MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
KEPERAWATAN MATERNITAS II
Yang dibina oleh Ibu Dr. Yektiningtyastuti, M.Kep., Sp.Mat
KELOMPOK 4
Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ca Mammae dan Ca Ovarium” ini, meskipun masih
jauh dari kesempurnaan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata
kuliah Keperawatan Maternitas II. Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada
umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan .
Penyusun
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia dan di
Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita umur 40-50
tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan pada usia 18 tahun (American Cancer Society,
2011). Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Jumlah yang
diperkirakan 50% penderita kanker payudara di Indonesia datang memeriksakan penyakit
kanker yang dideritanya sudah pada stadium lanjut. Deteksi dini kanker payudara merupakan
langkah awal yang baik untuk mengetahui adanya penyakit kanker payudara sedini mungkin,
yaitu dengan Periksa payudara Sendiri (SADARI). Keterlambatan deteksi dini ini
kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker
payudara (Indonesian Cancer Fondation, 2011). Cancer mammae di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Moehammad Hoesin Palembang menduduki peringkat pertama setelah kanker
serviks. (RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang, 2014).
Cancer mammae memerlukan beberapa terapi dalam pelaksanaannya, seperti
lumpektomi, mastektomi, radiasi, terapi hormon, dan kemoterapi. Terapi tersebut dapat
menghambat pertumbuhan sel kanker, namun berdampak pula pada fisik dan psikologis
pasien. Pasien akan kehilangan payudaranya, kulit akan menghitam, rambut rontok, dan tubuh
menjadi kurus. Pasien akan malu dan sedih dengan keadaannya. Pada kondisi seperti itu,
pasien memerlukan asuhan keperawatan yang holistik untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
yaitu kebutuhan biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual. Kebutuhan biologis seperti
nutrisi, cairan, dan pakaian. Kebutuhan psikologis meliputi perhatian dan dukungan dari
keluarga dan orang sekitarnya. Kebutuhan sosial yang meliputi interaksi dengan keluarga,
teman, dan masyarakat. Kebutuhan kultural yang meliputi kebiasaan dan budaya yang dianut
oleh pasien. Dan kebutuhan spiritual meliputi kebutuhan pasien terhadap kepercayaan yang
dianut, serta hubungannya dengan Tuhan. Pasien cancer mammae memerlukan asuhan
keperawatan yang holistik (menyeluruh), sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
Kanker ovarium juga merupakan penyebab ke-5 terbanyak dari kematian wanita yang
disebabkan oleh kanker. Di Indonesia kanker ovarium menempati urutan ke empat dengan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari ca mammae dan ca ovarium?
2. Apa saja etiologi dari ca mammae dan ca ovarium?
3. Bagaimana klasifikasi ca mammae dan ca ovarium?
4. Bagaimana insiden terjadinya ca mammae dan ca ovarium?
5. Bagaimana patofisiologi dari ca mammae dan ca ovarium?
6. Apa saja manifestasi klinis dari ca mammae dan ca ovarium?
7. Bagaimana diagnosis ca mammae dan ca ovarium?
8. Apa yang komplikasi yang dapat terjadi pada ca mammae dan ca ovarium?
9. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan pada ca mammae dan ca ovarium?
10. Penatalaksanaan apa saja yang dapat dilakukan pada ca mammae dan ca ovarium?
PEMBAHASAN
Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak
penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan
resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara (Price & Lorraine, 2006).
1. Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara daripada
pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker payudara.
2. Usia menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.
3. Menopause
Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk
setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara
3%.
4. Tidak Menyusui
Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang
lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan
level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.
5. Faktor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker
payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua,
dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah
bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur
saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara.
Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya
umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
6. Penggunaan hormone
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari
Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker
payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu
C. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Patologik
a. Paget’s disease
Paget’s disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan
manifestasinya sebagai eksema menahun putting susu, yang biasanya merah dan
menebal. Suatu tumor sub areoler bisa teraba. Sedang pada umumnya kanker payudara
yang berinfiltrasi ke kulit mempunyai prognosis yang buruk namun pada paget’s
1. Stadium 0 : T0 N0 M0
2. Stadium I : T1 N0 M0
4. Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
5. Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
6. Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
D. INSIDEN
Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker
(Siswono, 2003). Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan diberbagai negara
berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini. Demikian pula
di Bali, kini jumlah kasusnya meningkat dan menempati urutan kedua terbanyak setelah
kanker serviks dan cenderung bergeser ke arah yang lebih muda.
E. PATOFISIOLOGI
Kanker payudara yang invasif disebabkan oleh pertumbuhan selsel epitel payudara
yang berlebih dan tidak terkendali (Stopeck et al, 2015). Proliferasi sel yang berlebih ini
dapat disebabkan oleh mutasi gen, tidak aktifnya gen supresor tumor, gangguan apoptosis,
dan gangguan perbaikan DNA sehingga terjadi aktivasi onkogen yang pada akhirnya menjadi
sel kanker yang invasif. Selain itu, reseptor estrogen dan progesteron yang berada di inti sel
yang terdapat pada beberapa kanker payudara dapat mendorong replikasi DNA, pembelahan
sel dan pertumbuhan sel kanker ketika hormon yang sesuai berikatan pada reseptor tersebut
(Kosir, 2013). Pertumbuhan sel ini dapat muncul pertama kali di duktus maupun lobulus
payudara yang kemudian menyebar ke jaringan sekitar melalui infiltrasi, invasi, dan
penetrasi progresif. Sel kanker dapat menyebar melalui aliran limfe dan sirkulasi darah yang
mengakibatkan metastasis ke organ tubuh lain. Metastasis sel kanker bisa ke viseral seperti
paru, hati, otak dan non viseral seperti tulang dan jaringan lunak (de Jong, 2010). Metastasis
PATHWAYS
Menurut Dalimartha (2004), kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak
menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak terganggu
aktivitasnya. Tanda yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di
payudara. Keluhan baru timbul bila penyakitnya sudah lanjut. Beberapa keluhannya antara
lain:
1. Teraba benjolan pada payudara.
2. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
3. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau diobati.
4. Eksim pada puting susu dan sekitarnya.
5. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting atau keluar air susu pada wanita yang
tidak sedang hamil atau tidak sedang menyusui.
6. Puting susu tertarik kedalam.
7. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange).
G. DIAGNOSIS
Diagnosis pada kanker payudara meliputi triple assessment yaitu anamnesis klinis
lengkap, pemeriksaan radiologi/imaging (ultrasonografi dan/atau mamografi) dan
pemeriksaan patologi (sitologi dan/atau histologi) (MOH Malaysia, 2010). Anamnesis klinis
lengkap meliputi anamnesis keluhan utama dan tambahan serta pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan radiologik meliputi mamografi bilateral dan ultrasonografi pada payudara dan
juga limfonodi regional (KNPK, 2015). MRI (Magnetic Resonance Imaging) tidak
diperlukan sebagai prosedur diagnostik rutin, tetapi dapat dipertimbangkan apabila terdapat
jaringan payudara yang lebih padat pada perempuan usia muda, riwayat kanker payudara
dalam keluarga karena mutasi gen BRCA, dan adanya status limfonodi axilla positif tetapi
tidak diketahui lokasi tumor primer (Aebi, 2011). Pemeriksaan Patologi dengan sitologi
biopsi aspirasi jarum halus dan/atau core biopsy pada lesi yang dicurigai ganas. Selain itu
juga dilakukan pemeriksaan histopatologi sebagai gold standard (KNPK, 2015).
