.......
.......
.......
.......
.......
Pembina
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS ; Direktur
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pengarah
dr. Prima Yosephine, MKM; Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi
Kementerian Agama RI
Jajang Ridwan S.Ag, MA
FX. Rudy A
Levina P. Nuhumury.
WHO - Indonesia
dr. Olivia Silalahi, MSc
dr. Mushtofa Kamal, MSc
Ni’mah Hanifah, S.Gz
Unicef - Indonesia
dr. Kenny Peetosutan, MPH
Rustini Floranita, SKM, MPH
Editor
dr. Solihah Widyastuti, M.Epid
Vivi Voronika, SKM, M.Kes
dr. Febry Immanuella
BAB I 10
1.1 Latar Belakang 11
1.2 Landasan Hukum 14
Tujuan, Sasaran dan Ruang
1.3 15
Lingkup
1.4 Kebijakan dan Strategi 16
1.5 Pengertian 17
BAB II 19
2.1 Epidemiologi dan Gambaran Klinis 20
2.2 Situasi Cakupan Imunisasi Rutin 24
Eliminasi Tetanus Maternal
2.3 26
Neonatal
BAB III 33
3.1 Mikroplanning (Perencanaan) 34
3.2 Tenaga Pelaksana Imunisasi 35
3.3 Pembiayaan 36
3.4 Pengawasan Kesiapan 36
3.5 Promosi Kesehatan 37
BAB IV 40
4.1 Mekanisme Pelaksanaan 41
Penapisan Status Imunisasi
4.2 42
Tetanus
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, mulai dari bayi baru
lahir (neonatus) yang dikenal dengan istilah tetanus neonatorum
(TN), dan usia selain neonatus yang dikenal dengan istilah tetanus
non-neonatorum, dimana salah satunya adalah tetanus maternal.
Permasalahan Tetanus Maternal dan Neonatal (TMN) merupakan
salah satu isu pemerataan kesehatan yang mempengaruhi kelompok
masyarakat tidak memiliki akses pelayanan kesehatan yang memadai.
TMN sering disebut sebagai “silent killer” mengingat kematian
penderita sering tidak tercatat secara resmi. Kasus tetanus banyak
yang terkait dengan kelahiran, antara lain terjadi sebagai akibat
dari persalinan dan praktik aborsi yang tidak higienis kepada para
ibu yang tidak diimunisasi secara memadai dan bayi yang baru saja
dilahirkannya. Selain itu, buruknya kondisi kebersihan masa nifas
dan praktik penanganan tali pusat juga memperbesar kemungkinan
terkena tetanus.
Kejadian tetanus (attack rate) pada bayi yang lahir dari ibu yang
belum mendapatkan imunisasi tetanus secara lengkap sebesar 20 per
1000 kelahiran hidup dan case fatality rate antara 30% sampai 90%.
Kekebalan terhadap penyakit ini hanya diperoleh melalui imunisasi
tetanus minimal dua dosis. Perlindungan jangka panjang diperoleh
jika mendapatkan imunisasi tetanus sebanyak 5 dosis (status imunisasi
T5) dengan interval pemberian yang memenuhi syarat. Untuk
mempertahankan status eliminasi tetanus neonatorum kurang dari
1/1000 kelahiran hidup di tingkat Kabupaten/Kota dalam 1 tahun
sesuai ketentuan WHO, diperlukan upaya pencapaian status imunisasi
T5 bagi semua Wanita Usia Subur (WUS). Pemberian imunisasi DPT-
HB-Hib pada bayi dan baduta, serta pemberian imunisasi DT dan Td
pada anak usia sekolah dasar atau sederajat merupakan rangkaian
upaya mencapai status imunisasi T5 bagi setiap individu.
1. Tujuan umum
Tersedianya pedoman upaya mempertahankan status eliminasi
TMN sebagai acuan bagi para pengambil kebijakan, pengelola
program dan petugas kesehatan lainnya.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam merencanakan
dan mempersiapkan kegiatan penyelenggaraan imunisasi
tetanus pada WUS.
b. Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam pelaksanaan
imunisasi tetanus pada WUS.
c. Tersedianya pedoman dalam pencatatan dan pelaporan
imunisasi tetanus pada WUS.
d. Tersedianya pedoman dalam monitoring dan evaluasi
1.5 Pengertian
a. Wanita Usia Subur: Wanita yang memasuki usia 15 - 39 tahun
tanpa memperhitungkan status perkawinannya.
BAB II
GAMBARAN SITUASI
Masa inkubasi TN adalah 3-10 hari. Tanda dan gejala biasanya muncul
pada hari ke-3 sampai 28 setelah kelahiran (rata-rata 7 hari setelah
kelahiran). Apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya memiliki
prognosis penyakit lebih buruk dan mempunyai angka kematian yang
tinggi.
23
II
2.2 Situasi Cakupan Imunisasi Rutin
Infeksi tetanus tidak menimbulkan kekebalan alamiah. Kekebalan ter
hadap tetanus hanya diperoleh melalui kekebalan buatan, secara pasif
dengan suntikan anti tetanus serum dan atau secara aktif dengan
II pemberian imunisasi dengan vaksin yang mengandung tetanus toxoid.
120
100 TARGET
95%
98,2
80
95,9
95,7
97,1
97,1
94,5
94,4
93,5
93,5
90,7
88,9
87,7
85,9
81,4
80,1
60
75,9
72,3
68,2
63,7
40
56,7
20
0
2017 2018 2019 2020 2021
DPT-HB-Hib 1 DPT-HB-Hib 2 DPT-HB-Hib 3 DPT-HB-Hib 4
Grafik 3 Cakupan Imunisasi DT, Td BIAS, dan Td WUS Tahun 2017 - 2021
120
92,4
93,6
90,4
92,5
80%
60
65,3
64
60,5
62,8
60,6
59,4
56,6
53,4
40
47
20
0
2017 2018 2019 2020 2021
DT Td BIAS Td WUS
Untuk memantau status imunisasi ibu hamil dapat dilihat dari pen
catatan di Buku KIA. Buku KIA juga menjadi media komunikasi antara
petugas pelayanan dengan penanggungjawab wilayah puskesmas.
II
Jumlah Ibu Hamil
yang Memperoleh
Pelayanan Antenatal
Sesuai Standar (K4) 87,46% 87,97% 88,51% 82,21% 88,73%
Persentase
Persalinan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
(PF) 83,7% 86,2% 88,7% 83,7% 90,9%
Cakupan
Kunjungan
Neonatal
92,78% 97,41% 94,77% 87,39% 96,30%
II
Cakupan Tidak Ya Resiko
Persalinan Rendah
Faskes
> 87% Ya Resiko
Rendah
Tidak
Tidak
Resiko Tinggi
Keterangan:
1. Surveilans TN sensitif adalah: a) sistem laporan nihil yang berjalan
dengan baik; b) kelengkapan laporan surveilans di fasilitas kese
hatan di setiap kabupaten/kota ≥80%; c) Hospital Record Review
(HRR) dilakukan setidaknya setahun sekali.
2. Persalinan oleh tenaga kesehatan atau sebagaimana ditentukan
oleh kebijakan nasional.
BAB III
PERSIAPAN
3.3 Pembiayaan
Pembiayaan kegiatan imunisasi tetanus pada WUS ini bersumber dari
APBN (Dekonsentrasi, DAK non fisik/BOK), APBD dan sumber lain
yang sah.
Rincian kegiatan dan peran serta lintas sektor, lintas program dan
kemitraan dijelaskan dalam BAB V
PELAKSANAAN
Ruang pelayanan:
a. Menggunakan ruang/tempat yang cukup besar dengan
sir
kulasi udara yang baik (dapat juga mendirikan tenda
dilapangan terbuka). Apabila menggunakan kipas angin,
letakkan kipas angin di belakang petugas kesehatan
agar arah aliran udara kipas angin mengalir dari tenaga
kesehatan ke sasaran Imunisasi.
b. Memastikan ruang/tempat pelayanan imunisasi bersih
den
gan membersihkan sebelum dan sesudah pelayanan
IV
dengan cairan disinfektan.
c. Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air
mengalir atau hand sanitizer.
d. Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak
aman 1-2 meter.
e. Ruang/tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani
sasaran imunisasi yang sehat.
f. Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi dengan
jarak aman antar tempat duduk 1-2 meter.
Waktu Pelaksanaan:
a. Waktu imunisasi rutin (ANC/pemeriksaan ibu hamil, calon
pengantin).
b. Waktu kunjungan Posyandu.
c. Waktu Puskesmas Keliling.
d. Waktu Imunisasi Tambahan (Supplementary Immunization
Activities/SIAs).
Pernah/tidak
Riwayat Imunisasi Kesimpulan status
mendapat imunisasi
Tetanus imunisasi
tetanus? *
Riwayat saat bayi dan baduta
2 bulan Ya/Tidak T ...
3 bulan Ya/Tidak T ...
4 bulan Ya/Tidak T ...
18 bulan Ya/Tidak T ...
Riwayat BIAS*
Kelas 1 SD Ya/Tidak T ...
Kelas 2 SD Ya/Tidak T ...
Kelas 3 SD Ya/Tidak T ...
IV
Kelas 5 SD Ya/Tidak T ...
Saat Calon Pengantin (Catin)
Imunisasi pertama Ya/Tidak T ...
Imunisasi kedua Ya/Tidak T ...
Saat Hamil**
Hamil anak pertama Ya/Tidak T ...
Hamil anak kedua Ya/Tidak T ...
Hamil anak ketiga Ya/Tidak T ...
dst.
Imunisasi Tetanus Ya/Tidak T ...
Tambahan contoh saat
ORI/PIN/Kampanye
Penentuan Status T ...
Imunisasi berdasarkan
total Imunisasi T
yang sudah didapat
sesuai dengan interval
minimal
Catatan*: Program BIAS kelas 1, 2 dan 5 mulai dilaksanakan tahun 2017 sebelumnya
sasaran program BIAS untuk kelas 1,2 dan 3 SD.
** Penentuan status imunisasi T berdasarkan jumlah dan interval minimal pemberian pada
saat hamil
1. Vaksin Td
Jumlah vaksin Td dihitung dengan cara jumlah sasaran dibagi dengan
indek pemakaian vaksin. Vaksin yang dipakai adalah kemasan 10 dosis
per vial. Kebutuhan vaksin untuk pelayanan di fasyankes adalah :
3. Safety box
Safety box digunakan untuk menyimpan jarum suntik bekas setelah
penyuntikan sebelum dilakukan pemusnahan. Meskipun jumlah alat
suntik yang dibutuhkan sedikit tetap harus disiapkan 1 buah safety
box.
Untuk menjamin kualitas vaksin, maka vaksin tersebut harus disimpan
IV dalam suhu antara 2-8oC dengan dimasukkan kedalam vaccine carrier
yang dilengkapi dengan coolpack dan alat pemantau paparan suhu
beku (freeze tag).
IV
VI
70
Tabel 5. Gejala KIPI dan Tindakan yang Harus Dilakukan
72
• Peningkatan protein dalam
cairan serebrospinal tanpa
pleositosis
• Terjadi antara 5 hari s/d 6
minggu setelah imunisasi
• Perjalanan penyakit dari 1 s/d
3-4 hari
• Prognosis umumnya baik
Neuritis brakialis • Nyeri dalam terus menerus • Parasetamol
(Neuropati pada daerah bahu dan lengan
74
Faktor Psikologis • Ketakutan • Tenangkan penderita • Sebelum
• Berteriak • Beri minum air hangat penyuntikan guru
sekolah dapat
• Pingsan • Beri wewangian/alkohol
memberikan
• Setelah sadar beri minuman pengertian
teh manis hangat
• Bila berlanjut
hubungi puskesmas
4 Koinsiden (faktor • Gejala penyakit terjadi secara • Tangani penderita sesuai
kebetulan) kebetulan bersamaan dengan gejala
KIPI yang tidak terkait dengan vaksin atau koinsiden harus diwaspadai.
Untuk itu penapisan status kesehatan sasaran yang akan diimunisasi
harus dilakukan seoptimal mungkin.
VI
Reaksi Kecemasan
Anafilaksis Respon Akut Reaksi Vasovagal
Stess Umum dengan Pingsan
Onset Biasanya 5 menit Mendadak terjadi Mendadak terjadi
setelah Imunisasi sebelum, selama sebelum, selama
namun dapat atau segera (<5 atau segera (<5
terjadi secara menit) setelah menit) setelah
lambat hingga 60 Imunisasi Imunisasi. Dapat
menit timbul setelah
5 menit jika
mendadak berdiri
Kulit Urtikatia, eritema, Pucat, Pucat, berkeringat,
angioedema, berkeringat, dingin
pruritus dengan dingin
atau tanpa
kemerahan, rasa
tertusuk, gatal
pada mata
Respiratorik Batuk persisten, Hiperventilasi Normal hingga
napas mengorok, napas dalam
bersin. Dalam
kondisi berat,
dapat terjadi henti
napas
VI
Kardiovaskuler Takikardi, tekanan Takikardi, tekanan Bradikardi dengan
darah meningkat, darah sistolik atau tanpa
henti jantung normal atau penurunan tekanan
meningkat darah transien
Gastrointestinal Mual, muntah, Mual Mual, muntah
kram perut
Neurologis dan Gelisah, agitasi, Ketakutan, Kehilangan
gejala lain hiang kesadaran, pusing, kesadaran transien,
respon sedikit rasa kebas, respon baik ketika
ketika berbaring kelemahan, berbaring, dengan
kesemutan pada atau tanpa kejang
bibir, spasme tonik - klonik
pada tangan dan
kaki
ATAU kriteria B. Dua atau lebih dari keadaan berikut yang muncul
mendadak setelah pajanan alergen atau pemicu lainnya
Tekanan darah sistolik rendah pada dewasa kurang dari 90 mmHg atau
pengurangan tekanan darah sistolik yang lebih besar dari 30%
Keterangan:
• Sebagai contoh: imunologik namun independen IgE atau non
imunologik (aktivasi sel mast langsung).
• Sebagai contoh: setelah sengatan serangga berkurangnya tekanan
darah dapat menjadi satu-satunya manifestasi anafilaksis atau setelah
imunoterapi alergen bercak merah gatal diseluruh tubuh dapat
menjadi manifestasi awal satu-satunya dari anafilaksis.
• Frekuensi denyut jantung normal perempuan dewasa bervariasi dari
60-100x/menit.
VI
VI
VI
10. Bila diperlukan, lakukan resusitasi
jantung paru dengan kompresi dada O2
VI
Pencatatan dan pelaporan KIPI serius dilakukan melalui laman web
Keamanan Vaksin (https://keamananvaksin.kemkes.go.id/) oleh
petugas surveilans KIPI. Apabila terdapat kendala dalam pelaporan
melalui laman web Keamanan Vaksin, maka untuk sementara dapat
dila
ku
kan secara manual terlebih dahulu menggunakan format
standar yang dapat diunduh pada tautan bit.ly/formkipi. Laporan
segera dikirim secara berjenjang kepada Kementerian Kesehatan cq.
Direktorat Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kementerian Kesehatan
dan Komnas PP-KIPI melalui alamat surat elektronik: komnasppkipi@
gmail.com dan survpd3i.kipi@gmail.com. Namun pencatatan dan
pelaporan KIPI serius melalui laman web Keamanan Vaksin tetap
harus dilakukan.
VI
Langkah Tindakan
1. Pastikan informasi • Dapatkan catatan medik kasus (atau catatan
pada laporan klinis lain).
• Periksa informasi tentang kasus dari
catatan medik dan dokumen lain.
• Isi setiap kelengkapan yang kurang dari
formulir laporan KIPI.
• Tentukan informasi dari kasus lain yang
dibutuhkan untuk melengkapi pelacakan.
2. Lacak dan Tentang kasus:
Kumpulkan data • Kronologis imunisasi saat ini yang diduga
menimbulkan KIPI.
• Riwayat medis sebelumnya, termasuk
VI
riwayat imunisasi sebelumnya dengan reaksi
yang sama atau reaksi alergi yang lain.
• Riwayat keluarga dengan kejadian yang
sama.
Tentang kejadian:
• Kronologis, deskripsi klinis dan setiap hasil
laboratorium yang relevan dengan KIPI dan
penegakan diagnosis dari kejadian ikutan.
• Tindakan yang didapatkan, apakah dirawat
inap/jalan dan bagaimana hasilnya.
VII
7.1 Monitoring
Monitoring dilaksanakan untuk memantau kualitas pelayanan
yang dilakukan dalam pelaksanaan imunisasi Tetanus dengan
mengidentifikasi pencapaian hasil kegiatan, seperti cakupan di
masing-masing wilayah, pemakaian vaksin dan logistik, anggaran
dan ketersediaan SDM serta masalah-masalah yang dihadapi saat
pelaksanaan, termasuk identifikasi KIPI.
VII
VII
VIII
VIII
1.1 Puskesmas
1 Apakah PKK/kader telah aktif Ya / Tidak Lihat bukti/
membantu puskesmas dalam dokumentasi
pelaksanaan layanan imunisasi (laporan, foto,
tetanus pada WUS khususnya dll)
dalam pencatatan dan pelaporan/
pendataan sasaran.
2 Apakah PKK/Kader telah aktif Ya / Tidak Lihat Bukti/
membantu puskesmas dalam Dokumentasi
penemuan kasus tetanus maternal (laporan, foto,
dan neonatal. dll)
3 Apakah KUA kecamatan Ya / Tidak Lihat Bukti/
bekerjasama dengan puskesmas Dokumentasi
dalam hal penyelenggaraan (MoU/Surat
imunisasi tetanus bagi Calon Kerjasama/
Pengantin. Perda, dll)
4 Apakah KUA kecamatan Ya / Tidak Lihat Bukti/
bekerjasama dengan puskesmas Dokumentasi
untuk melakukan sosialiasi (Foto, laporan,
ke masyarakat khususnya dll)
kepada Calon Pengantin terkait
penyelenggaraan Imunisasi tetanus
WUS.
TOTAL
Formulir Rekapitulasi Imunisasi Tetanus Ibu Hamil
Puskesmas : ...................................
Kabupaten : ...................................
Lampiran 3
Provinsi : ...................................
Tahun : ................................... Bulan : ..................................