Anda di halaman 1dari 10

The 10th University Research Colloqium 2019

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Case Report: Intervensi Fisioterapi dalam Peningkatan


Kemampuan Fungsional Pasien pasca Total Knee Replacement
et causa Gonitis Tuberkulosis di RS Orthopedi Prof. Dr.
Soeharso Surakarta
Arif Pristianto1*, Taufik Dwi Raharjo2, Rita Setiyaningsih3
1,2,3
Program Studi Fisioterapi/Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
*Email: arif.pristianto@ums.ac.id

Abstrak
Keywords: Latar Belakang: Total Knee Replacement et causa Gonitis
Total Knee Tuberkulosis merupakan pergantian sendi lutut yang disebabkan oleh
Replacement (TKR); kerusakan sendi lutut yang terinfeksi bakteri mikobakterium
Gonitis Tuberculosa; tuberculosa. Pasca operasi pergantian sendi lutut akan menimbulkan
Fisioterapi; Terapi
rasa nyeri hebat dan keterbatasan dalam melakukan gerakan
Latihan
fungsional yang diakibatkan karena bekas luka sayatan dan adanya
oedema. Dengan pemberian intervensi fisioterapi berupa terapi
latihan/ exercise diharapkan rasa nyeri dan keterbatasan dalam
fungsional pada lutut dapat segera kembali normal. Tujuan: Tujuan
dari penatalaksanaan pada kasus ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian intervensi Fisioterapi berupa Terapi Latihan
dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada kondisi pasca
Total Knee Replacement et causa Gonitis Tuberkulosis di RSO Prof.
Dr. Soeharso Surakarta. Metode: Program ini dilakukan langsung
kepada responden dengan kondisi pasca Total Knee Replacement et
causa Gonitis Tuberkulosis dengan pemberian terapi sebanyak 3 kali
sesi terapi. Pengukuran kemampuan fungsional responden dilakukan
dengan Indeks Barthel. Hasil: Setelah dilakukan terapi sebanyak 3
kali didapatkan hasil peningkatan kemampuan fungsional yang
diukur melalui skor pada Indeks Barthel yaitu T0: 11 menjadi T3: 15.
Kesimpulan: Pemberian intervensi Fisioterapi berupa terapi
latihan/exercise pada kasus pasca Total Knee Replacement et causa
Gonitis terbukti dapat mengurangi keluhan berupa oedema, nyeri,
keterbatasan lingkup gerak sendi, dan penurunan kekuatan otot yang
berdampak pada peningkatan kemampuan fungsional responden.

1. PENDAHULUAN Bakteri ini merupakan bakteri basil yang


Tuberkulosis adalah suatu penyakit sangat kuat sehingga tuberkulosis juga
infeksi yang disebabkan oleh bakteri dapat menyerang bagian tubuh lainnya
mikobakterium tuberkulosis. Beberapa misalnya tulang.
faktor penyebab tuberkulosis yaitu Tuberkulosis yang terjadi pada tulang
penderita (perilaku, karakteristik, sosial dapat mengenai hampir seluruh tulang, tapi
ekonomi), petugas (perilaku, yang paling sering terkena adalah tulang
keterampilan), ketersediaan obat, panjang, tulang belakang, tulang
lingkungan (geografis), PMO (Pengawasan pembentuk sendi lutut, sendi bahu, serta
Minum Obat), serta virulensi dan jumlah sendi siku (Serrallach & Pardo, 2013).
kuman (Izza & Roosihermiatie, 2013). Sendi yang terinfeksi tuberkulosa akan
mengalami gangguan gerak dan penurunan

