“Asuhan Kebidanan Holistik Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Usia Sekolah”
Oleh :
NOVELA
NIM. P07124523214
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan
““Asuhan Kebidanan Holistik Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Usia Sekolah”
Oleh :
NOVELA
NIM. P07124523214
Menyetujui,
Pembimbing Klinik
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Holistik Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Usia
Sekolah”. Tersusunnya laporan pendahuluan ini tentunya tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT., M.Keb, selaku ketua jurusan kebidanan
yang telah memberikan kesempatan atas terlaksananya Praktik Kebidanan
Fisiologi Holistik Neonatus, bayi, Balita dan Anak Usia Prasekolah
2. Munica Rita Hernayanti, S.SiT., Bdn., M.Kes, selaku ketua prodi pendidikan
profesi bidan yang telah memberikan kesempatan atas terlaksananya Praktik
Kebidanan Fisiologi Holistik Neonatus, bayi, Balita dan Anak Usia
Prasekolah
3. Nur Djanah, S.SiT.,M.Kes, selaku pembimbing pendidikan yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama Asuhan Kebidanan Fisiologi
Holistik Neonatus, bayi, Balita dan Anak Usia Prasekolah
4. Prajna Paramita, S.Tr.Keb.,Bdn, selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan arahan selama Asuhan Kebidanan Praktik Kebidanan Fisiologi
Holistik Neonatus, bayi, Balita dan Anak Usia Prasekolah
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan pendahuluan ini. Oleh sebab itu, menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa penulis sampaikan,
semoga Laporan Pendahuluan ini dapat bermanfaat dalam ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Yogyakarta, Oktober 2023
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULHALAMAN PENGESAHAN..
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I TINJAUAN TEORI...................................................................................1
A. Konsep Dasar Neonatus................................................................................1
B. Konsep Dasar Bayi......................................................................................17
B. Konsep Dasar Balita....................................................................................45
B. Konsep Dasar Anak prasekolah..................................................................53
C. Kewenangan Bidan.....................................................................................56
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN....................................60
A. Pengkajian data subjektif............................................................................60
B. Pengkajian data objektif..............................................................................60
C. Analisa........................................................................................................61
D. Rencana tindakan/ penatalaksanaan............................................................61
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................63
iv
BAB I
TINJAUAN TEORI
Neonatus adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500 – 4000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan) yang berat.1
Neonatus perlu menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin. Tiga faktor yang memengaruhi perubahan fungsi
ini yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Maturasi mempersiapkan fetus
untuk transisi dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin dan ini
berhubungan lebih erat dengan masa gestasi dibandingkan dengan berat
badan lahir.
Adaptasi diperlukan oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam
lingkungan baru yang dibandingkan dengan lingkungan selama menjadi
fetus, kurang menyenangkan. Toleransi yakni kemampuan tubuh bertahan
terhadap kondisi-kondisi abnormal seperti hipoksia, hipoglikemia, dan
perubahan pH yang dramatis dimana fatal bagi orang dewasa tetapi tidak
bagi bayi. Toleransi dan adaptasi berbanding terbalik bila
dibandingkan dengan maturasi. Makin matur neonatus, makin baik
adaptasinya tetapi makin kurang toleransinya.1
1
melindungi bayi, ibu dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu
juga akan membantu mencegah penyebaran infeksi :2
a. Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
f. Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika
perlu sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
g. Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan
buang sampah.
h. Pisahkan bayi yang menderita infeksiuntu mencegah
infeksinosokomia
2
dengan mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun
g. Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air
bersih, hangat dan sabun setiap hari.
h. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan
memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan
sebelumnya
3
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata
bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan
kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan
halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam
waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk
mencegah oftalmia neonatorum (Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0.5%
atau Nitrasn, Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan
obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai
merawat mata bayi, cuci tangan kembali. Keterlambatan memberikan
salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi salep mata setelah lewat 1
jam setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya
pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.
d. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus
diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama
tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada
umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini
adalah untuk meningkatkan perlindungan awal. Imunisasi Hepatitis B
sudah merupakan program nasional, meskipun pelaksanaannya
dilakukan secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian
imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah
lahir.Selanjutnya saya persilakan anda latihan mengerjakan soal-soal
dibawah ini, sebagai latihan, kemampuan anda terhadap materi yang
telah anda pelajari.
3. Penilaian Awal Bayi Baru Lahir
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab
pertanyaan: Sebelum bayi lahir:3
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih
dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan
4
penilaian berikut:
5
5. Pencegahan kehilangan Panas Tubuh
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit
berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia.
Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur
tubuh lebih dari 37,5°C). BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui
cara-cara berikut:5
a. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban
pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini
merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga
terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu
cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur
atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan di atas benda-benda tersebut. Konveksi adalah
kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam
ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas
angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.
c. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena
6
benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun
tidak bersentuhan secara langsung).
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:6
c. Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit
bayi Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau
perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada
atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
7
kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan BBL.
g. Rawat Gabung Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24
jam. Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan
ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi
tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah
paparan infeksi pada bayi.
i. Transportasi hangat Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap
hangat selama dalam perjalanan.
8
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu
dan keluarganya.7
c. Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila
terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan
tali pusat basah atau lembab.
d. Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:8
2) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
3) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT
dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan
kain bersih.
4) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar
tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi,
nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.7
9
menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan,
selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit
sebelum tali pusat di klem.
4) Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan
amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya
yang berbau sama.
5) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra
muskular pada ibu.
b. Langkah 2: Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling
sedikit satu jam:
1) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di
dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada
ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih
rendah dari puting.
2) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
3) Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit
satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya.
Jika perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk
mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari
membersihkan payudara ibu
4) Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan
Manajemen Aktif Kala 3 persalinan.
c. Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan
mulai menyusu:
1) Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menysuu
2) Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi
menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke
payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung
10
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
Sebagian besar bayi akan berhasil menemukan puting ibu dalam
waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu
setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah menemukan puting
kurang dari 1 jam.
3) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga
bayi selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru
menemukan puting setelah 1 jam.
4) Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau
sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama
dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.
5) Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1
jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan
kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.Jika
bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada
ibu.
6) Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya
(menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian
kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
7) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama
beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin
saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali
di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.
8) Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus
selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi
bisa menyusu sesering keinginannya.10
8. Pencegahan Perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna,
maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak
11
tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia
kehamilan dan berat badan pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau
menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi ataupun perdarahan intrakranial. Untuk mencegah kejadian
diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi Bayi Berat Lahir Rendah
diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis
tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri (lihat lampiran 4
halaman 109). Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan
sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam
penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak
boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.12
e. Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk
tidak menghapus obat-obat tersebut.
12
10. Pemeriksaan Fisik
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan
atau perawat yang bertujuan untuk memastikan normalitas dan mendeteksi
adanya penyimpangan dari normal. Pengkajian ini dapat ditemukan
indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap
kehidupan diluar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam
pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dapat pula
ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak
sehat.Pemeriksaan BBL dilakukan setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6
jam) dan pada saat kunjungan neonatal. Pemeriksaan dilakukan dari
antropometri sampai dengan pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki.5
11. Imunisasi pada Neonatus
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada
antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin
kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan
(misalnya vaksin BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya
vaksin polio). Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi
berarti anak di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak
kebal terhadap suatu penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang
lain. Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.2
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu
dari dunia. Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus,
13
batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis.
(Notoatmodjo, 2003). Program imunisasi bertujuan untuk memberikan
kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi
serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Macam-
macam imunisasi dasar
a. Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan
Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok
bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis complex. Pada
manusia, TBC terutama menyerang sistem pernafasan (TB paru),
meskipun organ tubuh lainnya juga dapat terserang (penyebaran atau
ekstraparu TBC).
Mycobacterium tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk
seseorang. Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit
paru-paru dan terdapat bakteria didahaknya. Kondisi lingkungan yang
gelap dan lembab juga mendukung terjadinya penularan. Penularan
penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya
percikan udara yang mengandung bakteri tuberkulosis. Bakteri ini
dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling
sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau
selaput selaput otak (yang terberat). Infeksi primer terjadi saat
seseorang terjangkit bakteri TB untuk pertama kalinya. Bakteri ini
sangat kecil ukurannya sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosilier bronkus, dan terus berkembang.
b. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus,
yaitu difteri, pertusis, tetanus. Difteri merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Difteri bersifat
ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran napas
bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung dengan
penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena
14
adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri. Penderita akan
mengalami beberapa gejala seperti demam lebih kurang 380 C,
mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat pseudomembran
putih keabu-abuan di faring, laring dan tonsil, tidak mudah lepas dan
mudah berdarah, leher membengkak seperti leher sapi disebabkan
karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak napas disertai bunyi
(stridor).
Pada pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman
difteri. Pada proses infeksi selanjutnya, bakteri difteri akan
menyebarkan racun kedalam tubuh, sehingga penderita dapat
menglami tekanan darah rendah, sehingga efek jangka panjangnya
akan terjadi kardiomiopati dan miopati perifer. Cutaneus dari
bakteri difteri menimbulkan infeksi sekunder pada kulit penderita.
c. ImunisaImunisai campak
Ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Campak, measles atau rubelal adalah penyakit virus
akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat
infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4
hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara
(airborne).
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet melalui udara,
menempel dan berkembang biak pada epitel nasifaring. Tiga hari
setelah infasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe
regional dan terjadi vitemia yang pertama. Virus menyebar pada
semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah
5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan
merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru.
Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada
otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan
batuk, pilek, mata merah (3C = coryza, cough and conjuctivitis) dan
demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek
15
makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi
(pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul
ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus juga dapat berbiak
pada susunan syaraf pusat dan menimbulkan gejala klinik
ensefalitis. Setelah masa konvalesen menurun, hipervaskularisasi
mereda dan menyebabkan ruam menjadi semakin gelap, berubah
menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disababkan
karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi
limfosit.
d. Imunisasi polio
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan
vaksin DPT. Terdapat 2 macam vaksin polio:
1) Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk),
mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan
melalui suntikan.
2) Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin
hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil
atau cairan.
3) Bentuk trivalen (Trivalen Oral Polio Vaccine; TOPV) efektif
melawan semua bentuk polio, sedangkan bentuk monovalen
(MOPV) efektif melawan satu jenis polio. Poliomielitis adalah
penyakit pada susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh satu
dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau
3. Struktur virus ini sangat sederhana, hanya terdiri dari RNA
genom dalam sebuah caspid tanpa pembungkus. Ada 3 macam
serotipe pada virus ini, tipe 1 (PV1), tipe 2 (PV2), dan tipe 3
(PV3), ketiganya sama-sama bisa menginfeksi tubuh dengan
gejala yang sama. Penyakit ini ditularkan orang ke orang
melalui fekal-oral- route. Ketika virus masuk kedalam tubuh,
partikel virus akan dikeluarkan dalam feses selama beberapa
16
minggu. Gaya hidup dengan sanitasi yang kurang akan
meningkatkan kemungkinan terserang poliomyelitis.
Kebanyakan poliomyelitis tidak menunjukan gejala apapun.
Infeksi semakin parah jika virus masuk dalam sistem aliran
darah. Kurang dari 1% virus masuk dalam sistem syaraf pusat,
akan tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem
syaraf motorik, hal ini menimbulkan kelemahan otot dan
kelumpuhan (lumpuh layu akut = acute flaccid paralysis/ AFP).
Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa
terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera
ditangani.
e. Imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh
berkenalan terhadap penyakit hepatitis B, disebakan oleh virus yang
telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan tinggal
selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit virus hepatitis
berisiko terkena kanker hati atau kerusakan pada hati. Virus hepatitis
B ditemukan didalam cairan tubuh orang yang terjangkit termasuk
darah, ludah dan air mani.
