Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TENDINITIS PATELLA

Disusun Oleh:

KURNIA DYAH PRATAMA


17.032

AKADEMI FISIOTERAPI RS TK II DUSTIRA


Jl. Dustira No.1, Baros, Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat 40521
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Tendinitis
Patellah”. Makalah ini berupa bahan minimal yang bertujuan untuk menunjang pengetahuan materi
perkuliahan Musculosceletal dan guna melengkapi tugas. Demikian pula terdapat isyarat bahwa semua
jenis ilmu berasal dari allah SWT. Setiap manusia pemilik ilmu diharapkan mengenal sumber ilmunya,
dan meski kembali serta bersyukur kepada-nya.Penyelesaian makalah ini, dengan penuh keyakinan
karena ilmu karunia Allah SWT.Maka sangat lah pantas di sampaikan rasa syukur yang tulus atas
karunia-nya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bimbingan serta bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan teima kasih kepada teman-teman yang
telah banyak memberikan banyak masukan, terima kasih kepada Penulis-penulis handal yang bukunya
telah menjadi sumber makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
apa yang dikatakan sempurna. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
dari bebagai pihak demi kesempunaan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat Bagi penulis maupun
pembaca.

Bandung, Agustus 2019

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sendi lutut merupakan sendi engsel dengan gerakan utama fleksi dan ekstensi. Pembatasan gerak
menyebabkan sendi lutut mudah mengalami trauma. Ditambah lagi, sendi lutut terus menerus mengalami
stress karena menumpu berat badan (Jeffery dkk, 2002). Stress yang terjadi pada sendi lutut dapat
menyebabkan terjadinya peradangan pada tendon. Terdapat tiga jenis peradangan tendon pada lutut yaitu
tendinitis quadriceps, tendinitis patellaris, dan tendinitis popliteus.
Tendinitis patellaris adalah peradangan pada tendon patella yang disebabkan penggunaan tendon yang
berlebih selama beraktivitas. Kontraksi otot yang berulang dapat menyebabkan ketegangan tendon
sehingga tendon mengalami peradangan (Darrow, 2002). Stress pada tendon patella yang terjadi secara
terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan komplit atau ruptur pada tendon (Brent dan Kevin, 2003).
Berdasarkan survei pada tahun 2006-2007 oleh Utomo dan Damayanti cidera sendi lutut 62%
disebabkan karena kecelakaan lalu lintas dan 38% disebabkan cidera olahraga. Dalam artikel yang dimuat
dari sebuah pelatihan fisioterapi Afrika tahun 2005 oleh Mike Hagen, salah satu cidera olahraga yang
sering terjadi adalah tendinitis patellaris atau sering disebut jumper’s knee dengan prosentase sebanyak
25-31%, sedangkan sisanya adalah cidera ligament. Jurnal sport medic tahun 2001 menyatakan nyeri
tendon pada atletkhususnya jumping athletes paling sering terjadi di atas patella sebanyak 25%, tepat
dibawah patella 65%, dan 10% pada insertio tendon di tuberositas tibia.
Beberapa gangguan yang mungkin muncul akibat tendinitis patellaris adalah nyeri disekitar lutut terutama
di bagian bawah patella, oedema, kemerahan, perubahan suhu lokal, keterbatasan gerak, keterbatasan
aktivitas dan penurunan fleksibilitas otot. Fleksibilitas otot yang baik menyediakan jangkauan gerak sendi
yang lebih luas (Nelson A. G. dan Jouko K, 2007).Gangguan tersebut dapat diatasi menggunakan
beberapa modalitas fisioterapi diantaranya IR, TENS, dan Terapi Latihan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Tendinitis Patella?
2. Bagaimana patofisiologi dari Tendinitis Patella?
3. Bagaimana Peran Fisioterapi pada Olahraga?
4. Bagaimana Peran Fisioterapi pada Kasus Cidera Tendinitis Patella?
1.3. Batasan Masalah
Seperti yang kita ketahui ftendinitis sangat banyak terjadi pada saat ini.Karena pembahasan tentang
tendinitis sudah sangat banyak maka kami membatasi masalah hanya tentang peran fisioterapi pada kasus
tendinitis patella.
1.4. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan agar penulis dan pembaca mengetahui lebih dalam lagi tentang apa peran
fisioterapi pada kasus tendinitis patella.
1.5. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai tendinitis patella.
2. Bagi Pembaca
Dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan memberikan wawasan untuk para
pembaca, sehingga yang tidak tahu menjadi tahu apa itu tendinitis patella.
BAB II
ISI

2.1 Definisi Tendinitis Patella

Tendinitis patellaris adalah peradangan pada tendon patella yang disebabkan penggunaan tendon
yang berlebih selama beraktivitas. Kontraksi otot yang berulang dapat menyebabkan ketegangan tendon
sehingga tendon mengalami peradangan (Darrow, 2002). Menurut Brent dan Kevin (2003) tendinitis
terjadi pada seseorang yang memiliki aktivitas berlebih separti berlari, melompat, bersepeda, dll. Kondisi
ini lebih beresiko pada pasien yang memiliki berat badan berlebih dan sering beraktivitas naik turun
tangga serta jongkok setiap hari. Hal ini disebabkan karena beban yang diterima knee joint akan
didistribusikan ke meniscus dan beberapa jaringan disekitar sendi termasuk otot dan tendon. Apabila
beban knee joint berlebih, otot dan tendon akan bekerja ekstra sehingga dapat menyebabkan peradangan.
Tendinitis patellaris biasanya terjadi karena overuse dan pembebanan pada tendon patella
sebelum tendon cukup kuat untuk menghendel stress. Overusemengakibatkan microtear (sobekan kecil)
pada tendon yang menyebabkan peradangan. Pada masa akut akan timbul bengkak, kemerahan, suhu
lokal meningkat dan daerah sekitar patella mungkin sensitif saat di tekan. Nyeri pada tendon patella
dirasakan tepat dibawah patella atau nyeri pada insertiodari tendon patella di tuberositas tibia. Kondisi
stress pada tendon patellayang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan komplit atau
ruptur pada tendon (Brent dan Kevin, 2003).

2.2 Patofisiologi Tendinitis Patella


Tendinitis Infra patellaris / Jumper’s knee adalah cidera karena penggunaan berlebihan (overuse)
dari tendon patella. Tendon patella memainkan peran yang sangat penting pada gerak dan fungsi tungkai.
Diantaranya yaitu membantu otot-otot paha untuk meluruskan tungkai bawah sehingga memungkinkan
seseorang untuk dapat melakukan gerakan seperti menendang bola , menekan pedal sepeda , dan
melompat ke udara.

Tendinitis patellaris terjadi akibat dari penarikan yang berulang-ulang pada tendon patella atau
peningkatan intensitas dan frekuensi latihan secara tibatiba. Tarikan yang berulang mengakibatkan
robekan kecil sehingga menimbulkan nyeri pada tendon ( tenno osseous junction). Keadaan ini kemudian
mengakibatkan inflamasi dan nyeri sebagai keluhan utama. Tarikan yang berulang pada tendon berpotensi
menjadi sprain injury dengan proses penyembuhan yang lebih lambat karena kurangnya suplay darah.
Adanya trauma atau kontraksi mm.quadriceps femoris yang berulang – ulang akan meimbulkan
tarikan pada tendon patella yang menyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan mekanis jaringan oleh
karena effek mekanik. Adanya kerusakan jaringan akan merangsang serabut saraf bermyelin tipis yaitu
saraf afferent tipe III b dan saraf tipe IV yang kemudian menghantarkan impuls ke ganglion dorsalis dan
masuk ke medulla spinalis melalui cornu dorsalis yang kemudian dibawa ke level SSP yang lebih tinggi
melalui traktus spinotalamikus. Timbulnya rangsangan pada ganglion dorsalis akan memicu pelepasan zat
– zat iritan P substance yang akan membebaskan prostaglandin dan diikuti juga dengan pembebasan
bradikinin , potasium ion, serotonin yang merupakan noxious atau chemical stimuli yang akan
merangsang terjadinya inflamasi pada area yang mengalami kerusakan. Sementara itu , impuls nociseptic
yang sampai ke cortex somato sensorik dan limbik sistem akan di interpretasikan sebagai nyeri.

2.3 Peran Fisioterapi Pada Cidera Olahraga


Seorang sport physiotherapist harus bisa melakukan pemeriksaan dan diagnosa, pembuatan rencana
pemulihan dan juga melakukan treatment cedera olahraga. Salain itu bisa untuk membantu seseorang agar
meminimalisir risiko cedera dengan cara melakukan program pencegahan cedera (injury orevention) dan
pemulihan paska olahraga (recovery).
Maka dari itu seorang sport physiotherapist harus bisa mengetahui bagaimana seseorang ini mengalami
cedera (mechanism of injury) sehingga bisa membedakan antara cedera bersifattraumatic maupun overuse,
dan juga dibekali dengan kemampuan melakukan pemeriksaan fungsi gerak dasar, serta menganalisa faktor-
faktor risiko lainnya sehingga memudahkan dalam diagnosa dan merancang program pemulihannya.
Metode yang digunakan ialah penggunaan modalitas fisioterapi seperti
laser, ultrasound,electrical, stimulation, dan modalitas lainnya. Ditambah juga menggunakan manual
terapi (hands on) seperti mobilisasi sendi (joint mobilitation), soft tissue release, stretching, dan juga
menggunakan exercise therapy yang fungsional sesuai dengan olahraganya sehingga bisa return to
sport seperti strengthening (penguatan otot), stability exercise (latihan stabilisasi sendi),balance
propioseptic training (latihan saraf perasa gerak sendi), agility exercise (kelincahan) dan beberapa drill
return to sport. Ditambah dengan support lainnya seperti pemasangan taping dankinesiotaping juga
edukasi dengan pasien tentang bagaimana warm up dan stretching yang tepat sebelum dan sesudah
berolahraga, diharapkan semua akan bisa berolahraga dengan sehat dan nyaman.

2.4 Peran Fisiotrrapi Pada Kasus Cidera Tendinitis Patella


Fisioterapi yang merupakan salah satu profesi kesehatan yang bertanggungjawab terhadap
gangguan gerak dan kemampuan fungsional sangatlah berperan dalam menangani kondisi
tendinitis patellaris secara profesional.
Penanganan umum yang dapat dilakukan pada masalah-masalah yang dapat ditimbulkan oleh
tendinitis patella antara lain RICE, massage, latihan eksentrik quadriceps, dll.

Teknologi Intevensi Fisioterapi

Teknologi intervensi fisioterapi yang saya pilih dalam kasus tendinitis patella adalah Ultra Sound,

TENS, MWD, dan terapi latihan.

1. Ultra Sound
a. Efek Mekanik

Gelombang suara masuk ke dalam jaringan tubuh, maka efek yang pertama yang terjadi di dalam

tubuh adalah efek mekanik. Gelombang Ultra Sound menimbulkan adanya peregangan dan pemampatan di

dalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari Ultra Sound. Oleh karna itu terjadilah

adanya variasi tekanan di dalam jaringan.Jadi adanya variasi tekanan inilah, kemudian timbul efek mekanik

yang lebih dikenal dengan istilah micromassage adanya variasi-variasi tekanan tersebut akan menimbulkan.

b. Efek Panas

Micromassage yang ditimbulkan oleh Ultra Soundakan menimbulkan efek panas dalam jaringan.

Efek panas yang diperoleh adalah tidak sama untuk setiap jaringan, ini tergantung dari beberapa factor yang
dapat ditentukan seperti bentuk aplikasi Ultra Sound( continue dan intermitten ), intensitas dan lamanya

terapi.

c. Efek-efek Biologis

1) Meningkatkan sirkulasi darah

Terjadinya vasodilatasi pembuluh darah yang diakibatkan oleh adanya reaksi terhadap efek panas.

2) Relaksasi otot

Perbaikan sirkulasi darah akan dapat menyebabkan terjadinya relaksasi otot, oleh karena zat-zat

pengiritasi jaringan akan diangkut. Disamping itu vibrasi Ultra Sound dapat mempengaruhi serabut saraf

afferent secara langsung dan akibatnya adalah relaksasi otot.

3) Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan

Telah dapat ditunjukkan bahwa getaran Ultra Sound dapat memperbaiki proses regenerasi pada

berbagai macam jaringan. Ini karena kekuatan mekanik Ultra Sound dapat menyebabkan gerakan-gerakan

bebas molekul-molekul dalam jaringan tubuh.

4) Pengurangan rasa nyeri

Nyeri dapat dikurangi dengan menggunakan ultrasound, selain dipengaruhi oleh efek panas juga

berpengaruh langsung pada saraf.Hal ini disebabkan oleh karena gelombang pula dengan intensitas rendah

sehingga dapat menimbulkan pengaruh sedative dan analgesi pada ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga

diperoleh efek terapeutik berupa pengurangan nyeri sebagai akibat blockade aktivitas pada HPC melalui

serabut saraf tersebut.

Dasar dari pengurangan rasa nyeri diperoleh dari :

(1) Perbaikan sirkulasi darah dalam jaringan.

(2) Normalisasi dari tonus otot.


(3) Berkurangnya tekanan dalam jaringan.

(4) Bekurangnya derajad keasaman.

(5) Stimulasi pada serabut saraf afferent.

2. TENS
. TENS adalah rangkaian arus listril atau arus transcutaneus yang dihasilkan oleh perangkat untuk
merangsang syaraf yang bertujuan mengurangi nyeri. Pengurangan nyeri dengan menggunakan TENS
dilakukan dengan teori gerbang kontrol (Parjoto, 2006).
TENS : pasien tidur telentang dengan nyaman di bed. Pasang pad
electroda secara di lutut atur waktu sekitar 10 menit dengan intensitas
20 ppd.

3. MWD
MWD adalah gelombang elektromagnetik yang memiliki frekuensi yang tinggi dan penjang
gelombang yang lebih pendek. Frekuensinya mencapai 300 MHz hingga 300 GHz, dan panjang
gelombangnya 1mm hingga 1m. MWD dapat langsung menembus ke jaringan dan mudah untuk diserap
oleh jaringan pembuluh darah (Singh, 2009).
MWD : pasien tidur telentang dengan nyaman di bed. Posisikan electroda dibagian yang mengalami nyeri
beri jarak dengan tubuh kurang lebih 10 cm, atur waktu kira-kira 15 menit.

4. Terapi latihan

Terapi latihan adalah sistem kinerja tubuh yang direncanakan untuk membantu pasien/klien dalam

pemulihan atau mencegah gangguan, meningkatkan fungsi fisik, mencegah atau mengurangi faktor resiko

yang berhubungan dengan kesehatan. Pada uraian ini penulis membahas macam dan teknik latihan yakni :

Latihan streching, aktif dan latihan pasif.


a. Stretching
Streching adalah gerakan yang diberikan oleh adanya kekuatan dari luar, sedangkan penderita tetap dalam
keadaan rilex. Pada akhir ruang gerak dari sendi diberikan penekanan yang bertujuan untuk menambah
ROM.

b. Eccentrik Exercise
Excentrik adalah suatu kontraksi otot dimana ujung-ujung otot saling menjahui. Dan eccentric

exercise adalah latihan yang dilakukan pada daerah lutut dimana latihan-latihan ini menempatkan banyak

gaya pada tendon patella. Latihan ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara memperkuat otot-

otot quadriceps dan tendon patella.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Manfaat dari TENS dan MWD dalam kasus ini adalah untuk mengurangi nyeri. TENS diharapkan

dapat untuk memblokir nyeri yang dibawa oleh nosiseptor ke sel transmisi (sel T) yang membawa impuls

nosiseptif ke otak. MWD diharapkan dapat merileksasikan otot sehingga akan terjadi vasodilatasi yang

akan menyebabkan peredaran darah pengangkut zat P akan lancar.Resisted active movement diharapkan

dapat untuk meningkatkan kekuatan otot. Saat otot berkontraksi dan diberikan tahanan maka otot akan

beradaptasi sengan meningkatkan kekuatan otot akibat hasil adaptasi syaraf dan peningkatan serat otot.

2. Saran

Semoga dengan adanya penelitian tentang tendinitis patellaris beserta intervensi fisioterapi ini akan

memberikan manfaat terhadap fisioterapis maupun terhadap masyarakan penyuka olahraga.


DAFTAR PUSTAKA

http://zulmiadetia.blogspot.com/2016/10/peran-fisioterapi-pada-cedera-olahraga.html?m=1

http://eprints.ums.ac.id/30736/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

https://adeputrasuma.blogspot.com/2013/07/tendinitis-patella.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai