Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH POLA MAKAN PADA REMAJA TERHADAP

KEJADIAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


SAGARANTEN KABUPATEN SUKABUMI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan

RIFKA AINUL FITRY


1220032

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
2021
PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL PROPOSAL

Judul Tugas Akhir : Pengaruh Pola Makan Pada Remaja Terhadap Kejadian
Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sagaranten
Kabupaten Sukabumi
Nama Mahasiswa : RIFKA AINUL FITRY
NPM : 1220032
Program Studi : Sarjana Keperawatan

Menyetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Istianah, S.Kep., Ners, M.Kep. Arieni Ramadhan, S.Kep.,


Ners,MHPE .

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Pola Makan Pada
Remaja Terhadap Kejadian Gatritis diwilayah Kerja Puskesmas Sagaranten Pada
Tahun 2021”. Profosal ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Keperawatan, nstitut Kesehatan Rajawali Bandung.
Proposal ini merupakan sebagian kecil dari keseluruhan proses
pembelajaran, akan tetapi dalam penyelesaiannya membutuhkan waktu dan proses
yang panjang. Banyak hal yang dapat peneliti pelajari selama proses pembuatan
Proposal ini. Peneliti banyak menerima bimbingan, pengarahan, saran, serta
fasilitas yang membantu hingga akhir penyusunan skripsi ini. Dengan tersusunnya
skripsi penelitian ini, peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya
kepada:
1. Ibu Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Pak Sudarna Sumakna, Selaku Kepala Puskesmas Sagaranten
3. Ibu Istianah, S.Kep., Ners, M.Kep. selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung, sekaligus pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, pemikiran, dan dorongan moral
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Lisbet Octavia Manalu, S.Kep., Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
5. Ibu Arieni Ramadhan, S.Kep., Ners, MHPE selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, pemikiran, dan dorongan
moral kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh staf dan dosen Institut Kesehatan Rajawali Bandung yang senantiasa
memberikan lmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis.
7. Kedua orang tua tercinta, Ahmad dan Rohayati yang selalu memberikan

iii
dukungan dan motivasi baik dan moril maupun materil kepada penulis agar
terselesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Rekan – rekan mahasiswa program Studi Sarjana Keperawatan angkatan 2020
yang telah memberikan motivasi dan bantuan moral maupun moril selama
dalam penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Semoga atas kebaikan yang bersangkuatan Allah SWT memberikan balasan
yang berliapat ganda, Aamin Yaa Robbal’Aalamiin.
Akhirnya, besar harapan penulis semoga Allah SWT meridhoi kita semua
dan tulisan ini semoga memberikan manfaat khususnya bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Bandung, November 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................


DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR BAGAN..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................1
1.3 Perumusan Masalah................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................4
1.5 Hipotesis Penelitian ...............................................................4
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gastritis......................................................................6
2.2 Konsep Pola Makan................................................................11
2.3 Konsep Remaja.......................................................................19
2.4 Konsep Dewasa......................................................................20
2.5 Kerangka Teori.......................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian..............................................................23
3.2 Kerangka Penlitian..................................................................23
3.3 Variabel Penelitian..................................................................24
3.4 Definisi Operasional...............................................................24
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian..............................................25
3.6 Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian...........................27
3.7 Pengolahan dan Alasis Data...................................................30
3.8 Etika Penelitian.......................................................................33
3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................34
DAFTARPUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional...............................................................25


Tabel 3.2 Interpretasi nilai r....................................................................29
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian....................................................................34

vi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori.......................................................................22


Bagan 3.1 Rancangan Penelitian..............................................................23
Bagan 3.2 Kerangka Konsep Penelitian...................................................23

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, disatu
pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang belum banyak tertangani, dilain pihak telah terjadi peningkatan kasus
penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena
urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi. Gastritis iadalah isuatu iperadangan
imukosa ilambung iyang ibersifat iakut, ikronik idifus, iatau ilokal.
iKarakteristik idari iperadanganiiniiantara ilain ianoreksia, irasa ipenuh iatau
itidak inyaman ipada iepigastrium, imual, idan imuntah. (Smetzer idalam
iBagas, i2016).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronik difus, atau lokal. Karakteristik dari peradangan ini antara lain
anoreksia, rasa penuh atau tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah.
Peradangan lokal pada mukosa lambungini akan berkembangan bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan ritan
lainnya. Penyakit gastritis atau sering dikenal sebagai penyakit maag
merupakan penyakit yang sangat menggangu. Biasanya penyakit gastritis
terjadi pada orang-orang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur dan
memakan makanan yang merangsang produksi asam lambung. Beberapa
infeksi mikroorganisme juga dapat menyebabkan terjadinnya gastritis. (Ida,
2017).
Pola makan adalah perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi
keadaan gizi. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu
dan masyarakat (Kemenkes RI, 2014). Orang yang memiliki pola makan
tidak teratur, mudah terserang penyakit ini. Pada saat perut harus diisi, tapi
dibiarkan kosong, atau ditundanya pengisian, asam lambung akan mencerna
lapisan mukosa lambung, karena ketika kondisi lambung kosong, akan terjadi
gerakan peristaltik lambung bertambah intensif yang akan merangsang

1
2

peningkatan produksi asam lambung sehingga dapat timbul rasa nyeri diulu
hati (Ikawati, 2012).
Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada
waktu tertentu. Pola makan merupakan variabel yang erat kaitannya dengan
kejadian gastritis (Rahma, dkk, 2012).
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan
kesehatan, satatus nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit
(Depkes RI 2012). Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi
gambaran macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari,
yang meliputi frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makan (Possion,
2011). Pola makan atau food pattern adalah cara seseorang atau sekelompok
orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan
ekonomi dan sosial-budaya yang dialaminya berkaitan dengan pola makan
(Almatsier, 2011).
Berdasarkan penelitian Syamsu (2017) tentang kejadian gastritis yang
disebabkan oleh pola makan di dapatkan hasil bahwa dari 95 responden yang
diteliti, jumlah responden yang memiliki pola makan baik sebanyak 43
Remaja (45,3%) dan responden yang memiliki pola makan kurang baik
sebanyak 52 Remaja (54,7%), yang terdiri dari 21 responden (22,1%)
memiliki frekuensi makan < 2 kali sehari, 48 responden (50,5%) menyukai
jenis makanan yang beresiko dapat menimbulkan gastritis dan 72 responden
(75,8%) mempunyai porsi makan yang tidak sesuai dengan anjuran makan
bagi remaja. Dengan demikian dijelaskan bahwa gastritis banyak disebabkan
karena pola makan yang tidak teratur seperti kebanyakan remaja hanya
makan 1-2 kali sehari bahkan ada juga remaja yang makan hanya 1 kali sehari
dengan porsi makan yang banyak. Disamping tu jumlah kandungan
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral dalam makanan yang dikonsumsi
tidak seimbang. Menurut penelitian Bagas (2016) dilihat dari hasil distribusi
frekuensi responden, diketahui bahwa responden dengan pola makan yang
3

buruk sebanyak 20 responden (66,7%), dan responden dengan pola makan


yang baik sebanyak 10 responden (33,3%). Bisa diartikan bahwa responden
dengan pola makan yang buruk 2 kali lipat dengan responden dengan pola
makan yang baik.
Berdasarkan penelitian Bryan dkk (2016) hasil penelitian terhadap 58
responden di SMA Negeri 1 Likupang, diperoleh hasil dari 19 responden
yang memiliki kebiasaan makan baik terdapat responden yang melakukan
pencegahan gastritis sebanyak 17 orang (89,5%) dan responden yang tidak
melakukan pencegahan gastritis berjumlah 2 orang (10,5%). Dengan
demikian dapat dijelaskan siswa seringkali mengabaikan kebiasaan makan
yang baik dan tidak melakukan pencegahan gastritis sebagai upaya
menghindari terjadinya penyakit gastritis.
WHO (2017), insiden gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah
penduduk setiap tahunnya, di inggris (22%), China (31%), Jepang (14,5),
Kanada (35%), dan Perancis(29,5). Di Asia Tenggara sekitar 586.635 dari
jumlah penduduk setiap tahunnya. Presentase dari angka kejadian gastritis di
indonesia menurut (WHO 2017) adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis di
indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus (Budiana dalam
Syamsu 2017). Prevalensi di Jawa Barat pada tahun 2018 mencapai 44,5%
yaitu dengan jumlah 58.116 kejadian (Dinkes Jabar dalam Rumpiana 2018).
Sedangkan data dari Dinkes Kesehatan Kabupaten Sukabumi selama tahun
2020 dari selurus pukesmas se-kabupaten Sukabumi penderita gastritis
mencapai 11.923 penderita. Di puskesmas Sagaranten setiap tahunnya
mengalami peningkatan pada penderita gastritis.
Pada tahun 2020 penderita gastritis mencapai 1.626, sementara pada
tahun 2021 penderita gastritis berjumlah 1.804. Kadang-kadang sarapan,
memiliki frekuensi makan kurang dari 3 kali dalam sehari, selalu
mengkonsumsi makanan pedas dan asam. Dan 4 (40%) tidak memiliki
riwayat gastritis keadaan sehat pola makan teratur. Peneliti memilih remaja
karena fakta yang peneliti temukan banyak pada usia ini mereka umumnya
memiliki gaya hidup yang kurang sehat seperti kurang memperhatikan
4

makanan yang di konsumsi baik pola makan maupun jenis makanan.


Menyediakan variasi makan juga sangat berpengaruh, karena menyediakan
variasi makanan yang kurang menarik dapat menimbulkan kebosanan,
sehingga mengurangi selera makan, dan lebih memilih makanan siap saji.
Berdasarakan bahaya komplikasi yang ditimbulkan dan prevalensi dari
gastritis peneliti ingin mengetahui Pengaruh Pola Makan Pada Remaja
Terhadap Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sagaranten
Tahun 2021.

1.2 Identifikasi Masalah


Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting
dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang
timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2012).
Menurut penelitian Rona Sari dkk tentang hubungan pola makan
dengan timbulnya gastritis, hasil didapatkan p value = 0,009 yang berarti ada
hubungan anata pola makan dengan timbulnya gastritis. Dan penelitian
Suryani dkk(2013) hubungan perilaku makan dengan kejadian gastritis,
analisa data menggunakan univariat dan bivariat menggunakan uji c-square
dengan hasil p value = 0,000 berarti terdapat hubungan antara perilaku makan
dengan kejadian gastritis.
Pola makan yang teratur dan baik yaitu salah satunya dari
penatalaksanaan gastritis dan juga adalah tindakan preventif dalam mencegah
kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis sangat perlu pengaturan
makanan sebagai upaya memperbaiki kondisi pada pencernaan. Penyakit
gastritis yang memiliki gejala nyeri di daerah ulu hati, mual, muntah, lemas,
perut kembung dan terasa sesak, nafsu makan menurun, serta selalu
bersendawa ini banyak di derita orang - orang usia tua di negara maju. Hal ini
berbeda dengan di negara berkembang yang banyak diderita orang - orang
usia dini (Wijoyo, 2009).
5

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas dapat dirumuskan
masalah penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Pola Makan Pada Remaja
Terhadap Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sagaranten
Tahun 2021?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitianini adalah untuk mengetahui “Pengaruh
Pola Makan Pada Remaja Terhadap Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Sagaranten Tahun 2021”
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pola makan (frekuensi makan, jenis makan, dan porsi
makan) pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sagaranten
Kabupaten Sukabumi.
2. Mengidentifikasi kejadian gastritis pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Sagaranten Kabupaten Sukabumi.
3. Menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sagaranten Kabupaten
Sukabumi.

1.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan
duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian yang dilakukan. Hipotesis pada penelitianini adalah “Terdapat
6

Hubung Antara Pola Makan Pada Remaja Dengan Kejadian Gastritis Di


Wilayah Kerja Puskesmas Sagaranten”.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Guna Teoritis
1. Guna institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu masukan data untuk
melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan pemberian pengetahuan
kepada mahasiswa-mahasiswi dalam bidang kesehatan khususnya
tentang penyakit Gastritis.
2. GunaPeneliti
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
mengaplikasikan teori-teori yang didapat dalam bentuk penelitian.
1.6.2 GunaPraktis
1. Guna Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu masukan yang bisa
dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam upaya
peningkatan layanan mutu kesehatan pada pasien yang mengalami
Penyakit Gastritis.
2. Guna Profesi
Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar untuk penelitian
selanjutnya agar pengkajian fungsional pada pasien Gastritis terus
berkembang dengan lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gastritis


2.1.1 Definisi Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut, kronik difus, atau lokal. Karakteristik dari peradanganini antara lain
anoreksia, rasa penuh atau tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan
muntah. Peradangan lokal pada mukosa lambungini akan berkembangan
bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan ritan
lainnya. (Suratan dalam da, 2017). Penyakit gastritis atau sering dikenal
sebagai penyakit maag merupakan penyakit yang sangat menggangu.
Biasanya penyakit gastritis terjadi pada orang- orang yang memounyai
pola makan yang tidak teratur dan memakan makanan yang merangsang
produksi asam lambung.Beberapa nfeksi mikroorganisme juga dapat
menyebabkan terjadinnya gastritis. Gejala-gejala sakit gastritis selain nyeri
ulu hati juga menimbulkan gejala seperti mual, muntah, lemas, kembung,
terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar
keringat dingin, pusing, selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih
parah, bisa muntah darah (Wijayanto dalam Syamsu, 2017).

2.1.2 Etiologi
Ada beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang
menderita gastritis antara lain mengkonsumsi obat-obatan kimia seperti
asetaminofen, aspirin, dan steroid kartikosteroid (Suratan dalam da, 2017).
Asetaminofen dan kartikosteroid dapat mengakibatkan ritasi pada mukosa
lambung, sedangkan NSAIDS (Nonsteroid Anti nflammation Drungs) dan
kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL
meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam.
Kondisi asamini menimbulkan ritasi mukosa lambung.

7
8

Penyebab lain adalah konsumsi alkohol. Alkohol dapat


menyebabkan kerusakan gaster. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat
korosif (cuka, lada) dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan
menimbulkan edema dan perdarahan. Kondisi yang stressful seperti
trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan saraf pusatakan
merangsang peningkatan produksi HCI lambung. Selain tu, nfeksi oleh
bakteri seperti Helicobacter pylori, Eschericia coli, Salmonellan dan lain-
lain juga dianggap sebagai pemicu.

2.1.3 Klasifikasi Gastritis


Gastritis adalah proses nflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung.Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya
nfiltrasi sel-sel radang di daerah tersebut. Secara umum, gastritis yang
merupakan salah satu jenis penyakit dalam, dapat di bagi menjadi
beberapa macam:
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan parah pada permukaan
mukosa lambung dengan kerusakan-kerusakan erosi (Soeparman
dalam da 2017). Gastritis akut merupakan proses nflamasi bersifat akut
dan biasanya terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaanini paling
sering berkaitan dengan penggunaan obat-obatan anti nflamasi
nonsteroid (Khususnya, aspirin) dosis tinggi dan dalam jangka waktu,
konsumsi alcohol yang berlebihan, dan kebiasaan merokok. Di
samping tu, stress berat seperti luka bakar dan pembedahan, skemia
dan syok juga dapat menyebabkan gastritis akut. Demikian pula halnya
dengan kemotrapi, uremia, nfeksi sistemik, tertelan zat asam atau
alkali, radiasi lambung, trauma mekanik, dan gastrektomi distal.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah nflamasi lambung dalam jangka waktu
lama dan dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau malignadari
9

lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (Soeparman dalam da,


2017)
Gastritis kronis merupakan keadaan terjadinya perubahan
nflamatorik yang kronis pada mukosa lambung sehingga akhirnya
terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Keadaanini menjadi latar
belakang munculnya dysplasia dan karsinoma (Robbins, 2009)

2.1.4 Tanda Gejala Gastritis


Gejala yang sering muncul Widjadja (2009) seperti bersendawa atau
cegukan, tenggorokan panas, mual, perut terasa diremas-remas, muntah,
tidak nafsu makan, sering keluar keringat dingin, penurunan berat badan,
perut bagian atas terasa tidak nyaman, lambung terasa penuh, kembung,
cepat kenyang dan perut sering bunyi. Gejala lainnya yang jarang terjadi,
tetapi terasa berat adalah nyeri di ulu hati disertai mual, gejala anemia,
yaitu pusing dan lemas, keseimbangan tumbuh berkurang, seolah-olah
mau pingsan, muntah darah atau cairan berwarna kuning kecoklatan dan
buang air besar berdarah. Gejala tersebut bisa akut, berulang dan bisa
menjadi kronis, disebut kronis jika gejala tersebut berlangsung lebih dari
satu bulan terus menerus. Kebanyakan gastritis tanpa gejala.
Keluhan yang dihubungkan dengan gastritis adalah nyeri panas dan
pedih pada ulu hati disertai mual, bahkan terkadang sampai muntah.
Keluhan- keluhan dan juga pemeriksaan fisik tidak dapat menegakkan
diagnose secara tepat. Diagnosis ditegakkan dengan cara pemeriksaan
endoskopi dan hispatologi. Pemeriksaan hispatologi sebaliknya
menyatakan pemeriksaan kuman H. Pylori. Kebanyakan orang tidak
nampak gejala dan apabila tidak di obati penyakitini akan bertahan seumur
hidup.

2.1.5 Faktor Resiko Gastritis


Menurut (Smetzer dalam Bagas, 2016) faktor-faktor resiko yang
sering menyebabkan gastritis diantaranya:
10

1. Pola makan
Orang yang memiliki pola makan yang tidak teratur mudah
terserang penyakitini. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong
atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan
mukosa lambung sehingga timbul rasa nyeri.
2. Helicobacter Pylori
Helicobacter pylori adalah kuman garam negatif, hasil yang
berbentuk kurva dan batang Helicobacter pylori adalah suatu bakteri
yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis)
pada manusia. nfeksi Helicobacter pyloriini sering diketahui sebagai
penyebab utama terjadi ulkus peptikum dan penyebab terserang
terjadinya gastritis.
3. Terlambat makan
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung
setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan
biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat tu jumlah asam
lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam,
maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih
sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa
nyeri di sekitar epigastrium.
4. Makanan pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan
merangsang systempencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi.
Halini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang
disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita
semakin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi
makanan pedas ≥ 1x dalam 1 minggu selama minimal 6 bulan
dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan ritasi pada lambung yang
disebut dengan gastritis.
11

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi dalam gastritis akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas yang berupa hematemesis dan melena. Perdarahan yang
banyak dapat menyebabkan syok hemoragik yang bisa mengakibatkan
kematian dan dapat terjadi ulkus. Kompliksai yang timbul pada gastritis
kronis yaitu atrofi lambung yang dapat menyebabkan gangguan
penyerapan vitamin B12, akibat kurangnya penyerapan B12 menyebabkan
anemia pernesiosa, penyerapan zat besi terganggu dan penyempitan daerah
atrum pylorus (Masjoer, 2011).

2.1.7 Penatalaksanaan
Widjadja (2012) menyebabkan cara terbaik untuk mengatasi gastritis
adalah melakukan pencegahan. Pencegahan di lakukan dengan
memperbaiki pola makan dan zat-zat makanana yang dikonsumsi. Gastritis
merupakan penyakit pencernaan sehingga pengaturan terhadap zat
makanan merupakan factor utama untuk menghindari gastritis seperti tidak
menggunakan obat-obatan yang mengiritasi lambung, makan teratur atau
tidak terlalu cepat, mengurangi makan makanan yang pedas, berminyak,
hindari merokok, minum kopi atau alkohol dan kurangi stress.
Mengurangi makan makanan yang merangsang pengeluaran asam
lambung, seperti makan berbumbu, pedas, cuka, dan lada berlebihan.
Beberapa jenis makanann yang telah diketahui memberikan rangsangan
yang kurang enak terhadap perut juga dihindari. Setiap orang harus
mengetahui makanan apa yang dapat menimbulkan rasa tidak enak di
perut. Hal tersebut dapat memperkecil kemungkinan nfeksi bakteri
penyebab gastritis kronik (Masjoer, 2011).
Pengobatan yang dilakukan terhadap gastritis bergantung pada
penyebabnya. Antibiotik digunakan untuk menghilangkan nfeksi.
Pengobatan lain juga diperlukan bila timbul komplikasi atau akibat lain
dari gastritis, obat yang dapat meningkatkan produksi asam lambung
12

seperti aspirin dan obat rematik. Namun, umumnya penggobatan obat-


obatanini disertai dengan antasida (Potter&Perry, 2012).

2.2 Konsep Pola Makan


2.2.1 Definisi Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
dan jenis makanan dengan nformasi gambaran dengan meliputi
mempertahankan kesehatan, satatus nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit (Depkes RI 2010). Pola makan merupakan berbagai
nformasi yang memberi gambaran macam dan model bahan makanan yang
dikonsumsi setiap hari, yang meliputi frekuensi makan, jenis makanan dan
porsi makan Possion (2009). Pola makan atau food pattern adalah cara
seseorang atau sekelompok orang memenfaatkan pangan yang tersedia
sebsgsi reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosial-budaya yang
dialaminya berkaitan dengan pola makan (Margaret Mead dalam
Almatsier, 2010).
Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau
sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan,
dan jenis makan yang berdasarkan faktor-faktor sosial, budaya dimana
mereka hidup (Hudha dalam Bagas, 2016).

