Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS “ INFEKSI TRACTUS GENETALIA

Diajukan untuk memenuhi salah

Di susun oleh :

Muhtar Hasbi (NIM : 1221013)

Budi Santoso (NIM : 12210)

PROGRAM STUDI STRATA 1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.

Maksud kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN MATERNITAS yang diamanatkan oleh dosen kami. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya
baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami yang


membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah
pengetahuan tentang “INFEKSI TRACTUS GENETALIA” Amin.
DAFTAR ISI 

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...

1.2 Rumusan Masalah ...

1.3 Tujuan ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ...

2.2 Sebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan ...

2.3 Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan ...

2.4 Epidemiologi hipertensi dalam kehamilan...

2.5 Faktor resiko hipertensi dalam kehamilan ...

2.6 Pencegahan ...

2.7 Komplikasi ...

2.8 Patofisiologi ... 2.5.1 Pathway ...

2.9 Pentalakasanaan ...

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...

3.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan
akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa
bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit
ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari
infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis

Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya menderita infeksi


tersebut. Biasanya sebagian besar wanita menyadari apabila infeksi telah
menyebar dan menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu.
Keterlambatan wanita memeriksakan dirinya menyebabkan infeksi ini
menyebar lebih luas dan akan sulit dalam penanganannya.

Dengan memperlihatkan saluran yang berkelanjutan, alat genetalia wanita


berhubungan langsung dengan dunia luar melalui saluran tuba menuju
peritonieum, saluran dan kavum uteri, kanalis servikal dan vagina dan vulva.
Melalui saluran tersebut diperkirakaan infeksi pada bagian luar vulva dan
vagina dapat berkelanjutkan menuju kavum peritoneum, sehingga terjadilah
peritonitis local maupun umum. Infeksi perkontinuitatum dapat dicegah
karena adanya mekanisme pertahanan. Vulva dengan kulit dan epitel yang
berlapis merupakan hambatan utama untuk terjadinya infeksi vulvitis. Vagina
dengan bakteri doderlein yang mampu membuat suasana asam dapat
menghindari terjadinya infeksi vaginitis. Serviks uteri yang selalu
mengeluarkan lendir dan dapat mengental dibagian bawah, menghalangi
masuknya bakteri menuju kavum uteri. Akhirnya saluran telur wanita dengan
rambut silianya dapat mengalirkan cairan menuju kavum uteri yang
merupakan upaya untuk menghalangi infeksi.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa definisi infeksi traktus genetalia?
b. Bagaimana etiologi infeksi traktus genetalia?
c. Bagaimana klasifikasi infeksi traktus genetalia?
d. Bagaimana manifestasi klinis infeksi traktus genetalia?
e. Bagaimana pencegahan infeksi traktus genetalia?
f. Bagaimana penatalaksanaan infeksi traktus genetalia?
1.3. Tujuan
a. Untuk dapat menjelaskan tentang definisi infeksi traktus genetalia.
b. Untuk dapat mengetahui tentang etiologi infeksi traktus genetalia.
c. Untuk dapat mengetahui tentang klasifikasi infeksi traktus genetalia.
d. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis infeksi traktus genetalia.
e. Untuk dapat mengetahui cara pencegahan infeksi traktus genetalia
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi

Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat
meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau
dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga
menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut
adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis.

2.2. Macam-Macam Infeksi Traktus Genetalia


2.2.1. Servisitis
Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uteri sering terjad
karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena
hubungan seks. Servisitis yang akut sering dijumpai pada sebagian besar
wanita yang pernah melahirkan. Servisitis ialah radang dari selaput lendir
canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari
satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan
selaput lendir vagina (Sarwono, 2008).

2.2.1.1. Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis,
kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen
vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Dapat
juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan
ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti
dilatasi, dan lain-lain.

2.2.1.2. Manifestasi klinis


a. Terdapatnya keputihan (leukorea)
b. Mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi
perdarahan).
c. Pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna merah.
d. Pada umur diatas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan serviks

2.2.1.3. Penatalaksanaan
Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti
dengan jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan
trakhelorania. Pinggir sobekan dan endoserviks diangkat, lalu luka baru
dijahit. Jika robekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi
serviks.

2.2.1.4. Faktor Resiko


Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu :
a. Usia.
b. Jumlah perkawinan.
c. Hygiene dan sirkumsisi.
d. Status sosial ekonomi.
e. Pola seksual.
f. Terpajan virus terutama virus HIV.
g. Merokok

2.2.1.5. Pencegahan
Terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan
pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai
menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin
HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui
suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam.

2.2.2. Adnexitis
Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya
terjadi bersamaan. (Sarwono, 1999:287). Adnexitis adalah suatu radang
pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan.
Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus,
walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan
darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya. Adnex tumor ini dapat berupa
pyosalpinx atau hidrosalpinx karena perisalpingitis dapat terjadi pelekatan
dengan alat-alat disekitarnya. ( ginekologi unpad bandung).

2.2.2.1. Etiologi
Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan oleh infeksi
beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis.
a. Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom.
b. Ganti-ganti pasangan seks.
c. Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea
(kencing nanah).
d. Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory diseased.
Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan
melalui aktifitas seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan
penderitanya terinfeksi lewat cara lain.

2.2.2.2. Manifestasi Klinis


a. Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan
haid (bukan pre menstrual syndrome).
b. Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina.
c. Nyeri saat berhubungan intim.
d. Demam.
e. Nyeri punggung.
f. Keluhan saat buang air kecil.
2.2.2.3. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya
akibat chlamydia, maka pengobatannya pun ditujukan untuk membasmi
chlamydia. Secara umum, pengobatan adnexitis ini umumnya berupa
terapi antibiotik. Jika dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan, maka
penderita perlu dibawa ke rumah sakit untuk diberikan terapi lainnya.
Rawat inap menjadi sangat diperlukan apabila :
a. Keluar nanah dari tuba fallopi.
b. Kesakitan yang amat sangat (seperti: mual, muntah, dan demam tinggi).
c. Penurunan daya tahan tubuh.

2.2.2.4. Pencegahan
Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki - laki juga perlu
membantu agar pasangan tidak tertular.
a. Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui
hubungan seks bebas.
b. Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini muncul.
c. Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan.
d. Penggunaan kondom saat berhubungan seksual.
e. Menjaga kebersihan organ genital.

2.2.3. Parametritis
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam
ligamentum.latum. Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah
infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan: Secara rinci
penyebaran infeksi sampai ke parametrium melalui 3 cara yaitu :
a. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.
b. Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum.
c. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat
tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar
ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba
pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau
pada fossa iliaka.

2.2.3.1. Etiologi
Parametritis dapat terjadi :
a. Dari endometritis dengan cara :
 Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.
 Lymphogen.
b. Dari robekan serviks
c. Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD)

2.2.3.2. Manifestasi Klinis


a. Suhu tinggi dengan demam tinggi
b. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
c. Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.

2.2.3.3. Penatalaksanaan
a. Pencegahan.
1) Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas,
harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga
merupakan factor penting, karenanya diet yang baik harus
diperhatikan. Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat
mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.b.
2) Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua
petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut
dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan
harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika
perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan
transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
3) Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan
lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini
tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan
tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-
wanita dalam nifas sehat
b. Pengobatan
Antibiotika (antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan
metronidazol) memegang peranan yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini
memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu
hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika antibiotika
berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis
tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan
lain-lain.

2.2.4. Endometrisis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi
tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis adalah
peradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus.
Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari
endometrium.

2.2.4.1. Etiologi
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama
dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau
dan terdiri atas keping-keping nekrotis serta cairan.

Terjadinya infeksi endometrium pada saat :

 Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama


pada persalinan terlantar dan persalinan dengan Tindakan.
 Pada saat terjadi keguguran.
 Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.

Endometritis dapat terjadi penyebaran :

 Miometritis (infeksi otot rahim).


 Parametritis (infeksi sekitar rahim).
 Salpingitis (infeksi saluran telur).
 Ooforitis (infeksi indung telur).
 Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)

2.2.4.2. Jenis-Jenis Endometritis


a. Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum. Pada endometritis
postpartum, regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga
endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Pada
endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan
pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi
leukosit berinti polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi
pada abortus dan partus.
b. Endometritis Kronik.
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam
masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena
pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan
limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga
ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.

2.2.4.3. Manifestasi Klinis


a. Endometritis akut
 Demam
 Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang
keluar fluor yang purulent.
 Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
 Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak
ada nyeri.
 Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.
b. Endometritis Kronik
 Pada tuberkulosis
 Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
 Jika terdapat korpus alienum di kavum uteri.
 Pada polip uterus dengan infeksi.
 Pada tumor ganas uterus.
 Pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
 Fluor albus yang keluar dari ostium
 Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagia.

2.2.4.4. Penatalaksanaan
a. Endometritis Akut
Terapi :
 Pemberian uterotonika
 Istirahat, posisi/letak Fowler
 Pemberian antibiotika
 Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan
diagnosa corpus carcinoma.
 Dapat diberi estrogen.
b. Endometritis Kronik
Terapi:
Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma
corpus uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-kadang dengan
kuretase ditemukan endometritis tuberkulosa. Kuretase juga bersifat
terapeutik.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA INFEKSI TRAKTUS


GENETALIA

3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
3.1.2. Keluhan Utama
 Nyeri
 Luka
 Perubahan fungsi seksual
3.1.3. Riwayat Penyakit
3.1.3.1. Sekarang :
Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin
3.1.3.2. Dahulu :
Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi
riwayat penyakit
3.1.3.3. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinaria, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
3.1.3.4. Riwayat kesehatan keluarga :
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
3.1.3.5. Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
3.1.3.6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas :
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
3.1.3.7. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
3.1.4. Riwayat pemakaian obat :
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis, dan
jenis obat lainnya.
3.1.5. Pola aktivitas sehari-hari :
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

3.2. Pemeriksaan Fisik


3.2.1. Pemeriksaan Bagian Luar
Inspeksi
 Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
 Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan
eksoria.
 Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pembengkakan
ulkus, keluaran dan nodul
3.2.2. Pemeriksaan Bagian Dalam
Inspeksi
Serviks : ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan warnanya.
Palpasi
 Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula
 Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri
tekan
 Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
 Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan

3.3. Diagnosa Keperawatan


a. Ansietas
b. Nyeri Akut
3.4. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Ansietas
NOC : Kontrol Ansietas Indicator :
 Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress.
 Mempertahankan penampilan peran.
 Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
 Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada.
 Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

NIC : Pengurangan Ansietas

 Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya


 Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbangan gizi anak
 Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
 Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
 Kurang pengetahuan pada orang tua.

b. Diagnosa Nyeri Akut


NOC : Kriteria hasil :
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
NIC
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin.
BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan
akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa
bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit
ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari
infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis.
Pada umumnya penyakit penyakit yang terjadi memiliki tanda dan gejala
serta penanganan masing masing , untuk mencegahnya diperlukan kebersihan
diri dari setiap masing masing individu.

4.2. Saran

Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta kritik yang
mendukung demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.I.B.G Manuaba, S.p.O.G (k), dr.I.A Chandranita Manuaba,S.p.O.G dkk.


Pengantar Kuliah Obtetri.2003.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Lilis Lisnawati, S.ST.,M.Keb. Asuhan kebidanan terkini kegawatdaruratan


maternal dan neonatal. 2013. Jakarta : CV. Trans info Media

Prof.Dr. Hanifah Wikjoksastro Sp.OG, Prof.Dr. Sarwono Prawirohardjo Sp.OG.


Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono

Anda mungkin juga menyukai