Anda di halaman 1dari 51

GAMBARAN POLA MAKAN PADA PASIEN GASTRITIS

BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS CIKADU
KABUPATEN CIANJUR

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan

PRAYOGA
1218081

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2019
PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL / HASIL TUGAS AKHIR

Judul Tugas akhir : Gambaran Pola Makan Pada Pasien Gastritis Berdasarkan
Karakteristik di Wlayah Kerja Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur
Nama Mahasiswa : Prayoga
NPM : 1218081
Program Studi : S1 Keperawatan

Menyetujui :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Istianah, S.Kep,Ners.M.Kep Reni Anggraeni, S.Kep,Ners.MMKes

ii
PENGESAHAN

Tugas Akhir ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Tugas Akhir Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali
Pada Tanggal Februari 2020

Mengesahkan :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Istianah, S.Kep,Ners.M.Kep Reni Anggraeni, S.Kep,Ners.MMKes

Penguji,

Budi Rustandi, S.Kep,Ners.M.Kep

Mengetahui :
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali,

Istianah,S.Kep., Ners, M.Kep

iii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Prayoga
NPM : 1218081
Program Studi : S1 Keperawatan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan Plagiat dalam


penyusunan tugas akhir saya yang berjudul ”Gambaran Pola Makan Pada Pasien
Gastritis Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas akhir saya
tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan yang berlaku.

Bandung, Februari 2020

Prayoga

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


karena atas berkat ridho dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Gambaran Pola Makan Pada Pasien Gastritis
Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu Kabupaten
Cianjur”.
Penyusunan skripsi ini disusun dengan sebaik mungkin dan sesuai dengan
sitematika yang benar, namun dengan penuh kesdaran dan kerendahan hati penulis
menyadari bahwa penulisan tugas ini masih banyak kekurangan, dengan demikian
kritik dan saran yang bersifat membangun penulis sangat diharapkan guna
perbaikan dan penambahan wawasanuntuk tugas berikutnya.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga penulisan skripsi ini selesai
tepat waktu. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Tonika Tohri, S.Kp.M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Rajawali Bandung.
2. Ibu Istianah, S.Kep,Ners.M.Kep, Selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan Stikes Rajawali Bandung sekaligus sebagai pembimbing utama
yang telah memberikan masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini
3. Ibu Reni Anggraeni, S.Kep,Ners.MMKes selaku pembimbing Pendamping
yang telah memberikan masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini
4. Kepala Puskesmas Cikadu Kabupaten Cianjur
5. Tidak lupa pula Bapak Ibu Dosen Program Sarjana Keperawatan STIKES
Rajawali Bandung yang telah memberikan ilmunya selama penulis
menempuh studi di STIKES Rajawali tercinta ini
6. Rekan-rekan seperjuangan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu
disini akan terkenang dihati penulis
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

v
Semoga atas segala amal dan kebaikannya, yang bersangkutan
mendapatkan kebahagiaan dari ALLAh SWT, dan dibalas dengan kebaikan yang
berlipat ganda. Aamiin Yaa Robbal’alamin
Akhirnya penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandung, Februari 2020

Penyusun,

vi
vii
viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................i


PERSETUJUAN ...................................................................................................ii
PENGESAHAN ....................................................................................................iii
PERNYATAAN ....................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................................v
ABSTRAK ...........................................................................................................vii
ABSTRAC ..........................................................................................................viii
DAFTAR ISI .........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................3
1.3 Rumusan Masalah........................................................................3
1.4 Tujuan Penulisan..........................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pola Makan..................................................................................5
2.2 Konsep Gastritis.........................................................................11
2.3 Kerangka Teori..........................................................................19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian.................................................................20
3.2 Kerangka Penelitian ..................................................................20
3.3 Variabel Penelitian.....................................................................21
3.4 Definisi Operasional..................................................................21
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian.................................................22

ix
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian..................23
3.7 Pengolahan dan Analisa Data....................................................24
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................25
3.9 Etika Penelitian .........................................................................27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian .........................................................................28
4.2 Pembahasan...............................................................................31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan................................................................................36
5.2 Saran..........................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL TABEL HALAMAN

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat,


yang Dianjurkan untuk Perempuan 16-29 Tahun di
Indonesia (perorang perhari)............................................................7

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian......................................................21

Table 4.1 Distribusi Hasil Pola Makan (Frekuesni Makan) Pada


Pasien Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu....................28

Table 4.2 Distribusi Hasil Pola Makan (Waktu Makan) Pada Pasien
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu...............................29

Table 4.3 Distribusi Hasil Pola Makan (Jenis Makanan) Pada Pasien
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu...............................29

Table 4.4 Distribusi Hasil Gambaran Pola Makan Pada Pasien


Gastritis Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin .......................30

Table 4.5 Distribusi Hasil Gambaran Pola Makan Pada Pasien


Gastritis Berdasarkan Karakteristik Usia ......................................30

Table 4.6 Distribusi Hasil Gambaran Pola Makan Pada Pasien


Gastritis Berdasarkan Karakteristik Jenis Pekerjaan......................31

xi
DAFTAR GAMBAR

NOMOR JUDUL GAMBAR HALAMAN

Gambar 2.1 Patofisiologis Gastritis....................................................................13

Gambar 2.2 Kerangka Teori...............................................................................19

Gambar 3.1 Kerangka Konsep...........................................................................20

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan derajat kesehatan masyarakat diselenggarakan melalui
upaya kesehatan terpadu dan menyeluruh baik berupa upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan ini
diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan. Gastritis merupakan masalah saluran pencernaan yang
paling sering ditemukan dikehidupan sehari-hari dan gangguan kesehatan
yang sering dijumpai diklinik. Gastritis biasanya diawali oleh pola makan
yang tidak teratur. Kebiasaan makan yang buruk dan mengkonsumsi makanan
yang tidak haygien merupakan faktor resiko terjadinya gastritis.
(Wahyu,2011).
Penyakit gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun
jenis kelamin. Beberapa survey menunjukan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif. Pada usia produktif rentan terserang gejala gastritis
karena tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan
kesehatan serta stress yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor
lingkungan. Gastritis atau lebih lazim kita menyebutnya sebagai penyakit
magg, merupakan penyakit yang sangat menganggu aktivitas dan bila tidak
ditangani dengan baik dapat berakibat fatal. Biasanya terjadinya penyakit
gastritis pada orang-orang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur
dan merangsang produksi asam lambung. Beberapa infeksi mikroorganisme
juga dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Gejala-gejala sakit gastritis
selain nyeri di daerah ulu hati adalah mual, muntah, lemas, kembung dan
terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar
keringat dingin, pusing atau selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih
parah, bisa muntah darah (Gustin, 2011).

