Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GLAUKOMA

Disusun Oleh :

VITA NINGTIYAN AGESTHA

NIM. 2022207209218

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2022

1
GLAUKOMA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Glaukoma adalah sekelompok gangguan gangguan
yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai
dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya.
Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan
tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak
lapang pandang yang khas
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala
peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan
penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi
syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan. Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam
bola mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan
menyebabkan penurunan fungsi penglihatan
2. Klasifikasi glaukoma
a) Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma
akut yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut
bilik depan yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu
karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian
kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-
lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

2
1) Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari
glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya
kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut terbuka karena
humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan
trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan
saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada,
kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan
nyeri mata yang timbul.
2) Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup
karena ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm.
Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras
karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba
dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan
kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera
ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
b) Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit
mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan
volume cairan di dalam mata. Kondisi ini secara tidak langsung
mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau
reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
1) Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada
katarak

3
2) Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari
jaringan uvea
3) Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

c) Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera
setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran
pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan
pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka
terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan
abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan
mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya
pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
3. Etiologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan
anatomi sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma
mata, dan predisposisi faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai
manifestasi penyakit atau proses patologik dari sistem tubuh lainnya.
Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara lain riwayat glauakoma
pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.
4. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi
humor aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya
aliran keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga
bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera.
Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada
pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan
tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan
terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina.

4
Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila
terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan
degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas
serabut saraf pada papil saraf optik.
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf
optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada
bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada
bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih
belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan
serabut saraf optik.

5
5. Phatway

Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka


panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan pengelihatan Anxietas Kurang pengetahuan


perifer

Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan

Kebutaan

6
6. Manifestasi klinis
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma
sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.
7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata.
Dikenal empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra
ocular yaitu :
— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
— Nonkontak pneumotonometri
— Tonomerti Palpasi atau Digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling
tidak cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari
telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada
alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas
bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak
boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak
mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita
palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras.
Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya

7
menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat
sebagai berikut :
 N : normal
 N+1 : agak tinggi
 N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N–1 : lebih rendah dari normal
 N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik
mata depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal
glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya
sudut bilik mata depan.
c. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk
mempertahankan keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam
pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai
adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah
suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi
yang luasnya tetap atau terus melebar.
2. Pemeriksaan lapang pandang
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma
sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang
pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke
tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir
Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan –
kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang
dinamakan skotoma Bjerrum

8
8. Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO,
membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan
tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi
radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta mencegah gangguan
pada mata yang baik (sebelahnya).
Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan
hiperosmotik seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol
20% intravena. Humor aqueus ditekan dengan memberikan karbonik
anhidrase seperti acetazolamide (Acetazolam, Diamox). Dorzolamide
(TruShop), methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor aqueus dapat
juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti
latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan).
Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi
pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6
jam. Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam
penggunaan. Pemberian miotikum dilakukan apabila telah terdapat tanda-
tanda penurunan TIO.
Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan
dengan memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah
atau kostikosteroid untuk reaksi radang.
Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk
membuka saluran schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat
keluar dengan mudah. Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti
trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat
dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).
Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan
kesehatan terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit
glaukoma merupakan penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak
permanen. Kegagalan dalam pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan
adanya pengabaian untuk mempertahankan pengobatan dapat

9
menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan
kebutaan.
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran
tentang penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan
tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus
menekan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi
pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi
ada.

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a) Identitas
a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40
tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling
sedikit 5 kali dari kulit putih
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
b) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya
lapang pandang dan mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya
kabur dan sering menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata
sebelumnya atau pada saat itu, riwayat penggunaan
antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat
menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma

10
(terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang
diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang
menglami penyakit glaucoma sudut terbuka primer.
c) Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko
jatu, berkendaraan.
d) Pemeriksaan fisik
— Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop
untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus.
Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada
glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor
keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
— Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik
akan menurun secara bertahap.
— Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil
sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan
dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami
peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
— Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik
atau open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan
akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan
gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik.
Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut
dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat,
sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal
sudutnya sempit.

11
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan:
glaukoma.
2) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

12
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakuakan tindakan keperawatan  Observasi :
berhubungan dengan gangguan selama 24jam diharapkan masalah dapat  - Kaji ketajaman penglihatan.
penglihatan: glaukoma. teratasi dengan Kriteria Hasil Luaran
 - Kaji kenyamanan lingkungan pasien.
Utama (L13122) 
Persepsi sensori: Teraupetik
 - Orientasikan pasien terhadap ruang rawat
 Fungsi penglihatan meningkat  - Letakkan benda-benda penting di dekat pasien.
 Distorsi sensori menurun  - Berikan pencahayaan yang cukup.
 Hambatan komunikasi menurun  - Letakkan alat di tempat yang tetap dan dapat
 Ketajaman sensori meningkat dijangkau oleh pasien.
 Perubahan pola perilaku meningkat -
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1 Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun Observasi :
KH : - Identifikasi identifikasi lokasi,
 Tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
 Tingkat cidera menurun kualitas,intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

Edukasi teknik nafas dalam


Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik
nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam
3 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Terapi aktivitas
imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas Observasi :
membaik - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
KH : - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
 Toleransi aktivitas membaik dalam aktivitas tertentu
 Tingkat keletihan menurun Terapeutik :
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuiakan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
DAFTAR PUSTAKA

Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-


bedah. Jakarta: EGC, 2016.
Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat
0,5% pada glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2012-2014. Manado: Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi; 2016.
Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timolol
maleat dan dorsalamid pasien glaukoma. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2014
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. W DENGAN GLAUKOMA
DI PUSKESMAS BANDAR AGUNG
LAMPUNG TENGAH

Disusun Oleh :

VITA NINGTIYAN AGESTHA

NIM. 2022207209218

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2022

16
Puskesmas : BANDAR AGUNG
No. Medical Record : 2150
Tgl Pengkajian : 15 November 2022
Pukul : 08.00

A. DATA DASAR
1. DATA DEMOGRAFI
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. W
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Karang Anyar
Tanggal Masuk : 15 November 2022
Diagnosa : Glaukoma
b. Sumber Informasi
Nama : Ny. T
Umur : 52 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Hubungan dengan pasien : Istri
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gunung batin baru

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Masuk Puskesmas:
Klien diantar istrinya ke Puskesmas pada tanggal 15 November
2022 dengan keluhan mata terasa gatal, panas dan pandangan
buram.

17
b. Riwayat Kesehatan Saat Pengkajian/Riwayat Penyakit Sekarang:
1) Keluhan utama saat pengkajian :
Pada saat pengkajian klien mengatakan mata terasa panas, gatal
dan pandangan terlihat buram sudah terjadi sekitar 1 bulan,

c. Riwayat Kesehatan Lalu:


Klien mengatakan tidak memiliki penyakit yang lama. Klien tidak
pernah kontrol kesehatannya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga:


Klien dan keluarga klien mengatakan di keluarganya ada yang
mempunyai penyakit sejenis ini

e. Riwayat Psikososial Spiritual


1) Psikologis
Klien menyatakan mengalami rasa was-was, khawatir dan
cemas saat ini, tidak nyaman.

2) Sosial
Istri klien menyatakan ikut cemas dengan keadaan klien namun
tetap memberikan nasihat agar klien dapat mengikuti prosedur
pelaksanaan medis

3) Spiritual
Klien dan keluarga berdo’a selama proses pelaksanaan tindakan
keperawatan

f. Pengetahuan Pasien & Keluarga


Klien dan keluarga tidak tahu apa yang terjadi saat ini terhadap penyakit
yang dirasakan.

18
g. Lingkungan
Klien menyatakan kondisi rumah bersih, ada tidaknya polusi dan yang
membahayakan dari lingkungan rumah yang mengancam kondisi
kesehatannya namun keluarga dirumah merupakan perokok

h. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:


Jabarkan pola kebiasaan sehari-hari dengan rinci meliputi pola sebelum
dan saat sakit sebagai berikut :
No Aktifitas Sehat Sakit
1 Makan dan minumanNutrisi
a. Makanan
1. Menu Nasi dan Nasi dan
2. Porsi sayur Habis 1 sayur Habis
piring Tidak 1 piring
3. Pantangan ada posrsi Tidak ada
makan 3x1 posrsi
b. Minuman makan 3x1
1. Jumlah
2. Pantangan
7-8 gelas 5-6 gelas
Tidak ada Tidak ada
2 Eliminasi
a. BAB
1. Frekuensi 1x dalam sehari 1x seminggu
2. Warna Kuning Kuning
Khas Khas
3. Bau Lembab Lembab
4. Konsistensi Tidak ada ada
5. Kesulitan
b. BAK 5-6 x sehari 5-6x
1. Frekuensi Kuning sehari
2. Warna Pesing kuning
Cair Cair
3. Bau
Tidak ada Tidak ada
4. Konsistensi
5. Kesulitan

19
3. Istirahat dan tidur
a. waktu tidur malam malam 6-
b. lama tidur 8 jam 8jam,
Tidak ada Tidak ada
c. hal yang
Tidak ada Ada, karna
mempermudah tidur
Nyeri
d. kesulitan tidur
4 Personal hygine
a. mandi 2x sehari 2x sehari
b. cuci rambut 1 x sehari Tidak ada
2 kali sehari 2x sehari
c. gosok gigi
1 x seminggu 1x seminggu
d. potong kuku

3. Pengkajian Fisik (Pengkajian Fokus)


Pengkajian Fisik meliputi Pemeriksaan Umum & Pemeriksaan
Persistem
a. Pemeriksaan Umum
Tingkat Kesadaran : Compos mentis, GCS: 15 (E=4 ,V=5, M=6),
BB/TB : 65Kg/ 170 Cm, Keadaan umum : Baik, Tanda- tanda
vital : TD = 110/80 mmHg, Nadi = 80 x/i, P = 21 x/i, Suhu= 36,8 °C

b. Pemeriksaan fisik per sistem


1). Sistem Penglihatan:
Inspeksi : Mata simetris, reflex cahaya langsung +\+ serta tidak ada
alat bantu, mata pasien tidak bisa melihat dengan jelas/kabur, ukuran
pupil 2-4 mm, mengecil jika terkena cahaya dan melebar jika
dijauhkan dengan cahaya, konjungtiva tidak anemi serta mata terlihat
kemerahan

2). Sistem Pendengaran :


Inspeksi : telinga normal,bersih warna seperti warna kulit tidak ada
lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan, fungsi
pendengaran baik dan tidak ada penggunaan alat bantu.

20
3). Sistem Wicara
Inspeksi : warna pucet, kering mucosa juga kering
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
pembengkaan, model bicara jelas

4). Sistem Pernafasan


Inspeksi : Tidak ada tampak pembengkakan ataupun lesi pada pada
dada klien, frekuensi pernafasan 21 x/i, klien tampak terpasang
monitor.
Palpasi : Taktil fremitus kurang bergetar terdapat efusi pleura pada
bagian sinistra.
Perkusi : Pekak, terdapat cairan di rongga pleura.
Auskultasi : Vesikuler

5). Sistem Kardiovaskuler


a. Sirkulasi Perifer
Nadi : 80 x/mnt,
Iramnya : teratur
Denyutnya : kuat
Distensi vena jugularis : terjadi peningkatan
Temperature kulit : dingin
Warna kulit : pucat
Pengisian kapiler : <2 detik
Edema : Tidak ada

b. Sirkulasi Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, CRT < 2 detik, tidak ada
perubahan warna kulit, nadi 80 x/i
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS ke V, tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : BJ 1, BJ 2 irama teratur dan tidak ada suara tambahan.

21
6). Sistem Neurologi
Tingkat kesadaran : Sadar (Compos Mentis)
Glaslow Coma Scale (GCS) :E4M 5V6

7). Sistem Pencernaan


Inspeksi Abdomen : Bentuk tampak datar, simetris kiri dan kanan,
umbilikus bersih, tidak ada tampak luka atau bekas operasi pada
abdomen klien
Auskultasi : Bising usus terdengar 12x/i
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dan massa.
Perkusi : Timpani

8). Sistem Immunology


Tidak ada pembesaran kelejar getah bening.

9). Sistem Endokrin


Nafas tidak berbau keton,
Tidak ada luka ulkus
Tidakadanya exopthalmus, tremor,
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

10). Sistem Urogenital


Palpasi daerah kandung kemih tidak ada distensi, tidak ada nyeri
tekan,
Perkusi tidakadanya nyeri ketuk, nyeri tekan, tidak adanya masa,
tidak terpasang kateter.

11). Sistem Integumen


Rambut pasien bersih, warna beruban
Kuku bersih

22
12). Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi : tidak ada kelainan secara inspeksi, tidak adanya
benjolan/bengkak, tidak ada perubahan warna

Palpasi pada struktur tulang (skelet) normal, tidak ada nyeri tekan,
bentuk lordosis, cara berjalan kurang efektif akibat nyeri pada dada

13) Sistem Reproduksi


Tidak ada gangguan

4. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis (Therapi obat, Operatif dan lain-lain)
Therapy:
Kolaborasi dokter jaga

b. Penatalaksanaan Keperawatan (Saat pengkajian)


1. Periksa TTV
2. Pengkajian keluhan klien
3. Pengkajian pemeriksaan mata
4. Pemberian Posisi nyaman pada klien
5. Memonitor TTV
6. Kolaborasi dokter Jaga
7. Memberikan Therapy

23
B. ANALISA DATA
No Data (D) Masalah (M) Etiologi (E)

1 DS Nyeri Akut Agen Cedera fisik


 Klien mengatakan nyeri pada bagian mata
 Klien mengatakan n tidak nyaman
DO
 Klien meringis
 Skala nyeri 6
 Klien mengatakan mata tarasa panas
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak mengerakan
bagian yang nyeri
2 DS Intoleransi Aktivitas Imobilitas
 klien mengtakan aktivitas dibantu
keluarga
 klien mengatakan aktivitas tebatas
DO
 aktivitas klien tampak dibantu
keluaraga
 saat makan klien nampak dibantu keluarga
 saat duduk klien tampak dibantu keluarga
 saat kekamar mandi klien tampak dibantu
keluarga

3 DS Gangguan persepsi sensori Gangguan penglihatan:


 Klien mengatakan mata gatal, terasa panas glaukoma
 Klien mengatakan pandangan buram
 Klien mengatakan sudah mengalami ini sejak
1 bulan yang lalu
DO
 Mata klien tampak tidak bisa melihat dengan
jelas/kabur
 Pemeriksaan pada mata klien ukuran pupil 2-4
mm,
 Mata Klien tampak mengecil jika terkena
cahaya dan melebar jika dijauhkan dengan
cahaya,
 Konjungtiva tidak anemi
 Mata tampak kemerahan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS


a. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik
b. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
c. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan: glaukoma.
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. W
Dx. Medis : Glaukoma
Ruang : Puskesmas Bandar agung
No. MR : 2180
NO TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 SELASA, 15 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan - Identifikasi identifikasi lokasi, - Meningkatkan
NOVEMBER Agen cedera fisik tindakan karakteristik, durasi, frekuensi, penangnan jika ada
2022 Keperawatan 1 x24 kualitas,intensitas nyeri lokasi nyeri
jam diharapkan nyeri - Identifikasi skala nyeri lainnya
menurun - Berikan teknik non farmakologis untuk - Untuk mengukur
KH : mengurangi rasa nyeri seberapa nyeri
 Tingkat nyeri - Jelaskan penyebab dan periode dan yang dialami klien
menurun pemicu nyeri - Menurunkan
 Tingkat cidera - Kolaborasi pemberian analgetik kecemasan klien
menurun - Identifikasi kesiapan dan kemampuan dengan
menerima informasi menjelaskan
- Sediakan materi dan media pendidikan penyebab nyeri
kesehatan
- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik
nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam
2 SELASA, 15 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan - Identifikasi defisit tingkat aktivitas - Mengetahui
NOVEMBER b.d tintdakan keperawatan - Identifikasi kemapuan berpartisipasi alternatif yang perlu
2022 imobilitas selama 1x 24 jam dalam aktivitas tertentu dilakukan dengan
intoleransi aktivitas - Fasilitasi pasien dan keluarga dalam memahami aktivitas
membaik menyesuiakan lingkungan untuk yang bisa dan tidak
KH : mengakomodasi aktivitas yang di pilih bisa
 Toleransi - Libatkan keluarga dalam aktivitas - Mendorong
aktivitas keluarga ikut serta
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
 Ambulasi meningkatkan
dipilih
 Tingkat - Identifikasi pengetahuan dan aktivitas klien
keletihan pengalaman aktivitas fisik sebelumnya - Mengukur dan
- Identifikasi kemampuan pasien membandingkan
beraktivitas aktivitas klien dari
- Motivasi untuk memulai/ melanjutkan hari ke hari
aktivitas fisik
3 SELASA, 14 Gangguan persepsi Setelah dilakuakan
 - Kaji ketajaman penglihatan. - Meningkatkan
NOVEMBER sensori berhubungan tindakan keperawatan  - Kaji kenyamanan lingkungan pasien. fungsi penglihatan
2022 dengan gangguan selama 24jam - Orientasikan pasien terhadap ruang rawat - Meningkatkan
penglihatan: katarak diharapkan masalah
 - Letakkan benda-benda penting di dekat pasien. keinginan untuk
dapat  - Berikan pencahayaan yang cukup. melakukan
teratasi dengan  - Letakkan alat di tempat yang tetap dan dapat pengobatan
Kriteria Hasil dijangkau oleh pasien. - Menjelaskan dan
Luaran Utama menganjurkan
(L13122) perawatan
Persepsi sensori: - Memfasilitasi klien

 Fungsi
penglihatan
meningkat
 Distorsi sensori
menurun
 Hambatan
komunikasi
menurun
 Ketajaman
sensori
meningkat
 Perubahan pola
perilaku
meningkat

E. IMPLEMENTASI
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa, 14 November Nyeri akut b.d (akut) 1. Observasi reaksi nonverbal dari Jam. 09.00
2022 berhubungan dengan ketidaknyamanan Subjektif (S) :
Jam. 08.00 cedera fisik 2. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri - Klien mengatakan nyeri pada bagian
3. Kurangi faktor prespitasi nyeri mata
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
- Klien mengatakan telah melakukan
(farmakologi, non-farmakologi dan inter
personal) relaksasi nafas dalam ketika nyeri pada
5. Ajarkan teknik non farmakologi seperti mata
relaksasi nafas dalam Objektif (O)
6. Berikan analgesic waktu terutama saat nyeri - Klien tampak tidak meringis
hebat - Skala nyeri 5
7. Tingkatlkan istirahat - Klien mengatakan masih tarasa panas
8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Klien tidak gelisah

Assasment (A)
- Masalah taratasi

Planning (P) :
intervensi dilanjutkan 1, 2, 3
- Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
- Intervensi Dihentikan
- Anjurkan ke spesialis Mata

Selasa, 15 November Intoleransi Aktivitas 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas Jam. 10.30
2022 2. Identifikasi kemapuan berpartisipasi
Jam. 09.00 dalam aktivitas tertentu Subjektif (S) :
3. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam Klien tampak sudah belajar kekamar mandi
menyesuiakan lingkungan untuk sendiri
mengakomodasi aktivitas yang di pilih
4. Libatkan keluarga dalam aktivitas
5. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang Objektif (O):
dipilih Klien tampak minum ambil sendiri
Klien tampak ke kamar mandi sendiri

Assasemnt (A): Masalah teratasi

Planning (P): Intervensi Dihentikan

Selasa, 15 November Gangguan persepsi - Kaji ketajaman penglihatan. Subjektif (S)


2022 sensori berhubungan - Kaji kenyamanan lingkungan pasien.  Klien mengatakan pandangan
Jam. 10.00 dengan gangguan - Orientasikan pasien terhadap ruang rawat kabur
penglihatan: katarak - Letakkan benda-benda penting di dekat  Klien mengatakan pandangan
pasien. buram namun klien tidak merasa
- Berikan pencahayaan yang cukup. bingung karana telah diberikan
- Letakkan alat di tempat yang tetap dan penjelasa tindakan lanjutan
dapat dijangkau oleh pasien.
 Klien mengatakan sudah
mengalami ini sejak 3 tahun yang
lalu

Objektif (O)
 Mata klien tampak tidak bisa
melihat dengan jelas/kabur
 Mata Klien tampak keabuan pada
mata,
 Pemeriksaan pada mata klien
ukuran pupil 2-4 mm,
 Mata Klien tampak mengecil jika
terkena cahaya dan melebar jika
dijauhkan dengan cahaya,
 Konjungtiva tidak anemi
Assasment (A): Masalah teratasi

Planning (P) : Hentikan Intervensi


Anjurkan Melakukan pemeriksaan
Spesialis Mata

Anda mungkin juga menyukai