Anda di halaman 1dari 27

Dr. Janalia K.

Sjarif, SpM
ARO LEPRINDO
2020
 Kelainan Refraksi adalah kondisi bayangan tidak dapat
difokuskan dengan jelas.

 Axial  semakin panjang semakin myop


 Kurvatur  semakin datar semakin hipermetrop
 Index  peningkatan index semakin myopia
 Panjang axial mata rata2 22-24,8mm
 Myopia : 24.61 ± 1 mm
 Emmetropia : 23.40 ± 1.38 mm
 Hypermetropia : 22.53 ± 1.02 mm

Bagaimana mendeteksi kelainan refraksi pada anak?


 Skrining
 Perhatikan kebiasaan anak
 Merupakan masalah sosial ekonomi dan kesehatan
masyarakat
 Signifikan dan umum pada anak dengan
perkembangan yang semakin meningkat
 Akibat bayangan jatuh di depan retina karena
kekuatan refraksi/konvergen kuat
 Prevalensi Asia mencapai 80-90%
 66% <2D
 95% <6D
Berdasar Ukuran :
 Ringan : < 3D
 Sedang : ≥ 3 – < 6D
 Berat : ≥6D
1. Non patologik/fisiologis/simple
 Kekuatan refraksi ≠ panjang axial
 Myop ringan sampai sedang (<6D)
 Dimulai saat kanak-kanak atau remaja
 Berkembang selama masa pertumbuhan
 Melambat/stabil awal dekade 2
 Perubahan kedua dapat terjadi dekade 2 dan awal dekade 3

2. Patologik
 Bersifat progresif
 Terjadi pada usia kanak-kanak awal
 SE > 6.00 D atau panjang axial >26.5mm
 Sindrom
 Perubahan osmosis (diabetes, galaktosemia, uremia,
sulfonamide)
 Katarak
 Perubahan letak dan bentuk lensa, akomodasi
berlebih, penggunaan miotikum
 Perubahan pada kornea seperti keratoconus, glaukoma
kongenital, kerusakan akibat lensa kontak
 Perubahan panjang lensa akibat ROP, stafiloma,
operasi, glaukoma kongenital
 Genetik
 Lingkungan :
 Pekerjaan dekat  korelasi kurang
 Akomodasi terlambat  terjadi akibat myopia
 IQ tinggi  myop tinggi
 Urbanisasi  myop kota 2x desa
 Cahaya sekitar  kontroversi
 Nutrisi  lemak dan kolesterol, axial memanjang
 Melihat jauh buram
 Memicingkan mata
 Mata lelah
 Sakit kepala
 Nonton TV/Komputer dekat
 Memegang bacaan dekat
 Distorsi visual
 Skrining
 Resep hanya dapat akurat dengan siklopegik/refraksi
manifest karena anak umumnya over-akomodasi
sehingga sering terlihat lebih myop.
 Pemeriksaan fundus untuk menentukan myop
patologik
 Secara umum dengan kacamata concave untuk
mendivergenkan cahaya sehingga jatuh di titik
fokal (fovea), mis kacama ta S-1.00
 Lensa Kontak
 Bedah refraktif
 Petumbuhan berhenti
 Gangguan neurologis, tingkah laku, anisometrop berat,
gangguan bentuk wajah yang tidak memungkinkan
penggunaan kacamata
 Lensa bifocal dan progresif  efek kecil, efek jangka
panjang belum diketahui
 Atropine dan Pirenzepine  mencegah akomodasi
 Lensa Orthokeratology  tidak terbukti
 Aktivitas luar  dihubungkan dengan pencahayaan
 Onset awal dan myop tinggi cenderung progresi myop
leih tinggi
 Pasien dengan axial panjang risiko degenerasi retina
dan gangguan lain
 Benda jauh dapat terlihat seakan jelas, tetapi benda
dekat buram.
 Pada hipermetrop yang signifikan, benda jauh
maupun dekat tidak jelas.
 Mata lebih pendek dari normal atau kornea terlalu
datar sehingga cahaya difokuskan di belakang retina.
 Kebanyakan diturunkan
 Sebagian anak hipermetrop namun tidak disadari
karena kemampuan akomodasi. Seiring pertumbuhan,
hipermetrop berkurang.
 Sulit melihat dekat seperti membaca
 Mata lelah
 Menyipitkan mata
 Sakit kepala

Hipermetrop signifikan bila menyebabkan gejala yang


membutuhkan perhatian klinis
Berdasarkan struktur/fungsi :
 Simple : Penurunan panjang axial, atau kekuatan
konvergensi kornea, lensa ata media refrakta lain
(kornea mendatar/penurunan kurvatur, peningkatan
ketebalan lensa, dll)
 Patologis : gangguan pertumbuhan, trauma, penyakit
mata ( mis : katarak, mikroftalmia, nanoftalmia,
aniridia, dll)
 Fungsional : paralisis akomodasi, biasanya saat lahir,
penggunaan obat spt siklopegik (transient)
Berdasarkan kekuatan :
 Ringan : ≤ 2D
 Sedang : > 2D – 5D
 Tinggi : > 5D
Berdasar peran akomodasi :
 Fakultatif : Dapat diatasi oleh akomodasi
 Absolut : Tidak dapat diatasi akomodasi
 Total : Fakultatif + Absolut

Berdasar hasil siklopegik :


 Manifest : ditentukan tanpa siklopegik
 Laten : ditentukan dengan siklopegik (= perbedaan
hipermetrop dengan siklopegik dan manifest)
 Besar hipermetrop = manifest + laten
 Fisiologis paling sering, karena penurunan panjang axial
 Prevalensi 10% di Amerika
 Hampir semua bayi hipermetrop
 Usia 6-9 bulan 4-9%, Usia 12 bulan 3,6%
 Bayi dengan hipermetrop > 3,50 D 13x lebih mungkin terjadi
strabismus jika tidak dikoreksi sebelum 4 tahun
 Di atas usia 40 tahun di atas 9,9%
 Sering Hispanik  Amerika Utara, Afrika, Pasifik, jarang Asia
dan Kaukasia
 Riwayat keluarga meningkatkan risiko
 Dikaitkan dengan merokok selama hamil, premature, berat
badan lahir rendah, dan diabetes
 Lebih tinggi di pedesaan
 IQ biasa lebih rendah
 Buram atau menyipitkan mata saat melihat dekat
 Strabismus/juling
 Dengan akomodasi dapat mengatasi tipe fakultatif
dan laten
 Mata lelah
 Mata sakit
 Sakit kepala saat bekerja dekat
 Gangguan binocular
 Gangguan akomodasi
 Skrining : standar dengan Snellen dengan dan tanpa
siklopegik (dapat juga dengan chart lain),
 Refraksi subjektif dengan mengukur penglihatan jauh
dan dekat
 Refraksi objektif dengan autoref atau retinoskopi
 Tumor orbita
 Elevasi retina serous
 Skleritis posterior
 Presbyopia
 Hipoglikemi
 Katarak
 Post bedah refraktif
 Kacamata lensa konveks (ringan tidak memerlukan
terapi), mis : kacamata S+1.00
 Lensa kontak
 Bedah refraktif
 Pada anak sebaiknya hipermetrop tanpa gejala di atas
3 atau 5 D dilakukan intervensi
 Usia di bawah 10 tahun denga hipermetrop ringan
hingga sedang tidak perlu intervensi
 Dengan meningkatnya usia dan kemampuan
akomodasi menurun, hipermetrop dapat memberat
 Mengganggu perkembangan dan kemampuan belajar
jika visus jelek
 Dapat memaksa mata konvergensi dan terjadi esotropi
 Dapat terjadi amblyopia monocular ( perbedaan 1 D)
dan binocular ( 5D)
 Dapat terjadi glaukoma sudut tertutup

Anda mungkin juga menyukai