Anda di halaman 1dari 32

Waspada Kelainan

Retina Pada High Myopia


dr. Ahmad Thohir, SpM
Mengapa?

 Komplikasi high myopia dapat menyebabkan kebutaan permanen


 Penting untuk mengenali gejala dan tanda dini  cegah keterlambatan
penanganan
 Makin cepat penanganan, makin baik hasilnya
Myopia = Rabun Jauh

 Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan
tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina
Etiological:
Klasifikasi 1. Axial
2. Curvatural
3. Accomodative
4. Positional
5. Index

Degree: Age onset:


1. Low Myopia 1. Congenital
2. Medium Myopia Myopia 2. Youth-onset
3. High Myopia 3. Early adult-onset
4. Late adult-onset

Clinical:
1. Simple
2. Nocturnal
3. Pseudomyopia
4. Pathological
5. induced
Myopia Patologis

Apa perbedaan dari tipe myopia yang lain?

 Progresifitas pertambahannya cepat


 Onset dini (5-10 tahun)
 High degree (>6 Dioptri)
 Panjang axial >26,5 mm
 Selalu terjadi perubahan patologis retina
Etiologi
 Pertambahan panjang axial yang cepat melebihi variasi biologis normal
 Masih belum diketahui pasti
 Faktor yang mempengaruhi:
Genetik (dominan)
Keluarga/ras:
China, jepang  banyak

Africa-america  sedikit

Sex-linked  wanita > pria


Autosomal dominan (chromosom 18 dan 12)

Lingkungan (tidak dominan)


Kegiatan melihat/membaca dekat yang berlebihan
Patofisilogi Degenerasi
Retina & vitreus

Atropi choroid

Panjang axial
meningkat

Pertumbuhan
sklera

Pertumbuhan
retina

Genetik dan
lingkungan
Gejala Klinis

 Tajam penglihatan menurun


Gradual, progresif, tanpa nyeri, sangat parah dan tidak dapat dikoreksi kaca mata
 Membaca dengan jarak sangat dekat
Misal: myopia -10 D, jarak baca 10 cm atau kurang
 Adaptasi gelap lambat
 Night blindness
Pada myiopia sangat tinggi dimana terjadi degenerasi chorioretina berat
 Floaters
Banyangan hitam melayang-layang
 Fotopsia
Fenomena seperti melihat kilatan cahaya
 Penglihatan seperti tertutup tirai (ablasio retina)
Tanda klinis

 Mata tampak menonjol


 Kornea lebar
 Bilik mata depan dalam
 Pupil sedikit lebar
 Kelainan FUNDUS
Mata Normal

Foto Fundus OCT makula


Myopic Crescent

 Area putih sekitar papil di daerah temporal


 Elongasi aksial  retina dan sklera mengembang, Choroid tidak mengembang
 meregang  lepas dari papil  bare sklera
Tilted Optic Nerve
 Nervus optikus masuk ke bola mata posisi oblique
 Flattening di sisi temporal, elevating di sisi nasal
Tigroid

 Hipoplasia RPE akibat elongasi aksial  penurunan pigment  tampak


pembuluh darah choroid
Diffuse Chorioretinal Atrophy

 Lesi berwarna kekuningan dengan batas tidak jelas


 Disebabkan atrophy choroid
Patchy Chorioretinal Atrophy

 Lesi berwarna putih keabu-abuan, batas tegas


 Disebabkan atrophy choroid, RPE dan outer retina
Macular Atrophy

 Atrophy meluas pada semua daerah makula


Lacquer Cracks
 Lesi linier warna kekuningan
 Ruptur linier membran Bruch di area makula
Choroid Neovascularisation (CNV)

 Terjadi pada 10% pasien myopia tinggi


 Myopic CNV mengalami progresivitas dari fase aktif, inaktif dan fase scar
 Menyebabkan penurunan tajam penglihatan sentral
Foster-Fuch’s Spot

 Pada fase scar, CNV diliputi oleh sel RPE yang mengalami proliferasi dan
terlihat sebagai bercak kehitaman
Macular Hole

 Bisa disebabkan oleh traksi vitreoretinal


 Dapat menyebabkan ablasio retina (MHRD)
Staphyloma Posterior
 Sklera mengalami ektasia ke posteror
 Fundus tampak kepucatan
Myopic Traction Maculopathy
 Myopic Foveoschisis
 Terpisahnya lapisan-lapisan retina pada makula
 Berhubungan dengan staphyloma posterior
 Adanya traksi vitreoretina anterioposterior atau tangensial
Posterior Vitreous Detachment (PVD)

 Lepasnya membran hyaloid dari retina


 Bisa parsial atau total (ditandai weiss ring)
 Menyebabkan floaters
Lattice Degeneration
 Lebih sering ditemukan pada myopia sedang
 Penipisan retina perifer berbentuk oval atau lurus, diikuti adanya timbunan
pigmen
 Terbentuk pola garis silang (crosshatching) akibat sklerosis pembuluh darah
 Lokasi tersering di temporal superior
Atrophic hole

 Terjadi akibat degenerasi lapisan neurosensori retina


 Bukan karena traksi vitreoretina
 Sering asymptomatis
Pemeriksaan

 Funduskopi
Direct, indirect,
 USG B scan
 Perimerty
Lapang pandang kontriksi
Scotoma
 Optical Coherence Tomography (OCT)
 Electroretinography (ERG)
Subnormal
Penatalaksanaan

 Optikal
Kaca mata minus/lensa kontak
Minimum untuk maksimum
Derajad tinggi = undercorrect  tingkatkan gradual
Jangan overkoreksi
Low Vision aids Lensa pembesar

 Pembedahan
Laser/cryoterapi  cegah ablasio retina
Myopia CNV  injeksi antiVEGF
MHRD viterktomi
Pencegahan

 Meningkatkan aktifitas outdoor


 Pemberian obat atropin 0,01%
 Konseling genetik
Penatalaksanaan Di Faskes Primer,
Sekunder Dan Tersier
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai