1
- Riwayat keluarga menderita penyakit serupa disangkal.
- Riwayat penyakit keganasan pada keluarga disangkal.
5. Riwayat Pekerjaan: karyawan swasta
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik: Tinggal bersama istri dan anaknya di rumah
milik pribadi, ventilasi kurang baik, hygiene dan sanitasi kurang baik, jarak rumah
dengan rumah tetangga dekat.
7. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus): -
8. Lain-lain : -
Daftar Pustaka:
1. Rizki Amalia. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Pembesaran Prostat Jinak.2007.
Available at: http://eprints.undip.ac.id/19133/1/Rizki_Amalia.pdf
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Benign Prostat Hyperplasia
2. Etiologi Benign Prostat Hyperplasia
3. Tata laksana Benign Prostat Hyperplasia
4. Prognosa Benign Prostat Hyperplasia
5. Comorbid yang menyertai Benign Prostat Hyperplasia
2
terasa panas, anyang- anyangen, saat akan memulai kencing harus mengejan
(+), harus menunggu lama sampai urin keluar (+), urin pancaran lemah (+),
pancaran urin bercabang (-), urin menetes (-), terasa tidak tuntas di akhir buang
air kecil (+), riwayat urin keluar pasir/kerikil (+), urin berwarna merah (-),
mual (-), sesak (-), muntah (-), demam (-), pusing (-), BAB dalam batas
normal.
+ 1 hari SMRS pasien mengeluh tidak bisa buang air kecil sama sekali dan
terasa sakit di perut bawah. Kemudian oleh keluarganya, pasien dibawa ke
UGD RSUD Lubuk Sikaping. Pasien didiagnosis Retensi Urin dd Suspek
Benign Prostatic Hyperplasia. Lalu pasien dirawat di ruangan bedah. Pasien
belum pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat sakit tekanan darah tinggi disangkal.
Riwayat penyakit kencing manis disangkal.
Riwayat penyakit keluarga: riwayat sakit serupa dikeluarga disangkal.
Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Tinggal bersama istri dan anaknya di
rumah milik pribadi, ventilasi kurang baik, hygiene dan sanitasi kurang
baik, jarak rumah dengan rumah tetangga dekat.
2. Objektif: pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 30 April 2021 di IGD
a. Vital sign
KU: tampak kesakitan
Kesadaran: composmentis, GCS E4M6V5 = 15
Visual Analog Scale (VAS) 7
TD: 120/80 mmHg
Frekuensi nadi: 88 x/menit
Frekuensi nafas: 20 x /menit
Suhu: 37,80 C
Berat badan: 60 kg
Tinggi badan: 155 cm
b. Pemeriksaan Sistemik
Kulit:
Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
3
Kepala:
Mesosefal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
Mata:
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 2
mm, refleks cahaya +/+ normal, mata cekung (-/-)
THT:
Tidak ada kelainan.
Mulut:
Tidak sianosis, tidak kering.
Leher :
Tidak ada kelainan.
KGB:
Tidak teraba pembesaran KGB pada leher, axilla, dan inguinal.
Thoraks:
Jantung dan paru dalam batas normal.
Abdomen:
- Inspeksi : Perut datar, tampak cembung di suprapubic
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Palpasi : supel, nyeri tekan (+) di suprapubic.
- Perkusi : tympani di seluruh regio.
Punggung:
Dalam batas normal, tidak tampak kelainan.
Alat kelamin:
Dalam batas normal, tidak tampak kelainan
Anus:
Inspeksi : Dalam batas normal, tidak tampak kelainan.
Rectal Toucher : Tonus sphinchter ani (+) cukup, ampula recti tidak
kolaps, mukosa licin, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), prostat
diameter latero-lateral + 4 cm, pemukaan rata, konsistensi kenyal, nodul
(-), sulcus medianus mendatar, polus superior tidak teraba, nyeri (-).
sarung tangan : Lendir (-), darah (-), feces (-).
4
Ekstremitas:
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap: pada tanggal 30 April 2021
- MCV 87,6 fl (75,0-100,0 fl)
- HCT 43,2% (35-55,0%)
- MCH 28,6 pq (25,0-35,0 pq)
- MCHC 32,6 gr/dl (31,0-38,0 gr/dl)
- Gol. Darah B
- CT 4’00’’ (<6 menit Duke)
- BT 2’00’’ (<2 menit Duke)
- Glukosa 89 mg/dl (70-105 mg/dl)
- Urea 25 mg/dl (15-38 mg/dl)
- Creatinin 0,94 mg/dl (0,7-1,3 mg/dl)
2) Pemeriksaan EKG
5
Kesan: Normo sinus rhytm
3) X- Foto Thorax
Didapatkan:
- Tampak kalsifikasi tenang parakardial bilateral.
- Corakan bronchovaskuler dalam batas normal.
- Kedua diafragma licin.
- Sinus costophrenicus lancip.
- CTR < 0,56
6
- Sistema tulang dalam batas normal, tak tampak fraktur/dislokasi.
Kesan:
- Kalsifikasi tenang paracardial bilateral.
- Besar cor normal.
7
Makroskopis : Jaringan bentuk tidak teratur berukuran 6 x 6 x 3 cm,
berwarna coklat kesan berkapsul, kenyal, sebagian cetak.
Mikroskopik : Sediaan menunjukkan jaringan prostat dengan hiperplasi
kelenjar, umumnya papilar. Sebagian kelenjar dilatasi
sampai kistik. Lumen sebagian berisi massa corpora
amilacea. Stroma fibromuskular proliferasi dengan cukup
banyak sebukan sel radang, limfosit dominan. Tidak
didapatkan tanda ganas dan tanda khas.
Kesimpulan : Operasi prostatectomy (kelenjar prostat) : Hyperplasia
nodular kelenjar dengan prostatitis kronis.
8
belum terpasang selang kencing, tetapi pada pemeriksaaan rectal toucher
didapatkan tonus sphinchter ani (+) cukup, ampula recti tidak kolaps,
mukosa licin, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), prostat diameter latero-
lateral + 4 cm, pemukaan rata, konsistensi kenyal, nodul (-), sulcus
medianus mendatar, polus superior tidak teraba, nyeri (-). Diameter
prostat yang teraba menunjukkan tanda-tanda pembesaran prostat.
9
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
ditegakkan diagnosis:
3. Cystitis Kronis
10
c. Kuratif:
Pemilihan terapi dapat berdasarkan skor IPSS berupa watchfull waiting,
medikamentosa, atau pembedahan.
Tatalaksana awal dilakukan pemasangan kateter urin untuk
mengeluarkan urin sementara.
Medikamentosa :
- Antagonis adrenergik reseptor α, dapat berupa preparat non selektif:
fenoksibenzamin, preparat selektif masa kerja pendek: prazosin,
afluzosin, dan indoramin, ataupun preparat selektif dengan masa kerja
lama: doksazosin, terazosin, dan tamsulosin.
- Inhibitor 5 α redukstase, yaitu finasteride dan dutasteride.
- Fitofarmaka
Di Indonesia, pembedahan Transurethral Resection of the prostate
(TURP) masih merupakan pengobatan terpilih untuk pasien BPH. Akan
tetapi jika terdapat keterbatasan fasilitas rumah sakit maka dapat
dilakukan open simple prostatectomy atau Trans Vesica Prostatectomy
(TVP)
Pendidikan:
Kepada keluarga dijelaskan mengenai penyakit mulai dari pengertian,
penyebab, gejala penyakit, pencegahan, pengobatan, komplikasi dan
prognosis.
Konsultasi:
Perlu dilakukan konsultasi kepada ahli bedah dan anestesi apabila akan
dilakukan tindakan operasi.
11
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Prostat
12
Gambar 1. Traktus Urinarius Pria dan Prostat
3. lobus anterior
4. lobus posterior
1. zona perifer
13
2. zona transisional
3. zona sentral
5. zona periuretral
1. kapsul anatomis
2. jaringan stroma
3. jaringan kelenjar
14
Gambar 4. Potongan transversal prostat
Histologi Prostat
15
ETIOLOGI
BPH adalah tumor jinak pada pria yang paling sering ditemukan. Pria berumur
lebih dari 50 tahun, kemungkinannya memiliki BPH adalah 50%. Ketika berusia
80–85 tahun, kemungkinan itu meningkat menjadi 90%. Beberapa teori telah
dikemukakan berdasarkan faktor histologi, hormon, dan faktor perubahan usia, di
antaranya :
3. Teori stem cell hypotesis. Stem sel akan berkembang menjadi sel aplifying. Sel
aplifying akan berkembang menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak
pada androgen, sehingga dengan adanya androgen sel ini akan berproliferasi dan
menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal.
4. Teori growth factors. Faktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma di
bawah pengaruh androgen. Adanya ekspresi berlebihan dari epidermis growth
factor (EGF) dan atau fibroblast growth factor (FGF) dan atau adanya penurunan
ekspresi transforming growth factor-b (TGF-b), akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan menghasilkan pembesaran prostat.
a) Anamnesa
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada akhirnya dapat
menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun manifestasi dan
16
beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan penderita
datang berobat, yakni adanya LUTS. Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi
dan gejala iritatif.
- Gejala obstruksi antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah, intermitensi,
miksi tidak puas, menetes setelah miksi.
- Gejala iritatif terdiri dari: frekuensi, nokturia, urgensi dan disuria.
17
Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang, benjolan di
pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis
atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.
18
b) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik buli-buli yang penuh dapat teraba sebagai massa kistik si
daerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan colok dubur atau Digital
Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada BPH,
karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan
kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras. Pada
pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri,
indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul.
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba
ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul.
Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih. Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran
kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti
hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis. Pemeriksaan kultur urin
berguna untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus
menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan. Jika
dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda tumor prostat (PSA).
d) Pencitraan
Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,
batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi
19
urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan USG secara Trans Rectal
Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui besar dan volume prostat ,
adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna sebagai petunjuk untuk
melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residual urin dan mencari
kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans Abdominal Ultra Sound (TAUS)
dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi
BPH yang lama.
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengembalikan kualitas hidup pasien.
Terapi yang ditawarkan pada pasien tergantung pada derajat keluhan, keadaan
pasien, maupun kondisi obyektif kesehatan pasien yang diakibatkan oleh
penyakitnya. Pilihannya adalah mulai dari: (1) tanpa terapi (watchful waiting), (2)
medikamentosa, dan (3) terapi intervensi.
20
Pilihan Terapi pada BPH
Terapi intervensi
Observasi Medikamentosa
Pembedahan Invasif minimal
Endourologi:
TUMT
Antagonis adrenergik-
- TURP
α
HIFU
Watchful waiting - TUIP
Inhibitor reduktase-5α
Stent uretra
- TULP
Fitoterapi
TUNA
Elektrovaporisasi
ILC
Watchful waiting
Watchful waiting artinya pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi
perkembangan penyakitnya keadaannya tetap diawasi. Pilihan tanpa terapi ini
ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS di bawah 7, yaitu keluhan ringan
yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari. Beberapa guidelines masih
menawarkan watchful waiting pada pasien BPH bergejala dengan skor sedang
(IPSS 8-19). Pasien dengan keluhan sedang hingga berat (skor IPSS > 7),
pancaran urine melemah (Qmax < 12 mL/detik), dan terdapat pembesaran prostat
>30 gram tentunya tidak banyak memberikan respon terhadap watchful waiting.
Pada watchful waiting ini, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya
diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk
keluhannya.
Setiap 6 bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan diperiksa
tentang perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laju pancaran
urine, maupun volume residual urine. Jika keluhan miksi bertambah jelek
daripada sebelumnya, mungkin perlu dipikirkan untuk memilih terapi yang lain.
21
Medikamentosa
Dengan skoring IPSS dapat ditentukan kapan seorang pasien memerlukan terapi.
Jika skoring >7 berarti pasien perlu mendapatkan terapi medikamentosa atau
terapi lain.
Fitofarmaka
Terapi intervensi
Terapi intervensi dibagi dalam 2 golongan, yakni teknik ablasi jaringan prostat
atau pembedahan dan teknik instrumentasi alternatif. Yang termasuk ablasi
jaringan prostat adalah pembedahan terbuka, TURP, TUIP, TUVP, laser
prostatektomi. Sedangkan teknik instrumentasi alternatif adalah interstitial laser
coagulation, TUNA, TUMT, dilatasi balon, dan stent uretra.
22
Open simple prostatectomy. Indikasi untuk melakukan tindakan ini adalah bila
ukuran prostat terlalu besar, di atas 100g, atau bila disertai divertikulum atau batu
buli-buli.
Dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan
ukuran prostat kecil.
Terapi laser
Terapi alat
1. Microwave hyperthermia
Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui uretra atau
rektum sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan terjadi koagulasi.
Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat
mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas,
sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan prostat.
4. Intraurethral stent
23
Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika untuk
mempertahankan lumen uretra tetap terbuka.
24
Open Prostatectomy with Suprapubic Approach
25
26
27
KESIMPULAN
BPH adalah tumor jinak pada pria yang paling sering ditemukan. Beberapa
teori yang menjadi penyebab telah dikemukakan berdasarkan faktor histologi,
hormon, dan faktor perubahan usia. Faktor risiko yang dapat berpengaruh yaitu
usia, merokok, dan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung serat.
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap
individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak
segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi
kanker prostat. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping
yang cukup merugikan bagi penderita.
28
PORTOFOLIO
2014
29
30