1
Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap
beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian
gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%,
Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1
juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi
gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai
sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat
yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap
sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah
penyakit yang dapat menyusahkan kita. Perisentase dari angka kejadian
gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%.(Kurnia, Rahmi:2011).
Berdasarkan angka Kematian kasar sepuluh penyakit utama penyebab
kematian menurut golongan sebab akibat di rumah sakit di Indonesia tahun
2007 dan 2008 adalah penyakit saluran cerna dengan posisi kelima,
sedangkan angka morbiditas termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit tahun 2007 dengan posisi
keempat dan tahun 2008 pada posisi ketiga (Departemen Kesehatan RI,2009).
Berdasarkan sepuluh penyakit terbanyak di rumah sakit di Indonesia tahun
2010 adalah gastritis dengan posisi kelima pada pasien rawat inap dan posisi
keenam pada pasien rawat jalan dengan kasus tertinggi pada perempuan
(Kemenkes RI,2011).
Dari hasil penelitian di dapatkan jumlah penderita gastritis antar pria
dan wanita, ternyata lebih banyak menyerang wanita dan dapat menyerang
sejak usia dewasa muda hingga usia lanjut. Di inggris 6-20%, menderita
gastritis pada uia 55 tahun degan privalensi 22% insiden total untuk semua
umur pada tahun 1988 adalah 16 kasus/1000 pada kelompok umur 45-64
tahun. Insiden sepanjang usia untuk gastritis adalah 10%(Harun riyanto,
2008).
Dari hasil penelitian dapat dilihat, bahwa pola makan pada pasien yang
mengalami gastritis ada sebanyak Hasil penelitian menunjukkan gastritis
terjadi pada usia 14-15 tahun dengan frekuensi 39 orang (65%) berusia 14
tahun dan 21 orang (35%) berusia 15 tahun. Frekuensi jenis kelamin 22 orang
(36,7%) laki-laki dan 38 orang (68,3%) perempuan. Pola makan
menunjukkan 57 responden (95%) kurang baik dan 3 responden (5%)
memiliki pola makan yang baik dengan sub kategori jenis makanan 56 orang
(93,3%) jenis makanan kurang baik, dan 4 orang (6,7%) jenis makanan baik,
frekuensi makan 59 orang (98,3%) kurang baik dan 1 orang (1,7%) frekuensi
makan baik, jadwal makan 54 orang (90%) tidak teratur dan 6 orang (10%)
jadwal makan yang teratur, dan porsi makan 31 orang (51,7%) baik dan 29
orang (48,3%) kurang baik. (Hosana, 2017)
Angka kejadian gastritis dari hasil penelitian yang dilakukan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tercatat, Jakarta mencapai 50%,
Denpasar 46%, Palembang 35,3%, Bandung 32,5%, Aceh 31,7%, dan
Pontianak 31,2%. (Kemenkes RI, Profil Kesehatan Indonesia, 2009). Di
provinsi Jawa Barat angka kejadian penderita gastritis mencapai 31,2%, dan
dinas kesehatan Kabupaten Cianjur pada tahun 2018 penyakit gastritis
(10,14%),
Berdasarkan study pendahuluan di Puskesmas Cikadu, di dapatkan data
angka kejadian penyakit gastritis tercatat, di tahun 2016 sebanyak 35,5%,
tahun 2017 41,5% dan di tahun 2018 45,2%, adapun data kejadian penyakit
Gastritis pada bulan Januari – Agustus 2019, terdapat 50 Kasus Gastritis.
terdapa setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
sehingga peneliti tertarik membuat judul penelitian Gambaran Pola Makan
Pada Pasien Gastritis Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur

1.2 Identifikasi Masalah


Penyakit gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun
jenis kelamin. Beberapa survey menunjukan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif. Pada usia produktif rentan terserang gejala gastritis
karena tingkat kesibukan serta gaya hidup dan pola makan yang tidak baik,
yang kurang memperhatikan kesehatan serta stress yang mudah terjadi akibat
pengaruh faktor-faktor lingkungan. gastritis persisten atau yang tidak di obati
dapat menyebabkan hemoragi, syok, obstruksi, peritonitis, dan kanker
lambung.(Fatimah,S.Kep; Jakarta: TIM, 2010)
Pola makan yang teratur dan baik yaitu salah satunya dari
penatalaksanaan gastritis dan juga adalah tindakan preventif dalam mencegah
kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis sangat perlu pengaturan
makanan sebagai upaya memperbaiki kondisi pada pencernaan. Penyakit
gastritis yang memiliki gejala nyeri di daerah ulu hati, mual, muntah, lemas,
perut kembung dan terasa sesak, nafsu makan menurun, serta selalu
bersendawa ini banyak di derita orang - orang usia tua di negara maju. Hal ini
berbeda dengan di negara berkembang yang banyak diderita orang - orang
usia dini (Wijoyo, 2009).

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan adalah Gambaran Pola
Makan Pada Pasien Gastritis Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pola Makan
Pada Pasien Gastritis Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Gambaran pola makan pada pasien Gastritis pada pasien
di Puskesmas Cikadu Kabupaten Cianjur
2. Mengetahui Gambaran pola makan pada pasien Gastritis Berdasarkan
Karakteristik Usia,Jenis Kelamin dan pekerjaan di Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur
1.5 Manfaat Penelitian.
1. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
memberikan masukan hal – hal apa saja yang sudah diteliti sehingga
digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan
dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu. Dan manfaat untuk
profesi keperawatan diharapkan menambah pengetahuan dan memberikan
asuhan keperawatan untuk pencegahan kejadian gastritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Makan


2.1.1 Pengertian Pola Makan
Pola Makan Pola makan sering diartikan sebagai kebiasaan makan
seseorang setiap harinya. Menurut Baliwati (2009), pola makan adalah
susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau
kelompok orang pada waktu tertentu. Pembentukan pola makan seseorang
didasari oleh faktor-faktor tertentu di lingkungan sekitarnya. Pendapat ahli
menyatakan bahwa pola makan merupakan cara yang ditempuh seseorang
atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya
sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI,
2009).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola
makan adalah cara atau kebiasaan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok dalam hal mengonsumsi makanan yang dilakukan secara
berulang-ulang pada waktu tertentu dalam jangka waktu yang lama serta
merupakan reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan
sosial di lingkungan sekitarnya. Pola makan terdiri dari gambaran
mengenai jumlah, frekuensi, jenis, dan asupan makanan yang dikonsumsi
setiap hari ( Harna, 2009)
Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau
sekelompok orang dalam memilih dan menggunakan bahan makanan
dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi aktivitas dapat kita
laksanakan dengan baik apabila kita menerapkan pola makan yang sehat.
Pola makan sehat adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah,
frekuensi dan jenis bahan makanan dengan maksud tertentu seperti

6
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit.
Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai
suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola
makan yang sehat selalu mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu
terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Terdapat enam
unsur gizi yang harus dipenuhi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan air. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan zat gizi makro
sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral merupakan zat gizi
mikro sebagai pengatur kelancaran metabolisme tubuh.
Kebutuhan zat gizi tubuh hanya dapat terpenuhi dengan pola makan
yang bervariasi dan beragam, sebab tidak ada satupun bahan makanan
yang mengandung makronutrien dan mikronutrien yang lengakap, maka
semakin bervariasi dan semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh
maka semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk mewujudkan kesehatan
yang optimal. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai asupan makanan, jenis makanan, jadwal makan dan
jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari (Persagi, 2006).

2.1.2 Asupan Makan


Asupan makanan merupakan jumlah makanan yang dikonsumsi
individu dalam sehari. Penilaian asupan makanan biasanya dilihat melalui
jumlah zat-zat gizi yang dikonsumsi. Zat-zat gizi yang masuk terdiri dari
makronutrient yakni karbohidrat, protein dan lemak serta mikronutrient
yang terdiri dari vitamin dan mineral. Kita harus menyeimbangkan jumlah
kalori yang masuk dengan jumlah energi yang dikeluarkan. Makanan yang
dikosumsi harus seimbang dengan kebutuhan yang disesuaikan dengan
umur dan piramida makanan yaitu karbohidrat 50-60%, lemak 25-30% dan
protein 15-20%. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar dari energi
yang dikeluarkan maka akan mengalami kelebihan berat badan.
Menurut Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 angka kecukupan gizi
untuk perempuan umur 16-49 tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat,
yang Dianjurkan untuk Perempuan 16-29 Tahun di
Indonesia (perorang perhari)
BB TB Energi Karbohidrat Protein Lemak
Umur
(kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g)
16-18 50 158 2125 292 59 71
Tahun
19-29 55 159 2250 309 56 75
Tahun
30-49 54 159 2150 323 57 60
Tahun

2.1.3 Jenis Makanan


Di alam terdapat berbagai jenis bahan pangan baik pangan nabati
maupun pangan hewani. Diantara beragam jenis bahan pangan tersebut,
ada yang kaya akan satu jenis zat gizi dan ada yang kekurangan zat gizi
tertentu. Oleh karena itu Universitas Sumatera Utara 10 manusia
memerlukan berbagai macam bahan pangan untuk menjamin agar semua
zat gizi yang diperlukan tubuh dapat dipenuhi dalam jumlah yang cukup.
Jenis makanan yang kita konsumsi harus mengandung karbohidrat,
protein, lamak dan nutrient spesifik. Karbohidrat kompleks bisa kita
penuhi dari gandum, beras, terigu, buah dan sayuran. Jenis karbohidrat
yang baik dikonsumsi adalah karbohidrat yang berserat tinggi. Karbohidrat
yang berasal dari gula, sirup dan makanan yang manis-manis sebaiknya
dikurangi yakni 3-5 sendok makan perhari saja. Konsumsi protein harus
lengkap antara protein nabati dan protein hewani. Sumber protein nabati
didapat dari kedelai, tempe dan tahu, sedangkan protein hewani berasal
dari ikan, telur, dan daging (sapi, ayam, kambing, kerbau). Sumber
vitamin dan mineral terdapat pada vitamin A (hati, susu, wortel dan
sayuran), vitamin D (ikan, susu dan kuning telur), vitamin E (minyak,
kacang-kacangan dan kedelai), vitamin K (brokoli, bayam dan wortel),
vitamin B (gandum, ikan, susu dan telur), serta kalsium (susu, ikan dan
kedelai). Makanan terbagi atas dua jenis yaitu makanan selingan dan
makanan utama. Makanan selingan adalah makanan yang dikonsumsi
disela-sela waktu makanan utama. Makanan utama terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk hewani dan nabati, sayur, buah dan minuman. Penjelesan
lebih lanjut mengenai dua jenis makanan tersebut dijelaskan dibawah ini :
1. Makanan Utama
Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang
berupa makan pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari
makanan pokok, seperti nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan minuman.
Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan
penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan berfungsi
sebagai sumber energi (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa
kenyang.
2. Makanan Selingan
Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri
maupun yang dijual di depan rumah atau di toko atau di supermarket.
Makanan selingan menurut bentuknya terdiri dari :
a. Makanan selingan bentuk kering seperti kripik pisang, kripik
singkong, kacang telur, pop corn dan sebagainya.
b. Makanan selingan berbentuk basah seperti lemper, semar,
mendem, tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya.
c. Makanan selingan berbentuk kuah seperti bakso, mie ayam,
empek-empek, mie ketupat dan sebagainya (Sutyoningsih, 2011)

2.1.4 Frekuensi Makan


Frekuensi makan adalah suatu kejadian yang berkelanjutan atau
kejadian yang berulang. Menurut Okviani (2011), Frekuensi makan adalah
jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif maupun kuantitatif. Jadi,
frekuensi makan adalah sejumlah pengulangan yang dilakukan dalam hal
mengonsumsi makanan baik kualitatif maupun kuantitatif yang terjadi
secara berkelanjutan. Frekuensi makan juga dapat diartikan sebagai
seberapa seringnya seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari
baik makan utama maupun makan selingan. Frekuensi makan merupakan
jumlah waktu makan dalam sehari meliputi makanan lengkap (full meat)
dan makan selingan (snack). biasanya diberikan tiga kali sehari (makan
pagi, makan siang dan makan malam), sedangkan makanan selingan biasa
diberikan antara makan pagi dan makan siang dan antara makan siang dan
makan malam. Frekuensi makan yang dapat memicu munculnya kejadian
maag adalah frekuensi makan kurang dari frekuensi yang dianjurkan yaitu
makan tiga kali sehari. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh
melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama
makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata
umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun
harus menyesuaikan dengan kosongnya lambung. Pada umumnya setiap
orang melakukan kegiatan makan makanan utama 3 kali dalam sehari
yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore.
Ketiga waktu makan tersebut yang paling penting adalah makan
pagi sebab dapat membekali tubuh dengan berbagai zat makanan terutama
kalori dan protein yang berguna sebagai cadangan energi untuk
melakuakan aktivitas dalam sehari. Berdasarkan penelitian Pereira dari
University of Minnesota School of Public Health menyatakan bahwa
orang yang makan pagi dapat mengendalikan nafsu makan mereka. Hal itu
dapat mencegah mereka makan secara berlebihan saat makan siang atau
makan malam. Makan siang diperlukan setiap orang karena sejak pagi
merasa lelah akibat melakukan aktivitas. Selain makan utama yang
dilakukan tiga kali, makan selingan juga harus dilakukan yakni sekali atau
dua kali diantara waktu makan guna menanggulangi rasa lapar, sebab jarak
waktu makan yang lama.
2.1.5 Jadwal Makan
Jadwal makan Dalam pola makan sehari-hari kebiasaan jadwal
makan sering tidak teratur seperti terlambat makan atau menunda waktu
makan bahkan tidak makan sehingga membuat perut mengalami
kekosongan dalam jangka waktu yang lama. Jadwal makan yang tidak
teratur tentunya akan dapat menyerang lambung dan berisiko
menyebabkan gastritis. Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari tiga
makan utama yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam. Jadwal
makan sehari dibagi menjadi makan pagi (sebelum pukul 09.00), makan
siang (jam 12.00-13.00), dan makan malam (jam 18.00-19.00). Jadwal
makan ini disesuaikan dengan waktu pengosongan lambung yakni 3-4 jam
sehingga waktu makan yang baik adalah dalam rentang waktu ini sehingga
lambung tidak dibiarkan kosong terutama dalam waktu yang lama
(Oktavani, 2011).
Lambung yang kosong mengakibatkan kadar asam yang meningkat
sehingga dapat mengiritasi lambung dan menimbulkan berbagai keluhan
gejala maag. Jenis makanan yang dikonsumsi sebaiknya makanan yang
tidak menyebabkan pengeluaran asam lambung secara berlebih serta
jadwal makan harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah sedikit tapi
sering dan teratur daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak teratur
(Almatsier, 2010).
Jadwal makan malam juga tidak boleh terlalu dekat dengan waktu
tidur. Cristina-Maria Kastorini, MSc, ahli gizi dari University of Ioannina
di Yunani mengatakan jika seseorang langsung tidur setelah makan malam
maka orang tersebut rentan mengalami refluks asam lambung. Kondisi ini
menyebabkan asam lambung naik menuju kerongkongan dan memicu rasa
tidak nyaman.
2.2 Konsep Gastritis
2.2.1 Pengertian gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangann mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa
penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah (Suratun dan
Lusianah, 2010).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal.
Menurut Herlan (2009) Gastritis adalah proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan submukosa lambung atau peradangan pada lapisan
lambung secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya inflitrasi
sel-sel radang pada daerah tersebut.