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000
gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus adalah
bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Tiga faktor yang
mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital neonatus yaitu maturasi,
17
adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang
paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sisem pernafasan,
sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa.2
2. Fisiologi BBL
Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan aterm antara 37-
42 minggu, BB 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm, lingkar
dada 30- 38 cm, lingkar kepala 33- 35 cm, lingkar lengan 11- 12 cm,
frekuensi DJ 120- 160 x permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit, kulit
kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo
tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna kuku agak
panjang dan lemas, nilai APGAR > 7, gerakan aktif, bayi langsung
menangis kuat, refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks
sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks
morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik,
refleks grasping (menggenggam) sudah baik, genetalia sudah terbentuk
sempurna , pada laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan penis
berlubang, pada perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang, serta labia
mayora sudah menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24
jam pertama, berwarna hitam kecoklatan.2
18
terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak dibelakang atas yang
menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses
kelahiran, benjolan pada kepala tersebut hanya terdapat dibelahan kiri
atau kanan saja, atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis
tengah bujur kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai
kondisi benjol (Capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika terjadi
moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali pada bentuknya semula.
d. Muka wajah: bayi tampak ekspresi;mata: perhatikan antara
kesimetrisan antara mata kanan dan mata kiri, perhatikan adanya tanda-
tanda perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang dalam
waktu 6 minggu;
e. Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti
mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak
terdapat pada bayi normal, bila terdapat secret yang berlebihan,
kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna;
19
i. Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja
dan kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila
terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai
muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi
untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinsn
Hirschprung/Congenital Megacolon;
j. Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan
tanpa disadari pada bayi normal, refleks pada bayi antara lain :
1) Tonik neek refleks , yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi
normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan
kepalanya
2) Rooting refleks yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut
bayi maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya
ke arah datangnya jari , Grasping refleks yaitu bila jari kita
menyentuh telapak tangan bayi maka jari- jarinya akan langsung
menggenggam sangat kuat.
3) Moro refleks yaitu reflek yang timbul diluar kesadaran bayi
misalnya bila bayi diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan
kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat
tubuhnya pada orang yang mendekapnya
4) Stapping refleks yaitu reflek kaki secara spontan apabila bayi
diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu
dasar maka bayi seolah- olah berjalan
5) Suckling refleks (menghisap) yaitu areola putting susu tertekan
gusi bayi, lidah, dan langis-langit sehingga sinus laktiferus tertekan
dan memancarkan ASI
6) Swallowing refleks (menelan) dimana ASI dimulut bayi mendesak
otot didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks
menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung. Berat badan:
sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari 5%
berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.
20
4. Imunisasi Pada Bayi
Kita harus sadari agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal maka dibutuhkan beberapa upaya untuk memenuhi kebutuhan
dasar anak. Salah satu kebutuhan penting dari anak adalah imunisasi,
karena imunisasi dapat mencegah beberapa penyakit yang berperan dalam
penyebab kematian pada anak. Seperti Tuberculosis, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis ini merupakan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.12
a. Pemberian imunisasi Hb0
Penyakit hepatitis B merupakan penyakit yang merusak hati dan dapat
menjadi kronis sehingga bisa menimbulkan pengerasan hati, kanker
hati dan kematian. Hepatitis disebabkan oleh virus yang penularannya
bisa vertical yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan maupun
secara horizinal melalui suntikan yang tidak aman, transfusi darah,
dari darah dan produknya. Gejalanya adalah merasa lemah, gangguan
perut, warna kuling terlihat pada mata, kulit, urin menjadi kuning dan
feses menjadi pucat. Untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi/anak
perlu diberikan imunisasi Hepatitis. Vaksin hepatitis berupa virus
recombian yang telah diinaktivasikan dan bersifat non infectious yang
berasal dari HbsAg .12
1) Jumlah pemberian dan dosis : Pemberian imunisasi Hepatitis B
sebanyak 4 kali (dosis). Setiap kali pemberian dosisnya 0,5 ml
atau 1 (buah) HB PID
2) Usia pemberian : Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan
dosis berikutnya diberikan pada usia 2, 3 bulan dan 4 bulan
(dengan interval 4 minggu/1 bulan)
3) Lokasi penyuntikan : Disuntikkan secara intramuskuler
sebaiknya pada anterolateral paha
4) Efek samping : Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
21
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang
terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
Penanganan efek samping
a) Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI atau sari buah)
b) Jika demam pakaikan pakaian yang tipis
c) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
d) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
e) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat
5) Kontra indikasi : Penderita infeksi berat yang disertai kejang
b. Pemberian imunisasi BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberculosis) berkaitan dengan
keberadaan virus tuberclebacili yang hidup di dalam darah. Agar
memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tidak berbahaya
ini ke dalam tubuh, yaitu vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah
sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa
keluar saat penderita batuk, bernafas atau bersin. Gejalanya antara
lain: berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit,
batuk berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diare
persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12
minggu. Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat
antibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka panjang,
minimal 6 bulan. Lama pengobatan tidak bisa diperpendek karena
bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang “tidur”.
Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain
menghindari anak berkontak dnegan penderita TB, juga meningkatkan
daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi
BCG. Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan.
22
1) Jumlah pemberian dan dosis : Cukup 1 kali saja dan diberikan saat
usia 1 bulan, tak perlu diulang (booster), sebab vaksin BCG berisi
kuman hidup sehingga antibody yang dihasilkan tinggi terus.
Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hinga memerlukan
pengulangan. Dosis pemberian 0,05 ml
2) Usia pemberian : Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah
usia 2 bulan, disarankan tes (tuberculin) dahulu untuk mengetahui
apakah si bayi sudah kemasukkan kuman Mycobacterium
tubercolusis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya
negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering
bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi
BCG.
3) Lokasi penyuntikan : Disuntikkan secara intrakutan di daerah
lengan kanan atas (insertion musculus deitoideus), dengan
menggunakan ADS.
4) Efek samping : Umumnya 2-6 minggu setelah imunisasi BCG
daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin
membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan,
kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan
parut dengan diameter 2-10 mm. Penanganan efek samping
23
polio tipe 1, 2 , atau 3. Secara klinis penyakit polio dapat
menyerang pada anak usia di bawah 15 tahun. Penyebaran penyakit
melalui kotoran manusia yang terkontaminasi. Gejala dari penyakit
polio diawali dengan demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada
minggu pertama. Kematian dapat terjadi karena kelumpuhan pada
otot-otot pernafasan yang terinfeksi dan tidaks egera ditangani. Oleh
karena itu pemberian imunisasi polio harus diberikan pada anak.
1) Jumlah pemberian dan dosis : Vaksin polio oral (OPV): pemberian
imunisasi Polio Oral sebanyak 4 kali. Setiap kali pemberian
dosisnya 2 (dua) tetes
2) Usia pemberian : Dosis pertama diberikan pada usia 1 bulan dan
dosis berikutnya diberikan dengan interval 4 minggu (1 bulan)
3) Lokasi pemberian : Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes)
4) Efek samping : Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi
polio oral. Penanganan efek samping, Orang tua tidak perlu
melakukan tindakan apapun
5) Kontra indikasi : Pada individu yang menderita immune deficiency
tidak ada efek berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada
anak yang sedang sakit
d. Pemberian imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Difteri merupakan penyakit yang menyerang sistem pernafasan.
Penyakit ini disebakan oleh Corynebacterium diphtheria.
Penyebarannya melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala awal
penyakit adalah radang pada tenggorokan, hilang nafsu makan, dan
demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada
tengorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa
gangguan pernafasan yang berakibat kematian. Pertusis merupakan
penyakit batuk rejan atau disebut juga batuk 100 hari adalah penyakit
pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertusis. Penyebaran melalui percikan ludah yang keluar dari batuk
dan bersin. Gejala penyakit ini adalah pilek, mata merah, bersin,
24
demam dan batuk ringan lama kelamaan menjadi parah. Komplikasi
yang ditimbulkan adalah Pneumonia bacterialis yang dapat
menyebabkan kematian. Tetanus merupakan penyakit anak yang
disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin.
Penyebaran penyakit ini melalui kotoran yang masuk ke dalam luka
yang dalam. Gejala aal penyakit ini adalah kaku otot pada rahang
disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,
berkeringat dan demam. Pada bayi dapat juga gejala berhenti menetek,
kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi penyakit
tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain
yang dapat menimbulkan kematian. Ketiga penyakit tersebut dapat
dicegah dengan pmeberian imunisasi DPT. Pada umumnya pemberian
imunisasi DPT bersamaan dengan Hb dan Hib.
1) Jumlah pemberian dan dosis : Pemberian imunisasi DPT sebanyak
3 kali (dosis). Setiap kali pemberian dosisnya 0,5 ml
2) Usia pemberian : Pemberian pertama pada bayi usia 2 bulan
kemudian pemberian selanjutnya dengan interval 4 minggu
3) Lokasi penyuntikan : Disuntikkan intra muscular atau sub cutan
dalam
4) Efek samping. Efek samping berupa bengkak, nyeri dan kemerahan
pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang
gejala demam, anak rewel dan menangis dengan nada tinggi dapat
terjadi pada 24 jam setelah pemberian imunisasi. Penanganan efek
samping :
a) Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum yang
lebih banyak
b) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
c) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air biasa
d) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg setiap 3-4 jam
(maksimal 6 kali dalm 24 jam)
c) Anak boleh mandi atau cukup di seka dengan air hangat
25
5) Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin
e. Pemberian imunisasi Campak/MR
Campak merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan
cara imunisasi. Vaksin campak dapat menurunkan 75% kematian
akibat campak atau diperkirakan 15,6 juta kematian selama tahun
2000-2013. Penyakit campak dapat berpotensi untuk menjadi kejadian
luar biasa (KLB). Campak dinyatakan sebagai suatu kejadian luar
biasa (KLB) apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4
minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan
dengan adanya hubungan epidemiologis.
1) Jumlah pemberian dan dosis : Pada bayi imunisasi campak
diberikan hanya 1 kali dengan dosis pemberian 0,5 ml
2) Usia pemberian : Imunisasi campak pada bayi diberikan pada usia
9-11 bulan
3) Lokasi pemberian : Disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri
atau anterolateral paha
4) Efek samping. Hingga 15% pada pasien dapat mengalami demam
ringan dan kemerahan selama 3 hari yang terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi. Penanganan efek samping :
26
atau individu yang diduga menderita
27
dari pada lingkar dada. Pada anak umur 6 bulan, lingkar kepala
rata-rata adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm dan 2 tahun 49 cm.
28
bulan lingkar kepala akan mencapai 46-47 cm
d) Fontanel anterior (ubun-ubun depan) menjadi agak lebar pada
usia 6 bulan dan akan menutupu pada usia 12-18 bulan.
Fontanel posterior (ubun-ubun belakang) menutup pada usia 6-8
minggu)
e) Pertumbuhan gigi susu pertama kali terjadi pada usia 6-8 bulan
dengan diawali keluarnya gigi seri tengah bawah. Umunya
ketika berusia 12 bulan anaka memiliki 6-8 gigi.2
29
Tabel 2.2 Perkembangan Bayi
Umur perkembangan
30
Dari 9-12 a) Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
bulan
b) Dapat berjalan dengan dituntun
c) Menirukan suara
d) Mengulang bunyi yang didengarnya
e) Belajar menyatakan satu atau dua kata
f) Mengerti perintah sederhana atau larangan
g) Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya,
ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
h) Berpartisipasi dalam permainan
Dari 12-18 a) Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekelilingnya
bulan
b) Menyusun 2 atau 3 kotak
c) Dapat mengatakan 5 sampai 10 kata
d) Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing
Dari 18-24 a) Naik turun tangga
bulan
b) Menyusun 6 kotak
c) Menunjuk mata dan hidungnya
d) Menyusun 2 kata
e) Belajar makan sendiri
f) Menggambar garis di kertas atau pasir
g) Mulai belajar mengontrol BAB dan BAK
h) Menaruh minta pada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
i) Memperlihatkan minta kepada anak lain dan bermain-main dengan
mereka
Sumber: (El Lusiana, dkk, 2019)
31
Tabel 2.3 Tahapan Perkembangan dan Pertumbuhan Bayi
32
Tabel 2.4 Kemampuan Bicara dan Berbahasa Pada Masa Bayi
33
c. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Bayi
a. Genetik : Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik
yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan
intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan
terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan
tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor
bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, dan suku.
b. Faktor prenatal
1) Gizi ibu pada waktu hamil : Gizi ibu hamil yang jelek sebelum
terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih
sering menyebabkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau
lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu
dapat pula menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin,
anemia pada bayi baru lahir, mudah terkena infeksi, abortus, dan
sebagainya.
2) Faktor mekanis : Trauma dan cairan air ketuban yang kurang
dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Demikian pula pada posisi janin pada uterus dapat
mengakibatkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis congenital,
palsi fasialis, atau kranio tabes.
3) Toksin atau zat kimia : Masa organogenesis adalah masa yang
sangat peka terhadap zat- zat teratogen. Misalnya obat-obatan
seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat-obat anti
kanker. Demikian pula dengan ibu hamil yang perokok berat
atau peminum alcohol kronis dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkannya.
4) Endokrin : Hormon-hormon yang mungkin berperan pada
pertumbuhan janin adalah somamotropin, hormon plasenta,
34
hormon tiroid, insulin dan peptide-peptida lain dengan aktivitas
mirip insulin. Cacat bawaan sering terjadi pada ibu diabetes
yang tidak mendapat pengobatan, umur ibu kurang dari 18
tahun/lebih dari 35 tahun, defesiensi yodium pada waktu hamil
5) Radiasi : Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18
minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak,
mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. Sedangkan efek radiasi
pada orang laki-laki dapat mengakibatkan cacat bawaan pada
anaknya.
6) Infeksi : Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat
bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis. Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi lainnya
yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah
varisela, malaria, lues, HIV, polio, campak, dan virus hepatitis.
7) Stress : Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat
bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
8) Imunitas : Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan
abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.
9) Anoksia Embrio : Menurunnya oksigen janin melalui gangguan
pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan lahir
rendah.2
c. Faktor Postnatal
1) Lingkungan
a) biologis Ras:Pertumbuhan somatic juga dipengaaruhi oleh
ras/suku bangsa.
b) Jenis kelamin: Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit
dibandingkan anak perempuan tetapi belum diketahui secara
pasti penyebabnya.
c) Umur: Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh
karena itu masa itu anak mudah sakit dan mudah terkena
35
kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar
pembentukan kepribadian anak.
d) Gizi: Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh
kembang anak berbeda dengan orang dewasa karena
makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan
dimana pengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.
e) Perawatan kesehatan: Perawatan kesehatan yang teratur dan
menimbang anak secara rutin setiap bulan akan menunjang
tumbuh kembang anak. Kepekaan terhadap penyakit:
Dengan memberikan imunisasi maka diharapkan anak
terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan
cacat atau kematian.
f) Penyakit kronis: Anak yang mengalami penyakit menahun
akan terganggu perkembangan, dan pendidikannya,
disamping itu anak menjadi mudah stress akan penyakitnya.
g) Fungsi metabolisme: Karena adanya perbedaan yang
mendasar pada proses metabolisme pada berbagai umur
maka kebutuhan akan berbagai nutrient harus didasarkan
perhitungan yang tepat.
h) Hormon: Hormone yang berpengaruh pada tumbuh kembang
antara lainadalah somamotropin, tiroid, hormone seks,
insulin dan hormone yang dihasilkan kelenjar adrenal.2
2) Faktor fisik
a) Cuaca: Musim kemarau yang panjang dapat berdampak pada
tumbuh kembang anak akibat gagalnya panen banyak anak
menderita kurang gizi.
b) Sanitasi: Sanitasi lingkungan memiliki peran cukup dominan
dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan
c) anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan diri dan
lingkungan yang kurang akan menyebabkan anak mudah
sakit
36
d) Keadaan rumah: Struktur bangunan, ventilasi, cahaya, dan
kepadatan hunian
e) Radiasi: Tumbuh kembang anak dapat terganggu karena
adanya radiasi tinggi.2
3) Faktor Psikososial
a) Stimulasi: Merupakan hal yang penting dalam tumbuh
kembang anak. Anak yang mendapat stimulus teratur lebih
cepat berkembang dari pada yang kurang/tidak mendapat
stimulus.
b) Motivasi belajar: Motivasi belajar dapat ditumbulkan
secaraa dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar misalnya lingkungan sekolah yang tidak terlalu
jauh, suasana yang menyenangkan.
c) Ganjaran atau hukuman yang wajar: Ganjaran akan
menimbulkan motivasi yang besar dan kuat bagi anak untuk
mengulangi tingkah lakunya jadi jika anak berbuat benar
berilah ganjaran sepeerti pujian, ciuman, atau tepuk tangan.
d) Kelompok sebaya: Untuk proses sosialisasi dengan
lingkungannya anak memerlukan teman sebaya. Tetapi
perhatian orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau
dengan siapa anak bergaul.
e) Stress: Stress juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang
anak misalnya akan menari diri, rendah diri, terlambat
bicara, dan nafsu makan menurun
f) Sekolah: Dengan adanya program pemerintah yang
memikirkan perkembangan anak sejak dini dengan mulai
g) digalakkannya pendidikan anak usia dini maka, diharapkan
generasi penerus akan lebih baik lagi
h) Cinta dan kasih sayang: Salah satu hak anak adalah untuk
dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan
perlakuan adil dari orang tuanya.
37
i) Kualitas interaksi anak-orang tua: Interaksi timbal balik
antara orang tua dan anak akan menimbulkan keakraban
dalam keluarga. Anak akan terbuka dengan kedua orang
tuanya sehingga komunikasi dua arah bisa berlangsung
optimal.2
4) Faktor Keluarga Dan Adat Istiadat
a) Pekerjaan atau pendapatan keluarga yang memadai akan
menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhhan anak baik primer ataau
sekunder
b) Pendidikan orang tua: Dengan pendidikan orang tua yang
baik maka orang tua dapat menerima segela informasi dari
luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik,
bagaimana menjaga kesehatan, dan pendidikannya
c) Jumlah saudara: Jumlah anak yang banyak pada keluaraga
dengan sosial ekonomi cukup akan mengkibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih saying yang diterima anak
d) Jenis kelamin dalam keluarga: Pada masyarakat tradisional
wanita mempunyai status yang lebih rendah disbanding laki-
laki sehingga angka kematian bayi, dan malnutrisi masih
tinggi pada wanita.
e) Stabilitas rumah tangga: Stabilitas dan keharmonisan rumah
tangga mempengruhi tumbuh kembang anak.
f) Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang
harmonis dibandingkan dengan mereka yang kurang
harmonis.
g) Kepribadian orang tua: Kepribadian ayah dan ibu yang
terbuka tentu akan mempengaruhi pola tumbuh kembang
anak
h) Adat-istiadat: Adat istiadat yang berlaku ditiap daerah akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Demikian pula
38
dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat
i) Agama: Pengajaran agama harus suadah ditanamkan pada
anak sedini mungkin, karena dengan pengetahuan agama
yang baik akan menuntun anak untuk berbuat kebaikan dan
kebajikan.2
39
Stimulasi menjadi suatu kebutuhan penting bagi anak, namun
pemberian stimulasi juga harus memperhatikan waktu yang tepat yaitu
saat anak siap menerima stimulasi dari luar. Saat anak siap menerima
stimulasi dari luar maka fase ini disebut periode kritis. Saat anak dalam
periode kritis, maka stimulasi akan berdampak positif, namun apabila
periode kritis terlewatkan maka stimulasi tidak berpengaruh bagi anak.
Stimulasi untuk tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan
memberikan permainan atau bermain dengan anak. Bermain adalah
kegiatan anak untuk mempraktikkan keterampilan, berekspresi atas
pemikirannya, anak menjadi kreatif, dan persiapan untuk anak menjadi
berperilaku dewasa. Bermain memberikan stimulasi pada kemampuan
kognitif dan afektif yang merupakan sebuah kebutuhan bagi anak
sebagaimana kebutuhan fisik lainnya. Bermain dapat membuat anak
tumbuh dengan kematangn fisik, emosional, mental, dan anak
berkembang menjadi anak yang kreatif, cerdas, dan penuh inovasi.
Orang tua harus mengetahui maksud dan tujuan permainan sebelum
permainan itu diberikan kepada anak. Fungsi dari bermain diantaranya
adalah membantu perkembangan motorik dan sensorik anak, membantu
perkembangan kognitif anak, meningkatkan kemampuan sosisalisasi
anak, dan meningkatkan kreativitas.
40
ASI eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia Manfaat
pemberian ASI Eksklusif pada bayi:
a) ASI sebagai makanan yang bergizi bagi bayi
b) Komposisi ASI pada satu ibu akan berbeda dengan komposisi
ASI pada ibu yang lain, karena disesuaikan dengan kebutuhan
bayinya sendiri
c) Komposisi ASI berbeda-beda dari hari ke hari
d) ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, baik
kualitas maupun kuantitasnya
e) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
f) Bayi dapat membuat zat kekebalan tubuh sehingga mencapai
kadar protektif, yaitu saat usia 9 sampai 12 bulan.
g) ASI dapat menigkatkan kekebalan tubuh bayi yang baru lahir,
karena mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi
h) ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan
2) Gizi Seimbang untuk Anak 6-24 bulan
Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi
semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI
saja. Pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan
perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik
mulai aktif, kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan
memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar
mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan Makanan
Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara ASI tetap diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai
diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat,
makananlembik dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga saat
bayi berusia 1 tahun.
41
Tabel 2.6 Pola Makan Untuk Balita
42
4) Angka Kecukupan Protein Balita
Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan protein nabati. Protein telur dan protein susu
biasanya dipakai sebagai standar untuk nilai gizi protein. Nilai gizi
protein nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam amino
pembatas), misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein dalam
makanan orang Indonesia sehari-hari umumnya diperkirakan 60%
dari pada nilai gizi protein telur.
Umur Gram
0-5 bulan 31
6-11 bulan 36
1-3 tahun 44
4-6 tahun 62
43
6) Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral Balita
44
2) Berjalan kurang lebuih 10 langkah tanpa bantuan (9-18,5 bulan)
3) Mengucapkan sepatah kata (10-21 bulan)
4) Kemampuan berbahasa beberapa kata (18,5 bulan sampai 3 tahun)
Garis acuan baku yang digunakan pada KMS Morley memakai
persentil sesuai dengan International Centre UK Study, yaitu:
a) Garis atas adalah persentil ke-50 BB rata-rata anak laki-laki
b) Garis bawah adalah persentil ke-3 BB anak wanita Garis pada
kurva pertumbuhan berfungsi ganda, yaitu:
c) Sebagai tanda persentasi/persentil tertentu
45
lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan
organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat
pengaruh lingkungan.2
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak, yaitu:2
a. Faktor Genetik : Faktor genetik merupakan modal dasar dalam
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga
merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri
khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang
telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan
berhentinya pertumbuhan tulang.
b. Faktor Lingkungan : Lingkungan merupakan faktor yang sangat
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut
juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang
kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan
lingkungan”bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu
setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
46
4. Perkembangan Motorik Kasar, Motorik Halus, Bicara dan Bahasa,
Sosial dan Balita
47
e) Menirukan binatang berjalan,
rafia.
c) Berjalan jinjit secara bergantian.
e) Menggambar/menulis garis lurus,
bulatan,segi empat, huruf dan
angka.
f) Menghitung lebih dari 2 atau 3
angka.
g) Menggambar dengan jari,
memakai cat,
h) Mengenal campuran warna
dengan cat air,
e) Mengenal bentuk dengan
menempel potongan bentuk.
48-60 a) Lomba karung a) Mengenal konsep “separuh atau
bulan
b) Main engklek satu”
f) Melompat tali.
b) Menggambar dan atau
melengkapi gambar
c) Menghitung benda-benda kecil
dan mencocokkan dengan angka.
d) Menggunting kertas (sudah
dilipat) dengan gunting tumpul.
e) Membandingkan besar/kecil,
banyak/sedikit, berat/ringan.
f) Belajar ‘percobaan ilmiah’
i) Berkebun.
48
5. Kemampuan Bicara dan Bahasa
49
6. Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian
Dasar-dasar sosialisasi yang sudah diletakkan pada masa bayi, maka
pada masa ini mulai berkembang. Dalam hal ini hubungan keluarga,
orangtua-anak, antar saudara dan hubungan dengan sanak keluarga cukup
berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat pada perawatan,
berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan, pembicaraan dan
pemberian disiplin, akhirnya mengajak anak untuk menalar terhadap
sesuatu. Pada masa ini sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan teman
sebayanya, melalui bermain, meski interaksi yang dibangun dalam
permainan bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan untuk
menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri. Jenis permainan
yang dilakukan bisa berbentuk konstruktif, permainan pura-pura, permainan
sensori motorik, permainan sosial atau melibatkan orang lain, games atau
berkompetisi.2
50
18-24 bulan a) Mengancingkan kancing baju,
b) Permainan yang memerlukan interkasi
dengan teman bermain.
c) Membuat rumah-rumahan,
d) Berpakaian,
e) Memisahkan diri dengan anak.
24-36 bulan a) Melatih buang air kecil dan buang air besar di
WC/kamar mandi.
b) Berdandan/memilih pakaian sendiri.
c) Berpakaian sendiri.
36-48 bulan a) Mengancingkan kancing tarik,
b) Makan pakai sendok garpu,
c) Membantu memasak,
d) Mencuci tangan dan kaki,
e) Mengenal aturan/batasan.
48-60 bulan a) Membentuk kemandirian dengan memberi
kesempatan mengunjungi temannya tanpa
ditemani.
b) Membuat atau menempel foto keluarga,
c) Membuat mainan/boneka dari kertas.
d) Menggambar orang,
e) Mengikuti aturan permainan/petunjuk,
f) Bermain kreatif dengan teman-temannya,
g) Bermain ‘berjualan dan berbelanja di toko”
Sumber: (El Lusiana, dkk, 2019)
51
7. Tahapan Pertumbuhan Pada Balita
Sebagai anak yang baru berjalan, anak belajar untuk berjalan menjauhi
dan mendekati ke orang dewasa yang dekat atau orangtuanya. Saat usia
prasekolah, anak-anak menjelajahi pemisahan emosiaonal, bertukar-tukar
antara perlawanan manja dan gembira, antara berani menjelajah dan sifat
melekat. Dengan bertambahnya waktu yang didapat di kelas atau tempat
bermain kemampuan anak untuk beradaptasi kepada aturan baru dan
hubungan. Anak-anak prasekolah mengetahui bahwa mereka dapat berbuat
lebih dari yang sebelumnya, tetapi mereka juga sangat sadar dengan
keterbatasan yang diberikan kepada mereka oleh orang dewasa dan
kemampuan terbatas mereka.2
Pertambahan berat badan dan tinggi badan biasanya berjalan konstan
selama periode pra sekolah. Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh
dan otak lambat, dengan penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi
dan nafsu makan, dan timbulnya kebiasaan makan yang ”memilih-milih”.
Rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi badan 7-8
cm setiap tahun. Berat badan lahir bertambah 4 kali saat usia 2 1⁄2 tahun.
Ketika berusia 4 tahun rata-rata berat yaitu 40 lb dan tinggi 40in. Kepala
akan tumbuh hanya bertambah 5 cm antara usia 3 sampai 18 tahun. Anak-
anak dengan timbunan adipositas awal (pertambahan pada massa index
tubuh) mempunyai resiko untuk gemuk ketika dewasa. Pertumbuhan organ
seksual sepadan dengan pertumbuhan somatis. Anak prasekolah mempunyai
genu valgum atau pes planus ringan. Batang tubuh langsing seperti
pemanjangan tungkai. Energi fisik memuncak, dan kebutuhan tidur
menurun sampai 11-13 jam/hari, biasanya termasuk sekali tidur siang.
Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada
usia 4 tahun. Semua 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun.2
52
D. Konsep Anak prasekolah
1. Definisi Anak Prasekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Di Indonesia
pada umumnya anak mengikuti program tempat penitipan anak 3-5 tahun
atau kelompok bermain/play group usia 3 tahun, sedangkan anak usia 4-6
tahun biasanya anak mengikuti program kanak-kanak.12
2. Pertumbuhan Anak Usia Prasekolah
Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan ukuran sel di
seluruh bagian tubuh yang dapat diukur melalui alat ukur. Pertumbuhan
masa prasekolah pada aspek fisik yaitu berat badan mengalami kenaikan
rata-rata pertahunnya kurang lebih 2-3 kg, kelihatan kurus akan tetapi
aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan
seperti berjalan, melompat dan lain-lain. Dari segi tinggi badan anak
khususnya pada usia mendekati 5 tahun, terjadi penambahan usia rata-rata
dua kali lipat dari panjang badan waktu lahir dan kurang lebih 6-8 cm
bertambah setiap tahunnya.12
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan dalam pola makan
dimana anak pada umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Proses
eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan masa ini
adalah masa dimana perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan
perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki
sekolah dan tampak sekali kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu
berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman
belajar dengan lingkungan dan orang tuanya sedangkan perkembangan
psikososial pada anak sudah menunjukkan adanya rasa inisiatif, konsep diri
yang positif serta mampu mengidentifikasi identitas dirinya.12
53
atau tiga bagian, memilih garis pada bagian panjang, dan menggambar
orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir
dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan
jari, serta membuat coretan di atas kertas.
b. Perkembangan Motorik Kasar : Perkembangan motorik kasar pada masa
prasekolah ini dapat diawali dengan kemapuan untuk berdiri dengan satu
kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit
ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan
bantuan.
c. Perkembangan Bahasa : Perkembangan bahasa diawali dengan adanya
kemampuan menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu
hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung,
mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa
sifat dan jenis kata lainnya, menggunakan bunyi untuk
mengidentifikasikan objek, orang dan aktifitas, menirukan berbagai
bunyi kata, memahami arti larangan, serta merespon panggilan orang dan
anggota keluarga dekat.
d. Perkembangan perilaku/adaptasi social : Perkembangan adaptasi sosial
pada masa prasekolah adanya kemampuan bermain dengan permainan
sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana
dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap
perpisahan, serta mengenali anggota keluarga.13
54
bayi berguling di usia yang sama, tetapi kebanyakan berguling sebelum
mereka merangkak. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan usia
anak prasekolah mempunyai prinsip-prinsip antara lain:13
a. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada aspek
kematangan susunan saraf pada manusia, dimana semakin sempurna atau
kompleks kematangan saraf maka semakin sempurna pula proses
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi mulai dari proses konsepsi
sampai dewasa.
b. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu adalah sama,
yaitu mencapai proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaian
tersebut tidak memiliki kecepatan yang sama antara individu yang satu
dengan yang lainnya.
c. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola khas yang dapat
terjadi mulai dari kepala hingga ke seluruh bagian tubuh atau juga mulai
dari kemampuan yang sederhana hingga mencapai kemampuan yang
lebih kompleks, sampai mencapai kesempurnaan dari tahap pertumbuhan
dan perkembangan.
55
Ada 4 prinsip dasar hak anak yang terkandung di dalam Konvensi
Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan telah diratifikasi Indonesia
pada tahun 1990, yaitu: Non-diskriminasi, Kepentingan yang terbaik bagi
anak, Hak untuk hidup ; kelangsungan hidup; dan perkembangan, serta
Penghargaan terhadap pendapat anak. Kebutuhan dasar anak secara garis
besar adalah kebutuhan fisis biomedis (asuh), emosi/ kasih sayang (asih),
dan kebutuhan akan stimulasi mental (asah). Ketiga kebutuhan dasar
tersebut saling berkaitan. Anak perlu distimulasi sejak dini untuk
mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik motorik, emosi-
sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan
spiritual anak. Pemberian stimulasi kepada anak merupakan proses
pembelajaran, pendidikan, dan pelatihan kepada anak.
Hal ini harus dilakukan sedini mungkin, dan sangat penting pada 4
tahun pertama kehidupan. Merangsang fungsi : sensorik, motorik, emosi-
sosial, bicara, kognitif, mandiri, kreativitas, kepemimpinan, moral.
Stimulasi mental dini mengembangkan perkembangan mental psikososial
yaitu kecerdasan, budi luhur, moral dan etika, kepribadian, ketrampilan
berbahasa, kemandirian, kreativitas, produktivitas, dan lain-lain. Kebutuhan
akan stimulasi mental dapat diberikan baik secara formal, informal maupun
non formal.13
1. Kewenangan normal:
56
a. Pelayanan kesehatan ibu
1) Ruang lingkup:
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan persalinan normal
d) Pelayanan ibu nifas normal
e) Pelayanan ibu menyusui
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2) Kewenangan
a) Episiotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) eksklusif
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h) Penyuluhan dan konseling
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j) Pemberian surat keterangan kematian
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
1) Ruang lingkup:
2) Kewenangan:
57
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi
vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28
hari), dan perawatan tali pusat
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah
f) Pemberian konseling dan penyuluhan
g) Pemberian surat keterangan kelahiran
h) Pemberian surat keterangan kematian
1) kewenangan:
58
d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu
dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan
anak sekolah
f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,
dan penyakit lainnya
h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada
dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak
berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
KEHAMILAN FISIOLOGIS
59
langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang
bisu, dibagian data dibelakang ” S ” diberi tanda” 0 ” atau ” X ” ini
menandakan orang itu bisu.15
60
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir . Berdasarkan hasil analisa data
yang didapat.
2. Masalah
segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu,
kemungkinan mengganggu kehamilan / kesehatan tetapi tidak masuk
dalam diagnosa.
3. Antisipasi masalah lain / diagnosa potensial
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evalusi
berdasarkan Assesment ( Rencana apa yang akan dilakukan berdasarkan
hasil evaluasi tersebut ).
Perencanaan : Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang.
Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau
menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan
tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu,
tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam
61
kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.
Evaluasi : Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal
penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang
dicapai menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak
tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternatif sehingga mencapai tujuan.15
DAFTAR PUSTAKA
62
8. Marthalena, Happy & Sintia, Yeni. Perawatan Tali Pusat Dengan Topikal
Asi Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat.(Jurnal Kebidanan Vol 5, 2019)
9. Marthalena, Happy & Sintia, Yeni.Perawatan Tali Pusat Dengan Topikal
Asi Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat. Jurnal Kebidanan Vol 5, No 4.
(2019).
10. Dewi, Indah. Efektivitas Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan Vol.9 No. (2020).
11. JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta:
Depkes RI (2017).
12. Nurianti, Irma.dkk. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Terhadap
Jumlah Darah Kala IV Persalinan.Jurnal Kebidanan Kestra. e-ISSN 2655-
0822 Vol. 2No.2 (2020).
13. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI (2016).
14. Rohman, Arif,dkk. Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. (Andalas
University Press, 2016).
15. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik
Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan.
63