OLEH :
Kelompok 2
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Persalinan (Gentle Birth, Posisi Persalinan, P4K,
Tabulin, Ambulan Desa)”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Teknologi Terapan Dalam
Pelayanan Persalinan (Gentle Birth, Posisi Persalinan, P4K, Tabulin, Ambulan Desa) dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................................................. 5
C. Manfaat ............................................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 6
A. Prosedur gentle Birth, posisi persalinan.............................................................. 6
1. Gentle Birth ................................................................................................... 6
2. Posisi persalinan............................................................................................ 20
B. SISTEM (P4K, TABULIN,AMBULAN DESA) ............................................... 24
1. P4K (program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi) .......... 24
2. TABULIN (Tabungan Ibu Bersalian) ........................................................... 28
3. Ambulan Desa ............................................................................................... 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses alamiah yang dialami perempuan sebagai
salah satu siklus kehidupan. Setiap wanita menginginkan persalinan berjalan lancar dan
dapat melahirkan bayi secara sempurna. Persalinan seharusnya merupakan moment
yang membahagiakan yang tidak perlu ditakuti oleh seorang wanita, tetapi masih
banyak perempuan yang merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran
tiba. Secara teori disampaikan bahwa 90-95% persalinan seharusnya dapat berjalan
normal pervaginam tanpa komplikasi. Faktanya, masih banyak persalinan yang
berakhir dengan induksi dan seksio Caesaria (SC). Di Indonesia, tercatat angka kejadian
SC di rumah sakit pemerintah sekitar 20-25%, sedangkan di rumah sakit swasta sekitar
30-80% dari total persalinan. ( Kusbandiyah, 2014)
Komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan penyebab langsung
kematian ibu. Semakin tinggi kasus komplikasi maka semakin tinggi kasus kematian
ibu. Salah satu upaya pemerintah berdasarkan surat edaran Menkes No :
294/Menkes/SE/III/2008 untuk menurunkan AKI dengan melaksanakan program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh
bidan desa dalam rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam persalinan
yang aman dan persiapan menghadapi persalinan. Komponen penyelenggaraan P4K
(Tabulin, Dasolin, Ambulan Desa dan Pengelolaan Donor Darah) dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan (bidan) beserta masyarakat terdiri dari tiga unsur kegiatan yaitu :
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang KIA; kegiatan pelayanan siaga KIA serta
kegiatan pendukung dari pemerintah dan tokoh masyarakat dengan membentuk fokus
kegiatan P4K yaitu salah satunya Tabulin dan Ambulan desa. (Fitria, 2016)
Diharapkan dengan berjalannya program P4K dapat mengurangi angka
kematian ibu. Karena semua ibu hamil yang telah diberi stiker dapat terpantau oleh
semua komponen masyarakat suami, keluarga, bidan dan perawat secara cepat dan
tepat. Supaya pemantauan berhasil dengan baik maka dari sisi masyarakat perlu
dipersiapkan dengan sistem kesiagaan desa oleh dan untuk masyarakat. Pelaksanaan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi oleh ibu hamil
4
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan dukungan keluarga, situasi
geografis dan budaya. (Werdiyanthi, 2017).
Gentlebirth dan hypnobirth adalah salah satu cara untuk mempersiapkan ibu
hamil saat kehamilan. Hypnobirth dan gentlebirth bukan hanya memandang ibu
bersalin dari segi fisiologis tetapi memandang ibu bersalin sebagai klien secara holistik
sebagai makhluk biopsiko sosial dan kultural. Kunci dari hypnobirth dan gentlebirth
adalah meminimaslisir tindakan medis dengan persalinan yang lembut dan alamiah.
(Kusbandiyah, 2014)
B. Tujuan
1. Tujuan umum.
Agar mahasiswa mampu memahami konsep teknologi terapan dalam pelayanan
persalinan
2. Tujuan khusus.
a. Untuk mengetahui prosedur dari Gentle Birth
b. Untuk mengetahui prosedur dari posisi persalinan
c. Untuk mengetahui sistem P4K
d. Untuk mengetahui sistem dari TABULIN
e. Untuk mengetahui sistem dari ambulan desa.
C. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami konsep teknologi terapan sehingga mampu
mengaplikasikannya dalam pelayan kebidanan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
Gentle birth adalah salah satu cara untuk mempersiapkan ibu hamil saat
kehamilan. Gentlebirth bukan hanya memandang ibu bersalin dari segi fisiologis tetapi
memandang ibu bersalin sebagai klien secara holistik sebagai makhluk bio psiko sosial
dan kultural. Kunci gentlebirth adalah meminimaslisir tindakan medis dengan
persalinan yang lembut dan alamiah. Kemampuan komunikasi bidan mutlak
diperlukan, design dari tempat praktek yang dibuat seperti bersalin di rumah
merupakan daya tarik sendiri dari klien dan seni sangat dibutuhkan disini.
(Kusbandiyah, 2014)
Seperti hasil penelitian Triananda (2011) di salah satu di daerah di Pujon bahwa
alasan memilih tempat persalinan adalah fasilitas dan keramahan pertugas. Teknik
dalam gentlebirth yang dipersiapkan sejak kehamilan membuat vagina menjadi lebih
lentur dengan berbagai cara antara lain : Pelvic rocking, birthball, senam hamil, yoga,
belly dance dan lain sebagainya. Praktek yang sering digunakan adalah sebatas pada
senam hamil, teknik lain belum banyak di laksanakan oleh bidan padahal beberapa
penelitian menunjukkan bahwa dengan pelvic rocking bisa menurunkan kejadian nyeri
punggung saat persalinan, birthball dapat mengurangi kecemasan saat melahirkan.
Relaksasi dapat dilatih selama kehamilan dengan dilakukan hypnobirthing selama
kehamilan, penelitian oleh Jiarti tahun 2013 mendapatkan hasil bahwa, dengan
dilakukan hypno selama kehamilan, ibu hamil merasa lebih tenang dan kecemasan
6
menjadi berkurang. Relaksasi dengan disertai gentle birth akan mendapatkan hasil yang
lebih maksimal. (Kusbandiyah, 2014)
Teknik gentlebirth yang sudah banyak dikuasai oleh responden adalah pelvic
rocking. Pelvic rocking adalah tekinik bergoyang diatas gymball. Teknik ini
mempunyai beberapa keuntungan, yang pertama dengan bergoyang di atas gymball
maka ibu akan menjadi rileks karena mengikuti arah rasa sakit sehingga rasa sakit akan
berkurang. Keuntungan kedua yaitu dengan melakukan pelvic rocking maka rongga
panggul akan terbuka lebih lebar. Hal ini memungkinkan janin mengalami penurunan
dengan optimal dan meminimalisasi kelainan presentasi. Beberapa teknik yang masih
belum bisa dikuasi oleh responden adalah perineum massage dan endorfin massage.
Perineum massage adalah teknik yang digunakan untuk melenturkan perineum dengan
cara memijat perineum dengan essensial oil selama kehamilan sehingga diharapkan
saat persalinan perineum menjadi elastis dan diharapkan dapat menurunkan kejadian
laserasi jalan lahir. Sedangkan endorfin massage adalah teknik untuk mengeluarkan
endorfin dan oksitosin dengan cara memijat daerah kanan kiri vertebra. Teknik ini sulit
dikuasai karena dalam pelaksanaannya membutuhkan partisipasi dari pasangan karena
perlu manipulasi pada daerah intim, kemungkinan responden belum terbiasa dengan hal
tersebut sehingga sulit untuk dilakukan atau diiplementasikan oleh responden. Dari
banyak teknik yang digunakan tersebut, oleh nafas, relaksasi dan pelvic rocking yang
banyak digunakan saat proses persalinan. Dengan menggunakan kombinasi dari ketiga
teknik tersebut, maka proses persalinan menjadi lebih tenang dan lancar. (Kusbandiyah,
2014).
Yang perlu dipersiapkan dalam persalinan Gentle Birth adalah mengolah tubuh,
pikiran, emosi selama masa kehamilan agar calon ibu siap menghadapi persalinan
secara fisik, mental, dan spiritual.( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan
Tepat Guna Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)
Mungkin ada beberapa wanita sempat mengalami trauma dengan persalinan
yang menyakitkan sebelumnya, atau calon ibu baru yang sangat terpengaruh dengan
cerita-cerita tentang pengalaman ibu lainnya yang mengalami ‘sakit ini atau itu’ saat
melahirkan. .( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan Tepat Guna Dalam
Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)
7
dan persalinan. Merubah persepsi menjadi positif secara langsung akan memperbaiki
cara pandang seseorang terhadap pengalaman tersebut, dan membuatnya lebih siap
secara mental untuk menghadapinya. .( Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan
dan Tepat Guna Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)
8
Jadi, inti dari metode hypnobirthing sebenarmya adalah:
1) Menjalani masa dan proses kehamilan dengan sukacita
2) Senantiasa berfikir positif dan yakin pada kemampuan diri sendiri, untuk bisa
melahirkan dengan berhasil serta merawat dan membesarkan bayi dengan
baik
3) Rasa sakit pada saat melahirkan memang tetap ada dan tidak bisa
dihilangkan, tapi jika kita tenang dan rileks maka proses persalinan akan
berjalan cepat dan lancar
4) Memberi sugesti positif tentang proses persalinan, dan bisa membuat kita
begitu antusias menanti kehadiran buah hati
2. Lotus Birth
9
Lotus Birth adalah proses persalinan pada kala III yang tidak langsung
dilakukan pemotongan tali pusat, tetapi dibiarkan tetap terhubung antara bayi
dan plasenta hingga puput dengan sendirinya. Rata-rata tali pusat lepas dari
perut bayi sekitar 3-10 hari pasca persalinan. (Moudy E.U Djami, 2013)
Lotus birth meskipun tidak dianjurkan secara medis karena belum ada
bukti ilmiahnya, namun menjadi tren diantara ibu-ibu yang ingin melahirkan
terutama home birth. Bukti ilmiah memang belum ditemukan informasinya,
namun dapat ditemukan dalam penuturan para ibu yang telah melahirkan dan di
publis secara online dapat juga dalam berbagai buku yang telah ditulis oleh
mereka yang telah berpengalaman sebagai praktisi kesehatan maupun di tulis
oleh ibu bersalin itu sendiri. (Moudy E.U Djami, 2013)
Implikasi dari Lotus Birth sebaiknya didekati melalui perspektif tradisi
misteri kuno dikembangkan di tempat-tempat yang beragam seperti India, Cina,
dan Mesir. Melalui disiplin kontemplasi dan meditasi, tradisi ini telah
mengembangkan pemahaman tentang totalitas manusia yang masih absen dari
ilmu kedokteran Barat. Umumnya, mereka mengartikulasikan dimensi dimana
manusia hidup secara bersamaan dan bagaimana ketidakharmonisan atau
trauma dalam satu efek yang lain. (Moudy E.U Djami, 2013)
10
tempat tidur yang telah ditaburi garam laut (yang diganti setiap hari ) dapat
pula dengan herbal yang mengandung Echinacea, Calendula dan Arnica
serta minyak Lavender
8) Bayi di gendong dan disusui sesuai keinginan atau kebutuhan bayi yang
diketahui secara insting oleh ibu jika bayi mengangis atau reaksi lainnya
9) Bayi di beri pakaian longgar agar tidak mengganggu gerakan karena tali
pusat masih menempel
10) Bayi dapat dimandikan seperti biasa, plasenta dibiarkan seperti itu
11) Batasi pergerakan selama tali pusat belum puput (Moudy E.U Djami,
2013)
Secara logika dapat disimpulkan bahwa metode ini rentan terjadi infeksi
karena port de entry antara tali plasenta, tali pusat dan bayi masih ada.
Akibatnya metode ini belum dapat sepenuhnya diadopsi dalam praktis medis.
Kontroversi ini terjadi di berbagai belahan dunia, namun pilihan untuk
menggunakan metode ini adalah hak ibu dan keluarga sehingga efek samping
jika terjadi komplikasi seperti infeksi merupakan tanggung jawab ibu dan
keluarga.
Selain dapat terjadi infeksi, kekurangan lain dari metode Lotus birth adalah:
1) Tidak bisa diterapkan pada semua seting pelayanan karena terbatas
oleh keyakinan, budaya dan kebijakan serta bukti ilmiah.
2) Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai dan SDM yang
kompeten.
3) Perlu hati-hati dalam merawat bayi, tali pusat dan plasenta sebelum
puput agar idak infeksi, tidak berbau dan tidak putus karena tindakan
yang tidak di sengaja karena terburu-buru atau tidak hati-hati
Beberapa alasan seorang ibu menentukan Lotus birth sebagai pilihan antara lain:
1) Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan
cara memotong tali pusat
2) Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang
memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada
waktu yang tepat.
3) Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
11
4) Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama
postpartum sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian
penuh.
5) Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu
bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu
hingga plasenta telah lepas.
6) Alasan rohani atau emosional.
7) radisi budaya yang harus dilakukan.
8) Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau
mengikat tali pusat.
9) Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut
(adanya luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan sedangkan jika
tidak ada luka, waktu penyembuhan akan minimal). (Moudy E.U
Djami, 2013)
3. Water birth
a. Definisi
Water birth merupakan salah satu metode persalinan per vaginam, di mana ibu
hamil tanpa komplikasi bersalin dengan cara berendam dalam air hangat dengan tujuan
mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi rasa nyaman. Melahirkan dalam
air (water birth) adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui vagina di dalam
air. Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidak jauh berbeda dengan
metode persalinan normal di atas tempat tidur. Perbedaannya, pada metode water birth
persalinan dilakukan di dalam air, sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas
tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu
akan merasa jauh lebih sakit dibandingkan dengan persalinan dengan metode water
birth. ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
12
b. Keuntungan Water Birth
1) Fase Kala I (Pembukaan)
a) Mengurangi Nyeri Persalinan dan Memberi Rasa Nyaman
Mengurangi rasa sakit adalah tujuan utama metode water birth, sedangkan
secara teknis melahirkan dalam air pada dasarnya sama seperti melahirkan normal,
proses dan prosedurnya sama, hanya tempatnya yang berbeda. Nyeri persalinan
berkurang disebabkan ibu berendam dalam air hangat yang dapat memberi
perasaan relaks dan nyaman sehingga rasa sakit dan stres akan berkurang. Pada
water birth, ibu melahirkan dengan posisi bebas dan yang dirasa paling nyaman
oleh ibu. Kolam yang digunakan dapat terbuat dari fi ber glass atau bahan lain.
Water birth merupakan suatu bentuk hydrotherapy. Metode ini efektif dan
bermanfaat dalam penanganan nyeri pada kondisi seperti lower back pain yang
umumnya menjadi keluhan ibu saat persalinan. Hydrotherapy juga merupakan
suatu alternatif yang relatif lebih aman jika dibandingkan dengan penanganan nyeri
persalinan konvensional yang menggunakan anestesi dan narkotik. ( Suci
Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
Berendam dalam air dapat mengurangi 75% nyeri persalinan. Pada
persalinan atau kelahiran di air, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk
relaksasi, pergerakan selama bersalin dengan metode water birth yang lebih leluasa
menyebabkan ibu nyaman dan relaks. Pada keadaan relaks, tubuh akan melepaskan
endorphin, yaitu zat semacam morfi n yang dibentuk oleh tubuh untuk mengurangi
rasa sakit. Air hangat juga mampu menghambat impuls-impuls saraf yang
menghantarkan rasa sakit sehingga membuat persalinan tidak terasa begitu berat.
Kolam bersalin harus didesain khusus dan tidak boleh digunakan selain untuk
persalinan. Temperatur air sebaiknya sama persis dengan suhu tubuh ibu saat
melahirkan. Akurasi ini penting untuk mencegah temperature shock saat bayi
meluncur ke dalam kolam. Sterilitas air perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan
infeksi pada ibu maupun bayinya. ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri :
Rapha Publishing)
13
meregang saat kepala bayi keluar melewati vagina, bahkan dikatakan jika
persalinan berjalan lancar maka tidak perlu sampai harus merobek perineum
(episiotomi). ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada
abdomen ibu. Kondisi mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efi sien
dan sirkulasi darah lebih baik, memperbaiki sirkulasi, dan oksigenasi darah otot
uterus sehingga lebih banyak oksigen masuk ke bayi selama persalinan. Air
mengurangi nyeri selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi
secara alami sehingga ibu hamil dapat lebih mudah mengubah posisi. Air hangat
dan tekanan pusaran air kolam (jacuzzi) merangsang respons fi siologi ibu
hamil, termasuk redistribusi volume darah yang akan merangsang pelepasan
oksitosin dan vasopresin. Hipotesisnya bahwa air hangat akan dapat merelaksasi
otot-otot dan mental, meningkatkan pelepasan katekolamin yang meningkatkan
perfusi, relaksasi, dan kontraksi uterus sehingga mengurangi nyeri kontraksi
dan mempersingkat fase persalinan. ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri
: Rapha Publishing)
14
Birth Centre Network UK, Nicoll A. et al mendapatkan 300 kelahiran per tahun,
di antaranya menggunakan water birth dengan episiotomy rate 2%. A
Comparative Study tentang water birth yang membandingkan antara metode
Maia-birthing stool, bedbirths (kecuali vakum ekstraksi) mendapatkan data
bahwa kejadian episiotomi pada water birth 12,8%, Maia-birthing stool 27,7%,
bedbirths 35,4%. Perbedaan ini membuktikan bahwa risiko episiotomi lebih
kecil dibandingkan 2 metode persalinan yang lain. ( Suci Anggraeni. 2012.
Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis, ia tampak lebih tenang.
Bayi tidak tenggelam jika dilahirkan di air karena selama kehamilan bayi hidup
dalam lingkungan air (amnion) sampai terjadi transisi persalinan dari uterus ke
permukaan air. Demikian pula lilitan tali pusat di leher tidak akan menjadi masalah
sepanjang tidak ada deselerasi denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal
distress) sebagai akibat ketatnya belitan tali pusat di leher. ( Suci Anggraeni. 2012.
Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
15
memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan
metode lain, peredaran darah bayi pun akan lebih baik sehingga tubuh bayi akan
cepat memerah setelah dilahirkan. ( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri :
Rapha Publishing)
Risiko infeksi untuk ibu atau bayi setelah proses kelahiran secara water
birth tidak lebih besar daripada jika Anda melahirkan di atas tempat tidur. Sebuah
review 2009 dari Cochrane menganalisis hasil dari lima uji coba menilai kesehatan
dan kesejahteraan bayi setelah lahir di dalam air. Tinjauan melaporkan tidak ada
perbedaan dalam tingkat infeksi pada bayi atau dalam penerimaan untuk perawatan
khusus dibandingkan dengan bayi yang lahir di atas tempat tidur. Demikian pula,
lima uji coba dimasukkan dalam analisis untuk infeksi pada ibu. Tidak ada
perbedaan dalam tingkat infeksi pada ibu yang telah melahirkan di sebuah kolam
bersalin dibandingkan dengan mereka yang akan melahirkan di atas tempat tidur.
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
16
c. Syarat Water Birth
Syarat Water Birth Water birth merupakan suatu metode alternatif dalam
persalinan yang memiliki banyak keunggulan. Meski demikian, sebelum melakukan
metode ini alangkah baiknya jika kita mengetahui dan memahami persyaratan dalam
memilih metode water birth.
Syarat-syarat untuk dapat melakukan water birth antara lain:
1. Ibu hamil risiko rendah
2. Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina, saluran kencing, dan kulit
3. Tanda vital ibu dalam batas normal dan DJJ normal
4. Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah
dilatasi serviks mencapai 4-5 cm
5. Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat
berendam jika diperlukan
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
17
2) Kontraindikasi Water Birth
a) Ibu hamil dengan infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah
(herpes genitalis,HIV, hepatitis)
b) Infeksi dan demam pada ibu
c) Denyut jantung ibu atau janin abnormal
d) Ibu yang mengalami perdarahan pervaginam berlebihan
e) Makrosomia
f) Ibu dan janin dengan kondisi yang memerlukan monitoring terus-
menerus dan perawatan medis
g) Calon ibu yang memiliki panggul sempit
h) Ibu hamil dengan indikasi letak janin sungsang atau melintang
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
18
e) Bagi para calon ibu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan selama
masa kehamilan untuk dapat mengetahui metode persalinan apa yang paling
sesuai dengan kondisinya
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
2) Persiapan Alat
a) Birth pool (portable/permanent pool)
Bisa berupa kolam plastik berukuran cukup besar (diameter 2 meter) dengan
benjolanbenjolan di bagian bawahnya agar ibu tidak merosot saat persalinan
berlangsung. Ketinggian air di dalam kolam juga harus diatur supaya berada di
atas pusar, baik saat ibu dalam posisi duduk, jongkok, atau tiduran. Posisi saat
melahirkan dapat dilakukan sebebas mungkin, bisa sambil duduk, menghadap
ke belakang, atau posisi lain yang dirasa nyaman oleh ibu.
b) Water heater dan thermometer Fungsi dari water heater dan thermometer ini
untuk menjaga suhu air agar tetap dalam suhu 37oC. Hal ini bertujuan agar bayi
tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara di dalam dengan di luar
perut dan tidak mengalami hipotermia
c) Doppler antiair
d) Sarung tangan
e) Pakaian kerja (apron)
f) Jaring untuk mengangkat kotoran
g) Alas lutut kaki, bantal, instrumen partus set
h) Shower air hangat
i) Thermometer ibu
j) Handuk, selimut
k) Warmer dan peralatan resusitasi bayi
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
19
a) Ibu masuk ke dalam air ketika akan melahirkan. Ibu mengalami fase
pembukaan laten dan aktif. Saat fase aktif dan pembukaan sudah mencapai
5 cm, ibu baru boleh masuk ke kolam air. Pada fase ini biasanya
membutuhkan waktu tidak terlalu lama, hanya sekitar 1-2 jam untuk
menunggu kelahiran sang bayi.
b) Sikap relaks, biasanya begitu ibu masuk ke dalam kolam air akan terasa
nyaman dan rasa sakit pun hilang. Ibu dapat duduk dengan relaks dan bisa
lebih fokus untuk menjalani proses melahirkan. Ibu juga dapat mencoba
posisi lain seperti menungging.
c) Observasi dan monitoring
d) Manajemen kala II
e) Manajemen kala III
( Suci Anggraeni. 2012. Water Birth. Kediri : Rapha Publishing)
2. Posisi Persalinan
Perubahan posisi pada saat menjalani proses persalinan sangat penting untuk
keefektifan kontraksi uterus. Ketika diberikan pilihan 95 % ibu memilih posisi
duduk , berdiri atau berjalan saat menjalani proses persalinan, terutama tahap 1 yaitu
tahap pembukaan uterus. Berdiri dan berjalan selama proses persalinan berpengaruh
terhadap lebih pendeknya nyeri dan peningkatan level kenyamanan yang dirasakan
ibu. Beberapa posisi dan keuntungan yang diperoleh dengan posisi tersebut.
a. Berdiri
Posisi ini mengambil keuntungan dari gaya gravitasi selama dan antara
kontraksi. Kontraksi menjadi lebih sedikit dan lebih produktif terhadap
pembukaan. Gaya gravitasi membuat tarikan khusus dan alami agar janin segera
dapat dikeluarkan. Mengurangi nyeri punggung dan mempercepat proses
persalinan.
20
b. Duduk dengan punggung tegak
21
dengan posisi lain hasil pemeriksaan denyut jantung janin mengalami
penurunan maka dengan posisi ini dapat mengurangi masalah tersebut.
e. Posisi miring
f. Posisi jongkok
22
Memanfaatkan gaya gravitasi, nyaman, dan mengurangi nyeri punggung
sehingga dapat membantu perubahan posisi janin dan penurunan posisi janin di
tulang panggul.
g. Posisi berbaring
Tepat untuk pemberian tindakan-tindakan medis yang diperlukan dalam
pemantauan persalinan seperti pemeriksaan pembukaan jalan lahir dan
pemeriksaan denyut jantung janin. Akan tetapi, posisi ini meningkatkan nyeri
punggung. Bisa menyebabkan penurunan tekanan darah dan menurunnya
denyut jantung janin. Karena banyak pembuluh darah besar yang terdapat di
daerah punggung yang ikut tertekan pada saat berbaring. ( Nisman, 2011)
23
Terapan dan Tepat Guna Dalam Pelayanan Persalinan. Stikes Al-Insyirah :
Pekanbaru)
24
stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir. (Werdiyanthi, 2017).
Pengertian P4K dengan Stiker Adalah kepanjangan dari Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi, yang merupakan suatu
kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif
suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan
penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media
notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagl ibu dan bayi baru lahir. (Pedoman P4K: Depkes RI, 2009)
b. Tujuan
1) Tujuan Umum P4K
Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi
baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman dan persiapaan menghadapi komplikasi dan
tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
(Werdiyanthi, 2017)
2) Tujuan Khusus P4K
a) Dipahaminya setiap persalinan berisiko oleh suami, keluarga, dan
masyarakat luas.
b) Meningkatnya keterampilan SPK 8 saat ANC oleh bidan
c) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K disetiap rumah ibu
hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil,
identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping
persalinan, dan fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi
yang akan digunakan serta pembiayaan
d) Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil, suami,
keluarga dan bidan.
e) Adanya rencana untuk menggunakanalat kontrasepsi setelah melahirkan
yang disepakati oleh ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.
f) Adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik formal
maupun non formal, kader, dukun bayi, dll. Dalam rencana persalinan dan
25
KB setelah melahirkan sesuai dengan perannya masing-masing.
(Werdiyanthi, 2017)
c. Manfaat
1) Mempercepat berfungsinya Desa Siaga.
2) Menigkatnya cakupan pelayan ANC sesuai standar.
3) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.
4) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.
5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini (Werdiyanthi, 2017)
26
taksiran partus, membangun komunikasi persuasif dan setara dengan Forum
Peduli KIA dan dukun untuk peningkatan partisipasi aktif unsur-unsur
masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak.
Melakukan rujukan dengan melibatkan peran serta kader dan tokoh
masyarakat.
Melakukan pencatatan pada kartu ibu, kohort ibu, dan buku KIA.
Membuat laporan PWS-KIA.
Memberdayakan unsur-unsur masyarakat termasuk suami, keluarga, dan
kader untuk terlibat aktif dalam program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi
27
suntikan vitamin K1 mg dosis tunggal pada paha kiri antero lateral,
Pemberian imunisasi HBV-0 di paha kanan, Pemberian vitamin A 200.000
IU ibu nifas 2 kali (warna merah), Perawatan payudara.
Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu, keluarga dan masyarakat
mengenai: Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, Tanda-tanda bayi
sakit, Kebersihan pribadi lingkungan, Kesehatan & Gizi, ASI Ekslusif,
Perawatan tali pusat, KB pasca salin, dan KB pasca persalinan.
Melakukan rujukkan apabila diperlukan.
Melakukan pencatatan padaKohort bayi dan buku KIA.
Membuat laporan PWS-KIA dan AMP. (Pedoman P4K: Depkes RI, 2009).
2. Tabulin
a. Definisi
Tabulin adalah tabungan sosial yang dilakukan oleh calon pengantin,
ibu hamil dan ibu yang akan hamil maupun oleh masyarakat untuk biaya
pemeriksaan kehamilan dan persalinan serta pemerliharaan kesehatan
selama nifas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu masa kehmilan
dan persalinan kedalam rekening tabulin. ( Rismintari, 2011)
b. Tujuan
1) Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pengelola dan masyarakat
tentang tabulin.
2) Meningkatkan kemampuan para pengelola dan masyarakat dalam
mengenali masalah potensi yang ada dan menemukan alternatif
pemecahan masalah yang berkaitan dengan ibu hamil dan nifas.
28
3) Meningkatkan kesadaran, kepedulian pengelola dan masyarakat dalam
penggerakan ibu hamil untuk ANC, persalinan dengan tenaga kesehatan,
PNC, serata penghimpunan dana masyarakat untuk ibu hamil, bersalin
dan ambulan desa. ( Rismintari, 2011)
c. Manfaat
d. Tahapan Tabulin
1) Ibu yang sudah mengetahui kehamilannya, diminta mulai menabung
untuk persalinannya
2) Tabulin merupakan tabungan keluarga, bukan tanggung jawab ibu yang
harus menyisihkan uang untuk persalinannya, tetepai suami juga harus
menabung untuk dana persalinan. Terutama bagi keluarga yang
penghasilannya tunggal (suami yang berpenghasilan). Jadi perlu ada
kesepakatan dengan suami.
3) Jika ibu hamil menngalami kesulitan menyampaikan kepada suami,
maka anggota SIAGA (Siap Antar Jaga) lain perlu membicarakannya
dengan para suami dalam pertemuan - pertemuan desa, pertemuan para
bapak, ataupun pendekatan secara individual.
4) Waktu perkiraan persalian sudah dapat diketahui sehingga ibu atau
keluarga mampu memperkirakan kapan dana akan digunakan. Jika
simpanan tidak berupa uang, ibu dan keluarga harus bisa
memperkirakan kapan simpanan bisa diuangkan, misalnya menjual hasil
panen, menjual ternak.
5) Tabulin dalam bentuk uang, dapat disimpan dibank, dirumah, atau pada
bidan. Tabulin dapat diisi dengan mencicil. Tbulin yang disimpan pada
29
bidan dapat dititipkan pada saat pemeriksaan kehamilan. ( Fajar Sari
Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan Tepat Guna Dalam Pelayanan
Persalinan. Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru)
3. Ambulan Desa
a. Definisi
1) Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan
saling peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit
rujukan kesehatan yang berbentuk alat transportasi.
2) Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan
untuk mengantar warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan
ditempat pelayanan kesehatan. ( Rismintari, 2011)
b. Tujuan
1) Tujuan umum
Mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan melahirkan.
2) Tujuan khusus
Mempercepat pelayanan kegawatdaruratan masalah kesehatan, bencana,
serta kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau
mungkin terjadi. ( Rismintari, 2011)
c. Sasaran
Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku individu
dan keluarga yang dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap
perubahan perilaku tersebut. Semua indivu dan keluarga yang tanggap dan
peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini kesipasiagaan
memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa. ( Rismintari, 2011)
d. Kriteria
1) Kendaraan yang bermesin yang sesuai standar ( mobil sehat)
2) Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha
3) ONLINE ( siap pakai) ( Rismintari, 2011)
e. Indikator Proses Pembentukan Ambulan Desa
1) Ada forum kesehatan desa yang aktif
30
2) Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana serta
kegawatdaruratan kesehatan dengan pengendalian faktor resikonya
3) UKBM berkualitas
4) Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan
5) Penurunan kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawatdaruratan
kesehatan ( Rismintari, 2011)
f. Macam-macam penggunaan ambulan desa
31
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap wanita menginginkan persalinan berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi
secara sempurna. Persalinan seharusnya merupakan moment yang membahagiakan yang
tidak perlu ditakuti oleh seorang wanita, tetapi masih banyak perempuan yang merasa
khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba. Komplikasi kehamilan, persalinan,
dan nifas merupakan penyebab langsung kematian ibu. Semakin tinggi kasus komplikasi
maka semakin tinggi kasus kematian ibu. Salah satu upaya untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu akibat komplikasi kehamilan yaitu dengan Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Komponen penyelenggaraan P4K (Tabulin, Dasolin,
Ambulan Desa dan Pengelolaan Donor Darah) dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan)
beserta masyarakat.
Selain itu dapat menggunakan metode Gentlebirth, Lotus Birth, water birth dan
hypnobirth yang merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan ibu hamil saat
persalinan. Dan ibu juga bisa memilih posisi persalinan sesuai dengan yang diinginkan
untuk mempelancar proses persalinan.
B. Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan terutama bidan mampu menerapkan konsep
teknologi terapan dalam pelayanan persalinan seperti gentle birth, lotus birth, hypnobirth, water
birth dan posisi dalam persalinan, dan P4K (tabulin dan ambulan desa) agar mempermudah
proses persalinan dan dapat menurunkan AKI.
33
DAFTAR PUSTAKA
Fajar Sari Tanberika.2019.Teknologi Terapan dan Tepat Guna Dalam Pelayanan Persalinan.
Stikes Al-Insyirah : Pekanbaru
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat (2009). Program P4K Dalam Rangka
Menurunkan AKI. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat: Depkes RI 2009.Jakarta
Fitria, dkk. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Desa Sebagai
Fasilitator Dalam Kegiatan Tubulin Dan Dasolin Di Kab. Sumenep. Jurnal Manejemen
Kesehatan Indonesia. Volume 4 no. 2
Kusbandiyah, J, dan Jayanti, D.I. 2014. Peran Hypnobirth Dan Gentlebirth Saat Prenatal Class
Untuk Kenyamanan Dan Kelancaran Proses Persalinan. Journal Of STIKES Widyagama
Husada Midwifery. Volume 3 No.1
Nisman, A.W. 2011. Ternyata melahirkan itu mudah dan menyenangkan. Yogyakarta: CV.
ANDI OFFSET.
Werdiyanthi, Ni Made, dkk, 2017. Hubungan Penerapan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi Kehamilan oleh Ibu Hamil dengan Komplikasi Kehamilan di
Puskesmas Doloduo Kab. Bolaang Mongondow. Journal of nursing. volume 5 no.1
Moudy E.U Djami, 2013. Lotus Birth Isu Terkini Dan Evidence Based Dalam Praktek
Kebidanan. Jurnal Ilmiah Permata Medika. Volume 2 No.2
34