2.2.2 Penyebab Gastritis


Menurut Suratun dan Lusianah (2010), penyebab gastritis adalah
sebagai berikut:
a. Konsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen (aspirin), steroid,
kortikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid dapat
mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung,
b. Konsumsi alcohol,alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa
lambung.
c. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada)
menyebabkan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan.
d. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan
susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCl lambung.
e. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli,
salmonella, dan lain-lain.
Menurut Herlan (2009) selain mikroba dan proses imunologis, faktor
lain juga berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronik
cairan penereatotilien, empedu dan lisolesitin.
2.2.3 Patofisiologi Gastritis
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena
keadaan klinis yang berat belum diketahui benar.Faktor-faktor yang amat
penting iskemia pada mukosa gaster, disamping faktor pepsin, refluks
empedu dan cairan pankreas.Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid
merusak mukosa lambung melaui beberapa mekanisme obat-obat ini dapat
menghambat aktivitas siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase
merupakan enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari
asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor
defensive mukosa lambung yang amat penting, selain menghambat
produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod
tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi
karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga
dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat anti
inflamasi nonsteroid jugadapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus
oleh lambung sehingga kemampuan faktor defensive terganggu.
Gastritis terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara faktor
agresif dan factordefensive. Faktor agresif itu terdiri dari asam lambung,
pepsin, AINS, empedu, infeksi virus, infeksi bakteri, bahan korosif: asam
dan basa kuat. Sedangakan faktor defensive tersebut terdiri dari mukus,
bikarbonas mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi (Herlan, 2009).
Gastritis sering akibat diet yang salah kadang gastritis dapat
menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah
kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi luka kronis pada lambung.
Pola makan yang tidak teratur lambung menjadi snsitif bila asam lambung
meningkat. Produksi HCI yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri
yang disebut tukak lambung.(Rafani, 2009)
Zat iritan

Iritasi lambung

Meningkat Sekresi Mukosa

Meningkatkan asam lambung Mukosa inflamasi

Mual muntal Erosi pada mukosa lambung

Gangguan nutrisi dan cairan Erosi lapisan pembuluh darah

Perdarahan

Nyeri Hypovolemik

Gambar 2.1
Patofisiologis Gastritis

2.2.4 Manifestasi Klinis Gastritis


Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga
muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien
tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik
hampir sama, yaitu anoreksia, rasa penuh, nyeri pada epigastrium, mual,
muntah, sendawa danh ematemesis (Suratun dan Lusianah, 2010).

2.2.5 Komplikasi Gastritis


1. GastritisAkut Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok
hemoragik, khusus untukperdarahan SCBA perlu dibedakan dengan
tukan peptik.
2. Gastritis Kronik Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu
gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus.

2.2.6 Penatalaksanaan Gastritis


1. Gastritis Akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet
lambung dengan posisi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk
mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2
Inhibition pompa proton, antikolinergik dan antasid juga ditujukan
sebagai sifo protektor berupa sukralfat dan prostaglandin (Mansjoer,
2010). Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap
pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang
mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi kuasa dan
pengobatan suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian
antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4.
Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap
dianjurkan.
Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit
dengan keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau anti
inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan
misaprostol,ataudevivat prostaglandin mukosa.Dahulu sering
dilakukan kuras lambung dengan air es untuk menghentikan
perdarahan saluran cerna bagian atas, karena tidak ada bukti klinis
yang dapat menunjukkan manfaat tindakan tersebut untuk menghenti-
kan perdarahan saluran cerna bagian atas, pemberian antasida,
antagenis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efek
teraupetiknya masih diragukan. Biasanya perdarahan akan segera
berhenti bila keadaan si pasien membaik dan lesi mukosa akan segera
normal kembali, pada sebagian pasien biasa mengancam jiwa.
Tindakan-tindakan itu misalnya dengan endoskopi skleroterapi,
embolisasi arteri gastrika kiri atau gastrektomi (Herlan, 2009).
2. Gastritis Kronik
Faktor utama adalah ditandai oleh progesif epitel kelenjar
disertaisel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan
mukosa mempunyai permukaan yang rata, Gastritis kronis ini
digolongkan menjadi dua kategori tipe A (altrofik atau fundal) dan tipe
B (antral). Gastritis kronis tipe A disebut juga gastritis altrofik atau
fundal, karena mempunyai fundus pada lambung Gastritis kronis tipe
A merupakan suatu penyakit auto imun yang disebabkan oleh adanya
auto antibodi terhadap sel. Parietal kelenjar lambung dan faktor
intrinsik dan berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan chief cell,
yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar
gastrin (Mansjoer, 2010).
3. Gastritis kronis tipe B
Disebut juga sebagai gastritis antral karena umunya mengenai
daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
gastritis kronis tipe A. Penyebab utama gastritis tipe B adalah infeksi
kronis oleh helicobacter pylory. Faktor etiologi gastritis kronis lainnya
adalah asupan alkohol yang berlebihan, merokok, dan refluks dapat
mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan karsinoma. Pengobatan
gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai.
Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotik untuk
membatasi Helicobacter Pylory (Mansjoer, 2010).
Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis
alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari.
Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan
kronis), maka penyakit ini harus diobati, pada anemia pernisiosa harus
diberi pengobatan vitamin B.12 dan terapi yang sesuai. Gastritis kronis
diatasi dengan memodifikasi diet dan meningkatkan istirahat
mengurangi dan memulai farmakoterapi. Helicobacter pylory dapat
diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoxicillin) dan
garam bismut (pepto bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya
mengalami malabsorbsi vitamin B.12 (Ester, 2009).

