Anda di halaman 1dari 11

4

b. mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi perdarahan)

c. pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna merah

d. pada umur diatas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan serviks

2.3.2 Penatalaksanaan

Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti


dengan jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan
trakhelorania. Pinggir sobekan dan endoserviks diangkat, lalu luka baru dijahit.
Jika robekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks.

2.3.3 Faktor Resiko

Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:

1. Usia.

2. Jumlah perkawinan

3. Hygiene dan sirkumsisi

4. Status sosial ekonomi

5. Pola seksual

6. Terpajan virus terutama virus HIV

7. Merokok

2.3.4 Pencegahan

terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan


pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai
menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV
akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan
sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam.

2.4 Adnexitis

Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya
terjadi bersamaan. (Sarwono, 1999:287). Adnexitis adalah suatu radang pada
tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini
kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi
ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari
5

jaringan sekitarnya.Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx


karena perisalpingitis dapat terjadi pelekatan dengan alat alat disekitarnya.
( ginekologi unpad bandung).

2.4.1 Etiologi

Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan oleh


infeksi beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis.

Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom

a. Ganti-ganti pasangan seks

b. Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea (kencing


nanah)

c. Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease

d. Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan melalui


aktifitas

seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan penderitanya terinfeksi lewat


cara lain.

2.4.2 Manifestasi Klinis

a. Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan
haid(bukan pre menstrual syndrome)

b. Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina

c. Nyeri saat berhubungan intim

d. Demam

e. Nyeri punggung

f. Keluhan saat buang air kecil


6

2.4.3 Penatalaksanaan

Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya


akibat chlamydia, maka pengobatannya pun ditujukan untuk membasmi
chlamydia. Secara umum, pengobatan adnexitis ini umumnya berupa terapi
antibiotik. Jika dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan, maka penderita perlu
dibawa ke rumah sakit untuk diberikan terapi lainnya. Rawat inap menjadi
sangat diperlukan apabila:

a. keluar nanah dari tuba fallopi

b. kesakitan yang amat sangat (seperti: mual, muntah, dan demam tinggi)

c. penurunan daya tahan tubuh

2.4.4 Pencegahan

Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki - laki juga
perlu membantu agar pasangan tidak tertular. Penangan ini antara lain dapat
dilakukan dengan :

a. Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui


hubungan seks bebas.

b. Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini muncul

c. Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan

d. Penggunaan kondom saat berhubungan seksual

e. Menjaga kebersihan organ genital.

2.5 Endometritis

Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari


rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau
infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis adalah
peradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus.
7

Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari


endometrium.

2.5.1 Etiologi

Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas


insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan
bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas
keeping-keping nekrotis serta cairan

Terjadinya infeksi endometrium pada saat:

a. Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutamapada

persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.

b. Pada saat terjadi keguguran.

c. Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.

2.5.2 Endometritis dapat terjadi penyebaran:

a. Miometritis (infeksi otot rahim)

b. Parametritis (infeksi sekitar rahim)

c. Salpingitis (infeksi saluran telur)

d. Ooforitis (infeksi indung telur)

e. Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)

f. Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.

2.5.3 Jenis-jenis endometritis

1. Endometritis Akut

Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum. Pada endometritis


postpartum, regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga
endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
8

Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema dan hiperemi,


dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi
leukosit berinti polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial.
Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan
partus.

2. Endometritis Kronik

Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam masuknya
pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan
fungsional dari endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak
besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam
endometrium.

2.5.4 Manifestasi Klinis

1. Endometritis akut

a. Demam

b. Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar fluor


yang purulent.

c. Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.

d. Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.

e. Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

2. Endometritis Kronik

a. pada tuberkulosis;

b. jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;

c. jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;

d. pada polip uterus dengan infeksi;

e. pada tumor ganas uterus;

f. pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.

g. Fluor albus yang keluar dari ostium


9

h. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagia

2.5.6 Penatalaksanaan

1. Endometritis Akut

Terapi:

a. Pemberian uterotonika

b. Istirahat, posisi/letak Fowler

c. Pemberian antibiotika

d. Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa corpus

carcinoma. Dapat diberi estrogen.

2. Endometritis Kronik

Terapi:

Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma


corpus uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-kadang dengan kuretase
ditemukan emndometritis tuberkulosa. Kuretase juga bersifat terapeutik.
10

2.5.7 Pathway
11
12

2.6 Parametritis

Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum.


Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang
dapat terjadi beberapa jalan:

Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu:

1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis

2. Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar


ligamentum

3. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.

Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau
menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat
diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau
pada fossa iliaka.

2.6.1 Etiologi

Parametritis dapat terjadi:

1) Dari endometritis dengan 3 cara :


13

a. Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.

B. Lymphogen.

c. Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis

2) Dari robekan serviks

3) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)

2.6.2 Manifestasi Klinis

1. Suhu tinggi dengan demam tinggi

2. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.

3. Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah

2.6.3 Penatalaksanaan

1) Pencegahan

a. Selama kehamilan

Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus


diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor
penting, karenanya diet yang baik harusdiperhatikan. Coitus pada hamil tua
sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan
terjadinya infeksi.

b. Selama persalinan

Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin


kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-
larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah
terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus
menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai
dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan
jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi
darah harus diberikan menurut keperluan.

c. Selama nifas
14

Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir.


Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki
kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan
dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat

2. Pengobatan
Antibiotika (antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan
metronidazol) memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan
infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka
pengobatan

perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu


dengan memberika antibiotika berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan
penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti
ampicillin dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai