Anda di halaman 1dari 21

Nama : Tsania Elsera

Nim : 20185123059
Prodi : DIII Kebidanan Tk. II
Makul : Ginekologi
Dosen : Henny Fitriani, S.SiT, M.Keb

A. Radang pada Genitalia Interna


1. Servicitis

a. Pengertian
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis sevikalis. Karen epitel
selaput lendir canalis cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel slindris maka
lebih mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina.
Walaupun begitu, canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir
yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yangada dalam
vagina. Terjadinya cervicalis dipermudah oleh adanya robekan cervix
terutamayang menimbulkan ectropion.
Merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi serviks sering terjadi karena
luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi, karena hubungan
seks. Servisitis yang akut sering dijumpai pada sebagian besar wanita yang
pernah melahirkan.
Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
b. Etiologi
Eversi (dengan trauma dan infeksi) dan laserasi nifas mungkin merupakan
dua faktor penyebab utama meskipun hiegiene yang buruk, berkurangnya daya
tahan terhadap infeksi dan iritasi (misalnya tampon yang tertinggal) juga dapat
merupakan penyebab. Tiga organisme yang paling lazim di dapat dalam
biakan stafilokokus, streptokokus, dan klamiadia. Namun banyak organisme
vagina lain yang dapat menyebabkan masalah ini. Jarang sekali ditemukan
organisme yang tidak diperkirakan menyebabkan servisitis (misalnya
corynebacterium diphtheriae).
c. Prognosis
Keluhan berupa leukorea (discharge purulen, seringkali disertai dengan bau
yang tidak mengenakan) atau iritasi vulva vagina (gatal atau terbakar). Namun
dapat juga terjadi sakit pinggang, nyeri abdomen bawah, dispareunia,
dismenore, disuria dan bercak pendarahan pasca coitus.
d. Manifestasi Klinis
Gejala klinik servisitis adalah :
1) Terdapat keputihan (leokorea)
2) Mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi perdarahan)
3) Pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarn merah
4) Pada umur di atas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan serviks
Manuaba, Ida Bagus. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC (hal 407)
Tanda-tanda servisitis kronis sama seperti infeksi kronis lainnya :
1) mukus serviks mengandung pus,
2) jaringan permukaan rapuh dan berpembuluh darah,
3) infeksi kelenjar
4) hipertrofiserviks
5) flour hebat biasanya kental atau purulenta dsn kadang-kadang berbau
6) sering menimbulkan erosio (erytroplaki) pada portio, yang nampak sebagai
daerah yang merah menyala
7) pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang
purulent keluar dari canalis cervicalis. Jika portio normal tidak ada
ectropion, maka harus di ingat kemungkina gonorrhoe
8) pada cervicitis yang kronis kadang-kadang dapat dilihat bintik putih dalam
daerah selaput lendir yang merah, karena infeksi. Bintik-bintik ini disebut
ovula Nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar serviks
karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka cervix atau
karena radang.

e. Penanganan
Sitologi serviks dapat dikaburkan oleh infeksi dan seringkali perlu
mengatasi infeksi lebih dulu sebelum mendapat hasil pemeriksaan sitologi
serviks yang berarti. Rencana pemeriksaan meliputi pemeriksaan penyebab
umum dari vaginitis dan servisitis (Trichomonas vaginalis, Candida albicans
dan Gardnerella vaginali), pewarnaan imunofluoresn monoklonal untuk
Chalamydia dan biakan Neisseria gonorrhoeae herpes simpleks dan HPV
(Human Papillomavirus) dapat menginfeksi serviks.
1) antibiotik terutama jika dapat ditemukan gonococus dalam sekret
2) jika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3
10% dan irigasi
3) Cervicitis yang tidak mau sembuh diolong operatif dengan melakukan
konisasi. Jika sebabnya ectropon dapat dilakukan plastik atau amputasi
4) Erosio dapat disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3 10% atau
albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa
kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.
2. Endometritis