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan


Koentjaraningrat dalam Santoso & Rani (2010) menyatakan bahwa
kebiasaan makan ndividu, keluarga, dan masyarakat dipengaruhi oleh :
1. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki
penyebab genetik. Tetapi anggota keluargatidak hanya berbagi gen,
tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong
13

terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya


hidup dengan faktor genetik.
2. Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor penting dalam timbulnya obesitas, namun
lingkungan seseorang juga memegang peran yang cukup berarti. Yang
termasuk lingkungan dalam halini adalah perilaku atau gaya hidup,
misalnya apa yang dimakan dan beberpa kali seseorang makan, serta
bagaimana aktivitasnya setiap hari. Seseorang tidak dapat mengubah
pola genetiknya namun dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.
3. Faktor psikososial
Karakteristik psikologis dan emosional berperan dalam halini.
Apabila penderita memiliki harga diri yang rendah dan sulit
mengontrol perilaku yang bersifat mpulsif, maka halini yang dapat
dilakukan adalah dengan mengatur mood atau ekspresi kemarahan.
4. Faktor kesehatan
Ada beberapa penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pola
makan. Obat-obatan juga mengakibatkan terjadinya obesitas, yaitu
obat- obatan tertentu seperti steroid dan beberapa antidepressant, dapat
menyebabkan penambahan berat badan.
5. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran dan atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita
obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, dapat
memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan
orang yang mempunyai berat badan normal. Jumlah sel-sel lemak tidak
dapat dikurangi, oleh karena tu penurunanan berat badan hanya dapat
di lakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak dalam setiap sel.
6. Faktor sosiokultural
Teori sosiokultural menitik beratkan pada tekanan dan harapan
dari masyarakat pada wanita muda sebagai contributor terhadap
perkembangan gangguan makanan. Tekanan untuk mencapai standar
14

tubuh yang kurus yang tidak realitas dikombinasakan dengan


pentingnya faktor penampilan sehubungan dengan peran remaja
dimasyarakat dapat memnyebabkan remaja tidak puas dengan tubuh
mereka. Ketidakpuasaanini dapat mengakibatkan diet yang berlebihan
dan perkembangan perilaku akan menjadi terganggu.
7. Faktor psikis
Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting
dalam gangguan makan. Ketidakpuasaan dalam tubuh menghasilkan
usah-usaha yang maladaptive, yaitu dengan sengaja melaparkan diri
dan atau dengan memuntahkan kembali makanan yang sudah
dimakannya tu untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang
diidam-idamkan. Faktor- faktor kognitif juga kut terlibat yaitu karena
sering kali kecewa pada dirinnya sendiri ketika gagal mencapai standar
tinggi yang tak mungkin dicapainya. Oleh karena tu mereka merasa
kesepian.
8. Faktor keluarga
Gangguan makan juga seringkali berkembang adanya konflik
yang ada di keluarga remaja. Beberapa remaja menolak untuk makan,
halini sebagai cararemaja untuk menghukum orangtua mereka oleh
karena perasaan kesepian dan merasa asing di rumah sendiri.
9. Faktor ndividu
Ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa gangguan pada
biokimia dan fisiologi otak ternyata dapat menyebabkan gangguan
makan, namun para peneliti belum dapat mengidentifikasi faktor
biologi terjadinya penyakitini.
10. Faktor biologis
Gangguan makan muncul dalam keluarga halini menunjukan
peran komponen genetik. Penelitianini menunjukan bahwa kadar
serotonin yang rendah dapat mengakibatkan bulimia.
11. Faktor aktivitas fisik
15

Seseorang dapat kativitas fisik yang kurang dapat meningkatakan


prevaensi terjadinya obesitas. Remaja yang kurang aktif memerlukan
kalori dalam jumlah sedikit dibandingkan dengan remaja dengan
aktivitas tinggi. Maka jika remaja tidak melakukan aktivitas fisik yang
seimbang dan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan
cenderung mengalami obesitas.

12. Faktor Pertumbuhan


a. Pertumbuhan di tandai dengan bertambahnya materi penyusunan
badan dan bagian-bagiannya. Faseini dimulai dari kandungan
sampai usia remaja. Kebutahan nutrisi sangat penting untuk
pertumbuhan tubuh agar terbentuk tulang, otot yang kuat, cadangan
lemak yang cukup untuk melindungi tubuh dan organ-organnya.
b. Perkembanagan motorik pada remaja untuk mulai kritis dalam
memilih makanan.
c. Dewasa nutrisi tidak untuk pertumbuhan, hanya untuk bekerja dan
mempertahankan kesehatan agar optimal.
13. Faktor Umur
a. Pada usia muda nutrisi diperlukan untuk pertumbahan. Semakin tua
kebutuhan energi dan nutrisi mulai berkurang. Setelah usia 20
tahun proses metabolisme berangsur-angsur turun secara teratur
dan kebutuhan nutrisi menurun.
b. Pada saat berusia 10 tahun kebutuhan nutrisi laki-laki dan
perempuan mulai dibedakan.
14. Faktor Aktivitas
a. Semakin banayak aktivitas yang dilakukan maka kebutuhan energi
dan nutrisi semakain banyak.
b. Pada usia remaja nutrisi yang diperlukan untuk dapat beraktivitas.
15. Faktor Keadaan
a. Pada keadaaan sakit akan terjadi perubahan metabolisme sehingga
sangat diperlukan asupan protein tinggi dan nutrisi lainnya.
16

b. Pola kondisi menstruasi diperlukan peningkatan asupan makanan


sumber pembentukan sel darah merah antara lain protein, Fe,
vitamin C, vitamin B12, dan asam folat untuk menghindari
terjadinnya anemia.
16. Faktor Kebiasaan Makan Keluarga
Kebiasaan makan adalah suatu hal yang berhubungan dengan
tindakan untuk mengkonsumsi pangan dan mempertimbangkan dasar
yang lebih terbuka dalam hubungannya dengan apa yang biasanya di
makan dan berkaitan dengan kemungkinan kondisi perubahan
kebiasaan pola pangan yang timbul dari dalam dan luarnya. Dengan
meneraptkan kebiasaan sarapan pagi maka remaja akan mempunyai
energi yang cukup untuk beraktivitas pada siang harinya dan dapat
memelihara ketahanan fisik dan daya tahan tubuh pada saat
beraktivitas serta mampu meningkatkan produktivitas. Kebiasaan
sarapan pagi, kebiasaan mengkonsumsi sayuran, kebiasaan makan
makanan siap saji, kebiasaan makan berlemak yang dikelompokan atas
setiap hari, sering (2-5 kali seminggu), jarang (1-4 perbulan), dan tidak
pernah.
17. Faktor Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga merupakan besarnya rata-rata penghasilan
yang diperoleh seluruh anggota keluarga (ayah, bu, jika bekerja) dibagi
dengan jumlah anggota keluarga. Semakin besar pendapatan yang
diperoleh maka semakin terpenuhnya gizi dan remaja. Pendapatan
keluarga yang memadai akan dapat menunjang status gizi remaja,
karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik
primer maupun sekunder.

2.2.3 Macam- Macam Pola Makan


Pola makan remaja yang perlu di cermati adalah tentang frekuensi
makan, jenis makan dan porsi makan (Hudha dalam Bagas, 2016).Pola
makan terdiridari:
17

1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan seringnya seseorang melakukan kegiatan
makan dalam sehari baik makanan utama atau makan selingan.
Frekuensi makan di katakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3
kali makan utama atau 2 kali makan utama dengan 1 kali makan
selingan. Pada umumnya setiap orang melakukan 3 kali makan utama
yaitu makan pagi, makan siang, makan malam. Pola makan yang tidak
normal di bagi menjadi 2 yaitu makan dalam jumlah banyak, dimana
orang makan dalam jumlah banyak dan makan di malam hari.
2. Jenis makanan
Jenis makan yang dikonsumsi remaja dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu makanan utama dan makan selingan. Makanan
utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang beruapa makan
pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk, sayur, buah dan minuman.
3. Porsi Makan
Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran
makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah (porsi)
makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja menurut (Hudha
dalam Bagas, 2016).Jumlah (porsi) standar bagi remaja antara lain:
makanan pokok berupa nasi, roti tawar, dan mie nstant. Jumlah atau
porsi makanan pokok antara lain : nasi 100 gram dan ukuran kecil 60
gram. Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lauk
hewani, jumlah atau porsi makan antara lain : daging 50 gram, telur 50
gram, tempe 50 gram (dua potong) tahu 100 gram (dua potong). Sayur
merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tmbuhan, jumlah
atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran antara lain :
sayur 100 gram. Buah merupakan suatu hidangan yang disajikan
setelah makanan utama berfungsi sebagai pencuci mulut. Jumlah porsi
buah ukuran 100 gram, ukuran potongan 75 gram.
18

