Mengetahui,
I. PENDAHULUAN
Organisasi kesehatan dunia WHO menyebutkan setidaknya 45 juta
penduduk dunia buta (3/60) dan 135 juta penduduk dunia low vision (6/18).
Berdasarkan riset kesehatan dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan di
Indonesia yaitu sebesar 0,9% dimana gangguan refraksi menempati urutan ke-
3 setelah katarak dan glaukoma. Estimasi jumlah orang dengan gangguan
penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24%
populasi, sebesar 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision dan 0,58%
atau 39 juta orang menderita kebutaan. Penyebab gangguan penglihatan
terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi 42%,
diikuti oleh katarak 33% dan glaucoma 18%.1
Tajam penglihatan dipengaruhi oleh refraksi, kejernihan media refrakta
dan saraf. Bila terdapat kelainan/gangguan pada komponen tersebut, akan dapat
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Kelainan refraksi atau ametropia
merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan
pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang bintik
kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus. Pembiasan sinar
pada mata ini ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan
mata, lensa, benda kaca dan panjang bola mata. Pada orang normal susunan
pembiasan oleh media refrakta dan panjangnya bola mata seimbang sehingga
setelah melalui media refrakta dibiaskan tepat di daerah macula lutea pada
retina. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia,
astigmatisma dan presbiopi.2,3
II. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Suyanti
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. CM : 38-89-96 (Pasien Poli Mata RS William Booth)
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gunung Jati Utara, RT 001 / RW 002 Kel. Wonosari,
Kecamatan Ngaliyan, Semarang
Pekerjaan : Swasta
III. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 22
Mei 2019 pukul 08.00 WIB di Poliklinik Mata RS William Booth Semarang
Keluhan Utama
Mata kanan dan kiri kabur saat membaca jarak dekat
± 1 minggu yang lalu, pasien mengaku matanya masih terasa kabur apabila
digunakan untuk membaca tulisan, mengerjakan pekerjaan dengan komputer,
ataupun menonton TV. Pasien mengaku saat ini apabila mengenakan kacamata
bacanya, mata terasa pegal. Pegal terutama dirasakan saat pasien mengerjakan
pekerjaan dengan komputer, menonton di depan TV atau membaca tulisan
dengan mengenakan kacamata baca yang saat ini. Pegal pada mata terkadang
disertai pusing dan berkurang jika mata ditutup dan tidur. Pasien juga
mengeluhkan kepala terasa pusing. Tidak ada mata merah, tidak ada bengkak,
tidak ada nyeri/cekot-cekot pada mata, tidak ada nrocos, tidak ada silau, tidak
ada kotoran mata, tidak ada melihat pelangi. Pandangan kabur seperti tertutup
kabut (-), melihat kilatan cahaya (-), melihat bintik-bintik hitam (-). Karena
dirasakan membuat pasien tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya,
penderita kemudian memeriksakan diri ke Poliklinik Mata RS William Booth.
Status Praesens
Keadaan umum : Baik
Kesadaaran : Compos Mentis, GCS 15
Tanda vital : TD :110/70 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 84x/menit Suhu : 36,8oC
Status Oftalmologis
OD : OS :
Segmen Anterior tenang Segmen Anterior tenang
Oculus Dexter Oculus Sinister
5/5 False 1 Visus dasar 5/10 False 1
S+0,50 5/5 Visus Koreksi S+0,75 5/5
Lensa addisi S+2,00 Jaeger 2 Lensa addisi S+2,00 Jaeger 2
Bebas ke segala arah Gerak bola mata Bebas ke segala arah
Tidak ada kelainan Supersilia Tidak ada kelainan
Edema (-), ptosis (-), Palpebra Edema (-), ptosis (-),
lagoftalmus (-),hiperemis (-), lagoftalmus (-),hiperemis (-),
entropion (-), ektropion (-), entropion (-), ektropion (-),
tumor (-) tumor (-)
Hiperemis (-), Konjungtiva Hiperemis (-),
sekret (-), edema (-) palpebralis sekret (-), edema (-)
Hiperemis (-), Konjungtiva Hiperemis (-),
sekret (-) forniks sekret (-)
Sekret (-), Konjungtiva Sekret (-),
injeksi konjungtiva(-), injeksi bulbi injeksi konjungtiva (-), injeksi
siliar (-) siliar (-)
Tak ada kelainan Sklera Tak ada kelainan
Jernih Kornea Jernih
Kedalaman cukup, jernih, Kamera okuli Kedalaman cukup, jernih,
Tindal Efek (-) anterior Tindal Efek (-)
Kripte (+), sinekia anterior (-), Iris Kripte (+), sinekia anterior (-),
sinekia posterior (-), atrofi iris sinekia posterior (-),atrofi iris
(-) (-)
Bulat, sentral regular Pupil Bulat, sentral regular,
d= 3 mm,reflek pupil (+)N d= 3 mm,reflek pupil (+)N
Jernih Lensa Jernih
(+) cemerlang Fundus refleks (+) cemerlang
T(digital) normal Tensio okuli T(digital) normal
Pemeriksaan Funduskopi (Oculi Dextra et sinistra) :
- Papil N. II : bulat, batas tegas, myopic cresent (-), cup/disc ratio 0,3
warna kuning cemerlang
- Vasa : arteri vena ratio 2/3, perjalanan dalam batas normal
- Retina : edema(-), perdarahan (-), eksudat (-)
- Makula : refleks fovea (+) cemerlang
V. RESUME
Seorang wanita usia 49 tahun datang ke poliklinik mata RS William Booth
dengan keluhan sejak ± 2 tahun yang lalu penglihatan kedua mata kabur pada
saat melihat dekat. Pasien mengalami kesulitan saat membaca tulisan ataupun
saat bekerja di depan komputer. Penglihatan kabur lama kelamaan dirasakan
semakin memberat sejak dari awal dirasakan. Sejak ± 1 minggu yang lalu
pasien mengeluhkan kedua mata terasa pegal dan pusing (+), keluhan
bertambah saat bekerja lama di depan komputer, lama menonton TV dan
berkurang saat menutup mata dan tidur.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik : Status presens dalam batas normal
Status oftalmologis :
Oculus Dexter Oculus Sinister
5/5 False 1 Visus dasar 5/10 False 1
S+0,50 5/5 Visus Koreksi S+0,75 5/5
Lensa addisi S+2,00 Lensa addisi S+2,00
VI. DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
ODS Hipermetropia Ringan
ODS Presbiopia
DIAGNOSIS KERJA
ODS Hipermetropia
ODS Presbiopia
VII. PENATALAKSANAAN
Resep kacamata sesuai dengan koreksi
OD: S+0,50 lensa addisi S+2,00
OS: S+0,75 lensa addisi S+2,00
VIII. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad vitam ad bonam ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam
IX. SARAN
1. Pasien diberitahu untuk kembali apabila keluhan tidak berkurang atau
memburuk.
2. Pasien disarankan untuk kontrol 1 tahun lagi untuk mengevaluasi ketajaman
penglihatan
X. EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pasien menderita hipermetropia dan
presbiopia pada mata kanan dan kiri yang dapat diatasi dengan
menggunakan kacamata.
2. Menjelaskan tentang pentingnya memakai kacamata koreksi dan
menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi bila tidak memakai
kacamata.
3. Meminta pasien untuk kontrol kembali apabila keluhan pusing dan
penglihatan kabur masih dirasakan.
4. Menjelaskan untuk tidak membaca dan menonton TV dengan jarak terlalu
dekat terlalu lama dan menganjurkan untuk berisitirahat tiap 30 menit
beraktivitas.
5. Menjelaskan tidak boleh membaca sambil tiduran, tidak boleh membaca di
tempat remang-remang/cahaya kurang.
6. Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol pemeriksaan mata minimal setiap
1 tahun sekali, apabila tidak terdapat keluhan.
XI. DISKUSI
Titik fokus (tanpa alat bantu) bervariasi di antara mata individu normal
tergantung bentuk bola mata dan korneanya. Mata emetrop secara alami
memiliki fokus yang optimal untuk penglihatan jauh. Mata ametrop memerlukan
lensa koreksi agar terfokus dengan baik untuk melihat jauh. Gangguan optik ini
disebut kelainan refraksi. 1
Kelainan refraksi suatu keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optic
pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan
lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan
ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola
mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan tepat pada makula lutea, tetapi
dapat didepan atau dibelakang makula. 1,2,3
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran
depan dan kelengkungan kornea serta panjangnya bola mata. Kornea mempunyai
daya pembiasan sinar terkuat dibanding media penglihatan mata lainnya. Lensa
memegang peranan terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat
benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang berbeda-beda. Bila terdapat
kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya
perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata, maka sinar normal
tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia. 2
1. Hipermetropia
Kekuatan optik mata terlalu rendah (biasanya karena mata terlalu pendek)
dan sinarcahaya paralel mengalami konvergensi pada titik di belakang retina.
Penyebabutama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek.
Akibat bolamata yang lebih pendek bayangan benda akan difokuskan di belakang
retina ataus elaput jala.1,4
1. Ilyas, Sidarta, 2014. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia Edisi Kelima
2. Suhardjo. Buku Ilmu Kesehatan Mata FK UGM. 2012. Yogyakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Mata FK UGM.
3. Nurwinda, Rejeki S, dkk. Hubungan antara ketaatan berkacamata dengan
progresivitas derajat miopia pada mahasiswa FK Universitas Islam Indonesia.
2013. Available from:
http://journal.uii.ac.id/index.php/JKKI/article/view/6723/pdf
4. James, Bruce,Chris C., Anthony B..2016. Ophtalmology Lecture Notes 12th
Edition. New Jersey :Wiley-Blackwell.
5. Budiono, Sjamsu; dkk, 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata FK Unair.
Surabaya: Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Airlangga
6. Riordan P. Optics and Refraction. Yvaughan & Asbury's General
Opthalmology. L 11th Ed. Mc Graw Hill Companies. 2016.390-396
7. Carlos Luna Da Costa, Juan; Beltrao, Ian; Tavares, Larissa et al. 2015
Correlation between the use of accomodatin and symptoms of asthenopia in
hyperopic patients. Revista Brasileira de Oftalmologia [Intenet]. 2015 Aug
[Cited 2019 May 22]: 225-230. Available from :
http://www.scielo.br/scielo.php? Script=sci_arttex&pid=S0034-
7280201500040225&Ing=en.
8. Papadopoulos et al. Current Management of Presbiopia. Middle East Afr.
Journal of Ophtalmology. 2015 Jan-Mar 10-17.
9. Alarcon A, Anera RG, del Barco LJ, Jimenez JR. Designing Multifocal
corneal models to correct presbyopia by laser ablation. J Biomed Opt.
2012;17:018001
10. Ryan a, O’Keefe M. Corneal approach to hyperopic presbyopia treatment :
Six-month outcomes of anew multifocal excimer laser in situ keratomileusis
procedure. Journal of Cataract & Refractory Surgert. 2013;39:1226-33