Anda di halaman 1dari 63

FAKTOR RISIKO COMPUTER VISION SYNDROME

PADA SISWA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN


DI SMK NEGERI 1 SINTUK TOBOH GADANG

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan


Di Akademi Refraksi Optisi YLPTK Padang

OLIVYA CHAIRISZA
NIM 191041341991023

AKADEMI REFRAKSI OPTISI PADANG


YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN
SUMATRA BARAT
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Judul : Faktor Risiko Computer Vision Syndrome

Pada Siswa Jurusan Teknik Komputer Jaringan

Di SMK Negeri1 Sintuk Toboh Gadang

Nama : Olivya Chairisza

Nim : 191041341991023

Perguruan Tinggi : Akademi Refraksi Optisi YLPTK Padang

Padang, Agustus 2022

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Rina Novalinda, A.Md. R.O., S.T., M.M. Alwa Pascaselnofra Amril, S.E., M.M.
NIDN1025047201 NIDN1028118904

Direktur,

Dr.Alvia Wesnita, A.Md. R.O., S.E., M.Pd.


NIDN1022097101

i
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Olivya Chairisza

NIM : 191041341991023

Program Studi : D3 Refraksionis Optisien

Judul : Faktor Risiko Computer Vision Syndrome Pada


Siswa Jurusan Teknik Komputer Jaringan Di SMK
Negeri 1 Toboh Gadang

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil

karya sendiri dan belum disampaikan untuk mendapatkan gelar pada program

lainnya. Oleh karena itu saya bertanggung jawab terhadap Karya Tulis Ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Padang, Agustus 2022


Yang Menyatakan,

Olivya Chairisza

ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Nama : Olivya Chairisza

NIM : 191041341991023

Dinyatakan lulus setelah mempertahankan KTI di depan Tim Penguji

Akademi Refraksi Optisi YLPTK Padang

Dengan Judul:

Faktor Risiko Computer Vision Syndrome Pada Siswa Jurusan Teknik


Komputer Jaringan Di SMK Negeri 1 Toboh Gadang

Padang, Agustus 2022

Tim Penguji

Penguji 1 : Rina Novalinda,A.Md, R.O., ST., M.M. 1.

Penguji 2 : Aidil Onasis, S.K.M., M. Kes. 2.

Penguji 3 : Ihsan Saunir, M. Pd. 3.

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Olivya Chairisza
2. NIM : 191041341991023
3. Tempat/ Tgl Lahir : Lubuk Alung/ 07 Juli 2001
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Alamat : Kampung V Koto Balah Hilir, Kecamatan Lubuk
Alung, Kabupaten Padang Pariaman.

B. PENDIDIKAN
1. 2007 – 2013 : SD Negeri 22 Lubuk Alung
2. 2013 – 2016 : SMP Negeri 1 Lubuk Alung
3. 2016 – 2019 : SMA Negeri 1 Lubuk Alung
4. 2019 – 2022 : Akademi Refraksi Optisi YLPTK Padang
C. ORANG TUA
1. Ayah
Nama : Harisuddin
Pekerjaan : PNS
2. Ibu
Nama : Ermaliza
Pekerjaan : Wiraswasta

iv
ABSTRAK

Olivya Chairisza, 2022 : “Faktor Risiko Computer Vision Syndrome Pada


Siswa Jurusan Teknik Komputer Jaringan Di SMK Negeri 1 Toboh
Gadang”. Karya Tulis Ilmiah, Akademi Refraksi YLPTK Padang.
Karya Tulis ini membahas tentang faktor risiko computer vision syndrome
pada siswa jurusan teknik omputer jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh
Gadang. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran lama penggunaan
komputer dan durasi penggunaan komputer dengan keluhan computer vision
syndrome pada siswa jurusan Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk
Toboh Gadang.
Data dikumpulkan melalui kusioner yang dibagikan secara langsung pada
siswa jurusan teknik komputer jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang.
Kemudian data dibahas berdasarkan teori yang diajukan dalam kajian pustaka
serta menyajikan hasil dari jawaban respoden. Pembahasanya diurut berdasarkan
rumusan masalah.
Berdasarkan pembahasan data, pada siswa jurusan teknik komputer
jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang diambil sebanyak 1 lokal yaitu
sebanyak 33 orang siswa yang terdiri dari 14 laki-laki dan 19 orang perempuan.
Hasilnya menunjukkan keluhan computer vision syndrome lebih cenderung terjadi
pada pengguna komputer yang menggunakan jarak pandang < 50 cm dan dengan
durasi penggunaan komputer ≥4 jam per hari.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang disampaikan
kepada siswa atau para pengguna komputer (1) upayakan tidak bekerja dengan
jarak padang < 50 cm untuk menghindari terjadinya keluhan computer vision
syndrome (2) Usahakan untuk melakukan istirahat mata secara teratur pada saat
menggunakan komputer untuk mencegah terjadinya keluhan computer vision
syndrome.
Kata Kunci: Computer Vision Syndrome (CVS), Komputer.

v
ABSTRACT

Olivya Chairisza, 2022 : “Risk Factors For Computer Vision Syndrome in


Students Majoring in Computer Network Engineering at SMK
Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang”. Scientific paper, YLPTK Padang
Optical Refraction Academy.
This paper discusses the risk factors for computer vision syndrome in
students majoring in computer network engineering at SMK Negeri 1 Sintuk
Toboh Gadang. This study aims to describe the duration of computer use and
duration of computer use with complaints of computer vision syndrome in
students majoring in Computer Network Engineering at SMK Negeri 1 Sintuk
Toboh Gadang.
Data were collected through questionnaires which were distributed directly
to students majoring in computer network engineering at SMK Negeri 1 Sintuk
Toboh Gadang. Then the data is discussed based on the theory proposed in the
literature review and presents the results of the respondents' answers. The
discussion is ordered based on the formulation of the problem.
Based on the discussion of the data, the students majoring in computer
network engineering at SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang were taken as many
as 1 local, namely as many as 33 students consisting of 14 males and 19 females.
The results show that computer vision syndrome complaints are more likely to
occur in computer users who use a viewing distance of <50 cm and with a
duration of computer use 4 hours per day.
Based on the results of this study, there are several suggestions submitted
to students or computer users (1) try not to work with a distance of <50 cm to
avoid computer vision syndrome complaints (2) Try to take regular eye breaks
when using the computer to prevent the occurrence of complaints of computer
vision syndrome.
Keywords: Computer Vision Syndrome (CVS), Computer.

vi
KATA PEGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul

“Faktor Risiko Computer Vision Syndrome Pada Siswa Jurusan Teknik

Komputer Jaringan Di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang”. Penulisan

karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Diploma III Ahlimadya Refraksionis Optisien pada

Akademi Refraksi Optisi YLPTK Padang.

Penulisan menyadari bahwa banyak kendala dan hambatan yang dihadapi

dalam menyelesaikan karya tulis ini. Hanya doa dan bantuan dari berbagai pihak,

baik moral maupun material serta kerja keras membuat karya tulis ini dapat

diselesaikan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati izinkanlah peneliti

mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr.Alvia Wesnita, Amd, R.O., S.E., M.Pd. selaku direktur Akademi

Refraksi Optisi YLPTK Padang.

2. Ibu Rina Novalinda, Amd, R.O., S.T., M.M. dan Bapak Alwa

Pascaselnofra Amril, S.E., M.M. selaku pembimbing I dan II yang telah

memberikan perhatian, dukungan, dan pengarahan kepada peneliti.

3. Bapak Aidil Onasis, S.K.M., M.Kes. Ibu Rina Novalinda, Amd, R.O.,

S.T., M.M. dan Bapak Ihsan Saunir, M. Pd. selaku tim penguji.

4. Bapak dan Ibu dosen, staf pengajar serta karyawan di lingkungan Akademi

Refraksi Optisi Padang atas ilmu-ilmu yang sangat berharga bagi penulis

dan bantuan serta dorongan yang telah diberikan selama ini.

vii
5. Untuk sahabat-sahabatku Geng Kapak Anezha Hendra, Delvia Anrini,

Diska Vanesa, Isma Salwita Fadila Alip, dan Tiara Faadiyah Syafely yang

selalu membantu dan memberi semangat serta selalu menemani dalam

suka dan duka.

6. Teristimewa untuk keluarga khususnya orang tua tecinta serta saudara-

saudaraku bang Fiki Alhaqqi Risza, dan adikku Yazidil Akbar Risza,

terima kasih banyak atas kasih sayang dan semangat yang selalu diberikan.

Penulis menyadari akan keterbatasan dalam pembuatan karya tulis ini, oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan

saran yang membangun kepada semua pihak untuk sempurnanya tulisan ini. Akhir

kata penulis harapkan karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Agustus 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... i


PERNYATAAN ................................................................................................. ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ......................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... iv
ABSTRAK.......................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
KATA PEGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1. Bagi Peneliti .......................................................................................... 5
2. Bagi Akademi Refraksi Optisi ............................................................... 5
3. Bagi Masyarakat .................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 7


A. Kelelahan Mata (Astenopia) ................................................................... 7
B. Computer Vision Syndrome (CVS) ......................................................... 9
C. Etiologi Computer Vision Syndrome .................................................... 10
D. Faktor Risiko Computer Vision Syndrome ............................................ 12
E. Diagnosis Computer Vision Syndrome ................................................. 24
F. Pencegahan Terjadinya Computer Vision Syndrome ............................. 25

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 27


A. Jenis Penelitian .................................................................................... 27
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................. 27
C. Populasi Dan Sampel ........................................................................... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 28
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 29

ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 32
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 32
B. Pebahasan ............................................................................................ 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 40


A. Simpulan ............................................................................................. 40
B. Saran ................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 42


LAMPIRAN ..................................................................................................... 44

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Penglihatan .......... 33


Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Penggunaan
Komputer ........................................................................................................... 33
Tabel 3. Gambaran Computer Vision Syndrome ................................................. 34
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Computer Vision
Sydrome ............................................................................................................. 35
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gambaran Faktor Risiko
Dengan Keluhan Computer Vision Syndrome ..................................................... 36

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Respondem ............................................................................ 44


Lampiran 2. Kusioner ........................................................................................ 45
Lampiran 3. Keluhan CVS ................................................................................. 47
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 49
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ......................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 6. Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian ..... Error! Bookmark not
defined.
Lampiran 7. Kartu Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Error! Bookmark not defined.

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk

mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,

menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan

informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat

waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan

dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.

Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data,

sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer

yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi

digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global (Wardiana,

2002).

Komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan

tugas menerima mput dan menyediakan output berupa hasil komputasi

yang akan dikonversi menjadi data visual yang dapat dilihat dengan

menggunakan monitor atau Video Display Terminal (Humaidi dan Alam,

2005). Komputer sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

kehidupan bagi warga modem, penggunaan komputer selama berjam-jam

tidak lagi terbatas pada kantor. Penggunaan komputer dapat menimbulkan

sejumlah masalah penglihatan dan mata yang disebut Computer Vision

Syndrome (CVS) (Barthakur, 2013).

1
2

American Optometric Association (AOA) mendefinisikan

sindroma penglihatan pada pemakaian komputer atau Computer Vision

Syndrome sebagai masalah mata majemuk yang berkaitan dengan

pekerjaan jarak dekat yang dialami seseorang selagi atau berhubungan

dengan penggunaan komputer. Gejala bervariasi tetapi kebanyakan

menyangkut mata tegang, sakit kepala, mata kabur (untuk penglihatan

dekat atau jauh), mata kering, mengalami iritasi, kemampuan

memfokuskan mata melambat, sakit pada leher, punggung, dan peka

terhadap cahaya (Affandi, 2005). Semua gejala ini secara kolektif disebut

sebagai Computer Vision Syndrome, yang terdiri dari gejala yang berkaitan

dengan permukaan okuler atau kejang akomodasi dan ekstraokuler

(ergonomi) etiologi karena postur yang tidak benar seperti nyeri leher,

punggung atas, dan sakit kepala (Wiraalsundera, 2006).

Astenopia adalah keluhan utama pada subjek dengan CVS. Hasil

penelitian pada tahun 2008 oleh lebih dan 400 operator komputer di India

mengungkapkan gejala-gejala astenopia pada 46,3% subjek (Bhanderi,

Choudhary dan Doshi, 2008). Demikian pula, sebuah survei dari 212

pekerja bank di Italia ditemukan gejala astenopia pada 31,9% subjek

(Mocci, Serra dan Corrias, 2001). Astenopia adalah masalah umum di

antara operator komputer, terutama pada mereka yang mulai

penggunaannya pada usia dini, adanya kelainan refraksi, jarak mata dari

layar monitor, dan posisi layar monitor terhadap mata adalah faktor terkait

lainnya untuk terjadinya astenopia (Bhanderi, Choudhary dan Doshi,

2008).
3

Astenopia terjadi karena faktor usia dan lama kerja dimana

semakin tua seseorang maka lensa mata semakin kehilangan

kekenyalannya yang menyebabkan otot-otot mata semakin sulit untuk

berakomodasi, lamanya penggunaan komputer yang lebih dari 4 jam dapat

menimbulkan keluhan kelelahan mata dan cenderung mengalami kelainan

refraksi pada mata (Syah’ban & Riski, 2014). Jarak monitor dan tingkat

pencahayaan pada komputer juga menjadi salah satu penyebab kelelahan

mata, pekerja komputer yang bekerja dengan jarak <50 cm, hampir secara

keseluruhan mengalami kelelahan mata (Septiansyah, 2014). Tingkat

pencahayaan atau kontras yang berlebihan dapat menyebabkan silau,

pandangan menjadi kabur dan penurunan sensitivitas pada retina.

Bausch dan Lomb melaporkan bahwa hampir 60 juta orang

menderita masalah mata atau penglihatan karena pekerjaan yang

menggunakan komputer dan satu juta kasus baru diiaporkan setiap

tahunnya, dua pertiga dari keluhan itu berhubungan dengan masalah

penglihatan, sedangkan yang sepertiga sisanya disebabkan oleh faktor

lingkungan. Banyak orang yang memiliki kelainan penglihatan yang

sangat ringan dan tidak menyebabkan gejala apapun ketika melakukan

tugas yang membutuhkan kemampuan penglihatan yang lebih rendah.

Telah ditunjukkan pula bahwa di lingkungan yang sama para pengguna

monitor mengalami keluhan yang lebih tinggi daripada para pengguna

yang tidak memakai monitor.

Survei yang dilakukan oleh optometrist menunjukkan bahwa lebih

dari 10 juta pemeriksaan mata pertahun di Amerika Serikat dilakukan


4

untuk masalah penglihatan oleh penggunaan komputer. Kondisi itu paling

sering muncul ketika kebutuhan melihat yang ditugaskan temyata melebihi

kemampuan penglihatan dari pengguna komputer (Affandi, 2005). Banyak

penelitian telah menunjukkan bahwa prevalensi gejala visual lebih tinggi

di antara individu-individu yang menghabiskan lebih dari 4 jam bekerja di

depan monitor (Rossignol dkk, 1987).

Keluhan yang kerap dialami jika seseorang mengalami kelelahan

mata adalah mata merah, berair, perih, gatal dan kering, mengantuk,

tegang, pandangan kabur, penglihatan rangkap, sakit kepala, dan kesulitan

fokus (NIOSH, 1999). Jika mata terlalu lelah, gejala yang ditimbulkan

adalah penglihatan akan menjadi tidak jelas atau kabur, memerah, berair,

dan terasa nyeri.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis memiliki latar

belakang yang diambil dari kasus yang penulis peroleh sewaktu di

lapangan. Penelitian ini membahas tentang gambaran faktor risiko

computer vision syndrome dengan risiko terjadinya keluhan computer

vision syndrome .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ,maka dapat dikemukakan

rumusan masalah dari karya tulis ilmiah ini sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran jarak penglihatan dengan risiko terjadinya

keluhan computer vision syndrome?

2. Bagaimana gambaran durasi pengguna komputer dengan risiko

terjadinya keluhan computer vision syndrome?


5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran jarak penglihatan dengan risiko

terjadinya keluhan computer vision syndrome?

2. Untuk mengetahui gambaran durasi pengguna komputer dengan risiko

terjadinya keluhan computer vision syndrome?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk :

1. Bagi Peneliti

Sebagai acuan untk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Ahli Madya Refraksionis Optisien dan sebagai sarana pengembangan

ilmu pengetahuan dan penelitian lebih lanjut diperoleh dalam bangku

perkuliahan sehingga dapat diaplikasikan di tengah-tengah masyarakat.

2. Bagi Akademi Refraksi Optisi

Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dalam meghasilkan lulusan akademi yang profesional dan

siap kerja dalam bidang kesehatan masyarakat serta dapat dijadikan

sebagai bahan penambahan kurikuum yang disesuaikan dengan

perkembangannya.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan iformasi

mengenai kejadian computer vision syndrome dalam upaya

pencegahan terhadap syndrome tersebut. Dan dengan dilakukan


6

penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi

bagi pengguna komputer mengenai faktor penyebab computer vision

syndrome dengan resiko terjadinya keluhan computer vision syndrome

sehingga dapat dijadikan suatu upaya prefentif terjadinya Computer

Vision Syndrome.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kelelahan Mata (Astenopia)

Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang

diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada

dalam kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman

penglihatan. Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau astenopia

yaitu kelelahan ocular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi

gangguan pada mata dan sakit kepala berhubungan dengan penggunaan

mata secara intensif (Hanum,2008).

Kelelahan mata disebabkan oleh stres yang terjadi pada fungsi

penglihatan. Lelah penglihatan menggambarkan seluruh gejala-gejala yang

terjadi sesudah stres berlebihan terhadap setiap fungsi mata, diantaranya

adalah tegang otot siliaris yang berakomodasi saat memandang objek yang

sangat kecil dan pada jarak yang sangat dekat dalam jangka waktu yang

lama (Hanum,2008).

Menurut Departemen Kesehatan, kelelahan mata dapat

menyebabkan iritasi, seperti mata berair, dan kelopak mata bewarna

merah, penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman mata merosot, dan

kekuatan konvergensi serta akomodasi menurun (Depkes, 2003). Gejala-

gejala tersebut diikuti oleh pegal di sekitar leher, bahu, dan punggung

(Shedy dan Shaw-McMinn, 2003).

7
8

Pada dasarnya ketegangan kepala, mata,dan leher sering terjadi

secara bersamaan. Ketegangan ini sering disebabkan oleh berbagai

aktivitas yang memerlukan konsentrasi atau ketelitian dalam jangka waktu

lama salah satunya adalah pengoperasian komputer yang dilakukan

terlebih pada jondisi yang tidak ideal Berkonsentrasi selama berjam-jam,

tanpa disadari akan memaksa kontraksi otot-otot kelopak mata, otot-otot

penggerak luar bola mata, otot akomodasi (otot siliaris) di dalam bola

mata, otot-otot wajah dan pelipis hingga mengalami kelelahan (fatique).

Sakit kepala, kelelahan pada mata, rasa tidak nyaman di wajah dan

kekakuan di area sekitar leher dapat terjadi akibat adanya kontraksi otot

yang tidak beraturan, disertai dengan berkurangnya aliran darah yang

menimbulkan kekurangan oksigen, merangsang saraf skitar untuk

mengirimkan sinyal rasa sakit (Pardianto, 2015).

Walaupun kelelahan mata tidak menyebabkan kerusakan mata

yang permanen namun, kelelahan mata dapat mengakibatkan aktivitas

seseorang menjadi tidak produktif, kualitas kerja menurun, mudah

membuat kesalahan, timbulnya keluhan tentang mata, bahkan mudah

terjadinya kecelakaan (Akbar dan awadi, 2011).

Kelelahan mata banyak diderita oleh orang yang menggunakan

komputer dalam waktu lama (Santoso dan Widajati, 2011). Banyak

membaca juga dapat menimbulkan kelelahan pada mata. Lelah pada mata

bukan saja timbul karena huruf yang kecil, melainkan dapat juga

disebabkkan oleh cahaya yang kurang atau tidak baik (Abar dan Hawadi,

2011).
9

Menurut Putra (2008), komputer dapat menyebabkan mata lelah

karena pancaran radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh layar

komputer tersebut. Selain radiasi elektomagnetik yang dihasilkan oleh

layar komputer dapat berupa sinar-X, sinar ultraviolet, dan gelombang

mikro. Radiasi yang dihasilkan komputer tersebut dapat menimbulkan

pengaruh jangka pendek dapat berupa mata menjadi berair dan lelah,

mempengaruhi produktivitas hormon melatonin dalam tubuh, dan asteopia

atau kelelahan mata. Pengaruh dalam jangka panjang dapat berupa katarak,

dermatitis pada muka, iritasi kulit, epilepsi dan cacat bawaan pada bayi

serta gangguan seksual, yaitu berkurangnya tingkat kesuburan baik bagi

pria maupun wanita (Suhendi, 2013). Gangguan penglihatan yang

disebabkan karena penggunaan komputer oleh The American Optometric

Association dinamakan Computer Vision Syndrome (CVS).

A. Computer Vision Syndrome (CVS)

Computer Vision Syndrome (CVS) menurut American Optometric

Association (AOA) sebagai masalah mata majemuk yang berkaitan dengan

pekerjaan jarak dekat yang dialami seseorang selagi atau berhubungan

dengan penggunaan komputer (Affandi, 2005; Rosenfield dkk, 2010;

Rosenfield,2011).

Gangguan pada mata dan kepala, mulai dari nyeri atau sakit kepala,

mata kering, iritasi, dan mata lelah, sering disebut juga dengan CVS

(Ningsih, Ambarwati dan Jadmiko, 2015). CVS merupakan sekumpulan

masalah pada mata dan penglihatan yang terjadi karena penggunaan

laptop, tablet, e-reader, dan handpone yang terlalu lama (AOA, 2016).
10

CVS adalah sekumpulan masalah pada mata dan penglihatan

terkait dengan kegiatan yang menekankan pada penglihatan dekat selama

menggunakan laptop (Loh dan Reddy, 2008). CVS dapat juga diartikan

sebagai kumpulan gangguan fisik yang menyerang pengguna laptop

(Kurmasela, Saerang dan Rares, 2013). CVS adalah suatu kondisi dimana

seseorang merasakan satu atau lebih gejala pada mata akibat dari

penggunaan laptop yang lama (Reddy et al, 2013). CVS ditandai dengan

gejala visual yang dihasilkan dari interaksi dengan layar laptop atau

lingkungan (Akinbinu dan Mashalla, 2014).

Para pengguna komputer lebih besar kemungkinannya mengalami

sakit kepala jenis otot tegang. Sindrom tersebut dapat dipicu oleh berbagai

bentuk stres, termasuk kecemasan dan depresi, dan dipicu juga oleh

berbagai kondisi mata seperti kelainan refraksidan juga oleh kondisi

tempat kerja yang tidak layak, termasuk adanya silau, cahaya kurang, dan

penyusunan letak komputer yang tidak layak. Jika semua faktor yang

terlihat jelas telah dipertimbangkan, dibutuhkan penanganan kesehatan

yang dimulai dengan melakukan pemeriksaan mata lengkap (Affandi,

2005).

B. Etiologi Computer Vision Syndrome

Pengunaan komputer dengan masa kerja yang cukup lama akan

berakibat meningkatya kejadian astenopia. Kelelahan mata akibat

penggunaan komputer disebut sebagai Computer Vision Syndrome yang

sering disingkat CVS. CVS sering terjadi karena mata tidak terlalu cocok

untuk menatap layar monitor. Mata tidak dapat lama berfokus pada pixel
11

atau titik kecil yang membentuk bayangan pada monitor. Seorang

pengguna komputer harus terus-menerus memfokuskan matanya untuk

menjaga agar gambar tetap tajam. Proses tersebut mengakibatkan

timbulnya stres yag berulang-ulang pada otot mata apalagi setelah lama

menggunakan komputer, frekuensi berkedip akan berkurang dan mata

akan menjadi kering dan perih. Akibatnya, kemampuan untuk

memfokuskan mata berkurang dan penglihatan bisa menjadi buram serta

timbul sakit kepala. Karena biasanya arah tatapan ke atas, pengguna

komputer sering terpaksa beristirahat dengan menurunkan kepala mereka

yang menyebabkan postur tubuh menjadi buruk dan leher menjadi sakit

(Affandi,2005).

Sulit untuk menentukan terjadinya Computer Vision Syndrome. Dalam

mempertimbangkan faktor-faktor mata penyebab Computer Vision

Syndrome, ada dua faktor utama yang memicu Computer Vision Syndrome

yaitu respon okulomotor yang buruk dan mata kering (Rosenfield, 2011).

Biasanya orang kurang berkedip ketika bekerja dengan komputer

sedangkan berkedip penting untuk menjaga mata tetap lembab dan rileks.

Kurang berkedip menyebabkan penguapan air mata berlebihan dan mata

menjadi kering. Beberapa orang sudah mempunyai masalah seperti

koordinasi mata dan pemfokusan yang tidak jelas terlihat pada aktivitas

lain, tetapi menjadi masalah besar ketika menggunakan komputer

(Affandi, 2005).

Faktor diluar ekstraokuler juga memicu terjadinya Computer Vision

Syndrome, misalnya faktor komputer yang buruk (Rosenfield, 2011).


12

Komputer sering dipasang sedemikian rupa sehingga membuat mata

bekerja terlaiu keras.

1. Jenis huruf komputer yang dipakai mungkin terlaiu kecil

2. Pantulan dari sumber cahaya di dekatnya atau dari jendela mungkin

terlaiu terang.

3. Monitor mungkin diletakkan terlaiu tinggi untuk penglihatan normal

mata (Affandi, 2005).

Faktor lainnya yang dapat meningkatkan gejala adalah adanya

kelainan refraksi dan pencahayaan yang buruk (Rosenfield, 2011).

Orang yang berusia lebih dari 40 tahun dan memakai kacamata bifokal

atau kacamata baca sering mengalami masalah karena kacamata

mereka terlalu disetel untuk melihat buku yang dipegang 40 cm

jauhnya, dibandingkan dengan layar monitor yang biasanya terletak 60

cm dari mata pengguna komputer (Affandi, 2005).

C. Faktor Risiko Computer Vision Syndrome

1. Faktor Individual

1) Usia

Pengguna komputer usia lebih dari 40 tahun lebih mungkin

untuk mengalami Computer Vision Syndrome (CVS) dan gangguan

muskuloskeletal secara bersamaan. Pengguna komputer dari usia

antara 25-30 tahun lebih berisiko terkena CVS (Ellahi, Khalil dan

Akram,2011).

