ASKEP NY. C
DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK ( GGK )
RUANGAN HEMODIALISA RSUD PASAR REBO
DOSEN PEMBIMBING :
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
ALI SODIKIN NIM P 17120019003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah tentang
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. c yang Mengalami GAGAL GINJAL KRONIK ( GGK
) di Ruangan Hemodialisa RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur“
2. Ibu Ii Solihah, SKp., MKM selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I
3. Ibu Rospa Hetarie.,SST,MA.Kes selaku Penanggungjawab Prektik Klinik
Keperawatan Medical Bedah II
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah kami ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
Kelompok 7
DAFTAR ISI
4
COVER.................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................6
A. Pendahuluan .............................................................................7
B. Rumusan Maslah.........................................................................7
C. Tujuan Umum...............................................................................7
D. Tujuan Khusus.............................................................................7
E. Manfaat Penulisan.......................................................................7
F. Sistematika pelaksanaan ............................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................10
A. Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronik .......................................10
1. Definisi Gagal Ginjal Kronik .................................................10
2. Etiologi Gagal Ginjal Kronik....................................................17
4. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik..........................................17
5. Manifestasi / tanda gejala Gagal Ginjal Kronik...................20
6. Komplikasi Gagal Ginjal Kronik.........................................21
7. Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal Kronik...................21
8. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik ...................................22
B. Konsep Asuhan Keperawatan Hemodialisa ............................26
1. Pengkajian Hemodialisa ...........................................................26
2. Diagnosa Hemodialisa ..............................................................28
3. Intervensi Hemodialisa .............................................................30
4. Implementasi Hemodialisa .......................................................44
5. Evaluasi .....................................................................................44
BAB III TINJUAN KHASUS .................................................................45
1. Pengkajian Keperawatan.......................................................45
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................47
3. Perencanaan Keperawatan....................................................48
5. Implementasi Keperawatan....................................................48
6. Evaluasi Keperawatan............................................................48
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
dan sampah lain dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002 : 1448).
gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan
B. Rumusan Masalah
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan GAGAL
GINJAL KRONIK ( GGK )
C. Tujuan Umum
7
D. Tujuan Khusus
E. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu mengenai GAGAL
GINJAL KRONIK ( GGK )serta dapat menjadi pedoman untuk melaksanakan
asuhan keperawatan di masa depan.
2. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengesuatu
kelompok sekelompok sel-sembangkan ilmu mengenai asuhan keperawatan
pada pasien dengan mengenai GAGAL GINJAL KRONIK ( GGK ).
8
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara singkat tentang penyusuanan karya tulis
ilmiah ini secara sistimatis dapat di uraikan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang memberikan permasalahan yang
akan di uraikan yang terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan tujuan
khusus penulisan, manfaaf penulisan, sistematika penulisan.
BAB IV : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal Ginjal Kronik merupakan Gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
10
2. Anatomi Fisiologi
beberapa centimeter di sebelah kanan dan kiri garis tengah. Di sebelah anterior,
ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritonium. Di
Ginjal pada orang dewasa panjangnya ginjal 11-13 cm, lebarnya 5-7 cm dan
tebalnya 2,5-3 cm dengan berat masing-masing ginjal 150 gr. Ginjal kiri lebih
panjang dan tinggi dari ginjal kanan dikarenakan hati berada di atas ginjal kanan.
disebut kapsula renalis, kapsula renalis ini dikelilingi oleh lapisan lemak ferirenal
dan pacia gerota yang akan melindungi semua bagian ginjal kecuali hilum, area
Ginjal dibagi dua daerah yang berbeda yaitu korteks (bagian luar) dan
medula (bagian dalam). Medula dibagi menjadi baji segitiga yang disebut
tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolom bertini. Piramid tampak
nefron. Papila atau aspek dari tiap piramid membentuk duktus papilari belini.
Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal
satuan fungsional ginjal dinamakan nefron, mempunyai lebih kurang 1,3 juta
nefron, selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah, arteri renalis membawa
12
darah murni dari aorta ke ginjal. Lubang-lubang yang terdapat pada piramid renal
1) Glomerulus, bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak
di dalam kapsula bowman dan menerima darah dari arteriol aferen dan
meneruskan darah ke sistem vena melalui arteriol aferen natrium secara bebas
Kalium juga difiltrasi secara bebas, diperkirakan 10-20% kalium plasma terikat
oleh protein dan tidak bebas difiltrasi sehingga kalium dalam keadaan normal
kapsula bowmen. Ujung buntu tubulus ginjal yang bentuknya seperti kapsula
medula dan kembalui ke korteks sekitar 2/3 dari natrium yang berfiltrasi
dan natrium, hal ini dapat mengganggu pengenceran dan pemekatan urine yang
normal. Kalium diresorbsi lebih dari 70% kemungkinan dan dengan mekanisme
3) Gelung henle (ansa henle), bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen
tipis, selanjutnya ke segmen tebal panjangnya 12 mm, total panjang ansa henle
2-14 mm. klorida secara aktif diserap kembali pada cabang asedens gelung
henle dan natrium yang bergerak secara pasif untuk mempertahankan kenetralan
listrik. Sekitar 25% natrium yang difiltrasi diserap kembali karena darah nefron
13
bersifat tidak permeabel terhadap air. Reabsorbsi klorida dan natrium dipars
diabsorbsi pada pars asendens lengkung henle. Proses pasi terjadi karena
gradien elektrokimia yang timbul sebagai akibat dari reabsorbsi aktif klorida pada
4) Tubulus distal konvulta, bagian ini adalah tubulus ginjal berkelok-kelok dan
letaknya jauh dari kapsula bowman panjang 5 mm. tubulus distal dari masing-
masing duktus koligens berjalan melalui korteks dan medulla ginjal yang bersatu
membentuk suatu duktus yang berjalan lurus dan bermuara ke dalam duktus
adalah 45-65 mm. nefron yang berasal dari glomerulus korteks (nefron korteks)
5) Duktus koligen medula ini saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan
secara halus dari ekskresi natrium urine terjadi di sini dengan aldosteron yang
Gambar 2. Nefron
c. Fungsi Ginjal
racun.
tubuh
4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
kira-kira setinggi vertebra lumbalis dua, karena aorta terletak di sebelah kiri garis
tengah maka arteri renalis kanan lebih panjang dari arteri renalis kiri. Setiap arteri
Vena renalis menyalurkan darah ke dalam vena kava inferior yang terletak
di sebalah kanan garis tengah. Sehingga vena renalis kiri kira-kira dua kali lebih
panjang dari vena renalis kanan. Arteri renalis masuk ke dalam hilus, kemudian
arteriola aferen. Arteriola aferen akan berakhir pada rumbai-rumbai kapiler yang
disebut glomerulus.
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis arteri renalis kanan dan kiri
inferior.
16
Aliran darah ginjal (renal blood flow) adalah sekitar 20-25% dari curah
jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Bila hematokrit normal (45%) maka aliran
plasma ginjal (RPF) sama dengan 660 ml/menit, sekitar seperlima dari plasma
atau 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman atau dikenal
dengan istilah GFR (Glomerulus Filtration Rate).
3. ETIOLOGI
4. PATOFISIOLOGI
dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang masih utuh
pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang masih utuh untuk
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban
solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan glomerolus dan
17
a. Stadium I
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien
asimptomatik.
b. Satdium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate) besarnya hanya
25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari kadar protein
dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat disertai dengan
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron telah
hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
Klien akan mulai merasakan gejala yang lebih parah karena ginjal tidak lagi
Intoleransi aktivitas
Hipoalbumin
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Manifestasi klinik menurut (Smeitzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem rennin-angiostenin-
aldosteron), gagal jantung kongesif dan odema pulmoner akibat cairan
berlebihan dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik
pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
1. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi
Pitting
Edema
Edema periorbital
Pembesaran vena leher
Friction sub pericardial
2. Sistem pulmoner
Krekel
Nafas dangkal
Kusmaull
Sputum kental dan liat
3. Sistem gastrointestinal
4. Sistem muskuloskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
5. Sistem integumen
20
6. Sistem reproduksi
Amenorhoe
Atrofi testis
6. KOMPLIKASI
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai berat dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih, serta
prostat.
4. Pemeriksan Radiologi
Renogram, Intravenosus, Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Arteriografi, dan Venografi, CT scan, MRI, Renal Biopsi, Pemeriksaan
Rontgen Dada, Pemeriksaan Rotgen Tulang, Foto Polos Abdomen.
8. PENATALAKSANAAN HEMODIALISA
a. Definisi
Hemodialisa atau hemodialisis merupakan terapi cuci darah di luar tubuh.
Terapi ini umumya dilakukan oleh pengidap masalah ginjal yang ginjalnya sudah
tak berfungsi dengan optimal. Pada dasarnya, tubuh mansua memang mampu
mencuci darah secara otomatis, tapi bila terjadi masalah pada ginjal, kondisinya
akan lain lagi.
Ginjal sendiri merupakan organ yang punya peran amat vital dalam tubuh.
Organ ini bertanggung jawab untuk penyaringan darah. Selain membersihkan
darah dalam tubuh, ginjal juga membentuk zat-zat yang menjaga tubuh agar
tetap sehat. Namun, pada pengidap penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal,
organ ini sudah tidak bisa berfungsi dengan baik.
Kondisi di ataslah yang membuat tubuh membutuhkan proses cuci darah
menggunakan bantuan alat medis. Dengan kata lain, dalam kondisi ini,
hemodialisa menggantikan peran ginjal ketika organ tersebut sudak tidak mampu
bekerja secara efektif.
22
Selama hemodialisis, darah dari tubuh pasien dialirkan melalui filter mesin
dialisis, yang disebut “membran dialisis.” Untuk prosedur ini, pasien memiliki
tabung plastik khusus ditempatkan di antara arteri dan vena di lengan atau
kaki (disebut “Gortex graft“). Kadang-kadang, hubungan langsung dibuat
antara arteri dan vena di lengan. Prosedur ini disebut “Cimino fistula“. Jarum
kemudian ditempatkan di graft atau fistula, dan darah dialirkan ke mesin
dialisis, melalui filter, dan kembali ke tubuh pasien. Jika pasien membutuhkan
dialisis sebelum cangkok atau jika ada fistula yang ditempatkan, kateter
berdiameter besar ditempatkan langsung ke pembuluh darah besar di leher
atau kaki untuk melakukan dialisis. Dalam mesin dialisis, larutan di sisi lain
dari filter menerima produk limbah dari pasien.
c. Indikasi Hemodialisa
Menurut Wijaya dkk, (2013) indikasi hemodialisa adalah sebagai berikut:
23
a. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih (laju filtrasi glomerulus < 5ml).
Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila
terdapat indikasi: Hiperkalemia (K+ darah > 6 mEq/l), asidosis, kegagalan
terapi konservatif, kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah (Ureum > 200
mg%, Kreatinin serum > 6 mEq/l), kelebihan cairan, mual dan muntah
hebat.
b. Intoksikasi obat dan zat kimia
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
d. Sindrom hepatorenal dengan kriteria :
1) K + pH darah < 7,10 → asidosis
2) Oliguria/anuria > 5 hari
3) GFR < 5 ml/I pada GGK 4) Ureum darah > 200 mg/dl
d. Kontra Indikasi
Menurut Wijaya, dkk (2013) menyebutkan kontra indikasi pasien yang
hemodialisa adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi berat (TD > 200/100 mmHg).
b. Hipotensi (TD < 100 mmHg).
c. Adanya perdarahan hebat.
d. Demam tinggi.
e. Komplikasi Hemodialisa
1.Kramotot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan
volume yang tinggi.
2.Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
24
3.Aitmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan
kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh
terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat
dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah
yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala.
8. Pembekuan darah
Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang
tidak kuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
f. Efek Samping Hemodialisa
Peran hemodialisa memang amat memang sangat vital, menggantikan fungsi
ginjal untuk menyaring tubuh. Namun, bukan berarti proses ini bebas efek
25
c. Riwayat obat-obatan
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus
dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan
bagian dari susunan terapi dialysis, merupakan salah satu contoh di mana
komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang
berbeda. Pasien harus mengetahui kapan minum obat dan kapan
menundanya. Sebagai contoh, obat antihipertensi diminum pada hari yang
sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi
26
d. Psikospiritual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi
penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah
financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual
yang menghilang serta impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan
ketakutan terhadap kematian. (Brunner & Suddarth, 2001: 1402)
Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien
yang pertama kali dilakukan hemodialisis. (Muttaqin, 2011: 267)
f. Pemeriksaan fisik
BB : Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan
menurun.
TTV: Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan
tekanan darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali
pada saat prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra dan
sesudah prosedur. (Muttaqin, 2011: 268)
27
g. Manifestasi klinik
a. Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus
atau gatal-gatal
b. Kuku : kuku tipis dan rapuh
c. Rambut : kering dan rapuh
d. Oral : halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
e. Lambung : mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
f. Pulmonary : uremic “lung” atau pnemonia
g. Asam basa : asidosis metabolik
h. Neurologic : letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot :
pegal
i. Hematologi : perdarahan
h. Pemeriksaan Penunjang
Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan,
dan GFR 4 ml/detik. (Sylvia A. Potter, 2005 : 971)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre HD
1. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, Hb ≤ 7
gr/dl, Pneumonitis dan Perikarditis d.d Penggunaan otot aksesoris
untuk bernafas, Pernafasan cuping hidung, Perubahan kedalaman
nafas, dan Dipneu
2. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet cairan
berlebih, retensi cairan & natrium b.d Perubahan berat badan dalam
waktu sangat singkat, Gelisah, Efusi pleura, Oliguria, Asupa melebihi
haluran, Edema, Dispnea, Penurunan hemoglobin, Perubahan pola
pernapasan , dan Perubahan tekanan darah
3. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual & muntah, pembatasan diet dan perubahan
membrane mukosa oral d.d nyeri abdomen bising usus hiperaktif,
28
kurang makanan, diare, kurang minat pada makanan, dan berat badan
20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
4. Ansietas b.d krisis situasional d.d gelisah, wajah tegang, bingung,
tampak waspada, ragu/tidak percaya diri dan khawatir
5. Kerusakan integritas kulit b.d Gangguan sirkulasi, Iritasi zat kimia,
Defisit cairan d.d Kerusakan jaringan (Mis. Kornea, membrane
mukosa, integument, atau subkutan) dan Kerusakan jaringan.
b. Intra HD
1. Resiko cedera b.d akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap penusukan &
pemeliharaan akses vaskuler.
2. Risiko terjadi perdarahan b.d penggunaan heparin dalam proses hemodialisa
c. Post HD
1. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialisis d,d menyatakan merasa lemah, menyatakan merasa letih, dispnea setelah
beraktifitas, ketidaknyamanan setelah beraktifitas, dan respon tekanan darah
abnormal terhadap aktivitas.
2. Risiko Harga diri rendah b.d ketergantungan, perubahan peran dan perubahan
citra tubuh dan fungsi seksual d.d gangguan citra tubuh, Mengungkapkan
perasaan yang mencerminkan perubahan individudalam penampilan, Respon
nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh
(mis;penampilan,steruktur,fungsi), Fokus pada perubahan, Perasaan negatif
tentang sesuatu
3. Resiko infeksi b.d prosedur invasif berulang
29
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Pre HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasion
1 Pola nafas tidak Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
1. Observasi 1. Untuk
efektif b.d edema 1x24 jam diharapkan penyebab nafas menentuka
paru, asidosis Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan tidak efektif tindakan
metabolic, Hb ≤ 7 HD 4-5 jam, dengan Kriteria hasil: harus
gr/dl, Pneumonitis
a. Nafas 16-28 x/m dilakukan
dan Perikarditis b. edema paru hilan 2. Observasi 2. Menentuka
c. tidak sianosis respirasi & nadi tindakan
3. Berikan posisi
3. Melapangk
semi fowler dada
sehingga
lebih longg
4. Ajarkan cara
4. Hemat
nafas yang sehingga
efektif tidak s
berat
5. Berikan O2 5. Hb
edema,
pneumoniti
asidosis,
perikarditis
menyebabk
suplai O
jaringan <
6. Lakukan SU
6. SU
pada saat HD penarikan
cepat pad
30
mempercep
penguranga
edema paru
7. Kolaborasi 7. Untuk
pemberian sehingga
tranfusi darah O2 ke j
cukup
8. Kolaborasi 8. Untuk me
pemberian infeksi p
antibiotic perikard
9. Kolaborasi foto
9. Follou
torak penyebab
tidak efekti
10. Evaluasi kondisi
10. Mengukur
klien pada HD keberhasila
berikutnya tindakan
11. Evaluasi kondisi
11. Untuk fol
klien pada HD kondisi klie
berikutnya
2 Kelebihan volume Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
1. Observasi status1. Pengkajian
cairan b.d 1x24 jam diharapkan cairan, timbang merupakan
penurunan haluaran Keseimbangan volume cairan tercapai setelah bb pre dan post untuk
urine, diet cairan dilakukan HD 4-5 jam dengan Kriteria Hasil: HD, memperole
berlebih, retensi
a. BB post HD sesuai dry weight keseimbangan pemantaua
cairan & natrium b. Edema hilang masukan dan evaluasi
c. Retensi 16-28 x/m haluaran, turgor intervens
d. Kadar natrium darah 132-145 mEq/l kulit dan edema,
distensi vena
leher dan monitor
31
vital sign
2. Batasi masukan
2. Pembatasa
cairan pada saat cairan
priming & wash menetukan
out HD weight, h
urine &
terhadap te
3. Lakukan HD
3. UF & TM
dengan UF & sesuai ak
TMP sesuai dg kelebihan
kenaikan bb cairan ses
interdialisis target
edeal/dry w
4. Identifikasi 4. Sumber ke
sumber masukan cairan
cairan masa diketahui
interdialisis
5. Jelaskan pada
5. Pemahama
keluarga & klien ↑kerjasama
rasional & keluarga
pembatasan pembatasan
cairan
6. Motivasi klien
6. Kebersihan
untuk ↑ mengurang
kebersihan mulut kekeringan
sehingga
keinginan
untuk minu
32
4. Catat perilaku
4. Orang
dari orang terdekat/ke
terdekat/keluarga mungkin
yang tidak
35
meningkatkan memungkin
peran sakit pasien
pasien. mempertah
ketergantun
dengan
melakukan
sesuatu
pasien
mampu
melakukan
5. Identifikasi 5. Memberik
sumber yang keyakinan
mampu pasien
menolong. sendiri
menghadap
masalah
3. Hindari perlukaan
pada kulit p
4. Anjurkan pasien5. Mencegah
untuk terjadinya
menghindari perlukaan.
krim kulit
apapun, bedak,
salep apapun
kecuali diijinkan
dokter.
5. Hindarkan 6. Memberik
pakaian yang asupan
ketat pada aea pada kul
tersebut. mencegah
kulit
6. Oleskan vitamin kering.
A dan D pada
area tersebut.
7. Tinjau ulang 7. Mengetahu
efek samping perubahan
b. Intra HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasion
1 Resiko cedera b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
1. Observasi 1. AV yg
akses vaskuler & 1x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami kepatenan AV tidak baik
komplikasi cedera dengan Kriteria hasil: shunt sebelum dipaksakan
sekunder terhadap
a. Kulit pada sekitar AV shunt utuh/tidak rusak HD terjadi r
penusukan &
b. Pasien tidak mengalami komplikasi HD vaskuler
pemeliharaan 2. Monitor 2. Posisi kate
akses vaskuler. kepatenan berubah
kateter terjadi r
sedikitnya setiap vaskuler/em
2 jam
3. Observasi 3. Kerusakan
warna kulit, jaringan
keutuhan kulit, didahului
sensasi sekitar kelemahan
shunt kulit,
bengkak, ↓s
4. Monitor TD
4. Posisi
setelah HD lama stlh H
menyebabka
orthostatik
hipotensi
5. Lakukan 5. Shunt
heparinisasi mengalami
pada sumbatan &
shunt/kateter dihilangkan
pasca HD heparin
6. Cegah 6. Infeksi
38
terjadinya mempermud
infeksi pd area rusakan jari
shunt/penusukan
kateter
seperti:
hematemesis,
melena,
epistaksis.
4. Antisipasi Mencegah
adanya terjadinya
perdarahan: perdarahan
gunakan sikat lanjut.
gigi yang lunak,
pelihara
kebersihan
mulut, berikan
5. Dengan tro
tekanan 5-10 yang di
menit setiap setiap hari,
selesai ambil diketahui t
darah kebocoran
5. Kolaborasi, pembuluh
monitor dan kemun
trombosit setiap perdarahan
hari dialami p
40
c. Post HD
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan
1. Observasi faktor yang1. Menyediakan informasi
aktivitas b.d keperawatan & HD, selama menimbulkan tentang indikasi tingkat
keletihan, anemia, 1x24 jam diharapkan klien keletihan: Anemia, keletihan
retensi produk mampu berpartisipasi dalam Ketidakseimbangan
sampah dan aktivitas yang dapat ditoleransi, cairan & elektrolit,
prosedur dialisis dengan Kriteria Hasil: Retensi produk
a. Berpartisipasi dalam aktivitas sampah depresi 2. Meningkatkan aktifitas
perawatan mandiri yang dipilih 2. Tingkatkan ringan/sedang &
b. Berpartisipasi dalam ↑ aktivitas kemandirian dalam memperbaiki harga diri
dan latihan aktifitas perawatan3. Mendorong latihan &
c. Istirahat & aktivitas diri yang dapat aktifitas yang dapat
seimbang/bergantian ditoleransi, bantu jika ditoleransi & istirahat
keletihan terjadi yang adekuat
3. Anjurkan aktivitas4. Istirahat yang adekuat
alternatif sambil dianjurkan setelah
istirahat dialisis, karena adanya
perubahan
keseimbangan cairan &
elektrolit yang cepat
pada proses dialisis
4. Anjurkan untuk sangat melelahkan
istirahat setelah
dialisis
2 Harga diri rendah Setelah diberikan asuhan Observasi respon &
1. Menyediakan data
b.d keperawatan selama 1x24 jam reaksi klien & klien & keluarga dalam
ketergantungan, diharapkan keluarganya terhadap menghadapi perubahan
perubahan peran Memperbaiki konsep diri, penyakit & hidup
41
terbuka tentang
perubahan yang
terjadi akibat penyakit
& penangannya
Perubahan peran,
Perubahan gaya hidup,
Perubahan dalam
pekerjaan, Perubahan
5. Bentuk alternatif
seksual dan aktifitas seksual dapat
Ketergantungan dg diterima.
center dialisis
Gali cara alternatif
untuk ekspresikan
6. Seksualitas mempunyai
seksual lain selain arti yang berbeda bagi
hubungan seks tiap individu,
42
tergantung dari
Diskusikan
peran maturitasnya.
memberi dan
menerima cinta,
kehangatan dan
kemesraan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi atau tindakan yang direncanakan.