a. Pengertian
Endometritis yaitu radang pada endometrium, kuman-kuman memasuki
endometrium, biasanya pada luka bekas insertio plasenta, dan dalam waktu
singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman
yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan
mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrotis serta
cairan. (Asuhan Kebidanan 4 Patologi, 337)
Endometritis adalah suatu peradangan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis yang paling sering ditemukan
setelah seksio sesaria, terutama bila sebelumnya pasien menderita
koroiamnionitis, partus lama, atau pecah ketuban yang lama. Penyebab-
penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan setelah
abortus atau melahirkan.
b. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokia tertahan
oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan
lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah
rintangan diatasi. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada
perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada
hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri. Mulai hari ke-3 suhu
meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun dan dalam kurang lebih atau minggu keadaan sudah normal kembali.
Lokea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal
yang terakhir tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat.
Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokea yang sedikit dan
tidak berbau.
Gambaran klinis endometritis berbeda-beda tergantung pada virulensi
kuman penyebabnya. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat
naik turun. His royan lebih nyeri dari biasanya dan lebih lama dirasakan.
Lokhea bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau. Lokhea
berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sakit kepala,
kurang tidur, kurang nafsu makan. Jika infeksi tidak meluas maka suhu turun
dengan berangsur-angsur pada hari ke 7-10.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis sebagai
berikut :
1) Nyeri abdomen bagian bawah
2) Mengeluarkan keputihan (leukorea)
3) Kadang-kadang terjadi perdarahan
4) Dapat terjadi penyebaran :
- Meometritis (infeksi otot rahim)
- Parametritis (infeksi sekitar rahim)
- Salpingitis (infeksi saluran otot)
- Ooforitis (infeksi indung telur)
- Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
c. Macam-Macam Endometritis
Ada dua macam endometritis antara lain :
1) Endometritis Akut
Pada Endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi.
Endometritis ini biasanya terjadi sesudah melahirkan atau abortus
( terutama abortus kriminalis ), yang dapat meluas sampai ke miometrium,
dan berakhir sampai sepsis puerperalis. Abortus yang dilakukan tanpa
alasan yang layak dengan cara memasukkan berbagai macam alat yang
jauh dari standar steril, maka akan membawa kuman masuk ke dalam
cavum uteri.
2) Endometritis Kronik
Radang ini jarang dijumpai, namun biasanya terjadi pada wanita yang
masih menstruasi. Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang
tidak terbuang pada waktu menstruasi. Endometritis kronik primaria dapat
terjadi sesudah menopauase, dimana radang tetap tinggal dan meluas
sampai ke bagian endometrium lain. Endometritis kronik ditandai oleh
adanya sel-sel plasma pada stroma. Penyebab yang paling umum adalah
Penyakit Radang Panggul (PID), TBC, dan klamidia. Pasien yang
menderita endometritis kronis sebelumnya mereka telah memiliki riwayat
kanker leher rahim atau kanker endrometrium. Gejala endometritis kronis
berupa noda darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian bawah,
leukorea serta kelainan haid seperti menorhagia dan metrorhagia.
d. Tanda dan Gejala
1) Takikardi, 100-140 bpm
2) Suhu, 38 C-40 C
3) Menggigil
4) Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral
5) Peningkatan nyeri setelah melahirkan
6) Subinvolusi
7) Distensi abdomen
8) Lokea sedikit dan tidak berbau, atau banyak, berbau busuk,mengandung
darah, dan seropurulent
9) Awitan 3-5hari pascapartum, kecuali jika disertai infeksi streptokokus
10) Jumlah sel darah putih meningkat
e. Faktor-faktor predisposisi
1) SC
2) Ketuban pecah
3) Partus lama
4) Anemia
5) Perdarahan
6) Jaringan plasenta yang tertahan
7) Pemakaian AKDR
8) Penyakit sistemik yng menurunkan resistensi terhadap infeksi.
f. Komplikasi
Komplikasi meliputi selulitis pelvis, tromboplebitis vena pelvis, peritonitis,
abses pelvis, bakteriemia, koagulai intravaskular diseminata dan septik syok.
g. Penanganan
1) Dibawa ke rumah sakit
2) Konsultasi dokter
3) Berikan obat antimikroba spektrum luas atau terapi antibiotik tripel,
biasanya secara IV dan elektrolit
4) Pulangkan jika dalam 24 jam menjadi afebrile
5) Perlu dilakukan kuretase untuk DD dengan carcinoma corpus uteri, polyp
atau myoma subcosa. Kadang-kadang dengan kuret ditemukan
endometritis tuberculosa.
6) Penggantian darah dapat diindasikn untuk anemia berat postabortus atau
postpartum
7) Tindakan bedah, endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksipelvis. Drainase lokhea yang
memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan
dengan kuretase perlahan dan hati-hati.
8) Histerektomi dan salpingo-ooferoktomibilateral mungkin diperlukan bila
