GLAUKOMA
Disusun Oleh :
NIM. 2022207209218
TAHUN 2022
1
GLAUKOMA
2
1) Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari
glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya
kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut terbuka karena
humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan
trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan
saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada,
kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan
nyeri mata yang timbul.
2) Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup
karena ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm.
Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras
karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba
dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan
kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera
ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
b) Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit
mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan
volume cairan di dalam mata. Kondisi ini secara tidak langsung
mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau
reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
1) Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada
katarak
3
2) Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari
jaringan uvea
3) Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
c) Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera
setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran
pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan
pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka
terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan
abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan
mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya
pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
3. Etiologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan
anatomi sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma
mata, dan predisposisi faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai
manifestasi penyakit atau proses patologik dari sistem tubuh lainnya.
Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara lain riwayat glauakoma
pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.
4. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi
humor aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya
aliran keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga
bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera.
Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada
pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan
tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan
terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina.
4
Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila
terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan
degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas
serabut saraf pada papil saraf optik.
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf
optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada
bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada
bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih
belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan
serabut saraf optik.
5
5. Phatway
Nyeri
Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan
Kebutaan
6
6. Manifestasi klinis
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma
sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.
7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata.
Dikenal empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra
ocular yaitu :
— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
— Nonkontak pneumotonometri
— Tonomerti Palpasi atau Digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling
tidak cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari
telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada
alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas
bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak
boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak
mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita
palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras.
Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya
7
menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat
sebagai berikut :
N : normal
N+1 : agak tinggi
N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N–1 : lebih rendah dari normal
N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik
mata depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal
glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya
sudut bilik mata depan.
c. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk
mempertahankan keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam
pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai
adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah
suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi
yang luasnya tetap atau terus melebar.
2. Pemeriksaan lapang pandang
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma
sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang
pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke
tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir
Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan –
kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang
dinamakan skotoma Bjerrum
8
8. Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO,
membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan
tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi
radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta mencegah gangguan
pada mata yang baik (sebelahnya).
Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan
hiperosmotik seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol
20% intravena. Humor aqueus ditekan dengan memberikan karbonik
anhidrase seperti acetazolamide (Acetazolam, Diamox). Dorzolamide
(TruShop), methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor aqueus dapat
juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti
latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan).
Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi
pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6
jam. Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam
penggunaan. Pemberian miotikum dilakukan apabila telah terdapat tanda-
tanda penurunan TIO.
Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan
dengan memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah
atau kostikosteroid untuk reaksi radang.
Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk
membuka saluran schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat
keluar dengan mudah. Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti
trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat
dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).
Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan
kesehatan terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit
glaukoma merupakan penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak
permanen. Kegagalan dalam pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan
adanya pengabaian untuk mempertahankan pengobatan dapat
9
menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan
kebutaan.
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran
tentang penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan
tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus
menekan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi
pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi
ada.
10
(terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang
diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang
menglami penyakit glaucoma sudut terbuka primer.
c) Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko
jatu, berkendaraan.
d) Pemeriksaan fisik
— Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop
untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus.
Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada
glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor
keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
— Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik
akan menurun secara bertahap.
— Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil
sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan
dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami
peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
— Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik
atau open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan
akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan
gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik.
Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut
dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat,
sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal
sudutnya sempit.
11
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan:
glaukoma.
2) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
12
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakuakan tindakan keperawatan Observasi :
berhubungan dengan gangguan selama 24jam diharapkan masalah dapat - Kaji ketajaman penglihatan.
penglihatan: glaukoma. teratasi dengan Kriteria Hasil Luaran
- Kaji kenyamanan lingkungan pasien.
Utama (L13122)
Persepsi sensori: Teraupetik
- Orientasikan pasien terhadap ruang rawat
Fungsi penglihatan meningkat - Letakkan benda-benda penting di dekat pasien.
Distorsi sensori menurun - Berikan pencahayaan yang cukup.
Hambatan komunikasi menurun - Letakkan alat di tempat yang tetap dan dapat
Ketajaman sensori meningkat dijangkau oleh pasien.
Perubahan pola perilaku meningkat -
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1 Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun Observasi :
KH : - Identifikasi identifikasi lokasi,
Tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
Tingkat cidera menurun kualitas,intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. W DENGAN GLAUKOMA
DI PUSKESMAS BANDAR AGUNG
LAMPUNG TENGAH
Disusun Oleh :
NIM. 2022207209218
TAHUN 2022
16
Puskesmas : BANDAR AGUNG
No. Medical Record : 2150
Tgl Pengkajian : 15 November 2022
Pukul : 08.00
A. DATA DASAR
1. DATA DEMOGRAFI
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. W
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Karang Anyar
Tanggal Masuk : 15 November 2022
Diagnosa : Glaukoma
b. Sumber Informasi
Nama : Ny. T
Umur : 52 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Hubungan dengan pasien : Istri
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gunung batin baru
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Masuk Puskesmas:
Klien diantar istrinya ke Puskesmas pada tanggal 15 November
2022 dengan keluhan mata terasa gatal, panas dan pandangan
buram.
17
b. Riwayat Kesehatan Saat Pengkajian/Riwayat Penyakit Sekarang:
1) Keluhan utama saat pengkajian :
Pada saat pengkajian klien mengatakan mata terasa panas, gatal
dan pandangan terlihat buram sudah terjadi sekitar 1 bulan,
2) Sosial
Istri klien menyatakan ikut cemas dengan keadaan klien namun
tetap memberikan nasihat agar klien dapat mengikuti prosedur
pelaksanaan medis
3) Spiritual
Klien dan keluarga berdo’a selama proses pelaksanaan tindakan
keperawatan
18
g. Lingkungan
Klien menyatakan kondisi rumah bersih, ada tidaknya polusi dan yang
membahayakan dari lingkungan rumah yang mengancam kondisi
kesehatannya namun keluarga dirumah merupakan perokok
19
3. Istirahat dan tidur
a. waktu tidur malam malam 6-
b. lama tidur 8 jam 8jam,
Tidak ada Tidak ada
c. hal yang
Tidak ada Ada, karna
mempermudah tidur
Nyeri
d. kesulitan tidur
4 Personal hygine
a. mandi 2x sehari 2x sehari
b. cuci rambut 1 x sehari Tidak ada
2 kali sehari 2x sehari
c. gosok gigi
1 x seminggu 1x seminggu
d. potong kuku
20
3). Sistem Wicara
Inspeksi : warna pucet, kering mucosa juga kering
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
pembengkaan, model bicara jelas
b. Sirkulasi Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, CRT < 2 detik, tidak ada
perubahan warna kulit, nadi 80 x/i
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS ke V, tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : BJ 1, BJ 2 irama teratur dan tidak ada suara tambahan.
21
6). Sistem Neurologi
Tingkat kesadaran : Sadar (Compos Mentis)
Glaslow Coma Scale (GCS) :E4M 5V6
22
12). Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi : tidak ada kelainan secara inspeksi, tidak adanya
benjolan/bengkak, tidak ada perubahan warna
Palpasi pada struktur tulang (skelet) normal, tidak ada nyeri tekan,
bentuk lordosis, cara berjalan kurang efektif akibat nyeri pada dada
4. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis (Therapi obat, Operatif dan lain-lain)
Therapy:
Kolaborasi dokter jaga
23
B. ANALISA DATA
No Data (D) Masalah (M) Etiologi (E)
Fungsi
penglihatan
meningkat
Distorsi sensori
menurun
Hambatan
komunikasi
menurun
Ketajaman
sensori
meningkat
Perubahan pola
perilaku
meningkat
E. IMPLEMENTASI
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa, 14 November Nyeri akut b.d (akut) 1. Observasi reaksi nonverbal dari Jam. 09.00
2022 berhubungan dengan ketidaknyamanan Subjektif (S) :
Jam. 08.00 cedera fisik 2. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri - Klien mengatakan nyeri pada bagian
3. Kurangi faktor prespitasi nyeri mata
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
- Klien mengatakan telah melakukan
(farmakologi, non-farmakologi dan inter
personal) relaksasi nafas dalam ketika nyeri pada
5. Ajarkan teknik non farmakologi seperti mata
relaksasi nafas dalam Objektif (O)
6. Berikan analgesic waktu terutama saat nyeri - Klien tampak tidak meringis
hebat - Skala nyeri 5
7. Tingkatlkan istirahat - Klien mengatakan masih tarasa panas
8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Klien tidak gelisah
Assasment (A)
- Masalah taratasi
Planning (P) :
intervensi dilanjutkan 1, 2, 3
- Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
- Intervensi Dihentikan
- Anjurkan ke spesialis Mata
Selasa, 15 November Intoleransi Aktivitas 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas Jam. 10.30
2022 2. Identifikasi kemapuan berpartisipasi
Jam. 09.00 dalam aktivitas tertentu Subjektif (S) :
3. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam Klien tampak sudah belajar kekamar mandi
menyesuiakan lingkungan untuk sendiri
mengakomodasi aktivitas yang di pilih
4. Libatkan keluarga dalam aktivitas
5. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang Objektif (O):
dipilih Klien tampak minum ambil sendiri
Klien tampak ke kamar mandi sendiri
Objektif (O)
Mata klien tampak tidak bisa
melihat dengan jelas/kabur
Mata Klien tampak keabuan pada
mata,
Pemeriksaan pada mata klien
ukuran pupil 2-4 mm,
Mata Klien tampak mengecil jika
terkena cahaya dan melebar jika
dijauhkan dengan cahaya,
Konjungtiva tidak anemi
Assasment (A): Masalah teratasi