SIROSIS HEPATIS
Disusun oleh:
Wildan Saeful Haq
20080310093
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
SIROSIS HEPATIS
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
nikmat, petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan presentasi kasus Sirosis hepatis.
Presentasi kasus ini terwujud atas bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang tak ternilai kepada
1. dr. Kus Budayatiningrum Sp.Rad, selaku dosen pembimbing Ilmu
Radiologi
RSUD
KRT
Setjonegoro
Wonosobo
yang
telah
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
LAPORAN KASUS
A.
Identitas Pasien
B.
Anamnesis
C.
Pemeriksaan Fisik
D.
Pemeriksaan Penunjang
E.
Diagnosis
10
F.
Terapi
10
BAB II
11
TINJAUAN PUSTAKA
11
A.
Definisi
11
B.
Klasifikasi
11
C.
Etiologi
12
D.
13
E.
Manifestasi Klinik
14
F.
Diagnosis
17
G.
Komplikasi
18
H.
Pengobatan
19
I.
Prognosis
22
BAB III
24
24
BAB IV
29
PEMBAHASAN
29
BAB V
31
iii
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
33
iv
Daftar Gambar
Gambar 1. USG Abdomen
Gambar 2. Foto BNO
Gambar 3. Foto thorax PA
Gambar 4. USG pasien dengan sirosis dan asites
Gambar 5. Gambar thrombosis vena porta pada sirosis
Gambar 6. CT scan pasien dengan sirosis
Gambar 7. CT scan sirosis dengan asites
Gambar 8. Gambaran MRI pasien sirosis
7
8
9
24
25
26
27
27
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. Robiah
Usia
: 68 Tahun
Alamat
: Batur, Banjar
Pekerjaan
Tanggal masuk RS
: 19 agustus 2013
Tanggal keluar RS
: 25 agustus 2013
B. Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis dan autoanamnesis serta pemeriksaan fisik pada tanggal
24 agustus 2013 di bangsal flamboyan.
Keluhan Utama
bengkak seperti sekarang, pasien jadi sulit untuk berjalan dan beraktivitas. Pasien
merasa sakit perut mual ingin muntah. Badan terasa lemas dan nafsu makan
menurun. Akhir-akhir ini pasien tidur dengan 3 bantal dan sering terbangun
karena sesak. BAK lancar, BAB lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami gejala penyakit yang sama selama ini.
Pasien mengaku pernah menderita penyakit kuning 5 tahun yang lalu tetapi tidak
pernah mencoba mengobatinya. Pasien menyangkal pernah meminum alkohol
sebelumnya. Pasien menyangkal pernah muntah darah atau BAB warna hitam.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama.
Riwayat penyakit berat lainnya tidak ada pada keluarganya.
Anamnesis Sistem
Sistem Cerebrospinal : Sadar, pusing.
Sistem Indera :
-
Mata
mengeluarkan cairan.
Mulut
: tidak terdapat sariawan , gusi tidak berdarah , mulut kering , tidak
sariawan.
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Respiratorius
: sesak nafas
Sistem Gastrointestinal
Sistem Urogenital
Sistem Intergumentum
: gerakan bebas
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Sedang, tampak lemas, kesadaran : compos mentis
Vital Sign
Tekanan Darah
: 120/77 mmHg
Nadi
Suhu
: 36,4C
Respirasi
: 28x/menit
Wajah
Rambut
: Simetris,
: pertumbuhan merata, warna hitam sedikit putih, tidak rontok.
Mata
tinitus ,tidak terdapat discharge, tidak gatal, tidak terdapat nyeri tekan tragus.
Hidung
: hidung bentuk normal, nafas tidak cuping hidung , tidak terdapat
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
- Kanan atas
: SIC II LPS dextra
- Kiri atas
: SIC II LMC sinistra
- Kanan bawah
: SIC IV LPS dextra
- Kiri bawah
: SIC VI LMC sinistra
Auskultasi
: bunyi S1-S2 tunggal, irama reguler ST (-) bising (-)
Pulmo
Inspeksi
: simetris, tidak terdapat deformitas, tidak terdapat sikatrik, tidak
terdapat jejas, tidak terdapat retraksi subcosta, tidak terdapat retraksi
intercosta, tidak terdapat ketinggalan gerak
Palpasi
kiri sama.
