Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK


NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
TANGGAL 18 NOVEMBER – 15 DESEMBER 2023

OLEH :

1. Dewa Ayu Made Widyawati (P07124323011)


2. Faradilla Sufiananda (P07124323070)
3. Dewa Ayu Ketut Cahyani (P07124323109)
4. Putu Ayu Yurika Meidyanti S (P07124323110)
5. Kadek Sudari (P07124323111)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-NYA lah kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan praktik
holistik mata kuliah “Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Kehamilan”. Tidak
lupa juga penulis ucapkan terimkasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan laporan ini, adapun yang terhormat :
1. Ibu Dr. Sri Rahayu, S.Kep., Ns., S.Tr.Keb, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Denpasar
2. Ibu Ni Ketut Somoyani, SST., M.Biomed sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
3. Ibu Ni Wayan Armini, SST., M.Keb sebagai Ketua Program Studi Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
4. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni Ketut Somoyani,
SST.,M.Biomed, Ni Nyoman Suindri, SST., M.Keb , Dr. Ni Komang Yuni
Rahyani, S.S.Si.T.,M.Kes selaku pembimbing Praktik Kebidanan Asuhan
Kebidanan Holistik Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan yang Sehat. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap
laporan pendaluhuan yang kami susun ini guna perbaikan kedepannya.
Demikianlah kiranya para pembaca, apabila ada hal-hal yang kurang berkenan
kami mohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pihak. Akhir kata
kami ucapkan terimaksih.

Denpasar, November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan Praktik .....................................................................................................3
C. Manfaat Praktik ...................................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI ..........................................................................................5
A. Konsep Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah............................5
B. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus ........................6
C. Pencegahan Infeksi ............................................................................................15
D. Asuhan Rawat Gabung ......................................................................................18
E. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus 2-6 Jam dan 6-48 Jam ...............................21
F. Asuhan Kebidanan pada Neonatus 3-7 hari ......................................................31
G. Asuhan Kebidanan pada Neonatus 8-28 hari ....................................................32
H. Asuhan Kebidanan Pada Bayi ...........................................................................33
I. Asuhan Kebidanan Pada Balita .........................................................................46
J. Asuhan Kebidanan Pada Anak Prasekolah .......................................................52
K. Kelas Ibu Balita .................................................................................................56
L. Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Pada Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Prasekolah dalam Krisis Kesehatan (Situasi Tanggap Darurat
Bencana) ............................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................65

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0 – 28 hari). Periode

neonatal adalah periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang

menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang dibutuhkan pada kehidupan

ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi membuktikan

kerentanan hidup selama periode ini. Transisi kehidupan bayi dari intrauterin ke

ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Banyak

masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan kegagalan penyesuaian

yang disebabkan Asfiksia, Prematuritas, kelainan kongenital yang serius, infeksi

penyakit, atau pengaruh dari persalinan.

Asuhan kebidanan adalah perawatan yang di berikan oleh bidan. Jadi asuhan

kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang di berikan oleh

bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita dengan masalah adalah suatu

penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita

apabila tidak di berikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa masalah yang

lazim terjadi di antarnya adalah kelainan kongenital (kelainan bawaan), neonatus

dengan kejang, oral trust, ikhterus, muntah dan gumoh, miliriasis, infeksi

hipotermi, tetanus neonatrum. Angka kematian perinatal yang terdiri atas jumlah

yang tidak menunjukkan tanda-tanda hidup waktu di lahirkan, penurunan jumlah

kematian perinatal dapat di di capai disamping dengan membuat persalinan seaman-

amannya bagi bayi ibu. Dengan mengusahakan agar janin dan ibu kondisinya baik-

baik saja.

1
Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan

dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak

tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak terpenuhi. Kebutuhan

dasar ini mencakup asah, asih dan asuh. Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi

sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan. Kebutuhan dasar yang baik

dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal

maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keadaan ekonomi, sosial dan

spiritual keluarga serta peran bidan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang

terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema pada

anak. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya

pengetahuan ibu mengenai kebutuhan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi anak

pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Peran bidan dalam hal ini adalah

memberi informasi yang baik dan benar berkaitan dengan kebutuhan dasar yang

harus dipenuhi.

Selama menimba ilmu di jurusan kebidanan Poltekkes Denpasar, penulis

mendapatkan mata kuliah Praktik Fisiologis Holistik Asuhan Kebidanan Neonatus,

Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah Fisiologis yang merupakan bekal untuk terjun di

dunia medis. Untuk itu seluruh mahasiswa Profesi Kebidanan semester I diwajibkan

untuk mengikuti praktik kebidanan di wahana praktik sesuai dengan lahan kerja

yang dilaksanakan mulai tanggal 1 November sampai dengan 24 November 2021.

Dengan adanya upaya terjun langsung di wahana praktik dengan pasien sebagai

subjek, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dari

pembelajaran akademik dan mampu mengaplikasikan pada masyarakat, sehingga

dengan diadakan praktik terintegrasi mahasiswa mampu meningkatkan

2
konsistensinya, semakin bertambah ilmu pengetahuannya, serta mampu

meningkatkan mutu, keterampilan dan kualitasnya guna dijadikan sebuah

pembelajaran yang bermakna dikehidupan yang mendatang untuk menjadi bidan

yang profesional, terampil, mandiri, dan berwawasan global. Berdasarkan latar

belakang tersebut laporan pendahuluan ini disusun untuk membahas mengenai

praktik holistic fisiologis yang mahasiswa lakukan di lahan kerja mengenai Asuhan

Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah Fisiologis.

B. Tujuan Praktik

Adapun tujuan dari penulisan laporan pendahuluan ini, yaitu :

1. Tujuan Umum

Pada akhir Kepaniteraan Klinik diharapkan lulusan profesi bidan mampudalam


memberikan asuhan kebidanan pada kasus neonatus, bayi ,balita, dan anak
prasekolah baik mandiri, kolaborasi maupun rujukan secara profesional dan
berkualitas dengan selalu memperhatikan aspek budaya lokal.

2. Tujuan Khusus

Pada akhir Kepaniteraan Klinik, diharapkan lulusan profesi bidan kompeten dalam:

a. Melakukan pengkajian pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah dengan
pendekatan holistik

b. Melakukan analisa data pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah dengan
pendekatan holistik

c. Melakukan perencanaan asuhan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah


dengan pendekatan holistik

d. Melakukan implementasi asuhan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah


dengan pendekatan holistik

e. Melakukan evaluasi asuhan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah dengan
pendekatan holistik

3
f. Melakukan pendokumentasian asuhan neonatus, bayi, balita dan anak
prasekolah dengan pendekatan holistik

g. Melakukan kajian kasus-kasus neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah

h. Melakukan reflektive praktik

C. Manfaat Praktik
1. Bagi Mahasiswa

Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam

melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada neonatus, bayi, balita dan

anak prasekolah sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam

melaksanakan tugas sebagai bidan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan

kebidanan fisiologi holistik neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah.

3. Bagi Lahan Praktik

Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih

dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500 gram – 4000 gram. Pada

saat kelahiran, sejumlah adaptasi fisik dan psikologis mulai terjadi pada tubuh bayi

baru lahir. Karena perubahan yang dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat

untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap

kehidupannya diluar uterus.

1. Pengertian neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah

a) Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uterin. Bayi

baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari.

b) Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan

pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam

kebutuhan zat gizi (Wong, 2003). Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah

usia 0 bulan hingga 1 tahun.

c) Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling

hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini

merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan

pertumbuhan intelektual. (Mitayani, 2010).

d) Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang mempunyai

berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang dan dikembangkan

agar pribadi anak tesebut berkembang secara optimal (Supartini, 2004).

5
B. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus

Bayi baru lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang semula bersifat

bergantung kemudian menjadi mandiri secara fisiologis karena mendapatkan

oksigen melalui sirkulasi pernapasannya yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk

mempertahankan kadar gula darah yang cukup, dapat mengatur suhu tubuh dan

dapat melawan setiap penyakit dan infeksi. Sebelum diatur oleh tubuh bayi sendiri,

fungsi tersebut dilakukan oleh plasenta yang kemudian masuk ke periode transisi.

Periode transisi terjadi segera setelah lahir dan dapat berlangsung hingga 1 bulan

atau lebih (untuk beberapa sistem). Adaptasi fisiologis bayi baru lahir sangat

berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus, karena

nantinya bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk

mempertahankan kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan

adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap terjaga kesehatannya. Yang

utama adalah menajag bayi agar tetap hangat, mampu melaksanakan pernapasan

dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada ibunya. Proses adaptasi fisiologi

yang terjadi pada bayi baru lahir harus diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan,

khususnya bidan, perawat maternitas dan perawat perinatology yang

bertanggungjawab terhadap ibu dan bayi baru lahir. Transisi yang terjadi yaitu :

a) Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertantang ketika perubahan dari

lingkungan intra uterin ke lingkungan ekstra uterin. Kemampuan bernapas

tergantung pada berbagai faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan dan

perkembangan fetal, termasuk pada perkembangan dari sistem pernapasan bayi

yang diuraikan dibawah ini :

6
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan

dalam paru-paru dan mengembangkanalveolus paru-paru untuk pertama kali. Napas

pertama memerlukan tekanan yang sangat tinggi untuk memasukkan udara ke

dalam alveolus yang penuh air. Namas ke 2-4 tekanannya lebih rendah. Surfaktan

merendahkan tegangan di dalam alveoli dan mencegah kolaps paru setelah

ekspirasi. Rangsangan untuk bernapas berasal dari :

1) Kompresi toraks janin pada proses kelahiran sedikit mendesak cairan dari

saluran pernapasan sehingga memperluas ruangan untuk masuknya udara dan

mempercepat pengeluaran air dari alveolus.

2) Rangsangan fisik ketika penanganan bayi selama persalinan dan kontak dengan

permukaan yang relatif kasar diyakini merangsang pernapasan secara reflex dari

kulit.

3) Rangsangan berupa dingin, nyeri, cahaya atau suara.

b. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan sistem kardiovaskuler terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh

sistem pembuluh darah tubuh. Terdapat hukum yang menyatakan bahwa darah akan

mengalir pada daerah yang mempunyai resistensi yang kecil. Jadi perubahan-

7
perubahan resistensi tersebut langsung berpengaruh terhadap aliran darah. Oksigen

menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau

meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Perubahan sistem

kardiovaskuler yang terjadi yaitu :

(1) Sirkulasi Fetal

Paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas dilakukan

oleh plasenta. Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai minggu ke

tiga dan bertujuan mensuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu. Darah

mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali

pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per

menit atau sekitar 500 ml per menit. Melalui vena umbilikalis dan duktus

venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa inferior, bercampur darah yang

kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari

vena cafa inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke

ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.

