OLEH KELOMPOK IX
FREDERIKUS SAKU
SESARIANUS F.J.BAY
LODIANUS LUTI
MARTINUS BOUK
ANJELINA TANEO
KEDIRI
2010/2011
Scenario Kasus 5
‘Seorang Perempuan ,50 Tahun, dirawat inap di klinik mata Griya Husada ,pasien
mengeluh pegel-pegel dan mengeluh lapang pandang sempit dari observasi dan pengamatan
perawat di dapatkan mata tenang,pupil saraf optic atrofi ,skotoma,TIO lebih dari 21
mmHg,visus naik turun kadang kabur kadang tidak. ( Glaukoma kronis )
1.Glaukoma Kronis
Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata
sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
Umumnya terjadi pada kedua mata akan tetapi tidak terdapat kesamaan pada perburukannya.
Nama lainnya adalah glaukoma sudut terbuka primer.
Epidemiologi
Glaukoma kronis merupakan
glaukoma yang tersering,
mengenai sekitar 1 dari 200
seluruh populasi yang berusia
lebih dari 40 tahun dan jumlahnya
semakin meningkat sesuai dengan
usia. Pria dan wanita mempunyai
angka kejadian yang sama dan
lebih sering mengenai kulit hitam
dibandingkan kulit putih.
Faktor keturunan juga berperan terjadinya keadaan ini karena TIO, cara pengeluaran akueus
dan ukuran diskus optikus dipengaruhi oleh genetik. Secara umum risiko terjadinya glaukoma
pada saudara kandung sekitar 10% sedangkan pada keturunan sebanyak 4%.
Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid
jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
PATOFISIOLOGI
Herediter
Pembesaran mata bayi(dpan b’air,berkabut,pka chy) Aliran darah syaraf optic dan retina
dari nasal-temporal
GLAUKOMA
Manifestasi klinis
Dari keluhan pasien umumnya penglihatannya yang makin menurun. Bahkan jika
berlangsung cukup lama pasien akan mengeluhkan kehilangan penglihatan pada salah satu
mata sedangkan mata yang lainnya menurun penglihatannya. Hal ini sesuai dengan teori
dimana glaukoma kronik dimana umumnya kedua mata akan terkena meski perburukan
keduanya tidak ssama. Selain itu karena TIO yang meningkat pasien juga akan mengeluhkan
adanya nyeri pada mata, sakit kepala dan perasaan seperti melihat halo (pelangi di sekitar
objek) karena pembengkakkan pada kornea.
Gejala
Diagnosa keperawatan
1. ketakutan atau ansietas yang berhubungn dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pengalaman mengenai perawatan pasca operasi danpemberian obat.
2. resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau kurang
pengetahuan
Penatalaksanaan
Terapi obat-obatan
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang diberikan adalah
penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol) atau
simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah efek samping obat diberikan
dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya tidak boleh terlalu sering. Miotikum
(pilocarpine dan carbachol) meski merupakan antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan
karena efek sampingnya.
Jika pengobatan belum efektif maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi obat,
mengganti jenis obat atau menambah dengan obat lain.
Terapi bedah
Scenario Kasus 6
“Seorang laki-laki ,65 Tahun datang ke Poliklinik Mata mengeluh mata pegal sampai
sakit kepala,mual muntah ,visus turun sampai mata merah dari anamnesa palpebra
spasme ,konjungtiva hiperemi,kornea oedem,lensa terdapat bercak putih,TIO 40 mmHg (
Glaukoma Akut )
2.Glaukoma Akut
Defenisi
Merupakan glaukoma yang terjadi secara tiba-tiba dengan sumbatan aliran humor akueus
yang lebih komplit. Nama lainnya adalah glaukoma sudut tertutup primer.
Epidemiologi
Terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan angka kejadian yang
bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini adalah 4:1. sering
terjadi pada kedua mata.
Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik
mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata
lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun
atau lebih.
PATOFISIOLOGI
badan silier (sel epitel prosesus ciliary)
Herediter
Pembesaran mata bayi(dpan b’air,berkabut,pka chy) Aliran darah syaraf optic dan
retina
penurunan lapang
pandang
dari nasal-temporal
GLAUKOMA
Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam
lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema,
luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan
suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
Manifestasi klinik
1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala
.2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah ,
kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3). Tajam penglihatan sangat menurun.
4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi
radang uvea.
8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
Gejala
Gejala-gejala yang ada antara lain :
Keluhan :
o penglihatan kabur mendadak
o nyeri hebat
o mual
o muntah
o melihat halo (pelangi disekitar objek)
Pemeriksaan Fisik :
o Visus sangat menurun
o TIO meninggi
o Mata merah
o Kornea suram
o Bilik mata depan dangkal
o Rincian iris tidak tampak
o Pupil sedikit memlebar, tidak bereaksi terhadap sinar
Diagnosa keperawatan
ketakutan atau ansietas yang berhubungn dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pengalaman mengenai perawatan pasca operasi danpemberian obat.
resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau kurang
pengetahuan
Nyeri: berhubungan dengan peingatan tekanan intra okuler.
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat sistemik (obat yang
mempengaruhi seluruh tubuh)
a. obat sistemik
Terapi Bedah
o Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus.
Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
o Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.
DAFTAR PUSTAKA
5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan
Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1993
6.http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:UGJlwVVI748J:www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-prevention/eye-
diseases/glaucoma/Acute-And-Chronic-
Glaucoma.html+GLUKOMA+KRONIS&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Glaukoma