A. Definisi
Kata konflik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya
percekcokan, perselisihan atau pertentangan (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008:723). Pengertian ini menunjukkan konflik sebagai sebuah
kondisi atau keadaan terjadinya sebuah peristiwa yaitu percekcokan,
perselisihan atau pertentangan. Kata percekcokan itu sendiri memiliki kata
dasar cekcok yang artinya bertengkar, berbantah atau berselisih
(Departemen Pendidikan Nasional, 2008:252). Bertengkar menunjukkan
keadaan dimana dua orang atau dua kelompok orang saling berlawanan
dengan menunjukkan ia yang benar sedangkan orang lain salah. Kondisi
ini menjadikan antar kedua orang atau kedua kelompok saling berebut
untuk menang.
Tidak jauh berbeda dari pertengkaran, konflik sering dipahami
sebagai suatu hal yang negatif yang mengarah pada pertengkaran atau
perselisihan antar individu maupun kelompok. Pada pengertian ini,
konflik dipahami sebagai sebuah perselisihan untuk menang atau kalah.
Seseorang yang mampu menunjukkan dirinya benar, orang lain salah dapat
dinilai sebagai orang yang menang dalam konflik. Sebaliknya, seseorang
yang menghindari konflik dan tidak mampu menunjukkan dirinya benar
maka dinilai telah kalah dalam konflik.
Stragner dalam Winardi (2012:384) menyatakan, konflik
merupakan sebuah situasi, dimana dua orang (atau lebih) menginginkan
tujuan-tujuan yang menurut mereka dapat dicapai oleh salah seorang
diantara mereka, tetapi hal itu tidak mungkin dicapai oleh kedua belah
pihak. Pada pengertian ini, konflik didefinisikan sebagai kondisi antara
dua orang atau lebih yang saling berjuang mencapai tujuannya, namun
diantara keduanya saling bersaing tanpa berkerja sama. Konflik seperti ini
dipahami sebagai kondisi yang positif karena berpotensi untuk
meningkatkan hasil kerja yang lebih baik dari orang lain/kelompok lain.
Tentu saja, hal tersebut sangat bermanfaat bagi peningkatan produktivitas
lembaga atau organisasi.
Definisi konflik diatas merupakan konflik yang mendorong ke arah
kebaikan, dimana antara dua orang atau lebih yang terlibat konflik tidak
merasa saling terganggu. Berbeda kondisi ini, konflik sering dipahami
sebagai kondisi yang menyebabkan dua orang yang bertengkar merasa
terganggu dengan perilaku orang lain. Hardjana dalam Wahyudi (2015:18)
menyatakan konflik adalah suatu persilisihan atau pertengkaran antara dua
orang atau dua kelompok yang perbuatan salah satunya berlawanan
dengan yang lain sehingga salah satu atau kedua-duanya saling terganggu.
Dari definisi-definisi di atas diketahui, konflik dapat dimaknai
positif atau negatif tergantung pada sikap orang yang mengalaminya. Pada
sikap yang negatif konflik sering diartikan sebagai perselisihan yang
menyebabkan diantara dua orang atau lebih saling mengalahkan sehingga
salah satu atau kedua-duanya merasa terganggu. Pada sikap yang positif,
konflik sering diartikan sebagai perselihisan antara dua orang atau lebih
yang saling berjuang yang mencapai tujuan tanpa harus bekerjasama.
Konflik positif tidak menimbulkan adanya perasaan terganggu salah satu
atau kedua-duanya. Pada pengertian ini, konflik lebih mirip pada sikap
persaingan walaupun sebenarnya antara konflik dan persaingan tidaklah
sama.
Stragner dalam Winardi (2012:385) menyatakan, konflik dan
persaingan adalah 2 hal yang berbeda. Persaingan meliputi tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh orang tertentu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dan menyebabkan orang lain tidak berhasil mencapai tujuan.
Artinya, dalam suatu persaingan terdapat sebuah upaya yang dilakukan
oleh seseorang atau kelompok untuk menghalangi, menghambat ataupun
mengganggu orang lain atau kelompok lain agar tidak dapat melakukan
hal yang sama sehingga mereka tidak mampu mencapai tujuan.
Berbeda dengan saingan, konflik merupakan suatu pertentangan
yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya,
terhadap orang lain, atau terhadap organisasi dengan kenyataan yang
diharapkan (Mangkunegara, 2010:21). Pertentangan yang terjadi dalam
diri seseorang terhadap diri sendiri maupun orang lain dapat menimbulkan
dampak negatif ataupun positif tergantung pada sikap seseorang
menghadapinya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa konflik dapat
diartikan sebagai suatu peristiwa positif ataupun negatif tergantung pada
sudut pandang seseorang. Pada pengertian yang positif, definisi konflik
adalah suatu keadaan terjadi perselisihan atau pertentangan antara dua
orang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang lebih baik dari orang
lain, yang diantara keduanya tidak ada perasaan terganggu. Konflik seperti
ini dapat mengarahkan pada kemajuan untuk mengantarkan produktivitas
kerja individu, kelopok atau organisasi.
Berbeda dari itu dalam pandangan negatif definisi konflik adalah
suatu perbuatan saling berselisih antara dua orang atau lebih yang berjuang
untuk menang atau kalah. Artinya, dalam konflik negatif terdapat upaya
untuk saling menjatuhkan dan berebut sebagai orang yang benar (atau
diposisi benar). Pada pandangan negatif konflik dinilai sebagai sebuah
peristiwa yang perlu dihindari karna dapat menurunkan produktifitas kerja
lembaga.
B. Teori Tentang Konflik
Konflik sebagai suatu keadaan yang tidak dapat dihindarkan
dalam sebuah organisasi, maka manajer harus dapat mengelola konflik
dengan baik. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang hubungan
sebab akibat mengenai konflik. Salah satu teori yang mengulas tentang
konflik sosial adalah Teori Interaksi (1970). Teori ini menekankan bahwa
konflik dapat berakibat pada pertumbuhan produksi dan kehancuran
sebuah organisasi, tergantung bagaimana manajer mengelola konflik
tersebut. Kemudian, beberapa teori yang lain disebutkan :
1. Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang
terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan diantara kelompok
yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasarannya : meningkatkan
komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami
konflik, seta mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa
saling menerima keragaman yang ada didalamnya.
2. Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam,
yang sering berakar pada hilangnya sesutu atau penderitaan dimasa
lalu yang tidak diselesaikan. Sasarannya : melalui fasilitas lokakarya
dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga
dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan diantar pihak tersebut
dan membangun empati dan rekonsiliasi diantara mereka.
3. Teori Kebutuhan Manusia
Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan
dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau
dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah
keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi.
Sasarannya : mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan
mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk
memenuhi kebutuhan itu.
4. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam
cara-cara komuikasi diantara berbagai budaya yang berbeda.
Sasarannya : menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik
mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang mereka
miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi
antarbudaya.
5. Teori Negoisasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak
selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak
yang mengalami konflik. Sasarannya : membantu pihak yang
berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai
masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi
berdasarkan kepentingan merka daripada posisi tertentu yang sudah
tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang
menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.