(2) Sirkulasi Neonatal

Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh

paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vaskuler sistemik =SVR) hanya

10% dari keluaran ventrikel kanan yang sampai paru, sedang sisanya (90%)

terjadi shunting kanan ke kiri melalui ductus arteriosus Bottali. Pada waktu bayi

lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord

dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan menjadi rendah, tahanan pembuluhdarah

sistemik (SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang, tahanan

vaskuler paru menyebabkan penutupan foramen ovale (menutup setelah

8
beberapa minggu), aliran darah di ductus arteriosus Bottali berbalik dari kiri ke

kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan ductus arteriosus secara

fisiologis terjadi pada umur bayi 10-15 jam yang disebabkan kontraksi otot polos

pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.

c. Sistem Termoregulasi

Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu

lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri. Saat neonatus

meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, neonatus tersebut kemudian

masuk ke dalam lingkungan kamar bersalin yang jauh lebih dingin. Hilangnya

panas tubuh neonatus melalui kontak dengan udara yang dingin disekitarnya

disebut konveksi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit

sehingga mendinginkan darah bayi. Mekanisme pertahanan diri neonatus ketika

terpapar dingin adalah dengan tanpa mekanisme menggigil melainkan

menggunakan lemak cokelat. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5- 37,5˚C.

Disebut sebagai hipotermi bila suhu tubuh turun dibawah 36,0˚C. Neonatus

mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh :

1) Pusat pengaturan suhu tubuh pada neonatus belum berfungsi dengan normal.

2) Neonatus mempunyai area permukaan besar terhadap masa dibanding dewasa

(0,066m²/kg untuk 3 kg bayi dibanding 0,025m²/kg untuk 70 kg dewasa).

3) Tubuh neonatus terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.

4) Jumlah otot yang terlalu sedikit.

5) Neonatus belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak

kedinginan.

9
Empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir

ke lingkungannya.

1) Konduksi : Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang

kontak langsung dengan tubuh bayi (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke

objek lain melalui kontak langsung). Contoh :

a) Menimbang bayi tanpa alas timbangan.

b) Tangan penolong yang dingin memegang BBL.

c) Menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.

2) Konveksi : Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu

udara). Contoh :

a) Membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela.

b) Membiarkan BBL di ruang yang terpasang kipas angin.

3) Radiasi : Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang

lebih dingin ( Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu

berbeda). Contoh :

a) BBL dibiarkan dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (Radiant

Warmer).

b) BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang

c) BBL ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin, misalnya dekat

tembok.

4) Evaporasi : Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada

kecepatan dan kelembaban udara (Perpindahan panas dengan cara

merubah cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas

10
yang dipakai, tingkat kelembaban udara, dan aliran udara yang

melewati.

Mencegah kehilangan panas :

a) Keringkan bayi secara seksama.

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

c) Tutup bagian kepala bayi.

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami :

a) Stress pada BBL menyebabkan hypotermi.

b) BBL mudah kehilangan panas.

c) Bayi menggunakan timbunan lemak coklat untuk meningkatkan suhu

tubuhnya.

d) Lemak coklat terbatas sehingga apabila habis akan menyebabkan adanya

stress dingin.

Pada neonatus, lemak cokelat diyakini banyak terdapat pada bagian

midskapula, leher posterior, disekitar otot leher dan memanjang di bawah

clavikula sampai aksila dan sekitar trakea, esofagus, interskapula dan arteri

mamaria, aorta abdominal, ginjal dan kelenjar adrenal. Penggunaan lemak

cokelat yaitu glikogen dalam sel lemak cokelat menghasilkan glukosa untuk

sejumlah mitokondria, yang digunakan untuk menghasilkan energi terutama

untuk produksi panas. Jaringan lemak cokelat kaya vaskularisasi sehingga

memberi 2 manfaat yaitu membawa nutrient seluler dan sampah metabolis pada

11
tempatnya dan menyebarkan panas yang dihasilkan dalam jaringan lemak

cokelat untuk istirahat tubuh.

d. Sistem Pencernaan

Kapasitas lambung BBL 30 – 90 ml. Pengosongan lambung antara 2 – 4 jam

setelah pemberian makanan yang dipengaruhi oleh waktu dan volume makanan,

jenis dan suhu makanan, stres fisik. Neonatus memiliki enzim lipase dan amylase

dalam jumlah sedikit sehingga neonatus kehilangan untuk mencerna karbohidrat

dan lemak. Saat sebelum lahir gastrointestinal lebih aktif fetus menelan cairan

amnion dan memperlihatkan gerakan menghisap dan menelan dalam uterus,

tidak ada makanan yang diteima melalui G.I.T, tidak terjadi pengeluaran feses.

Pada keadaan hipoksis atau distress, spingter anal relaksasi dan mekonium

terlepas dalam cairan amnion, mengindikasikan fetal distress. Pada saat setelah

lahir bayi dapat mengisap dan menelan, mampu mencerna dan mengeliminasi

ASI dan susu formula, bayi mudah menelan udara selama makandan menangis,

peristaltic aktif pada abdomen yang lebih bawah karena bayi harus

mengeluarkan feces. Tidak adanya feces dalam 48 jam pertama mengindikasikan

obstruksi isi usus.

12
e. Sistem ginjal dan keseimbangan cairan.

Pada bulan keempat kehidupan janin, ginjal sudah terbentuk didalam rahim,

urin sudah terbentuk dan diekskresikan ke dalam cairan amnion. Ginjal sudah

berfungsi, tetapi belum sempurna. BBL harus BAK dalam 24 jam pertama,

jumlah urin 20 – 30 ml/hr dan meningkat menjadi 100 – 200 ml/hr pada akhir

minggu pertama.

f. Sistem Hepatic.

Fungsi hepar BBL yaitu sebagai penyimpanan zat besi, metabolisme KH,

konjugasi bilirubin, koagulasi. Hepar belum matur untuk membentuk glukosa

sehingga BBL mudah terkena hipoglikemi. Neonatus telah memiliki kapasitas

fungsional untuk mengubah bilirubin, namun sebagian besar BBL ada yang

mengalami hiperbilirubinemia fisiologis

g. Immunologi

Sistem imunologi bayi baru lahir belum matang, sehingga menyebabkan

neonates rentan terhadap berbagai infeksi dan elergi. System imunitas yang

matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan

alami terdidi dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau

meminimalkan infeksi.

13
h. Sistem Integumen

Pada saat lahir, seluruh struktur kulit sudah terdapat, namun fungsi dari

integumen belum optimal. Kelenjar sebasea sangat aktif pada masa akhir janin

dan awal bayi karena tingginya tingkat androgen dari ibu.Tersumbatnya kelenjar

sebasea dapat mengakibatkan milia. Kelenjar ekrin yang menghasilkan keringat

berespon terhadap panas dan emosi, mulai berfungsi pada saat lahir. Fase

pertumbuhan folikel rambut terjadi simultan pada waktu lahir. selang beberapa

bulan, kesinkronan antara kehilangan rambut dengan pertumbuhan rambut

terganggu dan akan menyebabkan banyaknya rambut yang tumbuh,. dan

sebaliknya terjadi kebotakan. Pertumbuhan rambut lebih cepat pada bayi pria

daripada bayi wanita.

i. Sistem Neurologis

Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi secara keseluruhan, namun

cukup untuk mendukung kehidupan di ekstra uterine. Kebanyakan fungsi saraf

yang sudah berfungsi adalah reflex primitive. Sistem persyarafan otonom sangat

penting pada masa transisi karena hal ini merangsang pernapasan, menjaga

keseimbangan asam basa dan mengatur temperature.

Beberapa aktifitas reflex yang terdapat pada neonatus antara lain :

1. Refleks morrow/peluk.

2. Rooting reflex.

3. Refleks menghisap dan menelan.

4. Refleks batuk dan bersin.

5. Refleks genggam.

6. Refleks melangkah dan berjalan.

14
7. Refleks otot leher.

8. Refleks babinsky.

C. Pencegahan Infeksi

Kulit neonatus merupakan tempat pertama dan utama untuk kolonisasi bakteri,

khususnya untuk stafilokokus aureus, yang lebih sering diperoleh dari kamar bayi

daripada kamar ibunya. Setiap lecet atau luka sayat pada kulit akan memberikan

kesempatan terjadinya infkesi dengan organisme pathogen ini. Tambahan lagi,

neonatus mempunyai sekurang-kurangnya satu luka bedah terbuka (tali pusat) yang

masih sangat rentan terhadap infeksi.

Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan

pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat

penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan

pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah

sebagai berikut:

1. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan

bayi.

2. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan.

3. Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah

didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap,

pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap

untuk lebih dari satu bayi.

4. Memastikan bahwa pakaian, handuk, selimut, sertakain yang digunakan untuk

bayi, telah dalam keadaan bersih.

15
5. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukuran, termometer, stetoskop dan

benda-benda lainnyayang akan bersetuhan dengan bayi dalam keadaan bersih

(dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan).

6. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan

mandi setiap hari (puting susu tidak boleh disabun).

7. Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih,

hangat dan sabun setiap hari.

8. Menjaga bayi dari orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang

memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi

baru lahir adalah :

1. Pencegahan infeksi pada tali pusat

Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar

luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah.

Pemakaian popok bayi diletakkan disebelah bawah tali pusat. Apabila tali pusat

kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dan sabun, segera

keringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan

kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan

sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang

dapat berakhir dengan kematian. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus

diwaspadai, antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah

dan bau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter jika pada tali pusat

ditemukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau

busuk.

16
2. Pencegahan infeksi pada kulit

Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi

baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi didada ibu agar terjadi

kontak langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi

mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan

mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi

bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.

3. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir

Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah dengan merawat mata

bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua mata

bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah

dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan

salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum (Tetrasiklin 1%,

Eritromisin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan

obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan. Keterlambatan memberikan salep

mata, misalnya bayi baru lahir diberi salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir,

merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi

baru lahir.

4. Imunisasi

Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus diberikan

pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan

pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud pemberian

imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan awal.

Imunisasi Hepatitis B sudah merupakan program nasional, meskipun

17
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian

imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.

D. Asuhan Rawat Gabung

1. Definisi Rawat Gabung

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan ibu dan anak yang baru dilahirkan

tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan disebuah ruang, kamar atau tempat

bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Dengan kata lain, rawat

gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama pada tempat yang

berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu dapat

menyusui bayinya. Menurut sifatnya,rawat gabung dibedakan menjadi dua, yakni

rawat gabung kontinu, yaitu bayi disamping ibu terus menerus,serta rawat gabung

intermiten yaitu bayi hanya sewaktu waktu saja bersama ibu, misalnya pada saat

bayi mau menetek saja.

2. Tujuan Rawat Gabung

a) Membina hubungan emosional ibu dan bayi, meningkatkan penggunaan air susu

ibu (ASI), pencegahan infeksi dan pendidikan kesehatan bagi ibu.

b) Dengan rawat gabung, ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin,kapan saja,

dimana saja bayi membutuhkannya.

c) Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi secara benar yang

dilakukan oleh petugas.

d) Ibu mempunyai pengalaman dalam perawatan bayinya sendiri selagi ibu masih

dirumah sakit, dapat melibatkan suami secara aktif untuk membantu ibu dalam

menyusui bayinya secara baik dan benar.

e) Ibu dapat kehangatan emosional/batin karena selalu kontak dengan bayinya.

18
3. Syarat Rawat Gabung

a) Bayi lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong. Apabila bayi lahir

dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat,refleks

mengisap baik, serta tidak ada tanda-tanda infeksi dan lain – lain.

b) Apabila bayi lahir dengan seksio sesaria dengan pembiusan umum, rawat gabung

dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk, sekitar 4-6 jam setelah

operasi selesai.

c) Syarat lain agar bayi baru lahir bisa dirawat gabung, adalah bayi tidak asfiksia

setelah 5 menit pertama (nilai APGAR lebih dari tujuh), umur kehamilan ≥

37minggu, berat lahir ≥ 2500 gram, tidak terdapat infeksi intrapartum, bayi dan ibu

dalam keadaan sehat.

4. Kontraindikasi

Kontraindikasi rawat gabung dari keadaan ibu,antaralain pasca eklamsi,

kesadaran belum baik, infeksi akut (tubrerkulosis aktif), Hepatitis, HIV/AIDS,

citomegalovirus (CMV), herpes, kanker payudara dan psikosis. Kontra indikasi

rawat gabung dari keadaan bayi, antara lain bayi kejang/kesadaran menurun,

penyakit jantung/paru berat, bayi yang memerlukan perawatan khusus/pengawasan

intensif serta bayi dengan cacat bawaan tidak mampu menetek.

5. Pelaksanaan Rawat Gabung

Pelaksanan perawatan gabung, bisa dilakukan di poliklinik kebidanan, di ruang

bersalin,di ruang perawatan serta poliklinik anak. Kegiatan rawat gabung bisa

dimulai sejak ibu memeriksakan kehamilan dipoliklinik kebidanan, antara lain

kegiatan penyuluhan,pemutaran film diruangan khusus, konsultasi kesehatan ibu

dan bayi. Kegiatan rawat gabung di ruang bersalin bisa dilakukan apabila bayi

19
memenuhi beberapa kriteria berikut ini: nilai APGAR lebih 7, berat badan lahir

2500-4000gr, usia kehamilan 37 sampai dengan 42 minggu, bayi lahir spontan,

tidak ada infeksi intrapartum, ibu sehat, tidak ada komplikasi persalinan pada ibu

dan bayi, tidak ada kelainan bawaan berat. Kegiatan rawat gabung diruang

bersalin,antara lain setengah jam setelah lahir bayi segera disusunkan, ibu diberikan

penyuluhan tentang ASI dan rawat gabung, persiapan ibu dan bayi keruang

perawatan.

6. Manfaat Rawat gabung

a) Aspek fisik, yaitu mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien lain atau

petugas, dengan mnyusui dini kolostrum dapat memberikan kekebalan,ibu dapat

dengan mudah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada banyinya

karena setiap saat dapat melihat bayinya.

b) Aspek fisiologis, yaitu banyak mendapatkan nutrisi fisioligis dan membantu

involusi uterus.

c) Aspek psikologis, adalah terjadi proses lekat akibat sentuhan badaniah antara ibu

dan bayinya,bayi merasa aman dan terlindungi.

d) Aspek edukatif, yaitu ibu mempunyai pengalaman yang berguna sehingga

mampu menyusui serta merawat bayinya.

e) Aspek ekonomi yaitu adanya penghematan anggaran dan pengeluaran untuk

pembelian susu.

f. Aspek medis, menurunkan terjadinya infeksi nosokomial/menurunkan angka

mortalitas dan morbiditas.

20
E. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus 2-6 Jam dan 6-48 Jam

1. Asih

a) Bounding Attachment

Bounding Attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang

dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Cara untuk melakukan

Bounding Attachment pada neonatus, antara lain :

1) Pemberian ASI ekslusif

Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir,

bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu

merasa bangga dan diperlukan.

2) Rawat gabung

Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar

antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding)

akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya.

3) Suara (Voice)

Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat

penting. Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, sehingga ia dapat

mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak

lahir.

4) Aroma / Odor (Bau Badan)

Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik

dan belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.

5) Bioritme (Biorhythmicity)

Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal

21
(bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih

sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi

mengembangkan perilaku yang responsif.

6) Inisiasi Menyusu Dini

Keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini melalui

Inisiasi Menyusu Dini :

1) .Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.

2) Reflek menghisap dilakukan dini.

3) Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.

b) Kontak mata (Eye to Eye Contact)

Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya

hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan

manusia pada umumnya.

c) Gaya bahasa (Entrainment)

Bayi baru lahir bergerak-gerak Mereka menggoyangkan tangan,

mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki sesuai dengan struktur

pembicaraan orang dewasa. Gaya bahasa juga mengisyaratkan umpan balik

positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.

2. Asuh

a) Marawat Tali Pusat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat

mengering, tidak ditutup dan hanya dibersihkan setiap hari menggunakan air

bersih, merupakan cara paling efektif untuk perawatan tali pusat. Cara

membersihkannya bisa dilakukan sebagai berikut:

22
1) Sebelum melakukan perawatan tali pusat, ibu dianjurkan untuk mencuci

tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air mengalir sampai bersih

2) Ambil kapas bulat atau cutton button yang telah dibubuhi alkohol 70%,

lalu bersihkan daerah sekitar tali pusat. Lakukanlah dengan hati- hati,

apalagi bila pusat bayi masih berwarna merah.

3) Bila perlu, gunakan jepitan khusus dari plastik untuk ‘memegang’ ujung

tali pusatnya, agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan

perbannya.

4) Lilitkan perban/kasa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas.

Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan.

b) Memandikan Neonatus

Sebaiknya memandikan bayi ditunda sedikitnya dalam 6 jam setelah

kelahiran bayi. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama kehidupan dapat

mengarah pada kondisi hipotermi dan sangat membahayakan keselamatan bayi.

Mandi adalah waktu yang paling menyenangkan bagi bayi. Air suam kuku di

ruangan yang hangat (lebih baik dengan suhu kamar 75 – 80 derajat untuk bayi

yang sedang dimandikan) dan sentuhan lembut anda akan membuatnya senang.

Namun ada beberapa bayi yang sangat ketakutan saat mandi (Robinson,

2002,hlm.22)

c) Perawatan Mata

Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu

koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah

dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan

terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau

23
sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami

kebutaan. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra,

perdarahan konjungtiva, retina, dan lain- lain. Konjungtivitis pada bayi baru lahir

sering terjadi terutama pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular

seksual seperti gonore dan klamidiasis. Untuk mencegah infeksi mata bayi

karena kemasukan gonococcus waktu anak melalui jalan lahir, maka Crede

menganjurkan penetesan mata bayi dengan argentiinitras 2% segera setelah bayi

lahir. Tindakan profilaksis ini bermanfaat sekali. Caranya : Mata bayi mula –

mula ditetesi air steril pada sudut mata sebelah hidung kemudian kelopak mata

bawah ditarik dan ditetesi argentii nitras 2% pada rongga kelopak bawah itu.

Setelah menunggu 2 menit supaya argentii nitras dapat bekerja, maka kedua

kelopak diregangkan dan disiram dengan cairan garam fisiologis yang hangat,

agar nitra sargentii semua hanyut.

d) Perawatan Genetalia

Genitalia bayi laki-laki dibersihkan dengan menggunakan air sabun. Gunakan

kapas basah untuk membersihkan lipatan-lipatannya jangan memaksa menarik

kulit luar dan membersihkan bagian dalam atau menyemprotkan antiseptik

karena sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit luar sudah terpisah dari gland,

sesekali bisa ditarik dan membersihkan bawahnya. Bagian anus dan bokong

dibersihkan dari luar ke dalam. Kemudian keringkan dengan tisu lembut, jangan

buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit

dan bokong boleh diolesi krim (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010).

Genitalia perempuan dibersihkan menggunakan sabun dan air. Gunakan

gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin, lakukan dari arah

24
depan ke belakang. Bagian anus dan bokong dibersihkan dari arah anus keluar.

Kemudian keringkan dengan tisu lembut. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi

krim (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010).

Menurut Ladewigs, et al. (2006) beberapa orang tua memilih untuk

melakukan sirkumsisi pada bayi laki-lakinya. Keputusan orang tua untuk

mensirkumsisi bayi yang baru lahir biasanya didasarkan pada faktor- faktor

berikut: higiene, agama, tradisi, budaya atau norma social.

e) Pemenuhan Nutrisi

ASI merupakan satu-satunya sumber makanan neonatus. Kandungan ASI

meliputi : karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,

hormon, enzim dan zat kekebalan. ASI hari 1-7 disebut kolostrum sedangkan

ASI hari 7-14 disebut ASI transisi, selanjutnya ASI matur. Komposisi ASI

menurut waktu, yaitu 5 menit pertama disebut foremilk (kadar protein tinggi).

ASI (setelah 15-20 menit) disebut hindmilk (kadar lemak yang tinggi). Para ibu

harus menyusui bayinya sampai tuntas pada satu payudara baru kemudian dapat

berpindah ke payudara yang lain bayi mendapatkan keseluruhan kandungan ASI

yang dibutuhkan. BBL diberi ASI sesuai kapasitas lambung 30-90 ml.

f) Membedong Bayi

Bedong merupakan tradisi yang telah berusia berabad abad yang dipercaya

dapat membuat bayi merasa masih berada dilingkungan rahim yang hangat.

Membedong untuk menenangkan bayi yang rewel karena belum terbiasa

terhadap suara dari dunia luar. Pemberian bedong bayi sampai usia bayi 3 bulan

karna usia 3 bulan lebih bayi mulai banyak gerak dan rewel jika diberi bedong.

Tujuan pembedongan agar membuat tidur lebih nyenyak dan bayi lebih tenang

25
karena bayi merasa dipeluk, menghangatkan tubuh bayi, mencegah kaki

membuka, dan memudahkan dalam memegang dan menggendong bayi.

g) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Suhu BBL adalah 0,5-1o C lebih tinggi dibanding suhu ibunya. Bayi

mengalami ↓suhu tubuh mjd 35-35,5o C dalam 15-30 menit. Ruang bersalin

seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara yang dingin di dekat bayi atau

petugas tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan baik segera setelah

dilahirkan. Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal

(<36,5ºC) pada pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru

lahir normal adalah 36,5ºC-37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi terjadi akibat

terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan

yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian.

Diagnosa BBL hipotermi adalah riwayat asfiksia pd waktu lahir, riwayat bayi

yang segera dimandikan sesaat sesudah lahir, riwayat bayi yang tidak

dikeringkan sesudah lahir, dan tidak dijaga kehangatannya, riwayat terpapar

dengan lingkungan yang dingin dan riwayat melakukan tindakan tanpa tambahan

kehangatan pada bayi. Gejala awal hipotermi, suhu BBL <36,5ºC / kedua kaki

dan tangan teraba dingin. Hipotermi sedang (suhu 32ºC-36ºC) dan hipotermi

berat (<32ºC). Tanda-tanda hipotermi pada BBL yaitu bayi tidak mau

minum/menetek, bayi tampak lesu atau mengantuk, tubuh bayi teraba dingin,

dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras

(sklerema).

Menurut Depkes RI (2007), langkah-langkah pencegahan terjadinya

hipotermi yaitu jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam, kemudian

26
rawatlah bayi kecil di ruang yang hangat tidak kurang 25ºC dan bebas dari aliran

angin. Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin misalnya

dinding dingin atau jendela walaupun bayi dalam inkubator atau di bawah

pemancar panas. Gunakanlah inkubator dan ruangan hangat bila perlu.

Kemudian periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI perah

dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan

pengatur suhu. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih

sering diubah. Penanganan bayi hipotermi berat segera hangatkan bayi dibawah

alat pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin gunakan

inkubator atau ruangan hangat bila perlu, kemudian ganti baju yang dingin dan

basah bila perlu beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut

hangat. Bayi harus dihindari dari paparan panas yang berlebihan dan usahakan

agar posisi bayi sering diubah bila bayi dengan gangguan nafas. Pasang jalur IV

dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan selang infus tetap terpasang

di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan. Kemudian periksa

kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL (2,6 mmol/L),

berikan penanganan terhadap hipoglikemi. Nilailah tanda bahaya setiap jam dan

nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam

batas normal. Ambil sampel darah dan beri antibiotik. Anjurkan ibu menyusui

segera setelah bayi siap tetapi bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI perah

dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. Bila bayi

tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI perah

begitu suhu bayi mencapai 35ºC. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu

naik paling tidak 0,5ºC/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian

27
lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam. Periksa suhu alat yang

dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam, setelah suhu tubuh

bayi normal, lakukan perawatan lanjutan untuk bayi serta pantau bayi selama 12

jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3 jam. Kemudian pantau bayi selama 24

jam setelah penghentian antibiotika.

h) Mempertahankan BAB/BAK

1) Pemantauan BAB

a) Defekasi BBL diawali dengan keluarnya mekonium (tinja yang

berwarna hitam, kental dan lengket, seperti karet yang merupakan

campuran sekresi kelenjar intestinal dan cairan amnion).

b) Normalnya, mekonium akan keluar pada 36 jam pertama setelah lahir

sebanyak 2-3 kali setiap harinya. Pada bayi yang mendapat ASI

kolostrum berperan sebagai laksatif alami yang membantu mendorong

mekonium keluar dari tubuh.

2) Pemantau BAK

a) Fungsi ginjal belum terbentuk pada tahun kedua bayi.

b) Berkemih dengan frek 6-10 kali dengan warna urin pucat

menunjukkan masukan cairan yang cukup atau berkemih > 8 kali

pertanda ASI cukup.

c) Bayi cukup bulan mengeluarkan urin 15-16 ml/kg/hari.

i) Pemenuhan Kebutuhan Tidur

Neonatus kurang dari 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada

umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Jumlah total tidur

bayi : usia 1 minggu ± 16,5 jam, pada usia 1 tahun 14 jam, usia 2 tahun 13

28
jam, usia 5 tahun 11 jam, usia 9 tahun 9 jam

3. Asah

Kebutuhan asah neonates

a. Diperlukan stimulasi,deteksi untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan

perkembangan dari neonatus.

b. Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal, dan

setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin.

c. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak

yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan (Soetjiningsih, 1995,

dalam Nursalam, 2005).

d. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman,

aman & menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi,

mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara /musik

bergantian, menggantung & menggerakkan benda berwarna mencolok

(lingkaran atau kotak” hitam-putih), benda” berbunyi, dirangsang untuk

meraih & memegang mainan.

Stimulasi Musik Klasik dan Spiritual Musik adalah ilmu atau seni yang

menggunakan rangkaian nada atau suara secara berkesinambungan dengan

menggunakan elemen yang mampu menciptakan ketenangan (Estrella, 2010

dalampenelitianHariati, 2010). Stimulasi musik merupakan sebuah terapi kesehatan

yang menggunakan musik dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau

memperbaiki pertumbuhan, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai

kalangan usia (Suhartini, 2008 dalam penelitian Mahanani, 2013).

29
a) Jenis musik yg dpt digunakan sebagai terapi/stimulasi

Musik klasik, pop, spiritual dan modern (dengan catatan musik tanpa vokal dan

periode tenang), musik slow jazz, pop, easy listening, bisa juga disertai dengan

unsur suara natural alam atau musik yang sesuai dengan budaya asal pasien.

Musik klasik adalah musik yang komposisinya lahir dari budaya Eropa dan

digolongkan melalui periodisasi tertentu. Ex: Musik klasik Mozart merupakan

musik klasik yang muncul 250 tahun yang lalu, diciptakan oleh Wolgang

Amadeus Mozart. Musik jenis ini memberikan ketenangan, memperbaiki

persepsi spasial dan memungkinkan pasien untuk berkomunikasi baik dengan

hati maupun pikiran, memiliki irama, melodi dan frekuensi tinggi yang dapat

merangsang dan menguatkan wilayah kreatif dan motivasi di otak serta memiliki

kekuatan yang membebaskan, mengobati dan menyembuhkan (Wahyuningsri,

2014).

b) Metode Stimulasi Musik Klasik

1) Terapi Musik Aktif

Bayi diajak bernyanyi dan menirukan nada-nada. Dengan kata lain bayi

diajak berinteraksi aktif dengan dunia musik.

2) Terapi Musik Pasif

Dilakukan dengan mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik

tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam terapi

musik pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan.

c) Pengaruh Musik Klasik Terhadap Neonatus

1) Fenomena ini berawal dari Amerika Serikat pada tahun 1993 dan meluas ke

berbagai negara termasuk ke Indonesia.

30
2) Semenjak itu, musik klasik dipercaya dapat menambah kecerdasan anak bila

diperdengarkan kepada bayi. Bahkan, ketika bayi masih di dalam

kandunganpun ibu hamil sering mendengarkan CD musik klasik untuk bayi

yg sedang dikandungnya.

d) Pengaruh musik klasik terhadap kecerdasan

Sejauh ini tidak ada penelitian yang berhasil membuktikan bahwa musik

klasik dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian yang ada hanyalah

dilakukan terhadap sejumlah mahasiswa dan hasilnya adalah peningkatan

kemampuan spasial sesaat setelah mendengarkan musik klasik. Peningkatan ini

berlangsung hanya beberapa menit dan tidak bersifat permanen.

e) Musik klasik untuk menenangkan bayi

Musik klasik yang lembut tentunya dapat membuat bayi menjadi lebih tenang

dan lebih mudah tertidur. Inilah efek musik klasik untuk bayi, dan juga untuk

kita. Terlepas dari masalah jenis musik, klasik atau bukan, banyak musik yang

dibuat untuk pengantar tidur (lullaby) karena musik-musik lembut ini dapat

menenangkan bayi dan membuatnya lebih cepat tertidur.

F. Asuhan Kebidanan pada Neonatus 3-7 hari

1. Anamnesis

a) Apakah bayi bisa tidur nyenyak

b) Apakah bayi cukup mendapat ASI, dukung ibu untuk terus menyusui

c) Apakah bayi diberi selain ASI

d) Pastikan bayi telah mendapatkan Vit K, immunisasi Hep-B

e) Bagaimana perawatan tali pusatnya

2. Pemeriksaan Fisik (Formulir MTBM)

31
a) Keadaan umum seperti DJA, respirasi dan suhu bayi.

b) Keadaan mata: apakah ada nanah, berwarna merah

c) Warna kulit: pucat, kemerahan, ikterik, turgor\

d) Tali pusat: untuk melihat adanya tanda-tanda infeksi seperti nanah atau

darah, baunya

e) Keadaan menyusu bayi: kuat, lemah atau tidak mau menyusu, dan lain- lain

f) Tanda bahaya neonatus (lihat modul MTBS jalur MTBM)

g) Prematur, matur, post-matur

h) Berat badan, Panjang badan (jika sebelumnya belum diukur)

i) Memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri

j) Apakah bayi diare

k) Memeriksa ikterus

l) Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan/atau masalah pemberian

ASI

m) Memeriksa masalah/keluhan lain

n) Adakah trauma lahir

o) Adakah kelainan congenital

3. Pelayanan Yang Diberikan

Injeksi vitamin K1 dan imunisasi Hepatitis B (jika belum diberikan).

G. Asuhan Kebidanan pada Neonatus 8-28 hari

1. Anamnesa

a) Apakah bayi cukup mendapat ASI (terlihat puas setelah disusui dan kapan

terakhir disusui

b) Apakah ibu memberi selain ASI

32
c) Apakah ada hal yang ingin ibu tanyakan tentang menyusui bayi

d) Apakah bayi rewel, menangis terus

e) Apakah ada keluhan dengan bayi

2. Pemeriksaan Fisik (Formulir MTBM)

a) Prematur, matur, post-matur?

b) Berat badan dan Panjang badan (jika sebelumnya belum diukur)

c) Suhu

d) Memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri

e) Apakah bayi diare

f) Memeriksa ikterus

g) Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan/atau masalah pemberian

ASI

h) Memeriksa masalah/keluhan lain

i) Adakah trauma lahir

j) Adakah kelainan congenital

3. Pelayanan Yang Diberikan

a) Tatalaksana pada neonatus mengacu pada langkah-langkah manajemen

terpadu bayi muda

b) Jika ditemukan tanda bahaya maka segera lakukan rujukan

c) Fasilitasi keluarga untuk mengurus akte kelahiran.