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk
metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan
mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru
akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak mengalami
gangguan persepsi sensori.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA) dalam
serum/plasma, Pemeriksaan sitologis
2. Test diagnostik lain:
a. Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
b. Invasif
1) Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam tindakan
pembedahan yaitu Aspirasi biopsy (FNAB) dengan aspirasi jarum halus , sifat
massa dibedakan antar kistik atau padat dan True cut / Care biopsy dilakukan
dengan perlengkapan stereotactic biopsy mamografi untuk memandu jarum
pada massa.
2) Incisi biopsy
3) Eksisi biopsy. Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan
pemeriksaan histologik secara froxen section
I. PENATALAKSANAAN
Beberapa penatalaksanaan medis standar yang dapat dilakukan pada kanker payudara:
1. Karsinoma in situ
a. Lobular carcinoma in situ (LCIS) = LCIS merupakan kondisi prekanker, sehingga
terapi aktif belum direkomendasikan, tetapi diperlukan follow-up aktif dengan
pemeriksaan payudara dan mammografi rutin setiap tahun karena karsinoma in situ
dapat berkembang menjadi karsinoma invasif.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas. Meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama, umur (50 tahun
ke atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record.
2. Keluhan utama adanya benjolan pada payudara, sejak kapan, riwayat penyakit (perjalanan
penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor etiologi/ resiko.
3. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan cancer mammae.
4. Pemeriksaan klinis. Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh factor
hormon antara lain estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan
saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/ setelah menstruasi ± 1 minggu dari hari
akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri
didepan dalam posisi yang sama tinggi.
5. Inspeksi
a. Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan.
b. Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit, tanda radang,
peaue d’ orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain.
6. Palpasi
a. Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan dada, jika
perlu punggung diganjal bantal kecil.
b. Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas.
c. Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila).
d. Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh,
e. Stadium kanker (system TNM UICC)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan, mis; anoreksia
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah jaringan
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
A. PENGERTIAN
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim (kanker) pada satu
atau dua bagian indung telur. Indung telur sendiri merupakan salah satu organ reproduksi
yang sangat penting bagi perempuan. Dari organ reproduksi ini dihasilkan telur atau ovum,
yang kelak bila bertemu sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan). Indung telur juga
merupakan sumber utama penghasil hormon reproduksi perempuan, seperti hormon estrogen
dan progesteron.
Kanker ovarium adalah kanker atau tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan
berbagai tipe histologi, yang dapat mengenai semua umur. Kanker ovarium merupakan tumor
dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast
(ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang
beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
B. ETIOLOGI
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul
kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis
tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini.
Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di
luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan
hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan
tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel
epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor.
2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker ovarium belum ada keseragamannya, namun tidak ada perbedaan
sifat fundamental. Menurut International Federation of Ginecologic and Obstetrics (FIGO),
kanker ovarium di bagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor dan
kemudian masing-masing kelompok terdiri dari berbagai spesifikasi sesuai dengan
histopatologi:
1. Kanker Berasal dari Epitel Permukaan
Kanker yang berasal dari epitel permukaan merupakan golongan terbanyak dan
sebagian besar 85 % kanker ovarium berasal dari golongan ini. Lebih dari 80% kanker
ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause di mana pada usia 62 tahun
adalah usia kanker ovarium epitel paling sering ditemui. Jenis-jenis kanker ovarium epitel
permukaan:
a. Karsinoma Serosa
Karsinoma ini merupakan keganasan epitel ovarium yang tersering ditemukan. Mudah
tersebar di kavum abdomen dan pelvis, irisan penampang tumor sebagai kistik solid.
Tumor jenis ini di bawah mikroskop menurut diferensiasi sel kanker dibagi menjadi
diferensiasi baik (benigna) yang memiliki percabangan papilar rapat, terlihat mitosis,
sel nampak anaplastik berat, terdapat invasi intersisial jelas, badan psamoma relatif
banyak. Pada kanker diferensiasi sedang (borderline) dan buruk (maligna) memiliki
lebih banyak area padat, papil sedikit atau tidak ada, dan badan psamoma tidak mudah
ditemukan.
E. PATOFISIOLOGI
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium. Dapat
ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada
masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor
predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan
sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan
implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan
asites (Brunner dan Suddarth, 2002).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium
kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi
tumor-tumor tersebut.
Mutagen,
makanan, wanita Inkusi epitel Kista
mandul, primipara stroma
tua > 45 tahun,
genetik
Rangsangan
hormone estrogen
meningkat
Proliferasi kista
Konstipasi
Koping individu tidak Gangguan citra
efektif tubuh
Ansietas
Pada umumnya , kanker ovarium pada masa awal berkembang cenderung tanpa gejala.
Inilah yang menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini. Lebih dari 70 % penderita
kanker ovarum ditemukan sudah dalam usia stadium lanjut. Biasanya, keluhan utama yang
dirasakan oleh penderita kanker ini adalah sakit di bagian abdominal (perut bawah) yang
disertai dengan rasa kembung, sulit buang air besar, sering buang air kecil dan sakit kepala.
Kalau kanker ovarium ini sudah masuk dalam stadium lanjut, gejalanya pun
bertambah, seperti: Rasa tidak nyaman di bagian perut bawah selama menstruasi (akibat
darah haid yang terlalu deras keluar atau gumpalan darah haid ), rasa kejang di perut,
pendarahan lewat vagina yang tidak normal, serta nyeri di seputar kaki. Lebih lanjut,
perempuan dengan tumor stromal akan mengalami gejala berikut akibat dari pengaruh
hormon estrogen dan progesteron, seperti terjadi pendarahan padahal sudah menopause,
terlalu cepat mendapat menstruasi, payudara cepat membesar pada remaja, menstruasi
terhenti dan adanya pertumbuhan rambut di muka dan tubuh.
Tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa tumor di
pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irreguler dan terfiksir ke dinding panggul,
keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas abdomen ditemukan juga massa dan disertai
asites, keganasan hampir dapat dipastikan.
G. DIAGNOSIS
1. Operasi
Tindakan operasi dilakukan sangat tergantung dari kondisi kesehatan pasien dan
sejauh mana kanker itu telah menyebar dalam tubuh. Di bawah ini ada contoh-contoh
operasi yang kerap dilakukan untuk menghentikan penyebaran kanker ovarium, yaitu :
a. Unilateral oophorectomy
b. Bilateral oophorectomy
c. Bilateral salpingectomy
d. Unilateral dan bilateral salpingo-oophorectomy
e. Radical hysterectomy
f. Cytoreduction
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
J. PENATALAKSANAAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa
yang digunakan, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama
a) Nyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang menyebabkan nyeri bertambah,
atau berkurang), hubungan nyeri dengan menstruasi, seksualitas, fungsi urinaria, dan
gastrointestinal.
b) Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause, karakteristik, faktor pencetus,
jumlah, warna, konsistensi). Pengeluaran cairan/secret melalui vagina (iritasi, gatal,
nyeri, jumlah, warna, konsistensi).
c) Masa (pada mamae, karekterisrik, hubungannya dengan menstruasi, kekenyalan,
ukuran, nyeri dan pembesaran limfe)
2) Keluhan fungsi reproduksi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan produksi darah
(anemia)
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan
di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar
getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa
bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. Kanker payudara berasal dari
jaringan epitel dan paling sering terjadi pada system duktal.
Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri
maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan
terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang,
retraksi putting, pembengkakan lokal. Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara
yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T,
2005, hal : 42)
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Sudah sewajarnya kita harus mengenal dan
mendeteksi dini penyakit CA Ovarium untuk menanggulangi,mencegah, merawat atau
menjaga kesehatan diri kita atau orang yang kita sayangi
B. SARAN
Sebagai seorang perawat, kita sebaiknya tahu banyak tentang penyakit ca mammae dan
ca ovarium serta memahami konsep dan asuhan keperawatannya yang pada klien sehingga
dapat menjadi acuan dan bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit nantinya.