Disusun Oleh:
Pendamping:
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
dr. Nissa Abiyya Ihwanah
Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia
di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, Kabupaten Brebes.
Mengetahui,
Pendamping Internship
3. Riwayat Pengobatan :
Pasien pernah periksa atau diobati sebelumnya. Namun belum dilakukan tindakan operasi
dan tidak sedang pengobatan penyakit yang lain.
4. Riwayat keluarga :
Riwayat penyakit serupa disangkal.
Riwayat keluarga dengan penyakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat keluarga dengan kencing manis disangkal
Riwayat keluarga dengan alergi disangkal
Riwayat keluarga dengan keganasan disangkal
5. Riwayat Sosial ekonomi:
Pasien saat ini bekerja sebagai petani. Pasien memiliki anak yang sudah menikah. Pasien
dirumah tinggal berdua bersama istri. Pembiayaan menggunakan BPJS non PBI.
Kesan social ekonomi cukup
6. Lain-lain:
riwayat makan dan minum teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol atau
obat-obatan tertentu.
PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital signs
Tekanan darah : 120/80
Nadi : 100 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu tubuh : 36,7 ° C per aksilla
Kepala : normosefal,
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edem palpebra (-/-)
Mulut / Hidung: mukosa mulut kering (-), sianosis sentral (-), nafas cuping hidung (-),
discharge (-)
Leher : limfonodi tak teraba, JVP tidak meningkat, deviasi trakea (-)
Thoraks :
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis di SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : batas jantung-paru dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri normal
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : , supel, sejajar dinding dada, distensi (-) turgor baik, asites (-),
massa (-), spider naevi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan (+) pada regio surapubic, lien dan hepar tidak teraba,
defans muskuler (-) nyeri ketok costo vertebrae (-)
Ekstremitas
- Edema :(-/-/-/-)
- Akral dingin : (-/-/-/-)
- Capillary refill : 1-2 detik,
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium (8/03/2021)
Hemoglobin : 13,8 mg/dl (↓)
Leukosit : 5800/ul
Hematokrit : 35,6 (↓)
Trombosit : 229.000/ul
Waktu perdarahan (BT) : 4
Waktu pembekuan (CT) : 13
Ureum : 31,8
Creatinin 1,21 (↑)
Glukosa darah sewaktu: 197 (↑)
HbsAg: non reaktif
Kalium: 3,9
Natrium: 144,8
Clorida : 103,0
Kalsium 1,35
Rontgent Polos Abdomen :
Nefrolithiasis sinistra multiple, ukuran terbesar 2,2x1,5 cm
Ultrasonografi:
Hiperplasia prostat
Elektrocardiografi:
Normal sinus rythem
DIAGNOSIS
BPH
LUTS
Nefrolithiasis sinistra
Diabetes melitus
TERAPI
- IVFD RL 1500cc/24j
- Inj Ceftriaxone 2x1gr
- Pasang DC
- Pro tindakan TURP
Daftar Pustaka :
1. Hardjowijoto S, Taher A, Poernomo Basuki B, Umbas R, Sugandi S, Rahardjo D, et al.
Panduan penatalaksanaan (guideline) benign prostatic hyperplasia di Indonesia. 2003.
2. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 1997. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah,
EGC, Jakarta, 1997; 1058-64.
3. Biddulth. 2016. Pemilihan Modalitas Pemeriksaan Radiologi untuk Diagnosis Benign
Prostatic Hyperplasia. CDK-241/ vol. 43 no. 6
Hasil pembelajaran :
1. Mengetahui definisi BPH
2. Mengetahui etiologi dan klasifikasi BPH
3. Mengetahui faktor risiko BPH
4. Mengetahui manifestasi klinis BPH
5. Mengetahui cara penegakan diagnosis BPH
6. Mengetahui penatalaksaan BPH
1. Subyektif:
- Seorang pria usia 68 tahun datang ke poli RS dengan keluhan BAK tidak lancar dan
tidak lampias yang dirasakan 2 bulan terakhir.
- Urine keluar tidak memancar lancar, lancar bila dibantu mengejan.
- Terkadang BAK menetes.
- BAK nyeri (-) panas (-) berdarah (-) warna kuning tidak keruh.
- BAB normal. Pusing (-) demam (-) mual (-) muntah (-)
- sesak napas (-) batuk (-)
- nyeri perut (-) nyeri pinggang (-)
- badan lemas (-)kesemutan (-) riwayat jatuh sebelumnya (-).
2. Obyektif:
Dari pemeriksaan fisik ditemukan:
Keadaan umum : baik
compos mentis,
Vital signs: Tekanan darah120/80 , Nadi100 x/menit, Frekuensi napas 20 x/menit , Suhu
tubuh 36,7 ° C
Kepala, Thoraks dalam batas normal.
Abdomen massa (-) bising usus (+) normal,
nyeri tekan (+) pada regio surapubic,nyeri ketok costovertebrae (-)
Ekstremitas
Capillary refill : 1-2 detik
Edukasi
Edukasi tentang penyakit yang di derita oleh pasien, penyebab penyakit tersebut dan faktor
risiko yang menyebabkan penyakit tersebut memberat, pasien mengalami penyakit
pembesaran kelenjar prostat yang bisa menghalangi jalan urine untuk keluar dari yang
sebagian hingga total, jika BAK tidak lancar bisa resiko terkena infeksi saluran kemih,
tindakan untuk mengobati penyakit asien tesebut adalah tindakan operasi dengan metode
TURP dengan diperlukan tindakan pembiusan jalur spinal/tulang belakang, sebelum
tindakan pasien perlu dipuasakan untuk mencegah adanya aspirasi, dan hambatan saluran
cerna karena efek pembiusan.
Hasil Follow Up
18 Maret 2021
Subjektif :
Nyeri post OP terasa seperti terbakar, kaki belum bisa digerakkan, kentut (-) BAB (-) pusing (-)
mual (-) muntah (-) sesak napas (-).
Objektif :
KU/Kes : baik/CM
Vital sign : TD: 135/90 mmHg, Nadi : 80x/m, RR: 20x/m, Suhu 36,7 ,
Terpasang DC, cairan irigasi berwarna merah pekat.
Assessment :
Post Op TURP hr-0
Planning :
- IVFD RL 1500cc/24j
- Inj Ceftriaxone 2x1gr
- Tramadol drip 1x24j
- Irigasi VU dengan NaCl 0,9%
- PO
- Asam mefenamat 3x500mg
- Asam tranexamat 3x500mg
19 Maret 2021
Subjektif :
Nyeri post op berkurang, kentut (+), BAB (-) pusing, mual, muntah (-) kaki dapat digerakkan,
batuk (+)
Objektif :
KU/Kes : baik/CM
Vital sign : TD: 128/90 mmHg, Nadi : 94x/m, RR: 18x/m, Suhu 36,6
Terpasang DC, cairan irigasi berwarna merah samar-samar
Assessment :
Post op TURP hr 1
Planning :
- IVFD RL 1500cc/24j
- Inj Ceftriaxone 2x1gr
- Tramadol drip 1x24j
- Irigasi VU dengan NaCl 0,9%
- PO
- Asam mefenamat 3x500mg
- Asam tranexamat 3x500mg
- OBH Syr 3x1C
- Edukasi bisa latihan miring kanan kiri
20 Maret 2021
Subjektif :
Nyeri post op berkurang, kentut (+), BAB (+) pusing, mual, muntah (-) kaki dapat digerakkan,
batuk berkurang.
Objektif :
KU/Kes : baik/CM
Vital sign : TD: 128/63 mmHg, Nadi : 80x/m, RR: 18x/m, Suhu 36,7
Terpasang DC, cairan irigasi berwarna jernih
Assessment :
Post Op TUR hr 2
Planning :
- Infus stop
- Terapi PO
- Cefixime 2x200mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Asam tranexamat 3x500mg
- Prostatin 0-0-1
21 Maret 2021
Subjektif :
Nyeri post op (-) , kentut (+), BAB (+) pusing, mual, muntah (-) kaki dapat digerakkan, batuk(-).
Objektif :
KU/Kes : baik/CM
Vital sign : TD: 120/80 mmHg, Nadi : 70x/m, RR: 16x/m, Suhu 36,7
Terpasang DC, cairan irigasi berwarna jernih
Assessment :
Post Op TUR hr 2
Planning :
- BLPL dengan DC
- Infus stop
- Terapi PO dilanjutkan
- Cefixime 2x200mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Asam tranexamat 3x500mg
- Prostatin 0-0-1
- Ssucralfat syr 2x20mg
- Ondancetron 3x4mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Hiperplasia prostat jinak atau dikenal dengan istilah BPH (Benign Prostatic
(Definisi) Hyperplasia) adalah keadaan yang umum ditemukan pada laki-laki berusia
di atas 50 tahun. BPH ditandai dengan hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel
epitelial prostat, sehingga terjadi pembesaran volume prostat regio
periuretral, sering pada zona transisional prostat; sedangkan pada zona
perifer lebih sering ditemukan keganasan.1
2. Anatomi Prostat adalah suatu kelenjar aksesoris kelamin terbesar pada pria
Prostat berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsula fibromuskuler. Posisi
kelenjar prostat terletak di bawah orifisium uretra internum pada rongga
pelvis, inferior dari batas bawah simfisis pubis, di atas diafragma
urogenital, anterior dari rektum. Prostat berbentuk seperti buah kenari
dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram. Prostat
terletak di retroperitoneal, melingkari bladder neck dan uretra.Kelenjar
prostat dibagi atas 4 zona:1,2
1. Zona perifer, merupakan 70 % dari bagian prostat yang glandular,
membentuk bagian lateral dan posterior atau dorsal organ ini. Secara
skematik zona ini dapat digambarkan seperti suatu corong yang bagian
distalnya terdiri dari apeks prostat dan bagian atasnya terbuka untuk
menerima bagian distal zona sentral yang berbentuk baji. Saluran-
saluran dari zona perifer ini bermuara di uretra distal.
2. Zona sentral, merupakan 25 % dari bagian prostat yang glandular,
dikenal sebagai jaringan kelenjar berbentuk baji sekeliling duktus
ejakulatorius dengan apeksnya pada verumontanum dan basisnya pada
leher buli-buli. Saluran-salurannya juga bermuara pada uretra prostatika
bagian distal. Zona sentral dan perifer membentuk suatu corong yang
berisikan segmen uretra proksimal dan bagian ventralnya tidak lengkap
tertutup, tetapi dihubungkan oleh stroma fibromuskuler.
3. Zona transisional, yang merupakan bagian prostat glandular yang
terkecil (5%), terletak tepat pada batas distal sfingter preprostatik yang
berbentuk silinder dan dibentuk oleh bagian proksimal uretra.
4. Zona transisional dan kelenjar periuretral bersama-sama kadang disebut
sebagai kelenjar preprostatik.
3. Etiologi Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia
prostat jinak adalah : (1) Teori Dihidrotestosteron, (2) Adanya
ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron, (3) Interaksi antara sel
stroma dan sel epitel prostat, (4) Berkurangnya kematian sel (apoptosis),
dan (5) Teori Stem sel.3,4
1. Teori Dihidrotestosteron (DHT)
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat
penting pada pertumbuhan sel- sel kelenjar prostat. Dibentuk dari
testosteron di dalam sel prostat oleh enzim 5α-reduktase dengan bantuan
koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk berikatan dengan reseptor
androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti dan sel
selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi
pertumbuhan sel prostat.
2. Ketidakseimbangan estrogen dan testosteron
Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosterone
relatif meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat
berperan dalam terjadinya proliferasi sel- sel kelenjar prostat dengan cara
meningkatkan sensitifitas sel- sel prostat terhadap rangsangan hormon
androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan
jumlah kematian sel- sel prostat (apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan
ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel- sel baru akibat
rangsangan testosterone menurun, tetapi sel – sel prostat yang telah ada
mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih
besar.
3. Interaksi stroma epitel
diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung
dikontrol oleh sel- sel stroma melalui suatu mediator (growth factor)
tertentu. Setelah sel- sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan
estradiol, sel- sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel- sel stroma itu sendiri secara intrakin dan autokrin, serta
mempengaruhi sel- sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan
terjadinya proliferasi sel- sel epitel maupun stroma.
4. Berkurangnya kematian sel prostat (Apoptosis)
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis
kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju
proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat
yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan
makin meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat.
Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel
karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel
kelenjar prostat.
5. Teori stem cell
Isaac dan Coffey mengajukan teori ini berdasarkan asumsi bahwa pada
kelenjar prostat, selain ada hubungannya dengan stroma dan epitel, juga ada
hubungan antara jenis-jenis sel epitel yang ada di dalam jaringan prostat.
Stem sel akan berkembang menjadi sel aplifying, yang keduanya tidak
tergantung pada androgen. Sel aplifying akan berkembang menjadi sel
transit yang tergantung secara mutlak pada androgen, sehingga dengan
adanya androgen sel ini akan berproliferasi dan menghasilkan pertumbuhan
prostat yang normal.
