TENDINITIS PATELLA
Disusun Oleh:
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sendi lutut merupakan sendi engsel dengan gerakan utama fleksi dan ekstensi. Pembatasan gerak
menyebabkan sendi lutut mudah mengalami trauma. Ditambah lagi, sendi lutut terus menerus mengalami
stress karena menumpu berat badan (Jeffery dkk, 2002). Stress yang terjadi pada sendi lutut dapat
menyebabkan terjadinya peradangan pada tendon. Terdapat tiga jenis peradangan tendon pada lutut yaitu
tendinitis quadriceps, tendinitis patellaris, dan tendinitis popliteus.
Tendinitis patellaris adalah peradangan pada tendon patella yang disebabkan penggunaan tendon yang
berlebih selama beraktivitas. Kontraksi otot yang berulang dapat menyebabkan ketegangan tendon
sehingga tendon mengalami peradangan (Darrow, 2002). Stress pada tendon patella yang terjadi secara
terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan komplit atau ruptur pada tendon (Brent dan Kevin, 2003).
Berdasarkan survei pada tahun 2006-2007 oleh Utomo dan Damayanti cidera sendi lutut 62%
disebabkan karena kecelakaan lalu lintas dan 38% disebabkan cidera olahraga. Dalam artikel yang dimuat
dari sebuah pelatihan fisioterapi Afrika tahun 2005 oleh Mike Hagen, salah satu cidera olahraga yang
sering terjadi adalah tendinitis patellaris atau sering disebut jumper’s knee dengan prosentase sebanyak
25-31%, sedangkan sisanya adalah cidera ligament. Jurnal sport medic tahun 2001 menyatakan nyeri
tendon pada atletkhususnya jumping athletes paling sering terjadi di atas patella sebanyak 25%, tepat
dibawah patella 65%, dan 10% pada insertio tendon di tuberositas tibia.
Beberapa gangguan yang mungkin muncul akibat tendinitis patellaris adalah nyeri disekitar lutut terutama
di bagian bawah patella, oedema, kemerahan, perubahan suhu lokal, keterbatasan gerak, keterbatasan
aktivitas dan penurunan fleksibilitas otot. Fleksibilitas otot yang baik menyediakan jangkauan gerak sendi
yang lebih luas (Nelson A. G. dan Jouko K, 2007).Gangguan tersebut dapat diatasi menggunakan
beberapa modalitas fisioterapi diantaranya IR, TENS, dan Terapi Latihan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Tendinitis Patella?
2. Bagaimana patofisiologi dari Tendinitis Patella?
3. Bagaimana Peran Fisioterapi pada Olahraga?
4. Bagaimana Peran Fisioterapi pada Kasus Cidera Tendinitis Patella?
1.3. Batasan Masalah
Seperti yang kita ketahui ftendinitis sangat banyak terjadi pada saat ini.Karena pembahasan tentang
tendinitis sudah sangat banyak maka kami membatasi masalah hanya tentang peran fisioterapi pada kasus
tendinitis patella.
1.4. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan agar penulis dan pembaca mengetahui lebih dalam lagi tentang apa peran
fisioterapi pada kasus tendinitis patella.
1.5. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai tendinitis patella.
2. Bagi Pembaca
Dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan memberikan wawasan untuk para
pembaca, sehingga yang tidak tahu menjadi tahu apa itu tendinitis patella.
BAB II
ISI
Tendinitis patellaris adalah peradangan pada tendon patella yang disebabkan penggunaan tendon
yang berlebih selama beraktivitas. Kontraksi otot yang berulang dapat menyebabkan ketegangan tendon
sehingga tendon mengalami peradangan (Darrow, 2002). Menurut Brent dan Kevin (2003) tendinitis
terjadi pada seseorang yang memiliki aktivitas berlebih separti berlari, melompat, bersepeda, dll. Kondisi
ini lebih beresiko pada pasien yang memiliki berat badan berlebih dan sering beraktivitas naik turun
tangga serta jongkok setiap hari. Hal ini disebabkan karena beban yang diterima knee joint akan
didistribusikan ke meniscus dan beberapa jaringan disekitar sendi termasuk otot dan tendon. Apabila
beban knee joint berlebih, otot dan tendon akan bekerja ekstra sehingga dapat menyebabkan peradangan.
Tendinitis patellaris biasanya terjadi karena overuse dan pembebanan pada tendon patella
sebelum tendon cukup kuat untuk menghendel stress. Overusemengakibatkan microtear (sobekan kecil)
pada tendon yang menyebabkan peradangan. Pada masa akut akan timbul bengkak, kemerahan, suhu
lokal meningkat dan daerah sekitar patella mungkin sensitif saat di tekan. Nyeri pada tendon patella
dirasakan tepat dibawah patella atau nyeri pada insertiodari tendon patella di tuberositas tibia. Kondisi
stress pada tendon patellayang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan komplit atau
ruptur pada tendon (Brent dan Kevin, 2003).
Tendinitis patellaris terjadi akibat dari penarikan yang berulang-ulang pada tendon patella atau
peningkatan intensitas dan frekuensi latihan secara tibatiba. Tarikan yang berulang mengakibatkan
robekan kecil sehingga menimbulkan nyeri pada tendon ( tenno osseous junction). Keadaan ini kemudian
mengakibatkan inflamasi dan nyeri sebagai keluhan utama. Tarikan yang berulang pada tendon berpotensi
menjadi sprain injury dengan proses penyembuhan yang lebih lambat karena kurangnya suplay darah.
Adanya trauma atau kontraksi mm.quadriceps femoris yang berulang – ulang akan meimbulkan
tarikan pada tendon patella yang menyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan mekanis jaringan oleh
karena effek mekanik. Adanya kerusakan jaringan akan merangsang serabut saraf bermyelin tipis yaitu
saraf afferent tipe III b dan saraf tipe IV yang kemudian menghantarkan impuls ke ganglion dorsalis dan
masuk ke medulla spinalis melalui cornu dorsalis yang kemudian dibawa ke level SSP yang lebih tinggi
melalui traktus spinotalamikus. Timbulnya rangsangan pada ganglion dorsalis akan memicu pelepasan zat
– zat iritan P substance yang akan membebaskan prostaglandin dan diikuti juga dengan pembebasan
bradikinin , potasium ion, serotonin yang merupakan noxious atau chemical stimuli yang akan
merangsang terjadinya inflamasi pada area yang mengalami kerusakan. Sementara itu , impuls nociseptic
yang sampai ke cortex somato sensorik dan limbik sistem akan di interpretasikan sebagai nyeri.
Teknologi intervensi fisioterapi yang saya pilih dalam kasus tendinitis patella adalah Ultra Sound,
1. Ultra Sound
a. Efek Mekanik
Gelombang suara masuk ke dalam jaringan tubuh, maka efek yang pertama yang terjadi di dalam
tubuh adalah efek mekanik. Gelombang Ultra Sound menimbulkan adanya peregangan dan pemampatan di
dalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari Ultra Sound. Oleh karna itu terjadilah
adanya variasi tekanan di dalam jaringan.Jadi adanya variasi tekanan inilah, kemudian timbul efek mekanik
yang lebih dikenal dengan istilah micromassage adanya variasi-variasi tekanan tersebut akan menimbulkan.
b. Efek Panas
Micromassage yang ditimbulkan oleh Ultra Soundakan menimbulkan efek panas dalam jaringan.
Efek panas yang diperoleh adalah tidak sama untuk setiap jaringan, ini tergantung dari beberapa factor yang
dapat ditentukan seperti bentuk aplikasi Ultra Sound( continue dan intermitten ), intensitas dan lamanya
terapi.
c. Efek-efek Biologis
Terjadinya vasodilatasi pembuluh darah yang diakibatkan oleh adanya reaksi terhadap efek panas.
2) Relaksasi otot
Perbaikan sirkulasi darah akan dapat menyebabkan terjadinya relaksasi otot, oleh karena zat-zat
pengiritasi jaringan akan diangkut. Disamping itu vibrasi Ultra Sound dapat mempengaruhi serabut saraf
Telah dapat ditunjukkan bahwa getaran Ultra Sound dapat memperbaiki proses regenerasi pada
berbagai macam jaringan. Ini karena kekuatan mekanik Ultra Sound dapat menyebabkan gerakan-gerakan
Nyeri dapat dikurangi dengan menggunakan ultrasound, selain dipengaruhi oleh efek panas juga
berpengaruh langsung pada saraf.Hal ini disebabkan oleh karena gelombang pula dengan intensitas rendah
sehingga dapat menimbulkan pengaruh sedative dan analgesi pada ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga
diperoleh efek terapeutik berupa pengurangan nyeri sebagai akibat blockade aktivitas pada HPC melalui
2. TENS
. TENS adalah rangkaian arus listril atau arus transcutaneus yang dihasilkan oleh perangkat untuk
merangsang syaraf yang bertujuan mengurangi nyeri. Pengurangan nyeri dengan menggunakan TENS
dilakukan dengan teori gerbang kontrol (Parjoto, 2006).
TENS : pasien tidur telentang dengan nyaman di bed. Pasang pad
electroda secara di lutut atur waktu sekitar 10 menit dengan intensitas
20 ppd.
3. MWD
MWD adalah gelombang elektromagnetik yang memiliki frekuensi yang tinggi dan penjang
gelombang yang lebih pendek. Frekuensinya mencapai 300 MHz hingga 300 GHz, dan panjang
gelombangnya 1mm hingga 1m. MWD dapat langsung menembus ke jaringan dan mudah untuk diserap
oleh jaringan pembuluh darah (Singh, 2009).
MWD : pasien tidur telentang dengan nyaman di bed. Posisikan electroda dibagian yang mengalami nyeri
beri jarak dengan tubuh kurang lebih 10 cm, atur waktu kira-kira 15 menit.
4. Terapi latihan
Terapi latihan adalah sistem kinerja tubuh yang direncanakan untuk membantu pasien/klien dalam
pemulihan atau mencegah gangguan, meningkatkan fungsi fisik, mencegah atau mengurangi faktor resiko
yang berhubungan dengan kesehatan. Pada uraian ini penulis membahas macam dan teknik latihan yakni :
b. Eccentrik Exercise
Excentrik adalah suatu kontraksi otot dimana ujung-ujung otot saling menjahui. Dan eccentric
exercise adalah latihan yang dilakukan pada daerah lutut dimana latihan-latihan ini menempatkan banyak
gaya pada tendon patella. Latihan ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara memperkuat otot-
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manfaat dari TENS dan MWD dalam kasus ini adalah untuk mengurangi nyeri. TENS diharapkan
dapat untuk memblokir nyeri yang dibawa oleh nosiseptor ke sel transmisi (sel T) yang membawa impuls
nosiseptif ke otak. MWD diharapkan dapat merileksasikan otot sehingga akan terjadi vasodilatasi yang
akan menyebabkan peredaran darah pengangkut zat P akan lancar.Resisted active movement diharapkan
dapat untuk meningkatkan kekuatan otot. Saat otot berkontraksi dan diberikan tahanan maka otot akan
beradaptasi sengan meningkatkan kekuatan otot akibat hasil adaptasi syaraf dan peningkatan serat otot.
2. Saran
Semoga dengan adanya penelitian tentang tendinitis patellaris beserta intervensi fisioterapi ini akan
http://zulmiadetia.blogspot.com/2016/10/peran-fisioterapi-pada-cedera-olahraga.html?m=1
http://eprints.ums.ac.id/30736/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
https://adeputrasuma.blogspot.com/2013/07/tendinitis-patella.html?m=1