Anda di halaman 1dari 27

MANAGEMEN ISSUE

KELOMPOK 16 FISIOTERAPI OLAHRAGA

Disusun oleh :

1. Deana Monica P27226020348


2. Muna Azizatun Nafisah P27226020362
3. Nadine Kartika Rintan P27226020364
4. Sandra Cahya Monita P27226020373
5. Syafira P27226020376

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2020

i
ii

DAFTAR ISI

Hal.

Halaman Judul.................................................................................................... i

Daftar isi.............................................................................................................. ii

Cedera Akut........................................................................................................

Penanganan Awal Pada Cedera Olahraga...........................................................

Daftar Pustaka ....................................................................................................

Kumpulan soal....................................................................................................

ii
A. Cedera Akut (DEANA MONICA)
1. Definisi cedera akut

Cedera akut adalah cedera pada system integument, otot, dan rangka
yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera akut disebabkan oleh
berbagai factor antara lain kesalahan metode latihan, kelainan struktural
maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan penyongkong dan otot. Hal
ini dapat terjadi akibat terjatuh atau bertabrakan denga pemain lain saat
berolahraga (Bahr et al., 2003).

Ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma akut
dan overuse syndrome (syndrome pemakaian berlebihan). Overuse
syndrome bermula dari adanya suatu kekuatan yang berlebihan, namun
berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama.

2. Tanda-tanda cedera akut

Cedera akut sering kali direspon oleh tubuh dengan tanda radang yang terdiri atas:

a. Rubor (merah)
b. Tumor (bengkak)
c. Kalor (panas)
d. Dolor (nyeri)
e. Functiolaesa (penurunan fungsi)

Pembuluh darah di lokasi cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan


maksud untuk mengirimkan lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam
rangka mendukung penyembuhan. Pelebaran pembuluh darah ini akan
mengakibatkan lokasi cedera terlihat lebih merah (rubor). Cairan darah
yang banyak dikirim ke lokasi cedera akan merembes keluar dari kapiler
menuju ruang antar sel dan menyebabkan bengkak (tumor). Dengan
dukungan banyak nutrisi dan oksigen, metabolisme di lokasi cedera akan
meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas (kolor) di banding
dengan lokasi lainnya. Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lain

1
2

akan merangsang ujung saraf di lokasi cedera dan mnimbulkan nyeri


(dolor). Rasa nyeri juga dipicu oleh tertekannya ujung saraf karena
pembengkakan yang terjadi di lokasi cedera. Baik rubor, tumor, kolor,
maupun dolor akan menurunkan fungsi organ atau sendi di lokasi cedera
yang dikenal dengan istilah functiolaesa. Apabila tanda peradangan awal
cukup hebat, biasanyarasa nyeri msih dirasakan sampai beberapa hari
setelah onset cedera. Kelemahan fungsi berupa penurunan kekuatan dan
keterbatasan jangkauan gerak juga sering dijumpai (Stevenson et al.,
2000).

3. Patofisiologi cedera olahraga

Secara umum patofisiologi terjadinya cedera berawal dari ketika sel


mengalami kerusakan, sel akan mengeluarkan mediator kimia yang
merangsang terjadinya peradangan. Mediator tadi antara lain berupa
histamin, bradikinin, prostaglandin dan leukotrien. Mediator kimiawi
tersebut dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah serta penarikan
populasi sel sel kekebalan pada lokasi cedera. Secara fisiologis respon
tubuh tersebut dikenal sebagai proses peradangan. Proses peradangan ini
kemudian berangsur-angsur akan menurun sejalan dengan terjadinya
regenerasi proses kerusakan sel atau jaringan tersebut (Van Mechelen et
al. 1992). Selain berdasarkan tanda dan gejala peradangan, diagnosis
ditegakkan berdasarkan keterangan dari penderita mengenai aktivitas yang
dilakukannya dan hasil pemeriksaaan penunjang.

4. Faktor penyebab cidera akut


1. Kesalahan metode latihan

Metode latihan yang salah merupakan penyebab paling sering cedera


pada otot dan sendi. Beberapa hal yang sering terjadi adalah:

a. Tidak dilaksanakannya pemanasan dan pendinginan yang memadai


sehingga latihan fisik yang terjadi secara fisiologis tidak dapat diadaptasi
oleh tubuh.
3

b. Latihan dengan intensitas, frekuensi, durasi dan jenis latihan yang tidak
sesuai dengan keadaan fisik seseorang maupun kaidah kesehatan secara
umum.
c. Prinsip latihan overload sering diterjemahkan sebagai latihan yang
didasarkan paada prinsip “no gain no pain” serta frekuensi latihan yang
sangat tinggi. Hal ini tidak tepat mengingat rasa nyeri merupakan sinyal
adanya cedera dalam tubuh baik berupa micro injury maupun macro
injury. Pada keadaan ini tubuh tidak memiliki waktu untuk memperbaiki
jaringan yang rusak tersebut (Stevenson et al. 2000).
2. Kelainan struktural

Kelainan struktural bisa meningkatkan kepekaan seseorang terhadap


cedera olah raga karena pada keadaan ini terjadi tekanan yang tidak
semestinya pada bagian tubuh tertentu. Sebagai contoh, jika panjang kedua
tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkai yang lebih
panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih besar. Faktor biomekanika
yang menyebabkan cedera kaki, tungkai dan pinggul adalah pronasi
(pemutaran kaki ke dalam setelah menyentuh tanah). Pronasi sampai
derajat tertentu adalah normal dan mencegah cedera dengan cara
membantu menyalurkan kekuatan menghentak ke seluruh kaki. Pronasi
yang berlebihan bisa menyebabkan nyeri pada kaki, lutut dan tungkai.
Pergelangan kaki sangat lentur sehingga ketika berjalan atau berlari,
lengkung kaki menyentuh tanah dan kaki menjadi rata. Jika seseorang
memiliki pergelangan kaki yang kaku, maka akan terjadi hal sebaliknya
yaitu pronasi yang kurang. Kaki tampak memiliki lengkung yang sangat
tinggi dan tidak dapat menyerap goncangan dengan baik, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya retakan kecil dalam tulang kaki dan
tungkai (fraktur karena tekanan) (Gleim et al. 1997).

3. Kelemahan Otot, Tendon & Ligamen.


4

Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan


alaminya, maka otot, tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Sendi
lebih peka terhadap cedera jika otot dan 3 ligamen yang menyokongnya
lemah. Tulang yang rapuh karena osteoporosis mudah mengalami patah
tulang (fraktkur). Latihan penguatan bisa membantu mencegah terjadinya
cedera. Satusatunya cara untuk memperkuat otot adalah berlatih melawan
tahanan, yang secara bertahap kekuatannya ditambah (Meeuwisse 1994).

5. Cedera akut yang sering terjadi pada atlet


a. Sprain

Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering
terjadi pada berbagai cabang olahraga.” hal ini terjadi karena stress
berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-
ulang dari sendi.
Sprain ringan biasanya disertai hematom dengan sebagian serabut
ligament putus, sedangkan pada sprain sedang terjadi efusi cairan yang
menyebabkan bengkak. Pada sprain berat, seluruh serabut ligamen putus
sehingga tidak dapat digerakkan seperti biasa dengan rasa nyeri hebat,
pembengkakan, dan adanya darah dalam sendi.

Berdasarkan Van Mechelen (2003) berat ringannya cedera sprain


dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu

1) Sprain Tingkat I

Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan


hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan,
pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.

2) Sprain Tingkat II
5

Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus,
tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan
rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan
biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.

3) Sprain Tingkat III

Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya


terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah
dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan
terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.

b. Strain

Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena
penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Bahr
(2003)membagi strain menjadi 3 tingkatan, yaitu:

1) Strain Tingkat I

Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai
terjadi robekan pada jaringan otot maupun tendon.

2) Strain Tingkat II

Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun tendon.
Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan
kekuatan otot.

3) Strain Tingkat III

Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo
tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau
diagnosis dapat ditetapkan. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi
dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu,
tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
6

c. Dislokasi sendi

Dislokasi sendi juga sering terjadi pada olahragawan yaitu


terpelesetnya bonggol sendi dari tempatnya. Apabila sebuah sendi pernah
mengalami dislokasi, maka ligament pada sendi tersebut akan kendor,
sehingga sendi tersebut mudah mengalami dislokasi kembali (dislokasi
habitualis). Penanganan yang dapat dilakukan pada saat terjadi dislokasi
adalah segera menarik persendian tersebut dengan sumbu memanjang.

d. Memar (Contusio)

Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah
kulit. Memar biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.
Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah,
sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya.
Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.
Apabila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah
yang terbatas disebut hermatoma (Van Mechelen et al. 1992). Nyeri pada
memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai
sedang sampai berat. Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah
kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada
kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat.
7

B. PENANGANAN AWAL PADA CEDERA AKUT

1. RICE dan PRICE (MUNA AZIZATUN NAFISAH)


a. Pengertian

RICE adalah salah satu protokol penanganan pada cidera akut.


Fisioterapis berperan dalam melakukan protokol ini. RICE (Rest, Ice,
Compression, Dan Elevation) Merupakan salah satu bentuk modalitas
yang biasanya dilakukan pada kasus penanganan cidera akut. Adapun
kepanjangan dari RICE ini adalah sebagai berikut :.1) Rest: Menghindari
penggunaan area yang terluka; 2) Ice: Mengompres ke area tersebut, tanpa
menyentuh kulit secara langsung; 3) compression: Membungkus area yang
cedera dengan perban elastis untuk menopang, mengurangi aliran darah,
dan mengurangi pembengkakan; 4) Elevasion: Menjaga area yang
diangkat di atas level jantung untuk mengurangi pembengkakan ( Dresden,
2018).
RICE, yang merupakan singkatan dari Rest, Ice, Compression, dan
Elevasion merupakan metode yang umum digunakan untuk sebagian besar
cedera jaringan lunak. Beberapa penelitian, termasuk yang dilakukan
oleh Michel van den Bekerom, MD et. Al. , Tekankan bahwa tidak ada
cukup bukti untuk membuktikan RICE adalah teknik yang efektif untuk
cedera jaringan lunak.  Faktanya, hal itu dapat mendorong perilaku yang
kontraproduktif untuk pemulihan penuh dengan membatasi pilihan
rehabilitasi untuk istirahat dan imobilitas area yang cedera. Sebuah posting
sebelumnyadari seorang siswa tahun lalu mempelajari konsep ini dalam
konteks keseleo pergelangan kaki, tetapi penting untuk mengevaluasi
implikasi dari porsi 'istirahat' RICE untuk berbagai jenis cedera.Baru-baru
ini dipertanyakan tentang apakah istirahat dan imobilisasi adalah
pengobatan terbaik untuk cedera jaringan lunak. Sebuah studi oleh TL
Mehlhoff et. Al. , 52 orang dewasa dengan dislokasi siku yang dirawat
8

dengan berbagai jumlah imobilitas di siku dipantau untuk rentang gerak,


nyeri, dan sisa gangguan neurovaskular selama periode waktu hampir tiga
tahun.  Ditemukan bahwa semakin lama durasi imobilisasinya, semakin
sulit untuk memobilisasi ulang sendi pasien karena kontraktur fleksi lebih
dari 30 ° ini terjadi pada 15% pasien.  Hal ini terjadi karena kurangnya
tekanan fisik pada sendi yang dapat menyebabkan atrofi dan disalignment
serat ligamen, sehingga membatasi rehabilitasi fungsional sendi. Meskipun
jumlah subjek dalam penelitaian ini terbatas, serta jenis cidera yang
dimasukan adalah hanya cidera siku dan tidak ada jenis cedera, penelitian
ini menunjukkan bahwa imobilisasi berkorelasi dengan keterlambatan
pasien kembali ke aktivitas dan menghambat kemampuan mereka untuk
pulih sepenuhnya. (Gerber and Gizzi 2018)
Pada metode PRICE menambahnan Protocol Protection (brace atau
cast), rest, ice, compression dan elevation (Ross, 2017) PRICE pada
prinsipnya hampir sama dengan RICE hanya saja pada awal sebelum
terjadinya cidera dilakukan upaya preventif berupa protection area" yang
kemungkinan besar akan terjadi cidera dengan penjelasan "P" untuk
Protection yaitu melindungi area yang berpotensi akan terjadinya cidera
olahraga sesuai dengan jenis olahraga.( Lidsey, 2014)
b. Tujuan
Pada metode RICE ini yang terdiri dari Rest, ice, compression, dan
elevation memiliki beberapa tujuan serta manfaat diantaranya adalah
sebagai berikut : 1) rest : dianjurkan untuk mencegah kerusakan jaringan
lebih lanjut pada jaringan tersebut; 2) Ice : diharapkan dapat mengurangi
konduksi saraf, mengurangi kejang otot, memiliki efek antinociceptive
pada kontrol gerbang mekanisme, mengurangi aliran darah, respon
inflamasi, edema produksi, perdarahan, dan sensitivitas nyeri; 3)
compression : dimaksudkan untuk meningkatkan tekanan hidrostatis
cairan interstisial, melawan beberapa gaya yang menyebabkan cairan
untuk keluar dari jaringan setelah terjadinya kerusakan dan Kompresi
dihipotesiskan untuk menghentikan perdarahan, menghambat rembesan
9

cairan ke dalam ruang jaringan yang mendasari dan membantu


menyebarkan cairan (edema) sehingga meminimalkan kerusakan sekunder
pada jaringan sekitarnya yang sering terjadi pasca cedera; ( Hing et al.,)
Sedangkan manfaat dari dilakukannya metode PRICE dengan
singkatan P adalah Protection yang berarti dapat melindungi area yang
berpotensi akan terjadinya cidera olahraga sesuai dengan jenis
olahraga( lidsey,2014)
c. Metode
Menurut Carol Eustice 2020 metode yang dipakai dalam melakukan
tindakan RICE antara lain.
1) Rest
Istirahat diperlukan untuk penyembuhan jaringan yang mengalami
cidera. tanpa istirahat, gerakan dan beban tubuh dapat memperparah
cedera dan menyebabkan peningkatan inflamasi serta embengkakan.
Penggunaan atau berhenti menggunakan area yang mengalami cedera
selama 48 jam. Pada fase ini biasanya memerlukan alat bantu atau alat
bantu mobilitas untuk menghindari cedera sendi atau anggota tubuh yang
lain yang dapat memperparah kondisi cidera.
2) Ice
Es berguna untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan yang terkait
dengan cedera akut. Mengompres dengan es diyakini paling efektif jika
dilakukan beberapa hari pertama setelah terjadinya cedera. Kompres
bagian yang mengalami cidera dengan menggunakan es selama 20 menit
setiap kali dan sesering setiap jam. Jika mau, gunakan empat hingga
delapan kali sehari dengan catatan boleh dilakukannya pengulangan
pengompresan jika area yang di kpres sudah teraba hangat atau sperti suhu
normal. Pengompresan dapat dilakukan menggunakan kantong gel dingin
atau kantong plastik berisi es, tetapi jangan langsung menempelkan es ke
kulit. Sebagai gantinya, bungkus es dengan handuk atau pastikan ada
lapisan bahan di antara es dan kulit.
3) Compression
10

Kompresi pada pergelangan kaki, lutut, atau pergelangan tangan yang


mengalami cedera atau nyeri membantu mengurangi pembengkakan.
Perban elastis, seperti balutan ACE, gips udara, dan bidai dapat digunakan
untuk tujuan ganda kompresi dan penyangga. Pastikan untuk tidak
melakukan kompresi berlebihan yang akan berfungsi sebagai tourniquet
dan mengganggu sirkulasi darah. Tanda apabila perban elastis terlalu kuat
adalah merasa berdenyut, atau daerah distal dari tempat ciera mengalami
kebiruan maka lepaskan dan pasang kembali agar sedikit lebih longgar.
Pemasangannya kompresi efektif hingga 1 minggu.
4) Elevasion
Tinggikan bagian tubuh yang cedera di atas ketinggian jantung. Hal
Ini dapat memberikan jalan menurun untuk mengalirkan kembali cairan
darah ke jantung, yang dapat mengurangi pembengkakan pada daerah
yang cidera dan mengurangi rasa nyeri. Tinggikan area yang mengalami
cidera sebesar 6 sampai 10 inci di atas jantung sehingga ada jalur menurun
yang lengkap. Berbaring dan gunakan bantal untuk membantu
mengangkat anggota tubuh yang cedera.
2. POLICE (PROTECT, OPTIMAL LOADING, ICE, COMPRESSION,
ELEVATIAON) (NADIE KARTIKA R)
Secara tradisional, fisioterapis telah menggunakan protokol PRICE
dengan tujuan menghindari kerusakan jaringan lebih lanjut, mengurangi
nyeri terkait, edema, dan upaya untuk mendorong proses penyembuhan.
Meskipun efektif protokol tersebut memiliki efek merugikan pada
kekuatan otot dan kekuatan pada atlet. Selain itu, atlet elit diharapkan
untuk kembali ke persaingan sedini mungkin dan oleh karena itu
memerlukan pendekatan rehabilitasi yang berbeda dan lebih agresif, yang
perlu dimulai pada fase akut itu sendiri. Menjaga tujuan akhir kinerja
cedera bebas risiko, disarankan agar fisioterapis mengikuti protokol
POLICE dalam pengaturan perawatan akut untuk atlet. Mobilisasi dini dan
pembebanan bertahap pada jaringan telah terbukti memiliki efek positif
untuk mendorong reorganisasi kolagen dan penyembuhan jaringan.
11

Berikut adalah prinsip-prinsip dari Police, yaitu :

a. Protect

Dianjurkan harus mengistirahatkan sendi, ligamen, atau otot yang


cedera selama beberapa hari pertama setelah cedera. Kemudian diikuti
gerakan gentle sambil tetap menjaga area yang cedera. Protect
menekankan pentingnya menghindari kerusakan jaringan lebih lanjut,
tetapi tidak menyimpulkan imobilisasi tanpa batas. Hal ini bisa berarti
menggunakan kruk untuk melindungi ekstremitas bawah yang cedera,
sambil secara aktif melakukan tugas sehari-hari. Prinsip ini juga dapat
mewakili jumlah istirahat yang tepat untuk menyembuhkan cedera.

b. Optimal Loading

Prinsip ini menjelaskan gerakan lembut yang dapat di mulai saat


berada dalam fase protect. Misalnya, setelah cedera ankle, harus dapat
melanjutkan dari istirahat beberapa hari ke gerakan pasif range-of-motion
(ROM), ROM aktif, dan terakhir, latihan penguatan otot-otot area ankle.
Pemuatan cedera yang progresif ini dapat membantu meningkatkan
penyembuhan yang optimal, dan dapat mencegah penundaan untuk
kembali normal karena persendian dan otot yang kaku atau atrofi otot.
Beban optimal merupakan komponen paling penting untuk dalam
penyembuhan cedera. Jaringan yang terluka harus terkena tekanan
mekanis yang diperlukan tubuh untuk merombak dan memulihkan fungsi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa jaringan cedera yang mengalami
tekanan mekanis yang sesuai akan mengalami respons fisiologis pada
tingkat sel yang penting untuk penyembuhan yang cepat.

c. Ice

Mengompres dengan es dapat membantu mengatasi pembengkakan di


sekitar otot atau sendi yang cedera, dan es dapat membantu mengurangi nyeri
akut.
12

d. Compression

Saat mengaplikasikan es, dapat menambahkan kompresi dengan


perban. Selain itu juga dapat menggunakan produk seperti Ice Tape untuk
mendinginkan dan mengompres luka pada saat yang bersamaan. Hal ini
dapat membantu membatasi pembengkakan atau edema dependen, karena
cairan tubuh dipaksa keluar dari struktur yang cedera dan kembali ke
sirkulasi

e. Elevation

Elevasi sederhana untuk beberapa bagian tubuh. Pergelangan kaki


atau lutut yang cedera dapat diletakkan di atas tumpukan bantal saat Anda
berbaring. Elevasi akan membantu membatasi pembengkakan atau edema
dependen, karena cairan tubuh dipaksa keluar dari struktur yang cedera
dan kembali ke sirkulasi.

3. (MOVEMENT.EXERCISE.ANALGESIA.TREATMENT) ( SANDRA
CAHYA M)

M.E.A.T merupakan protokol penanganan cedera akut yang belum


banyak orang-orang ketahui. Penanganan cedera akut yang banyak
dijumpai adalah dengan menggunakan protokol R.I.C.E (rest, ice,
compression, elevation). Meskipun langkah-langkah ini telah menjadi cara
paling populer untuk mengobati cedera akut selama bertahun-tahun,
namun belum tentu R.I.C.E merupakan cara terbaik untuk
mengoptimalkan penyembuhan.

R.I.C.E dirancang untuk mengurangi peradangan yang terjadi


setelah cedera akut, yang bisa sangat bermanfaat tergantung pada seberapa
banyak pembengkakan yang ada. Masalahnya, aliran darah (peradangan
adalah peningkatan aliran darah sebagai reaksi terhadap cedera) adalah
13

cara tubuh kita menyembuhkan. R.I.C.E mengurangi aliran darah,


sedangkan M.E.A.T adalah meningkatkan peredaran darah.

M.E.A.T meningkatkan aliran darah ke area cedera untuk


mempercepat proses penyembuhan. Struktur jaringan lunak seperti
ligamen, tendon, dan tulang rawan pada awalnya tidak mendapatkan
banyak suplai darah, sedangkan R.I.C.E. akan memperpanjang proses
penyembuhan. Misalnya, tidak memiliki ligamen yang benar-benar
sembuh akan meningkatkan kemungkinan mengalami ketidakstabilan
kronis pada sendi. Ini bisa menjadi masalah besar bagi para atlet.

M.E.A.T merupakan singkatan dari :

a. Movement : gerakan awal pada area yang terkena cidera akan merangsang
penyembuhan, mengurangi pembentukan serat kolagen yang tidak selaras
(jaringan parut), dan meningkatkan pemulihan. Sangat penting untuk melakukan
gerakan ini dengan lembut. Gerakan juga meningkatkan pembilasan getah bening
dan darah. Ini menghilangkan kotoran dan membawa darah baru yang kaya
nutrisi.

b. Exercise : latihan diterapkan setelah tingkat nyeri menurun dan pergerakan area
cedera meningkat. Bergantung pada struktur yang cedera, latihan dapat
difokuskan pada otot yang mengalami pemendekan atau pemanjangan. Lakukan
dengan memperhatikan batas toleransi sakit. Latihan akan semakin meningkatkan
sirkulasi darah dan menghilangkan kotoran dari jaringan yang rusak.

c. Analgesia : pereda nyeri yang disarankan adalah pereda nyeri alami berbahan
dasar herbal karena dapat membantu memberikan solusi alami untuk
menghilangkan rasa sakit. Obat pereda nyeri alami yang telah diketahui dapat
membantu mengatasi nyeri termasuk jahe, kunyit, capsaicin, akar valerian,
magnesium, dan boswellia. Namun, dibutuhkan asupan yang konsisten untuk
mulai merasakan hasilnya.
14

d. Treatment : mengacu pada segala jenis perawatan fisioterapi yang dapat


meningkatkan aliran darah sehingga dapat merangsang penyembuhan.
Menerapkan terapi dini (manual dan pasif) tergantung seberapa akut cederanya.
Ini dapat mencakup mobilisasi sendi, akupunktur, pelepasan jaringan lunak, laser,
es, panas, TENS, dll.

4. PEACE AND LOVE (SYAFIRA)

Rehabilitasi luka jaringan lunak dapat dilakukan kompleks. Selama


bertahun-tahun, akronim membimbing manajemen mereka telah
berevolusi dari ICE ke RICE, lalu ke PRICE dan POLICE. Meskipun
dikenal luas, ini akronim sebelumnya fokus pada manajemen akut,
sayangnya mengabaikan subakut dan tahap kronis penyembuhan jaringan.
Kami akronim kontemporer mencakup kontinum rehabilitasi dari segera
care (PEACE) untuk manajemen selanjutnya (LOVE). PEACE dan LOVE
menguraikan pentingnya mendidik pasien dan menangani psikososial
faktor untuk meningkatkan pemulihan. Sedangkan antiradang
menunjukkan manfaat pada nyeri dan fungsi, akronim kami menandai
potensi mereka efek berbahaya pada perbaikan jaringan yang optimal.
Kami menyarankan agar mereka tidak disertakan dalam manajemen
standar jaringan lunak cedera.

P untuk “protect” membatasi pergerakan selama 1–3 hari untuk meminimalkan


perdarahan, mencegah terjadinya cedera dan mengurangi risiko memperparah
cedera. Namun instirahat yang terlalu lama dapat mengganggu kekuatan dan
kualitas jaringan.

E untuk “elevate” mengangkat tungkai lebih tinggi dari jantung untuk


meningkatkan aliran cairan interstisial keluar dari jaringan. Meskipun bukti lemah
mendukung penggunaannya, elevasi menunjukkan rasio risiko-ke-manfaat yang
rendah.

A untuk “avoid” menghindari obat anti inflamasi pada karena dapat berdampak
negatif pada penyembuhan jaringan, terutama jika dosis yang lebih tinggi
15

digunakan. Standar perawatan untuk cedera jaringan lunak tidak boleh mencakup
obat anti-inflamasi. Kami juga mempertanyakan penggunaan cryotherapy.
Meskipun digunakan secara luas di kalangan dokter dan populasi, tidak ada bukti
berkualitas tinggi tentang kemanjuran es untuk mengobati cedera jaringan lunak.
Bahkan jika sebagian besar analgesik, es berpotensi mengganggu peradangan,
angiogenesis dan revaskularisasi, menunda infiltrasi neutrofil dan makrofag
sebagai serta meningkatkan myofiber yang belum matang. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan perbaikan jaringan dan sintesis kolagen yang berlebihan.

C untuk “compression” Tekanan mekanis eksternal menggunakan plester atau


perban membantu membatasi edema intra-artikular dan perdarahan jaringan.
Meskipun studi bertentangan, kompresi setelah keseleo pergelangan kaki
tampaknya mengurangi pembengkakan dan meningkatkan kualitas hidup.

E untuk “educate” Terapis harus memberitahu pasien tentang manfaat pendekatan


aktif untuk pemulihan. Modalitas pasif, seperti elektroterapi, terapi manual atau
akupunktur memiliki efek yang tidak signifikan pada nyeri dan fungsi
dibandingkan dengan pendekatan aktif, dan bahkan mungkin kontraproduktif
dalam jangka panjang. Edukasi yang lebih baik tentang kondisi dan manajemen
Latihan yang baik akan membantu menghindari overtreatment. Hal ini akan
mengurangi kemungkinan dilakukan suntikan atau pembedahan yang tidak perlu,
dan mendukung pengurangan biaya perawatan kesehatan (misalnya, karena
kompensasi kecacatan yang terkait dengan nyeri punggung bawah).

7 hari setalah cidera, jaringan lunak membutuhkan “LOVE”

L untuk “load” Pendekatan secara aktif dengan gerakan dan olahraga bermanfaat
bagi kebanyakan pasien dengan gangguan muskuloskeletal. Mekanis stres harus
ditambahkan lebih awal dan aktivitas normal dilakukan setalah tidak terdapat
gejala perlukaan jaringan. Optimal loading dengan toleransi nyeri dapat
meningkatkan perbaikan, renovasi dan membangun toleransi jaringan dan
kapasitas tendon, otot dan ligament melalui mechanotransduction.
16

O untuk “optimism” Harapan pasien yang optimis berhubungan dengan hasil dan
prognosis yang lebih baik. Faktor psikologis seperti berfikiran negatif, depresi dan
ketakutan bisa menghambatan pemulihan.

V untuk “vascularisation” Aktivitas kardiovaskular merupakan landasan dalam


pengelolaan cedera muskuloskeletal. Penelitian sementara dilakukan pada dosis,
Latihan aerobik bebas rasa sakit harus dimulai beberapa hari setelahnya cedera
untuk meningkatkan motivasi dan peningkatan aliran darah ke struktur yang
terluka. Mobilisasi dini dan latihan aerobik meningkatkan fungsi fisik,
mendukung untuk kembali bekerja dan mengurangi kebutuhan akan obat pereda
nyeri pada individu dengan kondisi ganggguan musculoskeletal

E untuk “exercise” Ada bukti evidence yang kuat mendukung penggunaan latihan
untuk pengobatan keseleo pergelangan kaki dan untuk mengurangi prevalensi
cedera berulang. Latihan membantu memulihkan mobilitas, kekuatan dan
proprioception awal setelahnya cedera. Nyeri harus dihindari untuk memastikan
perbaikan optimal selama fase subakut pemulihan, dan harus digunakan sebagai
panduan untuk perkembangan latihan.

C. KESIMPULAN
1. Menurut lidsey barton Straus, 2014 Metode PRICE pada prinsipnya hampir
sama dengan RICE hanya saja pada awal sebelum terjadinya cidera dilakukan
upaya preventif berupa protection area" yang kemungkinan besar akan terjadi
cidera dengan penjelasan "P" untuk Protection yaitu melindungi area yang
berpotensi akan terjadinya cidera olahraga sesuai dengan jenis olahraga. Jika
cedera terjadi di lapangan olahraga, maka hentikan permainan. Lindungi area
yang dirawat dengan bidai jika memungkinkan. Jika atlet dapat bergerak,
pindahkan dengan hati-hati ke area yang lebih aman menggunakan tandu atau
kruk, tetapi jika ada keraguan, jangan pindahkan atlet yang cedera.
Selanjutnya adalah "R" untuk Rest, "I" untuk Ice, "C" untuk Compretion, "E"
untuk Elevation kemudian selanjutnya stelah dilakukkanya Elevation maka
dilakukan latihan untuk memulihkan rentang gerak (ROM) adalah bagian
17

penting dari proses pemulihan saat pembengkakan dan nyeri mulai mereda.
ROM aktif dari sendi yang cedera membantu memasukkan aliran darah baru
ke lokasi cedera untuk "membuang" sisa limbah seluler dan edema sendi yang
ada. Latihan gerak juga dapat membantu dalam mengurangi jaringan parut
dan pembentukan adhesi serta menstimulasi sistem saraf untuk mulai
mengaktifkan otot-otot yang mengontrol kekuatan, keseimbangan, dan
proprioception (sensasi gerakan-posisi atau kesadaran tubuh) saat sudah
kembali bermain. Seorang atlet yang mengalami nyeri atau bengkak saat
kembali bermain atau selama rehabilitasi sebelum bermain harus meminta
nasihat dari fisioterapis/dokter untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut dan /
atau pengujian diagnostik.
2. Istirahat setelah cedera dianjurkan hanya sampai maksimal 48 jam setelah
terjadi cedera. Karena terlalu lama istirahat dan keadaan otot yang tidak aktif
akan menghambat pemulihan dan mengakibatkan perubahan biomekanik
pada jaringan yang merugikan. Mobilisasi dini dengan beban yang optimal
akan mempercepat perbaikan pada kondisi otot seperti sebelum cedera.
Penelitian telah menunjukkan bahwa jaringan cedera yang mengalami
tekanan mekanis yang sesuai akan mengalami respons fisiologis pada tingkat
sel yang penting untuk penyembuhan yang cepat.
3. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa protocol M.E.A.T penting
untuk meningkatkan aliran darah untuk merangsang pemulihan cedera
ligamen dan tendon, sedangkan untuk cedera pada otot lebih baik jika
menggunakan R.I.C.E.
18

DAFTAR PUSTAKA

Bahr, R. and I. Holme (2003). "Risk factors for sports injuries—a methodological
approach." British journal of sports medicine 37(5): 384.
Dresden,Danielle. 2018.What is the RICE method for injuries?. Medical news
today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/321469 (diakses pada
11 september 2020)
Eustice, Catrol,. 2020. R.I.C.E. Treatment for Acute Musculoskeletal Injury.
Verywell health. https://www.verywellhealth.com/what-is-rice-190446
(diakses 12 september 2020)
Garber, Eryn and Gizzi Morgan,. 2018. Technical Training and Sports. University
of Delaware. https://sites.udel.edu/coe-engex/2018/02/21/r-i-c-e-may-not-
be-all-its-cooked-up-to-be-for-injury-rehabilitation/ (diakses pada 11
september 2020)
Gleim, G. W. and M. P. McHugh (1997). "Flexibility and its effects on sports
injury and performance." Sports Medicine 24(5): 289‐299.
Hauser, Ross. 2017. Rest ice compression elevation | Rice Therapy and Price
Therapy. Caring medical. https://www.caringmedical.com/prolotherapy-
news/rest-ice-compression-elevation-rice-therapy/amp/ (diakses 13
september 2020) Hing, W., Reid, D., Hume, P. Comparison of multimodal
physiotherapy and “R.I.C.E.” self treatment for early management of ankle
sprains. New zealand journal of physiotherapy. 2011.hal 13-16.
Meeuwisse, W. H. (1994). "Assessing causation in sport injury: a multifactorial
model." Clinical Journal of Sport Medicine 4(3): 166.
Stevenson, M. R., P. Hamer, et al. (2000). "Sport, age, and sex specific incidence
of sports injuries in Western Australia." British journal of sports medicine
34(3): 188. Van Mechelen, W., H. Hlobil, et al. (1992). "Incidence,
severity, aetiology and prevention of sports injuries. A review of
concepts." Sports Medicine (Auckland, NZ) 14(2): 82.
Straus, Lindsey Barton. 2014. P.R.I.C.E. Is Right First Aid For Muscle and Joint
Sports Injuries. Momsteam the trusted sourch of sports parents
19

https://www.momsteam.com/health-safety/general-safety/first-
aid/P.R.I.C.E.-protection-rest-ice-compression-and-elevation-rice-first-aid-
sports-injury&usg=ALkJrhgLXmQX9HXfazUtiWzRsyY0rREdBQ
(diakses pada 13 september 2020)
20

KUMPULAN SOAL

1. Mengompres area yang cidera jika terjadi trauma dengan prinsip tidak
boleh menyentuh langsung ke kulit adalah penerapan dari metode....
A. Elevation
B. Compression
C. Rest
D. Ice
E. PRICE dan RICE
2. Pada metode PRICE protection berfungsi sebagai..
A. melindungi area yang berpotensi akan terjadinya cidera olahraga
sesuai dengan jenis olahraga
B. melindungi area yang tidak berpotensi akan terjadinya cidera
olahraga sesuai dengan jenis olahraga
C. melindungi area yang terjadi cidera
D. melindungi seluruh anggota badan
E. melindungi area persendian AGA dan AGB
3. Andi merupakan seorang pesepak bola, satu hari yang lalu andi
mengalami cidera ankle dextra, dengan keluhan bengkak, nyeri, dan
terbatasnya lingkup gerak sendi. Apakah pelaksanaan terapi yang tepat
untuk kasus tersebut..
A. Ice
B. Ice, compression, elevation
C. Elevation
D. Protection, rest, ice, compration, elevation
E. Rest, ice, compration, elevation
4. 1) bebas rasa sakit, dapat melakukan berbagai gerakan full ROM,
2) kekuatan otot yang berbeda dibandingkan dengan sisi yang sehat;
3) memar dan bengkak tidak menghilang;
4) keseimbangan yang sama dibandingkan dengan sisi yang tidak
terluka (jika itu adalah cedera tubuh bagian bawah);
21

5) tidak ada sisa bejalan defisit gait.


Dari pernyataan tersebut manakah yang merupakan syarat seorang
boleh kembali lagi bermain dilapangan..
a. 1 saja
b. 4 saja
c. 1,2,3
d. Semua benar
e. 1 & 4
5. Protocol yang dinilai lebih optimal untuk menangani cedera akut pada
olahraga selain PRICE adalah …
a. RICE d. POLICE
b. Acute Management Injury e. Movement
c. Massage
6. Prinsip yang membedakan antara RICE dengan POLICE adalah …
a. Ice d. Imobilisasi
b. Compression e. Optimal Loading
c. Elevation
7. Prinsip penanganan pada cedera akut yang bertujuan untuk
mengurangi nyeri akut adalah …
a. Ice d. Protect
b. Compression e. Optimal Loading
c. Elevation
8. Mengapa pada kondisi cedera akut tidak disarankan untuk beristirahat
lama?
a. Karena akan mengurangi nyeri dan bengkak
b. Karena akan mempercepat proses penyembuhan
c. Karena mengakibatkan perubahan biomekanik pada jaringan yang
merugikan
d. Karena akan mengakibatkan vaskularisasi di daerah cedera akan
meningkat
e. Karena membuat kekuatan otot relative tetap
22

9. Protocol yang berisi menghindari penggunaan obat-obat anti inflamasi


adalah…
a. Protect
b. Elevate
c. Compression
d. Avoid
e. Load
10. Protocol yang dilaksanakan setalah 7 hari cedera adalah
a. RICE
b. POLICE
c. PEACE
d. LOVE
e. PRICE
11. Pada prisip PEACE, membatasi gerakan setelah terjadinya cidera
dilakukan guna untuk mengurangi resiko terjadinya cidera ulang dan
memperparah cidera. Hal ini dilakukan selama…
a. 1-2 minggu
b. 1-2 hari
c. 1-3 hari
d. 1-2 jam
e. 1-6 hari
12. Berikut mengapa pada protocol PEACE tidak terdapat penggunaan ice
untuk penanganan cidera akut pada gangguan musculoskeletal,
kecuali…
a. Ice berpotensi mengganggu vasokontriksi pada darah
b. Ice berpotensi mengganggu proses inflamasi
c. Ice berpotensi menunda angiogenesis dan revaskularisasi,
d. Ice berpotensi menunda infiltrasi neutrofil dan makrofag sebagai
serta meningkatkan myofiber yang belum matang.
e. Ice dapat menyebabkan gangguan perbaikan jaringan dan sintesis
kolagen yang berlebihan.
23

13. Protokol M.E.A.T terdiri dari …


a. Movement, Elevation, Analgesia, Treatment
b. Movement, Exercise, Action, Treatment
c. Movement, Exercise, Analgesia, Tens
d. Movement, Exercise, Analgesia, Treatment
e. Movement, Elevation, Analgesia, Tens
14. M.E.A.T cocok digunanakan untuk cidera akut pada …
a. Tulang
b. Ligamen
c. Otot
d. Kapsul sendi
e. Meniscus
15. Mengurangi pembentukan serat kolagen yang tidak selaras (jaringan
parut) adalah tujuan dari …
a. Elevation
b. Rest
c. Movement
d. Analgesia
e. Treatment
16. Berikut ini adalah pereda nyeri alami, kecuali …
a. Ketumbar
b. Kunyit
c. Jahe
d. Boswellia
e. Magnesium
17. Tujuan utama dari protocol M.E.A.T adalah
a. Mengurangi aliran darah
b. Meredakan nyeri
c. Mengurangi inflamasi
d. Mengurangi pembengkakan
e. Meningkatkan aliran darah
24

18. Jenis cedera akut yang sering terjadi pada atlet adalah

a. Trauma akut dan overuse

b. Fraktur

c. Rubor

d. Dolor

e. Tumor

19. Fase yang terjadi mulai dari 72 jam hingga 4-6 minggu setelah cedera
merupakan fase?
a. Fase inflamasi
b. Fase remodeling
c. Fase regenerasi atau perbaikan
d. Fase penyembuhan
e. Fase pertumbuhan
20. cedera yang disebabkan adanya peregangan yang berlebihan sehingga
terjadi cedera pada ligamen

a. Sprain

b. Strain

c. Fraktur

d. Spasme

e. Dislokasi

21. terdapat robekan pada otot maupun tendon. Tahap ini menimbulkan
rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan kekuatan otot?

a. Strain tingkat 2

b. Strain tingkat 3

c. Sprain tingkat 2

d. Sprain tingkat 3

e. Strain tingkat 1
25

Anda mungkin juga menyukai