H. Asuhan Kebidanan Pada Bayi

1. Asih

a. Bonding Attachment

a) Perkenalan (acquaintance) dengan melakukan kontak mata, memberikan

33
sentuhan, mengajak berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah

mengenal bayinya

b) Keterikatan (bonding)

c) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain

Elemen-elemen bonding attachment dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Sentuhan

Sentuhan atau indera peraba dipakai secara inkstensif oleh orang tua

sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara

mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Gerakan dilakukan

untuk menenangkan bayi.

2) Kontak mata

Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak

mata, orang tua, dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk

saling memandang. Beberapa ibu mengatakan dengan melakukan kontak

mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.

3) Suara

Saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dengan bayinya

juga penting dilakukan. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya

dengan tegang. Sementara itu, bayi akan menjadi tenang dan berpaling

kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara

bernada tinggi.

4) Aroma

Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap

aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwasetiap anak memiliki

34
aroma yang unik, sementara itu bayi belajar dengan cepat untuk

membedakan aroma susu ibunya.

5) Hiburan

Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang

dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,

menendang-nendangkan kakinya. Hiburan terjadi saat anak mulai bicara.

Irama ini berfungsi memberi umpan baik positif kepada orang tua dan

menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.

6) Bioritme

Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme

alamiah ibunya. Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme

personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan member

kasih saying yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi

mengembangkan prilakuk responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi

sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.

7) Kontak dini

Keuntungan fisiologis yang diperoleh dari kontak dini yaitu:

a) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat

b) Refleks mengisap dilakukan sedini mungkin

c) Pembentukan kekebalan aktif dimulai

d) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak melalui

kehangatan tubuh, waktu pemberian kasih sayang dan memberikan

stimulasi hormonal

35
2. Asuh

a) Memandikan bayi

Sebagian proses persalinan berfokus pada ibu tetapi karena proses

tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi), maka

persalinan dikatakan berhasil jika bayi dan ibunya dalam kondisi optimal.

Memberikan pertolongan segera, aman, dan bersih adalah bagian penting dari

asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar persalinan adalah normal, tetapi

gangguan kehamilan dan proses persalinan dapat mempengaruhi kesehatan

bayi yang baru dilahirkan.

Bayi harus selalu dijaga agar tetap bersih, hangat, dan kering. Beberapa

cara untuk menjaga agar kulit bayi bersih adalah memandikan bayi,

mengganti popok atau pakaian bayi sesuai keperluan, pastikan bahwa bayi

tidak terlalu panas/dingin, dan menjaga kebersihan pakaian dan hal – hal yang

bersentuhan dengan bayi.Memandikan bayi sebaiknya ditunda sampai 6 jam

kelahiran. Hal ini dimaksudkan agar bayi tidak hipotermi. Selain itu juga

meminimalkan resiko infeksi.

Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan bayi antara lain :

1) Menjaga bayi agar tetap hangat.

2) Menjaga bayi agar tetap aman dan selamat.

3) Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin.

Memandikan bayi dianjurkan memakai sabun dengan pH netral dengan

sedikit bahkan tanpa parfum atau pewarna (jangan gunakan sabun mandi

dewasa). Permukaan kulit yang asam (acid mantle) memberi perlindungan

kepada bayi terhadap infeksi, sedangkan pH kulit yang kurang dari 5,0

36
bersifat bakteriostatik. Pada saat lahir kulit bayi tidak begitu asam (pH 6,34)

kemudian menurun sampai 4,95 dalam 4 hari.

Memandikan bayi dengan sabun alkalin (sabun dewasa) akan

meningkatkan pH kulit sehingga keasaman kulit menurun (dapat

menimbulkan infeksi pada bayi).Memandikan bayi juga memiliki beberapa

maanfaat diantaranya yaitu untuk menjaga kebersihan tubuh bayi, tali pusat,

dan memberikan rasa nyaman pada bayi.

b) Pemenuhan nutrisi pada bayi

Rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan minum dan makan bayi

adalah dengan membantu bayi mulai menyusu melalui pemberian ASI

ekslusif. Prinsip umum menyusui secara dini dan ekslusif adalah sebagai

berikut:

1) Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama dalam 1 jam

pertama) dan melanjutkannya selama 6 bulan pertama kehidupan.

2) Kolostrum harus diberikan, tidak boleh dibuang

3) Bayi harus diberi ASI ekslusif selama 6 bulan pertama. Artinya tidak

boleh member makanan apapun pada bayi selain ASI selama masa

tersebut.

4) Bayi harus disusui kapan saja ia mau,siang atau malam (on demand) yang

akan meransang payudara memproduksi ASI secara adekuat.

Untuk mendapatkan ASI dalam jumlah cukup, seorang ibi perlu menjaga

kesehatannya sebaik mungkin. Ia perlu minum dalam jumlah cukup, makan

makanan bergizi, dan istirahat yang cukup. Oleh sebab itu, bidan harus

mengingatkan hal ini pada ibu.Jumlah rata-rata makanan seorang bayi cukup

37
bulan selama 2 minggu pertama sebanyak 30-60 ml setiap 2-3 jam. Selama 2

minggu pertama, bayi baru lahir hendaknya dibangunkan untuk makan paling

tidak setiap 4 jam. Sesudah itu, jika bayu sudah bertambah berat badannya,

bayi boleh tidur dalam periode yang lebih lama (terutama malam hari). Untuk

meyakinkan bahwa bayimendapat cukup makanan, ibu harus mengamati dan

mencatat secerapa sering bayi berkemih. Berkemih paling sedikit 6 kali

selama 2-7 hari setelah lahir, ini menunjukkan asupan cairannya adekuat.

c) Imunisasi pada bayi

1) Imunisasi Hepatitis B

• Vaksin berisi HbsAg murni.

• Diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9%

hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi maternal

kurang lebih sebesar 45%.

• Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.

• Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C.

• Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12

jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B. Dosis kedua 1 bulan

berikutnya. Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan).

• Bayi lahir dari ibu HBsAg (-) diberikan vaksin rekombinan atau vaksin

plasma derived secara IM, pada umur 2-6 bulan. Dosis kedua diberikan

1-2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah

imunisasi pertama.

• Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui. Diberikan

vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mcgatau Engerix B 10

38
mcg) atau vaksin plasma derived 10 mcg, IM dalam waktu 12 jam

setelah lahir. Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis ketiga

umur 6 bulan.

• Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml.

• Apabila sampai 5 tahun anak belum pernah mendapatkan imunisasi

hepatitis B, maka secepatnya diberikan.

• Ulangan pemberian imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada

umur 10-12 tahun.

2) Imunisasi Polio

• Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm

biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium

klorida dan fenol merah

• Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon,

pipet.

• Diberikan sesegera mungkin saat bayi akan dipulangkan dari rumah

sakit atau rumah bersalin.

• Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml). Vaksin polio diberikan

4 kali, interval 4 minggu dan imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD

kelas I, VI

• Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C.

Kontraindikasi

• Mengalami peyakit akut atau demam (> 38,5 oC), imunisasi harus

ditunda

• Muntah atau diare, imunisasi harus ditunda

39
• Dalam masa pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif oral

maupun suntikan juga pengobatan radiasi umum

• Keganasan dan anak dengan mekanisme imunolohis yang terganggu

• Menderita infeksi HIV

• Pemberian bersamaan dengan vaksin tifoid oral

3) Imunisasi Pentabio

Pentabio adalah Vaksin DTP-HB-Hib (Vaksin Jerap Difteri, Tetanus,

Pertusis, Hepatitis B Rekombinan, Haemophilus influenzae tipe b) berupa

suspensi homogen yang mengandung toksoid tetanus dan difter-i murni,

bakter-i pertusis (batuk rejan) inaktif,antigen permukaan hepatitis B

(HBsAg) murni yang tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin

bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida Haemophilus influenzae tipe b

tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus.

HBsAg diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.

Vaksin dijerap pada aluminium fosfat. Thimerosal digunakan sebagai

pengawet. Polisakarida berasal dari bakteri Hib yang ditumbuhkan pada

media tertentu, dan kemudian dimurnikan melalui serangkaian tahap

ultrafiltrasi. Potensi vaksin per dosis tidak kurang dari 4 IU untuk pertusis,

30 IU untuk difteri, 60 IU untuk tetanus (ditentukan pada mencit) atau 40

IU (ditentukan pada guinea pig), 10 mcg _HBsAg dan 10 mcg Hib.

Vaksin pentabio merupakan gabungan dari 5 jenis vaksin dalam satu

sediaan. Kelima vaksin tersebut meliputi :

• Difteri –> Kuman yang menyebabkan penyakit difteri, menyerang

salura pernapasan, menimbulkan lapisan putih di tenggorokan dengan

40
efek dapat menyumbat saluran nafas, dan toksinnya dapat mengganggu

kerja jantung.

• Pertusis –> kuman penyebab penyakit batuk rejan atau batuk 100 hari

dengan ciri khas batuk beruntun

• Tetanus –> kuman penyebab penyakit tetanus, yaitu kekakuan seluruh

tubuh termasuk otot pernapasan sehingga menyebabka kematian akibat

gagal nafas

• Hepatitis B –> virus penyabab peradangan pada hati dimana keadaan

kronis dapat menyebabkan kerusakan hati (sirosis hepatis) dan kanker

hati (hepatoma)

• Haemophilus influenza tipe B –> kuman penyebab radang paru- paru

(pneumonia) dan radang otak (meningitis) terbanyak pada anak-anak

4) Imunisasi Campak

Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane)

yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku

kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.Diberikan pada bayi umur 9

bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu.Dosis 0,5 ml

diberikan sub kutan di lengan kiri.Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai

– 20 derajat celsiusVaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada

suhu 2- 8°CJika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan,

diulang 6 bulan kemudian.

Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 –12 hari

pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang.Reaksi KIPI campak

banyak dijumpai pada imunisasi ulang dengan vaksin campak dari virus

41
yang dimatikan. Sedangkan untuk vaksin dengan virus yang dilemahkan

kejadian KIPI telah menurun. Gejala KIPI campak berupa demam tinggi

lebih dari 39,5 oC yang terjadi 5-15 % kasus yang mulai dijumpai pada

hari ke-5 dan ke-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Ruam

dapat dijumpai pada 5% resipien pada hari ke-7 dan ke-10 sesudah

imunisasi selama 2-4 hari. Reaksi KIPI berat terjadi juka diteukan

gangguan fungsi system saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati

pasca imunisasi.

Dianjurkan pemberian campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar

(5-6 tahun) guna mempertinggi serokonversi. Atau dalam situasi seperti

berikut: apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak

maka anak SD,SMP,SMA dapat diberikan imunisasi ulang; setiap orang

yang sudah imunisasi campak yang virusnya dimatikan; setiap orang yang

sudah pernah mendapatkan immunoglobulin; setiap orang yang tidakdapat

menunjukkan catatan imunisasinya. Kontraindikasi campak berlaku bagi

mereka yang sedang menderita demam tinggi, memperoleh pengobatan

immunoglobulin atau kontak dengan darah, hamil, memiliki riwayat

alergi, dan sedang memperoleh pengobatan imunosupresan.

5) Imunisasi Hib

Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe

B.Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1

kali.Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam

semprit.Dosis 0,5 ml diberikan IM.Disimpan pada suhu 2- 8°C.Ulangan

vaksin diberikan pada umur 18 bulan.Apabila anak datang pada umur 1-5

42
tahun, vaksin Hib hanya diberikan sekali.

d) Pijat bayi

Manfaat pijat bayi yaitu bayi akan merasakan kasih sayang dan kelembutan

dari orang tua saat dipijat. Kasih sayang merupakan hal yang penting bagi

pertumbuhan bayi. Sentuhan hangat dari tangan dan jari orang tua bisa

membuat bayi merasakan pernyataan kasih sayang orang tua,menguatkan

otot, pijatan terhadap bayi sangat bagus untuk menguatkan otot bayi,membuat

bayi lebih sehat,membantu pertumbuhan , meningkatkan kesanggupan

belajar,dan membuat bayi tenang.

e) Perawatan gigi dan mulut

Cara merawat mulut bayi pada saat usia 0 – 6 bulan:

1) Bersihkan gusi bayi anda dengan kain lembab, setidaknya dua kali

sehari

2) Jangan biarkan bayi anda tidur sambil minum susu dengan menggunakan

botol susunya.

3) Selesai menyusui, ingatlah untuk membersihkan mulut bayi dengan kain

lembab

4) Jangan menambah rasa manis pada botol susu dengan madu atau sesuatu

yang manis.

5) Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 7-12 bulan:

6) Tanyakan dokter anak atau dokter gigi anda apakah bayi anda mendapat

cukup fluor

7) Ingatlah untuk membersihkan mulut bayi anda dengan kain lembab (tidak

basah sekali), sehabis menyusui.

43
8) Jangan biarkan bayi tidur dengan botol susunya (sambil minum susu dari

botol) kecuali air putih.

9) Berikan air putih bila bayi anda ingin minum diluar jadwal minum susu

10) Saat gigi mulai tumbuh, mulailah membersihkannya dengan

menggunakan kain lembab. Bersihkan setiap permukaan gigi dan batas

antara gigi dengan gusi secara seksama, karena makanan seringkali

tertinggal di permukaan itu.

11) Saat gigi geraham bayi mulai tumbuh, mulai gunakan sikat gigi yang

kecil dengan permukaan lembut dan dari bahan nilon.

12) Jangan gunakan pasta gigi dan ingat untuk selalu membasahi sikat gigi

dengan air.

13) Periksakan gigi anak anda ke dokter gigi, setelah 6 bulan sejak gigi

pertama tumbuh, atau saat usia anak setahun.

f) Anticipatory guidance

Memberitahukan/upaya bimbingan kepada orang tua tentang tahapan

perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat

memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak). Pencegahan Terhadap

Kecelakaan

Jenis kecelakaan : Aspirasi benda, jatuh, luka baker, keracunan,kurang O2.

Pencegahan yang dapat dilakukkan yaitu :

• Aspirasi : bedak, kancing, permen (hati-hati).

• Kurang O2 : plastic, sarung bantal.

• Jatuh : tempat tidur ditutup, pengaman (restraint), tidak pakai kursi tinggi.

• Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai.

44
• Keracunan : simpan bahan toxic dilemari.

Adapun petunjuk antisipasi yang dapat dilakukan, yaitu:

1) 6 bulan pertama

• Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal dalam memenuhi

kebutuhan bayi.

• Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap

stimulasi dari lingkungan.

• Support kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan dan

perkembangan bayinya mis : respon tertawa.

• Menyiapkan orang tua untuk kebutuhan keamanan bayi.

• Menyiapkan orang tua untuk imunisasi bayi.

• Menyiapkan orang tua untuk mulai memberi makanan padat pada

bayi.

2) 6 bulan kedua

• Menyiapkan orang tua akan adanya “Stranger Anxiety”.

• Menganjurkan orang tua agar anak dekat kepadanya hindari

perpisahan yang lama.

• Membimbing orang tua agar menerapkan disiplin sehubungan dengan

meningkatnya mobilitas bayi.

• Menganjurkan orang tua menggunakan “Kontak Mata” dari pada

hukuman badan sebagai suatu disiplin.

3. Asah

a) Bantu bayi duduk sendiri, mulai dengan mendudukan bayi di kursi yang

mempunyai sandaran.

45
b) Latih kedua tangan bayi masing-masing memegang benda dalam waktu

yang bersamaan.

c) Latih bayi menirukan kata-kata dengan cara menirukan suara bayi dan

buat agar bayi menirukan kembali.

d) Latih bayi bermain “Ciluk-Ba” atau permainan lain,

seperti melambaikan tangan sambil menyebut “… da…. da “ “…. da…

da”.

e) Angkat bayi dan bantu ia berdiri diatas permukaan yang datar dan kokoh.

f) Latih bayi memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah.

g) Perlihatkan gambar benda dan bantu bayi menunjuk nama benda yang

anda sebutkan.

h) Ajak bayi bermain dengan permainan yang perlu dilakukan bersama.

i) Latih bayi berjalalan sendiri.

j) Latih bayi menggelindingkan bola.

k) Berikan kesempatan kepada bayi untuk menggambar,

l) Ajak bayi makan bersama.

I. Asuhan Kebidanan Pada Balita

1. Asih

Untuk dapat menjalin ikatan emosi yang erat dengan anak kita, berikut ini ada

beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman bagi orangtua atau orang yang dekat

dengan anak dalam melakukan interaksi dengan balita :

a) Berikan rangsangan positif kepada balita. Misalnya dengan belaian/ sentuhan

/pijatan–pijatan lembut, ucapan-ucapan lembut/bisikan-bisikan mesra, kecupan,

dan suara-suara yang menenangkan bayi.

46
b) Tanggap terhadap kebutuhan balita.

c) Ajak anak bermain yang dapat membuatnya gembira atau tertawa. Misalnya

dengan main “ciluk ba”, menggelitikinya sesekali, memainkan boneka dengan

suara-suara lucu atau menunjukkan wajah-wajah ganjil (memasang ekspresi lucu),

membadut (bicara dengan cara yang dilebih- lebihkan), kemudian tertawalah

bersama anak. Pada umumnya, kita akan merasa lebih dekat dengan seseorang yang

tertawa bersama kita, demikian pula halnya dengan anak.

d) Sengaja meluangkan waktu bersama anak untuk dapat memberikan kualitas

pengasuhan yang baik. Jangan menghadapi anak dengan terpaksa atau hanya hadir

secara fisik saja. Usahakan menghadapi anak dengan menghadirkan “hati” juga.

e) Terima anak apa adanya dengan tulus dan ikhlas, sekalipun ia cacat atau tidak

sesuai dengan harapan kita. Sebab penolakan terhadap anak, menyebabkan

hubungan orangtua-anak menjadi tegang dan menghalangi orangtua untuk

memberikan kasih sayangnya.

f) Jangan bersikap kasar, kesal dan menunjukkan kemarahan terhadap balita

karena balita juga bisa merasakan ketidaknyamanan ini dan merekamnya dalam

ingatannya sehingga membuat orangtua menjadi “jauh” terhadap anak.

Peran bidan dalam hal ini adalah :

a) Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam

pertama pasca kelahiran.

b) Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif

tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.

c) Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh

dan meraba perutnya yang semakin membesar

47
d) Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi

e) Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti ibu

tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak

memiliki waktu yang seperti ibu inginkan

f) Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah

satu cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya

Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu

untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan

ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko, ibu

dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya

atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.

2. Asuh

Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang

keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Zat gizi yang

mencukupi pada anak harus dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan

pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus

diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai

anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya anak diberikan

makanan tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan

tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa balita dan

prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi

adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak. Kebutuhan gizi yang harus

48
dipenuhi pada masa balita diantaranya energi dan protein. Kebutuhan energi

sehari anak untuk tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/ kg berat badan.

Untuk tiap 3 bulan pertambahan umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10

kkal/ kg berat badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi

karbohidrat, lemak dan juga protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber

asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk

pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum, mengganti sel-sel yang

rusak, memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh, serta sebagai sumber

energi. Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi, selain itu lemak

juga mempunyai 3 fungsi, diantaranya sebagai sumber lemak esensial, sebagai

zat pelarut vitamin A, D, E, K, serta dapat memberi rasa sedap dalam makanan.

Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60- 70% dari total energi.

Sumber karbohidrat dapat diperoleh dari beras, jagung, singkong, tepung-

tepungan, gula, dan serat makanan. Serat makanan sangat penting untuk menjaga

kesehatan alat pencernaan. Vitamin dan mineral pada masa balita sangat

diperlukan untuk mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara

keseluruhan. Kebutuhan akan vitamin dan mineral jauh lebih kecil dari pada

protein, lemak, dan karbohidrat.

Ada beberapa hal yang perlu dihindari bagi anak agar makannya tidak

berkurang, seperti membatasi makanan yang kurang menguntungkan, seperti

coklat, permen, kue-kue manis karena dapat membuat kenyang sehingga nafsu

makan berkurang. Menghindari makanan yang merangsang seperti pedas dan

terlalu panas, menciptakan suasana makan yang tentram dan menyenangkan,

memilih makanan dengan nilai gizi tinggi, memperhatikan kebersihan

49
perorangan dan lingkungan, tidak memaksa anak untuk makan serta tidak

menghidangkan porsi makanan terlalu banyak.