2.2.7 Pencegahan Gastritis


Menjaga kesehatan lambung bukan saja untuk menghindari penyakit
maag, tetapi merupakan investasi jangka panjang terutama menghindari
kanker lambung.(Syam, 2009).Ada banyak faktor yang dapat
menyebabkan penyakit luka pada lambung.Salah satunya adalah serangan
bakteri bernama Helicobacter pylori.Bakteri Helicobacter pylori (H.
pylori) merupakan satu- satunya bakteri yang hidup di lambung.Bakteri ini
dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit
lambung kronis. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang
hidup. Bakteri H. pylori menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, baik
secara fecal-oral maupun oral-oral. Fecal-oral artinya bila feses seseorang
yang terinfeksi bakteri ini kontak dengan makanan, air, dan benda lain
yang kemudian masuk ke dalam tubuh orang lain akibat kurang higienis.
Sedangkan disebut oral-oral bila perpindahan bakteri terjadi melalui ludah
atau muntahan seseorang yang mengandung bakteri ini (Syam, 2009).
Misalnya, melalui penggunaan gelas, sendok, atau piring makan
secara bersama- sama, apabila tidak menjaga kebersihan lingkungan
dengan baik maka akanberesiko untuk terkena penyakit gastritis ini.
(Syam, 2009). Bila penyakit maag sudah disadari oleh penderitanya,
sebaiknya tidak dibiarkan berlanjut terus sehingga menjadi tukak lambung.
Prinsip penanganannya adalah diet atau pengaturan makan Jangan biarkan
perut lama dalam keadaan kosong. Keadaan kosong ini dapat
mengakibatkan asam lambung yang sudah diproduksi tidak mempunyai
bahan untuk dicerna atau digiling, dan pada akhirnya dinding lambung itu
akan mengikis dinding lambung itu sendiri.
Kurangi mengkonsumsi minuman teh, kopi atau soft drink, porsi
makanan sebaiknya tidak terlalu banyak, tetapi sedikit dengan frekuensi
sering.Bila harus mengkonsumsi obat-obatan penahan nyeri (analgetik),
maka sebaiknya diminum setelah makan dan tidak dalam keadaan kosong
(Hirlan, 2009). Bila disiplin dalam mengatur makanan ini, maka
kemungkinan kambuhnya gastritis tidak akan terjadi, untuk menetralkan
asam lambung sangat membantu meringankan penderitaan, misalnya,
obat-obatan antasida. Bila dengan obat ini belum bisa teratasi, maka
sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. (Fahrur, 2009).
Menurut Suratun dan Lusianah (2010), timbulnya gastritis dapat
dicegah dengan hal-hal berikut :
1. Menurut sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil tapi sering
serta memperbanyak makan makanan yang mengandung tepung,
seperti nasi, jagung, dan roti akan menormalkan produksi asam
lambung. Kurangilah makanan yang dapat mengiritasi lambung,
misalkan makanan yang pedas, asam, dan berlemak, karena lemak
memang sulit dicerna oleh lambung. Selain itu, tekstur makanan
sebaiknya lembut (lunak), sering mengkonsumsi air putih, karena bisa
mengurangi sifat asam dari makanan atau minuman tersebut.
2. Hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Tingginya konsumsi
alkohol dapat mengiritasi atau merangsang lambung, bahkan
menyebabkan lapisan dalam lambung terkelupas sehingga
menyebabkan peradangan dan perdarahan di lambung.
3. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung.
Oleh karena itu, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis
maupun ulser. Merokok juga akan meningkatkan asam lambung,
melambatkan kesembuhan, dan meningkatkan risiko kanker lambung.
4. Ganti obat penghilang rasa sakit, jika memungkinkan jangan
menggunakan obat penghilang rasa sakit dari golongan NSAIDs,
seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen dan obat-obat tersebut dapat
mengiritasi lambung.
5. Berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala sakit maag.
6. Memelihara tubuh.Masalah saluran pencernaan seperti rasa terbakar di
lambung, kembung, dan konstipasi lebih umum terjadi pada orang
yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas). Oleh karena itu,
memelihara berat badan agar tetap ideal dapat mencegah terjadinya
sakit maag.
7. Memperbanyak olahraga.Olahraga dapat meningkatkan detak jantung
yang dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi
perut dilepaskan dengan lebih cepat. Disarankan aerobik dilakukan
setidaknya selama 30 menit setiap harinya.
8. Manajemen stres.Stres dapat meningkatkan serangan jantung dan
stroke. Kejadian ini akan menekan respons imun dan akan
mengakibatkan gangguan pada kulit. Selain itu, kejadian ini juga akan
meningkatkan produksi asam lambung dan menekan pencernaan.
Tingkat stres seseorang berbeda-beda untuk setiap orang. Untuk
menurunkan tingkat stress anda disarankan banyak mengkonsumsi
makanan bergizi, cukup istirahat, berolahraga secara teratur, serta
selalu menenangkan pikiran. Anda dapat menenangkan pikiran dengan
melakukan meditasi atau yoga untuk menurunkan tekanan darah,
kelelahan dan rasa letih.
2.3 Kerangka Teori

Perubahan pola makan: Factor - Faktor resiko


Pola makan
Frekuensi makan Roko
Waktu/jadwal makan Kopi
Jenis makanan USia
Alkohol

Ganguan Pencernaan

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Sumber : Uripi (2002) dalam Wahyu, Dewi (2015) dan Dwigint (2015)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian ini adalah bersifat deskriftif, dalam penelitian
survei deskriptif, penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau
menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakta.
(Notoatmodjo 2010). Yang dimana pada penellitian ini hanya melihat
distribusi pola makan pada pasien gastritis karakteristik pasien berdasarkan
usia, jenis kelamin, dan pola makan pada pasien gastritis di Puskesmas
Cikadu Kabupaten Cianjur.

3.2 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dibuat dalam bentuk diagram yang menunjukanjenis
serta hubungan antar- variable yang diteliti dan variable lainnya yang terkait.
(Sudigdo Sastroasmo, Edisi Ke 5, 2014). Karena tidak semua variable akan
diukur dalam penelitian yang direncanakan, pada diagram perlu digambarkan
pula batas batas lingkup penelitian. Diagram kerangka konsep harus
menunjukan keterkaitan antar variable kerangka konsep disusun dengan baik
dapat memberikan informasi yang jelas dan akan memepermudah pemilihan
desain penelitian.
Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pola Makan
Jenis Makanan
Frekuensi Makan
Jadwal Makan
Asupan Makanan
Gastritis

Karakteristik Pasien
Gastritis

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Pola Makan pada Pasien


Gastritis Beradasarkan karakteristik

21
3.3 Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variable adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo
2010)
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain .
variable penelitian ini hanya terdiri dari satu variable dimana pada penelitian
ini hanya mendeskripsikan Gambaran Pola Makan Pada Pasien Berdasarkan
Karakteristik pada pasien Gastritis di Puskesmas Cikadu Kabupaten Cianjur.