978
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

fungsi sehingga menurunkan kemampuan Breathing exercise yang dilakukan


aktivitas individu. Pada sendi lutut atau adalah deep breathing exercise,hal ini
genu yang merupakan penopang tubuh saat dilakukan untuk mencegah timbulnya
berdiri maupun berjalan tentunya akan komplikasi paru setelah operasi akibat
menganggu mobilitas sehingga perlu bius general. Latihan ini mempunyai
dilakukan operasi penggantian komponen
tujuan untuk melatih pernapasan dan
sendi yang dikenal dengan istilah joint
replacement. Total Knee Replacement meningkatkan volume paru-paru pasca
(TKR) menjadi solusi yang tepat untuk pembedahan. Latihan pernapasan ini
mengurangi permasalahan yang juga dapat digunakan untuk general
ditimbulkan oleh gonitis tuberculosis relaksasi, mengurangi stress dan
(Vyravan, Choudhary, & Kumar, 2014). ketegangan setelah operasi (Valkenet et
Total Knee Replacement merupakan al., 2011). Latihan pernapasan ini
operasi lutut konvensional yang dilakukan secara aktif.
menggunakan implan bantalan tetap, 1.2. Static contraction
memiliki tingkat keberhasilan tinggi Static contraction merupakan
(kisaran 90% sampai 95%) dari lebih 10 kontraksi otot yang tidak disertai
tahun kelangsungan hidup (Moon, Hong, perubahan panjang otot. Static
& Hong, 2015). Faktor untuk menghindari
risiko keluhan yang bersifat kronis pasca
contraction bertujuan untuk melatih
TKR adalah dengan memberikan kontraksi otot pasien, selain itu static
rancangan intervensi yang tepat dalam contraction bertujuan untuk
proses penyembuhan pasien. mengurangi oedema (Pristianto et al.,
Kondisi paska operasi menyebabkan 2018). Posisikan pasien supine lying,
kemampuan fungsional individu menurun kemudian letakkan handuk dibawah
yang disebabkan adanya komplikatif lutut pasien, minta pasien untuk
berupa munculnya oedem, nyeri, menggerakan lutut dengan menekan
penurunan lingkup gerak sendi, dan handuk dengan posisi lutut lurus.
penurunan kekuatan otot. Tujuan yang Gerakan ini diselingi dengan menarik
ingin dicapai pada penatalaksanaan kasus napas dalam untuk rileksasi.
ini terbagi menjadi tujuan jangka pendek
1.3. Pumping ankle exercise
dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka
Pumping ankle exercise atau
pendek program intervensi antara lain
mencegah komplikasi paska operasi, latihan menggerakkan pergelangan
mengurangi oedem, mengurangi nyeri, kaki ke arah dorsal dan plantar fleksi
meningkatkan kemampuan gerak knee dan yang berfungsi untuk memompa darah
ankle sinistra. Tujuan ini berusaha dicapai ke jantung dengan kontraksi otot
selama pasien berada pada kondisi rawat (Pristianto et al., 2018). Latihan ini
inap. Untuk tujuan jangka panjang yang sering digunakan untuk menurunkan
berkaitan dengan kemampuan aktivitas oedema dan pencegahan DVT.
pasien akan dicapai dengan menjalani Posisikan pasien supine lying, posisi
rawat jalan dan home program. terapis berada disamping pasien,
Modalitas intervensi yang dapat kemudian gerakan tumit pasien ke atas
diberikan dalam penanganan kasus Post
dan ke bawah baik secara pasif maupun
operasi Total Knee Replacement adalah
dengan memberikan Terapi Latihan atau aktif.
exercise. Pemberian Terapi Latihan pada 1.4. Range of Motion (ROM) exercise
post operasi TKR sangat efektif karena Range of Motion (ROM) exercise
dapat meningkatkan fungsi fisik dan atau latihan Lingkup Gerak sendi
pemulihan kemampuan fungsional dengan merupakan latihan yang menggunakan
lebih cepat (Franklin et al., 2006). Bentuk prinsip gerakan dasar pada sendi manusia
terapi latihan yang diberikan berupa: (Kisner & Colby, 2017). Gerakan yang
1.1. Breathing exercise dilakukan dapat berupa gerak aktif maupun