5. Manifestasi Tidak semua BPH menimbulkan gejala. Sebuah penelitian pada pria berusia
Klinis diatas 40 tahun, sesuai dengan usianya, sekitar 50% mengalami hiperplasia
kelenjar prostat secara histopatlogis. Dari jumlah tersebut, 30-50%
mengalami LUTS, yang juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. 4
Gejala saluran kemih bagian bawah (LUTS) dibagi atas gejala obstruktif
(hesitansi, pancaran melemah, mengejan, pemanjangan waktu berkemih),
gejala iritiatif (inkontinensia urgensi dan berkemih dengan jumlah sedikit),
serta gejala post miksi (menetes setelah berkemih, berkemih terasa tidak
tuntas). Hampir seluruh pasien datang dengan kombinasi dari gejala iritatif,
urgensi dan post miksi . Sebanyak 90% pria berusia di antara 45 dan 80
tahun menderita gejala saluran kemih bagian bawah Keluhan ini yang
seringkali membawa penderita untuk berobat ke rumah sakit. Derajat LUTS
dapat dinilai dengan menggunakan International Prostate Symptom Score
(IPSS) yang telah digunakan sejak tahun 1992. Sistim skor yang
dikembangkan oleh American Urological, merupakan kuisioner yang paling
sering digunakan. Telah dilaporkan bahwa IPSS merupakan metode yang
dapat dipercaya dan cukup sederhana, di mana tidak dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan sosial demografi. Anamnesa yang lengkap dan
mendalam dilakukan untuk menyingkirkan etiologi penyebab yang lain
seperti ISK, neurogenik bladder, striktur uretra, kanker prostat dan lain lain.
sistem skoring, di antaranya skor International Prostate Skoring
System (IPSS) yang diambil berdasarkan skor American Urological
Association (AUA). Skor AUA terdiri dari 7 pertanyaan. Pasien diminta
untuk menilai sendiri derajat keluhan obstruksi dan iritatif mereka dengan
skala 0-5.
Total skor dapat berkisar antara 0-35. Skor 0-7 ringan, 8-19 sedang, dan 20-
35berat.5,6,7
Score di (gambar 1).
6. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik berupa colok dubur dan pemeriksaan neurologis
Fisik dilakukan pada semua penderita. Yang dinilai pada colok dubur adalah
ukuran dan konsistensi prostat. Pada pasien BPH, umumnya prostat teraba
licin dan kenyal. Ukuran prostat pada pemeriksaan colok dubur memiliki
korelasi yang kurang terhadap timbulnya gejala, karena lobus medial
kurang atau tidak teraba. Apabila didapatkan indurasi pada perabaan,
waspada adanya proses keganasan, sehingga memerlukan evaluasi yang
lebih lanjut berupa Prostat Spesific Antigen (PSA) dan ultrasonografi
transrectal dan biopsi.1,4
7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan laboratorium : 4
Penunjang
a. Sedimen urin : Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih. Mengevaluasi adanya eritrosit,
leukosit, bakteri, protein atau glukosa.
b. Kultur urin, Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan
sekaligus menentukan sensifitas kuman terhadap beberapa
antimikroba yang diujikan
c. Faal ginjal, Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai
saluran kemih bagian atas. Elektrolit, BUN, dan kreatinin berguna
untuk insufisiensi ginjal kronis pada pasien yang memiliki postvoid
residu (PVR) yang tinggi.
d. Gula darah, Mencari kemungkinan adanya penyekit diabetes mellitus
yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-
buli neurogenik)
4. Pencitraan
Untuk pengukuran volume prostat, modalitas yang cukup
berperan adalah ultrasonografi, CT scan, atau MRI. Foto polos
abdomen tidak banyak memberikan informasi, walaupun
beberapa keadaan seperti adenoma prostat dapat disertai
komponen kalsifikasi, sehingga dapat terlihat pada foto polos
abdomen. Kalsifikasi terletak di sisi belakang simfisis pubis atau
sedikit di atas simfisis pubis. Ekstensi kalsifikasi di atas simfisis
pubis merupakan salah satu tanda pembesaran prostat.3
USG Modalitas radiologi yang dapat menghitung volume
prostat serta menentukan pembesaran prostat dan komplikasinya
adalah USG, CT scan, dan MRI. USG cukup banyak
digunakan.3
Pemeriksaan USG untuk mengevaluasi morfologi prostat
serta ukuran volume prostat dapat secara transabdominal dan
transrektal. USG transabdominal menggunakan transmisi
gelombang ultrasonik melalui dinding abdomen untuk melihat
organ-organ dalam, termasuk kelenjar prostat. USG
transabdominal dan transrektal dapat memberikan informasi
signifikan pembesaran prostat, adanya batu buli-buli, serta
residu urin.1,3
USG transabdominal memerlukan pengisian buli-buli
yang cukup sebagai acoustic window. Terdapat korelasi kuat
pengukuran volume buli menggunakan transabdominal dan
transrektal pada volume buli kurang dari 400 mL.3
Transduser curve frekuensi 2,5 – 5 MHz yang diletakkan
di supra simfisis serta menyudut ke arah kaudal dapat
memvisualisasikan kelenjar prostat. Gambar diambil pada
potongan transversal dan longitudinal.
USG Transabdominal dan Transrektal Pada volume buli
kurang dari 400 mL, pengukuran volume prostat menggunakan
USG transabdominal dan transrektal berkorelasi cukup tinggi.13
Pengukuran volume prostat dengan USG transabdominal pada
kapasitas kandung kemih antara 100 – 200 mL dengan ketepatan
yang mendekati USG transrektal. USG transabdominal
memerlukan persiapan isi kandung kemih yang cukup agar dapat
menjadi acoustic window, sehingga penetrasi gelombang dapat
mencapai kelenjar prostat. Kelenjar prostat terletak di dasar buli,
anterior rektum. Transduser curve dengan frekuensi 3,5 sampai
dengan 5 MHz diletakkan pada regio suprapubis dengan posisi
transversal dan longitudinal.
Penggunaan USG transrektal (TRUS) pertama kali
diperkenalkan oleh Watanabe, dkk. TRUS dapat mengevaluasi
anatomi serta menghitung volume kelenjar prostat secara akurat
pada penderita BPH yang akan menjalani terapi bedah atau
minimal invasif. Perhitungan volume prostat dengan TRUS
menggunakan proyeksi sagital dan transversal, sama seperti
dengan USG transabdominal. Pemeriksaan menggunakan
transduser khusus frekuensi 6 s/d 10 MHz. Frekuensi lebih
rendah, maka kemampuan gelombang untuk penetrasi jaringan
akan lebih dalam, namun resolusi gambar rendah.4,5
5. Residual urin : Jumlah sisa urin setelah miksi, dengan cara melakukan
kateterisasi/USG setelah miksi.6,7
6. Pancaran urin/flow rate : Dengan menghitung jumlah urine dibagi
dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat
uroflometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urin. Aliran
yang berkurang sering pada BPH. Pada aliran urin yang lemah, aliran
urinnya kurang dari 15mL/s dan terdapat peningkatan residu urin. Post-
void residual mengukur jumlah air seni yang tertinggal di dalam
kandung kemih setelah buang air kecil. PRV kurang dari 50 mL umum
menunjukkan pengosongan kandung kemih yang memadai dan
pengukuran 100 sampai 200 ml atau lebih sering menunjukkan
sumbatan. Pasien diminta untuk buang air kecil segera sebelum tes dan
sisa urin ditentukan oleh USG atau kateterisasi.7,8
Gambar 1
PASIEN 68 TAHUN DENGAN BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
ABSTRAK
Latar Belakang: Kelenjar prostat merupakan organ tubuh pada laki-laki yang berbentuk seperti
kacang kenari, kelenjarprostat terletak di dasar kandung kemih dan mengelilingi uretraposterior, salah
satu gangguan pada prostat adalah terjadinya pembesaran yang lazimnya terjadi pada pria di atas
50 tahun. Pembesaran kelenjar prostatdapat mengganggu mekanisme normal buang air kecil. Di
Indonesia BPH menjadi penyakit urutan ke dua setelah penyakit batu saluran kemih, dan secara
umumdiperkirakan hampir 50% pria Indonesia menderita BPH, jika dilihat dari 200 juta lebih rakyat
Indonesia maka dapat di perkirakan sekitar 2,5 juta pria yang berumur lebih dari 60 tahun menderita
BPH.
Kasus: Seorang pria 68 tahun datang ke poli RS dengan keluhan BAK tidak lancar dan tidak lampias
yang dirasakan 2 bulan terakhir. Urine keluar tidak memancar lancar, lancar bila dibantu mengejan.
Terkadang BAK menetes. Berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi yang telah dilakukan terdapat
pembesaran keenjar prostat. Kemudian dilakukan pemasangan DC dan rencana dilakukan tindakan
Transurethral resection of the prostate (TURP).
Diskusi: Hiperplasia prostat jinak atau dikenal dengan istilah BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) adalah
keadaan yang umum ditemukan pada laki-laki berusia di atas 50 tahun. BPH ditandai dengan
hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitelial prostat, sehingga terjadi pembesaran volume prostat
regio periuretral, sering pada zona transisional prostat; sedangkan pada zona perifer lebih sering
ditemukan keganasan. Pertumbuhan kelenjar ini sangat bergantung pada hormon testosteron. Tujuan
terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi, (2) meningkatkan kualitas
hidup, (3) mengurangi obstruksi infravesika, (4) mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, (5)
mengurangi volume residu urin setelah miksi, dan (6) mencegah progesifitas penyakit. Hal ini dapat
dicapai dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif.