Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hendri Maulana

NIM : 041485358
Perilaku Organisasi ( EKMA 4158 )

1. Mengapa konflik antar kelompok bisa terjadi? Jelaskan!

Jawab :

Konflik merupakan suatu hal yang sering dialami oleh individu dan kelompok. Dalam
sejarah kehidupan manusia konflik merupakan bagian dari kehidupan yang tak pernak
terpisahkan Konflik merupakan suatu dilema yang dialami individu atau kelompok.
Selama ini kebanyakan orang memandang konflik dalam dua hal, yaitu sebagai hal
yang natural, normal, dibutuhkan,dan tak dapat dielakan dan sebagai suatu problem
yang harus diatasi. Namun selama ini image terhadap konflik terkesan negatif, artinya
konflik selalu diidentik dengan permasalahan, kekerasan, tidak menyenangkan,
penderitaan, dan perang.

Konflik terjadi antar dua kelompok disebabkan oleh perbedaan pendapat, kepentingan
atau tujuan antara dua atau lebih pihak yang mempunyai obyek yang sama. Konflik
juga bisa terjadi terjadi karena adanya ketidaksesuaia antara harapan dengan realita.
Ketika suatu kelompok mempunyai harapan atau keinginan, dan ketika harapan itu
terbentur oleh situasi nyata yang berlawanan, maka bisa menimbulkan konflik di
dalam dan di luar kelompok. Namun dalam memahami konflik antar kelompok tidak
sesederhana itu, banyak faktor yang menyebabkan mengapa timbul konflik antar
kelompok tergantung konteksnya seperti apa. Masalah perekonomian, psikologis
(kecemburuan, prasangka), hukum, ekonomi, serta perbedaan identitas kelompok
(etnik, agama) menjadi masalah utama yang menyebabkan konflik terutama di negeri
ini. Konflik intergroup juga bisa terjadi karena masalah politik,agama, etnik, sejarah
dan ekonomi (Costarelli, 2006).

2. Bagaimana cara mengatasi konflik Antar Kelompok? Jelaskan!

Jawab :

Banyak cara untuk memecahkan persoalan konflik antar pribadi maupun antar
kelompok, misalnya membuka diri, menerima umpan balik, menaruh kepercayaan
terhadap orang lain. Ada beberapa strategi untuk mengurangi konflik di
organisasi,yaitu :

A. Memecahkan masalah melalui sikap kooperatif


Bila dua kelompok atau dua individu memiliki tujuan yang berbeda karena masing-
masing menganut sistem nilai yang berbeda, maka penyelesaian masalahnya ialah:
Duduk bersama, berunding, dan bermusyawarah, melihat masalah dengan kepala
dingin dan mendiskusikannya, melalui sikap kooperati orang berusaha melepaskan
perbedaan- perbedaan yang tidak prinsipil, untuk lebih banyak menemukan titik-titik
persamaan, tidak selalu mau menang sendiri dan mengharuskan pihak lain mengalah.
Bersedialah mengalah dengan itikad baik untuk memecahkan masalah.

B. Mempersatukan tujuan
Tujuan yang dipersatukan ini sama dengan tujuan yang harus dicapai oleh kelompok
yang tengah berselisih. Tujuan bersama itu harus bisa dicapai karena sifatnya
imperative atau memaksa. Melalui jalan kooperatif dan disertai rasa solidaritas tinggi,
orang harus bisa bekerjasama atas dasar saling percaya-mempercayai satu sama lain.

C. Menghindari konflik
Cara paling wajar dan mudah yaitu menghindari suatu konflik, yang bertujuan untuk
tidak melakukan, menentang, lalu mendesak semua kesebalan dan kekecewaan
kedalam ketidaksabaran sehingga menjadi kompleks-kompleksterdesak, yang sering
menjadi sumber pengganggu bagi ketenangan batin sendiri. Dengan jalan pendesakan
bertujuan menghindari kesusahan. Yang penting adalah menghindari orang yang tidak
disenangi, dan menghindari konflik terbuka. Selanjutnya cepat atau lambat orang
harus berani saling berkonfrontasi dan mencari jalan penyelesaiannya.

D. Memperhalus konflik
Memperhalus konflik itu berarti melicinkan jalan atau memperhalus penyelesaian
konflik dengan jalan: Mengecilkan perbedaan-perbedaan sikap dan ide dari
perorangan dan kelompok yang tengah bertikai dan memperbesar titik persamaan/
titik singgungdari tujuan atau kepentingan bersama, yang harus dicapai dengan cara
kooperatif. Dengan memperhalus konflik dan melicinkan jalan penyelesaian orang
berusaha dengan sengaja dan sadar menyingkirkan perbedaan untuk lebih
menonjolkan persamaan serta kepentingan bersama, sehingga jalan damai dapat
ditempuh untuk memecahkan masalah yang dipertengkarkan.

E. Kompromi
Kompromi merupakan proses saling berjanjiantara kedua belah pihak yang bersedia
melepaskan sebagian dari tuntutannya. Dalam peristiwa kompromi boleh dikatakan
tidak ada pihak yang menang dan yang kalah secara mutlak. Kedua belah pihak
bersedia mengorbankan sedikit dari pendirian dan tuntutanya sehingga tersapai satu
keputusan bersama, sekalipun keputusan itu tidak bisa disebut sebagai hasil yang
optimal bagi kedua belah piha. Keputusan hasil kompromi itu merupakan produk
penalaran, saling mengalah, saling memberi dan menerima dimana kedua belah pihak
saling terpuaskan.

F. Tindakan yang otoriter


Dalam struktur organisasi formal dengan adanya relasi atasan- bawahan, maka
otoritas dan kewibawaan pemimpin yang berkedudukan paling tinggi merupakan
suara pemutus bagi konflik antar-individu dan antar-kelompok. Kekuasaan formal
merupakan bentuk arbitrage atau perwasitan dan sebagai alat penentu. Kepemimpinan
otoriter dengan tindakan-tindakan yang tegas dan drastis itu disaat genting itu bisa
menegakkan orde, bisa menjadi alat koordinasi yang efektif.

G. Mengubah struktur individual dan struktur organisasi


Cara lain untuk mengurangi konflik yaitu dengan cara mengubah struktur organisasi.
Memindahkan dan mempertukarkan anggota- anggota kelompok dan pemimpinnya,
dengan semboyan “the right man in the right place”, membentuk badan koordinasi,
memperkenalkan sistem konsultasi dan sistem apel, memperluas partisipasi aktif para
anggota dan anak buah.
Dengan menukar-nukar anggota dan pemimpin dapat tercapai iklim psikis baru,
sehingga suasana kompetitif dan konfliktius bisa dikurangi menjadi seminim
mungkin.

Sumber :
Modul 6 EKMA 4158
Denis Yuniaty, Peran pimpinan dalam menyelesaikan konflik di organisasi, 2013

Anda mungkin juga menyukai