Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

“Laki-laki Usia 78 Tahun dengan BPH”


Disusun untuk Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Diajukan Kepada :
Dr. Antonius Suryanto, Sp.B
Disusun Oleh :
Restu Marlia Rizky
H3A019015

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

Presentasi Laporan Kasus dengan judul :


“Laki-laki Usia 78 Tahun dengan BPH”

Disusun untuk Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:
Restu Marlia Rizky
H3A019015

Telah disetujui oleh Pembimbing:


Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Antonius S, Sp.B ..................... ......................

2
BAB I
PENDAHULUAN

Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering


diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign
prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat
hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat
benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini
akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Meskipun jarang
mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar
prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya
obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet
obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar
prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama
kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal
sehingga menye-babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS
(lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding
symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi
meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus
(intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi
retensi urine. Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak semua
pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan
miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam
proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh
pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang masih
berfungsi normal menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh hormon lain
(estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan
diduga berperan dalam proliferasi selsel kelenjar prostat secara tidak langsung.
Faktor faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk mensintesis

3
protein growth factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu terjadinya proliferasi
sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal
sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal sebagai factor intrinsik yang
menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat.
BAB II
DATA PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 78 tahun
Status : Sudah menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Bululor Semarang Utara
No. Catatan Medis : 62-xx-xx
Tanggal masuk RS : 25 Mei 2021
Ruang rawat : Ruang Anggrek

II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 17 Februari 2021.
Keluhan Utama
Nyeri saat buang air kecil
Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil. Nyeri dirasakan
terutama diakhir BAK. BAK sedikit sedikit dan seperti ada tahanan. Pasien dirasakan jarang BAK. Ketika
BAK pasien merasa tidak ada kencing yang menetes dan pancaran saat kencing tidak lemah, BAK tidak
bercabang, BAK tidak terputus putus, tidak ada keluar batu maupun darah pada saat BAK.
1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih merakan nyeri saat BAK. Oleh keluarga dibawa ke
dokter dan dipasang kateter dan diberi obat. Kemudian oleh dokter tersebut disarankan untuk dibawa ke
IGD RSUD Tugurejo Semarang dan dirawat di bangsal Anggrek.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM (-), hipertensi (-), alergi makanan (-), alergi obat (-), rawat inap (-), sakit sama
(-),Riwayat batu ginjal (-), riwayat kening keluar darah (-), riwayat trauma region perineum (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat DM (-), hipertensi (-). Keluarga pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama ,
riwayat batu ginjal, alergi obat (-)
Riwayat sosial dan pribadi
Riwayat merokok (+), konsumsi alkohol (-). Olahraga (-)
Riwayat ekonomi
Pasien bekerja sebagai pedagang mi kopyok. Pasien berobat dengan menggunakan BPJS.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda Vital
o TD : 130/90 mmHg
o Nadi : 78 x/menit
o Respirasi : 20 x/menit
o Suhu : 36,4°C
 Status gizi
o BB : 50 kg
o TB : 170 cm
Status Generalisata
 Kepala : Mesocephal
 Wajah : Kulit sama dengan sekitar
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pandangan kabur (-/-)
 Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
 Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), gangguan pendengaran (-/-)
 Leher : JVP normal, KGB normal, trakea terletak di tengah.
 Thorax : Bentuk normal dan gerak simetris
 Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I – II murni reguler, murmur (-), Gallop (-)
 Pulmo
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Hemithoraks kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada hemithoraks kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
 Abdomen
Inspeksi : Perut datar, warna kulit sama dengan sekitar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-) suprapubik
 Ekstremitas
Atas : Edema (-/-), Sianosis (-/-), CRT <2”, akral hangat
Bawah : Edema (-/-), Sianosis (-/-), CRT <2”, akral hangat
Status Lokalis (Genitourinaria)
 Regio costovertebralis dextra dan sinistra
Inspeksi : massa (-), lesi (-), warna kulit sama dengan sekitar
Palpasi : balloetmen (-)
Nyeri ketok ginjal : (-)
 Regio suprapubik
Inspeksi : bulging (+)
Perkusi : redup
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
 Regio Genetalia Eksterna
Inspeksi : benjolan daerah inguinal (-), benjolan di scrotum (- ), OUE tak tampak kelainan
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Pemeriksaan Tambahan (Rectal Touche)
1) Sekitar anus : massa (-), fisura (-), fistula (-)
2) Tonus sfingter ani : mencengkram kuat (+)
3) Mukosa rectum : licin, massa (-)
4) Ampula recti : collapse (-)
5) Kelenjar prostat
a) Letak prostat : masih pada tempatnya, floating (-)
b) Diameter laterolateral : + 5 cm
c) Konsistensi : kenyal
d) Sulcus medianus : tidak teraba
e) Polus anterior : tidak teraba
f) Permukaan : licin (+), nodul (-)
g) Mobile (-)
h) Nyeri tekan (-)
6) Handscoon : darah (-), fekal material (-)
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
Disuria et causa BPH
DD : Disuria et causa Vesicolithiasis, Disuria et causa Ureterolithiasis
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Lengkap (25 Mei 2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 10,50 10^3/ul 3.8 – 10.6
Eritrosit L 3,93 10^3/ul 4.4 – 5.9
Hemoglobin L 12,20 g/dl 13.2 – 17.3
Hematokrit L 35,20 % 40 – 52
MCV 89,60 Fl 80 – 100
MCH 31,00 Pg 26 – 34
MCHC 34.70 g/dl 32 – 36
Trombosit 173 10^3/ul 150 – 440
RDW 12.40 % 11.5 – 14.5
PLCR 31,2 %
Eosinofil absolute L 0,01 10^3/ul 0.045 – 0.44
Basofil absolute 0.01 10^3/ul 0 – 0.02
Neutrofil absolute H 8,64 10^3/ul 1.8 – 8
Limfosit absolute 0,90 10^3/ul 0.9 – 5.2
Monosit absolute 0,94 10^3/ul 0.16 – 1
Eosinofil L 0,10 % 2–4
Basofil 0.20 % 0–1
Neutrofil H 82,20 % 50 – 70
Limfosit L 8,60 % 25 – 40
Monosit H 9,00 % 2– 8

2. KIMIA KLINIK (Serum) B


Glukosa sewaktu 119 mg/dl <125
Ureum H 71,0 mg/dL 10.0-50.0
Creatinin H 2,54 mg/dL 0.70-1.10
Kalium 4.22 mmol/l 3.5-5.0
Natrium L 127,6 mmol/l 135-145
3. Pemeriksaan USG Abdomen

Kesan :
Hepar: Ukuran dan bentuk normal, parenkim homogen, tepi dan permukaan rata, tak tampak nodul. V. porta dan V.
hepatika tak melebar.
Duktus biliaris: Intra dan ekstra hepatik baik, tak melebar
Kandung empedu: ukuran normal, tak tampak sludge/ batu
Pankreas: Ukuran normal, tak tampak massa/ kalsifikasi.
Kelenjar para Aorta: tak membesar
Limpa: ukuran normal, parenkim homogen. Nodul (-). V. Lienalis tak melebar
Ginjal kanan: ukuran dan bentuk normal, echogenisitas parenkim baik, sistem pelviocalyces tak melebar, batu (-),
tampak kista kecil di pole media (0,45cm) dan pada pole distal (0,86 x 0,61 cm).
Ginjal kiri: ukuran dan bentuk normal, echogenisitas parenkim baik, sistem pelviocalyces tak melebar, batu (-)
Vesika urinaria: dinding menebal (0,92 cm), tampak debris, tak tampak batu. Terpasang balon catheter
Prostak tidak membesar (volume 8,30ml)
Tidak tampak ascites maupun efusi pleura.
Kesan:
Prostat tidak membesar (Volume 8,3ml)
Cystitis dan debris intra vesika urinaria
Kista kecil pada pole media dan distal ginjal kanan
Struktur hepar, kandung empedu, pankreas, limpa dan ginjal kiri baik.