Perkusi
: Sonor dikedua lapang paru, redup pada paru kiri dari SIC V,
Perkusi
terdapat undulasi
Palpasi
kelainan kulit, tidak terdapat deformitas, tidak terdapat nyeri gerak aktif dan
pasif, akral hangat.
D. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin & Kimia Klinik (19/08/13)
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Eosinofil
Basofil
Hasil (satuan)
13.9
5.3
0.60
0.20
Nilai Rujukan
11.7 15.5 g/dL
3.6 11 10^3/ul
24%
01%
Interprestasi
Normal
Normal
Menurun
Normal
5
Netrofil
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Gula darah sewaktu
Ureum
Kreatinin
Asam urat
Cholesterol total
HDL Cholesterol
LDL Cholesterol
Trigliserid
SGOT
SGPT
Total protein
Albumin
Globulin
HBsAg
59.40
33.00
6.80
44
5.1
156
86
27
32
83
74.0
0.70
6.3
82
31
42
31
26.0
22.0
5.76
2.40
3.36
Negatif
50 70 %
25 40 %
28%
35 47 %
3.8 5.2 10^6/ul
150 400 10^3/ul
80 100 fL
26 34 Pg
32 36 q/dL
70 150 mg/dL
<50 mg/dL
0.4 1.1 mg/dL
2.0 7.0 mg/dL
<220 mg/dL
>35 mgdL
<130 mg/dL
70 140 mg/dL
0 35 U/L
0 35 U/L
6.7 8.3 g/dL
3,8 5,3 g/dL
Mg/dL
Negatif
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Menurun
Normal
Menurun
Normal
Normal
Menurun
Menurun
Radiologi
USG Abdomen
Cholecystitis
Efusi pleura Dx & Sn
Asites
Foto BNO
Hasil :
-
abdomen
Vertebrae : spur (+) VL I & II, IV & V
Tampak gambaran floating sign
Kesan :
Spondylosis Lumbalis
Foto Thorax PA
Efusi Pleura
F. Terapi
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sirosis adalah penyakit kronis pada hati di mana terjadi destruksi dan
regenerasi difus sel-sel parenkim hati dan peningkatan pertumbuhan jaringan ikat
difus yang menghasilkan disorganisasi arsitektur lobular dan vaskular.(1)
B. Klasifikasi
Sirosis diklasifikasikan dengan berbagai cara berdasarkan atas morfologi,
makroskopik, mikroskopik, etiologi serta kondisi klinisnya. Beberapa klasifikasi
dapat di lihat pada tabel.(1)
Tabel 1. Klasifikasi sirosis hepatic
Klasifikasi
Penyebab
10
tersering
Klasifikasi morfologi
makroskopik
- Mikronoduler
- Makronoduler
- Campuran
Klasifikasi histologik
- Sirosis bilier
(periporta)
- Sirosis paska
nekrotik
- Sirosis kardiak
- Sirosis porta
ALD, HHC
VH, ALH
Semua etiologi
yang lain
PBC, EHBA,
SBC, PSC
VH, AIH
VO, BC
ALD, MLD
Klasifikasi berdasarkan
kondisi klinik
- Terkompensasi
- Dekompensasi
- Aktif
- Tak aktif
Kelainan bilier
Atresia bilier
11
Hepatitis virus
Sindrom alagile
Ascending cholangitis
Kista koledukus
Sepsis neonatal
fibrosis hepatis
kongenital
Kelainan metabolik
Kelainan vaskuler
Sindrom Budd-Chiari
Cystic fibrosis
Fruktosemia
perikarditis kongestif
Galaktosemia
Hemokromasitosis
Glicogen storage
Hepatic porphyria
Bahan toksik
Histiosis X
bahan organik
obat-obatan
Penyakit Wilson
Kelainan Nutrisi
Total parental alimentation
Mal nutrisi
Idiopatik
12
(ECM) yang
ternyata sangat penting untuk proses penyelamatan dan pemeliharaan fungsi sel
hepar karena dapat memelihara keseimbangan lingkungan sel. Makro molekul
dari ECM terdiri dari kolagen, proteoglikan dan glikoprotein.(1,8)
Pada sirosis ternyata terdapat perobahan kualitas dan kuantitas ECM
sehingga terdapat penyimpangan dan pengorganisasian pertumbuhan sel dan
jaringan hati. Pada berbagai penyakit hati terdapat peningkatan bahan metabolik
prokolagen III peptide yang dapat meransang proses fibrosis. Pada kondisi yang
stimultif karena infeksi virus, iskemia ataupun karena keadaan lain yang dapat
menyebabkan nekrosis hepatosit maka hepatosit mengadakan proses proliferasi
yang lebih cepat dari biasanya.(1,2,8)
13
14
E. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis dari sirosis tergantung pada penyakit penyebab serta
perkembangan tingkat kegagalan hepato selullar dan fibrosisnya. Manifestasi
klinis sirosis umumnya merupakan kombinasi dari kegagalan fungsi hati dan
hipertensi porta. Berdasarkan stadium klinis sirosis dapat di bagi 2 bentuk.(1,8)
a.
Stadium kompensata.
Pada keadaan ini belum ada gejala klinis yang nyata, diagnosisnya sering
ditemukan kebetulan.
b.
Stadium dekompensata.
Sirosis hati dengan gejala nyata. Gejala klinik sirosis dekompensata
15
clubbing finger dapat terjadi karena hipoksemia kronik akibat terjadinya kolateral
paru-sistemik.
Pada kardiovaskular manifestasinya sering berupa peningkatan kardiac
output yang dapat berkembang menjadi sistemik resistensi serta penurunan
hepatic blood flow (hipertensi porta), selanjutnya dapat pula menjadi hipertensi
sistemik.
Pada sistim endokrin kelainan terjadi karena kegagalan hati dalam
mensintesis atau metabolisme hormon. Keterlambatan pubertas dan pada adolesen
dapat ditemukan penurunan libido serta impontensia karena penurunan sintesis
testeron di hati. Juga dapat terjadi feminisasi berupa ginekomastia serta kurangnya
pertumbuhan rambut.(8,9)
Pada sistim neurologis ensefalopati terjadi karena kerusakan lanjut dari sel
hati. Gangguan neurologis dapat berupa asteriksis (flapping tremor), gangguan
kesadaran dan emosi.
Sistem imun pada sirosis dapat terjadi penurunan fungsi imunologis yang
dapat menyebabkan rentan terhadap berbagai infeksi, diantaranya yang paling
sering terjadi pneumonia dan peritonitis bakterialis spontan. Kelainan yang
ditemu-kan sering berupa penurunan aktifitas fagosit sistem retikulo-endo-telial,
opsonisasi, kadar komplemen C2, C3 dan C4 serta aktifitas pro-liferatif monosit.
(1,8,9)
16
terjadinya
hipokalemia.
Kondisi
hipokalemia
ini
dapat
17
diagnosis
sirosis hati.
Pada stadium
pretibial,
splenomegali,
vena
kolateral,
eritema
palmaris.
Pada
leukepenia
dan
trombositopenia.
Waktu
protrombin
sering
memanjang. Tes fungsi hati dapat normal terutama pada penderita yang masih
tergolong kompensata-inaktif. Pada stadium dekompensata ditemui kelainan
fungsi hati. Kadar alkali fosfatase sering meningkat terutama pada sirosis billier.
Pemeriksaan elektroforesis protein pada sirosis didapat-kan kadar albumin rendah
dengan peningkatan kadar gama globulin.
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan noninvasif, aman dan mempunyai
ketepatan yang tinggi. Gambaran USG pada sirosis hepatis tergantung pada berat
ringannya penyakit. Keterbatasan USG adalah sangat tergantung pada
subjektifitas pemeriksa dan pada sirosis pada tahap awal sulit didiagnosis.
Pemeriksaan serial USG dapat menilai perkembangan penyakit dan mendeteksi
dini karsinoma hepatoselular. Pemeriksaan scaning sering pula dipakai untuk
melihat situasi pembesaran hepar dan kondisi parengkimnya. Diagnosis pasti
sirosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik jaringan hati yang di dapat
dari biopsi.(1,2,8)
G. Komplikasi
Komplikasi sirosis dapat terjadi secara fungsional, anatomi ataupun
neoplastik. Kelainan fungsi hepatoselular disebabkan gangguan kemampuan
sintesis, detoksifikasi ataupun kelaian sistemik yang sering melibatkan organ
18
ginjal dan endokrin. Kelainan anatomis terjadi karena pada sirosis terjadi
perubahan bentuk parengkim hati, sehingga terjadi penurunan perfusi dan
menyebabkan terjadinya hipertensi portal, dengan perobahan alur pembuluh darah
balik yang menuju viseral berupa pirau baik intra maupun ekstra hepatal. Sirosis
yang dibiarkan dapat berlanjut dengan proses degeneratif yang neoplastik dan
dapat menjadi karsinoma hepatoselular. Komplikasi dari sirosis dapat berupa
kelainan ginjal berupa sindroma hepatorenal, nekrosis tubular akut. Juga dapat
terjadi ensefalopati portosistemik, perdarahan varises, peritonitis bakterialis
spontan.
H. Pengobatan
Sirosis kompensata memerlukan kontrol yang teratur. Untuk sirosis
dengan gejala, pengobatan memerlukan pendekatan holistik yang memerlukan
penanganan multi disipliner.
1.
2.
3.
Dietetik
-
19
tidak
4.
5.
Medikamentosa
Terapi medika mentosa pada sirosis tak hanya simptomatik atau memperbaiki
fungsi hati tetapi juga bertujuan untuk menghambat proses fibrosis,
mencegah hipertensi porta dan meningkatkan harapan hidup tetapi sampai
saat ini belum ada obat yang yang dapat memenuhi seluruh tujuan tersebut.(11)
20
terhadap asam empedu toksik. Sebagai hepato- proktektor dan bile flow
inducer. Dosis 10-30 mg/kg/hari. Penelitian Pupon mendapatkan dengan
pemberian asam ursodeoksikolat 13-15 mg/kgBB /hari pada sirosis bilier
ternyata dapat memperbaiki gejala klinis, uji fungsi hati dan prognosisnya.
-
21
750 mg pada pasien sirosis bilier primer ternyata tak memberikan keuntungan
klinis. Juga peningkatan dosis hanya memberatkan efek sam-ping obat,
sedangkan penyakitnya tetap progresif.
-
6.
b.
Asites
Asites dapat diatasi dengan retriksi cairan serta diet rendah natrium (0,5
mmol/kgbb/hari), 10%-20% asites memberikan respon baik dengan terapi
diet. Bila usaha ini tidak berhasil dapat diberikan diuretik yaitu antagonis
aldosteron seperti spironolakton dengan dosis awal 1 mg/kgbb yang dapat
dinaikkan bertahap 1 mg/kgbb /hari sampai dosis maksimal 6 mg/kgbb /hari.
Pengobatan diuretik berhasil bila terjadi keseimbangan cairan negatif 10
ml/kgbb/hari dan pengurangan berat badan 1%-2%/hari. Bila hasil tidak
optimal dapat ditambahkan furosemid dengan dosis awal 1-2 mg/kgbb/hari
dapat dinaikan pula sampai 6 mg/kgbb/hari. Parasentesis dapat diper-
22
I. Prognosis
Prognosis
pasien
sirosis
ditentukan
oleh
kelainan
dasar
yang
Asites
Negatif Dapat
Tidak
dikontrol
Nutrisi
Baik
Kelainan
neurologi Negatif Minimal
Bilirubin 1,5
1,5-3
(mg%)
Sedang
Jelek
Lanjut
>3
23
Albumin
(gram%)
3,5
3,0-3,5
<3
24
BAB III
TINJAUAN KHUSUS RADIOLOGI
25
Pada gambar diatas merupakan hasil USG pasien dengan sirosis hepatis
akibat hepatitis dengan asites. Tampak echotekstus parenkim hepar yang kasar,
tepi yang ireguler dan berbenjol (tanda panah) dan asites (tanda bintang).
26
27
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang pasien perempuan usia 63 tahun datang ke IGD RSUD
Setjonegoro Wonosobo dengan keluhan perut membesar dan kaki bengkak.
Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien sejak satu bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan perutnya semakin lama semakin besar, perut terasa sebah/penuh,
badan lemas, nafsu makan menurun, pasien mengaku pernah menderita penyakit
kuning sekitar 5 tahun yang lalu. BAB normal, BAK normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah tapi sadar, tanda
vital baik. Pada pemeriksaan paru terdapat adanya efusi pleura dibuktikan dengan
adanya perkusi yang pekak dari SIC V pada paru kiri dan pada SIC VII pada paru
kanan. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan adanya tanda-tanda asites seperti
perut mencembung, didapatkan pekak beralih dan tes undulasi positif. Tetapi tidak
didapatkan adanya hepatomegali maupun splenomegali. Pada pemeriksaan
ekstremitas bawah didapatkan pitting udem. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan albumin dan protein total yang menurun. Hasil pemeriksaan serologi
HbsAg negatif. Dari USG didapatkan adanya hepar mengecil, tepi irregular,
struktur echo parenkim kasar homogen, serta didapatkan juga asites. Dari foto
thorak didapatkan adanya efusi pleura dan cardiomegali.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
kemungkinan besar pasien menderita sirosis hati. Namun untuk kepastian
diagnosa dapat dilakukan biopsi hati. Sesuai teori yang ada, pada pasien ini sudah
29
sampai kedalam sirosis stadium dekompensata karena berbagai gejala sudah mulai
muncul seperti adanya berbagai kondisi dikarenakan hipoalbumin diantaranya
edema, asites dan efusi pleura. Selain itu dari pemeriksaan USG juga tampak
gambaran hepar yang mengecil dan tepinya irregular yang memperlihatkan sudah
terjadinya nekrosis dan fibrosis parenkim hepar. Efusi pleura terlihat pada foto
thorax dimana terdapat cairan pada cavum pleura yang menutupi sinus
costophrenicus dan pada USG tampak cairan diatas diafragma. Asites terlihat
dengan USG dimana terdapat banyak cairan bebas didalam cavum abdomen
ditandai dengan adanya Morrison pouch yang merupakan salah satu tanda adanya
asites didukung dengan foto BNO posisi AP supine tampak floating sign.
Penatalaksanaan terdiri dari diet yang ketat yaitu diet tinggi kalori dan protein,
retriksi natrium dan tirah baring. Untuk mengurangi efusi pleura, asites dan udem
dapat digunakan diuretic seperti furosemid dan spironolakton yang merupakan
diuretic hemat kalium. Bila etiologi infeksi virus dapat diberikan antivirus atau
interferon. Selain itu perlu juga diperhatikan adanya komplikasi seperti koma
hepatic dan varises esophagus yang belum muncul pada pasien ini.
30
BAB V
KESIMPULAN
31
koma hepatis dan infeksi sekunder belum muncul pada pasien ini. Menurut
klasifikasi Child-Pugh, prognosis pasien ini masuk kedalam Child B dengan
angka mortalitas sekitar 30% .
32
DAFTAR PUSTAKA
1.
33
13.
34