E. EVALUASI
a. Pre HD
1. Nafas kembali normal, tidak terdapat edema paru dan sianosis
2. Volume cairan kembali dalam keadaan seimbang
3. Nutrisi pasien kembali dalam keadaan seimbang
4. Ansietas yang di alami menurun sampai tingkat dapat ditangani
5. Integritas kulit tidak mengalami kerusakan
b. Intra HD
1. Resiko cedera tidak terjadi
2. Tidak terjadi perdarahan
c. Post HD
1. Dapat beraktivitas seperti biasa
2. Harga diri rendah dapat teratasi karena pola koping klien efektif
3. Tidak terjadi infeksi
44
BAB III
TINJAUN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan laporan mengenai Asuhan Keperawatan
pada Ny. C dengan Gagal Ginjal Kronik ( GGK ) di ruangan Hemodialisa RSUD
Pasar Rebo Jakarat Timur. Asuhan Keperawatan ini dilakukan selama dua hari, pada
tanggal 3 dan 6 Maret 2020 yang disusun sesuai dengan lima tahap proses
keperawatan meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Klien bernama Ny. C berusia 59 tahun berjenis kelamin perempuan dan
beragama islam, status perkawinan menikah. Klien tinggal di wilayah Ta jung
Barat Rt/Rw : 03/03 Kel. Tanjung Barat Jakarta Selatan. Pekerjaan Klien saat ini
sebagai Ibu rumah tangga. Latar belakang pendidikan klien adalah tamat SMP.
Klien datang ke ruangan Hemodialisa untuk melaksnakan Hemodialisa secara
rutin 2 minggu sekali yaitu di hari Selasa dan Jumat dengan keluhan merasa
berat badannya berat dan BAK sedikit sedikit 1 hari hanya 4 kali BAK dengan
diagnosa medis Kelebihan Voluem Cairan d. d Hipervolemia. Riwayat
perawatan klien sebelumnya pernah di rawat di pernah di rawat di RS Pasar
Rebo 1 tahun yang lalu dengan keluhan tekanan darah dan DM.Riwayat
pemakaian obat klien mengkonsumsi Asam folat 3 x 1 mg, amblodipin 1 x 1,
B12 2 x 1, sejak tahun 2019. Riwayat keluarga klien mengatakan kedua orang
tua klien meninggal karena sakit namun bukan gagal ginjal dalam latar belakang
kerurunan juga tidak ada riwayat penyakit gagal ginjal.
Hasil anamnesa pada tanggal 3 Maret 2020 klien mengeluh merasa berat
badannya berat dan BAK sedikit sedikit 1 hari hanya 4 kali BAK. Pada hasil
pemeriksaan fisik klien didapatkan data yaitu kesadaran klien compos mentis,
keadaan umum sedang, tekanan darah 175/71 mmHg, pernapasan 18 x/menit,
nadi 99 x/menit, irama teratur dan teraba kuat dan suhu tubuh klien 36 ᵒC. Klien
45
tampak pucat, berat badan klien sekarang 50,3 kg, BB Post HD terakhir :50,
2 kg BB Kering : 53, 2 Kg, tinggi badan 155 cm, berat badan ideal 45 kg,
IMT: 14,5 kg/m2 (kategori dalam rentangsangat ideal), LILA 24,3 cm, tidak
terdapat asites. Terpasang cimino di lengan kiri, tidak ada tanda-tanda
perdarahan atau plebitis pada area penusukan. Mesin HD Fresenius No Mesin
4008B , Dialisat Low Calium ( Ca ‹ 13 mmol/L ), Dialiser Baru, Type Dialiser :
F8HPS, HD dilakukan selam 5 jam dengan Ulttrafiltration Gol ( UFG ) 2500 ml,
Heparin Reguler Total 4000 unit dengan kontiyu 1000 unit. Sistem penglihatan
posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva anemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor 2 mm, otot-
otot mata tidak ada kelainan, fungsi pengihatan kabur, tanda-tanda radang tidak
ada, pemakaian kacamata ya ( silinder ), reaksi terhadap cahaya tidak ada.
Sistem pendengaran daun telinga normal, kondisi telinga tengah normal, tidak
ada cairan dari telinga, tidak ada perasaan penuh ditelinga seperti berdenging,
tidak ada tinitus, fungsi pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan
kalau berdiri tidak terasa sempoyongan, tidak memakai alat bantu
pendengaran, nyeri saat bernafas tidak ada, tidak ada pernapasan cuping
hidung, jalan nafas bersih, tidak ada sesak, irama napas teratur, jenis
pernapasan spontan. Sistem kardiovaskuler nadi 99 x/menit, irama tidak teratur,
tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat,
pengisian kapiler 4 detik, tidak ada edema. Sistem hematologi kulit pucat, tidak
ada perdarahan. Sistem saraf pusat tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan
intracranial, GCS: 15. Sitem pencernaan gigi klien caries, tidak ada stomatitis,
lidah bersih, saliva normal, tidak ada muntah, terdapat nyeri abdomen skala 5,
Saat di palpasi hepar teraba, limpa tidak teraba, bising usus 12 x/menit, Sistem
urogenital klien, warna urin putih dan sedikit 1 hari 4x, Total output/UF tercapai
intra hemodialisis : 290 ml, Total intake intra hemodialisis :440 ml,
Balance Cairan intra hemodialisis : 2460 . Hasil pemeriksaan pada
sistem integumen: turgor kulit hangat, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat,
keadaan kulit baik, tidak terdapat ada luka abdomen, tidak ada kemerahan,
tidak terdapat pengeluaran cairan atau rembesan, kulit teraba normal, tidak ada
46
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 11 febuari 2020 pada pukul 09. 05 wib
adalah Hemoglobin 7,7 g/dl (N: 13.3,7-17,3), Hematokrit 24 % (N: 40-52),
Eritrosit 2,5 ( N: juta/uL ), Leukosit 6,20 10^3/ul ( 3.8 – 10.6 ), Trombosit 289
ribu/uL ( N : 150 – 440 ), Ureum 105 mg/d ( N : ‹48 ), Kreatun 8.45 mg/dL,
eGFR 5.2 mL/min/1.73m”2.
B. Diagnosa Keperawatan
47
Berikut adalah perencana keperawatan yang telah penulis buat sesuai prioritas
masalah yang ada pada Ny. C pada tanggal 3 Maret 2020.
Perencana keperawatan diagnosa pertama Kelebihan Volume cairan. Tujuan
perencanaan keperawatan: setelah dilakukan intervensi selama 5 jam maka
Kelebihan, dengan kriteria hasil: pemantauan respirasi dan fase ekspirasi
memanjang (1) Memonitor frekuensi nadi (2) Memonitor Tekanan darah (3)
Memonitor Berat badan sebelum dan sesudah dialisis (4) - Memonitor hasil
pemeriksaan Laboratorium ( ureum, kreatin , HB ) (5) - Berikan asupan cairan
sesuai kebutuhan (6) Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan (7) Kolaborasi
untuk HD
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 dan 6 Maret 2020
sudah sesuai dengan rencana yang penulis buat, berikut adalah implementasi
yang sudah dilakukan oleh penulis:
Implementasi diagnosa pertama, Kelebihan Volume cairan berhubungan
dengan Hipervolemia yaitu, (1) Memonitor frekuensi nadi, hasil:94x/menit (2)
Memonitor Tanda – tanda vital TD: 140/65 mmHg, RR: 18 x/mrnit, S: 36ºC,
Memberikan obat oral Asam Folat 3 x 1, B12 2 x 1, Aminasol, mengobservasi
intek dan output cairan (3 ) Mengobeservasi terapi Hemodialisa
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi akhir dari setiap diagnosa pada tanggal 3 dan 6 Maret yaitu :
Kebelihan Volume cairan yang berhubungan dengan hipervolemia d.d :
kelebihan melaksanakan reduksi dan kelebihan asupan cairan yaitu, data
subjektif: Pasien mengatakan badan terasa ringan dan lebih enak, data
objektif: Tanda – tanda Vital, TD: 142/71 mmHg, RR: 18 x/menit, N: 99, RR: 18
48
x/menit x/Menit, S: 36,3 ºC, nadi teaba teratur, BB :50, 2 kg, intake oral Asam
Folat 2 x 1, B12 2 x 1 , Aminasol 3 x 1, Tanaprey 1 x 1, Bignat 3 x 1, Total
output/UF tercapai intra hemodialisis : 290 ml, Total intake intra
hemodialisis : 440 ml, Balance Cairan intra hemodialisis :
2460, analisa: masalah keperawatan Kelebihan Volume teratasi, rencana:
intervensi dilanjutkan klien melaksanakan Hemodialisa satu minggu dua kali
yaitu di hari Selasa dan hari Jumat, kolaborasi pemberian obat Folat 2 x 1,
B12 2 x 1 , Aminasol 3 x 1, Tanaprey 1 x 1, Bignat 3 x 1, pasien pulang.
49
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang
menggambarkan respons manusia dalam keadaan sehat atau perubahan
pola interaksi aktual/potensial dari individu atau kelompok. Diagnosa
keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan aktual potensial sebagai dasar intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang optimal (Budiono dan Mulyanti, 2016).
Penulis merumuskan 3 diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori.
Diagnosa pertama:
Diagnosa keperawatan pertama PPNI (2016) yaitu Kelebihan Volume
Cairan b.d Hipervolemia d.d gangguan melaksanakan reduksi d.d
kelebihan asupan cairan. data subjektif: Pasien mengatakan badan terasa
ringan dan lebih enak, data objektif: Tanda – tanda Vital, TD: 142/71
mmHg, RR: 18 x/menit, N: 99, RR: 18 x/menit x/Menit, S: 36,3 ºC, nadi
teaba teratur, BB :50, 2 kg, intake oral Asam Folat 3 x 1, B12 2 x 1,
Aminasol 3 x 1, output urine: 584 cc, feses: - cc, Total output/UF tercapai
intra hemodialisis : 290 ml, Total intake intra hemodialisis
:440 ml, Balance Cairan intra hemodialisis : 2460, analisa:
masalah keperawatan Kelebihan Volume teratasi, rencana: intervensi
dilanjutkan klien melaksanakan Hemodialisa satu minggu dua kali yaitu di
hari Selasa dan hari Jumat, kolaborasi pemberian obat mengkonsumsi
Folat 2 x 1, B12 2 x 1 , Aminasol 3 x 1, Tanaprey 1 x 1, Bignat 3 x 1.
C. Perencanaan Keperawatan
52
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Rahmah, 2013).
Implementasi yang penulis lakukan sudah sesuai dengan rencana yang
telah dibuat, implementasi dilakukan pada tanggal 3 dan 6 Maret 2020.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir dan tujuan
atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rahmah, 2013).
Dalam melakukan evaluasi keperawatan harus menerapkan langkah-
langkah evaluasi keperawatan SOAP (Subjektif, Objetif, Assesment, dan
Planning) (Budiono dan Mulyanti, 2016).
Kriteria hasil yang diharapkan dari diagnosa , Kelebihsn Volume Cairan
yang berhubungan dengan Hipervolemia d.d gangguan melaksanakan
reduksi d.d kelebihan asupan cairan adalah Hipervolemia adalah
peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan intraseluler.
Pasien mengatakan badan terasa ringan dan lebih enak, data objektif:
Tanda – tanda Vital, TD: 142/71 mmHg, RR: 18 x/menit, N: 99, RR: 18
x/menit x/Menit, S: 36,3 ºC, nadi teaba teratur, BB :50, 2 kg, intake oral
mengkonsumsi Folat 2 x 1, B12 2 x 1 , Aminasol 3 x 1, Tanaprey 1 x 1,
Bignat 3 x 1, output urine: 584 cc, feses: - cc, Total output/UF tercapai
intra hemodialisis : 290 ml, Total intake intra hemodialisis :
440 ml, Balance Cairan intra hemodialisis : 2460, analisa: masalah
keperawatan Kelebihan Volume teratasi, rencana: intervensi dilanjutkan
klien melaksanakan Hemodialisa satu minggu dua kali yaitu di hari Selasa
dan hari Jumat, kolaborasi pemberian obat mengkonsumsi Folat 2 x 1,
B12 2 x 1 , Aminasol 3 x 1, Tanaprey 1 x 1, Bignat 3 x 1, pasien pulang.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. C di ruang
hemodialisa RSUD Pasar rebo maka penulis akan menyimpulkan
sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada dalam proses keperawatan
yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
1. Hasil pengkajian pada Ny. C sudah menggambarkan secara nyata
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal
Kronik ( GGK ), didapatkan beberapa hasil data yang sesuai
dengan teori adanya kelebihan Volume cairan. Cara pengumpulan
data diperoleh melalui metode anamnesa, observasi, pemeriksaan
fisik dan melalui rekam medik. Pada saat dilakukan anamnesa
dengan klien penulis tidak menemukan hambatan karena klien dan
keluarga cukup koperatif. Pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis dan sesuai prosedur tidak terdapat hambatan.
B. Saran
56
1. Bagi mahasiswa
Penulis berharap agar mahasiswa keperawatan Poltekkes
Kemenkes Jakarta I dapat terus mempelajari teori-teori yang sudah
diajarkan oleh para dosen saat perkuliahan dan mengulang kembali
cara pemeriksaan fisik dan anamnesa yang benar serta sistematis
sehingga dapat memudahkan mahasiswa pada saat penerapan
asuhan keperawatan pada klien di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
(Prabowo & Pranata, 2014) Gagal ginjal kronis merupakan penyakit pada
ginjal : dengan kerusakan ginjal dan kerusakan Glomerular Fitration Rate
(GRF);Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipervolemia adalah peningkatan volume
cairan intravaskular, interstisial, dan intraseluler. Jakarta