3.4 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena (Hidayat 2007).
Untuk memudahkan dalam pengukuran maka variabel yang akan diukur
dioperasionalkan atau didefinisikan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur

Pola Makan Pola makan adalah Menghitung skor dari Lembar Frekuensi makan Ordinal
cara atau perilaku pertanyaan kuesioner 1. Frekuensi makan ≥2kali
yang ditempuh Frekuensi makan dalam sehari (baik)= skor ≥
seseorang atau (makanan utama dan mean (mean= 11.67)
sekelompok orang makanan selingan) 2. Frekuensi makan <2kali
dalam memilih, dengan sehari (kurang) jika nilai
menggunakan menggunanakan kurang dari mean
bahan makanan jawaban multipelchoice (mean=11,67)
dalam
mengkonsumsi
pangan setiap hari
yang meliputi jenis
makanan, Menghitung skor dari Waktu makan
ketepatan waktu pertanyaan 1. Teratur = skor ≥ median
makan, dan Waktu makan 2. tidak teratur= skor <
frekuensi makan Dengan menggunakan median (median= 3.00)
yang berdasarkan jawabanmultipelcoice
pada faktor- faktor
sosial, budaya Menghitung skor dari Jenis makanan
dimana mereka pertanyaan
hidup.
1. Jenis makanan yang
Jenis makanan dengan mengiritasi= skor < mean
menggunakan jawaban (mean=19.80)
multiperlchoice
2. Jenis makanan yang tidak
mengiritasi = skor ≥ mean
(mean=19.80)
Karakterstik Karakteristik Quesioner Lembar 1. Jenis Kelamin Nominal
Pasien pasien gastritis Ceklist 2. Usia
berdasarkan jenis 3. Jenis Pekerjaan
kelamin, Usia dan
Pekerjaan di
Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh atau objek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja
tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau tersebut
(Azis Alimul, 2012).
Populasi pada penelitian ini adalah seluuruh pasien yang menderita
penyakit gastritis pada bulan juli sejumlah 50 pasien di Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur

3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2012). Sampel terdiri
dari bagian populasi yang terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling.cara pemilihan sampel yang diambil
dengan menggunakan total sampling Sampel penelitian ini adalah pasien
yang menderita penyakit gastritis pada bulan juli sejumlah 50 pasien di
Puskesmas Cikadu Kabupaten Cianjur
3.5.3 Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total sampling. Total sampling merupakan teknik pengambilan
sampel secara keseluruhan. (Suharsimi, 2010)
Sampel yang diambil yaitu seluruh seluruh pasien yang terjangkit
gastritis di bulan juli sejumlah 50 pasien

3.6 Tehnik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


3.6.1 Tehnik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini :
a. Sumber primer: Sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data.
b. Sumber sekunder: Sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer, dan sekunder.
Data primer dimana peneliti berbaur langsung dengan responden
dalam pengisian kuesioner. Sebelum pengisian kuesioner, hal utama
dilakukan adalah informed consent sebagai bukti persetujuan atas
kesediaan responden.
Data sekunder merupakan data yang mendukung data primer yang
meliputi data demografis. Sumber data sekunder yaitu jumlah penderita
Gastritis di Puskesmas Cikadu Kabupaten Cianjur

3.6.2 Instrumen Penelitian


Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instrument penelitian dapat berupa : kuesioner (daftar
pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan
dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo 2010). Pada
penelitian ini diambil dari kuesioner penelitian Hasil uji validitas
berdasarkan statistik pada instrument pola makan dan kekambuhan gejala
gastritis sebanyak 19 item pertanyaan didapatkan nilai ≥ 0,361 secara
statistik instrument tersebut dinyatakan valid pada penelitian (Fitriah
2017).

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


3.7.1 Pengolahan Data
Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu
langkah yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh
langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan informasi apa-
apa, dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data
sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan
pengolahan data (Notoatmodjo 2010).Tahapan tersebut terdiri dari :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Pada tahap ini, penulis
melakukan penilaian terhadap data yang diperoleh kemudian diteliti
apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori sehingga lebih
sederhana. Pada tahap ini penulis memberikan kode tertentu pada tiap-
tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data
3. Entry
Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel
atau data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.
4. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
3.7.2 Analisa Data
Analisis univariat dimaksudkan untuk mengetahui distribusi
frekuensi dan proporsi dari variabel-variabel yang diamati. Tujuan dari
analisis ini adalah memaparkan secara sederhana sehingga dapat dibaca
dan dianalisis secara sederhana. Data yang diperoleh dikumpulkan, tiap
indikator.
Pengolahan data dilakukan dengan cara tabulasi, kemudian di
tentukan persentasenya. Keuntungan menggunakan persentase sebagai alat
untuk menyajikan informasi, pembaca laporan penelitian akan mengetahui
seberapa jauh sumbangan tiap-tiap bagian didalam keseluruhan konteks
permasalahan yang sedang dibicarakan.

3.8 Lokasi Dan Waktu Penelitian


3.8.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Cikadu Kabupaten
Cianjur
3.8.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan
Desember 2019

3.9 Etika Penelitian


Menurut (Notoatmodjo, 2010) etika penelitian merupakan masalah
yang sangat penting dalam penelitian. Prinsip utama dalam etika penelitian
sebagai berikut :
3.9.1 Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Penelitian perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian
tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada
subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi
(berpartisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan
martabat subjek penelitian, peneliti mempersiapkan formulir persetujuan
subjek (informed consent) yang mencakup : Menjelaskan manfaat
penelitian.
a. Menjelaskan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan
b. Penjelasan manfaat yang didapatkan
c. Persetujuan peneliti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan subjek
berkaitan dengan prosedur penelitian.
d. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian
kapan saja.
e. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi
yang diberikan oleh responden.
3.9.2 Menghormati privacy dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality).
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya pada orang lain. Oleh
sebab itu, peneliti tidak boleh menmpilkan informasi mengenai informasi
dan kerahasiaan identitas. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai
pengganti identitas responden.
3.9.3 Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan(respect for justice an
inclusiveness)
Dalam menerapkan prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh
peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu,
lingkungan peneliti perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip
keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip
keadilan ini menjamin setiap responden atau semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan
gender, agama, etnis, dan sebagainya.
3.9.4 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harms and benefits).
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada
khususnya. Penelitian hendaknya brusaha meminimlisasi dampak yang
merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat
mencegah atau paling tidak mencegah rasa sakit, cedera, stress, dan
kecemasan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini menjabarkan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan
untuk mengetahui analisis univariat. dilakukan untuk mengetahui Pola makan
yaitu frekuensi makan, waktu makan,jenis makanan atau minuman dan
karakeristik pasien seperti usia, umur dan jenis pekerjaan. Jumlah total
sampel adalah 50 responden, di wilayah kerja Puskesmas Cikadu, tidak ada
data yang hilang baik jenis kelamin responden, pola makan yaitu frekuensi
makan waktu makan, jenis makanan atau minuman. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 23 desember 2019 – 28 desember 2019. Berdasarkan
pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Gambaran Hasil Pola Makan Pada Pasien Gastritis di Wilayah
Kerja Puskemas Cikadu.
Dibawah ini merupakan hasil dari gambaran pola makan pada
pasien gastritis adalah sebagai berikut:
a. Frekuensi Makan
Table 4.1
Distribusi Hasil Pola Makan (Frekuesni Makan) Pada Pasien
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu
Frekuensi
No Frekuensi Makan
Jumlah (n) Persentase (%)
1 ≥2 kali sehari 24 48,0 %
2 <2 kali sehari 26 52,0 %
Total 50 100 %

Dari hasil Tabel 4.1, dapat di lihat bahwa distribusi frekuensi


makan pada pasien gastritis dengan jumlah 50 responden sebagian
besar didapatkan frekuensi makan < 2 kali sehari sejumlah 24
dengan persentase 52,0 %.

29
b. Waktu Makan
Table 4.2
Distribusi Hasil Pola Makan (Waktu Makan) Pada Pasien
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu

Frekuensi
No Waktu Makan
Jumlah (n) Persentase (%)
1 Teratur 15 30.0 %
2 Tidak Teratur 35 70,0 %
Total 50 100 %

Dari hasil table 4.2, distribusi frekuensi hasil pola makan


berdasarkan waktu makan pada pasien gastritis sebanyak 50
responden. Sebagian besar waktu makan tidak teratur sejumlah 35
peresntase 70,0%.

c. Jenis Makanan
Table 4.3
Distribusi Hasil Pola Makan (Jenis Makanan) Pada Pasien
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu

Frekuensi
No Jenis Makan
Jumlah (n) Persentase (%)
1 Mengirtasi 27 54,0%
2 Tidak Mengiritasi 23 52,0%
Total 50 100%

Dari hasil table 4.3 distribusi frekuensi hasil pola makan


berdasarkan jenis makanan pada pasien gastritis sebanyak 50
responden. Sebagian besar jenis makanan mengiritasi jumlah 27
persentase 54,0%.
2. Gambaran Hasil Gambaran pola makan pada pasien Gastritis
Berdasarkan Karakteristik Usia dan Jenis Kelamin di Puskesmas
Cikadu Kabupaten Cianjur
a. Karakteristik Jenis Kelamin
Table 4.4
Distribusi Hasil Gambaran Pola Makan Pada Pasien Gastritis
Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin
Frekuensi
No Jenis Kelamin
Jumlah (n) Persentase (%)
1 Perempuan 26 52,0 %
2 Laki Laki 24 48,0 %
Total 50 100 %

Berdasarkan hasil table 4.4, distribusi hasil gambaran pola


makan pada pasien gastritis berdasarkan karakteristik jenis kelamin
dengan jumlah responden 50, sebagian besar adalah perempuan 26
persentase 52,0 %.

b. Karakteristik Usia
Table 4.5
Distribusi Hasil Gambaran Pola Makan Pada Pasien Gastritis
Berdasarkan Karakteristik Usia
Frekuensi
No Usia
Jumlah (n) Persentase (%)
1 19 -30 23 46,0 %
2 31- 45 10 20,0 %
3 46 - 65 17 34,0 %
Total 50 100 %

Berdasarkan hasil table 4.5, distribusi hasil gambaran pola


makan pada pasien gastritis berdasarkan karakteristik usia dengan
jumlah responden 50. sebagian besar jumlah usia 19-30 tahun
jumlah 23 orang persentase 46,0%.
c. Karakteristik Jenis Pekerjaan
Table 4.6
Distribusi Hasil Gambaran Pola Makan Pada Pasien Gastritis
Berdasarkan Karakteristik Jenis Pekerjaan

Frekuensi
No Jenis Pekerjaan
Jumlah (n) Persentase (%)
1 PNS 8 16,0 %
2 Swasta 30 60,0 %
3 TNI/Polri 3 6,0 %
4 Tidak Bekerja 9 18,0%
Total 50 100 %

Berdasarkan hasil table 4.5, distribusi hasil gambaran pola


makan pada pasien gastritis berdasarkan karakteristik jenis
pekerjaan dengan jumlah responden 50, sebagian besar jenis
pekerjaannya swasta sejumlah 30 dengan persentase 60,0%.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pola Makan Pada Pasien Gastritis di Wilayah Kerja Puskemas
Cikadu
1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah suatu kejadian yang berkelanjutan atau
kejadian yang berulang. Menurut Okviani (2011), Frekuensi makan
adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif maupun
kuantitatif.
Dilihat dari hasil distribusi frekuesnis responden berdasarkan
frekunsi makan di wilayah Puskesmas Cikadu Kabupaten Cianjur
didapatkan bahwa dari 50 responden yang diteliti, jumlah responden
yang memiliki frekunsi makan < 2 kali sehari sejumlah 24 dengan
persentase 52,0 %.
Frekuensi makan juga dapat diartikan sebagai seberapa seringnya
seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik makan utama
maupun makan selingan. Frekuensi makan merupakan jumlah waktu
makan dalam sehari meliputi makanan lengkap (full meat) dan makan
selingan (snack). biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi,
makan siang dan makan malam), sedangkan makanan selingan biasa
diberikan antara makan pagi dan makan siang dan antara makan siang
dan makan malam. Frekuensi makan yang dapat memicu munculnya
kejadian maag adalah frekuensi makan kurang dari frekuensi yang
dianjurkan yaitu makan tiga kali sehari. Secara alamiah makanan
diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut
sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan
jenis makanan. Jika rata-rata umumnya lambung kosong antara 3-4
jam. Maka jadwal makan ini pun harus menyesuaikan dengan
kosongnya lambung. Pada umumnya setiap orang melakukan kegiatan
makan makanan utama 3 kali dalam sehari yaitu makan pagi, makan
siang, dan makan malam atau sore. Hasil penelitian ini dikarenakan
frekuensi makan seseorang tidak langsung dapat menyebabkan
terjadiya gastritis, akan tetapi bergantung pada factor-faktor lainnya,
seperti kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi
responden,infeksi heliobacter pylori, maupun stress. Bahan makanan
yang tersedia, serta untuk mendapatkannya dan harga bahan makanan
yang cukup terjangkau oleh responden membuat sebagian besar
responden memiliki frekuesni makan yang baik (≥2 kali sehari)
(Pasaribu, 2014).

2. Waktu Makan
Setiap fungsi tubuh mempunyai irama biologis (cicdian rytme)
yang jam kerjannya tetap dan sistematis dalam siklus 24 jam per hari.
Meskipun system pencernaan sendiri memiliki 3 siklus yang secara
simultan aktif, namun pada waktu waktu tertentu masing masing silus
akan lebih insetif dibandingkan siklus siklus lainnya. Jika aktiivitas
salah satu siklus tehambat, aktivitas berikutnta juga ikutt terhambat.
Hambatan ini besar pengaruhnya terhadap proses metabolism. Dalam
kondisi normal, konsentrasi asam dan aktivitas enzim pada lambing
akan meningkat dann mecapai puncaknya makasimal setiap 4 jam
setelah aan dan kemudian menurun pada jam berikutnya (Soehardi,
2004). Factor diet dan sekresi cairan asam lambung merupakan
penyebab timbulnya gastritis, jeda antara waktu makan merupakan
penentu pengisisan dan pengososngan lambung. Jeda waktu makan
yang baik yaitu berkisar antara 4-5 jam. Bila seseorang telat makan
sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak
dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium (Abata, 2014).
Dilihat dari hasil distribusi frekuesnsi responden berdasarkan
waktu pada responden di wilayah kerja Puskesmas Cikadu dari 50
responden yang ditiliti jumlah presponden yang memiliki waktu makan
Waktu makan teratur jumlah 15 persentase 30,0%, dan waktu makan
tidak teratur sejumlah 35 peresntase 70,0%.
Hal ini dikarnakan aktifitas yang tinggi menyebabkan makan
tidak teratur (sayogo, 2007). Hal ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nasution (2015) mengatakan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara jadwal makan dengan kejadian sindrom
dyspepsia . waktu akan mahasiswa yang tidak teratur dikarnakan
makan pagi dan siang disatukan karena terlambat bangun atau kondisi
keungan yang kurang baik (Mulia, 2010). Namun dari hasil
ketidakteraturan waktu makannya dikarnakan sulit untuk mengatur dan
meagi atau meyempatkan waktu makan disela kesibukan.

3. Jenis Makanan Mengiritasi/tidak mengiritasi


Hasil penelitian dilihat distribusi responden berdasarkan jenis
makanan terhadap yang dikonsumsi oleh 50 responden pasien gastritid
di wilayah kerja Puskesmas Cikadu Kabupaten Cianjur, Jenis makanan
mengiritasi jumlah 27 persentase 54,0%, dan jenis makanan tidak
mengiritasi sejumlah 23 peresntase 52,0 %. Hasil penelitian didapatkan
bahawa lebih banyak mengonsumsi jenis makanan yang megiritasi
seperti mngkonsumsi makanan pedas asam dan minuman teh, kopi dan
soda, dalam minuman berkarbonisasi juga ditambahkan kfein yang
memiliki efek yang saadengan kafeiin yang terdapat pada kopi, yaitu
memproduski asam lambung berlebih dan mepercepat proses
terbentunya asam lambung. Hal ini membuat produksi gas dalam
lambung berlebih da membuat perut terasa kembung (rahma,2012).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2014)
mengatakan bahwa jenis makan dan minuman iritatif dapat
meningkatkan sekresi asam lambing dan menginfeksi H, pylori sebagai
flora normal pada saluran pencernaan. Selanjurnta dari jenis makan
dan minuman iriartif tersebut juga dapatmembawa Helicobacter Pylori
melalui fecal-oral untuk mngiritasi lambung dan timbul gastritis.

4.2.2 Karakteristik
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelamin
Berdasarkan hasil table 4.4, distribusi hasil gambaran pola
makan pada pasien gastritis berdasarkan karakteristik jenis kelamin
dengan jumlah responden 50, sebagian besar adalah perempuan 26
persentase 52,0 %.
Dari diagram distribusi frekuensi responden menurut jenis
kelamin menunjukan responden perempuan paling banyak.
Gastritis lebih banyak diderita perempuan, karena kaum
perempuan lebih perduli dan perhatian pada berat badan dan
penampilan, sehingga perempuan berusaha menurunkan berat
badan dengan jalan mengatur frekuensi, jumlah dan jenis makanan
yang dikonsumsi sebisa mungkin agar tidak menjadi gemuk. Hal
ini sependapat dengan teori yang mengatakan bahwa penderita
gastritis lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki (Riyanto,
2011)
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil table 4.5, distribusi hasil gambaran pola
makan pada pasien gastritis berdasarkan karakteristik usia dengan
jumlah responden 50. sebagian besar jumlah usia 19-30 tahun jumlah
23 orang persentase 46,0%. Ini berarti gastritis lebih banyak diderita
pada usia dewasa muda. Sependapat dengan teori bahwa gastritis
menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut ( Riyanto, 2008).
Pada usia tersebut semua responden masih berstatus mahasiswa sering
tidak terkontrol dalam asupan makannya disebabkan antara lain oleh
karena kesibukan dan sudah adanya ketertarikan pada lawan jenis
sehingga pada usia tersebut berusaha maksimal mungkin untuk
melangsingkan tubuh dengan mengurangi makan. Yang perlu dipahami
bahwa pada usia ini sebenarnya sangat diperlukan adanya pemenuhan
semua zat gizi karena tumbuh kembang yang belum maksimal.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan jenis Pekerjaan


Berdasarkan hasil table 4.5, distribusi hasil gambaran pola
makan pada pasien gastritis berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan
dengan jumlah responden 50, sebagian besar jenis pekerjaannya swasta
sejumlah 30 dengan persentase 60,0%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahassan pada BAB sebelumnya makan
peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran hasil pola makan pada pasien gastritis di wilayah kerja
Puskesmas Cikadu dengan jumlah responden 50 sebagian besar untuk
frekuensi makan < 2 kali sehari sejumlah 24 dengan persentase 52,0 %,
waktu makan tidak teratur sejumlah 35 peresntase 70,0%, dan jenis
makan mengiritasi jumlah 27 persentase 54,0%.
2. Gambaran hasil karakteristik pasien di wilayah kerja Puskesmas Cikadu
dengan jumlah responden 50 sebagian besar berdasarkan jenis kelamin
jumlah perempuan 26 persentase 52,0 %, jumlah usia 19-30 tahun jumlah
23 orang persentase 46,0 %, dan jenis pekerjaan Didapatkan swasta
sejumlah 30 dengan persentase 60,0%.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Puskesmas
Bagi petugas kesehatan agar khususnya perawat lebih meningkatkan
lagi dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien yang terkena
gastritis
5.2.2 Bagi Responden
Disarankan kepada responden agar aktif dalam mendapatkan
informasi tentang penyakit gastritis, dan untuk mengkomsumsi makanan
yang bergizi dengan jumlah makanan yang cukup, jenis makanan yang
bervariasi, porsi makan sering dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
5.2.3 Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan factor lain yang
menyebabkan kejadian dari penyakit gastritis, perlu aanya penelitian
lanjut dengan sempel yang yang lebih besar

37
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, sunita.2009.Prinsip Dasar Ilmu Gizi: Gramedia Pustaka Utama

Apriadi,Wied H.1986. Gizi Keluarga.Jakarta:P.T.Penebar Swadaya Anggota


IKAPI

Beck,E.2011.Ilmu Gizi dan Diet: Hubungannya Dengan Penyakit Penyakit Untuk


Perawat dan Dokter.Yogyakarta: ANDI

Boediman, Drajat. 2009. Sehat Bersama Gizi. Jakarta:Sagung Seto. Brunner &
Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Digiulio,Mary. 2014.Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha


publishing.

Duha, Timotius. Perilaku Organisasi. 2016. Yogyakarta. Deepublish.

Hidayat, 2008. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar, Jakarta : Salemba Medika

Hidayayat A. Aziz Alimul, Musrifatul Hidayat, 2009. Keterampilan dasar praktik


klinik, Jakarta : Salemba Medika

Nasution, Kurniati N, dkk. 2015. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian


Sindrom Dispepsia pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.

Priyanto, Agus. 2008. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika

Sopiyudin.2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.


Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid dan RND.
Bandung: Alfabeta.

Tapia Pancardo D, Jesus Sandoval R, et al. 2012. Identification of


Life Habits Factors As Risk for Gastritis and Colitis
Occurrence in a Mastizo Population of Chabeklumil: Chiapas.
Mexico. Open J Nursing.

Anda mungkin juga menyukai