Diajukan Kepada :
Dr. Antonius Suryanto, Sp.B
Disusun Oleh :
Restu Marlia Rizky
H3A019015
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Disusun Oleh:
Restu Marlia Rizky
H3A019015
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
protein growth factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu terjadinya proliferasi
sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal
sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal sebagai factor intrinsik yang
menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat.
BAB II
DATA PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 78 tahun
Status : Sudah menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Bululor Semarang Utara
No. Catatan Medis : 62-xx-xx
Tanggal masuk RS : 25 Mei 2021
Ruang rawat : Ruang Anggrek
II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 17 Februari 2021.
Keluhan Utama
Nyeri saat buang air kecil
Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil. Nyeri dirasakan
terutama diakhir BAK. BAK sedikit sedikit dan seperti ada tahanan. Pasien dirasakan jarang BAK. Ketika
BAK pasien merasa tidak ada kencing yang menetes dan pancaran saat kencing tidak lemah, BAK tidak
bercabang, BAK tidak terputus putus, tidak ada keluar batu maupun darah pada saat BAK.
1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih merakan nyeri saat BAK. Oleh keluarga dibawa ke
dokter dan dipasang kateter dan diberi obat. Kemudian oleh dokter tersebut disarankan untuk dibawa ke
IGD RSUD Tugurejo Semarang dan dirawat di bangsal Anggrek.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM (-), hipertensi (-), alergi makanan (-), alergi obat (-), rawat inap (-), sakit sama
(-),Riwayat batu ginjal (-), riwayat kening keluar darah (-), riwayat trauma region perineum (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat DM (-), hipertensi (-). Keluarga pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama ,
riwayat batu ginjal, alergi obat (-)
Riwayat sosial dan pribadi
Riwayat merokok (+), konsumsi alkohol (-). Olahraga (-)
Riwayat ekonomi
Pasien bekerja sebagai pedagang mi kopyok. Pasien berobat dengan menggunakan BPJS.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
o TD : 130/90 mmHg
o Nadi : 78 x/menit
o Respirasi : 20 x/menit
o Suhu : 36,4°C
Status gizi
o BB : 50 kg
o TB : 170 cm
Status Generalisata
Kepala : Mesocephal
Wajah : Kulit sama dengan sekitar
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pandangan kabur (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), gangguan pendengaran (-/-)
Leher : JVP normal, KGB normal, trakea terletak di tengah.
Thorax : Bentuk normal dan gerak simetris
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I – II murni reguler, murmur (-), Gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Hemithoraks kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada hemithoraks kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, warna kulit sama dengan sekitar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-) suprapubik
Ekstremitas
Atas : Edema (-/-), Sianosis (-/-), CRT <2”, akral hangat
Bawah : Edema (-/-), Sianosis (-/-), CRT <2”, akral hangat
Status Lokalis (Genitourinaria)
Regio costovertebralis dextra dan sinistra
Inspeksi : massa (-), lesi (-), warna kulit sama dengan sekitar
Palpasi : balloetmen (-)
Nyeri ketok ginjal : (-)
Regio suprapubik
Inspeksi : bulging (+)
Perkusi : redup
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Regio Genetalia Eksterna
Inspeksi : benjolan daerah inguinal (-), benjolan di scrotum (- ), OUE tak tampak kelainan
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
Pemeriksaan Tambahan (Rectal Touche)
1) Sekitar anus : massa (-), fisura (-), fistula (-)
2) Tonus sfingter ani : mencengkram kuat (+)
3) Mukosa rectum : licin, massa (-)
4) Ampula recti : collapse (-)
5) Kelenjar prostat
a) Letak prostat : masih pada tempatnya, floating (-)
b) Diameter laterolateral : + 5 cm
c) Konsistensi : kenyal
d) Sulcus medianus : tidak teraba
e) Polus anterior : tidak teraba
f) Permukaan : licin (+), nodul (-)
g) Mobile (-)
h) Nyeri tekan (-)
6) Handscoon : darah (-), fekal material (-)
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
Disuria et causa BPH
DD : Disuria et causa Vesicolithiasis, Disuria et causa Ureterolithiasis
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Lengkap (25 Mei 2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 10,50 10^3/ul 3.8 – 10.6
Eritrosit L 3,93 10^3/ul 4.4 – 5.9
Hemoglobin L 12,20 g/dl 13.2 – 17.3
Hematokrit L 35,20 % 40 – 52
MCV 89,60 Fl 80 – 100
MCH 31,00 Pg 26 – 34
MCHC 34.70 g/dl 32 – 36
Trombosit 173 10^3/ul 150 – 440
RDW 12.40 % 11.5 – 14.5
PLCR 31,2 %
Eosinofil absolute L 0,01 10^3/ul 0.045 – 0.44
Basofil absolute 0.01 10^3/ul 0 – 0.02
Neutrofil absolute H 8,64 10^3/ul 1.8 – 8
Limfosit absolute 0,90 10^3/ul 0.9 – 5.2
Monosit absolute 0,94 10^3/ul 0.16 – 1
Eosinofil L 0,10 % 2–4
Basofil 0.20 % 0–1
Neutrofil H 82,20 % 50 – 70
Limfosit L 8,60 % 25 – 40
Monosit H 9,00 % 2– 8
Kesan :
Hepar: Ukuran dan bentuk normal, parenkim homogen, tepi dan permukaan rata, tak tampak nodul. V. porta dan V.
hepatika tak melebar.
Duktus biliaris: Intra dan ekstra hepatik baik, tak melebar
Kandung empedu: ukuran normal, tak tampak sludge/ batu
Pankreas: Ukuran normal, tak tampak massa/ kalsifikasi.
Kelenjar para Aorta: tak membesar
Limpa: ukuran normal, parenkim homogen. Nodul (-). V. Lienalis tak melebar
Ginjal kanan: ukuran dan bentuk normal, echogenisitas parenkim baik, sistem pelviocalyces tak melebar, batu (-),
tampak kista kecil di pole media (0,45cm) dan pada pole distal (0,86 x 0,61 cm).
Ginjal kiri: ukuran dan bentuk normal, echogenisitas parenkim baik, sistem pelviocalyces tak melebar, batu (-)
Vesika urinaria: dinding menebal (0,92 cm), tampak debris, tak tampak batu. Terpasang balon catheter
Prostak tidak membesar (volume 8,30ml)
Tidak tampak ascites maupun efusi pleura.
Kesan:
Prostat tidak membesar (Volume 8,3ml)
Cystitis dan debris intra vesika urinaria
Kista kecil pada pole media dan distal ginjal kanan
Struktur hepar, kandung empedu, pankreas, limpa dan ginjal kiri baik.
A. ASSESMENT
1. Diagnosis
Disuria et causa Benign Prostat Hiperplasia
2. Faktor Risiko
Usia > 60 tahun, jenis kelamin (laki-laki)
3. Komplikasi
Hidroureter, hidronefrosis, penurunan fungsi ginjal
B. INNITIAL PLAN
1. Terapi
Rawat inap
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
Konsul dokter spesialis bedah
2. Monitoring
a. Keadaan umum
b. Tanda vital
3. Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang:
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit yang dialami pasien dan komplikasinya
- Menganjurkan relaksasi kepada pasien
C. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : dubia ad bonam
2. Quo ad sanam : dubia ad bonam
3. Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
Anatomi Prostat
Berat prostat normal orang dewasa berkisar antara 18 – 20 gram. Pada anak-
anak beratnya sekitar 8 gram. Pada keadaan dimana terjadi pembesaran kelenjar
prostat beratnya bisa mencapai 40 – 150 gram dan umumnya pada usia diatas 50
tahun. Ukuran prostat normal adalah tinggi 3 cm yang merupakan diameter
vertikal, lebar 4 cm pada dasar transversal dan lebar anteroposterior 2,5 cm, dan
dilewati oleh urethra pars prostatica.
Prostat merupakan glandula fibromuskular yang mempunyai bentuk seperti
piramid terbalik dengan basis (basis prostatae) menghadap ke arah collum vesicae.
Basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos berjalan
tanpa terputus dari satu organ ke organ lain. Urethra masuk bagian tengah dari
basis prostat. Apex (apex prostatae) menghadap ke arah difragma urogenitale.
Urethra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan anterior. Facies
anterior berbentuk konveks, facies posterior berbentuk agak konkaf dan dan dua
buah facies infero-lateralis.
Facies anterior berada 2,5 cm disebelah dorsal facies posterior symphysis
osseum pubis. Celah yang terbentuk ini terisi oleh jaringan lemak ekstraperitoneal
yang terdapat pada cavum retropubica (cavum Retzii) dan ligamentum
puboprostaticum. Ligamentum puboprostaticum menghubungkan selubung
fibrosa prostat dengan facies posterior os pubis. Ligamentum ini terletak pada
pinggir garis tengah dan merupakan kondensasi fascia pelvis. Facies posterior
prostat menghadap ke arah rectum, berhubungan erat dengan permukaan anterior
ampulla recti dan dipisahkan oleh septum rectovesicalis (fascia / ligamentum
Denonvilliers). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung
bawah excavatio rectovesicalis peritonealis, yang semula menyebar ke bawah
menuju corpus perinealis. Facies infero-lateralis difiksasi oleh serabut-serabut
anterior m. pubocoocygeus (m. levator ani) pada saat serabut berjalan ke posterior
dari os pubis. Ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostat
untuk bermuara pada urethra pars prostatica pada pinggir lateral orificium
utriculus prostaticus.
Prostat dikelilingi oleh capsula prostatica yakni jaringan ikat pada
permukaan prostat. Diluar capsula terdapat terdapat fascia prostatica, yang
membungkus capsula prostatica, merupakan bagian dari lapisan viseral fascia
pelvis, yang ke arah caudal melanjutkan diri menjadi fascia diaphragmatis
urogenitalis superior dan difiksasi pada symphysis osseum pubis oleh ligamentum
puboprostaticum mediale (ligamentum pubovesicale). Selain difiksasi oleh
ligamentum puboprostaticum mediale yang mengandung m. puboprostaticus, juga
difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum laterale pada arcus tendineus fascia
pelvis. Pada sisi lateral prostat, diantara fascia prostatica dan capsula prostatica
terdapat plexus venosus prostaticus. Plexus venosus prostaticus menerima vena
dorsalis penis, meneruskan aliran darah venous kepada plexus venosus vesicalis
dan selanjutnya bermuara ke dalam vena iliaca interna. Urethra berjalan vertical
menembus bagian anterior prostat. Basis prostat mempunyai hubungan erat
dengan collum vesicae, kecuali di bagian lateral. Celah yang terbentuk
diantaranya terisi oleh plexus venosus vesicoprostaticus dan ductus ejaculatorius.
Inervasi
Prostat menerima serabut-serabut saraf sympathis dan parasympathis dari
plexus nervosus prostaticus. Serabut-serabut parasympathis berasal dari medulla
spinalis segmen sacralis. Inervasi sympathis dan parasympathis dari plexus pelvis
berjalan sepanjang prostat sampai nervus cavernosa. Saraf mengikuti cabang dari
arteri capsular untuk mempercabangkan pada bagian kelenjar dan stromal. Saraf
parasympathis berakhir pada acinus dan merangsang sekresi, serabut sympathis
menyebabkan kontraksi otot polos dari kapsul dan stroma. Penghambatan alfa-1
adrenergik mengurangi tonus stroma prostat dan tonus spinkter preprostatik dan
meningkatkan laju aliran kencing pada orang dengan BPH (benign prostat
hypertrophy), hal ini menjelaskan bahwa penyakit ini mempengaruhi stroma dan
epitel. Gabungan peptidergic dan nitric oxida yang dikandung neuron juga telah
ditemukan pada prostat dan bisa menyebabkan relaksasi otot polos. Neuron
afferen dari prostat berjalan sepanjang plexus pelvis sampai pelvis dan pusat
spinal thoracolumbar. Suatu blok prostatik mungkin bisa didapatkan dengan
menyuntikkan anestesi lokal ke dalam plexus pelvis.
Definisi
Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior
bulibuli dan membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami pembesaran,
baik jinak maupun ganas.2 Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu
uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari buli-buli. 1 Benign
Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) yang
menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran ukuran prostat ini akibat
adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra.3,4
Gambar 2. Pembagian Zona Prostat
Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang
dewasa ± 20 gram. Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa
zona, antara lain: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler
anterior dan zona periurethra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada
zona transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona
perifer.1,6
Manifestasi Klinis
Anamnesa
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada akhirnya
dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun manifestasi
dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan
penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.4
Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruksi
antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah, intermitensi, miksi tidak puas,
menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif terdiri dari: frekuensi, nokturia,
urgensi dan disuri.1
Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi urologi
membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh
pasien.
Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international Prostatic
Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubungan dengan
kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS
dalam 3 derajat, yaitu:1,9
Ringan : skor 0-7
Sedang : skor 8-19
Berat : skor 20-35
Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan
mengukur:1,9
- residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan
pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi
- pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan
lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi:1
- memperbaiki keluhan miksi
- meningkatkan kualitas hidup
- mengurangi obstruksi infravesika
- mengembalikan fungsi ginjal
- mengurangi volume residu urin setelah miksi
- mencegah progressivitas penyakit
1. Watchful waiting
Watchful waiting artinya pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi
perkembangan penyakitnya keadaannya tetap diawasi oleh dokter. Pilihan tanpa
terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan
ringan yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari. Beberapa guidelines masih
menawarkan watchful waiting pada pasien BPH bergejala dengan skor sedang
(IPSS 8-19). Pasien dengan keluhan sedang hingga berat (skor IPSS > 7),
pancaran urine melemah (Qmax < 12 mL/detik), dan terdapat pembesaran prostat
> 30 gram tentunya tidak banyak memberikan respon terhadap watchful waiting.
Pada watchful waiting ini, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan
hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk
keluhannya, misalnya (1) jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau
alkohol setelah makan malam, (2) kurangi konsumsi makanan atau minuman yang
menyebabkan iritasi pada buli-buli (kopi atau cokelat), (3) batasi penggunaan
obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, (4) kurangi makanan
pedas dan asin, dan (5) jangan menahan kencing terlalu lama
Setiap 6 bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan
diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laju
pancaran urine, maupun volume residual urine. Jika keluhan miksi bertambah
jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu difikirkan untuk memilih terapi yang
lain.
2. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk: (1) mengurangi resistensi
otot polos prostat sebagai komponen dinamik atau (2) mengurangi volume prostat
sebagai kom-ponen statik. Jenis obat yang digunakan adalah :
1. Antagonis adrenergik reseptor α yang dapat berupa:
a. preparat non selektif: fenoksibenzamin
b. preparat selektif masa kerja pendek: prazosin, afluzosin, dan indoramin
c. preparat selektif dengan masa kerja lama: doksazosin, terazosin, dan
tamsulosin
2. Inhibitor 5 α redukstase, yaitu finasteride dan dutasteride
3. Operasi
Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:1
- Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa
- Mengalami retensi urin
- Infeksi Saluran Kemih berulang
- Hematuri
- Gagal ginjal
- Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran
- kemih bagian bawah
Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:1,9
Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk
menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebatLaser bedah umumnya
segera meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah
daripada TURP. Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak
harus memiliki prosedur prostat lain karena mereka mengambil obat
pengencer darah. Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis
laser dan dengan cara yang berbeda.