autorefraction
OS S - 0.75 C -1.50 X 137 Autorefraction
10/01/2019 OD S - 0.75 C -1.50 X 137 Autorefraction
OS S - 0.25 C -2.00 X 83 Autorefraction
24/01/2019 OD S - 1.00 C -2.00 X 149 Autorefraction
OS S - 1.00 C -1.25 X 78 Autorefraction
18
4.2.3. Subjektif :
Pasien dilakukan pemeriksaan visus secara subjektif dengan Phoroptor
secara subjektif sebelum dan sesudah dilakukan penanganan dan didapatkan
hasil :
AVSC :
Tanggal AVOD AVOS Keterangan
10/12/2018 0.10 f 0.30 f Tanpa Koreksi
10/01/2019 0.10 f 0.25 f Tanpa Koreksi
24/01/2019 0.16 f 0.20 Tanpa Koreksi
19
4.3. Assesmen
4.3.1. Keluhan / gejala
Hasil anamnesa pasien mengeluhkan beberapa hal yang sama yaitu :
Mata Merah
Kedua mata kering dan lengket saat bangun dipagi hari
Dan pada pemeriksaan kelopak mata oleh dokter ahli di dapatkan hasil :
4.3.2. Diagnosis
Dan diagnosa yang di dapatkan oleh dokter adalah :
Blepharoconjungtivitis (H10.5)
Pseudophakia (z966.1)
Primary Open Angle Glaucoma (H40.1)
Dry Eye Syndrome (H04.1), Ec. Meibomian Gland Dysfunction Grade 4
20
kali sehari
8 Eyefresh Plus MD Eye Drop 2 Kedua mata Setiap 3 jam
Table 4.5. Obat-obatan yang digunakan oleh pasien berdasarkan resep dokter
4.5. EDUKASI
Setelah dilakukan penanganan terkait masalah dry eye yang di sebabkan oleh
Meibomian Gland Dysfunction pada pasien, maka pasien disarankan untuk :
Dokter memberikan edukasi tentang obat oral long term (2 bulan) dan terapi E-Eye
IPL
Dokter memberikan edukasi tentang obat oral macrolide bila setelah IPL masih
belum maksimal
Melanjutkan Penggunaan obat Xalatan, Refresh Plus dan Solcoseryl
Kontrol tajam penglihatan setiap kali kunjungan untuk mengetahui perkembangan
dari penanganan berupa terapi E-Eye IPL, Kompres hangat dengan Eye Heat, juga
obat-obatan berupa obat tetes, gel, dan oral / kapsul.
21
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dry eye merupakan penyakit air mata multifaktorial yang menyebabkan gejala
ketidaknyamanan, gangguan visual/penurunan tajam penglihatan, dan ketidakstabilan air
mata dengan kerusakan potensial terhadap permukaan Kornea.
Mata kering umumnya memerlukan penanganan berupa mengontrol gejala dan
mencegah kerusakan permukaan. Terapi yang dilakukan untuk mengatasi mata kering
ini bergantung pada tingkat keparahan penyakit. Langkah awal untuk mengobati
penyakit ini adalah dengan mengidentifikasi etiologi yang mendasarinya dan mencoba
untuk mengeliminasi dan/atau mengobatinya.
Dalam kasus ini Pada pemeriksaan tajam penglihatan pertama dengan ukuran :
OD S -1.00 C -1.25 X 150 Add + 3.00 Visus 6/18 F2
OS S -0.75 C -1.25 X 80 Add + 3.00 Visus 6/9 F.
Setelah dilakukan E-Eye IPL pertama ditambah kompres hangat dan penggunaan obat
maka Visus yang didapatkan adalah :
OD S -0.75 C-1.25 X 135 Add +3.00 Visus 6/12 F
OS S -0.50 C -1.75 X 85 Add +3.00 Visus 6/9 F
Setelah dilakukan E-Eye IPL kedua ditambah kompres hangat dan penggunaan obat
maka Visus yang didapatkan adalah :
OD S -1.00 C-1.75 X 150 Add +2.75 Visus 6/18 F2
OS S -1.00 C-1.25 X 80 Add + 2.75 Visus 6/12 F.
5.2. Saran
Follow Up Visit lanjutan untuk mengetahui perkembangan tajam penglihatan.
Melanjutkan kompres hangat dan penggunaan obat obatan sesuai resep dokter.
Edukasi tentang obat Macrolide jika setelah Terapi E-Eye IPL tidak didapatkan
hasil yang maksimal.
Refraksionis Optisien sebagai tenaga kesehatan non medis tetap melakukan
pemeriksaan tajam penglihatan pada penderita Dry eye untuk pemeriksaan awal
sebelum dan sesudah pengobatan.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://dry-eyes.com.au/mgd/how_does_it_work/
http://dry-eyes.com.au/mgd/meibomian_gland_dysfunction/
https://allaboutvision.com/conditions/meibomian-gland.html
https://eyecarepartners.co.uk/dry-eyes-information.html
https://jec.co.id/en/service/page/41/166/dry-eye
https://jec.co.id/id/blog/162/dry-eye-syndrome
https://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5685175/
Ilyas S. 2009. Ilmu penyakit mata edisi ketiga. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 140-141.
James, B., Chew, C., Bron, A. Lecture Notes on Ophtalmology. Anatomy. 4-5
Kanski, Jack J., 2007. Kanski Clinical Ophthalmology A Systematic Approach. Ed_6.
Elsevier;151,
205-212.
Lemp, M A, Foulks, G N. 2008. The Definition & Classification of Dry Eye Disease
Guidelines
from the 2007 International Dry Eye Workshop.
Salmon, JF. 2007.Lid Lacrimal Apparatus and Tears. In General Ophthalmology Vaughan D,
23
LAMPIRAN
24
25
26
27
28
29