Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KASUS

“Wanita Usia 55 Tahun dengan Keluhan Payudara Kiri Terdapat Benjolan”

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Diajukan Kepada
Pembimbing: dr. William Alfred, Sp.B (K) Onkologi

Disusun Oleh
Restu Marlia Rizky
H3A019015

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

Laporan kasus ini telah dipresentasikan dan disetujui oleh dokter


pembimbing dari:
Nama : Restu Marlia Rizky
NIM : H3A019015
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Muhammadiyah Semarang
Judul : Wanita Usia 55 Tahun dengan Keluhan Payudara Kiri Terdapat
Benjolan
Pembimbing : dr. William Alfred, Sp.B (K) Onkologi

Semarang, Juni 2021


Dokter Pembimbing

dr. William Alfred, Sp.B (K)


Onkologi
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara


yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara
merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan
Pathological Based Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama
dengan frekuensi relatif sebesar 18,6% dan terdapat kecenderungan dari tahun
ketahun insidensinya meningkat.1
Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita,
sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang
cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada
wanita. Penyakit ini dapat diderita pada laki-laki dengan frekuensi sekitar 1 %. Di
Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut,
dimana upaya pengobatan sulit dilakukan.1
Tingkat kelangsungan hidup kanker payudara sangat bervariasi di seluruh
dunia, mulai dari 80% atau lebih di Amerika Utara, Swedia dan Jepang untuk
sekitar 60% di negara-negara berpenghasilan menengah dan bawah 40% di
negara-negara berpenghasilan rendah. Tingkat kelangsungan hidup yang rendah di
negara-negara kurang berkembang dapat terjadi oleh kurangnya program deteksi
dini, serta oleh kurangnya kemampuan diagnosis, pengobatan, dan fasilitas yang
memadai. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis
dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.1
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. N
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Alamat : Tegalrejo Banuringin Kendal
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Nomor Rekam Medis : 6131XX
Tanggal Masuk RS : 17 Mei 2021
Ruang Perawatan : Bangsal Dahlia 2
Jaminan Kesehatan : BPJS PBI (Jamkesmas Nasional)

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Bangsal Dahlia 2
RSUD Tugurejo Semarang, dan didapatkan hasil:
Keluhan Utama
Wanita usia 55 tahun dengan keluhan payudara kiri terdapat
benjolan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. N usia 55 tahun datang ke RSUD Tugurejo pada tanggal 17
Mei 2021 dengan keluhan payudara kiri terdapat benjolan. Benjolan
diketahui pasien sejak 5 bulan yang lalu (bulan Desember) dan hanya
seukuran telur puyuh. Benjolan lama kelamaan membesar hingga pada
awal bulan Mei sebelum pasien masuk rumah sakit benjolan teraba sebesar
bola kasti. Benjolan berwarna kemerahan dan mengeluarkan darah berbau
amis disertai nanah. Benjolan juga terasa nyeri yang hilang timbul dan
mengganggu aktivitas. Mual, muntah, pusing disangkal. Sesak diakui.
BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat penyakit yang sama : disangkal
 Riwayat hipertensi : diakui (dari Ayah)
 Riwayat diabetes mellitus : diakui
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat penyakit yang sama : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
 Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol.
 Bekerja sebagai ibu rumah tangga.
 Berobat dengan jaminan BPJS PBI (Jamkesmas Nasonal).
 Tinggal bersama suami.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di Bangsal Dahlia 2 RSUD Tugurejo
Semarang, dan didapatkan hasil:
1. Keadaan Umum : Cukup
2. Kesadaran : Compos mentis, E4M6V5
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 135/90 mmHg
b. Frek. Nadi : 82 x/menit
c. Frek. Nafas : 20x /menit
d. Suhu : 36,2 ºC
4. Status Gizi
a. Berat badan : 62 kg
b. Tinggi badan : 155 cm
c. IMT : 25,8 kg/m2
d. Kesan Gizi : Overweight
5. Status Generalisata
a. Kepala
Mesocephal, jejas (-), nyeri tekan (-).
b. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), pupil bulat isokor, diameter pupil miosis
±3mm/3mm, refleks pupil direk & indirek (+/+).
c. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-), bleeding (-/-), jejas (-/-).
d. Telinga
Deformitas (-/-), sekret (-/-), bleeding (-/-), jejas (-/-).
e. Mulut
Sianosis (-/-), sekret (-/-), bleeding (-/-), jejas (-/-).
f. Leher
Simetris, pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening (-),
jejas (-/-).
g. Thorax
1) Paru-paru
Anterior Posterior
Inspeksi Gerakan dada simetris Gerakan dada simetris
Palpasi Gerakan dada simetris, ICS Gerakan dada simetris, ICS
tidak melebar/ menyempit, tidak melebar/ menyempit,
nyeri tekan (-), krepitasi (-) nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesikuler Suara dasar vesikuler (+/+),
(+/+), suara tambahan (-/-) suara tambahan (-/-)
2) Jantung: Sulit dinilai
h. Abdomen
1) Inspeksi : datar, jejas (-)
2) Auskultasi : Bising usus (+) normal
3) Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.
4) Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
i. Ekstremitas :
Superior Inferior
Jejas -/- -/-
Deformitas -/- -/-
Edema -/- -/-
Nyeri -/- -/-
Capillary refill time <2 detik/<2 detik <2 detik/<2 detik
Akral hangat -/- -/-
Sensibilitas +/+ +/+
Gerak aktif Bebas/ Bebas Bebas/bebas
Gerak pasif Bebas/ Bebas Bebas/bebas

6. Status lokalis
Pemeriksaa Mammae Dextra Mammae Sinistra
n
Inspeksi warna kulit sama dengan Perubahan warna kulit,
jaringan sekitar, , tak permukaan tampak
tampak benjolan, retraksi benjolan, retraksi puting
puting (-), peau d’orange (+), peau d’orange (+),
(-), abses (-), darah (-) abses (-), darah (-), krusta
(+)
Palpasi Tidak teraba massa, Teraba sebuah massa,
nyeri tekan (-). papilla
berbentuk bulat, diameter
mamae elastis,
pengeluaran discharge ±12cm, permukaan tidak
(-), pembesaran KGB (-)
rata, konsistensi padat
keras, mobile (-),
berbatas jelas,
pembesaran KGB (-)
Gambar. Mammae Sinistra
D. DIAGNOSIS SEMENTARA
Karsinoma mammae sinistra
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. X-Photo Thorax PA asimetris- lateral

Kesan X-Photo:
Tampak massa jaringan lunak pada paudara kiri
Cor : tampak membesar apeks bergeser ke laterocaudal. Aorta baik
Pulmo : corakan bronkovaskular kasar. Tidak tampak infiltrat pada
kedua paru
Diapragma dan sinus costophrenicus baik.
Tulang dan jaringan lunak baik.
Kesan:
Cardiomegali (LV)
Pulmo dalam batas normal
Massa tumor paudara kiri

2. Hematologi Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 9.44 10^3/ul 3.6 – 11
Eritrosit 4.19 10^6/ul 3.8 – 5.2
Hemoglobin L 10.70 g/dl 11.7 – 15.5
Hematokrit L 32.90 % 35 – 47
MCV L 78.50 Fl 80 – 100
MCH L 25.50 Pg 26 – 34
MCHC 32.50 g/dl 32 – 36
Trombosit 384 10^3/ul 150 – 440
RDW H 15.40 % 11.5 – 14.5
MPV 8.3 fL
PLCR 12.3 %
Eosinofil absolute 0.10 10^3/ul 0.045 – 0.44
Basofil absolute 0.02 10^3/ul 0 – 0.2
Neutrofil absolute 6.64 10^3/ul 1.8 – 8
Limfosit absolute 1.64 10^3/ul 0.9 – 5.2
Monosit absolute H 1.04 10^3/ul 0.16 – 1
Eosinofil L 1.10 % 2–4
Basofil 0.20 % 0–1
Neutrofil H 70.30 % 50 – 70
Limfosit L 17.40 % 25 – 40
Monosit H 11.00 % 2– 8

3. Kimia Klinik
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Glukosa Sewaktu H 136 Mg/dL < 125

Ureum 40.0 mg/dL 10.0-50.0


Creatinin H 1.84 Mg/dl 0.60-0.90
Kalium 3.68 Mmol/L 3.5-5.0
Natrium 136.5 Mmol/L 135-145
Chlorida H 105.9 Mmol/L 95.0-105

4. Hasil Pemeriksaan Histopatologi


Diagnosis klinik: Tumor mammae sinistra susp ganas
Makroskopis: Keping-keping jaringan, berkulit, olume + 6 cc, warna putih
kecoklatan, kenyal
Mikroskopis:
Sediaan operasi mammae sinistra dilapisi epitel gepeng berlapis, inti
dalam batas normal
Subepitelial jaringan ikat fibrokolagen, tampak massa tumor dari unsur
epitelial.
Sel sel tumor bentuk bulat oval sampai poligonal tumbuh hiperplastis
memadat.
Inti polimorfi (score:2), hiperkromatis, vesikuler, anak inti jelas, mitosis
ditemukan (>10/10 LPB, score:3)
Sel sel tumor menginvasi jaringan ikat disekitarnya
Tidak tampak invasi sel sel tumor ke pembuluh limfe/ pembuluh darah
Kesimpulan: Invasive carcinoma of no special type, grade 3, a/r mammae
sinistra. Lymphovascular invasion.
5. USG Abdomen
Hepar: ukuran dan bentuk normal parenkim homogen, tepi dan permukaan
rata, tak tampak nodul. V. porta dan V. hepatika tak melebar.
Duktus Biliaris: intra dan ekstra hepatik baik, tak melebar
Kandung empedu: ukuran normal, tak tampak sludge/ batu
Pancreas: ukuran normal, tak tampak massa/ kalsifikasi
Kelenjar para aorta: tak membesar
Limpa: ukuran normal, parenkim homogen, nodul(-). V. lienalis tak
melebar
Ginjal kanan: ukuran dan bentuk normal, echogenisitas parenkim baik,
sistem pelviocalyces tak melebar, batu (-)
Vesoka urinaria: dinding tak menebal, tidak tampak batu
Tidak tampak ascites maupun efusi pleura.
Kesan:
Struktur hepar, kandung empedu, pankreas, limpa, ginjal dan VU baik
Tidak tampak metastasis.

ASSESMENT
1. Diagnosis Kerja
Carsinoma Mammae Sinistra T4bN0M0
Keterangan : T4b : edema (termasuk peau d orange) atau ulserasi kulit
payudara atau satellite skin nodules pada payudara yang sama
N0 : Tidak ada metastasis ke KGB regional
M0 : tidak terdapat metastasis
Diagnosis Banding : Fibroadenoma mammae
Kelainan fibrokistik
F. INNITIAL PLAN
1. Terapi
Farmakologi :
 Infus RL 20 tpm
 Inj ondancetron 2x8mg
 Omeprazole 2x40mg
Non Farmakologi
 Konsul dokter spesialis bedah onkologi
 Kemoterapi
2. Monitoring
 Keadaan Umum
 Tanda-tanda vital
3. Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang:
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit yang
dialami pasien
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang efek samping dari
penyakit yang dialami pasien

G. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Dubia ad bonam
b. Quo ad sanam : Dubia ad malam
c. Quo ad fungsionam : Dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI2
Dalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor. Benjolan
atau ada yang jinak dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah yang
disebut kanker. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker
payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang
ganas berasal dari kelenjar payudara, jaringan lemak, maupun jaringan ikat
payudara.
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker
payudara (Carcinoma mammae) adalah tumor ganas yang berasal dari
kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan
penunjangnya yang dapat tumbuh infiltratif, destruktif, serta dapat
bermetastase Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO)
dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari
dinding depan dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di
sebelah atas sampai iga keenam atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari
sternum batas medialnya sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas
lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major
dan sebagian M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak di atas
M.obliquus externus.
Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas
sampai ke aksila. Ekor ini (tail of Spence) dari jaringan mammae
memasuki suatu hiatus (dari Langer) dalam fascia sebelah dalam dari
dinding medial aksilaI. Hanya ini jaringan mammae yang ditemukan
secara normal di bawah fascia sebelah dalam.
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih
besar daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana
dihubungkan secara bebas dengan fascia sebelah dalam. Lobus-lobus ini
beserta duktusnya adalah kesatuan dalam anatomi, bukan kesatuan dalam
bedah.Suatu biopsy payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada
prosedur semacam itu, sebagian dari 1 atau lebih lobus diangkat.

Gambar 3.1. Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan
Gambar 3.2. Topografi aksila (Anterior view)

Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang


retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik. Lobus-
lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan dengan
posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju
papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari
papilla.Segmen dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang
tersempit. Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk
terkumpul dalam bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan
ekspansi yang jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya
dinamakan lactiferous sinuse .Pada area bebas lemak di bawah areola,
bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus (lactiferous sinuses) merupakan
satu-satunya tempat untuk menyimpan susu. Intraductal papillomas sering
terjadi di sini.
Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita
jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan
dalam dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan
menempel ke elemen parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia
superfisial terfiksasi ke kulit, sehingga tidak mungkin dilakukan total
mastectomy subkutan yang ideal. Dengan adanya invasi keganasan,
sebagian dari ligamentum Cooper akan mengalami kontraksi,
menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas. Ini
berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler yang disebut
peau d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari
folikel-folikel rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran
cekungan dari kulit.
Suplai darah
Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu A. thoracica interna,
cabang dari A. axillaries, dan A. intercostal.

Gambar 3.3.A. Pada 18% individu, payudara diperdarahi oleh arteri internal thoracic, axillary,
dan intercostals. B. Pada 30%, kontribusi dari A.aksilaris tidak berarti. C. Pada 50%, A.intercostal
hanya sedikit kontribusinya.
Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5
mengalirkan darah dari kelenjar mamma.Vena-vena ini mengikuti
arterinya. Vena aksilaris terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena
basilica, terletak di medial atau superficial terhadap arteri aksilaris,
menerima juga 1 atau 2 cabang pectoral dari mammae.Setelah vena ini
melewati tepi lateral dari iga pertama, vena ini menjadi vena subclavia. Di
belakang, vena intercostalis berhubungan dengan sistem vena vertebra
dimana masuk vena azygos, hemiazygos, dan accessory hemiazygos,
kemudian mengalirkan ke dalam vena cava superior. Ke depan,
berhubungan dengan brachiocephalica. Melaui jalur pertama dan kedua,
metastasis ca mammae dapat mencapai paru-paru. Melalui jalur ketiga,
metastasis dapat ke tulang dan system saraf pusat.

Gambar 3.4.Diagram potongan frontal mammae kanan menunjukkan jalur drainase vena.A.
Drainase medial melalui internal thoracic vein ke jantung kanan. the right heart. B. Drainage
posterior ke vertebral veins. C. Drainase lateral ke intercostal, superior epigastric veins, dan hati.
D. Darinase superior lateral superior melalui vena aksilaris ke jantung kanan.
Aliran limfatik
Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok
inkonstan yang bervariasi.Seringnya pembagian menurut Haagensen.

Gambar 3.5 Klasifikasi utama Haagensen adalah axillary dan internal thoracic
(mammary).
1. Drainase Aksilaris (35.3 nodes).
Group 1.External mammary nodes (1.7 nodes), juga dikenal
sebagai anterior pectoral nodes. Ini terletak sepanjang batas lateral dari
M. pectoralis minor, di bawah M. pectoralis major, sepanjang sisi
medial dari aksila mengikuti aliran lateral thoracic artery pada dinding
dada, mulai dari iga 2-6. Di bawah areola terdapat perluasan jaringan
pembuluh-pembuluh limfatik, dinamakan subareolar plexus of Sappey.
Group 2.Scapular nodes (5.8 nodes).Terletak di atas
pembuluh-pembuluh darah subsakapular.Limfatik dari KGB ini saling
berhubungan dengan pembuluh limfe intercistal.
Group 3.Central nodes (12.1 nodes).Merupakan kelompok
kelenjar getah bening yang terbesar; merupakan KGB yang paling
mudah dipalpasi di aksila karena ukurannya yang besar. Ketika KGB
ini membesar, dapat menekan intercostobrachial nerve, cabang
kutaneus lateral dari second atau third thoracic nerve, dapat timbul
nyeri.
Group 4.Interpectoral nodes (Rotter's nodes) (1.4 nodes).
Terletak antara otot pektoralis mayor dan minor, sering terdapat
tunggal. Merupakan kelompok KGB terkecil dari KGB aksila dan tidak
dapat ditemukan walaupun M. pectoralis major diangkat.
Group 5.Axillary vein nodes (10.7 nodes).Merupakan
kelompok KGB terbesar kedua di aksila.Terletak di permukaan ventral
dan kaudal dari bagian lateral vena aksilaris.
Group 6.Subclavicular nodes (3.5 nodes).Terletak pada
permukaan ventral dan kaudal dari bagian medial vena aksilaris. These
lie on the caudal and ventral surfaces of the medial part of the axillary
vein.

2. Drainase Internal Thoracic (Mammary)(8.5 Nodes)


Pembuluh-pembuluh limfatik timbul dari tepi medial mammae
pada fasciapectoralis. KGB ini juga menerima trunkus limfatikus dari
kulit mammae kontralateral, hati, diafragma, rectus sheath, bagian atas
rectus abdominis. KGB sekitar 4-5 setiap sisinya, kecil, dan biasanya
dalam lemak dan jaringan ikat dari ruang interkosta.Saluran ini
bermuara ke ductusthoracicus atau ductuslimfatikusdextra.Rute ke vena
aksilaris lebih pendek daripada rute aksila.
Dalam staging, bila ditemukan metastasis ke KGB
supraclavicular, cervical,atau contralateralinternal mammary dianggap
telah mengadakan metastasis jauh(M1). Yang termasuk KGB regional:
1.KGB aksila (ipsilateral): interpectoral (Rotter's) nodes dan
KGB sepanjang vena aksilaris dan bagian-bagiannya yang dapat dibagi
ke dalam beberapatingkat :
a. Level I (low axilla): KGB lateral dari tepilateral M pectoralis minor
b.Level II (midaxilla):KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis
minordan KGB interpectoral (Rotter's)
c. Level III (apical axillary): KGB medial daritepi medialM pectoralis
minor termasuk subclavicular, infraclavicular, or apical
2.Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta
sepanjang tepisternum dalamfascia endothoracica.
Persarafan
Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-
cabangnya melewati permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus
kutaneus lateral keempat juga mempersarafi papilla mammae.
Gambar 3.6. Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy

C. ETIOLOGI3,8
Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih
sering untuk berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang
tidak memiliki beberapa faktor risiko tersebut.
Terdapat berbagai faktor hormonal dan non hormonal yang
diperkirakan meningkatkan risiko kanker payudara, antara lain faktor
usia, genetik dan familial, hormonal, gaya hidup, lingkungan, dan adanya
riwayat tumor junak. Separuh dari orang yang memiliki berbagai faktor-
faktor diatas akan menderita kanker payudara.
1) Usia
Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker
payudara. Dengan semakin bertambahnya usia seseorang, insidens
kanker payudara akan meningkat. Satu dari delapan keganasan
payudara invasif ditemukan pada wanita berusia di bawah 45 tahun.
Dua dari tiga keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita
berusia 55 tahun. Pada perempuan, besarnya insidens ini akan berlipat
ganda setiap 10 tahun, tetapi kemudian akan menurun drastis setelah
masa menopause.
2) Genetik dan Familial
Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya
predisposisi genetik terhadap kelainan ini. Seseorang dicurigai
mempunyai faktor predisposisi genetik herediter sebagai penyebab
kanker payudara yang dideritanya jika (1) menderita kanker payudara
sewaktu berusia kurang dari 40 tahun, dengan atau tanpa riwayat
keluarga; (2) menderita kanker payudara sebelum berusia 50 tahun,
dan satu atau lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker
payudara atau kanker ovarium (3)menderita kanker payudara bilateral
(4) menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua atau lebih
kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara; serta (5) laki-
laki yang menderita kanker payudara.
Risiko seseorang yang satu anggota keluarga tingkat
pertamanya (ibu, anak, kakak atau adik kandung) menderita kanker
payudara, meningkat dua kali lipat, dan meningkat lima kali lipat bila
ada dua anggota keluarga tingkat pertama yang menderita kanker
payudara. Walaupun faktor familial merupakan faktor risiko kanker
payudara yang signifikan, 70-80% kanker payudara timbul secara
sporadis.
Berdasarkan hasil pemetaan gen yang dilakukan baru-baru ini,
mutasi germline pad agen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan
13 ditetapkan sebagai gen predisposisi kanker payudara dan kanker
ovarium herediter. Gen BRCA1 terutama menimbulkan kanker
payudara ER (-). BRCA2 juga banyak ditemukan pada penderita
kanker payudara laki-laki.
Gen ATM menupakan gen yang mengatur perbaikan DNA.
Penderita kanker payudara familial cenderung mengelami mutasi gen
ini. Mutasi gen CHEK2 meningkatkan risiko kanker payudara hingga
dua kali lipat. Pada wanita yang mengalami mutasi CHEK2 dan
beberapa familinya menderita keganasan payudara, risiko wanita
tersebut terkena kanker payudara jauh lebih meningkat lagi, dan pada
laki-laki bisa 10 kali lipat bilamana ada delesi pada CHEK2 dari gen
regulator siklus sel ini. Mutasi pada gen supresor tumor p53
meningkatkan risiko terkena kanker payudara dan juga kanker lainnya
seperti leukemia, tumor otak, dan sarkoma.
3) Reproduksi dan hormonal
Faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar
menimbulkan kelainan ini. Usia menarche yang lebih dini, yakni di
bawah 12 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 3
kali, sedangkan usia menopause yang lebih lambat, yakni di atas 55
tahun, meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 2 kali.
Perempuan yang melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama
kalinya pada usia di atas 35 tahun mempunyai risiko tertinggi
mengidap terkena kanker payudara. Selain itu, penggunaan kontrasepsi
hormonal eksogen juga turut meningkatkan risiko kanker payudaranya:
penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risikonya sebesar 1,24 kali;
penggunaan terapi sulih-hormon pascamenopause meningkatkan risiko
sebesar 1,35 kali bila digunakan lebih dari 10 tahun; dan penggunaan
estrogen penguat kandungan selama kehamilan meningkatkan risiko
sebesar dua kali lipat. Sebaliknya, menyusui bayi menurunkan risiko
terkena kanker payudara terutama jika masa menyusui dilakukan
selama 27-52 minggu. Penurunan risiko ini diperkirakan karena masa
menyusui mengurangi masa menstruasi seseorang.
4. Gaya hidup
a. Berat badan
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko
kanker payudara; sebaliknya, obesitas pramenopause justru
menurunkan risikonya. Hal ini disebabkan oleh efek tiap obesitas yang
berbeda terhadap kadar hormon endogen. Walaupun menurunkan
kadar hormon seks terikat-globulin dan menurunkan pajanan terhadap
estrogen, obesitas pramenopause meningkatkan kejadian anovulasi
sehingga menurunkan pajanan payudara terhadap progesteron. Pada
masa pascamenopause, penurunan risiko kanker payudara yang
disebabkan oleh obesitas pramenopause secara bertahap menghilang,
dan peningkatan bioavabilitas estrogen yang terjadi pada masa ini akan
meningkatkan risiko kanker payudara.
b. Aktifitas fisik
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko
sebesar 30%. Olahraga rutin pada pascamenopause juga menurunkan
risiko sebesar 30-40%. Untuk mengurangi risiko terkena kanker
payudara American Cancer Society merekomendasikan olahraga
selama 45-60 menit setiap harinya.
c. Merokok
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.

d. Alkohol
Lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi alkohol
secara berlebihan meningkatkan risiko kanker payudara. Alkohol
meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga memengaruh
responsivitas tumor terhadap hormon.
Kumpulan analsisi terakhir membuktikan bahwa risiko relatif
kanke rpayudara meningkat dari 7% kini menjadi 10% untuk setiap
drink tambahan per harinya, dan keduanya berbanding lurus. Walupun
tidak semua data konsisten, konsumsi alkohol lebih berkorelasi kuat
dengan kanker payudara ER (estrogen receptor) dan PR (progesteron
receptor) positif sesuai dengan perkiraan.
5. Lingkungan
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah
mejalani terapi penyinaran pada daerah dada, biasanya keganasan
limfoma Hodgkin maupun non Hodgkin, mereka berisiko menderita
keganasan payudara secara signifikan. Risiko keganasan payudara
terutama meningkat jika terapi penyinaran dilakukan pada usia dewasa
muda saat payudara sedang berkembang.
Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga
berisiko menginduksi timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia
tersebut yaitu pestisida atau DDT yang sering kali mencemari bahan
sehari-hari. Jenis pekerjaan lain yang berisiko mendapat pajanan
karsinogenik terhadap timbulnya kanker payudar antara lain, penata
kecantikan kuku yan tiap harinya menghirup uap pewarna kuku, penata
radiologi, dan tukang cat yang sering menhirup cadmium dari larutan
catnya.
Untuk mengestimasi resiko relatif kanker payudara digunakan
metode gail, faktor resiko pada wanita dimasukkan ke dalam tabel
penilaian berdasarkan beberapa kategori . Metode Gail telah banyak di
pergunakan di Amerika Serikat. Tabel metode gail dapat dilihat
dibawah ini.
Tabbel 3.1. Estimasi Resiko Relatif dengan Metode Gail 8
Variabel Resiko relatif
Usia Menarche (tahun)
≥ 14 1,00
12 – 13 1,10
< 12 1,21
Riwayat penyakit payudara yang
benign, usia < 50 thn
0 1,02
1 1,27
≥2 1,62
Usia Peratama Kali Melahirkan

< 20 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,00
1 2,61
≥2 6,80
20 – 24 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,24
1 2,68
≥2 5,78

25 – 29 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,55
1 2,76
≥2 4,91

≥30 thn
Riwayat keluarga penderita Kanker
Payudara
0 1,93
1 2,83
≥2 4,17

D. PATOGENESIS KANKER PAYUDARA4,5


1. Ekspresi Gen Dalam Kanker Payudara
Terdapat 2 jenis reseptor estrogen yang wujud antaranya adalah
alfa (α) dan beta (β) (dikenali sebagai ERα dan ERβ). Berbagai
macam jaringan dalam tubuh manusia mengekspresikan reseptor ERα
antaranya adalah payudara, ovarium, endometrium manakala ginjal,
otak paru-paru dan beberapa organ lain mengekspresikan reseptor
ERβ. Peranan ERβ berhubungan dengan karsiogenesis tetap
kontroversi manakala peranan protein ERα sebagai penyebab kanker
sudah jelas.
Kedua subtipe ER memiliki ikatan DNA yang kuat dan
bertempat dalam inti dan sitosol sel. Apabila estrogen masuk kedalam
sel, ia akan berikatan dengan ER dan komplex tersebut akan
bermigrasi ke dalam nucleus dan menyebabkan proses traskripsi
protein yang selanjutnya menyebabkan perubahan pada sel. Oleh
karena sifat proliferasi estrogen, stimulasi selular dapat memberikan
efek negative pada pasien yang memiliki jumlah receptor yang
banyak didalam sel.
2. Peranan Estrogen Dalam Perkembangan Kanker Payudara
Dua hipotesa yang dapat menjelaskan efek estrogen dalam
pembentukan tumor :
a) Efek genotoksik hasil estrogen dengan cara memproduksi radikal
(initiator).
b) Peranan hormone estrogen dalam menginduksi proliferasi kanker
serta sel premalignant (promoter).
3. Peranan Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2)
HER 2 termasuk dalam famili epidermal growth factor receptor
(EGFR) dari proto-oncogen dan dipercayai bahwa ia tidak
mempunyai ligan. Walaubagaimanapun protein ini menunjukan sifat
untuk membentuk kluster di dalam membran sel tumor payudara yang
ganas. Mekanisme karsiogenesis HER 2 masih belum diketahui
namun ekspresi yang berlebihan dapat memicu pertumbuhan tumor
dengan cepat, menurukan rentan hidup, meningkatkan risiko rekurensi
setelah operasi disertai dengan respon yang tidak efektif terhadap
kemoterapi.
E. KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA1
1. Non invasive carcinoma
a) Ductal carcinoma in situ
Juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel kanker
yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar.Saluran
menjadi tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di
dalamnya.Kalsium cenderung terkumpul dalam saluran yang
tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai kalsifikasi terkluster
atau tak beraturan (clustered or irregularcalcifications) atau disebut
kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram
seorang wanita tanpa gejala kanker.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau
munculnya massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan
terlihat pada mammografi. DCIS kadang ditemukan dengan tidak
sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak.Sekitar 20%-30%
kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi.Jika
diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif
dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana
salah satu sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya.Tipe pertama,
dengan perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan
sel normal.Sel ini disebu tsolid, papillary atau cribiform .Tipe kedua,
disebut comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal
perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan
bentuk tak beraturan.
b) Lobular carcinoma in situ
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang
digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari
kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang
melewati dinding lobulus. Mengacu pada National Cancer
Institute,Amerika Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki
peluang 25% munculnya kanker invasive (lobular atau lebih umum
sebagai infiltrating ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.
Gambar 3.7 Ductal Carcinoma in situ dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari ductus,
menginvasi jaringan sekitar dalam mammae

2. Invasive carcinoma
I. Paget’s disease dari papilla mammae
Paget’s disease dari papilla mammae pertama kali
dikemukakan padatahun 1974. Seringnya muncul sebagaierupsi
eksim kronik daripapillamammae, dapat berupa lesi bertangkai,
ulserasi, atau halus. Paget's disease biasanya berhubungan dengan
DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin
berhubungan dengan kankerinvasif. Biopsi papilla mammae akan
menunjukkan suatu populasi selyang identik (gambaran atau
perubahanpagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah
terdapatnyasel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells) dalam
deretan epitel. Terapi pembedahan untukPaget's diseasemeliputi
lumpectomy, mastectomy, ataumodified radicalmastectomy,
tergantung penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.
II. Invasive ductal carcinoma
a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex,
NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara
dan pada 60% kasus kanker ini mengadakan metastasis (baik
mikro maupun makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini biasanya
terdapat pada wanita perimenopause or postmenopause dekade
kelima sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya
kurang tegas dan pada potongan melintang, tampak
permukaannya membentuk konfigurasi bintang dibagian tengah
dengan garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar
kesekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering berkumpul
dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang
bervariasi.
b. Medullary carcinoma(4%)
Medullary carcinomaadalah tipe khusus dari kanker
payudara,berkisar 4% dari seluruh kanker payudara yang invasif
dan merupakan kanker payudara herediter yang berhubungan
dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi
sekunder terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus
ditemukan bilateral. Karakterisitik mikroskopik darimedullary
carcinomaberupa (1) infiltrat limforetikular yang padat terutama
terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2) inti pleomorfik besar
yang berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif; (3) pola
pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada
diferensiasi duktus atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini
berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik terdapatnya
kanker perifer, dan kurang dari 10% menunjukkan reseptor
hormon. Wanita dengan kanker inimempunyai5- year survival
rateyang lebih baik dibandingkan NST atau invasive lobular
carcinoma.
c. Mucinous (colloid) carcinoma(2%)
Mucinous carcinoma(colloid carcinoma), merupakan
tipekhusus lain dari kanker payudara, sekitar 2% dari semua
kanker payudara yang invasif, biasanyamuncul sebagai massa
tumor yang besar dan ditemukan pada wanita yang lebih tua.
Karena komponen musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak
terlihat pada pemeriksaan mikroskopik.
d. Papillary carcinoma(2%)
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker
payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif.
Biasanya ditemukan pada wanita dekade ketujuh dan sering
menyerang wanita non kulit putih.Ukurannya kecil dan jarang
mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan kawan-kawan
menunjukkan frekuensi metastasis ke KGB aksila yang rendah
dan 5-and 10-year survival rate mirip mucinousdan
tubularcarcinoma.
e. Tubular carcinoma(2%)
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker
payudarasekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif.
Biasanya ditemukan pada wanita perimenopause dan pada
periode awalmenopause. Long-termsurvivalmendekati 100%.
III. Invasive lobular carcinoma(10%)
Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker
payudara.Gambaran histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti
yang bulat, nucleoli tidak jelas,dan sedikit sitoplasma.Pewarnaan
khusus dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam sitoplasma, yang
dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma).Seringnya
multifokal, multisentrik, dan bilateral.Karena pertumbuhannya yang
tersembunyi sehingga sulit untuk dideteksi.
Gambar 3.8 Lobular carcinoma in situ

IV. Kanker yang jarang (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)

F. STADIUM1
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penelitian
dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya,
sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ
atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya
dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA,
rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan
lain-lain. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang
paling banyak digunakan saat ini adalah stadium kanker berdasarkan
klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International
Union Against Cancer dari World Helath Organization) / AJCC
(American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American
Cancer Society dan American College of Surgeons).
Sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran
tumor, “N” yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu
metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik
secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan
dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,
penilaian TNM sebagai berikut :
TNM STAGING SYSTEM untuk breast cancer
Tumor primer

TX Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer

Tis Carcinoma in situ

Tis(DCIS) Ductal carcinoma in situ

Tis(LCIS) Lobular carcinoma in situ

Tis(Paget’s) Paget’s disease dari papilla mamae tanpa tumor

T1 Tumor <2 cm

T1mic Microinvasion ≤ 0.1

T1a Tumor > 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm

T1b Tumor > 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm

T1c Tumor > 1 tetapitidak lebih dari 2 cm

T2 Tumor > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm

T3 Tumor > 5 cm

T4 Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding


dada atau kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini :

T4a Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan ototpectoralis


T4b Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit payudara, atau
ada nodul satelit terbatas di kulit payudara yang sama

T4c Kriteria T4a dan T4b

T4d Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah Bening—Klinis (N)

NX KGB regional tidak dapat dinilai(misalnya sebelumnya telah


diangkat)

N0 Tidak ada metastasis keKGB regional

N1 Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral tetapi dapat digerakkan

N2 Metastasis KGB aksilla ipsilateraltetapi tidak dapat digerakkan atau


terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal mammary
ipsilateral tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke
KGB aksilla ipsilateral

N2a Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling


melekatatau melekat ke struktur lain sekitarnya.

N2b Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary

ipsilateral dan tidak terbukti secara klinisterdapat metastasiskeKGB


aksilla ipsilateral

N3 Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa


keterlibatan KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB internal
mammary ipsilateral tetapi secara klinis terbukti terdapat metastasis
ke KGB aksilla ipsilateral; atau metastasis ke KGBsupraklavikula
ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB infraklavikula atau
aksilla ipsilateral

N3a Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral

N3b Metastasis ke KGB internal mammary dan aksilla


N3c Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral

Kelenjar Getah Bening Regional—Patologia anatomi (pN)

pNX KGB regional tidak dapat dinilai(sebelumnya telah diangkatatau


tidak dilakukan pemeriksaan patologi)

pN0b Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada


pemeriksaan tambahan untuk isolated tumor cells (Catatan :Isolated
tumor cells (ITC) diartikan sebagai sekelompok tumor kecil yang
tidak lebih dari 0.2 mm, biasanya dideteksi hanya dengan
immunohistochemical (IHC) atau metode molekuler

pN0(i–) Tidak ada metastasis keKGB regional secara histologis, IHC (-)

pN0(i+) Tidak ada metastasis keKGB regional secara histologis, IHC (+),
IHC cluster tidak lebih dari 0.2 mm

pN0(mol–) Tidak ada metastasis keKGB regional secara histologis,


pemeriksaan molekuler (-) (RT-PCR)

pN0(mol+) Tidak ada metastasis keKGB regional secara histologis,


pemeriksaan molekuler (+) (RT-PCR)

pN1 Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary
dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi melalui diseksi KGB
sentinel, tidak tampak secara klinis
pN3c Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateral
Metastasis Jauh (M)
MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor


tersebut kemudian digabungkan dan akan diperoleh stadium kanker sebagai
berikut:
Tabel 2.5 Stadium Numerik Kanker Payudara
Stadium Ukuran Tumor Palpable Lymph Metastase
Node
0 Tis N0 M0
1 T1 N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1 N0 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB T4 N3 M0
IIIC T apapun N3 M0
IV T N M1

G. GAMBARAN KLINIS6
1. Massa Tumor
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa payudara yang
tidak nyeri, sering kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa
kebanyakan di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi
agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang.
Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan
bertambah besar secara jelas.
2. Perubahan Kulit
a. Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae,
ligament itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik
subkutis tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe
menyebabkan udem kulit, folikel rambut tenggelam ke bawah.
c. Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik
subkutis masing-masing membentul nodul metastasis, disekitar lesi
primer dapat muncul banyak nodul tersebar.
d. Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak
perubahan warna merah atau merah gelap. Bila tumor terus
bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi
membentuk bunga terbalik, ini disebut “tanda kembang kol”.
e. Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut “karsinoma mamae
inflamatorik”, tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna
merah bengkak, mirip peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada
kanker mamae waktu hamil atau laktasi.
3. Perubahan Papilla Mamae
a. Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor
menginvasi jaringan subpapilar.
b. Sekret papilar: sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar
atau tumor mengenai duktus besar.
c. Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker
eksematoid (penyakit paget). Klinis tampak areola papilla mamae
tererosi, berkrusta, secret, deskuamasi, sangat mirim eskim.
4) Pembesaran Kelenjar Limfe Regional
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau
multiple, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi
atau adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan
penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat membesar.

H. DIAGNOSIS2,3,6,7
Prosedur diagnosis pada kanker payudara terdiri dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Suyatno & Pasaribu,
2014).
1. Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan terutama untuk
mengidentifikasi identitas penderita, faktor resiko, perjalanan
penyakit, tanda dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan dan
riwayat penyakit yang pernah diderita.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Amati ukuran, simetri kedua mamae, perhatikan apakah ada
benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan,
kemerahan, udem, erosi, nodul satelit, peau d’orange, dll.).
perhatikan kedua papilla mamae apakah simetri, ada retraksi,
distorsi, erosi dan kelainan lain.

b. Palpasi
- Payudara
Umumnya dalam posisi baring, juga dapat kombinasi
duduk dan baring. Waktu periksa rapatkan keempat jari, gunakan
ujung dan perut jari berlawanan arah jarum jam atau searah jarum
jam palpasi dengan lembut. Kemudian dengan lembut pijat areola
mamae, papilla mamae, lihat apakah keluar sekret. Jika terdapat
benjolan, harus secara rinci diperiksa dan catat lokasi, ukuran,
konsistensi, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan, dll.
dari massa itu. Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke
dasarnya, harus meminta lengan pasien sisi lesi bertolak pinggang,
agar m. pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar
melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat besar.

- Kelenjar Limfe
Pemeriksaan kelenjar limfe regional paling baik posisi
duduk. Ketika memeriksa aksila kanan dengan tangan kiri topang
siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi seluruh fosa aksila
secara berurutan. Waktu memeriksa fosa aksila kiri sebaliknya,
akhirnya periksa kelenjar supraklavikukar.
3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan klinis, pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan untuk membantu deteksi kanker
payudara. Pemeriksaan radiodiagnostik untuk staging yaitu dengan
Rontgen toraks, USG abdomen (hepar), dan bone scanning.
Sedangkan pemeriksaan radiodiagnostik yang bersifat opsional (atas
indikasi) yaitu magnetic resonance imaging (MRI), CT scan, PET
scan, dan bone survey. Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik
dan mammogram, biopsi harus selalu dilakukan. Jenis biopsi dapat
dilakukan yaitu biopsy jarus halus (fine needle aspiration biopsy,
FNAB), core biopsy (jarum besar), biopsi terbuka dan sentinel node
biopsy.
a. Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini
kanker payudara, sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu
tahun sebelum ada gejala atau Universitas Sumatera Utara 15
tanda. Tipe pemeriksaan mamografi adalah skrining dan
diagnostik. Skrining mamografi dilakukan pada wanita yang
asimptomatik. Skrining mamografi direkomendasikan setiap 1-2
tahun untuk usia 50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu
direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (misal wanita yang
keluarga tingkat pertama menderita kanker payudara). Mamografi
diagnostik dilakukan pada wanita yang simptomatik, tipe ini lebih
rumit dan digunakan untuk menentukan ukuran yang tepat, lokasi
abnormalitas payudara, untuk evaluasi jaringan sekitar dan getah
bening sekitar payudara.
b. Ultrasonografi Payudara
Ultrasonografi Payudara melihat lesi hipoekoik dengan tepi
tidak teratur (irregular) dan shadowing disertai orientasi vertikal
kemungkinan merupakan lesi maligna. USG secara umum diterima
untuk membedakan masa kistik dengan solid dan sebagai pengarah
untuk biopsi serta pemeriksaan skrining pasien usia muda. Peran
USG lain adalah untuk evaluasi metastasis ke organ viseral.

c. MRI
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan instrumen
yang sensitif untuk deteksi kekambuhan lokal pasca BCT atau
augmentasi payudara dengan implant, deteksi multifocal cancer
dan skrining pasien usia muda dengan densitas payudara yang
padat yang memiliki risiko tinggi.
d. Imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokima yang dilakukan untuk
membantu terapi target, antara lain pemeriksaan status ER
(estrogen receptor), PR (progesterone receptor), c-erbB-2 (HER-2
neu), cathepsin-D, p-53, Ki67, dan Bcl2. Kanker payudara yang
cenderung memiliki prognosis yang lebih baik pada kanker
payudara yang memiliki ER(+) atau PR (+) karena masih peka
terhadap terapi hormonal. Kanker payudara memiliki sejenis
protein pemicu pertumbuhan yang disebut HER2/neu. Pada
pernderita kanker payudara HER2(+) memiliki gen HER2/neu
yang dieksperikan secara berlebihan. Kanker payudara yang
memiliki status ER(-), PR(-), HER2/neu (-), yang disebut sebagai
triple negated, cenderung agresif dan prognosisnya buruk.
e. FNAB
Merupakan salah satu prosedur diagnosis awal, untuk
evaluasi masa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna
terutama untuk evaluasi lesi kistik. Dengan jarus halus sejumlah
kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu diperiksa di bawah
mikroskop. Walaupun paling mudah dilakukan, specimen FNAB
kadang tidak dapat menentukan grade tumor dan merupakan biopsi
yang memberikan informasi sitologi, belum menjadi gold standart
untuk diagnosis definitif.
f. Core Biopsy
Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup
besar sehingga dapat diperoleh spesimen silinder jaringan tumor.
Core biopsy dapat membedakan tumor yang noninvasif dengan
yang invasif serta grade tumor. Core biopsy dapat digunakan untuk
membiopsi kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tetapi terlihat pada
mamografi.
g. Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka dilakukan bila pada mamogradi terlihat
adanya kelainan yang mengarah ke tumor maligna, hasil FNAB
atau core biopsy yang meragukan. Bila hasil mamografi positif
tetapi FNAB negatif, biopsi terbuka perlu dilakukan.
Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor
dan menyertakan sedikit jaringan sehat disekitar massa tumor dan
biopsi insisional hanya mengambil sebagian massa tumor untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.
Needle localization excisional biopsy (NLB) adalah biopsi
eksisional yang dilakukan dengan panduan jaruna dan kawat yang
diletakkan dalam jaringan payudara pada lokasi lesi berdasarkan
hasil mamografi.
h. Sentinel Node Biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan
kelenjar limf aksila dan parasternal (internal mammary chain)
dengan cara pemetaan limfatik. Prosedur ini menggunakan
kombinasi pelacak radioaktif dan perwarna biru. Apabila tidak
dijumpai adanya sentinel node, diseksi kelenjar limf aksila tidak
perlu dilakukan. Sebaliknya, jika sentinel node positif sel tumor,
diseksi kelenjar limf aksila harus dilakukan, walaupun nodus yang
ditemukan hanya berupa sel tumor teriso;asi dengan ukuran kurang
dari 0,2mm.
i. Bone Scan, Foto Toraks dan USG Abdomen
Bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang.
Foto toraks dan USG abdomen rutin dilakukan untuk melihat
adanya metastasis di paru, pleura, mediastinum, tulang-tulang dada
dan organ visceral (terutama hepar).
j. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah guna
kepentingan pengobatan dan informasi kemungkinan adanya
metastasis (transmirase, alkali-fosfatase, kalsium darah, penanda
tumor “CA 15-3:CEA”).
Pemeriksaan enzim transmirase penting dilakukan untuk
memperkirakan adanya metastasis pada liver, sedangkan alkali
fosfatase dan kalsium untuk memprediksi adanya metastasis pada
tulang. Pemeriksaan kadar kalsium darah rutin dikerjakan terutama
pada kanker payudara stadium lanjut.
Pemeriksaan penanda tumor seperti CA-15-3 dan CEA
(dalam kombinasi) lebih penting gunanya untuk menentukan
rekurensi dari kanker payudara,dan belum merupakan penanda
diagnosis ataupun skrining.

I. SKRINING
Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini
menurutAmerican Cancer Society :
 Wanita berumur≥40 tahun harusmelakukan screening mammogram
secara terus-menerus selama mereka dalam keadaan sehat, dianjurkan
setiaptahun.
 Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan
klinispayudara (termasuk mammogram) sebagai bagian dari
pemeriksaankesehatan yang periodik oleh dokter, dianjurakan setiap 3
tahun.
 Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara
sendirimulai umur 20 tahun. untuk kemudian melakukan konsultasi ke
dokterbilamenemukan kelainan.

 Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan


MRIdan mammogram setiap tahun.
 Wanita yang risiko sedang (15-20%) harusmelakukan mammogram
setiap tahun, dan konsultasi ke dokter apakahperlu disertai
pemeriksaan MRI atau tidak.
 Wanita yang risiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan MRI
periodik tiap tahun.
 Wanita termasuk risiko tinggi bila : mempunyai gen mutasi dari
BRCA1 atau BRCA2 ,mempunyai kerabat dekat tingkat pertama
(orang tua, kakak-adik) yang memiliki gen mutasi dari BRCA1 atau
BRCA2 tetapi belum pernah melakukan pemeriksaan
genetic,mempunyai risiko kanker≥ 20-25% menurut penilaian faktor
risiko terutama berdasarkan riwayat keluarga-pernah mendapat
radioterapi pada dinding dada saat umur 10-30 tahun.

J. PENATALAKSANAAN1,2
Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan operasi,
kemoterapi, radioterapi, terapi hormone, targeting therapy, terapi
rehabilitasi medic, serta terapi paliatif.
a. Operasi (pembedahan)
Merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker
payudara. Berbagai jenis operasi pada kanker payudara memiliki
kerugian dan keuntungan yang berbeda-beda.
1) Classic Radical Mastectomy adalaah operasi pengangkatan seluruh
jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit
diatas tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila
level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia
atau otot pectoral tanpa ada metastasis jauh.
2) Modified Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan
seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek,
kulit diatas tumor dan fasia pectoral serta diseksi aksila level I-II.
Operasi ini dilakukan pada stadium dini dan lokal lanjut.
3) Skin Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh
jaringan payudara beserta tumor dan nipple areola komplek dengan
mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level
I-II. Operasi ini harus disertai rekonstruksi payudara dan dilakukan
pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke kulit jauh (>2 cm)
atau stadium dini yang tidak memenuhi sarat untuk BCT.
4) Nipple Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh
jarungan payudara beserta tumor dengan mempertahankan nipple
areola kompleks dan kulit serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini
juga harus disertai rekonstruksi payudara dan dilakukan pada
tumor stadium dini dengan ukuran 2cm atau kurang, lokasi perifer
dan potong beku sub areola: bebas tumor.
5) Breast Concerving Treatment adalah terapi yang komponennya
terdiri dari lumpektomi atau segmentektomi atau kuadrantektomi
dan diseksi aksila serta radioterapi.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika)
untuk menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan
menghambat atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel.
Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan
atau radiasi yang lebih bersifat lokal/setempat. Obat sitostotika dibawa
melalui aliran darah atau diberikan langsung ke dalam tumor, jarang
menembus blood-brain barrier sehingga obat ini sulit mencapai sistem
saraf pusat. Ada 3 jenis kemoterapi yaitu adjuvant, neoadjuvan, dan
primer (paliatif).
1) Terapi adjuvant diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti
pembedahan atau radiasi. Tujuan terapi adalah untuk
memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase
kecil yang ada (micro metastasis).
2) Terapi neoadjuvan diberikan mendahului/ sebelum pengobatan/
tindakan yang lain seperti pembedahan atau penyinaran. Tujuannya
adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga
operasi atau radiasi akan lebih berhasil.
3) Terapi primer sebagai pengobatan utama pada tumor ganas yang
diberikan pada kanker yang bersifat kemosensitif.
Regimen yang sering digunakan mengandung kombinasi
siklofosfamid (C), metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena
doksorubisin merupakan salah satu zat tunggal yang paling aktif,
zat ini sering digunakan dalam kombinasi tersebut.
c. Radioterapi
Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah
kerusakan DNA dengan gangguan proses replikasi dan menurunkan
risiko rekurensi lokal dan berpotensi untuk menurunkan mortalitas
jangka panjang penderita kanker payudara.
d. Terapi hormonal
Adjuvan hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara
yang menunjukkan ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dana
atau progesterone reseptor (PR) tanpa memandang usia, status
menopause, status kgb aksila maupun ukuran tumor.
e. Terapi Target (Biologi)
Terapi ini ditujukan untuk menghambat proses yang berperan
dalam pertumbuhan sel-sel kanker. Terapi untuk kanker payudara
adalah tra stuzumab (Herceptin), Bevacizumab (Avastin) dan Lapatinib
ditosylate (Tykerb).
Penatalaksanaan menurut stadium:
1) Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi.
Lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
2) Kanker payudara stadium dini dini / operabel (stadium I dan II, tumor
<= 3 cm) Dilakukan tindakan operasi :
• Mastektomi
• Breast Conserving Therapy (BCT) (harus memenuhi persyaratan
tertentu)
Terapi adjuvan operasi (Kemoterapi adjuvant) bila :
• Grade III
• TNBC
• Ki 67 bertambah kuat
• Usia muda
• Emboli lymphatic dan vaskular
• KGB > 3
Radiasi bila :
• Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
• Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
• Tumor sentral / medial
• KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi
booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. 6
Indikasi BCT :
• Tumor tidak lebih dari 3 cm
• Atas permintaan pasien
• Memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Tidak multipel dan/atau
mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral • Ukuran T dan
payudara seimbang untuk tindakan kosmetik • Bukan ductal
carcinoma in situ (DCIS) atau lobular carcinoma in situ (LCIS) •
Belum pernah diradiasi dibagian dada • Tidak ada Systemic Lupus
Erythematosus (SLE) atau skleroderma • Memiliki alat radiasi yang
adekuat
3) Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)
a) Operabel (IIIA)
• Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target
• Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi
adjuvant, dengan/tanpa hormonal, dengan/ tanpa terapi target
• Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau
mastektomi simple, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi
target
b) Inoperabel (IIIB)
• Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal
terapi
• Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi +
kemoterapi + radiasi + terapi hormonal + dengan/tanpa terapi
target
• Kemoradiasi preoperasi dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa
radiasi adjuvan dengan/ kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target
Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50
Gy. Kemudian diberi booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan
kelenjar 10 Gy.
4) Kanker payudara stadium lanjut
Prinsip :
• Sifat terapi paliatif
• Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi
hormonal)
• Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan

K. PROGNOSIS1
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh
banyak hal seperti karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik,
level stress, imunitas, keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis
dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan
prognosis penyakit ini. Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima
tahun digambarkan dalam five-year survivak rate (Imaginis, 2009).

Tabel Five-Year Survival Rate Pasien Kanker Payudara


Stadium Five-Year Survival
Rate
0 100%
I 100%
IIA 92%
IIB 81%
IIIA 67%
IIIB 54%
IV 20%
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Panduan nasional


penanganan kanker: Kanker payudara. Jakarta: Bakti Husada; hal.1-22.

2. Banthia, Rajni., et al. 2013. Fatigued Breast Cancer Survivors: The Role of
Sleep Quality, Depressed Mood, Stage, and Age. Psychol Health ; 24(8): 965–
980.

3. Sjamsuhidayat, Win de Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; hal. 95-98.

4. Madjawati A,. 2008. Kasus Carcinoma Mammae pada Wanita dengan Keluhan
Benjolan Payudara yang Tak Teraba (Nonpalpable Mass): Peran
Ultrasonografi dan Mammografi sebagai Screening Diagnostik. Mutiara
Medika Vol. 8 No. 2 Juli 2008: 129-136.

5. Han, Win T, et al. 2014. Breast Cancer and Problems With Medical
Interactions: Relationshipswith Traumatic Stress, Emotionalself - Efficacy, and
Social Support. Psycho-Oncology vol 14: 318–330.

6. Septiani S, Mahyar S. 2013. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan


Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada siswa SMAN 62
Jakarta Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1):31–35.

7. Dewi, Gusti Ayu Tirta dan Lucia Yovita Hendrati. 2015. Analisis Risiko
Kanker Payudara Berdasar Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan
Usia Menarche. Jurnal Berkala Epidemiolog. Volume 3, No.1 Januari 2015:
12-23.
8. Dunnwald LK, Rossing MA, Li CI. 2017. Hormone Receptor Status, Tumor
Characteristics, and Prognosis: A Prospective Cohort of Breast Cancer
Patients. Breast Cancer Res.9(1):1–10.

9. Agarwal G, Pradeep PV, Aggarwal V, et al. 2010. Spectrum of Breast Cancer


in Asian Women. World Journal of Surgery ; 31(5): 1031-1040.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tifoid
    Tifoid
    Dokumen15 halaman
    Tifoid
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus - DHF
    Laporan Kasus - DHF
    Dokumen11 halaman
    Laporan Kasus - DHF
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Minipro (Autosaved)
    Minipro (Autosaved)
    Dokumen26 halaman
    Minipro (Autosaved)
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Laporan PBL Desa
    Laporan PBL Desa
    Dokumen45 halaman
    Laporan PBL Desa
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Laporan PBL Desa
    Laporan PBL Desa
    Dokumen45 halaman
    Laporan PBL Desa
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Ca Mammae
    Ca Mammae
    Dokumen39 halaman
    Ca Mammae
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Laporan PBL Desa
    Laporan PBL Desa
    Dokumen45 halaman
    Laporan PBL Desa
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Restu
    Laporan Kasus Restu
    Dokumen46 halaman
    Laporan Kasus Restu
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Kasus Kecil BPH
    Kasus Kecil BPH
    Dokumen31 halaman
    Kasus Kecil BPH
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Restu
    Laporan Kasus Restu
    Dokumen30 halaman
    Laporan Kasus Restu
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Kasus Hipospadia
    Kasus Hipospadia
    Dokumen27 halaman
    Kasus Hipospadia
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Baca Ekg
    Baca Ekg
    Dokumen21 halaman
    Baca Ekg
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen15 halaman
    Journal Reading
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Dokumen12 halaman
    Jurnal Reading
    Restu Marlia Rizky
    Belum ada peringkat