Preseptor:
dr. Ika Kurnia Febrianti, Sp.PD
Telah dirawat seorang pasien perempuan berusia 42 tahun pada tanggal 14 Februari
2018 dengan keluhan utama nyeri ulu hati sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit.
Identitas Pasien
Agama : Islam
Anamnesis
Keluhan Utama Nyeri ulu hati sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit - Nyeri ulu hati sejak 9 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
cairan.
Riwayat Penyakit - Riwayat maag di keluarga (+) pada anak laki pasien.
Keluarga
Kebiasaan
Pemeriksaan Fisik
- Paru:
Inspeksi : simetris, pergerakan dinding dada kiri sama dengan dada kanan
Perkusi : sonor
- Jantung:
- Abdomen:
Inspeksi
Palpasi : supel, hepar dan limpa teraba, nyeri tekan epigastrium (+), Murphy’s Sign
(+),
Perkusi : timpani,
Kesan : Leukositosis
Proteinuria
Eritrosuria
Neutrofil shift to the right
Pemeriksaan USG
Telah dilakukan pemeriksaan USG Whole Abdomen dengan hasil sebagai berikut :
homogen. Sistem bilier dan vaskuler intrahepatik tidak melebar. Tidak tampak
Kandung empedu : Bentuk dan ukuran normal. Dinding menebal (+/-0.6cm). Tampak
Pankreas : Bentuk dan ukuran normal. Tidak tampak lesi fokal /SOL.
Kedua ginjal : Bentuk dan ukuran normal, diferensiasi korteks-medulla jelas. Sistem
Aorta abdominalis : Kaliber normal, tidak tampak pembesaran kalenjar getah bening di
Kolesistitis
Kolelitiasis
Dispepsia
Diagnosa Banding:
ISK
Apendisitis
Terapi:
IVFD RL 20 tpm
Sukralfat 3 x CTH 2
Ceftriaxon 2x1gr
Diet lunak
BAB 2
DISKUSI
3.1.2 Kolesistitis
Kolesistitis adalah proses inflamasi atau peradangan akut pada kandung empedu yang
umunya terjadi akibat penyumbatan pada saluran empedu. Kasus kolesistitis ditemukan pada
sekitar 10% populasi. Sekitar 90% kasus berkaitan dengan batu empedu; sedangkan 10%
sisanya tidak. Kasus minoritas yang disebut juga dengan istilah acalculous cholecystitis ini,
biasanya berkaitan dengan pascabedah umum, cedera berat, sepsis (infeksi berat), puasa
berkepanjangan, dan beberapa infeksi pada penderita AIDS..2
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan
kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam
empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi,
sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri
memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap
kembali dan sisanya dibuang bersama tinja. Hanya sekitar 5% dari asam empedu yang
disekresikan dalam feses.3
3.2.3 Patogenesis
Empedu adalah satu-satunya jalur yang signifikan untuk mengeluarkan kelebihan
kolesterol dari tubuh, baik sebagai kolesterol bebas maupun sebagai garam empedu. Hati
berperan sebagai metabolisme lemak. Kira-kira 80 persen kolesterol yang disintesis dalam hati
diubah menjadi garam empedu, yang sebaliknya kemudian disekresikan kembali ke dalam
empedu; sisanya diangkut dalam lipoprotein, dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh.3
Kolesterol bersifat tidak larut air dan dibuat menjadi larut air melalui agregasi garam
empedu dan lesitin yang dikeluarkan bersama-sama ke dalam empedu. Jika konsentrasi
kolesterol melebihi kapasitas solubilisasi empedu (supersaturasi), kolesterol tidak lagi mampu
berada dalam keadaan terdispersi sehingga menggumpal menjadi kristal-kristal kolesterol
monohidrat yang padat. Etiologi batu empedu masih belum diketahui sempurna. Sejumlah
penyelidikan menunjukkan bahwa hati penderita batu kolesterol mensekresi empedu yang
sangat jenuh dengan kolesterol. Batu empedu kolesterol dapat terjadi karena tingginya kalori
dan pemasukan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan di
dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa bekerja keras untuk menghasilkan cairan empedu.
Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu dengan cara yang belum
dimengerti sepenuhnya.4
Patogenesis batu berpigmen didasarkan pada adanya bilirubin tak terkonjugasi di saluran
empedu (yang sukar larut dalam air), dan pengendapan garam bilirubin kalsium. Bilirubin
adalah suatu produk penguraian sel darah merah
Gambar 3.2 Gambaran Sumbatan Batu Empedu
Batu empedu yang menyumbat saluran empedu juga akan membuat kandung empedu
meregang, sehingga aliran darah dan getah bening akan berubah, terjadilah kekurangan oksigen
dan kematian jaringan empedu. Sedangkan pada kasus tanpa batu empedu, kolesistitis lebih
disebabkan oleh faktor keracunan empedu (endotoksin) yang membuat garam empedu tidak
dapat dikeluarkan dari kandung empedu.4
a. Usia
Risiko untuk terkena kolelitiasis dan kolesistitis, meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena dibandingkan dengan
orang dengan usia yang lebih muda. Di Amerika Serikat, 20 % wanita lebih dari 40 tahun
mengidap batu empedu. Semakin meningkat usia, prevalensi batu empedu semakin tinggi.
Hal ini disebabkan:
b. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko dua kali lipat dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh
hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu.
Hingga dekade ke-6, 20 % wanita dan 10 % pria menderita batu empedu dan prevalensinya
meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun umumnya selalu pada wanita.
c. Berat Badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung
empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/
pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani berisiko untuk
menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol yang
terdapat dalam cairan empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat mengendap dan
lama kelamaan menjadi batu. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat
mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan
penurunan kontraksi kandung empedu.
3.2.5 Keluhan2
Gejala yang dikeluhkan penderita umumnya berupa nyeri pada perut kanan bagian atas
yang menetap lebih dari 6 jam dan sering menjalar ke belikat kanan. Penderita kadang
mengalami demam, mual dan muntah. Pada orang lanjut usia, demam sering kali tidak begitu
nyata dan nyeri lebih terlokalisasi hanya pada perut kanan atas. Dari pemeriksaan pada pasien
, dapat ditemukan demam, mual, muntah dan nyeri tekan pada perut kanan atas. Pada penderita
kolesistitis umumnya menunjukkan Murphy’s sign positif, dimana gerakan tangan dokter pada
kondisi di atas menimbulkan rasa sakit dan sulit bernafas. Pada pasien ini didapatkan hasil
pemeriksaan Murphy’s sign positif.
Gejala yang dikeluhkan penderita umumnya berupa nyeri pada perut kanan bagian atas
yang menetap lebih dari 6 jam dan sering menjalar ke belikat kanan. Penderita kadang
mengalami demam, mual dan muntah. Pada orang lanjut usia, demam sering kali tidak begitu
nyata dan nyeri lebih terlokalisasi hanya pada perut kanan atas. Dari pemeriksaan pada pasien
, dapat ditemukan demam, mual, muntah dan nyeri tekan pada perut kanan atas. Pada penderita
kolesistitis umumnya menunjukkan Murphy’s sign positif, dimana gerakan tangan dokter pada
kondisi di atas menimbulkan rasa sakit dan sulit bernafas. Pada pasien ini didapatkan hasil
pemeriksaan Murphy’s sign positif.3
Dari pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan peningkatan jumlah sel darah putih (
leukositosis) dan peningkatan enzim-enzim hati (SGOT,SGPT, alkali fosfatase dan bilirubin),
namun hasil –hasil ini tidak dapat memastikan diagnosis. Pada pasien ini ditemukan
leukositosis, dan bilirubin ditemukan dalam batas normal. 4 Pemeriksaan diagnosis umumnya
dipastikan dengan pemeriksaan radiologi. Umumnya dilakukan pemeriksaan foto polos
abdomen atau USG. Foto polos hanya dapat memastikan ada atau tidaknya empedu.Sedangkan
USG, selain dapat memastikan ada tidaknya batu, juga dapat menilai ketebalan dinding empedu
dan carian peradangan di sekitar empedu. 2
Dari pemeriksaan foto polos abdomen 3 posisi didapatkan semua berada dalam batas
normal dan tidak ada bayangan opaq batu. Dari pemeriksaan USG Whole Abdomen, didapatkan
dinding kantong empedu menebal dan tampak batu multipel.4
3.2.7 Tatalaksana
3.3 Dispepsia
Dispepsia merupakan istilah bagi suatu sindrom (kumpulan gejalan atau keluhan) yang
terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah,
sendawa, rasa cepat kenyang dan perut terasa penuh. Keluhan ini tidak selalu ada pada setiap
3
penderita.Keluhan dapat bervariasi, baik dari segi jenis keluhan maupun kualitas keluhan.
2
Kasus dispepsia didunia mencapai 13-40% dari total populasi setiap tahun. Di Indonesia,
diperkirakan hampir 30% pasien yang datang ke praktek umum adalah pasien yang keluhannya
berkaitan dengan kasus dispepsia. 7