979
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

gerak pasif ke arah gerak dan bidang gerak Januari 2019). Pengukuran kemampuan
yang dimiliki masing-masing sendi fungsional menggunakan indeks Barthel.
(Pristianto et al., 2018). Dalam latihan Keluhan yang muncul pada pasien
ini harus diperhatikan posisi klien dan menyebabkan penuruan kemampuan
fisioterapis serta handling pada region fungsional antara lain oedema, nyeri,
yang bergerak/digerakkan. penurunan LGS, dan kekuatan otot.
1.5. Gait re-training Pengukuran oedema dapat dilakukan
Gait re-training merupakan latihan dengan pengukuran antropometri girth and
jalan yang diberikan pada klien dengan volumetric test menggunakan metline.
tujuan mengembalikan kemampuan Pengukuran girth and volumetric test
berjalan sesuai dengan pola dan aktivasi merupakan pengukuran yang paling sering
otot yang tepat. Pada awal latihan perlu digunakan dalam mengukur dimensi tubuh
diberikan alat bantu berupa walker dengan manusia tentunya dengan membandingkan
pembebanan Partial Weight Bearing antara sisi yang diukur dengan sisi yang
(PWB). Latihan dilakukan sesuai sehat. Pemeriksaan nyeri menggunakan
skala Visual Analog Scale (VAS). Skala
dengan kemampuan pasien dan linier ini menggambarkan secara visual
tanyakan apakah ada keluhan pusing. gradasi tingkat nyeri yang diasakan pasien
Latihan jalan dilakukan disekitar tempat dengan tampilan garis sepanjang 10 cm.
tidur kemudian latihan ditingkatkan sejauh Tingkatan nilai VAS adalah 0 - <4 = nyeri
10 meter. ringan, 4 - <7 = nyeri sedang dan 7 – 10 =
nyeri berat (Yudiyanta et al., 2015).
2. METODE Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Metode dalam penelitian ini menggunakan menggunakan goniometer dengan
rancangan deskriftif dengan mengambil mengukur gerakan pada knee dan ankle
sampel individual. Program dilakukan sinistra. Kekuatan otot merupakan
langsung kepada responden dengan kondisi kemampuan sekelompok otot untuk
pasca Total Knee Replacement di RS mengatasi tahanan beban yang diberikan
Orthopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta. (Farisa, 2017). Pengukuran kekuatan otot
Analisis dilakukan dengan pemberian menggunakan Manual Muscle Testing
program Fisioterapi berupa terapi (MMT). Pengukuran dilakukan setiap sesi
latihan/exercise selama tiga kali (15 – 18 terapi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Evaluasi Penurunan Oedema

Gambar 1. Evaluasi Oedema contraction, repetitive passive exercise,


Pemeriksaan oedema didapatkan hasil free active exercise. Hasil pemeriksaan
yaitu adanya oedema atau bengkak yang yang diperoleh pada T0 pemeriksaan
timbul akibat luka incisi post operasi total oedema dengan antropometri lingkar
knee replacement pada lutut sebelah kiri. segmen lutut kiri (os.tuberositas tibia)
Terapis memberikan terapi latihan berupa sebesar 45 cm, 10 cm proksimal
pumping ankle exersie, isometric tuberositas tibia sebesar 48 cm, 10 cm

980
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

distal tuberositas tibia sebesar 38 cm, 20 lancar dan memberikan efek penurunan
cm distal tuberositas tibia sebesar 31 cm, oedema (Ichinose et al., 2015).
30 cm distal tuberositas tibia sebesar 26,5 Pemberian terapi latihan ini cukup
cm dan lingkar segmen ankle dari efektif untuk menurunkan oedema pada
epicondilus lateral dengan angka 8 sebesar anggota gerak bawah. Hal ini sesuai hasil
62 cm. Oedema ini terjadi karena terdapat pemeriksaan antropometri dari T1 sampai
luka robekan pada jaringan disekitar T3, pada lingkar segmen lutut kiri (os.
daerah lutut kiri pasien. tuberositas tibia) mengalami penurunan
Pemberian terapi latihan pumping menjadi 43 cm, 10 cm proksimal
ankle dan static contraction dapat tuberositas tibia menjadi 44 cm, 10 cm
menurunkan oedema pada anggota gerak distal tuberositas tibia menjadi 34 cm, 20
bawah. Karena latihan ini dapat memompa cm distal tuberositas tibia menjadi 27 cm,
darah ke jantung dengan adanya kontraksi 30 cm distal tuberositas tibia menjadi 24
otot yang mengakibatkan efek pumping cm dan pengukuran pada ankle distal dari
reaction. Efek ini akan menyebabkan epicondylus lateral dengan angka 8
peningkatan tahanan perifer pada menjadi 30 cm. Proses untuk mempercepat
pembuluh darah, yang akibatnya dapat penurunan oedema maka terapis
meningkatkan tekanan darah dan cardiac memberikan edukasi kepada pasien dan
output sehingga metabolisme akan berjalan keluarga pasien untuk melakukan pumping
ankle exercise secara teratur.
3.2. Evaluasi Penurunan nyeri

Gambar 2. Evaluasi nyeri hip sinistra


Hasil pemeriksaan yaitu terdapat nyeri exercise sebanyak 3 kali terapi. Hasil
akibat luka incisi post operasi total knee pemeriksaan yang diperoleh pada hip
replacement pada lutut sebelah kiri. sinistra T0 pemeriksaan nyeri diam
Pemberian terapi latihan berupa breathing mendapat skor 2,3, nyeri tekan mendapat
exercise, pumping ankle exersie, static skor 4,1 dan nyeri gerak mendapat skor
contraction, passive exercise, active 3,7.

Evaluasi Nyeri pada Knee Sinistra


7 5.5 6.1
6 4.7 4.5
5
Nilai VAS

3.6 3.5 3.1


4 2.4 2.6
3 1.3 1.4
2
1 0
0
T0 T1 T2 T3
Nyeri Diam 3.6 2.4 1.3 0
Nyeri Tekan 4.7 3.5 2.6 1.4
Nyeri Gerak 5.5 6.1 4.5 3.1

Gambar 3. Evaluasi nyeri knee sinistra


Knee sinistra didapatkan hasil nyeri diam 3,6, nyeri tekan 4,7 dan nyeri gerak 5,5.

981
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Gambar 4. Evaluasi nyeri ankle sinistra


Ankle sinistra didapatkan hasil nyeri proses inflamasi yang meningkatkan
diam 1, nyeri tekan 2,7, dan nyeri gerak respons nyeri dan meminimalkan transmisi
2,3. nyeri saraf ke saraf pusat. Nyeri post
Nyeri merupakan kerusakan jaringan, operasi dapat menyebabkan stres sehingga
dimana jaringan akan mengeluarkan zat akan terjadi pelepasan hormon
kimia yang terdiri dari bradikinin, katekolamin dan steroid yang berlebihan.
serotonin, dan histamin sebagai reaksi dari Hormon penyebab stres ini dapat
kerusakan jaringan, zat kimia tersebut akan menyebabkan ketegangan otot polos dan
merangsang nociceptor sehingga timbul vasokonstriksi pembuluh darah sehinggan
rasa nyeri (Yudiyanta, Khoirunnisa, & aliran darah dan oksigen akan berkurang
Novitasari, 2015). Salah satu tindakan non yang akan menyebabkan proses perbaikan
farmakologis untuk mengurangi nyeri daerah incisi menjadi terganggu.
adalah breathing exercise, passive Kombinasi dari breathing exercise, passive
movement dan free active movement. movement dan free active movement
Mekanisme yang terjadi adalah distraksi membantu mengurangi rasa nyeri dan
sensori nyeri yang berperan penting dalam dapat mengurangi stres hormon dengan
penurunan nyeri dengan menghilangkan meningkatkan kandungan oksigen dan
konsentrasi nyeri pasien pada daerah incisi, suplai darah ke jaringan (Sasongko,
mengurangi aktivasi mediator kimia dalam Sukartini, & Wahyuni, 2019).
3.3. Evaluasi Penurunan Lingkup Gerak Sendi

Evaluasi LGS Hip Sinistra


90
80
70
LGS Hip

60
50
40
30
20
10
0
T0 T1 T2 T3
Fleksi 75 75 80 80
Ekstensi 20 20 25 25
Abduksi 50 50 50 60
Adduksi 0 0 0 0
Internal Rotasi 10 10 10 10
Eksternal Rotasi 10 10 10 15

Gambar 5. Evaluasi LGS hip sinistra

982
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Terapis memberikan terapi latihan berupa


dengan Terapi Latihan, Kasus pasien ini, pumping ankle exersie, static contraction,
didapatkan hasil pemeriksaan yaitu adanya passive exercise, active exercise. Hasil
keterbatasan LGS dikarenakan adanya pemeriksaan yang diperoleh T0
oedema atau bengkak yang timbul akibat pemeriksaan LGS dengan goniometer
luka incisi post operasi total knee pada sendi hip S: 20o-0o-75o, F : 0o-0o-50o,
replacement pada lutut sebelah kiri. T : 10o-0o-10o.

Gambar 6. Evaluasi LGS knee sinistra

Terapis memberikan terapi latihan pemeriksaan yang diperoleh T0


berupa pumping ankle exercise, static pemeriksaan LGS dengan goniometer
contraction, dan ROM exercise. Hasil pada sendi lutut S : 0o-10o-20o.

Gambar 7. Evaluasi LGS ankle sinistra


Terapis memberikan terapi latihan passive movement) mampu menjaga dan
berupa pumping ankle exersie, static meningkatkan lingkup gerak sendi.
contraction, passive exercise, active Peningkatan ini disebabkan karena adanya
exercise. Hasil pemeriksaan yang efek dari pumping, dimana akan terjadi
diperoleh T0 pemeriksaan LGS dengan peningkatan tekanan darah dan cardiac
goniometer pada sendi ankle S : 5o-0o-10o, output sehingga dapat memperlancar
T : 0o-0o-10o. metabolisme dan menyebabkan penurunan
Pemberian terapi latihan dengan oedema. Penurunan oedema akan membuat
pumping ankle exercise, static contraction, zat-zat pencetus nyeri ikut terbawa dan
ROM exercise (free active movement dan penekanan pada nociceptor akan berkurang

983
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

sehingga nyeri berkurang. Karena adanya 0o-60o, T : 15o-0o-10o, sendi ankle S : 5o-0o-
penurunan oedema dan nyeri maka akan 10o, T : 0o-0o-10o. Proses untuk
menyebabkan peningkatan lingkup gerak mempercepat peningkatan LGS maka
sendi (Damping, 2012). terapis memberikan edukasi kepada pasien
Hasil yang diperoleh pada T3 terjadi dan keluarga pasien untuk
kenaikan LGS pada sendi hip dan sendi mengkontraksikan otot-otot di sekitar lutut
lutut. Nilai LGS pada sendi lutut menjadi S baik secara isometrik maupun isotonik.
: 0o-0o-80o, sendi hip S: 25o-0o-80o, F : 0o-
3.4. Evaluasi Peningkatan Kekuatan Otot

Gambar 8. Evaluasi kekuatan otot hip sinistra


Peningkatan Kekuatan Otot dengan exercise, active exercise. Kegiatan
Terapi Latihan, Kasus pasien ini, pemeriksaan MMT dilakukan sebelum
didapatkan hasil pemeriksaan adanya diberikannya terapi latihan, kekuatan otot
penurunan kekuatan otot yang diakibatkan hip sinistra pada grup otot fleksor,
karena post operasi total knee replacement ekstensor, abduktor dan adduktor memiliki
pada lutut sebelah kiri. Terapis skor 2, sedangkan kekuatan otot internal
memberikan terapi latihan berupa pumping dan eksternal rotator memiliki skor 3.
ankle exersie, static contraction, passive

Gambar 9. Evaluasi kekuatan otot knee sinistra


Kegiatan pemeriksaan MMT grup otot fleksor dan ekstensor memiliki
dilakukan sebelum diberikannya terapi skor 2.
latihan, pada kekuatan otot knee sinistra

984
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Gambar 10. Evaluasi kekuatan otot ankle sinistra


Kegiatan pemeriksaan MMT terpenuhi, maka otot dapat melakukan
dilakukan sebelum diberikannya terapi regenerasi dengan sempurna, ketika otot
latihan, pada kekuatan otot pada ankle sudah beregenerasi dengan sempurna dan
sinistra memiliki skor 3. asupan energi cukup maka otot mampu
Post operasi total knee replacement untuk menggerakkan tubuh.
akan menyebabkan penurunan kekuatan Hasil yang diperoleh pada T3 terjadi
otot apabila tidak ditangani dengan baik. kenaikan nilai MMT pada grup otot
Pemberian terapi latihan dengan prinsip penggerak hip sinistra memiliki skor 3,
mengaktivasi dan mengkontraksikan otot sedangkan kekuatan otot knee sinistra grup
akan berdampak pada peningkatan otot fleksor dan ekstensor memiliki skor 3,
kekuatan otot disekitar area lutut (Jakobsen serta kekuatan otot pada grup otot ankle
et al., 2012). Latihan ini akan sinistra memiliki skor 4. Resiko timbul
menimbulkan mekanisme pumping action kembali penurunan kekuatan otot
sehingga akan memperlancar metabolisme. kemungkinan akan terjadi, sehingga terapis
Pada saat metabolisme lancar, akan memberikan edukasi kepada pasien dan
menyebabkan darah yang membawa nutrisi keluarga pasien untuk mengkontraksikan
akan mengalir ke seluruh bagian tubuh otot-otot di sekitar lutut baik secara
termasuk otot. Karena nutrisi yang isometrik maupun isotonik.
3.5. Evaluasi Peningkatan Kemampuan Fungsional
Kemampuan fungsional klien dievaluasi menggunakan indeks Barthel dengan poin
penilaian sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pemeriksaan Indeks Barthel
No Item Yang Dinilai Skor T0 T1 T2 T3
0 = Tidak Mampu
1= Butuh bantuan memotong, mengoles
1. Makan mentega dan lain – lain 2 2 2 2
2 = Mandiri

0 = Tergantung orang lain


2. Mandi 1 = Mandiri 0 0 0 0

0 = membutuhkan bantuan orang lain 1


1= mandiri dalam perawatan muka, rambut,
3. Perawatan Diri 1 1 1
gigi dan bercukur

0= tergantung orang lain


4. Berpakaian 1= Sebagian dibantu 1 2 2 2
2= mandiri

985
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

0= incontinencia/ pakai kateter dan tidak


terkontrol
5. Buang air kecil 1= kadang intontinencia 2 2 2 2
2= kontinentia

0= Inkontinensia (tidak teratur)


1= kadang inkontinensia
6. Buang air besar 2= kontinensia (teratur) 2 2 2 2

0= membutuhkan bantuan orang lain


1= membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
7. Toilet 2= Mandiri 1 1 1 1

0= Tidak Mampu
1= butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
8. Transfer 2= bantuan kecil (1 orang) 1 1 2 2
3= mandiri

0= imobile
1= menggunakan kursi roda
9. Mobilitas 1 2 2 2
2= berjalan dengan bantuan 1 orang
3= mandiri
0= tidak mampu
10. Naik turun tangga 1= membutuhkan bantuan 0 1 1 1
2= mandiri
Total Skor 11 14 15 15

Keterangan nilai Indeks Barthel : 9-11 = Ketergantungan sedang


20 = Mandiri 5-8 = Ketergantungan berat
12-19 = Ketergantungan ringan 0-4 = Ketergantungan Total

Pengukuran kemampuan fungsional Replacement Sinistra et causa Gonitis


dengan indeks Barthel didapatkan hasil Tuberculosis di RS Orthopedi Prof. Dr. R.
adanya peningkatan aktivitas sehari-hari Soeharso Surakarta dilakukan selama 3
(activity daily living) dari yang awalnya kali sesi. Tindakan fisioterapi berupa
pada skor 11 (ketergantungan sedang) breathing exercise, static contraction,
menjadi skor 15 (ketergantungan ringan). Pumping ankle exercise, ROM exercise,
Hal tersebut dikarenakan keluhan oedema, dan gait re-training sebanyak tiga kali
nyeri, penurunan LGS dan penurunan didapatkan hasil akhir berupa penurunan
kekuatan otot akibat operasi Total Knee oedema, penurunan nyeri, peningkatan
Replacement pada knee sinistra sudah lingkp gerak sendi, serta peningkatan
diminimalisir dan dimenejemen kekuatan otot yang menghasilkan
menggunakan intervensi fisioterapi. peningkatan kemampuan fungsional klien
Terapis memberikan terapi latihan berupa terutama pada ektremitas bawah.
pumping ankle exersie, static contraction,
passive exercise, active exercise. UCAPAN TERIMAKASIH
Pemberian terapi latihan yang berefek pada Ucapan terima kasih kami haturkan
penurunan oedema, penurunan nyeri, pada RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso
peningkatan LGS dan peningkatan Surakarta terutama staff dan pembimbing
kekuatan otot mampu meningkatkan total praktek lapangan di poli Fisioterapi.
nilai indeks barthel yang diperoleh pasien
post operasi Total Knee Replacement (Lai REFERENSI
et al., 2019).
Damping, H. H. (2012). Pengaruh
Penatalaksanaan Terapi Latihan
4. KESIMPULAN
Terhadap Kepuasan Pasien Fraktur Di
Pelaksanaan intervensi fisioterapi Irina A Blu Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou
pada klien dengan nama Ny. SBN berusia Manado. Juiperdo, 1(1), 23–29.
43 tahun dengan diagnosa Post Total Knee Farisa, D. (2017). Evaluasi Kekuatan Otot,

986
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

3(4), 105–115. Surgery. Journal Of Clinical Medicine,


Franklin, P. D., Mclaughlin, J., Boisvert, C. 8(2), 221.
B., Li, W., & Ayers, D. C. (2006). Pilot Https://Doi.Org/10.3390/Jcm8020221.
Study Of Methods To Document Manalu, H. S. P. (2010). Faktor-Faktor Yang
Quantity And Variation Of Independent Mempengaruhi Kejadian Tb Paru Dan
Patient Exercise And Activity After Upaya Penanggulangannya. Jurnal
Total Knee Arthroplasty. The Journal Of Ekologi Kesehatan, 9(4), 1340–1346.
Arthroplasty, 21(6), 157–163. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.1139
Https://Doi.Org/10.1016/J.Arth.2006.05. /V74-288.
007. Moon, K. H., Hong, S. H., & Hong, T. H.
Ichinose, M., Ichinose-Kuwahara, T., Kondo, (2015). Total Knee Replacement
N., & Nishiyasu, T. (2015). Increasing Arthroplasty With Buechel And Pappas
Blood Flow To Exercising Muscle Knee : Minimum 2-Year Follow-Up.
Attenuates Systemic Cardiovascular Clinics In Orthopedic Surgery, 7(1), 62–
Responses During Dynamic Exercise In 68.
Humans. American Journal Of Pristianto, A., Rahman, F., & Wijianto.
Physiology-Regulatory, Integrative And (2018). Terapi Latihan Dasar. Surakarta:
Comparative Physiology, 309(10), Muhammadiyah Univesity Press, 1 -
R1234–R1242. 245.
Https://Doi.Org/10.1152/Ajpregu.00063. Sasongko, H., Sukartini, T., & Wahyuni, E. D.
2015. (2019). The Effects of Combination of
Indah, M. (2018). Tuberkulosis. Infodatin. Range Motion and Deep Breathing
Jakarta. Https://Doi.Org/2442-7659 Exercise on Pain in Post-Orthopedic
Izza, N., & Roosihermiatie, B. (2013). Surgery Patients, 4, 46–53.
Peningkatan Tuberkulosis Di Puskesmas Serrallach, C. P., & Pardo, D. R. (2013). Bone
Pacarkeling, Surabaya Tahun 2009 – And Joint Tuberculosis. Eur Spine J,
2011. Buletin Penelitian Sistem 22(4), 556–566.
Kesehatan, 16(1), 29–37. Https://Doi.Org/10.1007/S00586-012-
Jakobsen, M. D., Sundstrup, E., Andersen, C., 2331-Y
Bandholm, T., Thorborg, K., Zebis, M., Valkenet, K., Dronkers, J. J., Vries, W. R. De,
& Andersen, L. (2012). Muscle Activity Lindeman, E., & Backx, F. J. (2011).
During Knee-Extension Strengthening The Effects Of Preoperative Exercise
Exercise Performed With Elastic Tubing Therapy On Postoperative Outcome : A
And Isotonic Resistance, 7(6), 606–616. Systematic Review, 99–111.
Kisner, C. & Colby, L.A. (2007). Therapeutic Https://Doi.Org/10.1177/026921551038
Exercise 5th edition. Philadelphia: F.A. 0830
Davis Company. Vyravan, P. R., Choudhary, B. M., & Kumar,
Lai, Y.-F., Lin, P.-C., Chen, C.-H., Chen, J.- M. M. (2014). Total Knee Replacement
L., & Hsu, H.-T. (2019). Current Status In Tuberculous Arthritis – Reporting An
And Changes In Pain And Activities Of Unsuspected Case. Journal Of Dental
Daily Living In Elderly Patients With And Medical Sciences (Iosr-Jdms),
Osteoarthritis Before And After 13(8), 11–13.
Unilateral Total Knee Replacement

987

Anda mungkin juga menyukai