2.2.4 Pengetahuan Makan


Almatsier (2009) mengatakan dalam menyusun dalam menyusun
menu seimbang diperlukan pengetahuan makan, karenanilai gizi setiap
bahan makanan tiap kelompok tidak sama seperti:
1. Bahan Makanan Pokok
Dalam susunan hidangan ndonesia sehari-hari, bhan makanan
pokok merupakan bahan makanan yang memegang peran penting.
Bahan makanan pokok dapat dikenal dari makanan yang dihidangkan
pada waktu pagi, siang atau malam. Pada umumnya porsi makanan
pokok dalam jumlah (kuantitas atau volume) terlihat lebih banyak dari
bahn makanan lainnya. Dari sudut kmu gizi, bahan makanan pokok
merupakan sumber energi (kalori) dan mengandung banyak
karbohidrat. Beberapa jenis makanan pokok juga memberikan zat
protein yang reatif cukup besar jumlahnya dalam konsumsi manusia.
2. Bahan makanan lauk-pauk
Buah-buahan merupakan santapan lauk pauk di dalam pola
makan orang ndonesia berfungsi sebagai teman makanan pokok yang
memberikan rasa enak, merupakan zat gizi protein dalam menu
makanan sehari-hari. Lauk pauk amat bervariasi dalam hal bahan
makanan merupak teknik pengolahan dan bumbunya. Sebagai
sumbernya, dikenal bahan makanan berasal dari hewan dan tumbuhan.
Lauk pauk berasal dari hewan seperti daging dan kan, selain tu dari
tumbuhan yaitu kacang kedelai yang dibuat menjadi tahu, tempe dan
lain sebagainya.
3. Bahan makanan sayur mayor
Dalam hidangan orang ndonesia sayur mayor adalah sebagai
teman makanan pokok, pemberi serat dalam hidangan serta pembasah
karena umumnya dimasak berkuah. Sayur mayor merupakan vitamin
dan mineral. Namun, zat-zatini dapat rusak atau berkurang jika
mengalami pemanasan. Dianjurkan sayuran yang dimakan setiap hari
19

terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran


berwarna jingga.
4. Bahan makanan buah-buahan
Buah-buahan merupakan santapan terakhir dalam suatu cara
makan atau dimakan kapan saja. Umumnya dipilih buah yang sudah
masak dengan rasa manis dan dimakan mentah. Padat juga buah-
buahan yang diolah atau diawetkan, buah merupakan sumber vitamin
bagi mausia. Ada beberapa jenis buah yang juga memberikan kalori
yang cukup tinggi seperti lemak yang terkandung dalam alpukat
ataupun karbohidrat yang terdapat pada durian.
5. Susu
Susu adalah cairan berwarna putih yang di keluarkan olek
kelenjar susu. stilah untuk air susu manusia adalah air susu bu (ASI).
Susu yang bukan berasal dari manusia disebut air pengganti susu bu
(PASI). Dalam kandugan susu sapi mupun ASI terdapat laktosa yaitu
gula khusus pada air susu, susu dapat diperoleh dalam berbagai macam
bentuk, yaitu cairan dan bubuk.
Macam susu diperjual belikan dalam bentuk cairan dengan rasa
manis maupun biasa misalnya susu segar, susu asam sering disebut
juga yoghurt, susu bubuk adalah susu skim ataupun biasa yang
dikeringkan umunya ditambahkan vitamin A dan beberpa vitamin B
kompleks karena terjadi kerusakan pada vitamin-vitamin tersebut
akibat proses pengeringan dan susu kental manis adalah susu yang
diuapkan sebagian cairannya dan diberi gula sehingga terasa manis dan
kental mengandung kalori tinggi dan tidak baik diberikan pada bayi.
6. Lain-lain
Disamping kelima golongan bahan makanan tersebut, terdapat
menu sehari-hari biasanya mengandung gula dan minyal kelapa
sebagai penyedap dan diberi rasa gurih. Gurih dan minyak kelapa
merupakan sumber energi. Gula rata-rata di makan sebanyak 25-35
garam sehari (2½- 3½ sendok makan) dalam minuman atau kue-kue.
20

Sedangkan minyak sebanyak 25-50 gram (2 ½-5 sendok makan) untuk


mengoreng, campuran, dalam kue, dan sebagai santan atau kelapa
parut.

2.2.5 Cara Mengelola Makanan


Bahan makanan yang diolah di dapur keluarga akan menjadi
hidangan yang bercita rasa lezat dan menimbulkan nafsu makan. Dengan
memasak bahan makanan tersebut makanan menjadi mudah dicerna untuk
selanjutnya memudahkan zat-zat makanan untuk diperlukan oleh tubuh.
Perlu diperhatikan dalam pengelolaan bahan makanan, antara lain:
beberapa vitamin mudah larut dalam pencuci sehingga terbuang, dan
beberapa bagian lagi dapat rusak oleh pemanasan dan sinar matahari.
Penanganan bahan makanan sebelum dimasak yaitu membuang bagian
yang tidak dapat dimakan seperti bonggol jagung, kulit, biji-biji tertentu,
setelah tu dicuci, selanjutnya dipotong-potong.
Pada umumnya bagian yang tidak tidak dapat dimakan hanya sedikit
mengandung zat gizi, sehingga tidak terlalu merugikan. Cara memasak
dapat menjadi penyebab distribusi makanan tidak merata, misalnya bahan
makanan yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan anak sering dimasak
terlalu pedas sehingga tidak dapat di konsumsi. Sebaiknya jatah untuk
anak-anak dipisahkan terlebih dahulu sebelum menambahkan cabe atau
bumbu-bumbu pedas.
Zat yang diperlukan oleh remaja dan anggota keluarga yang masih
muda, pada umumnya lebih tinggi dari kebutuhan orang dewasa
dinyatakan dalam satuan berat badan, tetapi kalau dinyatakan dalam
kwatum absolut, anak-anak yang lebih kecil tentu membutuhkan kwatum
zat makanan yang diperlukan oleh orang dewasa. Dengan demikian
pengolahan makanan pada akhirnya harus dapat menjamin bahwa zat gizi
yang terkandung tidak banyak yang terbuang dan mempermudah
penyerapan zat gizi tersebut dalam tubuh Fitri (2011).
21

2.3 Konsep Remaja


2.3.1 Pengertian
Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh
untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik.
Masa remaja ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada
individu dari segi fisik, psikis dan sosialnya. Perubahan banyak terjadi
pada masa remaja, baik secara fisik maupun psikologis, seiring dengan
tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja (Hurlock,
2008).
Remaja secara umum mengalami pertumbuhan fisik yang sangat
pesat. Masa perubahan fisik tersebut berlangsung antara usia 11 hingga 22
tahun. Reaksi remaja terhadap perkembangan fisik dipengaruhi oleh
lingkungan dan kepribadiannya, serta interpretasi terhadap lingkungan
(Monks, 201).

2.3.2 Perilaku Makan Sehat Pada Remaja


Anjuran untuk menciptakan pola kebiasaan pangan yang baik bagi
remaja adalah sebagai berikut :
1. Mendorong remaja untuk menikmati makanan, mencoba makanan
yang baru, mengkonsumsi, beberapa makanan di pagi hari, makan
bersama keluarga, menyeleksi makanan yang bergizi.
2. Menggariskan tujuan untuk setidaknya sekali dalam sehari membuat
waktu makan menjadi saat yang menyenangkan untuk berbagi
pengalaman di antara anggota keluarga.
3. Mengetahui jadwal kegiatan remaja sehingga waktu makan tidak
terbentur dengan kegiatan aggota keluarga yang lain.
4. Menyiapkan data dasar tentang pangan dan gizi sehingga remaja dapat
memutuskan jenis makanan yang akan dikonsumsi berdasarakan
nformasi yang diperoleh.
5. Memberikan penekanan tentang manfaat makanan yang baik seperti
perbaikan vitalitas dan peningkataan ketahanan fisik.
22

2.4 Konsep Dewasa


Masa beranjak dewasa atau dewasa awal merupakan sebuah stilah yang
kini digunakan untuk merujuk masa transisi dari remaja menuju dewasa.
Rentang usia masa dewasa berkisar antara 18 hingga 25 tahun. Transisi dari
masa remaja menuju masa dewasa diwarnai dengan perubahan yang
berkesinambungan. individu akan mencoba dan memilih peran apa yang
mereka mainkan dalam hidup mereka. Sekali seseorang menemukan pola
hidup yang diyakininya dapat memenuhi kebutuhannya, a akan
mengembangkan pola-pola perilaku sikap dannilai-nilai yang cenderung akan
menjadi kekhasan selama sisa hidupnya (Santrock, 2011). Hal tersebut
diperkuat oleh King (2014) bahwa masa usia dewasa dengan segala
kemungkinan, masa dimana individu memiliki kesempatan untuk mengubah
hidup mereka.
Perubahan pada masa dewasa bermula sejak pembuahan, yang berlanjut
sepanjang rentang hidup. Selain tu melibatkan perkembangan, pertumbuhan,
dan penuaan. Perkembangan pada masa dewasa awal meliputi tiga aspek,
yaitu fisik, mental-psikologi, dan sosial. Perkembangan fisik dapat dilihat
melalui pertumbuhan tulang, otot-otot, sistem syaraf serta organ-organ tubuh
(Berk, 2010). Sebagian besar orang dewasa mencapai puncak perkembangan
fisik mereka pada usia 20-an dan usia tersebut merupakan masa seseorang
berada di puncak kesehatannya.
Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus
dihadapi seseorang. Kebebasan baru yang diperoleh seseorang pada masa ini
akan menimbulkan masalah-masalah yang tidak dapat diramalkan.
Penyesuaian diri terhadap masalah-masalah masa dewasa dini menjadi lebih
intensif dengan di perpendeknya masa remaja sebab masa transisi untuk
menjadi dewasa menjadi sangat pendek sehingga anak-anakb muda hampir
tidak mempunyai waktu untuk membuat peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa (Santrock, 2011).
23

Masa dewasa awal adalah masa penyesuaian diri dengan lingkunganya,


sehingga seseorang akan rentan mengalami ketegangan emosional. Sekitar
awal atau pertengahan 30-an, kebanyakan orang muda telah mampu
memecahkan masalah-masalah mereka dengan cukup baik sehingga menjadi
lebih stabil dan tenang secara emosional. Apabila seseorang merasa tidak
mampu mengatasi masalah-masalah utama dalam kehidupan mereka, mereka
sering sedemikian terganggu secara emosional. Saat seseorang memasuki
tahap dewasa awal, akan menghadapi dunia kerja, relasi, pencarian dentitas
dan tujuan. Seseorang dapat menemukan tujuan atau tidak, ditentukan salah
satunya oleh sikap proaktif mengeksplor dunianya (McKnight dan Kashdan,
2009) dan dukungan dari lingkungan eksternalnya (Bronk, 2014).

2.5 Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Pola makan
Jenis makan
Frekuensi makan
Porsi makan

faktor resiko gastritis


Kejadian
Helicobacter pylori Gastritis
Terlambat makan
Makanan pedas
Pola makan
24

Sumber : Smetzer dalam Bagas (2016). Hudha idalam iBagas, (2016).


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan memiliki peran sebagai pedoman atau
penuntun peneliti dalam seluruh proses penelitian (Nursalam, 2015).
Rancangan penelitianini menggunakan analitik komparatif dengan
pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika
kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus dalam suatu saat (point time
approach), sehingga dapat disimpulkan tiap subjek dapat diobservasi sekali
saja dan pengukuran terhadap status karakter atau variabel subjek saat
pemeriksaan (Notoatmodjo, 2018). Metode penelitian yang digunakan adalah
korelatif sesuai dengan tujuan penelitian.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

3.2 Kerangka Penelitian


Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya, atau antara
variabel satu dengan variabel lain dari masalah yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2018). Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka konsep
dalam penelitianini adalah untuk mengetahui hubungan pengaruh pola makan
dengan kejadian gastritis di wilayah kerja puskesmas sagaranten.
Variabel Independen Variabel Dependen

Pola Makan Kejadian Gatritis

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

25
26

Keterangan :
: Diteliti
: Hubungan

3.3 Variabel Penelitian


Variabel adalah sebuah konsep yang dioperasionalkan atau operasional
properti dari sebuah objek agar dapat dioperasionalkan, diaplikasikan, dan
dapat menjadi properti dari objek tersebut (Swarjana, 2015). Variabelini
terdiri dari variabel bebas (Independent) dan variabel terikat (Dependent).
3.3.1 Variabel independen
Variabel independen merupakan variabel yang dapat menyebabkan
timbulnya suatu perubahan terhadap variabel lain, sehingga dapat disebut
sebagai variabel independen atau variabel bebas (Swarjana, 2015).
Variabel independen dalam penelitianini adalah pola makan .
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang mengalami perubahan
sebagai akibat dari perubahan variabel dependen, sehingga variabelini
dikenal juga sebagai variabel terikat atau variabel tergantung (Swarjana,
2015). Variabel dependen dalam penelitianini adalah Kejadian Gastritis.

3.4 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional pada variabel adalah definisi terhadap variabel
yang berdasarkan pada konsep teori namun bersifat operasional, agar variabel
tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh peneliti maupun
peneliti lain. Umumnya, definisi dibuat secara naratif, namun ada juga yang
membuatnya dalam bentuk tabel yang terdiri beberapa kolom. (Swarjana,
2015).
27

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Pola Pola makan yang Kuesioner 1 : Pola makan Ordinal
Makan terdiri dari : kurang baik
frekuensi makan, (bila<mean)
jenis makan dan 0 : Pola makan
porsi/jumlah makan baik (bila
>mean)
Gastritis Gastritis adalah Lembar 1 : Gastritis Ordinal
suatu peradangan Ceklis 2:Tidak
mukosa lambung Gastritis
yang bersifat akut,
kronik difus atau
lokal dengan
karakteristik
anoreksia, rasa
penuh, tidak enak
pada epigastrium,
mual dan muntah

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian merupakan subjek (misalnya manusia) yang
dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015). Populasi
yang terdapat dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di Puskesmas
Sagaranten Kabupaten Sukabumi Pada Bulan September 2021 yang
mengeluhkan sakit lambung sebanyak 124 orang .
3.5.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2018). Umumnya terdapat dua syarat yang harus
dipenuhi saat menetapkan sampel, yakni representatif atau mewakili dan
sampel harus cukup banyak. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian
dari pasien di Puskesmas Sagaranten Kabupaten Sukabumi tahun 2021
sebanyak 56 orang.
28

3.5.3 Kriteria Sampel


3.5.3.1 Kriteria Inklusi
Menurut Notoatmodjo (2018) Kriteria inklusi adalah kriteria
ataupun ciri- ciri yang perlu dipenuhi oleh anggota populasi yang dapat
diambil sebagai sampel. Kriteria nklusi merupakan karakteristik umum
subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan yang
akan diteliti (Nursalam, 2015). Dalam penelitianini yang termasuk
kriteria nklusi diantaranya:
a. Pasien Remaja
b. Pasien dalam kondisi sadar
3.5.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan karakteristik yang menghilangkan
atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria nklusi dari studi
karena berbagai sebab (Nursalam, 2015). Kriteria eksklusi dalam
penelitianini adalah :
Pasien yang tidak kooperatif dan tidak bersedia menjadi responden
3.5.4 Teknik Sampling
Penggunaan sampel dalam penelitian ini menggunakan random
sampling, merupakan suatu teknik sampling yang dipilih secara acak, cara
ini dapat diambil bila analisa penelitian cenderung bersifat deskriptif atau
bersifat umum. Setiap unsur populasi harus memilik kesempatan sama
untuk bisa dipilih menjadi sampel. (Hidayat, 2014).
Besar sampel menurut Slovin dalam Nursalam (2013). Perhitungan
besar sampel dalam penelitian yang akan digunakan penelitian ini adalah:
N 124
n= 2
n= 2
1+ N . e 1+124 (10 %)
= 55,3
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
e = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (10%)
29

Berdasarkan perhitungan tersebut maka jumlah sampel atau


responden adalah 56 orang.

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


3.6.1 Jenis instrumen
Instrumen dalam penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data agar peneliti lebih mudah dan baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto,2012). Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner.
Agar data yang digunakan relevan dengan tujuan penelitian, maka
peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner
tertutup untuk mengukur variabel kebiasaan konsumsi makanan diluar
rumah pada anak, dengan jenis kuesioner checklist atau daftar ceklis (√)
yang diambil dari tinjauan daftar pustaka yang telah diuji
kevaliditasannya. Kuesioner adalah suatu bentuk pertanyaan atau
pernyataan yang tertulis digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui
responden. (Arikunto,2012).
Penelitian ini dalam pengujian instrumennya menggunakan skala
guttman, skala guttman adalah skala yang mengingatkan jawaban tegas,
dalam penelitian ini yang digunakan yaitu ya-tidak.
Penelitian ini mengadopsi instrumen yang sudah diujikan
sebelumnya oleh Wati Oktaviani dengan judul “Pengaruh Pola Makan
Pada Remaja Terhadap Kejadian Penyakit Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Sagaranten 2021.” Sebanyak 27 pertanyaan dengan penilaian
untuk gastris iya dan tidak dan penilaian untuk pola makan baik dan tidak
baik.
3.6.2 Uji Validitas dan Uji Reabilitas nstrumen
3.6.2.1 Uji Validitas
30

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat


kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang sahih
mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah, validitas suatu instrumen
ditentukan dengan cara mengkorelasikan antara skor masing – masing,
valid jika P-value < 0,05. Perhitungan menggunakan bantuan SPSS
(Statistical Product and Service Solutions). [ CITATION Ari10 \l
1033 ]
Uji validitas pada peneltian yang sudah sudah diujikan
sebelumnya oleh saudara Asep Suhenda dengan judul “Pengaruh Pola
Makan Pada Remaja Terhadap Kejadian Penyakit Gastritis di Wilayah
Kerja Puskesmas Sagaranten 2021 dengan nilai uji validitas 0,786
3.6.2.2 Uji Reabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau
tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.
(Notoatmodjo, 2012).
Uji realibilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi
statistik dengan teknik uji alfa Cronbach. Teknik ini dapat digunakan
untuk menentukan apakah suatu instrument penelitian reliabel atau
tidak. Dari hasil analisis alfa adalah 0,923, Sedangkan nilai r tabel =
0,444 karena nilainya lebih dari 0,444 maka butir pertanyaan adalah
reliabel.
3.6.3 Prosedur Penelitian
3.6.3.1 Persiapan Penelitian
a. Mencari fenomema yang terjadi berdasarkan masalah
b. Menetukan judul penelitian
c. Menentukan lahan penelitian
d. Studi kepustakaan megenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah
31

penelitian dan penyusunan proposal penelitian


e. Mengurus perizinan untuk pelaksanaan penelitian
f. Seminar proposal
g. Perbaikan proposal

3.6.3.2 Pelaksanaan
a. Mendapatkan izin melakukan penelitian dari Institut Kesehatan
Rajawali Bandung, Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL),
Dinas Kesehatan Bandung Barat.
b. Mendapatkan izin untuk melakukan studi pendahuluan kepada
pasien dan pengambilan data di ruang rawat nap RSUD Cililin.
c. Melakukan penelitian di ruang rawat nap RSUD Cililin sesuai
kriteria nklusi yang telah ditentukan.
d. Melakukan nformed consent dengan menjelaskan tujuan
dilakukannya penelitian.
e. Penyebaran lembar kuesioner kepada pasien untuk diisi, setelah tu
dikembalikan kepada peneliti.
f. Mengambil kesimpulan dari data yang telah diperoleh berdasarkan
pengolahan dan analisa yang telah dilakukan sebelumnya.
3.6.3.3 Tahap Akhir
a. Menyusun laporan hasil penelitian
b. Presentasi hasil penelitian
c. Perbaikan dokumentasi
d. Pendokumentasian hasil penelitian

3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data


3.7.1 Pengolahan Data
Teknik analisis data merupakan suatu penyajian data sebagai hasil
yang berarti dan berkesimpulan baik, dalam Teknik pengolahan data
menurut Notoatmodjo (2018), proses pengolahan data terdiri dari :
3.7.1.1 Penyuntingan data (editing)
32

Hasil dari wawancara ataupun angket yang diperoleh ataupun


dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) telebih dahulu,
pengeditan kuesioner dilakukan langsung pada saat penelitian, apabila
ternyata masih terdapat data atau nformasi yang tidak lengkap, maka
peneliti dapat langsung meminta responden untuk melengkapi.
3.7.1.2 Membuat lembaran kode (coding sheet)
Lembaran atau kode merupakan nstrument berupa kolom- kolom
untuk merekan data secara manual. Pengolahan data menggunakan
komputer umumnya dapat melakukan coding yaitu mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka maupun bilangan.
Teknikini sangat berguna dalam memasukkan data(data entry) dalam
suatu penelitian yang akan dilakukan peneliti.
3.7.1.3 Memasukkan data (data entry)
Data yang diperoleh dari hasil wawancara, yakni jawaban-
jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk “kode” (angka
atau huruf) dimasukkan ke dalah program computer atau software
pengelolaan statistik.
3.7.1.4 Pembersihan data (cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden telah
selesai dimasukkan, kemudian perlu dilakukan cek ulang untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan yang terjadi pada kode atau
ketidaklengkapan data sehingga dilakukan pembetulan atau koreksi.
3.7.1.5 Tabulasi
Suatu pembuatan tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian
ataupun yang diinginkan oleh peneliti.

3.7.2 Analisis Data


Analisis data pada suatu penelitian akan melalui prosedur bertahap
diantaranya sebagai berikut:

3.7.2.1 Analisis Univariat


33

Dilakukan untuk melihat gambaran masing - masing variabel


penelitian, yaitu Pengaruh Pola Makan dengan kejadian Gatritis di
wilayah kerja Puskesmas Sagaranten 2021. nilai persentase
dikelompokkan menurut batasan sebagai berikut :
F
p= × 100 %
N
Keterangan :
P : Persentase
F : Jumlah sesuai kategori
N : Jumlah seluruh responden
Hasil persentase untuk kebiasaan konsumsi makanan diluar
rumah yaitu :
1. Pola Makan Baik, dengan skor 51 – 100%.
2. Pola Makan Buruk skor < median ,dengan skor 0 – 50%.
Hasil persentase untuk gastritis yaitu :
1. Ya, ( dokter mendiagnosa demam gastritis )
2. Tidak, ( dokter tidak mendiagnosa demam gastritis )
3.7.2.2 Analisis Bivariat
Tujuan dari analisa bivariat adalah untuk membuktikan adanya
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Analisa ini menggunakan metode uji statistik chi-square, dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variablel bebas dengan
variabel terikat. Rumus Chi-square :
( O−E )2
x 2= ∑
E
Keterangan :
x2 : Chi kuadrat
O : nilai hasil penggunaan
E : nilai ekspektasi
Kriteria penolakan hipotesis, ditolak Ho jika P value <0,05 (Arikunto,
2009).
34

3.8 Etika Penelitian


Penelitian yang dilakukan peneliti hendaknya memegang teguh pada
etika penelitian, karena pada umumnya melibatkan manusia sebagai subjek
penelitian yang dapat saja menimbulkan ketidaknyamanan atau bahaya bagi
subjek. Secara umum, terdapat prinsip utama dalam etika keperawatan
(Swarjana, 2015). Diantaranya :
3.8.1 Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Subjek atau responden dalam penelitian memiliki hak untuk
menentukan tanpa keterpaksaan dalam partisipasinya pada penelitian,
sehingga mereka berhak untuk bertanya, menolak untuk memberikan
nformasi, atau mengakhiri partisipasi mereka dalam penelitian. Peneliti
menghormati harkat dan martabat subjek penelitian dengan
mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform concent).
3.8.2 Hak atas privasi (the right to privacy)
Pada umumnya penelitian yang melibatkan manusia sebagai
subjeknya dapat mengganggu kehidupan pribadi responden. Peneliti sudah
seharusnya menjaga kerahasiaan nformasi atau data yang diberikan oleh
partisipan, termasuk menjaga privacy responden. Kerahasiaan tersebut
dapat dijaga dengan tanpa menyebutkan nama (anonymity) atau dengan
prosedur lainnya (confidentiality procedures).
3.8.3 Prinsip keadilan (the principle of justice)
Peneliti semestinya mampu menerapkan prinsip keadilan, terutama
terhadap responden dalam penelitian yang dilakukan dengan diperlakukan
adil atau perlakuan yang sama sebelum, selama, dan sesudah mereka
berpartisipasi dalam penelitian.
35

3.8.4 Prinsip kebaikan (principle of beneficence)


Penelitian yang dilakukan mampu memberikan manfaat kebaikan
bagi kehidupan manusia, dapat dengan berusaha meminimalisir segala
bentuk kerugian (harm) dan ketidaknyamanan (discomfort).

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Piskesmas Sagaranten dan waktu
penelitian dalam bulan Oktober – Desember 2021.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. H. 2010. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data


Jakarta, Salemba Medika.

Aminudin 2013. Mengenal dan menanggulangi penyakit perut, Bandung, Putra


Setia.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,


Rineka Cipta.

Chasanah, R. 2010. Pengobatan Dan Pencegahan Penyakit Pencernaan, Jakarta,


Sunda Kelapa.

Hidayah, A. 2012. Kesalahan-Kesalahan Pola Makan Pemicu Seabrek Penyakit


Mematikan, Yogyakarta, Buku Biru.

Muttaqin, A. & Sari, K. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan, JJakarta, PT.


Rineka Cipta.

Nurhayati 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Gastritis,


Jakarta, inuha Medika.

Nursalam. 2013. Konsep Dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Jakarta Selatan, Penerbit Selemba Medika.

Puspadewi, V. A. & Endang, L. 2012. Penyakit Maag Dan Gangguan


Pencernaan Yogyakarta, Kanisius.

Saydam, G. 2011. Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernafasan Dan


Gangguan Pencernaan), Bandung, Alfabeta.

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. 2010. Medical Surgical inursing, Jakarta, EGC.


Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D,
Bandung, Alfabeta.

36
37

INFORMED CONSENT
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :.....................................................................
Nama Anak : ....................................................................
Alamat : ....................................................................

Menyatakan bersedia menjadi sampel untuk penelitian mahasiswi :


Nama : Rifka Ainul Fitry
NIM : 1220032

Dalam kegiatan Penelitan “hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada r
emaja di wilayah kerja puskesmas Sagaranten kabupaten Sukabumi tahun 2021”
mahasiswi Program Sarjana Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung
Tanpa ada paksaan dan secara sukarela.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Mahasiswa Sukabumi, Oktober 2021


Responden

Rifka Ainul Fitry (.....................................)


NIM. 1220032 Nama Lengkap
38

TABEL KISI-KISI KUESIONER

No Variabel Indikator No. Butir Jumlah


soal
1. Pola Makan Suatu sistem, cara kerja 1-17 12 Butir
kerja atau usaha untuk
melakukan kegiatan
makan secara sehat.
2. Kejadian Fenomena atau faktor 17-27 10 Butir
39

LEMBAR KUESIONER

Judul Penelitian : Hubungan Pola Makan Pada Remaja Dengan Kejadian


Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sagaranten
Kabupaten Sukabumi.
Penelitian : Rifka Ainul Fitry

Petunjuk Penelitian
a. Bacalah pertanyaan dengan hati-hati sehingga anda dapat mengerti
b. Pilihlah salahsatu jawaban anda dengan cara memberi tanda checklist (√)
pada tempat ([ ]) yang tersedia sesuai dengan satu jawaban yang saudara
pilih.
c. Setiap inomer hanya boleh diisi dengan satu jawaban.
d. Setiap jawaban dimohon untuk memberikan jawaban yang jujur.
e. Harap mengisi seluruh jawaban yang ada dalam kuesioner ni (dan pastikan
tidak ada yang terlewati).

A. Data Demografi
1. Tanggal Pengisian :
2. Nama (inisial) :
3. Usia :
4. Jeniskelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
5. Pendidikan :
6. No. Telepon :

No Pertanyaan Iya Tidak


1 Apakah Anda sehari makan sebanyak 3x?
2 Apakah Anda sehari makan kurang dari 3x?
3 Apakah Anda makan dalam waktu yang sama pada setiap
harinya?
4 Apakah Anda makan ketika merasa lapar?
5 Apakah Anda makan sesuai dengan jam yang Anda
40

No Pertanyaan Iya Tidak


tentukan?
6 Apakah Anda makan dalam sehari sebanyak 3 piring inasi?
7 Apakah Anda makan dalam sehari kurang dari 3 piring?
8 Apakah Anda makan sedikit-sedikit tapi sering?
9 Apakah Anda makan langsung dalam porsi yang banyak
(4-5)?
10 Apakah Anda sering makan diluar rumah?
11 Apakah inasi merupakan menu sarapan Anda?
12 Apakah Anda hanya sarapan susu?
13 Apakah Anda sering makan makanan pedas?
14 Apakah Anda sering menyukai makanan asam?
15 Apakah Anda sering mengkonsumsi makanan instan?
16 Apakah Anda lebih suka ingemil daripada makan inasi?
17 Apakah Anda sering mengkonsumsi minum- minuman
bersoda?
18 Apakah anda mempunyai riwayat sakit maag?
19 Apakah anda sering merasa terbakar di lambung?
20 Apakah inafsu makan Anda sering menurun?
21 Apakah Anda sering inyeri ulu hati?
22 Apakah Anda sering merasa mual?
23 Apakah Anda sering muntah?
24 Apakah perut Anda sering kembung?
25 Apakah Anda sering bersendawa?
26 Apakah maag Anda kambuh saat anda makan pedas?
27 Apakah maag Anda kambuh saat Anda terlambat makan?

Anda mungkin juga menyukai