Anda di halaman 1dari 39

TUGAS TERSTRUKTUR

Mata Kuliah Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

ASUHAN DAN KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN

DOSEN :
Rini Sulistiawati, M.Keb
Asmaurika Pramuwidya, S.ST, M.Kes
Dianna, M.Keb

Disusun Oleh Kelompok 7 :


1. Mafisha Addurunnafis (NIM 20185123030)
2. Veraliza Magdalena (NIM 20185121058)
3.Tsania Elsera (NIM 20185123059)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT,


karena dengan rahmat dan karunia Nya kami masih diberi
kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang merupakan salah
satu dari tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir ” dengan judul “Asuhan dan Kebutuhan Dasar Ibu
Bersalin”.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dan menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih


banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca .

Pontianak, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................. 1
C. Manfaat Penulisan ................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Asuhan Persalinan Normal ................................ 2
B. Tujuan Asuhan Persalinan Normal ...................................... 2
C. Asuhan yang Diberikan pada Masa Persalinan .................... 3
D. Kebijakan Pelayanan Asuhan Persalinan ............................. 5
E. Rekomendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan dan
Kelahiran .............................................................................. 5
F. Asuhan dan Kebutuhan Fisiologis Ibu Bersalin................... 6
G. Kebutuhan akan Proses Persalinan yang Terstandar ....... 266
H. Kebutuhan Psikologis pada Ibu Bersalin......................... 277
I. Asuhan Sayang Ibu ............................................................ 32
J. Asuhan Sayang Ibu dalam Persalinan ................................ 33
K. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi Pasca Persalinan................. 34
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 35
B. Saran .................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 36

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses
fisologis pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Pada
saat persalinan peran keluarga dan bidan sangat
berpengaruh terhadap fisik dan psikologis ibu.
Asuhan persalinan normal diperlukan dalam periode ini
karena merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa
nifas 24 jam pertama. Persalinan yang aman yaitu
memastikan bahwa semua penolong mempunyai
pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan
pertolongan aman dan bersih kepada ibu dan bayi.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengidentifikasikan asuhan dan kebutuhan dasar
ibu bersalin
2. Untuk mengetahui pengertian asuhan persalinan
3. Untuk mengetahui tujuan dari asuhan persalinan
4. Untuk mengetahui asuhan dan kebutuhan fisiologis ibu
bersalin
5. Untuk mengetahui asuhan dan kebutuhan psikologis ibu
bersalin
C. Manfaat Penulisan
Memahami asuhan dan kebutuhan dasar ibu bersalin serta
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis ibu bersalin.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Asuhan Persalinan Normal


Asuhan persalinan normal adalah asuhan kebidanan
pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan
yang bersih dan aman setelah persalinan dan setelah
bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
Pengertian lain asuhan persalinan normal adalah
asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan
persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan
kala empat dan upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta asfiksia
pada bayi baru lahir.
Pada tahun 2000 ditetapkan langkah-langkah APN
yaitu 60 langkah, tahun 2001 langkah APN ditambah
dengan resusitasi. Tahun 2004 APN ditambah dengan
inisiasi menyusu dini (IMD), pengambilan keputusan
klinik (PKK), pemberian tetes mata profilaksis,
pemberian vitamin K1 dan imunisasi HB-0.
B. Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah
memberikan asuhan yang memadai selama persalinan,
dalam upaya mencapai persalinan yang bersih dan
aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan
sayang bayi.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga
kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang
terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
2
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam
asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan
bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi
tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses
persalinan. Sehingga tujuan persalinan adalah sebagai
berikut :
1. Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Memberikan dukungan pada persalinan normal,
mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi tepat
waktu.
3. Memberi dukungan serta cepat beraksi terhadap
kebutuhan ibu, pasangan dan keluarganya selama
persalinan dan kelahiran bayi.
C. Asuhan yang Diberikan pada Masa Persalinan
1. Secara konsisten dan sistematis menggunakan
praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan,
penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi
lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan dan
kebutuhan bayi, serta proses ulang peralatan bekas
pakai.
2. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau
kemajuan dan menolong proses persalinan serta
kelahiran bayi. Membuat partograf untuk membuat
keputusan klinik, sebagai upaya pengenalan adanya
gangguan proses persalinan atau komplikasi dini
agar dapat memberikan tindakan yang paling tepat
dan memadai.
3. Memberikan asuhan sayang ibu disetiap tahapan
persalinan,kelahiran bayi dan masa nifas; termasuk
memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya
tentang proses persalinan dan kelahiran bayi, serta

3
menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk
berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran
bayi.
4. Merencankan dan mempersiapkan rujukan tepat
waktu dan optimal bagi ibu disetiap tahapan
persalinan da tahapan saat bayi baru lahir.
5. Menghindari berbagai tindakan yang tidak perlu
dan/atau berbahaya seperti kateterisasi urine atau
episiotomy secara rutin, amniotomi sebelum
pembukaan lengkap, meminta ibu meneran terus-
menerus, dan pengisapan lendir secara rutin pada
bayi baru lahir.
6. Melakukan penatalaksanaan aktif kala III untuk
mencegah perdarahan pasca persalinan.
7. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir
termasuk mengeringkan dan menghangatkan bayi,
pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif,
mengenali tanda-tanda komplikasi, dan mengambil
tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu dan
bayi baru lahir.
8. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali
tanda dan gejala bahaya pada masa nifas pada ibu
dan bayi baru lahir.
9. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah
diberikan.

4
D. Kebijakan Pelayanan Asuhan Persalinan
1. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh
petugas kesehatan terlatih.
2. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan
fasilitasi memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus
tersedia 24 jam.
3. Memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap
kebutuhan ibu, pasangan, dan keluarganya selama
persalinan dan kelahiran bayi.
E. Rekomendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan
dan Kelahiran
1. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus
dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih
dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-
orang yang hanya memberikan dukungan.
2. Partograf harus digunakan untuk memantau
persalinan dan berfungsi sebagai suatu
catatan/rekam medik untuk persalinan.
3. Selama persalinan normal, intervensi hanya
dilaksanakan jika ada indikasi. Prosedur ini bukan
dibutuhkan jika ada infeksi/penyulit.
4. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu
dan bayi.
5. Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan
penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini.
Memberian suntikan oksitiosin IM, melakukan
penegangan tali pusat terkendali (PTT) dan segera
melakukan masase fundus: hal-hal tersebut harus
dilakukan pada semua persalinan normal.

5
6. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu
setidak-tidaknya 2 jam setelah kelahiran, atau
sampai keadaan ibu stabil. Fundus harus diperiksa
setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua. Masase fundus harus
dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan
tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal, dan
dapat dilakukan tindakan pencegahan.
7. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus
harus sering diperiksa dan dimasase sampai tonus
baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan
untuk melakukan masase fundus.
8. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala
bayi harus segera diselimuti dan dikeringkan, juga
dijaga kehangatannya untuk mencegah hipotermi.
9. Obat-obat esensial,bahan dan perlengkapan harus
disediakan oleh petugas dan keluarga.
F. Asuhan dan Kebutuhan Fisiologis Ibu Bersalin
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan
menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat
menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi
ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut, pastikan
bahwa setiap ibu akan mendapat asuhan sayang ibu
selama persalinan dan kelahiran. Kebutuhan dasar pada
ibu bersalin dikala I, II dan III itu berbeda-beda dan
sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan
secara tepat agar kebutuhan-kebutuhan ibu dikala I, II
dan III dapat terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan fisik dan
psikologis pada ibu dan keluarga pada kala I,II dan III
adalah sebagai berikut :

6
1. Kala I
Kebutuhan yang harus dipenuhi pada kala I,
antara lain :
a. Mengatur Aktivitas dan Posisi Ibu
Saat dimulainya persalinan sambil
menunggu pembukaan lengkap, ibu masih
diperbolehkan melakukan aktivitas, namun
harus sesuai dengan kesanggupan ibu agar
tidak merasa jenuh dan rasa kecemasan yang
dihadapi oleh ibu saat menjelang persalinan
dapat berkurang. Pada kala I, ibu dapat
mencoba berbagai posisi yang nyaman
selama persalinan dan kelahiran. Bidan
harus memfasilitasi ibu dalam memilih
sendiri posisi persalinan dan posisi meneran
serta menjelaskan alternative-alternatif
posisi persalinan dan posisi meneran bila
posisi yang dipilih ibu tidak efektif
Pada kala I, posisi persalinan yang
dimaksudkan untuk membantu mengurangi
rasa sakit akibat his dan membantu dalam
meningkatkan kemajuan persalinan
(penipisan cerviks, pembukaan cerviks dan
penurunan bagian terendah). Ibu dapat
mencoba berbagai posisi yang nyaman dan
aman. Pada kala I , ibu diperbolehkan untuk
berjalan, berdiri,duduk,berbaring miring.
Pada kala I, ibu di perbolehkan untuk
berjalan, berdiri, duduk, berbaring miring.
Peran suami disisi adalah untuk membantu
ibu berganti posisi yang nyaman agar ibu

7
merasa ada orang yang menemani di saat
proses menjelang persalinan. Hindari posisi
jongkok ataupun dorsal recumbent maupun
litotomi karena akan merangsang kekuatan
meneran.Posisi terlentang selama persalinan
sebaiknya dihindari karena saat ibu
berbaring telentang maka berat uterus,
janin,cairan ketuban dan plasenta akan
menekan vena cava inferior. Penekanan ini
akan menyebabkan turunnya suplai oksigen
utero-placenta dan akan menyebabkan
hipoksia, serta posisi terlentang juga dapat
menghambat kemajuan persalinan karena
otot uterus lebih banyak bekerja dan proses
persalinan berlangsung lebih lama.
b. Membimbing Ibu Untuk Rileks Sewaktu
Ada His
His merupakan kontraksi pada uterus
dimana his ini termasuk tanda-tanda
persalinan yang mempunyai siat intermiten,
terasa sakit, terkoordinasi, dan simetris serta
terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara
fisik dan psikis. Karena his sifatnya
menimbulkan rasa sakit maka ibu
disarankan menarik napas panjang dan
kemudian anjurkan ibu untuk menahan
napas panjang dan kemudian anjurkan ibu
untuk menahan napas sebentar, kemudian
dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada
his.

8
c. Menjaga Kebersihan Ibu
Saat persalinan akan berlangsung,
anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya secara rutin selama persalinan.
Ibu harus berkemih paling sedikit 2 jam atau
lebih atau jika ibu merasa ingin berkemih.
Pada saat persalinan berlangsung, tenaga
kesehatan (bidan) tidak dianjurkan untuk
melakukan kateterisasi kandung kemih
secara rutin sebelum ataupun setelah
kelahiran bayi dan plasenta. Kateterisasi
kandung kemih hanya dilakukan apabila
terjadi retensi urin dan ibu tidak mampu
untuk berkemih secara mandiri. Kateterisasi
ini akan menimbulkan beberapa masalah,
seperti menimbulkan rasa sakit,
menimbulkan resiko infeksi dan perlukaan
saluran kemih.
Kandung kemih yang penuh akan
mengakibatkan :
1) Memperlambat turunnya bagian
terbawah janin kedalam rongga
panggul dan memungkinkan
menyebatkan partus macet.
2) Menyebabkan ibu tidak nyaman.
3) Meningkatkan resiko pendarahan
pasca persalinan yang disebabkan
oleh atonia uteri.
4) Meningkatkan resiko infeksi saluran
kemih pasca persalinan.

9
5) Menurunkan efisiensi kontraksi
uterus/his.

Selama memasuki proses persalinan,


sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah buang
air besar (defekasi). Namun apabila pada
kala I fase aktif ibu mengatakan ingin buang
air besar, bidan harus memastikan
kemungkinan adanya tanda dan gejala kala
II. Apabila diperlukan sesuai indikasi dapat
dilakukan lavement pada saat ibu masih
berada pada kala I fase latent.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi


peningkatan bloodyshow yaitu pengeluaran
lendir bercampur darah dan ibu sudah tidak
mampu untuk mobilisasi, maka bidan
membantu ibu untuk menjaga kebersihan
genitalianya untuk menghindari terjadinya
infeksi intapartum dan untuk meningkatkan
kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan
daerah genitalia dapat dilakukan dengan
melakukan vulva hygiene menggunakan
kapas bersih yang telah dibasahi dengan air
disinfeksi tingkat tinggi (DTT), hindari
penggunaan air yang bercampur antiseptik
maupun lissol. Bersihkan dari atas
(vestibulum), ke bawah (arah anus).
Tindakan ini dilakukan apabila diperlukan
misalnya setelah ibu buang air kecil, setelah
ibu buang air besar maupun setelah ketuban
pecah spontan.

10
d. Pemberian Cairan dan Nutrisi
Tindakan yang dilakukan sebagai tenaga
kesehatan, yaitu memastikan ibu untuk
mendapat asuhan (makanan ringan dan
minum air) selama persalinan dan kelahiran
bayi. Pada fase aktif ibu hanya ingin
mengkonsumsi cairan, oleh karena itu bidan
menganjurkan anggota keluarga untuk
menawarkan ibu minum sesering mungkin
dan bisa juga memberikan makanan ringan
selama persalinan karena makanan ringan
dan cairan yang cukup selama persalinan
berlangsung akan memberikan lebih banyak
energi dan mencegah dehidrasi. Dampak
dari dehidrasi adalah memperlambat
kontraksi dan membuat kontraksi menjadi
tidak teratur, sehingga pada kala I ibu
dianjurkan untuk cukup makan dan minum
untuk mendukung kemajuan persalinan.
e. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama
proses persalinan perlu diperhatikan oleh
bidan terutama pada kala I dan kala II
dimana okisgen yang ibu hirup sangat
penting untuk oksigenisasi janin melalui
plasenta.Suplai oksigen yang tidak adekuat
dapat menghambat kemajuan persalinan dan
dapat menganggu kesejahteraan janin.
Oksigen yang adekuat dapat diupayakan
dengan pengaturan sirkulasi darah yang baik
selama persalinan.

11
f. Pengurangan Rasa Nyeri
Tubuh memiliki metode mengontrol rasa
nyeri persalinan dalam bentuk beta-
endorphin. Beta-endorphin memiliki sifat
mirip petidin, morfin dan heroin serta telah
terbukti bekerja pada reseptor yang sama di
otak.Seperti oksitosin, beta-endorphin
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis dan dapat
menimbulkan perasaan senang dan euphoria
pada saat melahirkan.
Bidan dapat membantu ibu bersalin
dalam mengurangi nyeri persalinan dengan
teknik self-help. Teknik ini merupakan
teknik pengurangan nyeri persalinan yang
dapat dilakukan sendiri oleh ibu bersalin,
melalui pernafasan dan relaksasi maupun
stimulasi yang dilakukan oleh bidan.
Teknik self-help dapat dimulai sebelum ibu
memasuki tahapan persalinan, yaitu dimulai
dengan mempelajari tentang proses
persalinan, dilanjutkan dengan mempelajari
cara bersantai dan tetap tenang, dan
mempelajari cara menarik nafas dalam. Cara
lain yang bidan dapat lakukan adalah
memberikan kompres hangat dan dingin,
serta pijatan di daerah lambo-sacral, pijatan
ganda pada pinggul, penekanan pada lutut
dan counterpressure.
2. Kala II
Kala II persalinan akan mengakibatkan
suhu tubuh ibu meningkat yang disebabkan

12
oleh proses metabolisme untuk menghasilkan
energi dan saat ibu mengejan selama
kontraksi dapat membuat ibu menjadi
kelelahan. Pada kala II, bidan harus dapat
memenuhi kebutuhan ibu, di antaranya :
a. Menjaga kandung kemih tetap kosong
Menganjurkan ibu untuk berkemih
atau bila ibu merasa kandung kemih
sudah penuh. Kandung kemih dapat
menghalangi penurunan kepala janin ke
dalam rongga panggul. Jika ibu tidak
dapat berjalan ke kamar mandi bidan
dapat membantu agar ibu dapat berkemih
dengan wadah penampung urine.
b. Menjaga kebersihan ibu
Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu
bersalin perlu diperhatikan bidan dalam
memberikan asuhan pada ibu bersalin,
karena personal hygiene yang baik dapat
membuat ibu merasa aman dan relax,
mengurangi kelelahan, mencegah infeksi,
mencegah gangguan sirkulasi darah,
mempertahankan integritas pada jaringan
dan memelihara kesejahteraan fisik dan
psikis.
Pada kala II, untuk membantu
kebersihan ibu bersalin maka ibu dapat
diberikan alas bersalin (under pad) yang
dapat menyerap cairan tubuh seperti
lendir darah, darah, dan air ketuban
dengan baik. Sebaiknya hindari menutupi

13
bagian tinja dengan tissue atau kappa
ataupun dengan melipat underpad.
Tindakan personal hygiene pada ibu
bersalin yang dapat dilakukan oleh bidan
antara lain :
1) Membersihkan daerah genetalia yaitu
vulva, vagina dan anus.
2) Memfasilitasi ibu untuk menjaga
kebersihan badan dengan mandi.

Mandi pada saat menjelang persalinan


tidak dilarang.Pada sebagian budaya,
mandi sebelum proses kelahiran bayi
merupakan suatu hal yang harus
dilakukan untuk mensucikan badan,
karena proses kelahiran bayi merupakan
suatu proses yang suci dan mengandung
makna spiritual yang dalam.

Secara ilmiah, selain dapat


membersihkan seluruh bagian tubuh,
mandi juga dapat meningkatkan sirkulasi
darah sehingga meningkatkan
kenyamanan pada ibu dan dapat
mengurangi rasa sakit. Ibu dapat
diizinkan mandi dikamar mandi dengan
pengawaan dari bidan.

c. Pemberian Cairan dan Nutrisi


Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan
dan minum) merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi dengan baik oleh ibu
selama proses persalinan. Ibu bersalin

14
harus dipastikan bahwa pada setiap
tahapan persalinan yaitu Kala I,II, III
ataupun IV ibu mendapatkan asupan
makanan dan minuman yang cukup.
Bidan menganjurkan ibu untuk minum
selama kala II persalinan dianjurkan
karena selama bersalin ibu akan mudah
mengalami dehidrasi selama proses
persalinan dan kelahiran bayi karena
peningkatan suhu tubuh dan terjadinya
kelelahan dari proses mengejan. Dengan
cukupnya cairan maka dapat mencegah
ibu mengalami dehidrasi.Dehidrasi ibu
bersalin dapat mengakibatkan
melambatnya kontraksi/his dan
mengakibatkan kontraksi menjadi tidak
teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi
dapat diamati dari bibir yang kering,
peningkatan suhu tubuh dan eliminasi
yang sedikit. Asupan makanan yang
cukup (makanan utama maupun makanan
ringan) merupakan sumber dari glukosa
darah.
Glukosa darah merupakan sumber
utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar
gula darah yang rendah akan
mengakibatkan hipoglikemia. Pada ibu
bersalin, hipoglikemia dapat
mengakibatkan komplikasi persalinan
pada ibu maupun janin.

15
Pada ibu, akan mempengaruhi
kontraksi/his, sehingga akan menghambat
kemajuan persalinan dan meningkatkan
insiden persalinan dengan tindakan serta
dapat meningkatkan resiko perdarahan
postpartum. Pada janin akan
mempengaruhi kesejahteraan janin,
sehingga dapat mengakibatkan
komplikasi persalinan seperti asfiksia.
d. Mengatur posisi ibu
Bidan harus memahami posisi-posisi
melahirkan dengan tujuan untuk menjaga
agar proses kelahiran bayi dapat berjalan
senormal mungkin. Pada saat
mendampingi mengejan, bantu ibu
memperoleh posisi yang paling nyaman.
Dengan memahami posisi persalinan
yang tepat, maka diharapkan dapat
menghindari intervensi yang tidak perlu,
sehingga meningkatkan persalinan
normal. Semakin normal proses
kelahiran, semakin aman kelahiran bayi
itu sendiri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan posisi melahirkan :
1) Klien/ibu bebas memilih posisi,
karena hal ini dapat meningkatkan
kepuasan, menimbulkan perasaan
sejahtera secara emosional dan ibu
dapat mengendalikan persalinannya
secara alamiah.

16
2) Peran bidan adalah
membantu/memfasilitasi agar ibu
merasa nyaman.
3) Secara umam.pilihan posisi
melahirkan secara alami/naluri
bukanlah posisi berbaring.
4) Menurut sejarah, posisi berbaring
diciptakan agar penolong lebih
nyaman dalam bekerja. Sedangkan
posisi tegak merupakan cara yang
umum digunakan dari sejarah
penciptaan manusia sampai abad ke-
18.

Umumnya posisi tegak lurus dan


posisi berbaring dipilih oleh ibu bersalin
karena nyaman bagi ibu dan ibu bisa
beristirahat dengan mudah diantara
kontraksi. Ada 4 posisi yang sering
digunakan dalam persalinan di antaranya
adalah posisi jongkok, menungging, tidur
miring dan setengah duduk.Secara
anatomi, posisi tegak lurus
(berdiri,jongkong dan duduk) merupakan
posisi yang paling sesuai untuk
melahirkan karena sumbu panggul dan
posisi janin berada pada arah gravitasi.

Adapun cara-cara meneran yang baik


bagi ibu diantaranya :

1) Jangan anjurkan ibu menahan napas


pada saat meneran.

17
2) Menganjurkan ibu untuk berhenti
meneran dan beristirahat di antara
kontraksi.
3) Jika ibu berbaring miring atau
setengah duduk, ibu mungkin merasa
lebih mudah untuk meneran. Begitu
pula jika ibu menarik lutut kearah
dada dan menempelkan dagu ke dada.
4) Menganjurkan ibu untuk tidak
mengangkat pantat saat meneran.
5) Tenaga kesehatan (bidan) tidak
dianjurkan untuk melakukan
dorongan pada fundus untuk
membantu kelahiran bayi karena
dorongan pada fundus dapat
meningkatkan distosia bahu dan
rupture uteri.
6) Menganjurkan ibu untuk meneran
sesuai dengan dorongan naluriah.

Macam-macam posisi meneran


diantaranya :

1) Duduk atau setengah duduk, posisi ini


memudahkan bidan dalam membantu
kelahiran kepala janin dan
memperhatikan keadaan perineum.
2) Merangkak, posisi merangkak sangat
cocok untuk persalinan dengan rasa
sakit pada punggung, mempermudah
janin dalam melakukan rotasi serta
peregangan pada perineum berkurang.

18
3) Jongkok atau berdiri, posisi jongkok
atau berdiri memudahkan penurunan
kepala janin, memperluas panggul
sebesar 28% lebih besar pada pintu
bawah panggul, dan memperkuat
dorongan meneran. Namun posisi ini
beresiko memperbesar terjadinya
laserasi (perlukaan) jalan lahir.
4) Berbaring miring, posisi berbaring
miring dapat mengurangi penekanan
pada vena cava inverior, sehingga
dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya hipoksia janin karena
suplai oksigen tidak terganggu, dapat
memberi suasana rileks bagi ibu yang
mengalami kecapekan, dan dapat
mencegah terjadinya robekan jalan
lahir.
5) Hindari posisi telentang (dorsal
recumbent), posisi ini dapat
mengakibatkan : hipotensi (beresiko
terjadinya syok dan berkurangnya
suplai oksigen dalam sirkulasi
uteroplacenter, sehingga
mengakibatkan hipoksia bagi janin),
rasa nyeri yang bertambah, kemajuan
persalinan bertambah lama, ibu
mangalami gangguan untuk bernafas,
buang air kecil terganggu, mobilisasi
ibu kurang bebas, ibu kurang
semangat, dan dapat mengakibatkan

19
kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.
e. Kebutuhan oksigen ibu
Pemenuhan kebutuhan oksigen
selama persalinan perlu diperhatikan oleh
bidan, salah satunya pada kala II dimana
oksigen yang ibu hirup sangat penting
artinya untuk oksigenasi janin melalui
plasenta. Oksigen yang adekuat dapat
diupayakan dengan pengaturan sirkulasi
udara yang baik selama persalinan.
Ventilasi udara perlu diperhatikan,
apabila ruangan tertutup karena
menggunakan AC, maka pastikan bahwa
dalam ruangan tersebut tidak terdapat
banyak orang. Hindari ibu menggunakan
pakaian yang ketat, sebaiknya bra dilepas
atau dikurangi kekencangannya. Indikasi
pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat
adalah detak jantung janin (DJJ) baik dan
stabil.
f. Pengurangan rasa nyeri
Nyeri persalinan merupakan
pengalaman subjektif tentang sensasi
fisik yang terkait dengan kontraksi uterus,
dilatasi dan penipisan serviks, serta
penurunan janin selama persalinan.
Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi:
peningkatan tekanan darah, denyut nadi,
pernafasan, keringat, diameter pupil, dan
ketegangan otot. Rasa nyeri yang tidak

20
diatasi dengan tepat, dapat meningkatkan
rasa khawatir, tegang, takut dan stres,
yang pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya persalinan lama.
Rasa nyeri selama persalinan akan
berbeda antara satu ibu dengan lainnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi
persepsi rasa nyeri, diantaranya: jumlah
kelahiran sebelumnya (pengalaman
persalinan), emosi, dukungan keluarga,
persiapan persalinan, posisi saat
melahirkan, presentasi janin, tingkat beta-
endorphin, kontraksi rahim yang intens
selama persalinan dan ambang nyeri
alami. Beberapa ibu melaporkan sensasi
nyeri sebagai sesuatu yang menyakitkan.
Meskipun tingkat nyeri bervariasi bagi
setiap ibu bersalin, diperlukan teknik
yang dapat membuat ibu merasa nyaman
saat melahirkan.
Pada saat ibu memasuki tahapan
persalinan, bidan dapat membimbing ibu
untuk melakukan teknik self-help,
terutama saat terjadi his/kontraksi.Dalam
memberikan asuhan kebidanan, bidan
dapat dibantu dan didukung oleh suami,
anggota keluarga ataupun sahabat ibu.
Usaha yang dilakukan bidan agar ibu
tetap tenang dan santai selama proses
persalinan berlangsung adalah dengan
membiarkan ibu untuk mendengarkan

21
musik, membimbing ibu untuk
mengeluarkan suara saat merasakan
kontraksi, serta visualisasi dan pemusatan
perhatian. Kontak fisik yang dilakukan
pemberi asuhan/ bidan dan pendamping
persalinan memberi pengaruh besar bagi
ibu. Kontak fisik berupa sentuhan,
belaian maupun pijatan dapat
memberikan rasa nyaman, yang pada
akhirnya dapat mengurangi rasa nyeri
saat persalinan. Bidan mengajak
pendamping persalinan untuk terus
memegang tangan ibu, terutama saat
kontraksi, menggosok punggung dan
pinggang, menyeka wajahnya, mengelus
rambutnya atau mungkin dengan
mendekapnya. Sehingga pengurangan
rasa nyeri pada saat persalinan dapat
dilakukan dengan :
1) Farmakologis
Bebagai obat disuntikkan ke ibu
dengan tujuan untuk mengurangi rasa
nyeri ketika menghadapi persalinan.
2) Non Farmakologis
Beberapa teknik dukungan untuk
mengurangi rasa nyeri/sakit tanpa
menggunakan obat-obatan
diantaranya pendampingan
persalinan, perubahan posisi,
sentuhan/massage, kompres hangat

22
dan dingin, berendam, aromaterapi,
teknik pernapasan, dan musik.
3. Kala III
Kala III dimulai dari keluarnya bayi
hingga keluarnya plasenta. Adapun
pemenuhan kebutuhan pada kala III
diantaranya :
a. Menjaga kebersihan ibu
Pada daerah vulva ibu, harus selalu
dijaga kebersihannya untuk menghindari
infeksi. Selain untuk menghindari infeksi
serta mencegah bersarangnya bakteri
pada daerah vulva dan perineum. Cara
membersihkan vulva dan perineum yaitu
menggunakan kapas atau kasa yang
bersih. Usapkan dari atas ke bawah mulai
dari bagian anterior vulva ke arah rectum
untuk mencegah kontaminasi tinja,
kemudian menganjurkan ibu untuk
mengganti pembalut kurang lebih dalam
sehari tiga kali ataupun bila ibu buang air
kecil dirasa pembalut sudah basah (tidak
memungkinkan untuk dipakai lagi).
Jangan lupa untuk menganjurkan ibu
mengeringkan bagian perineum dan
vulva. Serta pemberian underpad pada
ibu guna menyerap darah dengan baik
dan diganti apabila underpad sudah
penuh atau ibu sudah tidak nyaman.

23
b. Kebutuhan istirahat ibu
Setelah proses persalinan selesai yaitu
keluarnya janin dan plasenta kemudian
ibu sudah dibersihkan, ibu dianjurkan
untuk istirahat karena sudah
mengeluarkan banyak tenaga pada saat
persalinan. Pola istirahat ibu dapat
membantu mengembalikan alat-alat
reproduksi dan meminimalisir trauma
pada saat persalinan. Namun sebagai
bidan, memotivasi ibu untuk memberikan
ASI dini harus tetap dilakukan.
c. Pemberian cairan dan nutrisi
Memberikan asupan nutrisi (makanan
ringan dan minuman) setelah persalinan
karena ibu telah banyak mengeluarkan
tenaga selama kelahiran bayi. Dengan
pemenuhan asupan nutrisi ini diharapkan
agar ibu tidak kehilangan energi.
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari keluarnya plasenta
hingga dua jam setelah persalinan guna
memantau adanya perdarahan pada ibu
bersalin. Kebutuhan pada kala IV adalah :
a. Penjahitan Perineum
Penjahitan perineum dilakukan jika
dibutuhkan. Proses kelahiran bayi dan
plasenta dapat menyebabkan berubahnya
bentuk jalan lahir terutama perineum.
Pada ibu yang memiliki perineum yang
tidak elastis, maka robekan perineum

24
seringkali terjadi. Robekan perineum
yang tidak diperbaiki akan
mempengaruhi fungsi dan estetika. Oleh
karena itu, penjahitan perineum
merupakan salah satu kebutuhan
fisiologis ibu bersalin.
Dalam melakukan penjahitan
perineum, bidan perlu memperhatikan
prinsip sterilitas dan asuhan sayang ibu.
Berikanlah selalu anastesi sebelum
dilakukan penjahitan. Perhatikan juga
posisi bidan saat melakukan penjahitan
perineum. Posisikan badan ibu dengan
posisi litotomi/dorsal recumbent, tepat
berada di depan bidan. Hindari posisi
bidan yang berada di sisi ibu saat
menjahit, karena hal ini dapat
mengganggu kelancaran dan
kenyamanan tindakan.
b. Kebersihan tubuh ibu
Pada kala IV setelah janin dan
placenta dilahirkan, selama 2 jam
observasi, maka pastikan keadaan ibu
sudah bersih. Ibu dapat dimandikan atau
dibersihkan di atas tempat tidur. Pastikan
bahwa ibu sudah mengenakan pakaian
bersih dan penampung darah (pembalut
bersalin, underpad) dengan baik. Hindari
menggunakan pot kala, karena hal ini
mengakibatkan ketidaknyamanan pada
ibu bersalin. Untuk memudahkan bidan

25
dalam melakukan observasi, maka
celana dalam sebaiknya tidak digunakan
terlebih dahulu, pembalut ataupun
underpad dapat dilipat disela-sela paha.
c. Kebutuhan istirahat ibu
Setelah proses persalinan selesai
(pada kala IV), sambil melakukan
observasi, bidan dapat mengizinkan ibu
untuk tidur apabila sangat kelelahan.
Namun sebagai bidan, memotivasi ibu
untuk memberikan ASI dini harus tetap
dilakukan. Istirahat yang cukup setelah
proses persalinan dapat membantu ibu
untuk memulihkan fungsi alat-alat
reproduksi dan meminimalisasi trauma
pada saat persalinan.
G. Kebutuhan akan Proses Persalinan yang Terstandar
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan
persalinan yang terstandar merupakan hak setiap ibu.
Hal ini merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu
bersalin, karena dengan pertolongan persalinan yang
terstandar dapat meningkatkan proses persalinan yang
alami/normal.
Hal yang perlu disiapkan bidan dalam memberikan
pertolongan persalinan terstandar dimulai dari
penerapan upaya pencegahan infeksi. Cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir dapat mengurangi
risiko penularan infeksi pada ibu maupun bayi.
Dilanjutkan dengan penggunaan APD (alat
perlindungan diri) yang telah disepakati.

26
Tempat persalinan perlu disiapkan dengan baik dan
sesuai standar, dilengkapi dengan alat dan bahan yang
telah direkomendasikan Kemenkes dan IBI. Ruang
persalinan harus memiliki sistem pencahayaan yang
cukup dan sirkulasi udara yang baik. Dalam melakukan
pertolongan persalinan, bidan sebaiknya tetap
menerapkan APN (asuhan persalinan normal) pada
setiap kasus yang dihadapi ibu. Lakukan penapisan
awal sebelum melakukan APN agar asuhan yang
diberikan sesuai. Segera lakukan rujukan apabila
ditemukan ketidaknormalan.
H. Kebutuhan Psikologis pada Ibu Bersalin
Kebutuhan psikologis pada ibu bersalin merupakan
salah satu kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang perlu
diperhatikan bidan. Keadaan psikologis ibu bersalin
sangat berpengaruh pada proses dan hasil akhir
persalinan. Kebutuhan ini berupa dukungan emosional
dari bidan sebagai pemberi asuhan, maupun dari
pendamping persalinan baik suami/anggota keluarga
ibu.
Dukungan psikologis yang baik dapat mengurangi
tingkat kecemasan pada ibu bersalin yang cenderung
meningkat. Dukungan psikologis yang dapat diberikan
bidan untuk dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu
adalah dengan membuatnya merasa nyaman. Bentuk
kebutuhan psikologis pada ibu bersalin adalah :
1. Pemberian Sugesti
Sugesti adalah memberi pengaruh pada ibu
dengan pemikiran yang dapat diterima secara
logis. Pemberian sugesti bertujuan untuk
memberikan pengaruh pada ibu dengan

27
pemikiran yang dapat diterima secara logis.
Sugesti yang diberikan berupa sugesti positif
yang mengarah pada tindakan memotivasi ibu
untuk melalui proses persalinan sebagaimana
mestinya. Menurut psikologis sosial individu,
orang yang mempunyai keadaan psikis labil akan
lebih mudah dipengaruhi/mendapatkan sugesti.
Demikian juga pada wanita bersalin yang mana
keadaan psikisnya dalam keadaan kurang stabil,
mudah sekali menerima sugesti/pengaruh.
Sugesti positif yang dapat diberikan bidan
pada ibu bersalin diantaranya adalah dengan
mengatakan pada ibu bahwa proses persalinan
yang ibu hadapi akan berjalan lancar dan normal,
ucapkan hal tersebut berulang kali untuk
memberikan keyakinan pada ibu bahwa
segalanya akan baik-baik saja. Contoh yang lain,
misal saat terjadi his/kontraksi, bidan
membimbing ibu untuk melakukan teknik
relaksasi dan memberikan sugesti bahwa dengan
menarik dan menghembuskan nafas, seiring
dengan proses pengeluaran nafas, rasa sakit ibu
akan berkurang.
Sebaiknya bidan selalu mengucapkan kata-
kata positif yang dapat memotivasi ibu untuk
tetap semangat dalam menjalani proses
persalinan. Inti dari pemberian sugesti ini adalah
pada komunikasi efektif yang baik. Bidan juga
dituntut untuk selalu bersikap ramah dan sopan,
dan menyenangkan hati ibu dan suami/keluarga.

28
Sikap ini akan menambah besarnya sugesti yang
telah diberikan.
2. Mengalihkan Perhatian
Mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang
dihadapi selama proses persalinan berlangsung
dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya.
Secara psikologis, apabila ibu merasakan sakit,
dan bidan tetap fokus pada rasa sakit itu dengan
menaruh rasa empati/belas kasihan yang
berlebihan, maka rasa sakit justru akan
bertambah.
Upaya yang dapat dilakukan bidan dan
pendamping persalinan untuk mengalihkan
perhatian ibu dari rasa sakit selama persalinan
misalnya adalah dengan mengajaknya berbicara,
sedikit bersenda gurau, mendengarkan musik
kesukaannya atau menonton televisi/film. Saat
kontraksi berlangsung dan ibu masih tetap
merasakan nyeri pada ambang yang tinggi, maka
upaya-upaya mengurangi rasa nyeri misal
dengan teknik relaksasi, pengeluaran suara, dan
atau pijatan harus tetap dilakukan.
3. Membangunan Kepercayaan
Kepercayaan merupakan salah satu poin yang
penting dalam membangun citra diri positif ibu
dan membangun sugesti positif dari bidan. Ibu
bersalin yang memiliki kepercayaan diri yang
baik, bahwa dia mampu melahirkan secara
normal, dan dia percaya bahwa proses persalinan
yang dihadapi akan berjalan dengan lancar, maka
secara psikologis telah mengafirmasi alam

29
bawah sadar ibu untuk bersikap dan berperilaku
positif selama proses persalinan berlangsung
sehingga hasil akhir persalinan sesuai dengan
harapan ibu.
Untuk membangun sugesti yang baik, ibu
harus mempunyai kepercayaan pada bidan
sebagai penolongnya, bahwa bidan mampu
melakukan pertolongan persalinan dengan baik
sesuai standar, didasari pengetahuan dasar dan
keterampilan yang baik serta mempunyai
pengalaman yang cukup. Dengan kepercayaan
tersebut, maka dengan sendirinya ibu bersalin
akan merasa aman dan nyaman selama proses
persalinan berlangsung.
4. Kehadiran Seorang Pendamping
Pendamping merupakan keberadaan seorang
yang mendampingi atau terlibat langsung
sebagai pemandu persalinan, dimana yang
terpenting adalah dukungan yang diberikan
pendamping persalinan selama kehamilan,
persalinan dan nifas agar proses persalinan
dilaluinya dengan lancar dan member
kenyamanan bagi ibu bersalin.
Pendampingan suami adalah suami yang
mendampingi atau menemani istri dalam proses
persalinan. Ibu yang didampingi oleh suami
memiliki resiko mengalami komplikasi yang
memerlukan tindakan medis lebih kecil daripada
mereka yang tanpa pendampingan. Persalinan
ibu yang didampingi oleh suami berlangsung
lebih cepat dan mudah karena memberikan ibu

30
rasa nyaman, semangat, membesarkan hati ibu
dan meningkatkan rasa percaya diri ibu.
5. Informasi dan Kepastian Tentang Hasil
Persalinan Yang Aman
Setiap ibu membutuhkan informasi tentang
kemajuan persalinan nya sehingga mampu
mengambil keputusan dan ibu perlu diyakinkan
bahwa kemajuan proses persalinannya normal.
Tanpa disadari bahwa kata-kata mempunyai
pengaruh positif maupun negatif. Setiap ibu
bersalin selalu ingin mengetahui apa yang terjadi
pada tubuhnya yang meliputi:
a. Penjelasan tentang proses persalinan dan
perkembangan persalinan.
b. Penjelasan semua hasil pemeriksaan.
c. Pengurangan rasa takut akan menurunkan
nyeri akibat ketegangan dari rasa takut.
d. Penjelasan tentang prosedur.
6. Memberikan pujian.
Pujian diberikan pada ibu atas usaha yang
telah dilakukannya, berbicara dengan suara
bernada rendah secara berirama, memberi
dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu harus
bangga dan mensyukuri anugerah yang telah
diberikan oleh tuhan dan optimis bahwa ibu bisa
mendidik anak dengan baik . Serta memberikan
ucapan selamat kepada pasien atas kehadiran
buah hatinya.
7. Mendengarkan dan memberikan sentuhan pada
pasien.
Bidan selalu mendengarkan dan

31
memperhatikan keluhan klien. Dan komunikasi
nonverbal juga diperlukan karena sentuhan bidan
terhadap ibu akan memberikan rasa nyaman dan
membantu relaksasi.
I. Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Asuhan
sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan
dan persalinan merupakan proses alamiah dan bahwa
intervensi yang tidak perlu dan pengobatan untuk
proses alamiah ini harus dihindarkan.
Pada asuhan sayang ibu terjamin bahwa ibu dan
keluarganya diberitahu tentang apa yang sedang terjadi
dan apa yang biasa di harapkan. Sama seperti kala I,
selama kala II, bidan harus menjelaskan apa yang akan
dilakukannya, dan sebelum melakukan hal tersebut
yaitu, sebelum melakukan pemeriksaan vagina,
mengecek tekanan darah, mengecek tekanan jantung
janin, dan sebagainya, dan akan menjelaskan hasil dari
semua pemeriksaan yang dilakukannya.
Tujuan asuhan sayang ibu terdiri dari pelaksanaan :
1. Asuhan yang aman, berdasarkan evidence based
dan turut meningkatkan angka kelangsungan hidup
ibu.
2. Membantu ibu merasa nyaman dan aman selama
proses persalinan.
3. Menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan
persalinan merupakan proses alamiah.
4. Menjamin bahwa ibu dan keluarga diberitahu
tentang apa yang sedang terjadi.

32
5. Bidan harus memastikan seseorang yang telah
dipilah ibu untuk mendampingi selama proses
persalinan yakni suami, ibu, mertua, saudara
perempuan, teman.
J. Asuhan Sayang Ibu dalam Persalinan
Asuhan sayang ibu sebagai kebutuhan dasar ibu
dalam masa bersalin adalah sebagai berikut :
1. Panggil ibu sesuai nama, hargai, dan perlakukan ibu
sesuai martabatnya.
2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu
sebelum memulai asuhan.
3. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga.
4. Anjurkan ibu bertanya dan membicarakan rasa
takutnya.
5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan
kekhawatiran ibu.
6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan
tentramkan hati ibu dan keluarganya.
7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami/keluarga.
8. Ajarkan suami/keluarga mengenai cara bagaimana
mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Secara konsisten lakukan praktik pencegahan
infeksi yang baik.
10. Hargai privasi ibu.
11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi.
12. Anjurkan ibu untuk makan dan minum ringan
sepanjang ia menginginkannya.
13. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional
yang tidak merugikan kesehatan ibu.

33
Terdapat beberapa prinsip umum dalam asuhan sayang
ibu yang diterapkan dalam proses persalinan yaitu :

1. Mengikutsertakan suami dan keluarga selama


proses persalinan dan kelahiran bayi.
2. Sapa ibu dengan sopan dan ramah, bersikap dan
bertindak dengan tenang dan berikan dukungan
selama persalinan dan kelahiran bayi.
3. Jawab setiap pertanyaan yang di ajukan ibu atau
anggota keluarganya.
4. Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk
hadir dan memberikan dukungannya .
5. Waspadai tanda – tanda penyulit selama persalinan
dan lakukan tindakan yang sesuai atau di perlukan .
6. Siap dengan rencana rujukan.
K. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi Pasca Persalinan
Asuhan sayang ibu dan bayi pada masa pasca
persalinan yaitu :
1. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan
bayinya (rawat gabung)
2. Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan
anjuran pemberian ASI sesuai permintaan.
3. Ajarkan ibu dan keluarga tentang nutrisi dan
istirahat yang cukup setelah melahirkan.
4. Anjurkan suami dan anggota keluarganya tentang
gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan
anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika
timbul masalah.

34
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan persalinan normal adalah asuhan kebidanan
pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang
bersih dan aman setelah persalinan dan setelah bayi lahir
serta upaya pencegahan komplikasi. Tujuan asuhan
persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang optimal.
Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan
bidan untuk dipenuhi yaitu: kebutuhan oksigen, cairan
dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal),
istirahat, posisi dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri,
penjahitan perineum (jika diperlukan), serta kebutuhan
akan pertolongan persalinan yang terstandar.
Kebutuhan psikologis ibu bersalin dapat terpenuhi
dengan baik melalui upaya: memberikan sugesti positif,
mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit dan
ketidaknyamanan selama persalinan, dan membangun
kepercayaan dengan komunikasi yang efektif.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat di pertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

35
DAFTAR PUSTAKA
Kurniarum,Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Mutmainnah,Annisa & Johan, Herni. 2017. Asuhan Persalinan


Normal dan Bayi Baru lahir. Yogyakarta : Penerbit Andi

Tambuwun, Kartini Herly & Tombokan,Sandra. 2014. Hubungan


Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu dengan Lamanya Persalinan.
Jurnal Ilmiah Bidan

Walyani,Siwi Elisabeth & Purwoastuti,Endang. 2016. Asuhan


Persalinan dan Bayi Baru lahir. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

36

Anda mungkin juga menyukai