A. ASSESMENT
1. Diagnosis
Disuria et causa Benign Prostat Hiperplasia
2. Faktor Risiko
Usia > 60 tahun, jenis kelamin (laki-laki)
3. Komplikasi
Hidroureter, hidronefrosis, penurunan fungsi ginjal
B. INNITIAL PLAN
1. Terapi
Rawat inap
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
Konsul dokter spesialis bedah
2. Monitoring
a. Keadaan umum
b. Tanda vital
3. Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang:
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit yang dialami pasien dan komplikasinya
- Menganjurkan relaksasi kepada pasien
C. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : dubia ad bonam
2. Quo ad sanam : dubia ad bonam
3. Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN

Anatomi Prostat
Berat prostat normal orang dewasa berkisar antara 18 – 20 gram. Pada anak-
anak beratnya sekitar 8 gram. Pada keadaan dimana terjadi pembesaran kelenjar
prostat beratnya bisa mencapai 40 – 150 gram dan umumnya pada usia diatas 50
tahun. Ukuran prostat normal adalah tinggi 3 cm yang merupakan diameter
vertikal, lebar 4 cm pada dasar transversal dan lebar anteroposterior 2,5 cm, dan
dilewati oleh urethra pars prostatica.
Prostat merupakan glandula fibromuskular yang mempunyai bentuk seperti
piramid terbalik dengan basis (basis prostatae) menghadap ke arah collum vesicae.
Basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos berjalan
tanpa terputus dari satu organ ke organ lain. Urethra masuk bagian tengah dari
basis prostat. Apex (apex prostatae) menghadap ke arah difragma urogenitale.
Urethra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan anterior. Facies
anterior berbentuk konveks, facies posterior berbentuk agak konkaf dan dan dua
buah facies infero-lateralis.
Facies anterior berada 2,5 cm disebelah dorsal facies posterior symphysis
osseum pubis. Celah yang terbentuk ini terisi oleh jaringan lemak ekstraperitoneal
yang terdapat pada cavum retropubica (cavum Retzii) dan ligamentum
puboprostaticum. Ligamentum puboprostaticum menghubungkan selubung
fibrosa prostat dengan facies posterior os pubis. Ligamentum ini terletak pada
pinggir garis tengah dan merupakan kondensasi fascia pelvis. Facies posterior
prostat menghadap ke arah rectum, berhubungan erat dengan permukaan anterior
ampulla recti dan dipisahkan oleh septum rectovesicalis (fascia / ligamentum
Denonvilliers). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung
bawah excavatio rectovesicalis peritonealis, yang semula menyebar ke bawah
menuju corpus perinealis. Facies infero-lateralis difiksasi oleh serabut-serabut
anterior m. pubocoocygeus (m. levator ani) pada saat serabut berjalan ke posterior
dari os pubis. Ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostat
untuk bermuara pada urethra pars prostatica pada pinggir lateral orificium
utriculus prostaticus.
Prostat dikelilingi oleh capsula prostatica yakni jaringan ikat pada
permukaan prostat. Diluar capsula terdapat terdapat fascia prostatica, yang
membungkus capsula prostatica, merupakan bagian dari lapisan viseral fascia
pelvis, yang ke arah caudal melanjutkan diri menjadi fascia diaphragmatis
urogenitalis superior dan difiksasi pada symphysis osseum pubis oleh ligamentum
puboprostaticum mediale (ligamentum pubovesicale). Selain difiksasi oleh
ligamentum puboprostaticum mediale yang mengandung m. puboprostaticus, juga
difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum laterale pada arcus tendineus fascia
pelvis. Pada sisi lateral prostat, diantara fascia prostatica dan capsula prostatica
terdapat plexus venosus prostaticus. Plexus venosus prostaticus menerima vena
dorsalis penis, meneruskan aliran darah venous kepada plexus venosus vesicalis
dan selanjutnya bermuara ke dalam vena iliaca interna. Urethra berjalan vertical
menembus bagian anterior prostat. Basis prostat mempunyai hubungan erat
dengan collum vesicae, kecuali di bagian lateral. Celah yang terbentuk
diantaranya terisi oleh plexus venosus vesicoprostaticus dan ductus ejaculatorius.

Gambar 1. Ukuran Prostat

Struktur Dan Zona Anatomi


Prostat terdiri atas kelenjar (50%) dan jaringan ikat fibromuscular (25%
myofibril otot polos dan 25% jaringan ikat). Jaringan fibromuscular ini tertanam
mengelilingi prostat dan berkontrasi selama proses ejakulasi untuk mengeluarkan
sekresi prostat ke dalam urethra. Kelenjar prostat adalah modifikasi bagian
dinding urethra. Ujung urethra terproyeksi ke bagian dalam garis tengah posterior,
berjalan sepanjang urethra prostatika dan berakhir spinkter striata. Pada bagian
ujung yang lain, sebuah celah terbentuk (sinus prostaticus), dimana seluruh
kelenjar mengalir kesitu (Mc. Neal, 1972). Pada bagian pertengahan, urethra
melengkung kira-kira 35o kearah anterior (lengkungan ini dapat bervariasi antara
0 – 90o). Sudut yang terbentuk dari lengkungan ini membagi urethra prostatika
secara anatomi dan fungsional menjadi bagian proksimal (preprostat) dan distal
(prostat) (Mc. Neal 1977, 1988). Pada bagian proximal, otot polos sirkuler
menebal untuk membentuk spinkter urethra internum.
Pada lengkungan urethra, seluruh bagian utama kelenjar prostat terbuka
sampai ke urethra prostatika. Ujung urethra melebar dan menonjol dari dinding
posterior disebut verumontanum. Celah orificium kecil dari utrikulum prostat
ditemukan pada bagian apex dari verumontanum dan terlihat melalui sistoskopi.
Utrikulum panjangnya 6 mm sisa mullerian terbentuk dari kantong kecil yang
terproyeksi ke atas dan bawah prostat. Pada pria dengan kelamin ganda, bisa
terbentuk suatu divertikulum panjang yang menonjol pada bagian posterior
prostat. Pada bagian lain dari orificium utrikula, 2 pembukaan kecil pada duktus
ejakulatorius bisa terlihat. Duktus ejakulatorius terbentuk dari persambungan vas
deferens dengan vesikula seminalis dan masuk ke basis prostat yang bergabung
dengan vesica urinaria. Secara umum kelenjar prostat berbentuk tubuloalveolar
dengan sedikit percabangan dan sejajar dengan epitel kuboid atau kolumner.
Penyebaran sel neuroendokrin, yang fungsinya tidak diketahui, ditemukan
diantara sel sekretorius. Dibawah sel epitel, sel basal terletak sejajar setiap asinus
dan akan menjadi stem sel untuk epitel sekretorius. Setiap asinus terlindungi oleh
otot polos yang tipis dan jaringan ikat.

Vaskularisasi Dan Aliran Lymphe


Arteri

Ramus prostaticus dipercabangkan oleh arteria vesicalis inferior. Prostat


seringkali juga mendapatkan suplai darah darah dari percabangan arteria rectalis
superior. Apabila ada arteria rectalis media maka ada percabangannya yang
mensuplai prostat. Ramus prostaticus memasuki prostat sepanjang garis
posterolateral pada hubungan antara prostat dengan bagian bawah vesica urinaria
sampai ke apex prostat. Ketika akan memasuki prostat arteri vesicalis inferior
terbagi dalam dua cabang utama. .
Arteri-arteri ini mendekati collum vesica urinaria pada posisi antara jam 1 sampai
jam 5 dan posisi jam 7 sampai jam 11, dengan cabang paling besar pada bagian
posterior. Selanjutnya memutar kearah caudal sejajar dengan urethra, untuk
mensuplai urethra, kelenjar periurethral dan zone transisional. Begitupun pada
pembesaran prostat yang jinak, arteri ini yang terutama menyediakan suplai darah
untuk adenoma.
Pada saat prostat direseksi atau dienukleasi, perdarahan yang paling
penting biasanya ditemukan pada collum vesica urinaria, terutama pada posisi
antara jam 4 dan jam 8. Arteri capsular merupakan cabang utama yang kedua dari
arteri prostat. Arteri ini memiliki beberapa cabang kecil yang berjalan pada bagian
anterior untuk mempercabangkan ke dalam capsula prostat. Bagian terbesar dari
arteri ini berjalan posterolateral ke prostat dengan nervus cavernosus (serabut
neurovaskuler) dan berakhir pada diafragma pelvis. Cabang capsular menembus
prostat pada sudut 90o dan mengikuti reticular band dari stroma untuk mensuplai
jaringan kelenjar.
Vena

Pembuluh vena berjalan memasuki plexus venosus prostaticus disekitar sisi


anterolateral prostat, sebelah posterior ligamentum arcauata pubic dan bagian
bawah dari symphisis pubis, sebelah anterior dari vesica urinaria dan prostat.
Aliran utama berasal dari vena dorsalis penis profunda. Plexus juga menerima
ramus anterior vesicalis (plexus venosus vesicalis) dan prostatic (yang
menghubungkan dengan plexus vesicalis dan vena pudenda interna) dan
mengalirkan / bermuara kedalam vena vesicalis dan vena iliaca interna.
Lymphe

Pembuluh-pembuluh lymphe berjalan menuju ke lymphonodus iliacus internus.


Ada juga yang menuju ke lymphonodus iliacus externus dan lymphonodus
sacralis Pembuluh-pembuluh lymphe dari vas deferens berakhir pada
lymphonodus iliacus externus, sedangkan yang berasal dari vesica seminalis
mengalir ke lymphonodus iliacus internus dan externus. Pembuluh lymphe prostat
terutama berakhir pada lymphonodus iliacus internus, lymphonodus sacralis dan
lymphonodus obturator. Sebuah pembuluh lymphe dari permukaan posterior
bersama-sama pembuluh lymphe vesicalis menuju ke lymphonodus iliacus
extenus dan satu dari permukaan anterior mencapai lymphonodus iliakus internus
dari gabungan pembuluh lymfe yang mengaliri urethra pars membranosa.

Inervasi
Prostat menerima serabut-serabut saraf sympathis dan parasympathis dari
plexus nervosus prostaticus. Serabut-serabut parasympathis berasal dari medulla
spinalis segmen sacralis. Inervasi sympathis dan parasympathis dari plexus pelvis
berjalan sepanjang prostat sampai nervus cavernosa. Saraf mengikuti cabang dari
arteri capsular untuk mempercabangkan pada bagian kelenjar dan stromal. Saraf
parasympathis berakhir pada acinus dan merangsang sekresi, serabut sympathis
menyebabkan kontraksi otot polos dari kapsul dan stroma. Penghambatan alfa-1
adrenergik mengurangi tonus stroma prostat dan tonus spinkter preprostatik dan
meningkatkan laju aliran kencing pada orang dengan BPH (benign prostat
hypertrophy), hal ini menjelaskan bahwa penyakit ini mempengaruhi stroma dan
epitel. Gabungan peptidergic dan nitric oxida yang dikandung neuron juga telah
ditemukan pada prostat dan bisa menyebabkan relaksasi otot polos. Neuron
afferen dari prostat berjalan sepanjang plexus pelvis sampai pelvis dan pusat
spinal thoracolumbar. Suatu blok prostatik mungkin bisa didapatkan dengan
menyuntikkan anestesi lokal ke dalam plexus pelvis.

Definisi
Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior
bulibuli dan membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami pembesaran,
baik jinak maupun ganas.2 Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu
uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari buli-buli. 1 Benign
Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) yang
menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran ukuran prostat ini akibat
adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra.3,4
Gambar 2. Pembagian Zona Prostat

Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang
dewasa ± 20 gram. Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa
zona, antara lain: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler
anterior dan zona periurethra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada
zona transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona
perifer.1,6

Etiologi Dan Patofisiologi


Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara
pasti,tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat:1
1. Teori dihidrotestosteron
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testosteron.
Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif
dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduktase. DHT inilah yang
secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk
mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat. 1

Gambar 3. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim5 α – reduktase1

Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan jumlah reseptor


androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat menjadi
lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan prostat normal.1

Gambar 4. Teori Dihidrotestosteron dalam Hiperplasia Prostat8


2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif
meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel
kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap
rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan
menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan
testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel
prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa
prostat menjadi lebih besar.1
3. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel epitel
prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator
(growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan
estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi
sel-sel epitel maupun stroma.1
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis
kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju
proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang
apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin
meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon
androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah
dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1
5. Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-
sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada
hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi),
menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada
BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi
yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1
6. Patofisiologi Hiperplasia Prostat
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars
prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya tekanan
intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih
kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan anatomik buli-
buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan
divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai
keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract
Symptoms(LUTS).1
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks
vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.1

Manifestasi Klinis
Anamnesa
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada akhirnya
dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun manifestasi
dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan
penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.4
Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruksi
antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah, intermitensi, miksi tidak puas,
menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif terdiri dari: frekuensi, nokturia,
urgensi dan disuri.1
Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi urologi
membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh
pasien.
Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international Prostatic
Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubungan dengan
kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS
dalam 3 derajat, yaitu:1,9
Ringan : skor 0-7
Sedang : skor 8-19
Berat : skor 20-35

IPSS (International Prostate Symptom Score)


Kurang Kadang-
Kurang
Tidak dari sekali kadang Lebih dari Hampir
Dalam 1 bulan terakhir dari Skor
pernah dalam (sekitar setengah selalu
lima hari setengah 50%)
1. Seberapa sering anda merasa
masih ada sisa selesai 0 1 2 3 4 5
kencing?
2. Seberapa sering Anda harus
kembali kencing dalam
0 1 2 3 4 5
waktu kurang dari 2 jam
setelah selesai kencing?

3. Seberapa sering Anda


mendapatkan bahwa Anda 0 1 2 3 4 5
kencing terputus-putus?

4. Seberapa sering tidak bisa


menahan keinginan untuk 0 1 2 3 4 5
kencing?

5. Seberapa sering pancaran


0 1 2 3 4 5
kencing Anda lemah?

6. Seberapa sering Anda


harusmengejan untuk mulai 0 1 2 3 4 5
kencing?

7. Seberapa sering Anda harus


bangun untuk kencing, sejak
0 1 2 3 4 5
mulai tidur pada malam hari
hingga bangun di pagi hari?

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) =


Pada Pada
Senang Tidak Buruk
Senang umumnya Biasa saja umumnya
sekali bahagia sekali
Puas tidak puas
Seandainya Anda harus
enghabiskan sisa hidup dengan
fungsi kencing seperti saat ini,
agaimana perasaan Anda?
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang,
benjolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).1
3. Gejala diluar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia
inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat
miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.1
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba
massa kistik didaerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan colok dubur
atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang
penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau
ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang
keras. Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan
tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul.1,4,9
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti
meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul.
Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan
mungkin antara lobus prostat tidak simetri.1

Gambar 5. Pemeriksaan Colok Dubur5


Pemeriksaan Laboratorium
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih.1 Obstruksi uretra menyebabkan bendungan
saluran kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti
hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis.1,9 Pemeriksaan kultur urin
berguna untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus
menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-sel
urotelium yang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk
mendeteksi adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan
pada buli-buli. Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda
tumor prostat (PSA).1
Pencitraan
Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,
batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi
urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan
adanya :1
• kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)
• memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan
indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter
bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)
• penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel,
atau sakulasi buli-buli
Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH.1 Pemeriksaan
USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui
besar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna
sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah
residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans
Abdominal Ultra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun
kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.(purnomo, de jong)
Gambar 6. TransRectal Ultra Sound (TRUS)5

Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan
mengukur:1,9
- residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan
pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi
- pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan
lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.

Penatalaksanaan
Tujuan terapi:1
- memperbaiki keluhan miksi
- meningkatkan kualitas hidup
- mengurangi obstruksi infravesika
- mengembalikan fungsi ginjal
- mengurangi volume residu urin setelah miksi
- mencegah progressivitas penyakit
1. Watchful waiting
Watchful waiting artinya pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi
perkembangan penyakitnya keadaannya tetap diawasi oleh dokter. Pilihan tanpa
terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan
ringan yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari. Beberapa guidelines masih
menawarkan watchful waiting pada pasien BPH bergejala dengan skor sedang
(IPSS 8-19). Pasien dengan keluhan sedang hingga berat (skor IPSS > 7),
pancaran urine melemah (Qmax < 12 mL/detik), dan terdapat pembesaran prostat
> 30 gram tentunya tidak banyak memberikan respon terhadap watchful waiting.
Pada watchful waiting ini, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan
hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk
keluhannya, misalnya (1) jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau
alkohol setelah makan malam, (2) kurangi konsumsi makanan atau minuman yang
menyebabkan iritasi pada buli-buli (kopi atau cokelat), (3) batasi penggunaan
obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, (4) kurangi makanan
pedas dan asin, dan (5) jangan menahan kencing terlalu lama
Setiap 6 bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan
diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laju
pancaran urine, maupun volume residual urine. Jika keluhan miksi bertambah
jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu difikirkan untuk memilih terapi yang
lain.

2. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk: (1) mengurangi resistensi
otot polos prostat sebagai komponen dinamik atau (2) mengurangi volume prostat
sebagai kom-ponen statik. Jenis obat yang digunakan adalah :
1. Antagonis adrenergik reseptor α yang dapat berupa:
a. preparat non selektif: fenoksibenzamin
b. preparat selektif masa kerja pendek: prazosin, afluzosin, dan indoramin
c. preparat selektif dengan masa kerja lama: doksazosin, terazosin, dan
tamsulosin
2. Inhibitor 5 α redukstase, yaitu finasteride dan dutasteride
3. Operasi
Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:1
- Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa
- Mengalami retensi urin
- Infeksi Saluran Kemih berulang
- Hematuri
- Gagal ginjal
- Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran
- kemih bagian bawah
Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:1,9

a. Transurethral reseksi prostat (TURP)


Prosedur TURP merupakan 90% dari semua tindakan pembedahan prostat
pada pasien BPH. Menurut Wasson et al (1995) pada pasien dengan keluhan
derajat sedang, TURP lebih bermanfaat daripada watchful waiting. TURP lebih
sedikit menimbulkan trauma dibandingkan prosedur bedah terbuka dan
memerlukan masa pemulihan yang lebih singkat. Secara umum TURP dapat
memper-baiki gejala BPH hingga 90%, meningkatkan laju pancaran urine hingga
100%. Komplikasi dini yang terjadi pada saat operasi sebanyak 18-23%, dan yang
paling sering adalah perdarahan sehingga mem-butuhkan transfusi. Timbulnya
penyulit biasa-nya pada reseksi prostat yang beratnya lebih dari 45 gram, usia
lebih dari 80 tahun, ASA II-IV, dan lama reseksi lebih dari 90 menit. Sindroma
TUR terjadi kurang dari 1%. Penyulit yang timbul di kemudian hari adalah:
inkontinensia stress <1% maupun inkontinensia urge 1,5%, striktura uretra 0,5-
6,3%, kontraktur leher buli-buli yang lebih sering terjadi pada prostat yang
berukuran kecil 0,9-3,2%, dan disfungsi ereksi. Angka kematian akibat TURP
pada 30 hari pertama adalah 0,4% pada pasien kelompok usia 65-69 tahun dan
1,9% pada kelompok usia 80-84 tahun. Dengan teknik operasi yang baik dan
manajemen perioperatif (termasuk anestesi) yang lebih baik pada dekade terakhir,
angka morbiditas, mortalitas, dan jumlah pemberian transfusi berangsur-angsur
menurun.
Gambar 7. Transurethral reseksi prostat (TURP)

b. Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)


TUIP atau insisi leher buli-buli (bladder neck insicion) direkomendasikan
pada prostat yang ukurannya kecil (kurang dari 30 cm 3), tidak dijumpai
pembesaran lobus medius, dan tidak diketemukan adanya kecurigaan karsinoma
prostat.. Teknik ini dipopulerkan oleh Orandi pada tahun 1973, dengan melakukan
mono insisi atau bilateral insisi mempergunakan pisau Colling mulai dari muara
ureter, leher buli-buli-sampai ke verumontanum. Insisi diperdalam hingga kapsula
prostat. Waktu yang dibutuhkan lebih cepat, dan lebih sedikit menimbulkan
komplikasi dibandingkan dengan TURP. TUIP mampu memperbaiki keluhan
akibat BPH dan meningkatkan Qmax meskipun tidak sebaik TURP. Cara
elektrovaporisasi prostat hampir mirip dengan TURP, hanya saja teknik ini
memakai roller ball yang spesifik dan dengan mesin diatermi yang cukup kuat,
sehingga mampu membuat vaporisisai kelenjar prostat. Teknik ini cukup aman,
tidak banyak menimbulkan perdarahan pada saat operasi, dan masa mondok di
rumah sakit lebih singkat.

Gambar.8. Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)


c. Buka prostatektomi
Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika Anda memiliki prostat
sangat besar, kandung kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti
batu kandung kemih. Ini disebut terbuka karena ahli bedah membuat
sayatan di perut bagian bawah untuk mencapai prostat. Buka prostatektomi
adalah pengobatan yang paling efektif untuk pria dengan pembesaran
prostat yang parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan
komplikasi. Pada umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit
dan berhubungan dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah.

Gambar 9. Buka prostatektomi

d. Pembedahan laser operasi.

Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk
menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebatLaser bedah umumnya
segera meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah
daripada TURP. Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak
harus memiliki prosedur prostat lain karena mereka mengambil obat
pengencer darah. Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis
laser dan dengan cara yang berbeda.

 Ablatif prosedur (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat


menekan uretra dengan membakar begitu saja, sambil aliran urin. prosedur
ablatif dapat menyebabkan iritasi gejala urin setelah operasi dan mungkin
perlu diulang di beberapa titik.
 Prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomi,
tapi dengan risiko yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya
menghapus semua prostat jaringan memblokir aliran urin, dan
mencegah pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu manfaat
dari prosedur enucleative adalah bahwa jaringan prostat dihapus
dapat diperiksa untuk kanker prostat dan kondisi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung


Seto. 2007. 69-85
2. Birowo & Rahardjo. Pembesaran Prostat Jinak. 2000.
http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht
3. Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006.
http://www.emedicine.com.
4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita
Pembesaran Prostat Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4;
139-145
5. Kim & Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual Of
Surgery, 8thEdition, Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill
Medical Publishing Division. 2006. 1036-1060
6. Suryawisesa, Malawat, Bustan. Hubungan Faktor Geografis
Terhadap Skor Gejala Prostat Internasional (IPSS) Pada Komunitas
Suku Makassar Usia Lanjut Tahun 1998. Ropanasuri 1998; XXVI –
4; 1-10
7. Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
2005. 782
8. Pheonix5. Transurethral Prostatectomy.2002.
http://www_phoenix5_org/glossary/graphics-turp/NIDDK/gif.mht

Anda mungkin juga menyukai