Anda di halaman 1dari 26

PEMERIKSAAN DAN

PENGUKURAN
ANTROPOMETRI
Pengertian antropometri
 Antropometriadalah ilmu dalam
pengukuran komposisi tubuh manusia dan
bagian-bagiannya  menggambarkan
dimensi tubuh :
 Tinggi
 Berat

 Lingkar tubuh

 Komposisi lemak tubuh


Manfaat pengukuran antropometri

 Kesehatan
 Olah raga
 Design pakaian
 Ergonomi
 Arcitektur
Keuntungan pemeriksaan antropometri :

 Pemeriksaan
dan pengukuran Antropometri
merupakan metode noninvasive, murah dan
mudah untuk dilaksanakan, untuk
memperkirakan komposisi badan.
Kerugian :
Ketepatan antar pemeriksa yang berbeda
akan menghasilkan nilai yang berbeda
Hasil pengukuran harus :
 Validitas adalah suatu pengukuran yang betul-betul
mengukur apa yang seharusnya diukur.

 Reliabilitas adalah suatu rentangan dimana hasil-hasil


pengukuran selalu dapat diperbandingkan setiap kali
dilakukan pengetesan ulang oleh siapapun.

 Objektifitas adalah pelaporan hasil pengukuran yang


tanpa disertai penyimpangan, akibat adanya pendapat
atau perasaan pribadi pengukur (pemeriksa).
Tujuan pengukuran antropometri
 Untuk memeriksa status nutrisi protein-energi
seseorang yang mengalami kelainan komposisi
tubuh (mass disorder) maupun adanya kelainan
masa otot
Pengukuran antropometri
 Persentase berat badan
 Indeks Masa Tubuh (IMT)
 Pengukuran lingkar segmen tubuh
 Pengukuran panjang anggota gerak tubuh
 Pengukuran tebal lemak tubuh (skinfold
Thickness)
 Dsb.
Berat badan ideal (Brocca)
 BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100 )
 Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%
 Bila > 10% sudah kegemukan dan
 Bila > 20% sudah terjadi obesitas
Contoh :
 wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg
 BB ideal = (161 – 100) – 10% (161 – 100)
= 61 – 6,1 = 54,9 (55 kg)
 BB 58 kg masih dalam batas normal > 10%
Indeks Masa Tubuh (IMT)
 Rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat

BB (Kg)
IMT =
TB2 (m)
Sumber : Azwar Azrul, Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan, seminar Kesehatan obesitas, FKM UI, 2004.

Status Gizi Wanita Pria


Normal 17 -23 18 –25
Lebih 23 – 27 25 - 27
Obesitas > 27 > 27
Sumber : Kusmana Dede, Olah Raga Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung, FKUI, edisi ke-2, 2006.

Normal Lebih Obesitas


≤ 25 26 - 29 ≥ 30
 Bb = 89 KG
 Tb = 171 cm
 BMI = 89/(1.71)2
 89/2.9241
 30.436716
Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998)

Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas

Rendah (tetapi resiko terhadap


Underweight < 18.5 kg/m2 masalah-masalah klinis lain
meningkat)
Batas Normal 18.5 - 24.9 kg/m2 Rata-rata

Overweight:  25

Pre-obese 25.0 – 29.9 kg/m2 Meningkat


Obese I 30.0 - 34.9kg/m2 Sedang
Obese II 35.0 - 39.9 kg/m2 Berbahaya

Obese III  40.0 kg/m2 Sangat Berbahaya

Sumber : PT. Roche Indonesia, thn 2000


Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan BMI
pada Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Kategori BMI (kg/m2) Risk of Co-morbidities


Rendah (tetapi resiko terhadap
Underweight < 18.5 kg/m2 masalah-masalah klinis lain
meningkat)
Batas Normal 18.5 - 22.9 kg/m2 Rata rata
Overweight:  23
At Risk 23.0 – 24.9 kg/m2 Meningkat
Obese I 25.0 - 29.9kg/m2 Sedang
Obese II > 30.0 kg/m2 Berbahaya

Sumber : PT. Roche Indonesia, thn. 2000


Pengukuran panjang otot
 Pengukuran panjang otot ini menggunakan ukuran lingkup
gerak sendi.

 Otot yang diukur diposisikan memanjang maksimal secara


pasif ( sendi digerakan ke arah berlawanan dengan arah
kerja tarikan otot)

 Kemudian kita lihat apakah LGS sendinya penuh atau tidak

 Bila LGS tidak penuh salah satu penyebabnya bisa karena


panjang otot yang tidak normal (memendek).
Pengukuran lingkar segmen tubuh
 Dengan mengukur lingkar anggota gerak
kita bisa mengetahui ada tidaknya atrofi
otot, pembengkakan dan lain-lain.

 Pada prinsipnya pengukuran lingkar


anggota gerak dilakukan dengan
menggunakan meteran (met line)
Tempat yang diukur
1. Lingkar lengan atas
Titik patokan : acromion
2. Lingkar lengan bawah
titik patokan : epicondylus lateralis
3. Lingkar tangan
4. Lingkar tungkai atas
titik patokan : SIAS
5. Lingkar tungkai bawah
titik patokan : tuberositas tibia
6. Lingkar kaki
titik patokan : maleolus
7. Lingkar panggul
Ukur dengan melewati kedua SIAS
Pengukuran panjang anggota gerak
tubuh ( panjang segmental)
 Dalam pengkajian fisioterapi penting dilakukan
pengukuran panjang anggota tubuh, terutama
ekstremitas bawah, karena perbedaan panjang anggota
gerak bawah selalu menimbulkan cacat statik scoliosis.
 True length tungkai : diukur dari SIAS s/d maleolus
medialis melalui patella
 Bone length tungkai : diukur dari trochantor mayor s/d
tuberositas tibia
 Apperence length : diukur dari umbilicus ke maleolus
lateralis melalui patella
Katagori ukuran panjang tungkai
 Pengukuran panjang tungkai anatomis adalah
jarak lurus antara trochantor major dengan
malleolus medialis atau lateralis

 Pengukuran panjang tungkai fungsional adalah


jarak antara umbilicus dengan malleolus
medialis
Pengukuran tebal lemak tubuh (skinfold
Thickness) dg kaliper
 Tubuh membutuhkan minimum kadar lemak tubuh
untuk menjaga kesehatan.
 Untuk pria diperkirakan lemak tubuh 3-5% dari BB.
 Sedangkan pada wanita 12-15% dari BB.
Pengukuran prosentase lemak tubuh :
 Pola 4 (empat) tempat (pria/wanita)
 Pola 3 (tiga) tempat :
 Pria

 Wanita

 Teknik pelaksanaan pengukuran lemak kulit (skinfold)


Pola 4 (empat) tempat
 Daerah Biceps permukaan anterior ditengah-tengah antara axilla
dengan fossa cubiti. (skin fold secara vertical)

 Daerah Triceps bagian tengah upper arm pada permukaan kulit


triceps, diantara permukaan superior shoulder dengan olecranon.
Pada pengukuran ini posisi siku extensi dan lengan bawah relax.
(skin fold secara vertical)

 Daerah Subscapular pengukuran dilakukan pada garis diagonal


antara vertebra dengan angulus inferior scapula kira-kira 1-2 Cm.
(skin fold secara diagonal)

 Daerah Suprailiaca diambil secara diagonal diatas crista os ilii,


garis imajiner diambil dari axilla kearah os femur dan pengukuran
dilakukan antara 2-3 Cm didepan garis tersebut. (skin fold secara
diagonal)
Pola 4 (empat) tempat

Sumber : Harpenden Home Page


Pola 3 (tiga) tempat
 Pria :
1. Daerah dada (Chest/juxta-nipples) pengukuran diambil
secara diagonal antara axilla kearah nipple (kira-kira ¾
bagian garis kearah nipple). (garis axilla diambil dari
bagian superior lengan atas pada posisi lengan rapat
dengan dada dan menggantung).
2. Daerah perut (abdominal) pengukuran diambil secara
vertical 2 Cm disisi lateral dari umbilicus.
3. Daerah paha (thigh) diambil secara vertical pada
permukaan anterior paha, ditengah-tengah antara sendi
panggul dengan lutut, tungkai harus lurus dan relax.
Pola 3 (tiga) tempat/Pria

Sumber : Harpenden Home Page


Pola 3 (tiga) tempat
 Wanita :

1.Daerah triceps pengukuran diambil secara vertical dipertengahan


lengan atas pada permukaan triceps, yaitu pada pertengahan garis
antara processus acromion (bag. Proximal shoulder) dengan
processus olecrani. (siku extensi dan lengan bawah relax).
2.Daerah suprailiaca pengukuran diambil secara diagonal diatas
crista iliaca didepan garis imajiner yang diatarik dari axilla kearah
tulang paha, skin fold dilakukan antara 2-3 Cm dibagian depan.
3.Daerah paha (thigh) diambil secara vertical pada permukaan
anterior paha, ditengah-tengah antara sendi panggul dengan lutut,
tungkai harus lurus dan relax.
Pola 3 (tiga) tempat/Wanita

Sumber : Harpenden Home Page


Cara menghitung persentase kadar
lemak tubuh
 Jumlahkan seluruh hasil pengukuran kemudian dikalikan
dengan nilai persentase lemak tubuh yang ada di tabel
CONTOH : Hasil Skin fold :
 Nama : A, Umur : 28 th, Triceps : 17 mm
 Jenis Kelamin : Wanita Biceps : 4 mm
 Berat Badan : 60 Kg Subscapula : 14 mm
Supra Illiaca: 20 mm

 Total lemak : 55 mm  ..\..\asuhan ft\Makalah Pelatihan\antropometri Waluyo\Tabel Tabel Persentase lemak Tubuh.doc

 Persentase lemak : 27,8 %

 Total lemak tubuh : 27,8 % X 60 Kg = 16,68 Kg


 Berat badan tanpa lemak : 60 Kg – 16,68 Kg = 43,32 Kg

Anda mungkin juga menyukai