Di usia 20 tahun, manusia pada umumnya dapat melihat objek

dengan jelas, sedangkan pada usia 45 tahun kebutuhan terhadap


13

cahaya empat kali lebih besar (Guyton dan Hall,2006). Pada usia

ini, seseorang akan mengalami kesulitan dalam memfokuskan

penglihatannya yang disebabkan oleh presbiopia. Hal ini

merupakan sesuatu yang normal karena disebabkan oleh

berkurangnya kemampuan lensa mata untuk mencembung dan

memipih kembali pada saat melihat dekat. Menginjak usia 50

tahun, presbiopia akan semakin terasa dampaknya. Seseorang akan

membutuhkan lensa yang lebih tajam. Seseorang juga akan

membutuhkan lebih dari satu lensa yang dapat digunakan saat

mengoperasikan komputer agar terasa lebih nyaman (Heiting,

2014). Pada usia 60 tahun, kebutuhan cahaya yang diperlukan

untuk melihat jauh lebih besar dibandingkan dengan usia 45 tahun

karena pada usia 45 sampai 50 tahun daya akomodasi mata

berkurang (Guyton dan Hall, 2006).

Penelitian oleh Das dkk. (2010), menunjukkan bahwa pekerja

pengguna komputer atau di depan Video Display Terminal yang

berusia lebih dari 40 tahun lebih banyak mengeluhkan rasa tidak

nyaman menggunakan komputer yang berkaitan dengan kesehatan,

dengan tingkat tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia lain.

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor risiko CVS, dimana CVS lebih

berisiko dan lebih sering pada perempuan. Seiring bertambahnya

usia, hormon esterogen dan antiandrogen pada wanita akan

meningkat. Kedua hormon tersebut akan menekan sekresi dari air


14

mata, sehingga lapisan air mata pada perempuan cenderung

menipis dibanding laki-laki. Penipisan lapisan air mata ini

mengakibatkan mata cenderung mengalami kelalahan saat

menggunakan komputer (Versura dan Campos, 2005).

Selain itu terdapat pula perbedaan pada fisiologis antara

perempuan dan laki-laki. Perbedaan fisiologis tersebut yang

menyebabkan perempuan lebih rentan terhadap penyakit dan

memiliki tingkat stress yang lebih tinggi. Perempuan cenderung

lebih teliti dan telaten dalam bekerja sehingga mereka akan benar

benar memusatkan perhatian pada pekerjaan yang dihadapi untuk

mengurangi tingkat kesalahan kerja. Tuntutan untuk dapat

memusatkan perhatian di depan komputer secara terus-menerus

menjadi sumber stresor untuk penglihatan maupun psikologis.

Penglihatan jarak dekat yang dilakukan dalam jangka waktu yang

lama akan menyebabkan otot siliaris mengalami penegangan dan

kekakuan. Hal ini secara tidak langsung akan membuat mata

mudah teriritasi dan memicu rasa tidak nyaman dan akhirnya

menimbulkan keluhan-keluhan penglihatan (Kurmasela, 2012).

3) Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi mata merupakan penyebab utama dari

gangguan penglihatan (Fajar, 2011). Kelainan refraksi mata adalah

akibat kerusakan pada akomodasi visual, bisa akibat perubahan

panjang sumbu bola mata, maupun kelainan pada lensa mata

(Pearce, 2011). Kelainan refraksi mata biasanya tidak bisa


15

diketahui dengan cepat, apalagi kalau kelainan refraksi mata hanya

terjadi pada satu mata. Mata yang digunakan akan mengikuti

perkembangan fungsi penglihatan optimal adalah mata yang

normal, sedangkan mata dengan kelainana refraksi tidak digunakan

sehingga tidak mencapai perkembangan fungsi penglihatan yang

normal dan mata akan menjadi mata malas atau ambliopia

(Setiabudi dan Hardywinoto, 2002). Mata dengan kesalahan

pemfokusan (refraktif) atau mata yang mengalami kelainan refraksi

disebut juga ametropia, sedangkan tidak adanya kelainan refraksi

disebut emetropia. Ametropia terjadi pada lebih dari separuh

populasi Amerika Serikat. Kelainan ini sering dapat dikoreksi

secara dengan kacamata atau penggunaan bedah laser untuk

mengubah bentuk kornea.

Seseorang yang memiliki tingkatan minus yang tinggi akan

mengalami mata lelah secara berkesinambungan jika tidak segera

mengistirahatkan matanya (Anugerah, 2016). Begitu pula dengan

penderita hipermetropia sering dikatakan sebagai masalah

pembiasan. Mata akan mudah lelah jika mengalami hipermetropia,

tertutama usai fokus melihat objek dekat, seperti menggunakan

komputer atau membaca. Kelelahan mata lebih cepat terjadi pada

penderita astigmatisme. Penderita astigmatisme akan sering

mengeluh penglihatan kabur, penglihatan yang menyempit, sakit

kepala, kelelahan pada mata (astenopia) lebih cepat terjadi, dan

kabur saat melihat benda berjarak dekat maupun jauh. Bahkan


16

penderita kelainan astigmatisme dengan ukuran redah sudah dapat

mengakibatkan keluhan-keluhan tersebut terutama pada saat

melakukan pekerjaan yang teliti pada jarak dekat.

Kelainan refraksi mata, seperti miopia, hipermetropia,

astigmatisma, dan kelainan akomodasi presbiopia dapat

menyebabkan kelelahan mata dan memperberat ketegangan pada

mata, leher, dan bahu karena mata terus menerus berakomodasi

untuk dapat melihat subjek yang lebih jelas. Hal ini diperparah jika

kelainan refraksi mata tersebut tidak terkoreksi dengan tepat atau

kacamata tidak digunakan sebagaimana mestinya. Bila penderita

menggunakan alat bantu penglihatan, seperti kacamata maka mata

akan menjadi lebih rileks sehingga otot-otot mata tidak bekerja

terlalu keras terutama ketika bekerja menggunakan komputer

(Roestjawati, 2007 dan Pardianto, 2015).

4) Penggunaan Kacamata Pelindung

Pada saat ini, dengan kemajuan teknologi sudah terdapat

kacamata yang dirancang dengan lensa khusus untuk pengguna

komputer. Ahli masalah mata, dr. Jay Schlanger mengatakan

beberapa perusahaan kini mulai membuat lensa yang bagian

atasnya dirancang untuk melihat komputer dan bagian bawahnya

untuk membaca. Lalu terdapat kacamata anti radiasi komputer.

Kacamata ini merupakan kacamata yang dibuat untuk melindungi

mata dari bahaya radiasi layar televisi, komputer maupun radiasi

gadget yang dapat mengganggu mata. Fungsi kacamata ini terletak


17

pada lensanya yang terbuat dari bahan khusus untuk menangkal

radiasi layar komputer. Seiring dengan meningkatnya aktivitas di

depan komputer membuat mata semakin lelah dan kering, sehingga

kebutuhan akan kacamata ini semakin meningkat. Bahaya radiasi

akibat terlalu larut dengan pekerjaan di depan komputer lebih

mengganggu kesehatan mata, bahkan dampak terparahnya dapat

mengakibatkan katarak hingga kebutaan. Lapisan anti radiasi pada

kacamata ini mampu melindungi mata terhadap gelombang

elektromagnetik hingga 100%. Lensa anti radiasi ini terdiri dari

beberapa lapisan, yang terdiri dari lapisan anti silau, lapisan tahan

air, dan lapisan lainnya yang dapat menghindarkan lensa dari debu

dan kotoran, serta anti foging.

2. Faktor Perangkat Kerja

1) Ukuran Objek

Ukuran objek berhubungan dengan kemampuan penglihatan.

Semakin besar ukuran suatu objek, maka semakin rendah

kemampuan mata yang diperlukan untuk melihat objek tersebut.

Semakin kecil ukuran suatu objek, maka semakin tinggi

kemampuan mata yang diperlukan agar dapat melihat dengan jelas

dan fokus objek tersebut. Hal inilah yang menyebabkan akomodasi

konvergensi bertambah, sehingga menimbulkan kelelahan mata

(Pheasant, 1991).
18

2) Jarak Pendangan

Ketika menggunakan komputer, jarak pandangan dengan layar

monitor harus diperhatikan. Jarak pandang monitor jangan terlalu

jauh atau terlalu dekat. Jarak pandang yang salah dapat

mengakibatkan mata cepat lelah dan sakit. Jarak pandang yang

nyaman dan aman untuk mata berkisar antara 45 sampai 60 cm.

Namun, jarak ideal minimal antara mata pengguna dan layar

monitor adalah 50 cm. Selebihnya jarak pandang terhadap monitor

komputer disesuaikan dengan diameter dan kedalaman layar itu

sendiri. Posisi monitor juga harus diatur agar bagian tertinggi dari

layar berada pada posisi yang sejajar dengan mata (OSHA, 1997).

Ketika seseorang bekerja dengan melihat objek bercahaya di

atas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus-menerus dalam

jangka waktu tertentu dapat menyebabkan mata harus terus

berakomodasi. Mata yang terus menerus berakomodasi akan

menyebabkan kelelahan mata. Hal ini disebabkan karena otot mata

harus bekerja keras untuk melihat objek tersebut (Hanum, 2008).

Jarak monitor yang cukup dekat akan membuat mata selalu

berakomodasi dan terfokus pada layar monitor sehingga

menyebabkan mata pekerja menjadi cepat lelah. Menurut

(OSHA,1997) pada saat menggunakan komputer jarak antara mata

pekerja dengan layar sekurang-kurangnya adalah 20-40 inch atau

sekitar 50-100 cm. Monitor yang terlalu dekat dapat

mengakibatkan mata menjadi tegang, cepat lelah, dan potensi


19

ganggguan penglihatan. Jarak ergonomis antara layar monitor

dengan pengguna komputer berkisar antara 50 cm sampai dengan

60 cm (Hanun, 2008). Oleh karena itu, semakin jauh jarak pandang

terhadap objek maka kemungkinan terjadinya keluhan mata akan

semakin kecil.

3) Sudut Penglihatan

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa selain dari jarak

penglihatan, sudut penglihatan bisa menjadi faktor terjadinya CVS.

Penelitian oleh Chiemeke, Akhahowa dan Ajayi (2007)

menunjukkan bahwa keluhan visual yang lebih jelas dengan

responden yang menggunakan sudut pandang 30-50 derajat,

sedangkan mereka yang menggunakan sudut pandang kurang dari

15 derajat mengalami keluhan visual yang rendah.

Direkomendasikan bahwa posisi pasien terhadap monitor 10-20

derajat di bawah tingkat mata (Abelson dan Ousler, 1999).

3. Faktor Karaktersitik Pekerjaan

1) Lama Penggunaan Komputer

Penelitian oleh Azkadina (2012), menunjukkan bahwa lama

bekerja di depan komputer berhubungan secara signifikan dengan

kejadian CVS dan bekerja di depan komputer selama lebih dari

atau sama dengan 4 jam secara terus-menerus berisiko tiga

setengah kali lipat lebih tinggi untuk mengalami CVS

dibandingkan dengan bekerja di depan komputer selama kurang

dari 4 jam secara terus-menerus.


20

Penelitian yang sama oleh Logaraj, Madhupriya dan Hegde

(2014) menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan komputer

selama 4-6 jam per hari bensiko lebih tinggi secara signifikan

mengalami kemerahan, rasa panas, dan mata kering dibandingkan

dengan mereka yang menggunakan komputer kurang dari 4 jam.

Penelitian Nakazawa dkk. (2002), menunjukkan peningkatan

keluhan CVS pada pekerja pengguna komputer lebih dari 4 jam per

hari.

Durasi atau lamanya mata digunakan untuk melihat komputer

juga menjadi salah satu faktor dalam mempercepat terjadinya

gangguan atau kelelahan mata. Hal ini berkaitan dengan sifat atau

fungsi mata yang tidak dibuat untuk melihat dari jarak dekat

dengan waktu yang lama. Computer Vision Syndrome (CVS) dapat

muncul segera setelah pemakaian komputer dalam jangka waktu

lama atau lebih dari 4 jam namun, terdapat beberapa orang yang

mengalami CVS beberapa hari kemudian (Hanum, 2008).

Untuk mencegah terjadinya kelelahan mata akibat durasi

penggunaan dapat dilakukan salah satunya dengan cara

mengalihkan pandangan dengan menatap objek lain dengan jarak

20 kaki atau sekitar 6 meter agar kelenturan mata tetap terjaga

(OSHA, 1997). Memejamkan mata selama 2-3 menit juga terbukti

efektif agar otot mata tidak kelelahan (Agus, 2013).


21

2) Istirahat Setelah Penggunaan Komputer

Penelitian oleh Logaraj, Madhupriya dan Hegde (2014)

menunjukkan bahwa siswa yang tidak istirahat setelah setiap 2 jam

penggunaan komputer terus-menerus memiliki risiko lebih tinggi

terkena penglihatan kabur, mata kering, dan leher dan nyeri bahu

dibandingkan dengan mereka yang mengambil istirahat setiap jam

dan itu signifikan secara statistik. Meskipun mereka yang

mengambil istirahat setelah 3 jam penggunaan komputer terus-

menerus lebih berisiko dibandingkan dengan mereka yang

mengambil istirahat setiap jam, tapi itu tidak signifikan secara

statistik. Korelasi yang signifikan ditemukan antara frekuensi

waktu istirahat yang sedikit saat bekerja pada komputer dengan

gejala penglihatan kabur.

Penelitian oleh Azkadina (2012), menunjukkan bahwa lama

istirahat berhubungan secara signifikan dengan kejadian CVS.

Pekerja pengguna komputer yang menyempatkan istirahat selama

kurang dari 10 menit bensiko menderita CVS sebesar tiga belas

setengah kali lipat dibandingkan dengan pekerja pengguna

komputer yang menyempatkan istirahat selama lebih dari atau

sama dengan 10 menit.

OSHA (1997) menyatakan bahwa seorang pekerja dapat

meninggalkan tempat kerjanya atau melakukan istirahat setidaknya

10 menit setiap jam setelah berada di depan komputer secara

intensif dan setidaknya 15 menit setiap 2 jam setelah berada di


22

depan komputer secara intermiten. Istirahat mata ini harus

dilakukan salah satunya juga dikarenakan CVS dapat timbul saat

aliran air mata ke mata berkurang yang disebabkan oleh besarnya

refleksi atau silaunya layar komputer.

4. Faktor Lingkungan Kerja

1) Tingkat Pencahayaan

Kondisi pencahayaan yang buruk di ruangan pada saat

menggunakan komputer dapat mempengaruhi mata pengguna.

Standar yang mengatur kegiatan pengukuran intensitas penerangan

di tempat kerja adalah SNI 16-7062-2004. Dimana standar ini

menguraikan tentang metoda pengukuran intensitas penerangan di

tempat kerja dengan menggunakan Lux Meter. Lux Meter

merupakan alat yang digunakan untuk mengukur intensitas

penerangan dalam satuan lux.

Kurangnya pencahayaan dapat mengakibatkan kelelahan mata,

sebab orang akan lebih mendekatkan matanya ke objek dengan

tujuan memperbesar ukuran benda. Hal ini proses akomodasi mata

lebih dipaksa dan dapat menyebabkan penglihatan rangkap atau

kabur (Notoatmodjo, 2003). Pencahayaan yang sesuai dapat

mencegah terjadinya kelelahan mata, sedangkan pencahayaan yang

kurang baik dapat menimbulkan kelelahan mata. Jika mata

mengalami kelelahan, maka dengan melakukan istirahat yang

cukup atau beristirahat sepulang kerja maka pagi harinya mata

akan pulih kembali (Depkes, 2008).


23

Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang

memenuhi persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan,

karena jika pencahayaan terlalu besar atau pun kecil, pupil mata

harus berusaha menyesuaikan cahaya yang diterima oleh mata.

Akibatnya mata harus memicing silau atau berkontraksi secara

berlebihan, karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil,

pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat

diterima oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya

yang besar. Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat

lelah (Depkes, 2008).

Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan

gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dari

penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan

kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja,

kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di

sekitar mata, ataupun kerusakan indra mata. Pengaruh kelelahan

mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja,

termasuk kehilangan produktivitas, kualitas kerja rendah, banyak

terjadi kesalahan, dan kecelakan kerja meningkat (Tarwaka, 2004).

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata

dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental,

keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata,

kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Brewer,

2006; Sakai, 2009). Penerangan yang baik adalah penerangan yang


24

memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek yang

dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu

(Hoffman, 2008; Richa, 2009).

2) Suhu Ruangan

Faktor lingkungan termasuk suhu ruangan menyebabkan

pengeringan mata. Ini dapat mencakup kelembaban udara, tingkat

pemanasan yang tinggi atau pendingin mangan, ventilasi udara,

listrik statis berlebih, dan udara yang kotor (Rosenfield, 2011).

D. Diagnosis Computer Vision Syndrome

Cara mendiagnosis apakah seseorang mengalami kelelahan pada

mata atau Computer Vision Sydrome, dapat dilakukan dengan

menggunakan metode penentuan berdasarkan keluhan-keluhan yang

terjadi pada mata. Keluhan-keluhan pada mata berupa penglihatan kabur,

penglihatan ganda, mata terasa panas, nyeri, gatal, dan berair, nyeri kepala,

pusing, dan ingin muntah, penglihatan warna berubah atau menurun.

Untuk gejala objektif berupa mata merah akan ditemukan pada kelelahan

mata (NIOSH, 1999).

Dari sekian banyak keluhan dari CVS, keluhan yang akan digunakan

pada penelitian ini adalah mata tegang (mata sakit atau mata lelah), sakit

kepala, pandangan kabur saat melihat dekat, fokus mata berubah perlahan,

pandangan kabur saat melihat jauh setelah melakukan pekerjaan dengan

jarak dekat, iritasi mata (mata perih, mata kering, mata merah), sakit pada

leher dan bahu, serta sakit pada punggung. Delapan keluhan tersebut

merupakan hal yang paling sering dikeluhkan pada pengguna komputer


25

dan memiliki prevalensi tertinggi di antara yang lainnya (Sheedy dan

Shaw-McMinn, 2003). Gejala-gejala serupa juga disebutkan oleh AOA

(2017). Gejala yang paling umum terjadi terkait CVS adalah mata tegang,

sakit kepala, pandangan buram, mata kering, dan sakit pada leher serta

bahu. Pada dasarnya, sulit untuk menentukan apakah seseorang terkena

CVS atau tidak dari gejala-gejala yang ada. Untuk beberapa orang,

gangguan penglihatan jelas merupakan penyebabnya. Namun, untuk orang

lain, kondisi lingkungan yang menyebabkan gejala-gejala tersebut. Untuk

menegakkan diagnosis kelelahan mata, biasanya seseorang akan

mengalami minimal dua gejala utama gangguan penglihatan dan juga

memiliki dua atau tiga masalah di lingkungan tempat kerjanya. Diagnosis

itu lah yang terbaik untuk menyelesaikan semua kondisi penyebab dan

faktor-faktor yang ada (Sheedy dan Shaw-McMinn, 2003).

E. Pencegahan Terjadinya Computer Vision Syndrome

1) Melakukan koreksi ametropia dengan akurat.

2) Disarankan menggunakan pencahayaan yang cukup dan durasi

aktifitas penglihatan dekat yang tidak terlalu lama.

3) Berusaha untuk lebih sering berkedip untuk meminimalisir terjadinya

mata kering, karena dengan berkedip dapat menjaga kelembaban mata

bagian depan.

4) Setiap 20 menit bekerja di depan komputer untuk istirahat paling tidak

20 detik dengan melihat obyek atau benda yang jaraknya sekitar 20

kaki. (Vate, 2015).


26

5) Memberikan tetes mata, lubricating eye drops untuk memberikan

bantuan pelembab pada mata yang kering dan teriritasi karena bekerja

berjam-jam di depan komputer, membantu menenangkan mata dan

menghilangkan iritasi, kemerahan dan kelelahan pada mata. Tetes mata

ini dapat digunakan sesering mungkin jika terasa dibutuhkan.

6) Gunakan alat pelidung mata seperti kacamata anti radiasi khusus

komputer dan gunakan filter anti-silau di layar untuk meminimalisir

jumlah cahaya yang dipantulkan dari layar komputer.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yag digunakan dalam penelitian ini yaitu peneltian

kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif kuatitatif. Penelitian

kuantitatif adalah pendekatan-pendekatan terhadap kajian empiris untuk

mengumpulkan, meganalisis, dan menampilkan data dalam bentuk

numerik (angka) dari pada naratif. Penelitian ini biasanya dilakukan

apabila hendak memperoleh hasil yang akurat karena mengandalkan

perhitungan (Robert Donmoyer,2004). Metode penelitian deskriptif

kuantitatif adalah suatu metode yang bertujuan untuk membuat gambaran

atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif yang menggunakan

angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut

serta penampilan dan hasilnya (Arikunto, 2006).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 juli 2022 di SMK Negeri

1 Sintuk Toboh Gadang.

C. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian. Apabila

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitianpopulasi. Studi atau

penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus (Suharsimi,

2002:108). Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

27
28

objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2016:135). Sampel adalah sebagian populasi

yang karakteristiknya hendak diteliti (Djarwanto, 1994:43). Menurut

Sugiono (2008:118) Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta

karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi.

Populasi dari penelitian ini adalah siswa jurusan teknik komputer

jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang sebanyak 1 lokal. Sampel

penelitian adalah siswa jurusan teknik komputer jaringan di SMK Negeri 1

Sintuk Toboh Gadang yang diambil sebanyak 33 orang siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016 : 193) Teknik pengumpulan data adalah

suatu langkah yang dinilai strategis dalam penelitian, karena mempunyai

tujuan yang utama dalam memperoleh data. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dari wawancara langsung

menggunakan kuesioner.

Kusioner digunakan untuk mengetahui keluhan kelelahan mata,

faktor jarak penglihatan dan durasi penggunaan komputer dengan cara

penegisian kusioner langsung oleh para responden, yaitu siswa jurusan

teknik komputer jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang.

Penyusun menggunakan kuesioner atau angket dalam mengumpulan

data yang didalamnya terdapat seperangkat daftar pertanyaan yang telah

disusun sebelumnya. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan alat

ukur berupa lembar kuesioner berskala Guttman, data yang diperoleh


29

berupa data imterval atau rasio dikatomi (dua alternatif) yaitu “Ya” atau

“Tidak” sehingga dengan demikian penyusun berharap mendapatkan

jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang diteliti. Adapun

tahapan proses pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Pengambilan data dilakukan oleh penyusun sendiri dengan mendatangi

subjek penelitian.

2. Penyusun menjelaskan kepada calon responden mengenai teknik

pengisian kuesioner dan apabila ada sesuatu yang kurang jelas, calon

responden dipersilahkan untuk bertanya.

3. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner

secara langsung oleh penyusun dibantu oleh rekan-rekan di sekitar

calon responden, dan setelah pengisian selesai, kuesioner dikumpulkan

kepada penyusun.

4. Data primer didapat dari hasil pengisian kuesioner yang berisi data

mengenai permasalahan yang diberikan.

5. Setelah data didapat proses selanjutnya kemudian analisa data

E. Teknik Analisis Data

Setelah penyusun melakukan penelitian dengan mengumpulkan data-

data dari responden, kemudian penyusun melakukan analisis data. Data

yang didapatkan oleh penyusun adalah data mentah yang berisi jawaban

dari responden mengenai permasalahan yang diteliti. Salah satu dari tujuan

analisis data adalah menyederhanakan seluruh data dan kemudian

disajikan dalam susunan yang sistematis, setelah itu menafsirkan atau


30

memaknai data yang didapat. Adapun menurut Prasetyo dan Jannah bahwa

ada beberapa langkah dalam menganalisis data, yakni:

1. Pengkodean data (data coding), data coding merupakan suatu proses

penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuesioner)

kedalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data.

2. Pemindahan data ke komputer (data entering), data entering adalah

memindahkan data yang telah diubah menjadi kode kedalam mesin

pengolah data.

3. Pembersihan data (data cleaning), data cleaning adalah memastikan

bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam mesin pengolah

data sudah sesuai dengan yang sebenarnya.

4. Penyajian data (data output) data output adalah data hasil pengolahan

data.

5. Penganalisaan data (data analyzing), penganalisaan data merupakan

suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat

bagaimana menginterprestasikan data, kemudian menganalisis data

dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. (Prasetyo

dan Jannah, 2010:171).

Data yang diperoleh penyusun bersifat kuantitatif dengan skala

Guttman sehingga perlu diolah untuk proses penarikan kesimpulan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik hitung analisis

deskriptif untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam pengukuran

dan tidak menggunakan statistic inferensial karena tidak ada hipotesis

dalam penelitian ini.


31

Adapun teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

persentase. Persentase untuk setiap kemungkinan jawaban diperoleh dari

membagi frekuensi yang diperoleh dengan jumlah sampel, kemudian

dikalikan 100%. Adapun rumusnya sebagai berikut:

𝑓
P= × 100%
𝑛

Keterangan:

P = Presentase

f = Frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih

n = Jumlah

100% = Konstanta
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang

pada tanggal 26 Juli 2022. SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang adalah

salah satu sekolah menengah kejuruan yang berstatus Negeri yang terletak

di Jalan Raya Lubuk Alung- Pauh Kambar KM 4, Kecamatan Sintuk

Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat. yang terdiri

dari lima jurusan atau peminatan salah satunya jurusan atau peminatan

teknik komputer dan jaringan (TKJ).

Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan melalui

penyebaran kusioner pada tanggal 26 Juli 2022 pada siswa jurusan teknik

komputer jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang, didapatkan

jumlah sampel sebanyak 33 responden yang terdiri dari 14 siswa laki-laki

dan 19 siswa perempuan. Adapun hasil penelitian disajikan dalam bentuk

tabel sebagai berikut:

1. Faktor Risiko Computer Vision Syndrome Pada Siswa Jurusan Teknik

Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang

1) Jarak Pendangan

Jarak pendangan yang ideal pada saat menggunakan

komputer adalah 20-24 inci atau sekitar 50-60 cm (Abelson dan

Ousler, 1999). Sehingga dalam penelitian ini didapatkan tabel hasil

penelitian bedasarkan jarak penglihatan sebagai berikut :

32
33

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak


Penglihatan
Jarak Pandangan N Persentase

< 50 cm 23 70 %

≥ 50 cm 10 30 %

Total 33 100 %

Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa responden

terbanyak adalah responden yang menggunakan jarak pandang

dengan komputer yang tidak ideal yaitu < 50 cm adalah sebanyak

23 responden (70%), dan sebanyak 10 responden (30%)

menggunakan komputer dengan jarak yang ideal yaitu ≥ 50 cm.

2) Durasi Penggunaan Komputer

Durasi penggunaan komputer yang optimum adalah tidak

lebih dari 4 jam dalam sehari. Bila lebih dari 4 jam, maka mata

cenderung lebih cepat mengalami CVS (Ilyas, 2005). Sehingga

dalam penelitian ini didapatkan tabel hasil penelitian berdasarkan

durasi penggunaan komputer sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi


Penggunaan Komputer
Durasi Penggunaan N Persentase

Komputer

< 4 Jam Per hari 0 0%


34

≥ 4 Jam Per hari 33 100 %

Total 33 100 %

Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan bahwa responden

terbanyak adalah responden yang menggunakan komputer dalam

satu hari lebih dari 4 jam per hari sebanyak 33 responden (100%)

dan tidak ada responden yang mengunakan komputer kurang dari 4

jam per hari.

2. Keluhan Computer Vision Syndrome Pada Siswa Teknik Komputer

Jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang

Untuk mengetahui gambaran keluhan Computer Vision Syndrome

pada siswa teknik komputer jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh

Gadang dilakukan penyebaran kusioner secara langsung oleh peneliti.

Berikut gambaran keluhan Computer Vision Syndrome pada siswa teknik

komputer jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk Toboh Gadang dapat dilihat

pada tabel 3. sebagai berikut :

Tabel 3. Gambaran Computer Vision Syndrome


Gambaran Computer F Persentase

Vision Syndrome

Ya 28 85 %

Tidak 5 15 %

Total 33 100%
35

Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan dari 33 sresponden yang

mengalami keluhan computer vision syndrome yaitu sebanyak 28 resonden

(85%) dan sebanyak 5 responden (15%) tidak mengalami keluhan CVS.

Hal ini menunjukkan sebagian besar responden mengalami computer

vision syndrome. Jenis keluhan yang dirasakan bervariasi. Keluhan yang

paling banyak dirasakan adalah mata berair dan kurang fokus ketika

melihat objek dalam jarak tertentu.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan


Computer Vision Sydrome
Keluhan CVS Ya Tidak Jumlah %

F % F %

Sakit kepala 5 15% 28 85% 33 100%

Penglihatan tiba-tiba 12 36% 21 64% 33 100%

kabur

Mata terasa kering dan 7 21% 26 79% 33 100%

iritasi

Pandangan kabur saat 4 12% 29 88% 33 100%

melihat dekat

Penglihatan terasa 6 18% 27 82% 33 100%

berganda

Kurang fokus ketika 20 61% 13 39% 33 100%

melihat objek dalam

jarak tertentu

Mata berair 20 61% 13 39% 33 100%


36

Sakit pada leher, bahu, 6 18% 27 82% 33 100%

dan punggung

Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden

(15%) mengeluhkan sakit kepala, 12 responden (36%) mengeluhkan

penglihatan tiba-tiba kabur, 7 responden (21%) mengeluhkan mata terasa

kering dan iritasi, 6 responden (18%) megeluhkan penglihatan terasa

begada dan sakit pada leher, bahu dan punggung, sebanyak 20 responden

(61%) mengeluhkan kurang fokus ketika melihat objek dalam jarak

tertentu dan mata berair dan sebanyak 4 responden (12%) mengeluhkan

pandangan terasa kabur saat melihat dekat.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gambaran


Faktor Risiko Dengan Keluhan Computer Vision Syndrome
Keluhan
CVS

No Faktor Hasil Ya Tidak


Resiko CVS Ukur Jumlah %
F % F %

1. Jarak < 50 cm 20 87% 3 13% 23 100%

Penglihatan ≥ 50 cm 8 80% 2 20% 10 100%

2. Durasi < 4 Jam 0 0 0 0 0 100%

Penggunaan

≥ 4 Jam 28 85% 5 15% 33 100%


37

Berdasarkan Tabel 5. Penelitian menunjukkan adanya keluhan CVS

pada responden yang menggunakan jarak penglihatan kurang dari 50 cm

sebanyak 20 responden (87%) . Dan dari 10 responden yang menggunakan

jarak penglihatan lebih dari atau sama dengan 50 cm sebanyak 2 responden

(20%) tidak mengalami keluhan CVS.

Selain itu, hasil penelitian berdasarkan faktor durasi penggunaan

komputer didapatkan bahwa seluruh responden menggunakan komputer

lebih dari 4 jam per hari dari 33 responden, 28 responden (85%) mengalami

keluhan CVS dan sebanyak 5 responden (15%) tidak mengalami keluhan

CVS.

B. Pebahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 33 responden yang

dijadikan sampel penelitian didapatkan 28 responden (85%) mengalami

keluhan CVS dan sebanyak 5 responden (15%) tidak mengalami keluhan

CVS. Keluhan yang dirasakan berfariasi yaitu sebanyak 5 orang (15%)

mengeluhkan sakit kepala, 12 orang (36%) mengeluhkan penglihatan tiba-

tiba kabur, 7 orang (21%) mengeluhkan mata terasa kering dan iritasi, 6

orang (18%) mengeluhkan mata berair dan penglihatan terasa berganda, 20

orang (61%) mengeluhkan kurang fokus ketika melihat objek dalam jarak

tertentu dan sakit pada leher, bahu, serta punggung, dan sebanyak 4 orang

(12%) mengeluhkan pandangan terasa kabur saat melihat dekat.

1. Gambaran Jarak Penglihatan dengan Keluhan CVS

Responden yang menggunakan jarak pandangan pada saat

menggunakan komputer < 50 cm dari 23 responden, sebanyak 20


38

responden (87%) mengalami keluhan CVS, dan 3 responden (13%) tidak

mengalami keluhan CVS. Selain itu dari 10 responden yang menggunakan

jarak pandang ≥50 cm sebanyak 8 responden (80%) mengalami keluhan

CVS dan 2 responden (20%) tidak mengalami keluhan CVS. Dari data

tersebut menunjukan bahwa keluhan CVS lebih banyak dirasakan oleh

responden yang menggunakan jarak pandang < 50 cm. Hal ini disebabkan

ketika menggunakan komputer dengan jarak pandang < 50 cm, maka mata

akan melakukan akomodasi untuk memfokuskan agar cahaya tepat jatuh

pada retina sehingga objek terlihat jelas. Akomodasi yang berlangsung

terus menerus akan menyebabkan otot siliaris kelelahan dan menimbulkan

keluhan penglihatan. Hal ini disebabkan karena otot mata harus bekerja

keras untuk melihat objek tersebut (Hanum, 2008).

2. Gambaran Durasi Penggunaan Kompuer dengan Keluhan CVS

Pada siswa jurusan teknik komputer jaringan di SMK Negeri 1 Sintuk

Toboh Gadang, waktu penggunaan komputer selama kegiatan belajar

mengajar sekitar 4 jam karena dalam kegiatan belajar mengajar selain

digunakan untuk praktik di bidang pendidikan, siswa juga dituntut dalam

pembuatan design dan program.

Durasi penggunaan komputer pun berpengaruh terhadap kejadian

CVS. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini seluruh responden

menggunakan komputer ≥ 4 jam per hari dari 33 responden yang

mengalami keluhan CVS sebanyak 28 responden (85%), dan sebanyak 5

responden (15%) tidak mengalami keluhan CVS. Dari data penelitian

sebagian besar responden mengalami keluhan CVS. Hal ini dikarenakan


39

pada kondisi ini mata harus tetap fokus secara spontan, sehingga memaksa

otot siliaris pada mata bekerja keras. Oleh karena itu, semakin lama mata

berinteraksi dengan layar komputer, kemampuan fisiologis otot-otot di

sekitar mata akan mengalami penurunan. Akibatnya mata akan mengalami

kelelahan (Hanum, 2008).


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian tentang faktor resiko computer vision

syndrome pada siswa jurusan teknik komputer jaringan di SMK Negeri 1

Sintuk Toboh Gadang didapatkan sebanyak 33 responden. Dari 33

responden, 28 responden (85%) mengalami keluhan CVS dan sebanyak 5

responden (15%) tidak mengalami keluhan CVS.

1. Keluhan CVS lebih cendrung terjadi pada pengguna komputer dengan

jarak pandang < 50 cm dari 23 responden, sebanyak 20 responden

(87%) mengalami keluhan CVS. Dan responden yang menggunakan

jarak penglihatan ≥ 50 cm dari 10 responden, sebanyak 2 responden

(20%) tidak mengalami keluhan CVS.

2. Dari pengguaan komputer ≥ 4 jam per hari cendrung mengalami

keluhan CVS, dari 33 responden, sebanyak 28 responden (85%)

mengalami keluhan CVS.

B. Saran

1. Untuk pengguna komputer upayakan tidak bekerja dengan jarak

pandang < 50 cm pada saat menggunakan komputer karena jarak

pandang yang terlalu dekat mengakibatkan terjadinya mata tegang,

cepat lelah, dan potensi ganggguan penglihatan.

2. Untuk mengurangi resiko terjadinya CVS pada pengguna komputer

sebaiknya mengistirahatkan mata secara teratur dengan metode 20 -20-

40
41

20 dimana setiap 20 menit bekerja di depan komputer, pengguna

komputer harus istirahat paling tidak 20 detik dengan melihat objek

atau benda yang jaraknya sekitar 20 kaki. Hal ini bertujuan untuk

mencegah terjadinya otot-otot mata yang tegang dan bisa

menyebabkan keluhan CVS.


DAFTAR PUSTAKA

Abelson, M., B., dan Ousler III, G. W. 1999. How to fight computer vision
syndrome. Review of ophthalmology. 6 (7): 114-116.

Affandi. 2005. Kesehatan Mata Penguna Komputer. Dari:


http://www.elektroindonesia.com/elektro/komput6.html. Diunggah
pada tanggal 16 November 2013.

Agarwal, Emit. 2014. The 20-20-20 Rule for Reducing Computer Eyestrain.
Diakses dari http://www.labnol.org/software/computer-eye-
exercise/14069/ pada tanggal 20 Mei 2014

American Optometric Association (AOA), 2003. Computer Vision Syndrome


(CVS.) Available from: http://www.aoa.org/x5374.xml. (Accessed 9
Febr. 2011).

Azkadina, A. 2012. Hubungan Antara Faktor Risiko Individual Dan Komputer


Terhadap Kejadian Computer Vision Syndrome.

Barthakur, R. 2013. Computer vision syndrome. Internet Journal of Medical


Update. 8(2): 1-2.

Bhanderi, D. J., Choudhary, S., dan Doshi, V. G. 2008. A community-based study


of asthenopia.

Bhave, Swati, Y., (2011). Adolescent Health, Byword Books. India.

Bayetto, K., dan Logan, R. M. 2010. Sjogren's syndrome: a review of aetiology,


pathogenesis, diagnosis and management. Australian dental journal.
55 (si): 39-47. {http:/dmlinelibrary.wilev.com'doT10.111 l/j.1834-
7819.2010.01197.x/full, Diakses pada tanggal 10 agustus 2016).

Bron, Anthony. James,Bruce.dkk.2006. Oftalmologi.Jakarta.

Portello, J. K., Rosenfield, M,, dan Chu, C. A. 2013. Blink rate, incomplete blinks
and computer vision syndrome. Optometry & Vision Science. 90 (5):
482-487.

Rosenfield, M. 2011, Computer vision syndrome: a review of ocular causes and


potential treatments. Ophthalmic and Physiological Optics. 31 (5):
502-515.

42
43

Rosenfield, M., dkk. 2010. Computer Vision Syndrome: Accomodative &


Vergence Facility. Journal of Behavioral Optometry. 21 (5).

Rossignol, A. M., dkk. 1987. Video Display Terminal Use and Reported Health
Symptoms among Massachusetts Clerical Workers. Journal of
Occupational and Environmental Medicine

Sheedy, J. E., dan Shaw-McMinn, P. G. 2003. Diagnosing and treating


computerrelated vision problems. Elsevier Health Sciences.

Torrey. 2003. Computer vision syndrome (Sindrom penglihatan komputer).


Dalam Majalah Kedokteran Indonesia.

Vate, U. L. P. 2015. Text Neck Epidemic: a Growing Problem for Smart Phone
Users in Thailand

Wardiana, W, 2002. Perkembangan Teknologi Informasi. Makalah Seminar dan


Pameran Teknologi Informasi, Fakultas Teknik Universitas
Komputer Indonesia (UNIKOM). Bandung, 9 Juli 2002.

Wimalasundera, S. 2009. Computer Vision Syndrome. Galle Medical Journal. II.


44

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Responden

Jarak pandang saat


Jenis menggunakan Durasi Penggunaan
No Nama Usia Kelamin komputer Komputer Keluhan CVS
1. Adrian 17 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Ada
2. Afifah Ahmatullah 16 Tahun Perempuan < 50 cm < 4 Jam Ada
3. Adrian M Bimanj 16 Tahun Laki-laki ≥ 50 cm ≥4 Jam Tidak Ada
4. Aldi Putra 17 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Ada
5. Cintya Mardalena 17 Tahun Perempuan ≥ 50 cm ≥4 Jam Tidak Ada
6. Dinda Syaira Adilah 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
7. Dea Nadila Hendric 17 Tahun Perempuan ≥ 50 cm ≥4 Jam Ada
8. Eko Rifaldo 17 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Ada
9. Emelia Lestari 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
10. Fadil Ikram 18 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Ada
11. Fania Dinayanti 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
12. Haqi Alfarizi 16 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Tidak Ada
13. Ikhsan Bintang P 16 Tahun Laki-laki ≥ 50 cm ≥4 Jam Ada
14. Izasmi Hana Ikram 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
15. Izhmi Khairuni 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
16. M Aditya 16 Tahun Laki-laki ≥ 50 cm ≥4 Jam Ada
17. M Aldi 16 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Tidak Ada
45

18. Muhammad Arifin 16 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Ada


19. M Geri Sufri 17 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Ada
20. Muhammad Taufik 16 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Ada
21. Nadhila Hafidh 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
22. Neyna H 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
23. Nur Nasuha 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
24. Rifaldhi 17 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Ada
25. Rachel Faurrient 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
26. Sepra Arianti 17 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
27. Selvira Safitri 16 Tahun Perempuan ≥ 50 cm < 4 Jam Ada
28. Sherly Rahma Sinta 17 Tahun Perempuan < 50 cm ≥ 4 Jam Ada
29. Wella Oktavia 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥ 4 Jam Ada
30. Wena Mira 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Tidak Ada
31. Windi Astuti 18 Tahun Perempuan < 50 cm < 4 Jam Ada
32. Yoga Praditama S 18 Tahun Laki-laki < 50 cm ≥4 Jam Ada
33. Yola Putri Purnama 16 Tahun Perempuan < 50 cm ≥4 Jam Ada
Lampiran 2. Kusioner

KUSIONER PENELITIAN
FAKTOR RISIKO KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME
PADA PELAJAR JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN
DI SMK NEGERI 1 SINTUK TOBOH GADANG

Petunjuk Pengisian :
 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda () pada
jawaban yang anda pilih
 Isilah pertanyaan sesuai dengan kondisi yang anda rasakan.

A. Identitas Responden

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan / Jurusan :

B. Faktor Risiko CVS

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah jarak pandang mata anda dengan monitor ≤ 50
cm?
2. Apakah durasi anda bekerja di depan komputer secara
terus-menerus ≥ 4 jam perhari?

C. Keluhan Computer Vision Sydrome


Setelah menggunakan komputer apakah anda mengalami gangguan
atau gejala berikut ini?
Berikan tanda  pada pernyataan berikut :
No Keluhan Ya Tidak
1. Sakit kepala
2. Penglihatan tiba-tiba kabur

45
46

3. Mata terasa kering dan iritasi


4. Pandangan kabur saat melihat dekat
5. Penglihatan terasa berganda
6. Kurang fokus ketika melihat objek
dalam jarak tertentu
7. Mata berair
8. Sakit pada leher, bahu dan punggung

===TERIMA KASIH ATAS KERJASAMANYA===


Lampiran 3. Keluhan CVS

Kurang
fokus
Mata Sakit
Pandangan ketika Jumlah
Penglihatan Terasa Penglihataan pada
Sakit Kabur saat melihat Mata Keluhan
No Nama tiba- tiba Kering terasa leher,
Kepala melihat objek berair Yang
Kabur dan berganda bahu dan
dekat pada Dirasakan
Iritasi punggung
jarak
tertentu

1. Adrian 0 1 1 0 0 1 1 1 5
2. Afifah Ahmatullah 0 1 0 0 1 1 1 1 5
3. Adrian M Bimanj 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4. Aldi Putra 0 1 1 0 0 0 0 1 3
5. Cintya Mardalena 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6. Dinda Syaira Adilah 1 0 1 0 0 1 1 1 4
7. Dea Nadila Hendric 0 1 0 0 0 1 1 1 4
8. Eko Rifaldo 0 0 0 0 1 1 0 1 3
9. Emelia Lestari 1 1 0 1 0 0 0 1 4
10. Fadil Ikram 1 0 1 0 0 1 1 1 5
11. Fania Dinayanti 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12. Haqi Alfarizi 0 0 0 0 0 1 0 1 2
13. Ikhsan Bintang P 0 0 0 0 0 1 0 1 2
14. Izasmi Hana Ikram 0 1 0 0 0 1 0 0 2

47
48

15. Izhmi Khairuni 0 0 0 1 0 1 0 1 3


16. M Aditya 0 1 0 0 0 1 0 0 2
17. M Aldi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18. Muhammad Arifin 0 0 0 0 1 1 0 1 3
19. M Geri Sufri 1 0 0 0 0 1 1 1 4
20. Muhammad Taufik 0 0 0 0 0 1 0 1 2
21. Nadhila Hafidh 0 0 0 0 0 1 0 1 2
22. Neyna H 0 1 0 0 0 0 0 1 2
23. Nur Nasuha 0 0 0 0 1 1 0 1 3
24. Rifaldhi 0 0 0 0 0 1 0 1 2
25. Rachel Faurrient 0 0 1 0 0 0 0 1 2
26. Sepra Arianti 0 0 0 1 1 1 0 1 4
27. Selvira Safitri 0 0 1 1 0 0 0 0 2
28. Sherly Rahma Sinta 0 1 0 0 0 1 0 1 3
29. Wella Oktavia 0 0 1 0 0 0 1 0 2
30. Wena Mira 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31. Windi Astuti 0 1 1 0 0 0 0 0 2
32. Yoga Praditama S 0 0 0 0 1 1 0 0 2
33. Yola Putri Purnama 0 1 0 0 0 0 0 1 2
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pembagian Kusioner

Gambar 2. Pengisian Kusioner

49

Anda mungkin juga menyukai