Abstrak
Keywords: Latar Belakang: Total Knee Replacement et causa Gonitis
Total Knee Tuberkulosis merupakan pergantian sendi lutut yang disebabkan oleh
Replacement (TKR); kerusakan sendi lutut yang terinfeksi bakteri mikobakterium
Gonitis Tuberculosa; tuberculosa. Pasca operasi pergantian sendi lutut akan menimbulkan
Fisioterapi; Terapi
rasa nyeri hebat dan keterbatasan dalam melakukan gerakan
Latihan
fungsional yang diakibatkan karena bekas luka sayatan dan adanya
oedema. Dengan pemberian intervensi fisioterapi berupa terapi
latihan/ exercise diharapkan rasa nyeri dan keterbatasan dalam
fungsional pada lutut dapat segera kembali normal. Tujuan: Tujuan
dari penatalaksanaan pada kasus ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian intervensi Fisioterapi berupa Terapi Latihan
dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada kondisi pasca
Total Knee Replacement et causa Gonitis Tuberkulosis di RSO Prof.
Dr. Soeharso Surakarta. Metode: Program ini dilakukan langsung
kepada responden dengan kondisi pasca Total Knee Replacement et
causa Gonitis Tuberkulosis dengan pemberian terapi sebanyak 3 kali
sesi terapi. Pengukuran kemampuan fungsional responden dilakukan
dengan Indeks Barthel. Hasil: Setelah dilakukan terapi sebanyak 3
kali didapatkan hasil peningkatan kemampuan fungsional yang
diukur melalui skor pada Indeks Barthel yaitu T0: 11 menjadi T3: 15.
Kesimpulan: Pemberian intervensi Fisioterapi berupa terapi
latihan/exercise pada kasus pasca Total Knee Replacement et causa
Gonitis terbukti dapat mengurangi keluhan berupa oedema, nyeri,
keterbatasan lingkup gerak sendi, dan penurunan kekuatan otot yang
berdampak pada peningkatan kemampuan fungsional responden.
978
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
979
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
gerak pasif ke arah gerak dan bidang gerak Januari 2019). Pengukuran kemampuan
yang dimiliki masing-masing sendi fungsional menggunakan indeks Barthel.
(Pristianto et al., 2018). Dalam latihan Keluhan yang muncul pada pasien
ini harus diperhatikan posisi klien dan menyebabkan penuruan kemampuan
fisioterapis serta handling pada region fungsional antara lain oedema, nyeri,
yang bergerak/digerakkan. penurunan LGS, dan kekuatan otot.
1.5. Gait re-training Pengukuran oedema dapat dilakukan
Gait re-training merupakan latihan dengan pengukuran antropometri girth and
jalan yang diberikan pada klien dengan volumetric test menggunakan metline.
tujuan mengembalikan kemampuan Pengukuran girth and volumetric test
berjalan sesuai dengan pola dan aktivasi merupakan pengukuran yang paling sering
otot yang tepat. Pada awal latihan perlu digunakan dalam mengukur dimensi tubuh
diberikan alat bantu berupa walker dengan manusia tentunya dengan membandingkan
pembebanan Partial Weight Bearing antara sisi yang diukur dengan sisi yang
(PWB). Latihan dilakukan sesuai sehat. Pemeriksaan nyeri menggunakan
skala Visual Analog Scale (VAS). Skala
dengan kemampuan pasien dan linier ini menggambarkan secara visual
tanyakan apakah ada keluhan pusing. gradasi tingkat nyeri yang diasakan pasien
Latihan jalan dilakukan disekitar tempat dengan tampilan garis sepanjang 10 cm.
tidur kemudian latihan ditingkatkan sejauh Tingkatan nilai VAS adalah 0 - <4 = nyeri
10 meter. ringan, 4 - <7 = nyeri sedang dan 7 – 10 =
nyeri berat (Yudiyanta et al., 2015).
2. METODE Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Metode dalam penelitian ini menggunakan menggunakan goniometer dengan
rancangan deskriftif dengan mengambil mengukur gerakan pada knee dan ankle
sampel individual. Program dilakukan sinistra. Kekuatan otot merupakan
langsung kepada responden dengan kondisi kemampuan sekelompok otot untuk
pasca Total Knee Replacement di RS mengatasi tahanan beban yang diberikan
Orthopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta. (Farisa, 2017). Pengukuran kekuatan otot
Analisis dilakukan dengan pemberian menggunakan Manual Muscle Testing
program Fisioterapi berupa terapi (MMT). Pengukuran dilakukan setiap sesi
latihan/exercise selama tiga kali (15 – 18 terapi.
980
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
distal tuberositas tibia sebesar 38 cm, 20 lancar dan memberikan efek penurunan
cm distal tuberositas tibia sebesar 31 cm, oedema (Ichinose et al., 2015).
30 cm distal tuberositas tibia sebesar 26,5 Pemberian terapi latihan ini cukup
cm dan lingkar segmen ankle dari efektif untuk menurunkan oedema pada
epicondilus lateral dengan angka 8 sebesar anggota gerak bawah. Hal ini sesuai hasil
62 cm. Oedema ini terjadi karena terdapat pemeriksaan antropometri dari T1 sampai
luka robekan pada jaringan disekitar T3, pada lingkar segmen lutut kiri (os.
daerah lutut kiri pasien. tuberositas tibia) mengalami penurunan
Pemberian terapi latihan pumping menjadi 43 cm, 10 cm proksimal
ankle dan static contraction dapat tuberositas tibia menjadi 44 cm, 10 cm
menurunkan oedema pada anggota gerak distal tuberositas tibia menjadi 34 cm, 20
bawah. Karena latihan ini dapat memompa cm distal tuberositas tibia menjadi 27 cm,
darah ke jantung dengan adanya kontraksi 30 cm distal tuberositas tibia menjadi 24
otot yang mengakibatkan efek pumping cm dan pengukuran pada ankle distal dari
reaction. Efek ini akan menyebabkan epicondylus lateral dengan angka 8
peningkatan tahanan perifer pada menjadi 30 cm. Proses untuk mempercepat
pembuluh darah, yang akibatnya dapat penurunan oedema maka terapis
meningkatkan tekanan darah dan cardiac memberikan edukasi kepada pasien dan
output sehingga metabolisme akan berjalan keluarga pasien untuk melakukan pumping
ankle exercise secara teratur.
3.2. Evaluasi Penurunan nyeri
981
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
60
50
40
30
20
10
0
T0 T1 T2 T3
Fleksi 75 75 80 80
Ekstensi 20 20 25 25
Abduksi 50 50 50 60
Adduksi 0 0 0 0
Internal Rotasi 10 10 10 10
Eksternal Rotasi 10 10 10 15
982
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
983
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
sehingga nyeri berkurang. Karena adanya 0o-60o, T : 15o-0o-10o, sendi ankle S : 5o-0o-
penurunan oedema dan nyeri maka akan 10o, T : 0o-0o-10o. Proses untuk
menyebabkan peningkatan lingkup gerak mempercepat peningkatan LGS maka
sendi (Damping, 2012). terapis memberikan edukasi kepada pasien
Hasil yang diperoleh pada T3 terjadi dan keluarga pasien untuk
kenaikan LGS pada sendi hip dan sendi mengkontraksikan otot-otot di sekitar lutut
lutut. Nilai LGS pada sendi lutut menjadi S baik secara isometrik maupun isotonik.
: 0o-0o-80o, sendi hip S: 25o-0o-80o, F : 0o-
3.4. Evaluasi Peningkatan Kekuatan Otot
984
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
985
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
0= Tidak Mampu
1= butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
8. Transfer 2= bantuan kecil (1 orang) 1 1 2 2
3= mandiri
0= imobile
1= menggunakan kursi roda
9. Mobilitas 1 2 2 2
2= berjalan dengan bantuan 1 orang
3= mandiri
0= tidak mampu
10. Naik turun tangga 1= membutuhkan bantuan 0 1 1 1
2= mandiri
Total Skor 11 14 15 15
986
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
987