Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ADNEXITIS


PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
MAHASISWA PRODI D3 KEPERAWATAN MALANG POLTEKKES
KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama : Mella Nur Sabillah

NIM : P17220193028

Tingkat : 3A

Kelompok : 8A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN 2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

2
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KLINIK KMB I

I. Konsep Dasar

A. Pengertian
Adnexitis adalah inflamasi yang mengenai adnexa yaitu salah satu atau kedua tuba
falopii dan ovarium. Radang tuba falopii dan radang ovarium (adnexa) biasanya terjadi
bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk radang
tersebut(Loannis, 2016).
Tuba dan ovarium (adneksum) berdekatan, dan dengan perabaan tidak dapat
dibedakan apakah suatu proses berasal dari tuba atau dari ovarium, maka lazim digunakan
istilah kelainan adneksum. Istilah tumor adneks digunakan apabila pembesaran terdapat di
sebelah uterus, dan tidak diketahui apakah itu berasal dari tuba atau dari ovarium, serta
tidak atau belum diketahui pula apakah itu proses peradangan atau neoplasma. Apabila itu
jelas proses peradangan, maka istilahnya diubah menjadi adneksitis (akuta atau kronika).
Pada adnexitis di samping cukup banyaknya durasi nyeri juga menyebabkan
keterbatasan yang nyata pada aktifitas, peran dan fungsi biologis wanita. Adnexitis
terutama terjadi pada wanita usia 16-35 tahun dan berbahaya bagi wanita karena dapat
menimbulkan infertilitas karena adanya pembengkakan dan jaringan parut yang lengket
pada tuba falopii sehingga menyebabkan tuba non patten (tidak berlubang).
Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Adnexitis hanya
menyerang kaum wanita, karena merekalah yang memiliki rahim, sedangkan pria tidak.
Penyakit ini dapat membawa dampak yang serius jika tidak segera ditangani, seperti
kemandulan, kehamilan diluar rahim, keluarnya nanah dari vagina, dan nyeri panggul
kronis. 

B. Etiologi

Adnexitis terutama disebabkan oleh infeksi bakteri dan jarang oleh virus.
Sebagian besar kasus infeksi disebabkan oleh gonococcus, streptococcus,
staphylococcus, E. coli, chlamydia trachoma, dan clostridium, di mana bakteri-
bakteri tersebut hidup tanpa oksigen. Faktor air sangat dicurigai sebagai faktor
penyebab adnexitis, hal ini dikarenakan air mengandung bakteri yang dapat
masuk ke dalam tuba falopii melalui vagina. Begitu pula dengan pembalut wanita
yang kurang steril dan micobacterium tuberculosa juga dapat menimbulkan
adnexitis.
Adnexitis dapat dengan mudah terjadi pada wanita saat dan setelah
menstruasi, setelah aborsi dan setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh
pengeluaran zat horsestyle yang ikut keluar pada saat menstruasi, saat aborsi dan
saat melahirkan. Zat tersebut berfungsi sebagai daya tahan tubuh terhadap
mikroorganisme atau benda asing yang akan menyebabkan terjadinya suatu
penyakit atau radang. Dengan berkurangnya zat tersebut akan menyebabkan daya
tahan tubuh menurun. Sehingga mikroorganisme atau benda asing dapat dengan
mudah masuk ke tubuh melalui organ genitalia eksterna dan menimbulkan reaksi
berupa penyakit atau radang.

C. Klasifikasi
1. Salpingo-ooritis akut
Salpingo-ooritis akut yang disebabkan oleh gonorrhea sampai ke tuba sampai uterus
melalui mukosa . Pada endosalping tampak oedema serta hyperemia dan infiltrasi
leukosit, pada infeksi yang ringan, epitel masih utuh, tapi pada infeksi yang lebih berat
kelihatan degenerasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas,
dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai
eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan
peradangan di sekitarnya (peritonitis pelvika).
Salpingitis akut piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada
abortus septic, akan tetapi dapat disebabkan pula sebagai akibat berbagai tindakan,
seperti Streptococcus ( aerobic dan anaerobic ), stafilococcus, E.coli, Klostridium
welchii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan
jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke  peritoneum
pelvic. Di sini timbul salpingitis interstisialis akuta, mesosalping dan dinding tuba
menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit tetapi mukosa seringkali normal. Hali ini
merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, di mana radang
terdapat terutama pada mukosa dengan dengan sering terjadi  penyumbatan lumen
tuba. Dalam hubungan ini, dalam salpingitis piogenik kemungkinan lebih besar bahwa
tuba terbuka setelah penyakitnya sembuh.
Ovarium biasanya ikut dalam salpingitis. Kadang-kadang ovarium tidak ikut
meradang, sebaliknya biarpun jarang bisa terjadi radang terbatas pada ovarium, bahkan
bisa terjadi abses ovarium.
2. Salpingo-ooritis kronik
Dapat dibedakan antara
a) Hidrosalping, terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel
mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan dengan akibat retensi
cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan
hidrosalping folikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan
berdinding tipis, sedang hidrosalping folikularis terbagi dalam ruangan-ruangan
kecil.
b) Piosalping, dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal
yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan
di sekitarnya.
c) Salpingitis interstisial kronika, pada salpingitis interstisial kronika dinding tuba
menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah
sedikit- sedikit di tengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula perlekatan dengan
jaringan- jaringan di sekitarnya, seperti ovarium, uterus dan usus.
d) Kista tubo-ovarial, pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista
folikel ovarium, sedang pada abses tuboovarial piosalping bersatu dengan abses
ovarium. Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri, daru stadium akut dapat
memasuki stadium menahun.
e) Abses ovarial
f) Salpingitis tuberculosis

D. Patofisiologi
Perjalanan infeksi pada adneksitis yaitu faktor penyebab tiba di ovarium dan tuba
falopii dengan cara yang berbeda, tergantung pada tempat daerahnya. Bisa dari asenden
dan desenden. Jika faktor penyebab tiba di peredaran darah ovarium dan tuba falopii
maka disebut infeksi haematogen. Pada infeksi asenden faktor pencetus adnexitis
bergerak ke lapisan atas dan uterus masuk ke tuba falopii. Faktor pencetus infeksi
asenden antara lain: air, pembalut wanita yang kurang steril, selama dan setelah
menstruasi, setelah melahirkan, setelah aborsi, gangguan-gangguan uterus misalnya
adanya spiral, perubahan membran mucus dalam servix oleh karena keluarnya nanah
yang mengalir dari tuba falopii dan ovarium, adanya myoma atau polips serta tumor.
Pada infeksi desenden ini terjadi jika ada inflamasi pada organ sekitar misalnya
appendicitis atau proctitis atau adanya radang usus besar yang menyebar ke tuba falopii.
Infeksi haematogen merupakan infeksi pada peredaran darah dan termasuk jenis adnexitis
micobacterium tuberculosa yang berhubungan dengan tuberculosa. Untuk mengetahui
adanya adnexitis diperlukan suatu pemeriksaan antara lain: anamnesa, pemeriksaan
gynekologi dan pemeriksaan darah lengkap. Pada anamnesa biasanya  penderita
mengeluh nyeri hebat di daerah perut bagian bawah, nyeri saat menstruasi, nyeri saat
berhubungan sexual dan kadang penderita mengeluh nyeri pinggang. Pada saat dilakukan
palpasi pada abdomen ditemukan ketegangan pada dinding abdomen oleh karena adanya
kontraksi otot abdominalis sebagai reaksi proteksi terhadap radang,terdapat nyeri tekan
pada abdomen bagian bawah. Pada pemeriksaan gynekologi saat uterus di palpasi
(dengan tussue) juga dirasakan nyeri. Dan pada pemeriksaan darah lengkap LED
meningkat. Nyeri meningkat pada saat kegiatan naik turun tangga dan mengangkat
barang-barang berat.

E. Tanda dan gejala


Gambaran klinis salpingo-ooforitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri di
sebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang terdapat pada kedua
adneksa. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas
dan yang nyeri tekan. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence
musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor nyeri tekan dengan batas nyeri tekan
yang nyata. Suhu dan leukositosis juga tidak seberapa tinggi. Ruptura tuba pada
kehamilan ektopik terganggu disertai dengan gejala-gejala yang mendadak, sangat nyeri,
dan anemi. Umumnya peristiwa ini tidak menimbulkan banyak kesukaran dalam
diagnosis dferensial. Yang lebih sulit ialah diagnosis abortus tuba. Umumnya pada
abortus tuba suhu tidak naik atau hanya naik sedikit, dan leukositosi juga tidak seberapa
tinggi.
Gejala-gejala salpingo-ooforitis kronik tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului
oleh penyakit-penyakit akut dengan panas, rasa nyeri yang cukup kuat di perut bagian
bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Umumnya
penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang  bertambah
keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Leukorea sering terdapat
disebabkan oleh servisitis kronik. Haid umumnya lebih banyak dari biasa dengan siklus
yang seringkali tidak teratur. Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan
infertilitas, disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang penderita adneksitis khususnya pemeriksaan darah
lengkap akan ditemukan leukositosis akibat adanya peradangan yang ditimbulkan. Perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti Ultrasonografi (USG). Tindakan ini tidak
menyakitkan, alat peraba (transducer)  digunakan untuk mengirim dan menerima
gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor.
Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keadaan
adneksa, ada atau tidaknya tumor di bagian tuba maupun ovarium ibu.Dengan laparoskopi
(alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di  bawah pusar)
dokter dapat melihat ovarium, mengambil bahan percontoh untuk biopsi
G. Penatalaksanaan

Terapi pada salpingo-ooforitis akut terdiri atas istirahat baring, perawatan


umum, pemberian antibiotik dan analgetik. Dengan terapi tersebut, penyakit
dapat menjadi sembuh atau menjadi menahun. Jarang sekali terapi salpingo-
ooforitis akut memerlukan pembedahan. Pembedahan perlu dilakukan :
a) Jika terjadi rupture piosalping atau abses ovarium
b) Jika terdapat gejala-gejala ileus karena perlekatan
c) Jika terdapat kesukaran untuk membedakan antara apendisitis akuta dan
salpingo-ooforitis akut
Pada salpingo-ooforitis kronik, jika penyakitnya msaih dalam keadaan sub
akut, penderita harus diberi terapi dengan antibiotik dengan spectrum luas. Jika
keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan
penderita di nasehatkan supaya penderita jangan melakukan pekerjaan yang
berat-berat. Dengan terapi ini, biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluha-
keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang.

Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis kronika.


Indikasi untuk terapi ini adalah :

1) Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan tetap ada
dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
2) Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.

3) Apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa


terapi diatermis tumor tidak mengecil, sehingga timbul adanya dugaan
hidrosalping, piosalping, kista tuba ovarial dan sebagainya.

4) Apabila ada infertiitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini
sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup besar
bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan
dapat dilepaskan

II. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas
Wanita yang mengalami adneksitis bisa saja wanita yang sudah menikah ataupun
yang belum menikah. Semua wanita berpotensi untuk mengalami adneksitis,
terutama wanita pada usia subur, mulai dari wanita yang baru mengalami
menstruasi hingga yang menjelang menopause ataupun wanita yang sudah
menopause sendiri.
2. Keluhan utama
Sebagian besar adneksitis menimbulkan gejala berupa nyeri, dan bila sudah dalam
tingkatan yang tinggi akan menjadi nyeri yang sangat tajam. Perlu diperhatikan bila
pasien yang datang dengan adneksitis biasanya mengeluh: merasa nyeri di perut
bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat,
disertai dengan penyakit pinggang. Leukorea sering terdapat disebabkan oleh
servisitis kronik. Haid umumnya lebih banyak dari biasa dengan siklus yang
seringkali tidak teratur. Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan
infertilitas, disminore dapat ditemukan juga pada kasus ini.
3. Riwayat kesehatan
Adneksitis bisa dialami oleh setiap wanita, terutama wanita yang menderita PMS
dalam hal ini kaitannya adalah dengan penyakit Gonorhea.Wanita dengan penyakit
gonorrhea lebih berpotensi mengalami adneksitis dibandingkan dengan wanita yang
sehat. Adneksitis juga dapat disebabkan oleh karena peradangan yang meluas dari
organ lain, appendiks misalnya, sehingga ibu dengan appendiks juga berisiko
mengalami adneksitis.
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Wanita yang mengalami adneksitis bisa yang sudah pernah menggunakan alat
kontrasepsi maupun yang belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
Namun, pemasangan IUD merupakan salah satu fator penyebab dari
terjadinya adneksitis, sehingga perlu dikaji adakah riwayat penggunaan alat
kontrasepsi berupa IUD sebelumnya bagi ibu yang pernah menggunakan
alat kontrasepsi.
5. Pemeriksaan fisik
a.  Kepala dan leher

Hasil pada pemeriksaan pada kepala dan leher akan


mengikuti hasil pemeriksaan umum. Bila keadaan umum klien
tampak anemis maka keadaan wajah akan menunjukkan tanda-tanda
anemis seperti pucat dan konjungtiva berwarna pucat pula.

 b.  Abdomen

Pada penderita adneksitis, pada pemeriksaan abdomen akan


ditemukan nyeri tekan pada bagian perut bawah di tempat terjadinya
adneksitis. Setelah lewat
 beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan
yang nyeri tekan. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak
dan apabila defence musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor
nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.

c.  Ekstremitas

Pada penderita adneksitis umumnya tidak mengalami masalah pada


ekstremitasnya, namun pada beberapa kasus adneksitis ada pula yang
mengalami oedema. Hanya saja pada kejadian anemis, maka dapat
dilihat  perubahan dari warna kuku jari tangan dan kaki ibu

B. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
- Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kegiatan perioperatif
- Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
C. Rencana Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakitnya
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status kenyamanan pasien membaik
Kriteria hasil :
- Keluhan tidak nyaman berkurang
- Gelisah menurun
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

b. Idenifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

c. Monitor efek samping penggunaan analgetik

d. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

e. Anjurkan kompres hangat dibagian nyeri

f. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


kegiatan perioperatif
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jamtingkat kecemasan menurun
Kriteria hasil :
- Perilaku gelisah menurun
- Khawatir terhadap kondisinya menurun
Intervensi :
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
b. Monitor tanda-tanda ansietas
c. Pahami situasi yang membuat ansietas
d. Dengarkan pasien dengan penuh perhatian
e. Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan
f. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
g. Anjurkan keluarga tetap bersama pasien
h. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan presepsi
3. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien mengetahui tentang penyekitnya
Kriteria hasil :
Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan,
dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informas
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivaasi
perilaku hidup bersih dan sehat
- Berikan informasi tentang : sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik.
- Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya mengenai panyakit dan rencana
pengobatan yang akan diberikan.
REFRENSI
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Pajajaran.2016.Obstetr Patologi. Bandung: Elstar Offset
Darmadi, DR. 2018.  Infeksi Nosokomial:Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta:
Salemba Medika
Manuaba. Ida Bagus Gde. 2020.  Penatalaksaan rutin obstetric ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 2017. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC 
Mylonas, loannis. 2016. Adnitis : Penyakit Menular Seksual, 61-73. Spinger, Berlin,
Heidelberg
Nadesul, Hendrawan dr.2018. Cara sehat menjadi perempuan. Jakarta: Kompas
Nanda NIC NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Jilid 2 (Nanda NIC NOC)
Prawiroharjo.2015 .Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono, Winkjosastro, Hanifa.2007 .Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
ama.

Anda mungkin juga menyukai