Disusun Oleh:
dr. Ivania Rizky Primadani
Pendamping:
dr. Nia Tri Mulyani
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO KASUS
“ REFLUKS GASTROESOFAGEAL (GERD) ”
Oleh:
dr. Ivania Rizky Primadani
Mengetahui,
Pendamping Internship
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II: DESKRIPSI KASUS...............................................................................3
1. Identitas Pasien...................................................................................................3
2. Anamnesis..........................................................................................................3
3. Review Anamnesis Sistem..................................................................................5
4. Pemeriksaan Fisik...............................................................................................6
5. Resume Pemeriksaan Fisik.................................................................................8
6. Diagnosis Kerja..................................................................................................9
7. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................9
8. Diagnosis Kerja ...............................................................................................11
9. Manajemen.......................................................................................................11
BAB III: PERMASALAHAN.............................................................................12
BAB IV: TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................13
1. Definisi GERD.................................................................................................13
2. Epidemiologi GERD.........................................................................................13
3. Spektrum Penyakit GERD................................................................................14
4. Patofisiologi GERD..........................................................................................14
5. Faktor Risiko GERD.........................................................................................19
6. Manifestasi Klinis GERD.................................................................................19
7. Pemeriksaan Penunjang pada GERD................................................................21
8. Pendekatan Diagnosis GERD...........................................................................25
9. Manajemen GERD............................................................................................26
10. Strategi Pendekatan Terapi...............................................................................32
11. Komplikasi GERD............................................................................................33
BAB V: DISKUSI.................................................................................................34
BAB VI: KESIMPULAN....................................................................................36
REFERENSI.........................................................................................................37
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. GERD-Questionnaire...........................................................................22
v
BAB I
PENDAHULUAN
gejala tipikal yaitu heartburn (sensasi terbakar di dada, kadang diikuti sensasi
nyeri dan menusuk) dan/atau regurgitasi (rasa pahit atau asam di mulut) dan gejala
dapat terjadi postprandial, sesaat, asimtomatik, dan jarang terjadi saat tidur dan
terdapat di Jepang dan Taiwan yang mencapai 13-15% dari populasi dewasa.
1
2
Indonesia sekitar 13,3% dan prevalensi GERD pada pasien dispepsia dapat
mencapai 49%.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. SS
c. Usia : 63 tahun
f. No. RM : 1927xx
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
ulu hati yang menyebar ke arah tulang dada dengan rasa seperti
terbakar. Disertai dengan rasa mual. Nyeri tidak membaik saat istirahat.
Muntah (-) sesak (-) gumoh (-) DD (-) OP (-) PND (-) BAK dalam batas
sudah sejak lama lidah dan langit-langit mulut terasa seperti melepuh.
3
4
HMRS: bangun tidur pasien merasa mulut pahit di belakang lidah dan
nyeri dada kiri, lama > 20 menit, terasa seperti tertindih beban.
Tahun 2017: pasien mondok kembali dengan keluhan nyeri dada kiri
2x 6,125 mg.
Asthma : (-)
Hipertensi : (+)
Alergi : disangkal
Asthma : (-)
5
Hipertensi : (-)
Alergi : disangkal
e. Gaya Hidup
Merokok : (-)
Alkohol : (-)
tangga.
hari mengonsumsi)
6
a. Umum : mual
terbakar
4. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
- Tekanan Darah : 120/90 mmHg, dalam keadaan berbaring, lengan
kanan, cuff dewasa
- Nadi : 74 x/min, kuat, reguler, simetris
- Laju pernapasan: 21 x/min, reguler, abdominothoracal
- Suhu : 36.0 °C, axilla
- SpO2 : 97%
c. Pemeriksaan Paru
Inspeksi : simetris, dinding dada sejajar dengan dinding perut,
ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-/-), fremitus taktil dbn, pengembangan
dada simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi :SDV (+/+), RBK (-/-), wheezing (-/-), RBB (-/-)
d. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada linea axillaris anterior SIC 6
Perkusi :
- Batas kanan : SIC 4 linea parasternalis dextra
- Batas kiri : SIC 6 linea axillaris anterior sinistra
- Batas atas : SIC 2 linea parasternalis sinistra
- Kesan cardiomegaly (+)
Auskultasi : S1-S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
e. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : dinding perut datar, venektasi (-), spider nevi (-), caput
medusa (-)
8
f. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas Ekstremitas bawah
• Akral hangat (+/+) • Akral hangat (+/+)
• Akral ikterik (+/+) • Akral ikterik (+/+)
• Kuku tidak ada kelainan • Kuku tak ada kelainan
• Edema (-/-) • Edema (-/-)
• WPK < 2 detik • WPK < 2 detik
• Keterbatasan ROM (-/-) • Keterbatasan ROM (-/-)
palatum durum
6. Diagnosis Kerja
GERD
CHF
7. Pemeriksaan Penunjang
b. Pemeriksaan Radiologi
• Rontgen Thorax
Kesan :
- pulmo normal
- kardiomegali
c. EKG
GERD
AKI dd ACKD
9. Manajemen
• IVFD RL 20 tpm
PERMASALAHAN
12
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi GERD
cairan lambung dan isinya menuju esofagus menyebabkan gejala tipikal yaitu
menusuk) dan/atau regurgitasi (rasa pahit atau asam di mulut) dan gejala lain
2. Epidemiologi GERD
13
14
dengan prevalensi tertinggi terdapat di Jepang dan Taiwan yang mencapai 13-
Indonesia masih kurang namun beberapa penelitian oleh RSCM tahun 2017
esofagus. Hanya 7-22% pasien GERD di Asia masuk dalam spektrum ini
dan 50-90% dari seluruh pasien ini memiliki lesi tunggal dengan diameter
Berdasarkan pH refluks:
- Non-acid reflux: pH > 4,0 (weakly acidic bila pH 4,0 -7,0 dan weakly
4. Patofisiologi GERD
spinchter)
menyebabkan inkompetensi:
esofagus), dan kontraksi diafragma costalis. Proses ini terjadi sering pada
distensi lambung dan posisi tubuh tegak. TLESRs tidak sama dengan
tidak timbul peristaltik, dan durasi > 10 detik. Pada GERD, frekuensi dan
durasi TLESRs memanjang dan terjadi pelebaran luas lumen saat relaksasi.
- Hypotensive LER
Normal resting pressure dari LES adalah > 10 mmHg dan < 29 mmHg di
memiliki LES hipotensif (< 10 mmHg) saat puasa. Kejadian ini meningkat
tekanan LES <4 mmHg; 2) free reflux: terjadi tanpa perubahan tekanan
mmHg.
b. Karakteristik Refluksat
terparah bila pH <2,0, keberadaan pepsin, tripsin, bile acids, dan makanan
lebih disebabkan akibat inflamasi akibat sitokin yang dilepas dari iritasi
mukosa. Proses inflamasi ini dimulai dari submukosa dan terjadi sebelum
hyperplasia dan elongasi brush border epitel. Esofagitis tidak tergantung dari
karakteristik refluksat.
dan titrasi asam dari saliva yang tertelan. Terdapat 2 bentuk gangguan: 1)
Usia dan status nutrisi memengaruhi ketahanan mukosa terhadap jejas dengan
e. Hipersensitivitas esofagus
Sensitivitas mukosa menentukan berat gejala yang timbul. Esofagitis dan jejas
asimtomatik. Eradikasi rutin pada pasien dengan klinis GERD saja tidak
Laki-laki
Riwayat keluarga
BMI overweight
Merokok
Hiatal hernia
Kehamilan
Estrogen eksogen
barbiturat
Regurgitasi: persepsi suatu aliran cairan dari gaster ke hipofaring atau mulut.
Dapat berupa sensasi rasa pahit atau asam. Biasanya muncul saat berbaring.
keganasan.
Odynophagia: nyeri saat menelan. Jarang muncul, namun apabila ada, sugestif
Nyeri dada non-kardiak: nyeri dengan sensasi tertekan atau terbakar muncul
substernal dan menyebar ke punggung, leher, rahang, dan lengan. Nyeri bisa
bertahan menit hingga jam dan hilang sendiri atau hilang dengan antasida.
emosional.
21
gastroenterologis.
Gambar 3. GERD-Questionnaire
alarm symptoms dan pasien yang tidak responsif terhadap terapi empiris PPI
Pemeriksaan Histopatologi
mukosa esofagus bila ditemukan jejas mukosa. Belum terdapat evidence untuk
pada pasien dengan suspek non-acid reflux GERD untuk eksklusi diagnosis
Digunakan untuk evaluasi pasien GERD yang tidak responsif terhadap terapi
atau setelah gagal terapi, dan konfirmasi diagnosis GERD sebelum operasi
Tes PPI
Dilakukan dengan pemberian double dose PPI selama 1-2 minggu. Apabila
gejala membaik setidaknya >50% dalam 1 minggu dan kembali saat PPI
spesivitas 74% pada pasien GERD disertai gejala nyeri non-kardiak tanpa
alarm symptoms
Barium Esofagografi
Manometri Esofageal
Juga digunakan pada pasien GERD refrakter yang akan menjalani tatalaksana
operatif.
Tes Impedansi
Metode invasif mengukur perubahan resistensi LES terhadap arus listrik yang
dialirkan lewat 2 elektroda saat cairan dan/atau gas lewat di antaranya. Dapat
Bilitec Test
dengan hasil pH-metri normal walau terdapat bukti eksposur asam pada distal
esofagus
hingga distal esofagus dan memberi HCl 0,1 N dalam waktu < 1 jam. Dapat
dan operatif.
a. Non-farmakologis
27
BMI <25,0 atau turun >3,5 unit) dan elevasi kepala saat tidur 15-20 cm
GERD dan malah menimbulkan stress pada pasien. Angka compliance pasien
untuk mengikuti perubahan gaya hidup rendah. Oleh karena itu, menghindari
b. Farmakologis
Antasida
Onset 5-30 menit dan durasi 30-60 menit. Aman untuk ibu hamil dan
therapy bila PPI tidak tersedia, on-demand therapy untuk rapid symptoms
28
add-ons therapy saat malam hari pada GERD refrakter. Onset 3 menit-3
jam dan durasi 4-12 jam. Menunjukkan sifat tachyphylaxis (muncul 2-6
peroral belum diteliti lebih lanjut. Aman untuk ibu hamil dan menyusui.
Agen Prokinetik
therapy dengan H2RA atau PPI pada kasus GERD refrakter. Penggunaan
jangka panjang agen prokinetik tidak disarankan karena efek samping yang
efek ekstrapiramidal.
antagonist; dapat
meningkatkan risiko
kerusakan jantung.
acetycholinesterase inhibitor
agonist baru.
ATPase pada sel parietal secara ireversibel. Bekerja paling efektif bila
ATPase paling banyak tersedia saat periode puasa lama. Waktu yang
dicapai untuk maximal acid suppression minimal 5 hari. Hal ini karena PPI
hanya menghambat pompa yang aktif dan berada di permukaan luminal sel
pertama selama 4 minggu dan evaluasi pada minggu ke-2-4. Apabila gejala
menetap (PPI failure) tingkatkan menjadi double dose PPI sebelum makan
hingga gejala hilang (umumnya 4-8 minggu). Bila membaik, dapat dihentikan.
31
Bila tidak ada perbaikan klinis, lakukan pemeriksaan endoskopi dan tentukan
(Grade A dan B), lanjutkan dengan on-demand therapy (single dose PPI
hari setelah dimulai) Apabila terdapat esofagitis berat (Grade C dan D), beri
on-demand therapy.
c. Endoskopik
d. Operatif
hernia, dan lainnya) atau operasi perbaikan komplikasi (striktur atau stenosis
dan lainnya). Efektivitas sama dengan terapi farmakologis dengan PPI namun
Terdapat dua jenis pendekatan terapi GERD yaitu step-up dan step-down.
a. Step-up Approach
kelas terapi terendah dan mengurangi paparan berlebih terhadap kelas terapi
poten untuk menghindari biaya berlebih dan efek sampingnya. Target pasien
ini adalah pasien dengan gejala ringan dan intermiten (<2 kali/minggu) dan
alginat (bila gejala <1 kali/minggu) lalu monitor 4 minggu. Bila persisten,
tingkatkan dosis H2RA menjadi dosis standar dan monitor 2 minggu. Bila
b. Step-down Approach
eradikasi gejala dengan cepat menggunakan kelas terapi paling poten dan
terapi terendah. Target pasien ini adalah pasien dengan kecurigaan GERD-
ERD, pasien dengan gejala sering dan berulang (≥2 kali/minggu), atau dengan
gejala berat yang mengganggu kualitas hidup. Dimulai dengan terapi non-
DISKUSI
Pasien GERD dapat dipertimbangkan untuk rawat inap bila terdapat tanda
bahaya seperti: disfagia progresif, odinofagia, berat badan turun yang tidak
esofagus, atau usia >40 tahun di area dengan prevalensi kanker gaster yang
Indikasi terapi operatif pasien GERD antara lain: GERD refrakter yang gagal
gejala tipikal + respirasi (laringitis, asma, batuk kronis, erosi gigi), dan pasien
GERD dengan long term PPI yang ingin menghentikan pengobatan. Di Asia,
hanya disarankan pada pasien GERD dengan long-term PPI dan ingin
menghentikan pengobatan.
34
35
akibat PPI yang selain secara langsung menstimulasi sel parietal, juga
acid secretion. Fenomena ini bisa berlangsung >4-8 minggu namun <26
1,3-1,5)
tanpa anemia defisiensi besi. Perlu suplementasi besi jangka panjang pada
KESIMPULAN
Pasien ini didiagnosis GERD karena memiliki gejala tipikal GERD yaitu
pyrosis ditandai dengan rasa terbakar di tulang dada dan regurgitasi yang ditandai
dengan rasa pahit di belakang mulut terutama saat bangun dari tidur. Karena pasien
berusia >60 tahun dan curiga memiliki anemia, pasien sebaiknya di rawat inap sambil
menunggu hasil pemeriksaan lainnya. Selama rawat inap dapat dilakukan tes PPI
secara intravena ataupun peroral untuk melihat respons pasien terhadap terapi PPI.
digunakan pendekatan terapi step-down dimulai dengan pemberian PPI dosis standar
sekali sehari diminum 30-60 menit sebelum makan pertama dan kontrol kembali 4
36
REFERENSI
Fock, K.M, Talley N.J., Fass, R., et al. 2016. Asia-Pacific consensus on the management
of the gastroesophageal reflux disease: an update focusing on refractory reflux
disease and Barretts esophagus. J Gastroenterol Hepatol 65: 1402-1415.
Fock, K.M, Talley N.J., Fass, R., et al. 2008. Asia-Pacific consensus on the management
of the gastroesophageal reflux disease: update. J Gastroenterol Hepatol 23: 8-22.
Fock, K.M, Talley N.J., Fass, R., et al. 2004. Report of the Asia-Pacific consensus on the
management of the gastroesophageal reflux disease. J Gastroenterol Hepatol 19: 357-
367.
Katz, P.O, Gerson, L.B., dan Vela, M.F. 2013. ACG Cclinical guideline: diagnosis and
management of gastroesophageal reflux disease. Am J Gastroenterol 108: 308-328.
Kahrilas, P.J., Shaheen N.J., Vaezi, M.F., et al. 2008. American Gastroenterological
Association Institute technical review on the management of gastroesophageal reflux
disease. Gastroenterology 135: 1392.
The Indonesia Society of Gastroenterology. 2014. National consensus on management of
GERD in Indonesia. Acta Med Indones-Indones J Intern Med 46(3): 263-271.
Vakul, N., Zanten, S.V., Kahrilas, P., et al. 2006. The Montreal definition and
classification of gastroesophageal reflux disease: a global evidence-based consensus.
Am J Gastroenterol 101: 1900-1920.
37