Anda di halaman 1dari 34

Tehnologi Terapan Dalam Pelayanan Persalinan

(Gentle Birth, Posisi Persalinan, P4K, Tabulin, Ambulan Desa)

OLEH :

Kelompok 2

1. Dilla Rosa P07124417006


2. Erla Maybi Nazilla P07124417008
3. Dhiya Yumni P07124417005
4. Octavianing Aulia. F P07124417022
5. Rizky Marhama P07124417029

Dosen Pembimbing : Noviyanti, SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KEBIDANAN BANDA ACEH
PRODI D-IV KEBIDANAN
2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Persalinan (Gentle Birth, Posisi Persalinan, P4K,
Tabulin, Ambulan Desa)”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Teknologi Terapan Dalam
Pelayanan Persalinan (Gentle Birth, Posisi Persalinan, P4K, Tabulin, Ambulan Desa) dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banda aceh, 6 Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................................................. 5
C. Manfaat ............................................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 6
A. Prosedur gentle Birth, posisi persalinan.............................................................. 6
1. Gentle Birth ................................................................................................... 6
2. Posisi persalinan............................................................................................ 20
B. SISTEM (P4K, TABULIN,AMBULAN DESA) ............................................... 24
1. P4K (program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi) .......... 24
2. TABULIN (Tabungan Ibu Bersalian) ........................................................... 28
3. Ambulan Desa ............................................................................................... 30

BAB IIII PENUTUP ....................................................................................................... 33


A. KESIMPULAN ................................................................................................... 33
B. SARAN ............................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 34

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses alamiah yang dialami perempuan sebagai
salah satu siklus kehidupan. Setiap wanita menginginkan persalinan berjalan lancar dan
dapat melahirkan bayi secara sempurna. Persalinan seharusnya merupakan moment
yang membahagiakan yang tidak perlu ditakuti oleh seorang wanita, tetapi masih
banyak perempuan yang merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran
tiba. Secara teori disampaikan bahwa 90-95% persalinan seharusnya dapat berjalan
normal pervaginam tanpa komplikasi. Faktanya, masih banyak persalinan yang
berakhir dengan induksi dan seksio Caesaria (SC). Di Indonesia, tercatat angka kejadian
SC di rumah sakit pemerintah sekitar 20-25%, sedangkan di rumah sakit swasta sekitar
30-80% dari total persalinan. ( Kusbandiyah, 2014)
Komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan penyebab langsung
kematian ibu. Semakin tinggi kasus komplikasi maka semakin tinggi kasus kematian
ibu. Salah satu upaya pemerintah berdasarkan surat edaran Menkes No :
294/Menkes/SE/III/2008 untuk menurunkan AKI dengan melaksanakan program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh
bidan desa dalam rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam persalinan
yang aman dan persiapan menghadapi persalinan. Komponen penyelenggaraan P4K
(Tabulin, Dasolin, Ambulan Desa dan Pengelolaan Donor Darah) dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan (bidan) beserta masyarakat terdiri dari tiga unsur kegiatan yaitu :
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang KIA; kegiatan pelayanan siaga KIA serta
kegiatan pendukung dari pemerintah dan tokoh masyarakat dengan membentuk fokus
kegiatan P4K yaitu salah satunya Tabulin dan Ambulan desa. (Fitria, 2016)
Diharapkan dengan berjalannya program P4K dapat mengurangi angka
kematian ibu. Karena semua ibu hamil yang telah diberi stiker dapat terpantau oleh
semua komponen masyarakat suami, keluarga, bidan dan perawat secara cepat dan
tepat. Supaya pemantauan berhasil dengan baik maka dari sisi masyarakat perlu
dipersiapkan dengan sistem kesiagaan desa oleh dan untuk masyarakat. Pelaksanaan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi oleh ibu hamil

4
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan dukungan keluarga, situasi
geografis dan budaya. (Werdiyanthi, 2017).

Gentlebirth dan hypnobirth adalah salah satu cara untuk mempersiapkan ibu
hamil saat kehamilan. Hypnobirth dan gentlebirth bukan hanya memandang ibu
bersalin dari segi fisiologis tetapi memandang ibu bersalin sebagai klien secara holistik
sebagai makhluk biopsiko sosial dan kultural. Kunci dari hypnobirth dan gentlebirth
adalah meminimaslisir tindakan medis dengan persalinan yang lembut dan alamiah.
(Kusbandiyah, 2014)

B. Tujuan
1. Tujuan umum.
Agar mahasiswa mampu memahami konsep teknologi terapan dalam pelayanan
persalinan
2. Tujuan khusus.
a. Untuk mengetahui prosedur dari Gentle Birth
b. Untuk mengetahui prosedur dari posisi persalinan
c. Untuk mengetahui sistem P4K
d. Untuk mengetahui sistem dari TABULIN
e. Untuk mengetahui sistem dari ambulan desa.

C. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami konsep teknologi terapan sehingga mampu
mengaplikasikannya dalam pelayan kebidanan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

Tehnologi Terapan Dalam Pelayanan Persalinan

A. Prosedur ( Gentle Birth, Posisi Persalinan)


1. Gentle Birth

Gentle birth adalah salah satu cara untuk mempersiapkan ibu hamil saat
kehamilan. Gentlebirth bukan hanya memandang ibu bersalin dari segi fisiologis tetapi
memandang ibu bersalin sebagai klien secara holistik sebagai makhluk bio psiko sosial
dan kultural. Kunci gentlebirth adalah meminimaslisir tindakan medis dengan
persalinan yang lembut dan alamiah. Kemampuan komunikasi bidan mutlak
diperlukan, design dari tempat praktek yang dibuat seperti bersalin di rumah
merupakan daya tarik sendiri dari klien dan seni sangat dibutuhkan disini.
(Kusbandiyah, 2014)
Seperti hasil penelitian Triananda (2011) di salah satu di daerah di Pujon bahwa
alasan memilih tempat persalinan adalah fasilitas dan keramahan pertugas. Teknik
dalam gentlebirth yang dipersiapkan sejak kehamilan membuat vagina menjadi lebih
lentur dengan berbagai cara antara lain : Pelvic rocking, birthball, senam hamil, yoga,
belly dance dan lain sebagainya. Praktek yang sering digunakan adalah sebatas pada
senam hamil, teknik lain belum banyak di laksanakan oleh bidan padahal beberapa
penelitian menunjukkan bahwa dengan pelvic rocking bisa menurunkan kejadian nyeri
punggung saat persalinan, birthball dapat mengurangi kecemasan saat melahirkan.
Relaksasi dapat dilatih selama kehamilan dengan dilakukan hypnobirthing selama
kehamilan, penelitian oleh Jiarti tahun 2013 mendapatkan hasil bahwa, dengan
dilakukan hypno selama kehamilan, ibu hamil merasa lebih tenang dan kecemasan

6
menjadi berkurang. Relaksasi dengan disertai gentle birth akan mendapatkan hasil yang
lebih maksimal. (Kusbandiyah, 2014)
Teknik gentlebirth yang sudah banyak dikuasai oleh responden adalah pelvic
rocking. Pelvic rocking adalah tekinik bergoyang diatas gymball. Teknik ini
mempunyai beberapa keuntungan, yang pertama dengan bergoyang di atas gymball
maka ibu akan menjadi rileks karena mengikuti arah rasa sakit sehingga rasa sakit akan
berkurang. Keuntungan kedua yaitu dengan melakukan pelvic rocking maka rongga
panggul akan terbuka lebih lebar. Hal ini memungkinkan janin mengalami penurunan
dengan optimal dan meminimalisasi kelainan presentasi. Beberapa teknik yang masih
belum bisa dikuasi oleh responden adalah perineum massage dan endorfin massage.
Perineum massage adalah teknik yang digunakan untuk melenturkan perineum dengan
cara memijat perineum dengan essensial oil selama kehamilan sehingga diharapkan
saat persalinan perineum menjadi elastis dan diharapkan dapat menurunkan kejadian
laserasi jalan lahir. Sedangkan endorfin massage adalah teknik untuk mengeluarkan
endorfin dan oksitosin dengan cara memijat daerah kanan kiri vertebra. Teknik ini sulit
dikuasai karena dalam pelaksanaannya membutuhkan partisipasi dari pasangan karena
perlu manipulasi pada daerah intim, kemungkinan responden belum terbiasa dengan hal
tersebut sehingga sulit untuk dilakukan atau diiplementasikan oleh responden. Dari
banyak teknik yang digunakan tersebut, oleh nafas, relaksasi dan pelvic rocking yang
banyak digunakan saat proses persalinan. Dengan menggunakan kombinasi dari ketiga
teknik tersebut, maka proses persalinan menjadi lebih tenang dan lancar. (Kusbandiyah,
2014).
Yang perlu dipersiapkan dalam persalinan Gentle Birth adalah mengolah tubuh,
pikiran, emosi selama masa kehamilan agar calon ibu siap menghadapi persalinan
secara fisik, mental, dan spiritual.( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan
Tepat Guna Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)
Mungkin ada beberapa wanita sempat mengalami trauma dengan persalinan
yang menyakitkan sebelumnya, atau calon ibu baru yang sangat terpengaruh dengan
cerita-cerita tentang pengalaman ibu lainnya yang mengalami ‘sakit ini atau itu’ saat
melahirkan. .( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan Tepat Guna Dalam
Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)

Yang terpenting dalam mengatasi ketakutan pada proses kelahiran adalah


mengubah persepsi tentang pengalaman yang tidak menyenangkan tentang kehamilan

7
dan persalinan. Merubah persepsi menjadi positif secara langsung akan memperbaiki
cara pandang seseorang terhadap pengalaman tersebut, dan membuatnya lebih siap
secara mental untuk menghadapinya. .( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan
dan Tepat Guna Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)

Beberapa metode penggunaan gentle birth, antara lain :


1. Hypnobirthing

Hypnobirthing adalah suatu teknik hipnosis yang digunakan untuk


memberikan kenyamanan, ketenangan, dan kenikmatan saat menjalani persalinan.
Dalam teknik ini memerlukan beberapa fase untuk untuk mencapainya antara lain:
relaksasi yang mendalam, pola pernafasan lambat, pemberian petunjuk cara
melepaskan endorfin dari dalam tubuh ( relaksan alami tubuh ) yang memungkinkan
calon ibu menikmati proses kelahiran yang aman, lembut, dan cepat. Hipnosis
bukanlah magic tetapi merupakan teknik pemberdayaan alam bawah sadar dengan
mengistirahatkan alam sadar manusia. Apabila ingin mendapatkan manfaat penting
dari hipnosis, ibu perlu belajar bagaimana relaksasi, baik secara fisik maupun
psikologis. Manfaat penggunaan teknik hipnosis pada periode persalinan adalah
membantu menyeimbangkan morphin alami dalam tubuh ( endorphin ) untuk
mengurangi rasa nyeri, membuat semua bagian tubuh yang berperan pada proses
persalianan dapat bekerja dengan baik, serta membantu menyehatkan 70% air ( pada
tubuh orang dewasa ) dan 90% air ( pada tubuh bayi ) yang terkandung dalam tubuh
agar menjadi air yang heksagonal. Menurut Masaru Enoto (2001), air yang
heksagonal dapat lebih menyehatkan organ tubuh manusia. Selain itu, penggunaan
teknik hipnosis sangat murah dan tidak ada efek sampingnya. (Nisman, A.W, 2011)

8
Jadi, inti dari metode hypnobirthing sebenarmya adalah:
1) Menjalani masa dan proses kehamilan dengan sukacita
2) Senantiasa berfikir positif dan yakin pada kemampuan diri sendiri, untuk bisa
melahirkan dengan berhasil serta merawat dan membesarkan bayi dengan
baik
3) Rasa sakit pada saat melahirkan memang tetap ada dan tidak bisa
dihilangkan, tapi jika kita tenang dan rileks maka proses persalinan akan
berjalan cepat dan lancar
4) Memberi sugesti positif tentang proses persalinan, dan bisa membuat kita
begitu antusias menanti kehadiran buah hati

Berbagai keuntungan akan diperoleh dengan metode hypnobirthing, diantaranya:


1) Untuk perkembangan spiritual anak setelah tumbuh besar. Yaitu kecerdasan
anak untuk menghadapi dan memecahkan masalah, serta kecerdasan
menempatkan perilaku dan hidupnya
2) Memperlancar ASI. Karena makanan utama bagi bayi adalah ASI dan ASI
tersebut dapat diperoleh jika kita tersugesti untuk “harus” memberikannya
bagi buah hati
3) Mencegah depresi pasca melahirkan. Karena rasa stress yang hinggap setelah
melahirkan, bisa membuat kita terlihat sedih dan enggan untuk merawat buah
hati, padahal sebelumnya kehadirannya begitu diharapkan
4) Mempercepat ikatan emosional ibu dan bayi. Karena dengan kondisinya
yang rileks ibu dapat senantiasa “berkomunikasi” dengan bayinya juga dapat
merasakan kasih sayang ibunya. (Rahardjo, 2009)

2. Lotus Birth

9
Lotus Birth adalah proses persalinan pada kala III yang tidak langsung
dilakukan pemotongan tali pusat, tetapi dibiarkan tetap terhubung antara bayi
dan plasenta hingga puput dengan sendirinya. Rata-rata tali pusat lepas dari
perut bayi sekitar 3-10 hari pasca persalinan. (Moudy E.U Djami, 2013)
Lotus birth meskipun tidak dianjurkan secara medis karena belum ada
bukti ilmiahnya, namun menjadi tren diantara ibu-ibu yang ingin melahirkan
terutama home birth. Bukti ilmiah memang belum ditemukan informasinya,
namun dapat ditemukan dalam penuturan para ibu yang telah melahirkan dan di
publis secara online dapat juga dalam berbagai buku yang telah ditulis oleh
mereka yang telah berpengalaman sebagai praktisi kesehatan maupun di tulis
oleh ibu bersalin itu sendiri. (Moudy E.U Djami, 2013)
Implikasi dari Lotus Birth sebaiknya didekati melalui perspektif tradisi
misteri kuno dikembangkan di tempat-tempat yang beragam seperti India, Cina,
dan Mesir. Melalui disiplin kontemplasi dan meditasi, tradisi ini telah
mengembangkan pemahaman tentang totalitas manusia yang masih absen dari
ilmu kedokteran Barat. Umumnya, mereka mengartikulasikan dimensi dimana
manusia hidup secara bersamaan dan bagaimana ketidakharmonisan atau
trauma dalam satu efek yang lain. (Moudy E.U Djami, 2013)

Prosedur pertolongan persalinan dengan metode Lotus Birth adalah sebagai


berikut:
1) Ketika bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat melingkari leher
bayi, cukup dikeluarkan melalui kepala
2) Tunggu kelahiran placenta secara alamiah. Jangan gunakan oksitosin
kaerena oksitosin akan memaksa darah terlalu banyak terlalu cepat ke bayi
dan kompromi plasenta
3) Ketika plasenta lahir, tempatkan ke dalam mangkuk bersih di samping ibu
4) Tunggu transfusi melalui tali pusat ke bayi sebelum menangani plasenta
5) Basuhlah plasenta dengan air hangat dan keringkan
6) Tempatkan plasenta ke dalam saringan saringan selama 24 jam untuk
memungkinkan drainase
7) Bungkus plasenta dalam bahan penyerap, popok atau kain dan
dimasukkan ke dalam kantong plasenta. Ganti pembungkusnya setiap hari
atau lebih sering jika terjadi rembesan. Plasenta dapat diletakkan di

10
tempat tidur yang telah ditaburi garam laut (yang diganti setiap hari ) dapat
pula dengan herbal yang mengandung Echinacea, Calendula dan Arnica
serta minyak Lavender
8) Bayi di gendong dan disusui sesuai keinginan atau kebutuhan bayi yang
diketahui secara insting oleh ibu jika bayi mengangis atau reaksi lainnya
9) Bayi di beri pakaian longgar agar tidak mengganggu gerakan karena tali
pusat masih menempel
10) Bayi dapat dimandikan seperti biasa, plasenta dibiarkan seperti itu
11) Batasi pergerakan selama tali pusat belum puput (Moudy E.U Djami,
2013)

Secara logika dapat disimpulkan bahwa metode ini rentan terjadi infeksi
karena port de entry antara tali plasenta, tali pusat dan bayi masih ada.
Akibatnya metode ini belum dapat sepenuhnya diadopsi dalam praktis medis.
Kontroversi ini terjadi di berbagai belahan dunia, namun pilihan untuk
menggunakan metode ini adalah hak ibu dan keluarga sehingga efek samping
jika terjadi komplikasi seperti infeksi merupakan tanggung jawab ibu dan
keluarga.

Selain dapat terjadi infeksi, kekurangan lain dari metode Lotus birth adalah:
1) Tidak bisa diterapkan pada semua seting pelayanan karena terbatas
oleh keyakinan, budaya dan kebijakan serta bukti ilmiah.
2) Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai dan SDM yang
kompeten.
3) Perlu hati-hati dalam merawat bayi, tali pusat dan plasenta sebelum
puput agar idak infeksi, tidak berbau dan tidak putus karena tindakan
yang tidak di sengaja karena terburu-buru atau tidak hati-hati

Beberapa alasan seorang ibu menentukan Lotus birth sebagai pilihan antara lain:
1) Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan
cara memotong tali pusat
2) Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang
memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada
waktu yang tepat.
3) Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.

11
4) Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama
postpartum sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian
penuh.
5) Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu
bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu
hingga plasenta telah lepas.
6) Alasan rohani atau emosional.
7) radisi budaya yang harus dilakukan.
8) Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau
mengikat tali pusat.
9) Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut
(adanya luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan sedangkan jika
tidak ada luka, waktu penyembuhan akan minimal). (Moudy E.U
Djami, 2013)

3. Water birth

a. Definisi
Water birth merupakan salah satu metode persalinan per vaginam, di mana ibu
hamil tanpa komplikasi bersalin dengan cara berendam dalam air hangat dengan tujuan
mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi rasa nyaman. Melahirkan dalam
air (water birth) adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui vagina di dalam
air. Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidak jauh berbeda dengan
metode persalinan normal di atas tempat tidur. Perbedaannya, pada metode water birth
persalinan dilakukan di dalam air, sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas
tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu
akan merasa jauh lebih sakit dibandingkan dengan persalinan dengan metode water
birth. ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

12
b. Keuntungan Water Birth
1) Fase Kala I (Pembukaan)
a) Mengurangi Nyeri Persalinan dan Memberi Rasa Nyaman
Mengurangi rasa sakit adalah tujuan utama metode water birth, sedangkan
secara teknis melahirkan dalam air pada dasarnya sama seperti melahirkan normal,
proses dan prosedurnya sama, hanya tempatnya yang berbeda. Nyeri persalinan
berkurang disebabkan ibu berendam dalam air hangat yang dapat memberi
perasaan relaks dan nyaman sehingga rasa sakit dan stres akan berkurang. Pada
water birth, ibu melahirkan dengan posisi bebas dan yang dirasa paling nyaman
oleh ibu. Kolam yang digunakan dapat terbuat dari fi ber glass atau bahan lain.
Water birth merupakan suatu bentuk hydrotherapy. Metode ini efektif dan
bermanfaat dalam penanganan nyeri pada kondisi seperti lower back pain yang
umumnya menjadi keluhan ibu saat persalinan. Hydrotherapy juga merupakan
suatu alternatif yang relatif lebih aman jika dibandingkan dengan penanganan nyeri
persalinan konvensional yang menggunakan anestesi dan narkotik. ( Suci
Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
Berendam dalam air dapat mengurangi 75% nyeri persalinan. Pada
persalinan atau kelahiran di air, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk
relaksasi, pergerakan selama bersalin dengan metode water birth yang lebih leluasa
menyebabkan ibu nyaman dan relaks. Pada keadaan relaks, tubuh akan melepaskan
endorphin, yaitu zat semacam morfi n yang dibentuk oleh tubuh untuk mengurangi
rasa sakit. Air hangat juga mampu menghambat impuls-impuls saraf yang
menghantarkan rasa sakit sehingga membuat persalinan tidak terasa begitu berat.
Kolam bersalin harus didesain khusus dan tidak boleh digunakan selain untuk
persalinan. Temperatur air sebaiknya sama persis dengan suhu tubuh ibu saat
melahirkan. Akurasi ini penting untuk mencegah temperature shock saat bayi
meluncur ke dalam kolam. Sterilitas air perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan
infeksi pada ibu maupun bayinya. ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri :
Rapha Publishing)

b) Mempercepat Fase Kala I


Pada persalinan dengan metode water birth, calon ibu akan mulai masuk
ke dalam kolam berisi air hangat pada saat memasuki pembukaan 6. Tujuannya
agar kulit vagina menjadi tipis dan lebih elastis sehingga akan lebih mudah

13
meregang saat kepala bayi keluar melewati vagina, bahkan dikatakan jika
persalinan berjalan lancar maka tidak perlu sampai harus merobek perineum
(episiotomi). ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada
abdomen ibu. Kondisi mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efi sien
dan sirkulasi darah lebih baik, memperbaiki sirkulasi, dan oksigenasi darah otot
uterus sehingga lebih banyak oksigen masuk ke bayi selama persalinan. Air
mengurangi nyeri selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi
secara alami sehingga ibu hamil dapat lebih mudah mengubah posisi. Air hangat
dan tekanan pusaran air kolam (jacuzzi) merangsang respons fi siologi ibu
hamil, termasuk redistribusi volume darah yang akan merangsang pelepasan
oksitosin dan vasopresin. Hipotesisnya bahwa air hangat akan dapat merelaksasi
otot-otot dan mental, meningkatkan pelepasan katekolamin yang meningkatkan
perfusi, relaksasi, dan kontraksi uterus sehingga mengurangi nyeri kontraksi
dan mempersingkat fase persalinan. ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri
: Rapha Publishing)

c) Mengurangi Tindakan Episiotomi


Dalam hal trauma perineum, pengaruh air pada waktu kepala bayi yang
crowning lambat akan menurunkan risiko robekan dan dapat mengurangi
keperluan akan tindakan episiotomi. Dalam literatur water birth bahkan tidak
ditemukan angka kejadian episiotomi. Selain hal tersebut, trauma perineum
yang terjadi dilaporkan tidak berat. Tetapi beberapa literatur mendapatkan
frekuensi robekan sama pada persalinan primipara di dalam maupun di luar air.
Masih terdapat mitos bahwa ibu yang melahirkan dalam air memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami robekan karena yang membantu
persalinan kesulitan untuk melakukan episiotomi jika diperlukan. Namun
sesungguhnya ibu yang melahirkan dalam air hangat memiliki kemungkinan
rendah mengalami robekan karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah
dan mampu melunakkan jaringan di sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan
episiotomi, penolong justru lebih mudah menjangkau bagian perineum ibu
untuk melakukan massage atau tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak
diperlukan dan jika penolong mengganggap selama proses persalinan terdapat
keadaan emergensi, penolong akan membatalkan pelaksanaan metode ini. The

14
Birth Centre Network UK, Nicoll A. et al mendapatkan 300 kelahiran per tahun,
di antaranya menggunakan water birth dengan episiotomy rate 2%. A
Comparative Study tentang water birth yang membandingkan antara metode
Maia-birthing stool, bedbirths (kecuali vakum ekstraksi) mendapatkan data
bahwa kejadian episiotomi pada water birth 12,8%, Maia-birthing stool 27,7%,
bedbirths 35,4%. Perbedaan ini membuktikan bahwa risiko episiotomi lebih
kecil dibandingkan 2 metode persalinan yang lain. ( Suci Anggraeni. 2012.
Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

2) Fase Kala II (Kelahiran Bayi)


Water birth memberikan keuntungan, terutama saat kepala bayi masuk ke
jalan lahir, persalinan pun akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang
tepat, suasananya menyerupai lingkungan intrauterin sehingga memudahkan
transisi dari jalan lahir ke dunia luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan
perineum dan memberi rasa nyaman bagi ibu dan bayi. Dengan metode ini, trauma
yang dialami bayi lahir akan berkurang karena adanya efek yang dapat melenturkan
dan meregangkan jaringan perineum dan vulva dibandingkan pada persalinan air
dingin dan tempat bersalin umumnya. ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri
: Rapha Publishing)

Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, ia tampak lebih tenang.
Bayi tidak tenggelam jika dilahirkan di air karena selama kehamilan bayi hidup
dalam lingkungan air (amnion) sampai terjadi transisi persalinan dari uterus ke
permukaan air. Demikian pula lilitan tali pusat di leher tidak akan menjadi masalah
sepanjang tidak ada deselerasi denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal
distress) sebagai akibat ketatnya belitan tali pusat di leher. ( Suci Anggraeni. 2012.
Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

Selain memudahkan persalinan bagi ibu, pemendekan persalinan kala I juga


baik untuk bayi, yaitu mencegah trauma atau risiko cedera kepala bayi, kulit bayi
lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban. Oleh karena itu,
metode ini dikenal sebagai persalinan “Easier for Mom-Better for Babies”.
Beberapa pakar kesehatan meyakini bahwa lahir dengan metode ini

15
memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan
metode lain, peredaran darah bayi pun akan lebih baik sehingga tubuh bayi akan
cepat memerah setelah dilahirkan. ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri :
Rapha Publishing)

3) Fase Kala III (Pengeluaran Plasenta)


Air hangat dan tekanan pusaran air kolam (jacuzzi) merangsang respons fi
siologi ibu hamil, termasuk redistribusi volume darah yang akan merangsang
pelepasan oksitosin dan vasopresin. Hipotesisnya bahwa air hangat akan dapat
merelaksasi otot-otot dan mental, meningkatkan pelepasan katekolamin yang
meningkatkan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga mengurangi nyeri
kontraksi dan mempermudah proses pengeluaran plasenta. ( Suci Anggraeni. 2012.
Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

4) Fase Kala IV (Dua Jam Post Partum)


Hilangnya darah ibu selama bersalin dengan metode water birth sangat
sedikit, yaitu ratarata sebanyak 5,26 g/l yang artinya lebih rendah daripada land
birth yang rata-rata sebanyak 8,08 g/l. Kehilangan darah pada persalinan ini sukar
dinilai, terutama jika diakibatkan oleh penolong yang kurang berpengalaman pada
persalinan dalam air. ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha
Publishing)

Risiko infeksi untuk ibu atau bayi setelah proses kelahiran secara water
birth tidak lebih besar daripada jika Anda melahirkan di atas tempat tidur. Sebuah
review 2009 dari Cochrane menganalisis hasil dari lima uji coba menilai kesehatan
dan kesejahteraan bayi setelah lahir di dalam air. Tinjauan melaporkan tidak ada
perbedaan dalam tingkat infeksi pada bayi atau dalam penerimaan untuk perawatan
khusus dibandingkan dengan bayi yang lahir di atas tempat tidur. Demikian pula,
lima uji coba dimasukkan dalam analisis untuk infeksi pada ibu. Tidak ada
perbedaan dalam tingkat infeksi pada ibu yang telah melahirkan di sebuah kolam
bersalin dibandingkan dengan mereka yang akan melahirkan di atas tempat tidur.
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

16
c. Syarat Water Birth
Syarat Water Birth Water birth merupakan suatu metode alternatif dalam
persalinan yang memiliki banyak keunggulan. Meski demikian, sebelum melakukan
metode ini alangkah baiknya jika kita mengetahui dan memahami persyaratan dalam
memilih metode water birth.
Syarat-syarat untuk dapat melakukan water birth antara lain:
1. Ibu hamil risiko rendah
2. Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina, saluran kencing, dan kulit
3. Tanda vital ibu dalam batas normal dan DJJ normal
4. Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah
dilatasi serviks mencapai 4-5 cm
5. Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat
berendam jika diperlukan
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

1) Indikasi Water Birth


a) Merupakan pilihan ibu
b) Kehamilan normal ≥ 37 minggu
c) Fetus tunggal presentasi kepala
d) Tidak menggunakan obat-obat penenang
e) Ketuban pecah spontan < 24 jam
f) Kriteria nonklinik seperti staf atau peralatan
g) Tidak ada komplikasi kehamilan (pre-eklampsia, gula darah tak
terkontrol, dan lain-lain)
h) Tidak ada perdarahan
i) Denyut jantung normal
j) Cairan amnion jernih
k) Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau pitocin
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

17
2) Kontraindikasi Water Birth
a) Ibu hamil dengan infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah
(herpes genitalis,HIV, hepatitis)
b) Infeksi dan demam pada ibu
c) Denyut jantung ibu atau janin abnormal
d) Ibu yang mengalami perdarahan pervaginam berlebihan
e) Makrosomia
f) Ibu dan janin dengan kondisi yang memerlukan monitoring terus-
menerus dan perawatan medis
g) Calon ibu yang memiliki panggul sempit
h) Ibu hamil dengan indikasi letak janin sungsang atau melintang
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

d. Metode Water Birth


Ada dua metode persalinan di air, yaitu:
1) Water birth murni, yaitu metode persalinan water birth di mana ibu masuk ke
kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan
terjadi.
2) Water birth emulsion, yaitu metode persalinan water birth di mana ibu hanya
berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap
dilakukan di tempat tidur.
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

e. Prosedur Water Birth


Dalam melakukan metode persalinan dengan water birth ada beberapa tahapan
prosedur yamg harus diperhatikan, antara lain:
1) Persiapan Water Birth
a) Ada kemauan dan keyakinan untuk melahirkan di dalam air
b) Mengikuti senam hamil saat kehamilan agar proses persalinan berjalan lancar
c) Pastikan kolam yang akan dipakai dalam persalinan adalah kolam yang
memenuhi standar untuk water birth serta dijamin kebersihan dan sterilitasnya.
d) Menyiapkan data lengkap, seperti pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu
prasyarat mutlak dalam pelaksanaan persalinan di dalam air

18
e) Bagi para calon ibu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan selama
masa kehamilan untuk dapat mengetahui metode persalinan apa yang paling
sesuai dengan kondisinya
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

2) Persiapan Alat
a) Birth pool (portable/permanent pool)
Bisa berupa kolam plastik berukuran cukup besar (diameter 2 meter) dengan
benjolanbenjolan di bagian bawahnya agar ibu tidak merosot saat persalinan
berlangsung. Ketinggian air di dalam kolam juga harus diatur supaya berada di
atas pusar, baik saat ibu dalam posisi duduk, jongkok, atau tiduran. Posisi saat
melahirkan dapat dilakukan sebebas mungkin, bisa sambil duduk, menghadap
ke belakang, atau posisi lain yang dirasa nyaman oleh ibu.
b) Water heater dan thermometer Fungsi dari water heater dan thermometer ini
untuk menjaga suhu air agar tetap dalam suhu 37oC. Hal ini bertujuan agar bayi
tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara di dalam dengan di luar
perut dan tidak mengalami hipotermia
c) Doppler antiair
d) Sarung tangan
e) Pakaian kerja (apron)
f) Jaring untuk mengangkat kotoran
g) Alas lutut kaki, bantal, instrumen partus set
h) Shower air hangat
i) Thermometer ibu
j) Handuk, selimut
k) Warmer dan peralatan resusitasi bayi
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

3) Pelaksanaan Water Birth


Proses persalinan di air memiliki tahapan yang sama seperti melahirkan normal.
Hanya dengan ibu berendam dalam air hangat dapat membuat sirkulasi pembuluh
darah menjadi lebih baik. Hal ini berpengaruh pula pada kontraksi rahim yang jadi
lebih efektif dan lebih baik.
Berikut adalah tahapan-tahapan water birth:

19
a) Ibu masuk ke dalam air ketika akan melahirkan. Ibu mengalami fase
pembukaan laten dan aktif. Saat fase aktif dan pembukaan sudah mencapai
5 cm, ibu baru boleh masuk ke kolam air. Pada fase ini biasanya
membutuhkan waktu tidak terlalu lama, hanya sekitar 1-2 jam untuk
menunggu kelahiran sang bayi.
b) Sikap relaks, biasanya begitu ibu masuk ke dalam kolam air akan terasa
nyaman dan rasa sakit pun hilang. Ibu dapat duduk dengan relaks dan bisa
lebih fokus untuk menjalani proses melahirkan. Ibu juga dapat mencoba
posisi lain seperti menungging.
c) Observasi dan monitoring
d) Manajemen kala II
e) Manajemen kala III
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)

2. Posisi Persalinan
Perubahan posisi pada saat menjalani proses persalinan sangat penting untuk
keefektifan kontraksi uterus. Ketika diberikan pilihan 95 % ibu memilih posisi
duduk , berdiri atau berjalan saat menjalani proses persalinan, terutama tahap 1 yaitu
tahap pembukaan uterus. Berdiri dan berjalan selama proses persalinan berpengaruh
terhadap lebih pendeknya nyeri dan peningkatan level kenyamanan yang dirasakan
ibu. Beberapa posisi dan keuntungan yang diperoleh dengan posisi tersebut.
a. Berdiri

Posisi ini mengambil keuntungan dari gaya gravitasi selama dan antara
kontraksi. Kontraksi menjadi lebih sedikit dan lebih produktif terhadap
pembukaan. Gaya gravitasi membuat tarikan khusus dan alami agar janin segera
dapat dikeluarkan. Mengurangi nyeri punggung dan mempercepat proses
persalinan.

20
b. Duduk dengan punggung tegak

Merupakan posisi yang sangat nyaman untuk beristirahat. Gaya


gravitasi masih bisa berperan dan pada posis ini jika janin membutuhkan alat
monitoring (denyut jantung janin) masih dapat terpasang.
c. Duduk dengan bersandar atau dengan bantuan orang lain pada posisi di belakang
punggung

Keuntungan yang didapatkan sama dengan duduk posisi tegak, yaitu


dapat mengurangi nyeri punggung dan merupakan posisi yang sangat baik untuk
pemijatan punggung.

d. Posisi dengan kedua tangan menarik kedua lutut

Keuntungannya adalah dapat mengurangi nyeri punggung dan


membantu janin untuk menyesuaikan posisi dengan jalan lahir. Selain itu, jika

21
dengan posisi lain hasil pemeriksaan denyut jantung janin mengalami
penurunan maka dengan posisi ini dapat mengurangi masalah tersebut.
e. Posisi miring

Posisi miring terutama miring ke kiri sangat membantu sirkulasi darah


ibu menuju ke janin tetap lancar. Hal tersebut karena pada saat ini pembuluh
darah besar di daerah punggung tidak tertekan. Selain itu, posisi miring juga
mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah namun memang gaya gravitasi
jadi kurang berperan.
Keuntungannya Peredarah darah balik ibu mengalir lancar. Pengiriman
oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu. Karena tidak
terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga
persalinan relatif lebih nyaman. Kekurangan: Posisi ini membuat dokter/bidan
sedikit kesulitan membantu proses persalinan. Kepala bayi lebih sulit dipegang
atau diarahkan. .( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan Tepat
Guna Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)

f. Posisi jongkok

22
Memanfaatkan gaya gravitasi, nyaman, dan mengurangi nyeri punggung
sehingga dapat membantu perubahan posisi janin dan penurunan posisi janin di
tulang panggul.

Keuntungannya Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi


tubuh, ibu tak harus bersusah payah mengejan. Bayi akan keluar lewat jalan
lahir dengan sendirinya. .( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan
Tepat Guna Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)

Kekurangannya Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi jongkok amat


berpeluang membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa "meluncur" dengan
cepat. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang
empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter/bidan pun
sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau
memantau perkembangan pembukaan. .( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi
Terapan dan Tepat Guna Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah :
Pekanbaru)

g. Posisi berbaring
Tepat untuk pemberian tindakan-tindakan medis yang diperlukan dalam
pemantauan persalinan seperti pemeriksaan pembukaan jalan lahir dan
pemeriksaan denyut jantung janin. Akan tetapi, posisi ini meningkatkan nyeri
punggung. Bisa menyebabkan penurunan tekanan darah dan menurunnya
denyut jantung janin. Karena banyak pembuluh darah besar yang terdapat di
daerah punggung yang ikut tertekan pada saat berbaring. ( Nisman, 2011)

Keuntungannya Secara psikologis, pilihan posisi melahirkan yang lazim


dilakukan di tanah air ini membuat ibu merasa lebih mantap karena yang ada
dalam persepsinya posisi melahirkan memang seperti itu. Posisi ini pun
membuat dokter leluasa membantu proses persalinan karena jalan lahir
menghadap ke depan. Dokter/bidan lebih mudah mengukur perkembangan
pembukaan sehingga persalinan bisa diprediksi lebih akurat. Bila diperlukan
tindakan episiotomi, dokter lebih leluasa melakukannya; hasil pengguntingan
lebih bagus, terarah, dan sayatan bisa diminimalkan. Posisi kepala bayi pun
lebih mudah dipegang dan diarahkan.( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi

23
Terapan dan Tepat Guna Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah :
Pekanbaru)

Kekurangannya Bila ini adalah kali pertama ibu melahirkan, posisi


berbaring berpeluang menyulitkan ibu untuk mengejan. Bagaimanapun, gaya
berat tubuh yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi
menyulitkannya untuk mengejan. Posisi ini juga berpeluang mengakibatkan
perineum (daerah antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga
menyulitkan persalinan. Posisi ini membuat letak pembuluh besar berada di
bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa bayi. Apalagi kalau letak ari-ari juga
berada di bawah bayi, ini akan membuat tekanan pada pembuluh darah menjadi
tinggi dan menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu. Pengiriman
oksigen melalui darah yang mengalir dari ibu ke janin melalui plasenta pun
relatif berkurang.( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan Tepat
Guna Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)

B. Sistem ( P4K, Tabulin, Ambulan Desa)


1. P4K

a. Pengertian Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)


Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka
peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil,
termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan

24
stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir. (Werdiyanthi, 2017).
Pengertian P4K dengan Stiker Adalah kepanjangan dari Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi, yang merupakan suatu
kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif
suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan
penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media
notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagl ibu dan bayi baru lahir. (Pedoman P4K: Depkes RI, 2009)

b. Tujuan
1) Tujuan Umum P4K
Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi
baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapaan menghadapi komplikasi dan
tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
(Werdiyanthi, 2017)
2) Tujuan Khusus P4K
a) Dipahaminya setiap persalinan berisiko oleh suami, keluarga, dan
masyarakat luas.
b) Meningkatnya keterampilan SPK 8 saat ANC oleh bidan
c) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K disetiap rumah ibu
hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil,
identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping
persalinan, dan fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi
yang akan digunakan serta pembiayaan
d) Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil, suami,
keluarga dan bidan.
e) Adanya rencana untuk menggunakanalat kontrasepsi setelah melahirkan
yang disepakati oleh ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.
f) Adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik formal
maupun non formal, kader, dukun bayi, dll. Dalam rencana persalinan dan

25
KB setelah melahirkan sesuai dengan perannya masing-masing.
(Werdiyanthi, 2017)

c. Manfaat
1) Mempercepat berfungsinya Desa Siaga.
2) Menigkatnya cakupan pelayan ANC sesuai standar.
3) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.
4) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.
5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini (Werdiyanthi, 2017)

d. Faktor yang mempengaruhi P4K


1) Pengetahuan
2) Dukungan keluarga
3) Situasi geografis dan budaya.
(Pertiwi, 2013)

e. Peran bidan dalam P4K


1) Peran bidan dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan penceg
ahan komplikasi dalam masa kehamilan:
 Melakukan pemeriksaan ibu hamil (ANC) sesuai standar minimal 4 kali
selama hamil, yaitu dimulai dari melakukan pemeriksaan Keadaan umum,
Menentukan taksiran partus (sudah dituliskan pada stiker), keadaan janin
dalam kandungan, pemeriksaan laboratorium yang diperlukan, pemberian
Imunisasi TT, pembuatan tablet fe, pemberian pengobatan/tindakan apabila
ada komplikasi.
 Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga
mengenai: tanda-tanda persalinan, Tanda bahaya persalinan dan kehamilan,
Kebersihan pribadi dan lingkungan, Kesehatan dan Gizi,
penyuluhan/konseling tentang perencanaan persalinan (Bersalin di Bidan,
meyiapkan transportasi, menyiapkan biaya, menyiapkan donor darah),
perlunya inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif, KB pasca persalinan.
 Melakukan kunjungan rumah untuk memberikan pelayanan ANC bagi ibu
hamil yang tidak datang ke bidan, penyuluhan pada keluarga tentang
perencanaan persalinan, motivasi persalinan di bidan pada waktu menjelang

26
taksiran partus, membangun komunikasi persuasif dan setara dengan Forum
Peduli KIA dan dukun untuk peningkatan partisipasi aktif unsur-unsur
masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak.
 Melakukan rujukan dengan melibatkan peran serta kader dan tokoh
masyarakat.
 Melakukan pencatatan pada kartu ibu, kohort ibu, dan buku KIA.
 Membuat laporan PWS-KIA.
 Memberdayakan unsur-unsur masyarakat termasuk suami, keluarga, dan
kader untuk terlibat aktif dalam program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi

f. Peran bidan dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan


pencegahan komplikasi dalam masa persalinan. Bidan memberikan pertolongan
persalinan sesuai standar, antara lain:
 Mempersiapkan sarana prasara persalinan aman termasuk pencegahan
infeksi.
 Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf.
 Melakukan asuhan persalinan normal sesuai standar.
 Melakukan manajemen aktif kala III (MAK III).
 Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
 Melakukan perawatan bayi baru lahir, termasuk pemberian salep mata,
vitamin K1 dan Imunisasi Hep B0.
 Melakukan tindakan PPGDON apabila mengalami komplikasi.
 Melakukan rujukan bila diperlukan.
 Melakukan pencatatan persalinan pada kartu ibu, kohort ibu dan bayi,
register pelayanan, buku KIA.
 Membuat pelaporan PWS dan AMP.

g. Peran bidan dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan


pencegahan komplikasi dalam masa nifas. Bidan memberikan pelayanan nifas
sesuai dengan standar, antara lain:
 Melakukan kunjungan nifas (KF1, KF2, KF lengkap), (KN1, KN2) antara
lain, Perawatan ibu nifas, pelayanan KB pasca persalinan, Perawatan bayi
baru lahir imunisasi, termasuk pemberian obat tetes/salep mata antibiotika,

27
suntikan vitamin K1 mg dosis tunggal pada paha kiri antero lateral,
Pemberian imunisasi HBV-0 di paha kanan, Pemberian vitamin A 200.000
IU ibu nifas 2 kali (warna merah), Perawatan payudara.
 Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu, keluarga dan masyarakat
mengenai: Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, Tanda-tanda bayi
sakit, Kebersihan pribadi lingkungan, Kesehatan & Gizi, ASI Ekslusif,
Perawatan tali pusat, KB pasca salin, dan KB pasca persalinan.
 Melakukan rujukkan apabila diperlukan.
 Melakukan pencatatan padaKohort bayi dan buku KIA.
 Membuat laporan PWS-KIA dan AMP. (Pedoman P4K: Depkes RI, 2009).

2. Tabulin

a. Definisi
Tabulin adalah tabungan sosial yang dilakukan oleh calon pengantin,
ibu hamil dan ibu yang akan hamil maupun oleh masyarakat untuk biaya
pemeriksaan kehamilan dan persalinan serta pemerliharaan kesehatan
selama nifas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu masa kehmilan
dan persalinan kedalam rekening tabulin. ( Rismintari, 2011)

b. Tujuan
1) Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pengelola dan masyarakat
tentang tabulin.
2) Meningkatkan kemampuan para pengelola dan masyarakat dalam
mengenali masalah potensi yang ada dan menemukan alternatif
pemecahan masalah yang berkaitan dengan ibu hamil dan nifas.

28
3) Meningkatkan kesadaran, kepedulian pengelola dan masyarakat dalam
penggerakan ibu hamil untuk ANC, persalinan dengan tenaga kesehatan,
PNC, serata penghimpunan dana masyarakat untuk ibu hamil, bersalin
dan ambulan desa. ( Rismintari, 2011)

c. Manfaat

Adapun manfaat dari tabulin, antara lain :

a) Sebagai tabungan atau simpanan itu yang digunakan untuk biaya


persalinan atau sesudah persalinan
b) Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.
( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan Tepat Guna
Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)

d. Tahapan Tabulin
1) Ibu yang sudah mengetahui kehamilannya, diminta mulai menabung
untuk persalinannya
2) Tabulin merupakan tabungan keluarga, bukan tanggung jawab ibu yang
harus menyisihkan uang untuk persalinannya, tetepai suami juga harus
menabung untuk dana persalinan. Terutama bagi keluarga yang
penghasilannya tunggal (suami yang berpenghasilan). Jadi perlu ada
kesepakatan dengan suami.
3) Jika ibu hamil menngalami kesulitan menyampaikan kepada suami,
maka anggota SIAGA (Siap Antar Jaga) lain perlu membicarakannya
dengan para suami dalam pertemuan - pertemuan desa, pertemuan para
bapak, ataupun pendekatan secara individual.
4) Waktu perkiraan persalian sudah dapat diketahui sehingga ibu atau
keluarga mampu memperkirakan kapan dana akan digunakan. Jika
simpanan tidak berupa uang, ibu dan keluarga harus bisa
memperkirakan kapan simpanan bisa diuangkan, misalnya menjual hasil
panen, menjual ternak.
5) Tabulin dalam bentuk uang, dapat disimpan dibank, dirumah, atau pada
bidan. Tabulin dapat diisi dengan mencicil. Tbulin yang disimpan pada

29
bidan dapat dititipkan pada saat pemeriksaan kehamilan. ( Fajar Sari
Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan Tepat Guna Dalam Pelayanan
Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)

3. Ambulan Desa
a. Definisi
1) Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan
saling peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit
rujukan kesehatan yang berbentuk alat transportasi.
2) Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan
untuk mengantar warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan
ditempat pelayanan kesehatan. ( Rismintari, 2011)

b. Tujuan
1) Tujuan umum
Mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan melahirkan.
2) Tujuan khusus
Mempercepat pelayanan kegawatdaruratan masalah kesehatan, bencana,
serta kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau
mungkin terjadi. ( Rismintari, 2011)
c. Sasaran
Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku individu
dan keluarga yang dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap
perubahan perilaku tersebut. Semua indivu dan keluarga yang tanggap dan
peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini kesipasiagaan
memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa. ( Rismintari, 2011)
d. Kriteria
1) Kendaraan yang bermesin yang sesuai standar ( mobil sehat)
2) Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha
3) ONLINE ( siap pakai) ( Rismintari, 2011)
e. Indikator Proses Pembentukan Ambulan Desa
1) Ada forum kesehatan desa yang aktif

30
2) Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana serta
kegawatdaruratan kesehatan dengan pengendalian faktor resikonya
3) UKBM berkualitas
4) Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan
5) Penurunan kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawatdaruratan
kesehatan ( Rismintari, 2011)
f. Macam-macam penggunaan ambulan desa

( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan Tepat Guna Dalam Pelayanan


Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)

31
32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap wanita menginginkan persalinan berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi
secara sempurna. Persalinan seharusnya merupakan moment yang membahagiakan yang
tidak perlu ditakuti oleh seorang wanita, tetapi masih banyak perempuan yang merasa
khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba. Komplikasi kehamilan, persalinan,
dan nifas merupakan penyebab langsung kematian ibu. Semakin tinggi kasus komplikasi
maka semakin tinggi kasus kematian ibu. Salah satu upaya untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu akibat komplikasi kehamilan yaitu dengan Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Komponen penyelenggaraan P4K (Tabulin, Dasolin,
Ambulan Desa dan Pengelolaan Donor Darah) dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan)
beserta masyarakat.

Selain itu dapat menggunakan metode Gentlebirth, Lotus Birth, water birth dan
hypnobirth yang merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan ibu hamil saat
persalinan. Dan ibu juga bisa memilih posisi persalinan sesuai dengan yang diinginkan
untuk mempelancar proses persalinan.

B. Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan terutama bidan mampu menerapkan konsep
teknologi terapan dalam pelayanan persalinan seperti gentle birth, lotus birth, hypnobirth, water
birth dan posisi dalam persalinan, dan P4K (tabulin dan ambulan desa) agar mempermudah
proses persalinan dan dapat menurunkan AKI.

33
DAFTAR PUSTAKA

Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan Tepat Guna Dalam Pelayanan Persalinan.
Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru

Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing

Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat (2009). Program P4K Dalam Rangka
Menurunkan AKI. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat: Depkes RI 2009.Jakarta

Fitria, dkk. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Desa Sebagai
Fasilitator Dalam Kegiatan Tubulin Dan Dasolin Di Kab. Sumenep. Jurnal Manejemen
Kesehatan Indonesia. Volume 4 no. 2

Kusbandiyah, J, dan Jayanti, D.I. 2014. Peran Hypnobirth Dan Gentlebirth Saat Prenatal Class
Untuk Kenyamanan Dan Kelancaran Proses Persalinan. Journal Of STIKES Widyagama
Husada Midwifery. Volume 3 No.1

Nisman, A.W. 2011. Ternyata melahirkan itu mudah dan menyenangkan. Yogyakarta: CV.
ANDI OFFSET.

Werdiyanthi, Ni Made, dkk, 2017. Hubungan Penerapan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi Kehamilan oleh Ibu Hamil dengan Komplikasi Kehamilan di
Puskesmas Doloduo Kab. Bolaang Mongondow. Journal of nursing. volume 5 no.1

Moudy E.U Djami, 2013. Lotus Birth Isu Terkini Dan Evidence Based Dalam Praktek
Kebidanan. Jurnal Ilmiah Permata Medika. Volume 2 No.2

34

Anda mungkin juga menyukai