Usia balita dapat kita bedakan menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut:

a) Balita usia 1-3 tahun. Jenis makanan yang paling disukai anak balita di usia

ini biasanya adalah makanan yang manis-manis, seperti cokelat, permen, es

krim, dll. Pada anak usia ini sebaiknya makanan yang banyak mengandung

gula dibatasi, agar gigi susunya tidak rusak atau berlubang (caries). Pada usia

ini, biasanya anak sangat rentan terhadap gangguan gizi, seperti kekurangan

vitamin A, zat besi, kalori dan protein. Kekurangan vitamin A dapat

mengakibatkan gangguan fungsi pada mata, sedangkan kekurangan kalori dan

protein dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kecerdasan anak.

b) Anak usia 4-6 tahun. Pada usia ini, anak-anak masih rentan terhadap

gangguan penyakit gizi dan infeksi. Sehingga pemberian makanan yang

bergizi tetap menjadi perhatian orang tua, para pembimbing dan pendidik di

sekolah. Pendidikan tentang nilai gizi makanan, tidak ada salahnya mulai

diajarkan pada mereka. Dan ini saat yang tepat untuk menganjurkan yang

baik-baik pada anak, karena periode ini anak sudah dapat mengingat sesuatu

yang dilihat dan didengar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Sehingga

akhirnya anak dapat memilih menyukai makanan yang bergizi.

Di bawah ini terdapat beberapa makanan yang dianjurkan untuk balita :

a) Makanan pendamping untuk balita dapat berupa bubur tepung beras atau

beras merah yang dimasak dengan cairan, kaldu daging, susu formula atau air

b) Makanan pendamping lainnya selain bubur adalah buah-buahan yang

50
dihaluskan dengan blender, seperti buah papaya, pisang, apel, melon, dan

alpukat.

c) Sayur-sayuran dan kacang-kacangan juga dapat dijadikan makanan

pendamping balita dengan cara direbus dan dihaluskan dengan blender.

Sebaiknya, ketika diblender, bahan makanan pendamping balita ini ditambah

dengan kaldu atau air matang supaya lebih halus. Sayuran dan kacang-

kacangan tersebut adalah kacang polong, kacang merah, wortel, tomat,

kentang, labu kuning, dan kacang hijau.

d) Makanan pendamping balita pun dapat berupa daging pilihan yang tidak

mengandung lemak dan diblender.

e) Makanan pendamping lainnya juga bisa berupa ikan yang diblender, yaitu

ikan yang tidak berduri (ikan salmon, fillet ikan kakap, dan gindara).

3. Asah

a) Tahap 1-2 tahun.

Latih anak naik turun tangga.Bermain dengan anak, menunjukkan cara

menangkap bola besar dan melemparkannya kembali pada anak.Latih anak

menyebut nama bagian tubuh dengan menunjuk bagian tubuh anak,

menyebutkan namanya, dan minta ia menyebutkan kembali.Beri kesempatan

kepada anak untuk melepaskan pakaiannya sendiri.Latih keseimbangan tubuh

anak dengan cara berdiri pada satu kaki secara bergantian.Latih anak

menggambar bulatan, garis, segitiga, dan gambar wajah.Latih agar anak mau

menceritakan apa yang dilihatnya.Latih anak dalam hal kebersihan diri,

seperti berkemih dan defekasi pada tempatnya, namun jangan terlalu ketat.

51
b) Tahap 2-3 tahun

Latih anak melompat dengan satu kaki.Latih anak menyusun dan

menumpuk balok. Latih anak mengenal bentuk dan warna.Latih anak dalam

hal kebersihan diri, seperti mencuci tangan dan kaki serta mengeringkannhya

sendiri.

c) Tahap 3-4 tahun

Beri kesempatan agar anak dapat melakukan hal yang kira-kira mampu dia

kerjakan, misalnya melompat dengan satu kaki. Latih anak cara memotong,

menggunting gambar-gambar, mulai dengan gambar besar. Latih anak

mengancingkan baju.

J. Asuhan Kebidanan Pada Anak Prasekolah

1. Asih

Ikatan emosi dan kaish sayang yang erat antara ibu/orangtua sangatlah

penting, karena berguna untuk menentukan prilaku anak di kemudian hari,

merangsang perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian anak terhadap

dunia luar.Oleh karena itu, kebutuhan asih ini meliputi :

a) Kasih sayang orangtua

Orangtua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh

kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak pernah

memarahi, tetapi bagaimana menciptakan hubungan yang hangat dengan

anak, sehingga anak merasa aman dan senang.

b) Rasa aman

Adanya interaksi yang harmonis antara orangtua dan anak akan memberikan

rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari- harinya.

52
c) Harga Diri

Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak

diacuhkan, maka hal ini akan menyebabkan frustasi

d) Dukungan/dorongan

Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari

lingkungannya. Apabila orangtua sering melarang aktivitas yang akan

dilakukan, maka hal tersebut dapat menyebabkan anak ragu-ragu dalam

melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu, orangtua perlu memberikan

dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi.

e) Mandiri

Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih

untuk tidak selalu tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak untuk

mandiri tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan

perkembangan.

f) Rasa memiliki

Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang- barang

yang dimilikinya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggung

jawab untuk memelihara barangnya.

g) Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman.

Anak perlu mendapatkan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan

kemampuan dan sifat-sifat bawaannya. Tidak pada tempatnya jika orangtua

memaksakan keinginannya untuk dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan

kemauan anak.

53
2. Asuh

a) Pemenuhan nutrisi pada anak prasekolah

Anak usia Pra Sekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat.

Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal/kgBB. Penurunan normal dalam nafsu

makan di usia ini sering menimbulkan kecemasan tentang nutrisi. Sebagian

terbesar, orang tua dapat diyakinkan bahwa jika pertumbuhan normal,

masukan anak adalah cukup. Biasanya, orang tua bertanggung jawab untuk

memberi kesehatan, makanan pada usia yang cocok dan penentuan waktu dan

tempat; anak bertanggung jawab menentukan jumlah masukan makanan.

Anak – anak biasanya mengatur jumlah makanannya untuk menyesuaikan

kebutuhan tubuhnya menurut rasa lapar atau kenyang. Masukan setiap hari

bervariasi, kadang – kadan luas, akan tetapi masukan selama periode 1

minggu relative stabil. Upaya orang tua untuk mengatur masukan anak

mengganggu mekanisme pengaturan diri ini karena anak harus menyetujui

atau berontak melawan tekanan. Akibatnya adalah kelebihan atau kekurangan

makanan.

b) Imunisasi pada anak prasekolah

Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi

morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah

dengan imunisasi misalnya penyakit TBC, diphteri tetanus, pertusis, polio,

campak, dan hepatitis B. Bahkan sekarang telah masuk ke Indonesia vaksin

MMR untuk mencegah measles (campak), mumps, (parotitis) dan rubela

(campak jerman). Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap maka

diharapkan dapat dicegah timbulnya penyakit- penyakit yang menimbulkan

54
cacat dan kematian.

c) Anticipatory guidance

Pada masa prasekolah petunjuk bimbingan tetap diperlukan walaupun

kesulitannya jauh lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Sebelumnya,

pencegahan kecelakaan dipusatkan pada pengamatan lingkungan terdekat,

dan kurang menekankan pada alasan-alasannya. Sekarang proteksi pagar,

penutup stop kontak disertai dengan penjelasan secara verbal dengan alas an

yang tepat dan dapat dimengerti.

Masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi orang tua

maupun anak. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam

melakukan penyesuaian terhadap perubahan ini, terutama bagi Ibu yang

tinggal di rumah/tidak bekerja. Ketika anak mulai masuk taman kanak- kanak,

maka ibu mulai memerlukan kegiatan-kegiatan di luar keluarga, seperti

keterlibatannya dalam masyarakat atau mengembangkan karier. Bimbingan

terhadap orang tua pada masa ini dapat dilakukan pada anak umur 3, 4, 5

tahun.

3. Asah

a) Beri kesempatan agar anak dapat melakukan hal yang kira-kira mampu ia

kerjakan, misalnya melompat tali, main engklek, dan sebagainya.

b) Melatih anak melengkapi gambar, misalnya menggambar baju pada gambar

orang atau menggambar pohon, bunga pada gambar rumah, dan sebagainya.

c) Jawab pertanyaan anak dengan benar, jangan membohongi atau menunda

jawabannya.

d) Ajak anak dalam aktivitas keluarga, seperti berbelanja ke pasar, memasak,

55
membetulkan main.

K. Kelas Ibu Balita

Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena bermacam

gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Balita di Indonesia

sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Bila dihitung secara matematis, berarti dalam

setiap jamnya terjadi 22 kematian balita di Indonesia, suatu jumlah yang tergolong

fantastis untuk ukuran di era globalisasi. Oleh karena itu Depkes telah meluncurkan

berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini.

Ada banyak program kesehatan yang telah diimplementasikan Departemen

Kesehatan mulai dari pusat, provinsi hingga kabupaten, misalnya buku KIA,

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pengendalian penyakit menular maupun

tidak menular, dsb. Salah satu program kesehatan yang diharapkan dapat turut

berperan aktif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak balita

adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA), yaitu suatu buku yang berisi

catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5 tahun yang berisi

informasi cara menjaga kesehatan. Namun tidak semua ibu mau/dapat membaca

buku KIA karena berbagai sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya

waktu membaca, sulit mengerti atau memang mengalami buta aksara.

Berdasarkan pertimbangan ini, maka sangat perlu mengajari ibu-ibu tentang isi

buku KIA dan cara menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu melalui

penyelenggaraan Kelas Ibu Balita. Kelas ibu Balita ditujukan bagi ibu yang

mempunyai anak balita (0-59 bulan) sedangkan Kelas ibu Hamil ditujukan bagi ibu

hamil.

56
1. Apakah Kelas Ibu Balita?

Kelas Ibu Balita merupakan suatu aktifitas belajar kelompok dalam kelas

dengan anggota beberapa ibu yang mempunyai anak balita (usia 0-5 tahun)

dibawah bimbingan satu atau beberapa fasilitator (pengajar) dengan memakai

buku KIA sebagai alat pembelajaran.

2. Tujuan Kelas Ibu Balita

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, merubah sikap dan perilaku ibu

hamil tentang kesehatan balita, gizi dan stimulasi pertumbuhan &

perkembangan anak.

3. Manfaat Kelas Ibu Balita

a) Bagi ibu balita dan keluarganya, kelas ibu balita merupakan sarana untuk

mendapatkan teman, bertanya, dan memperoleh informasi penting yang harus

dipraktekkan.

b) Bagi petugas kesehatan, penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media

untuk lebih mengetahui tentang kesehatan ibu balita, anak dan keluarganya

serta dapat menjalin hubungan yang lebih erat dengan ibu balita serta

keluarganya dan masyarakat.

4. Konsep pelaksanaan Kelas Ibu Balita

a) Memakai buku KIA sebagai alat (acuan) utama pembelajaran.

b) Metode belajar memakai pendekatan cara belajar orang dewasa, yaitu

partisipatif interaktif, ceramah, tanya jawab, peragaan/praktek, curah

pendapat, penugasan dan simulasi.

c) Materi: buku KIA, modul yang berkaitan (misal: buku modul tumbuh

kembang anak) dan alat-alat bantu lain.

57
d) Kurikulum: disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi/masalah kesehatan di

tempat tersebut. Agar efektif, Kelas Ibu Balita dapat diintegrasikan dengan

kegiatan terkait yang ada di masyarakat, misalnya Bina Keluarga Balita

(BKB) dan Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) atau kegiatan Desa

lainnya.

e) Dari, oleh dan untuk masyarakat: seluruh masyarakat termasuk tokoh- tokoh

agama dan masyarakat berperan dalam pelaksanaan Kelas Ibu Balita.

f) Peserta: Ibu-ibu yang mempunyai anak berusia antara 0-5 tahun. Tiap kelas

dibagi berdasarkan kelompok umur balita: 0-1 tahun, 1-2 tahun, dan 2-5

tahun. Jumlah peserta idealnya maksimal 15 orang/kelas.

g) Fasilitator/pengajar: Bidan atau petugas kesehatan yang telah dilatih menjadi

fasilitator Kelas Ibu Balita atau yang telah menjalani on the job training Kelas

Ibu Balita.

h) Narasumber: Narasumber diperlukan untuk memberi input tentang topik

tertentu. Narasumber merupakan tenaga kesehatan dalam bidang spesifik

tertentu seperti: ahli gizi, dokter, bidan, perawat, perawat gigi, Kader PAUD,

dll.

i) Waktu: disesuaikan dengan kesiapan ibu/bapak/keluarga, bisa pagi atau sore

hari. Lama kegiatan 20-60 menit atau disesuaikan dengan kondisi setempat.

j) Frekuensi pertemuan: 3 kali pertemuan atau sesuai hasil kesepakatan antara

fasilitator dengan peserta.

k) Tempat fleksibel: bisa di Balai Desa, Dusun, memakai salah satu rumah

warga, Posyandu, Puskesmas, RB, RS, dll.

58
5. Dimana dan kapan sebaiknya melaksanakan Kelas Ibu Balita?

a) Di Posyandu, pada meja penyuluhan atau pada awal atau akhir kegiatan

Posyandu.

b) Bersamaan dengan kegiatan PAUD atau BKB.

c) Dijadwalkan tersendiri, misal: di rumah warga, Balai Desa, Dusun, Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes/Polindes), Puskesmas, Klinik, RB atau RS.

6. Contoh Kurikulum Kelas Ibu Balita:

a) Modul A (untuk usia 0-1 tahun):

1) ASI

2) Imunisasi

3) Makanan pendamping ASI (untuk anak usia 6-12 bulan)

4) Tumbuh kembang bayi

5) Penyakit terbanyak pada bayi (Diare, ISPA)

b) Modul B (untuk usia 1-2 tahun):

1) Merawat gigi anak

2) Makanan pendamping ASI (untuk anak usia 1-2 tahun)

3) Tumbuh kembang anak usia 1-2 tahun

4) Penyakit pada anak (cacingan, gizi buruk, dll)

5) Permainan anak

c) Modul C (untuk usia 2-5 tahun) :

1) Tumbuh kembang anak

2) Pencegahan kecelakaan

3) Gizi seimbang

4) Penyakit pada anak (TBC, DBD, Diare, dsb)

59
5) Obat pertolongan pertama

6) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

L. Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Pada Neonatus, Bayi, Balita dan

Anak Prasekolah dalam Krisis Kesehatan (Situasi Tanggap Darurat

Bencana)

1. Neonatus

Kelompok rentan kesehatan reproduksi adalah sebagai kelompok di dalam

masyarakat yang paling muda menderita gangguan kesehatan reproduksi, dalam

hal ini bayi baru lahir (neonatus) termasuk kedalamnya. Pada saat terjadi

bencana bila pemberian pelayanan kesehatan reproduksi dilaksanakan sesegara

mungkin, dapat mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian bayi baru lahir.

Sebagian besar kematian bayi baru lahir terjadi pada saat proses persalinan dan

nifas. Kematian bayi sebagian besar disebabkan oleh masalah neonatal (BBLR,

asfiksia dan infeksi) yang sebenarnya dapat dihindari penyebabnya. Mengingat

kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka

proses bersalin dn perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu.

Pelayanan kesehatan neonatus pada tanggap darurat kesehatan utamanya

ditujukan untuk mengenali tanda bahaya serta penangan kegawatdaruratan

melalui tindakan penyelamatan nyawa yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang terampil untuk menangani komplikasi pada neonatal.

Kegiatan prioritas untuk mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian

neonatal yaitu :

a) Memastikan ketersediaan layanan kegawatdaruratan dan perawatan neonatal.

b) Dipasilitas kesehatan : penanganan komplikasi bayi baru lahir

60
c) Di rumah sakit rujukan : staf medis yang terampil dan supply penanganan

kegawatdaruratan bayi baru lahir.

d) Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transfortasi dan komunikasi

dari masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan rumah sakit.

Pelayanan kegawatdaruratan neonatala meliputi :

a) Resusitasi.

b) Perlindungan suhu tubuh.

c) Pencegahan infeksi (kebersihan, memotong dan merawat tali pusat secara

hygienis, perawatan mata).

d) Pengobatan penyakit pada neonatal dan perawatan bayi premature atau

BBLR.

Kit individu merupakan paket berisi pakaian, perlengkapan, kebersihan diri,

perlengkapan bayi, dan lai-lain, yang diberikan pada perempuan usia reproduksi,

ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir. Kit ini daat langsung diberikan dalam

waktu satu sampai dua hari saat bencana pada pengungsi setelah melakukan

estimasi jumlah sasaran. Terdapat emat jenis kit individu yaitu : kit hygiene, kit

ibu hamil, kit ibu bersalin, kit bayi baru lahir. Kit bayi baru lahir berwarna merah

yang sasarannya untuk bayi baru lahir sampai usia 3 bulan.

61
JUMLAH PER
NO ITEM KETERANGAN
KIT
A Kit bayi baru lahir (0-3 bulan)

1 Popok katun 12

2 Pakaian bayi katun 12

3 Sarung tangan dan sarung kaki 12

4 Selimut gendong 1

5 Topi bayi 1
6 Kelambu bayi 1 Dikemas terpisah agar
tidak rusak dalam
penimpanan.
7 Kain bedong (plannel, lembut) 12

8 Sabun mandi bayi 3 (80 gram)

9 Bedak bayi 3 (50 gram)

10 Handuk bayi 1

11 Minyak telon 1 (50 ml)

2. Bayi dan Balita

Bila bencana alam terjadi di suatu daerah yang sangat dikhawatirkan adalah

bayi dan balita, karena mereka rentan terkena penyakit yang disebabkan kondisi

tempat tinggal sementara yang tidak layak, begitu juga dengan asupan makanan

yang mereka konsumsi, dengan demikian tenaga kesehatan harus memberikan

informasi kepada masyarakat mengenai penyakit-penyakit yang sering terjadi

saat bencana dan pasca bencana. Misalnya informasi mengenai penyakit diare,

batuk, pilek, demam, muntaber ataupun demam berdarah, dari informasi tersebut

masyarakat diharapkan dapat melakukan pencegahan dan tindakan pengobatan

di tempat pengungsian.

62
Kebutuhan saat bencana yang penting ialah dibuatkan dapur khusus untuk

bayi dan balita, menyediakan makanan khusus bayi dan balita dengan

memberikan label usia di setiap kcup makanan, sehingga saat bayi dan balita

memakannya tekstur dan rasanya pas untuk mereka. Menyediakan fasilitas

kesehatan untuk imunisasi dan untuk memantau pertumbuhan dan

perkembangan bayi dan balita seperti menimbang berat badan dan mengukur

panjang/tinggi badan. Koordinator dan tenaga kesehatan jika memungkinkan

menyediakan tempat untuk ibu menyusui (pojok laktasi).

Bagian logistik harus menyediakan selimut, set pakaian serta diapers untuk

bayi dan balita. Selain itu bagian logistik juga harus menyediakan obat-obatan,

susu, serta peralatan bayi seperti peralatan mandi.

3. Anak Prasekolah

Pada anak prasekolah yang mengalami bencana alam berpotensi mengalami

dampak fisik dan psikis yang lebih berat dibandingkan orang dewasa. Sebab

secara fisik dan psikis lebih lemah dibandingkan orang dewasa. Anak-anak

prasekolah harus dialokasikan ke tempat yang lebih aman dari ancaman bencana.

Selain itu anak prasekolah juga harus tetap mendapatkan makanan yang bergizi

dan air bersih. Anak-anak prasekolah membutuhkan bantuan secara psikologis

untuk mencegah anak prasekolah mengalami pengalaman yang traumatis

sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya kelak. Pada

situasi tanggap darurat bencana biasanya orang tua merasa lebih cemas kepada

anak-anaknya sehingga orang tua tersebut lebih cepat emosi dan memarahi

anaknya apabila anaknya rewel dan menginginkan sesuatu. Pada tempat

pengungsian orang tua diminta agar lebih bisa menahan emosi dalam

63
menghadapi anak - anaknya, disini anak - anak prasekolah perlu dibuat agar tetap

ceria dan gembira sehingga bisa melupakan kondisi tertekan yang mereka alami.

Mereka perlu tetap diajak untuk bermain, bernyanyi dan beraktivitas supaya

mereka tetap merasa gembira. Oleh karena itu koordinator atau tim sukarelawan

berupaya membuatkan tempat bermain untuk anak-anak prasekolah.

Pada situasi tanggap darurat bencana peran orang tua lebih ditingkatkan untuk

menjaga anaknya agar anaknya tidak mengalami kekerasan yang berbasis gender

seperti percobaan pemerkosaan, penganiayaan seksual,kekerasan seksual,

kekerasan fisik dan kekerasan psikologis. Adupun KIT yang perlu disipkan

untuk memenuhi kebutuhan masing- masing anak prasekolah diantaranya:

a) Pakaian bersih (baju, celana, pakaian dalam dan selimut)

b) Alat-alat MCK (handuk, sabun, sampo, sikat gigi dan pasta gigi)

c) Makanan yang bergizi (biskuit)

d) Obat-obatan (parasetmol, minyak kayu putih)

e) Beberapa mainan.

64
DAFTAR PUSTAKA

Armini, Ni Wayan, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita & Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Penerbit Andi

Departemen Kesehatan RI kerjasama dengan Japan International Cooperation


Agency (JICA). 2008. Leaflet Kelas Ibu Balita.

Deslidel, dkk. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC

Maryati, Dwi dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta : CV Trans
Info Media

Maryunani, Anik. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-Sekolah.
Tajurhalang: In Media

Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika

Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak Balita. Yogyakarta : Nuha Medika

65

Anda mungkin juga menyukai