klostridia telah meluas melampaui endometrium dan ditemukn bukti
adanya sepsis sistemik klostridia(syok, hemolisis, gagal ginjal.
3. Miometritis
a. Pengertian
Miometritis atau Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah infeksi
uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar
kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari
endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis.(Sarwono,
2009:647)
Metritis/miometritis adalah radang miometrium atau infeksi uterus setelah
persalinan dan merupakan penyebab kematian ibu, keterlambatan terapi akan
menyebabkan abses, peritonitis, syok, thrombosis vena, emboli paru, infeksi
panggul kronik, sumbatan tuba dan infertilitas. (Sarwono, 2008:262)
Metritis adalah radang pada lapisan dinding rahim yaitu miometrium.
Dimana terjadi infeksi uterus setelah persalinan. Penyakit ini tidak berdiri
sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan
terapinya seperti endometritis. Bila tidak teratasi dengan baik maka berpotensi
terjadi Parametritis (infeksi sekitar rahim), Salpingitis (infeksi saluran otot),
Ooforitis (infeksi indung telur), Pembentukan pernanahan sehingga terjadi
abses pada tuba atau indung telur
b. Patofisiologi
1) Bakteriologi
2) Patogenesis
c. Etiologi
Faktor Predisposisi terjadinya Metritis menurut (Sarwono, 2008: 247), yaitu:
1) Persalinan Pervaginam
2) Persalinan Seksio Sesarea
d. Klasifikasi
1) Metritis Akut
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi
postpartum. Penyakit initidak berdiri sendiri , akan tetapi merupakan bagian
dari infeksi yang lebih luas. Kerokan pada wanita dengan endometrium
yang meradang (endometritis) dapat menimbulkanmetritis akut. Pada
penyakit ini miometrium menunjukan reaksi radang berupa pembengkakan
dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe
ataulewat trombofelitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
2) Metritis Kronik
Metritis kronik adalah diagnose yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragiadengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan
leukorea. Akan tetapi pembesaranuterus pada seseorang multipara
umumnya disebabkan oleh pertambahan jaringan ikatakibat kelamin.
e. Manifestasi klinik
1) Gejala dan tanda metritis, yaitu: demam menggigil, nyeri di bawah perut,
lochia berbau dan bernanah, nyeri tekan uterus, perdarahan pervaginam,
syok. (Sarwono, 2008:649)
2) Gejala klinik Metritis adalah :
- Demam merupakan gejala klinik terpenting untuk mendiagnosis metritis,
dan suhu tubuh berkisar melebihi 38C-39C. Demam disertai menggigil,
yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya bakteremia yang bisa terjadi
pada 10-20% kasus. Demam biasanya timbul pada hari ke 3 disertai nadi
cepat.
- Penderita mengeluhkan nyeri abdomen yang pada pemeriksaan bimanual
teraba agak membesar, nyeri dan lembek.
- Lokhia yang berbau menyengat sering menyertai timbulnya metritis,
tetapi bukan merupakan tanda pasti.
f. Komplikasi
Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi :
1) Abses pelvik
2) Peritonitis
3) Syok septic
4) Dispareunia
5) Trombosis vena yang dalam
6) Emboli pulmonal
7) Infeksi pelvik yang menahun
8) Penyumbatan tuba dan infertilitas
g. Pencegahan
1) Masa kehamilan ; mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi
seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati penyakit-
penyakit yang diderita oleh ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau
tidak ada indikasiyang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua
hendaknya dihindari atau dikurangi dan di lakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk
dalam jalan lahir.
2) Masa persalinan ; hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan
bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah
pecah, hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama, jagalah sterilitas
kamar bersalian dan pakailah masker, perlukaan-perlukaan jalan lahir karena
tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit
sebaik- baiknya dan menjaga sterilitas, perdarahan yang banyak harus
dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi
darah.
3) Selama nifas ; perawatan luka post partum dengan teknik aseptic,
semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus steril.
penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat, membatasi tamu yang
berkunjung.
h. Penatalaksanaan Metritis
1) Segera transfuse bila dibutuhkan. Berikan Packed Red Cell
2) Berikan antibiotic dalam dosis yang tinggi, seperti Ampicilin 2 gr IV,
kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah gentamisin 5mg/kg berat badan IV
dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan
antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
3) Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis
4) Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau
dengan kuret yang lebar)
5) Bila ada pus lakukan drainese (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi
Fowler
6) Bila tak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda
peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila pada
evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal.
(Sarwono, 2008 :262)
4. Parametritis

a. Pengertian
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam ligamen latum.
Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang
dapat terjadi beberapa jalan. Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke
parametrium memalui 3 cara yaitu:
1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis
2. Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum
3. Penenyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum atau menyebar
ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada
dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada
fossailiaka. Radang paling banyak berlokasi di parametrium bagian lateral akan
tetapi bisa juga kedepan dan ke belakang, radang bisa juga menjadi abses.
Apabila terjadi abses, dan proses berkembang terus, maka abses akan mencari
jalan keluar yaitu di atas ligamentum pouparty, ke daerah ginjal, melalui
foramina obturatorium ke paha bagian dalam, dan sebagianya. Parametritis
dapat juga menahun dan di tempat radang terjadi fibrosis.

Kalau terjadi infeksi parametrium, maka timbulah pembengkakan yang


mula-mula lunak tetapi kemudian menjadi keras sekali. Infiltrasi ini dapat
terjadi hanya pada dasar lig. Latum, tetapi dapat juga bersifat luas misalnya
dapat menempati seluruh parametrium sampai ke dinding panggul dan dinding
perut depan di atas lig. Inguinale. Jika filtrat menjalar ke belakang dapat
menimbulkan pembengkakan di belakang cervix. Eksudat ini lambat laun
direasorpsi atau menjadi abses. Abses dapat memecah di daerah lipat paha di
atas lig. Inguinale atau ke dalam cavum douglas. Parametritis biasanya
unilateral dankarena biasanya sebagai akibat luka cervix, lebih sering
terdapat pada primipara daripada multipara.

b. Etiologi
1) Melalui robekan serviks yang dalam
2) Penjalaran endometritis atau luka serviks yang terinfeksi melalui jalan lahir
3) Sebagai lanjutan thrombopheblitis
4) Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD)

Bila terjadi infeksi parametrium, timbul bengkak yang awalnya lunak tetapi
kemudian menjadi keras sekali. Infiltrat ini dapat terjadi hanya didasar
lig.latun, atau meluas menempati seluruh parametrium sampai ke dinding
panggul dan dinding perut depan diatas lig. Inguinale.

Bila infiltrat menjalar kebelakang, dapat timbul bengkak dibelakang serviks.


Eksudat lambat laun diresorpsi atau menjadi abses. Abses dapat memecah di
daerah lipat paha diatas lig. Inguinale atau ke dalam cavum douglasi.

c. Patofisiologi
Endometritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis →
Infeksi menyebar kemiometrium → Miometritis
Infeksi meluas lewat jalan limfe / tromboflebitis
Parametritis → Terjadi reaksi :
1) Kalor
2) Dolor
3) Nyeri hebat
4) Nafsu makan berkurang
5) Asam lambung meningkat
6) Reaksi mual
7) Vasodilatasi
8) Syok septic/ infertilitas/ infeksi meluas
d. Manifestasi klinis
1) Suhu tinggi dengan demam menggigil
2) Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah,
defense
3) Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas.
Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau
kanan ada nyeri sebelah atau kedua belah di perut bagian bawah, sering
memancar pada kaki.
4) Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah
uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat
meluas.
5) Ditengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses.
6) nadi cepat
e. Diagnosa
Setelah beberapa lama dengan toucher dapat diraba infiltrat yang keras yang
sampai ke dinding panggul. Infltrat ini lebih jelas teraba dengan toucher rectal.
Uterus terdesak ke pihak yang sehat.
Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum
menunjukkan dengan nyata adanya perluasan infeksi, yang lebih penting ialah
gejala umum. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas tampaknya sakit,
suhu meningkat dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat,
keluhannya juga lebih banyak.
f. Penanganan
Pencegahan selama kehamilan. Oleh karena anemia merupakan predisposisi
untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi
juga merupakan factor penting, karenanya diet yang baik harus
diperhatikan. Selama persalinan usaha-usaha pencegahan terdiri dari
membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga
supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma
sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas
dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker,
alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus steril . Pemeriksaan
dalam hanya boleh dilakukan jika perlu. terjadinya perdarahan harus
dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut
keperluan.
Selama nifas sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan
lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak
dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda
infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.
Pengobatan Antibiotika memegang peranan yang sangat penting
dalam pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini
memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya.
Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika antibiotika berspektrumluas.
Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau
antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain. Disamping
pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya
tahan badan tetap perlu dilakukan.
Perawatan baik sangat penting, makanan yang mengandung zat-zat yang
diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan
penderita,dan bila perlu transfusi darah dilakukan. Jika keadaan sudah tenang
dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan
agar jangan melakukan pekerjaan yang berat- berat. Dengan terapi ini biar pun
sisa-sisa peradangan masih ada, keluahan- keluhan penderita sering
kali hilang atau sangatberkurang. Pada sellulitis pelvika dan
pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi abses atau
tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya nanah
tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar
tidaksampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu diadakan
pembukaan tumor dan drainase karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari
jalan ke jaringan tubuh yang lain. Jika ada fluktasi perlu dilakukan insici.
Tempat insici ialah di atas lipat paha atau pada cavumdouglas.
Beri antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan
metronidazol. Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine
50-100 mg 1M setiap 6 jam. Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari,
ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah. Pasien diberi antibiotik dan
jika ada fluktuasi perlu dilakukan incisi. Tempat incisi ialah di atas lipat paha
atau pada cavum douglasi.
5. Adneksitis
a. Pengertian
Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah
jaringan yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium.Istilah
lain dari adnexitis antara lain: Pelvic Inflammatory Disease, salpingitis,
parametritis, salpingo-oophoritis.
b. Gejala
1) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan
haid(bukan pre menstrual syndrome)
2) Menorrhagia
3) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
4) Nyeri saat berhubungan intim
5) Demam
6) Nyeri punggung
7) Keluhan saat buang air kecil
c. Penyebab
Radang atau infeksi ini biasanya akibat infeksi yang menjalar ke atas dari
uterus, tetapi juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau
menjalar dari jaringan-jaringan di sekitarnya. Diantara sebab yang paling
banyak adalah infeksi gonorrhea (kencing nanah) dan Chlamidia, serta infeksi
setelah aborsi dan masa nifas. Selain itu juga sebagai akibat dari beberapa
tindakan, seperti kerokan, laparotomi, pemasangan IUD dan perluasan radang
dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk
melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii. 90-95% kasus PID
disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular
seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus).
Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause
maupun selama kehamilan.
d. Terapi
Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika. Tergantung dari
derajat penyakitnya, biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian diikuti
dengan pemberian obat oral selama 10-14 hari. Beberapa kasus memerlukan
operasi untuk menghilangkan organ sumber infeksi, ini dilakukan jika terapi
secara konvensional (pemberian antibiotik) tidak berhasil. Jika terinfeksi
penyakit ini melalui hubungan seksual, maka pasangannya juga harus
mendapat terapi pengobatan, sehingga tidak terinfeksi terus menerus.
Pembedahan perlu dilakuan jika :
1) Jika terjadi ruptur atau abses ovarium
2) Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan
3) Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta
dan adneksitis akuta
6. Peritonitis
a. Definisi
Peritonitis adalah peradangan dinding kavum abdomen atau peritoneum.
b. Etiologi
Secara umum peritonitis biasanya disebabkan oleh :
1) Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi
2) Luka tusuk karena bakteri dari pisau atau benda tajam yang masuk ke
rongga abdomen
3) Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa terkumpul di perut
(asites) dan mengalami infeksi
4) Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di
dalam perut
5) Iritasi tanpa infeksi
6) Infeksi dari rahim dan saluran telur yang mungkin disebabkan oleh beberapa
jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonorrhoe dan infeksi
chlamidia).
c. Patofisiologi
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran
mengalami kebocoran. Respon umum terhadap kehilangan cairan intravaskular
ini digariskan dalam gambar l. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat
dan agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai
mediator seperti interleukin, dapat memulai kaskade respons hiperinflamatoris,
sehingga membawa perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ.
Karena tubuh mencoba mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan
elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardia
awalnya meningkatkan curah jantung, tetapi ini segera gagal begitu terjadi
hipovolemia. Terjebaknya cairan di dalam cavum peritonealis dan lumen, lebih
lanjut meningkatkan tekanan intra abdomen, membuat usaha pernafasan penuh
menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi splanik.
d. Tanda Dan Gejala Klinik
Gambaran klinis bervariasi sesuai dengan jenis dan luasnya agen penyebab,
kondisi umum penderita dan respon tubuh penderita terhadap inflamasi dan
infeksi.
1) Nyeri abdomen, nyeri abdominal akut merupakan gejala khas, nyeri ini
terjadi tiba-tiba, hebat, dapat terlokalisir ataupun difus
2) Muntah, pada awalnya merupakan refleks visceral. Muntah kemudian
menetap sebagai tanda peritonitis dan ileus.
3) Peningkatan denyut nadi, temperatur, dan frekuensi pernafasan.
4) Iritasi diafragma sehingga pernafasan menjadi cepat dan dangkal.
5) Nyeri tekan abdomen dan spasme otot. Nyeri lepas mungkin ditandai
dengan tidak adanya nyeri tekan.
6) Bising. usus menghilang dan ini merupakan tanda yang paling penting dari
peritonitis.
7) Distensi abdomen dalam berbagai tingkatan.
Tes Laboratorium
1) Leukositosis, hematokrit yang meningkat (hemokonsentrasi) dan metabolik
asdosis, pada peritonistis yang tidak di terapi, dapat terjadi kegagalan-kegagalan ;
pernapasan, hepatik dan renal
2) Gambaran radiologik menunjukkan adanya distensi abdomen yang difus dari ileus
paralitik. Lingkaran batas cairan dan gas tersebar pada Gambaran usus halus dan
usus besar, berdilatasi, udara bebas dapat terlihat pada kasus – kasus perforasi.
e. Diagnosa
Diagnosa peritonitis akut, baik yang disebabkan oleh bakterial maupun
kimiawi. Secara umum ditegakkan berdasarkan :
f. Terapi
Terapi pada peritonitis primer adalah dengan pemberian antibiotika bila
diagnosa telah ditegakkan. Sedangkan untuk peritonitis sekunder, terapi
bergantung pada penyakit dasarnya memerlukan tindakan bedah.
Langkah - langkah penatalaksanaan peritonitis :
1) Mengistirahatkan traktus gastrointestinal dengan puasa dan pemasangan
selang nasogastrik yang bertujuan untuk pengontrolan dekompresi
terhadap distensi usus akibat ileus paralitik.
2) Atasi syok dan koreksi cairan dan elektrolit. Resusitasi hebat dengan
larutan salin isotonik adalah penting. Pengembalian volume intravaskular
memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen, nutrisi, dan
mekanisme pertahanan. Defisit kalium bertanggung jawab terhadap
inhibisi ileus setelah peritonitis sembuh. Pengeluaran urin dan tekanan
pengisian jantung harus dipantau.
3) Antibiotika berspektrum luas diberikan secara empirik dan kemudian
diubah jenisnya setelah hasil pembiakan laboratorik keluar. Pilihan
antibiotika didasarkan pada organisme mana yang dicurigai menjadi
penyebab. Antibiotika ini merupakan tambahan bagi drainase bedah,
walaupun drainase sendiri tidak mutlak harus dilakukan. Harus tersedia
dosis yang cukup pada saat pembedahan karena bakteremia akan
berkembang selama operasi.
4) Oksigen dan dukungan ventilasi. Sepsis yang sedang berlangsung
membawa ke hipoksemia yang disebabkan oleh pintas dan splinting
dinding dada. Penghantaran oksigen yang cukup adalah penting.
5) Obat - obat yang menstimulasi aktivitas usus tidak boleh diberikan.
6) Penyakit yang berhubungan dan akibat umum peritonitis harus diobati
g. Pembedahan
1) Koreksi penyakit dasar
2) Cairan peritoneal diaspirasi dan dibilas dengan larutan salin
3) Drainase (pengaliran) pada peritonitis.
B. Radang pada Genitalia Eksterna
1. Bartolinitis
Bartolinitis adalah infeksi pada kelenjar bertholin juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita.
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar
Bartholin yang terletak pada bagian dalam vagina agak keluar.
Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan
oleh :
Virus : Kondiloma akuminata dan Herpes simpleks
Jamur : Candida albikan
Protozoa ; Amobiasis dan Trikomoniasis
Bakteri : Neiseria Gonore
a. Diagnosis
Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai
kista (kantong berisi cairan). Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu
kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak
akan menimbulkan keluhan
b. Tanda dan Gejala
1. Pada vulva : Perubahan warna kulit, oedema, abces dalam kelenjar,
nyeri tekan
2. Kelenjar Bartholin : Oedema, nyeri apabila berjalan atau duduk, disertai
demam
3. Kebanyakan wanita mengeluh datang ke Puskesmas dengan keluhan
keputihan dan gatal, rasa sakit saat senggama, sakit saat BAK, ada benjolan
disekitar kelamin
4. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mucoid berbau dan bercampur
dengan darah
c. Penanganan
Memberikan antibiotic golongan cefadroxil 500mg diminum3x1 sesudah
makan selama 5-7hari dan asam mefenamat 500mg diminum 3x1 untuk
meredakan nyeri dan pembengkakan hingga kelenjar mengempis. Serta terapi
dapat diberikan adalah dengan insisi dan drainase serta marsupialisasi atau
Ward Catheter yang ditinggalkan 10-14 hari untuk membantu terjadinya
penyembuhan

Gambar. Bartolinitis

2. Vaginitis

Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh


berbagai bakteri, parasit atau jamur (Manuaba. 2001). Vaginitis adalah suatu
peradangan pada lapisan vagina. Vaginitis dapat terjadi secara langsung pada luka
vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah
ulkus. Etiologi
Penyebab dari vaginitis adalah Candida albicans, Trichomonas vaginalis, Neisseria
gonorrhoeae, Hemophilus vaginalis.
Penyebab vaginitis :
1. Vulvovaginitis pada anak
2. Sering disebabkan oleh gonorrhea atau corpus allienum.
3. Kolpitis senilis
4. Disebabkan karena ovaria berhenti berfungsi.
5. Kolpitis pada masa produktif
(a) Masturbasi
(b) Corpus allienum : pessaerium, obat atau alat kontrasepsi kapas
(c) Rangsang themis seperti berenang dalam air dingin

a. Patofisiologi
Bila keseimbangan mikroorganisme berubah, maka organisme yang
berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C. albicans
pada kasus infeksi monolia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus
vaginitis. Berproliferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala.
Pada mekanisme lainnya, organisme ditularkan melalui hubungan seksual dan
bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Nisseria
gonorrhoea dapat menimbulkan gejala.
b. Klasifikasi
Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida albicans. Penyebab : - Hygiene yag
kurang.Pertumbuhan Candida yang berlebihan, karena kadar glukosa darah yang
tinggi, dan pemberian antibiotik berspektrum luas.
Tanda dan gejala :
1. Pruritus vulvae
2. Nyeri vagina yang hebat
a) Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Penyebab :
1. hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
Secret banyak dan bau busuk. - Disuria eksterna dan interna. - Pruritus
vulva. - Edema vulva.
b) Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardnerella vaginalis.
Penyebab :
1) Hygiene yang kurang.
2) Hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
(a) Vagina berbau busuk dan amis. –
c. Penanganan
1) Terapi Hormonal

3. Vulvo Vaginitis

Vulvitis adalah radang selaput lendir labia dan sekitarnya

Vulvitis adalah inflamasi vulva akut (sinklair,Webb.1992)

Vulvitis adalah infeksi pada vulva sebagian besar dengan gejala keputihan atau

leukora dan tanpa infeksi lokal (Manuaba.2001)

a. Vaginitis & Vulvitis disebabkan oleh

1. Jamur

2.   Bakteri
3. Virus

4. Parasit

b. (Menurut Univ Padjajaran 1981 ) Penyebab vulvitis adalah :

1. Hygiene yang kurang seperti pada wanita gemuk tuaoccus

2. Candida Albican

3.   Trichomonas

c. Penanganan

Terapi Farmakologi dengan memberikan obat golongan polygens

C. SOAL

1. Seorang perempuan berumur 28 tahun dating ke RSUD mengatakan sudah dua


hari panas badan dingin, nyeri perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor dari
vagina bau busuk seperti nanah. Ibu mengatakan melahirkan pada tanggal 24 Mei
2015, perdarahan normal, ibu melahirkan di rumah ditolong oleh dukun tidak
didampingi tenaga kesehatan. Ibu mengatakan belum pernah mengalami infeksi
sebelumnya dan juga tidak mengalami pecah ketuban sebelum waktunya.
Diagnosis apa yang tepat untuk kasus diatas?
A. Miometritis
B. Parametritis
C. Servicitis
D. Endometritis
E. Adneksitis
Jawaban : A. Miometritis
2. Seorang wanita berumur 26 tahun datang ke Puskesmas mengeluh badannya panas
mulai 6 hari yang lalu setelah 2 hari melahirkan anak pertamanya, nyeri perut
bagian bawah sebelah kanan. Ini merupakan Kunjungan ulang kedua. Ibu
mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
menular seperti Hepatitis, TBC dan menurun seperti DM dan hipertensi.
Diagnosis yang tepat untuk kasus diatas adalah?
A. Miometritis
B. Parametritis
C. Servicitis
D. Endometritis
E. Adneksitis
Jawaban : B. Parametritis
3. Seorang wanita berumur 28 tahun datang ke Puskesmas mengatakan sudah dua
hari panas badan dingin, nyeri perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor dari
vagina bau busuk seperti nanah. Ibu melahirkan pada tanggal 24 Mei 2015,
perdarahan normal, ibu melahirkan di rumah ditolong oleh dukun tidak
didampingi tenaga kesehatan. Ibu belum pernah mengalami infeksi sebelumnya,
Ibu juga tidak mengalami pecah ketuban sebelum waktunya. Ibu juga mengatakan
selama hamil pernah mengalami keputihan berbau menyengat atau berwarna
kuning kehijauan.
Diagnosis yang tepat untuk kasus diatas adalah?
A. Miometritis
B. Parametritis
C. Servicitis
D. Endometritis
E. Adneksitis
Jawaban : D. Endometritis
DAFTAR PUSTAKA
Martaadisoebrata, Djamhoer. 2013. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
EGC

Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1989. Sinopsis Obstetr. Jakarta : ECG

Ralph, C. Benson, dkk. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Ed.9. Jakarta : EGC.

Sarwono P. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta

Supriyadi, Teddy,dkk. 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai