Anda di halaman 1dari 91

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT STRES


DENGAN GEJALA GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA
PGRI 4 DENPASAR

NI NYOMAN TRISNAYANTI

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN ( ITEKES) BALI
DENPASAR
2019
SKRIPSI

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT STRES


DENGAN GEJALA GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA
PGRI 4 DENPASAR

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.)


Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

Diajukan Oleh :

NI NYOMAN TRISNAYANTI

NIM.15C11593

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN ( ITEKES) BALI
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja
Di SMA PGRI 4 Denpasar”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,


pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D selaku Rektor Institut


Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Ida Ayu Lysandari.,SE.,MM selaku Sekretaris Rektor Institut Teknologi
dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada
penuli menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto.,S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan
kesempatan kepada penuli menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Anak Agung Ayu Yuliati Darmini, S.Kep.,Ns.,MNS selaku Ketua
Program Studi Sarjana Keperawatan yang memberikan dukungan moral dan
perhatian kepada penulis.
5. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Pd.,S.Kep.,MNS selaku pembantu ketua III
sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Putu Indrayoni, S.Farm.,M.Farm.,Apt selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Anak Agung Istri Mas Padmiswari, S.Si.,M.Si selaku wali kelas C yang
telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

vi
8. Seluruh keluarga yang banyak memberikan dukungan serta dorongan moral
dan materiil hingga selesainya skripsi ini.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna,


untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini.

Denpasar, 31 Mei 2019

Penulis

vii
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT STRES DENGAN GEJALA
GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA PGRI 4 DENPASAR

Ni Nyoman Trisnayanti
Program Studi Sarjana Keperawatan
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali
Email: yantitrisna57@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan.Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dan tingkat stres dengan
gejala gastritis pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar.
Metode. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode
Stratified Random Sampling dengan jumlah sampel 154 responden.
Hasil.Berdasarkan analisa statistic menggunakan korelasi Spearman Rho
didapatkan hasil ada hubungan pola makan dengan gejala gastritis pada remaja di
SMA PGRI 4 Denpasar dengan nilai korelasi -0,502 (p = 0,001) dan ada
hubungan tingkat stres dengan gejala gastritis pada remaja di SMA PGRI 4
Denpasar dengan nilai korelasi 0,593 (p = 0,001). Responden memiliki pola
makan baik yaitu 92 responden (59,7%), tingkat stres sedang yaitu 80 responden
(51,9%) dan gejala gastritis sedang yaitu 70 responden (45,5%).
Kesimpulan. Ada hubungan pola makan dan tingkat stres dengan gejala gastritis
pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar. Hal tersebut dipengaruhi oleh jenis
makanan yang di konsumsi dan tugas sekolah yang banyak. Semakin baik pola
makan dan semakin sedang tingkat stres maka semakin sedang gejala gastritis.

Kata Kunci: Pola Makan, Tingkat Stres, Gejala Gastritis, Remaja

viii
THE CORRELATION BETWEEN EATING PATTERN AND STRESS
LEVEL TOWARD GASTRITIS SYMPTOMS IN TEENAGERS AT SMA
PGRI 4 DENPASAR

Ni NyomanTrisnayanti
Bachelor of Nursing Program
Institute of Technology and Health
Email: yantitrisna57@gmail.com

ABSTRACT

Aim: To determine the correlation between eating pattern and stress level toward
gastritis symptoms in teenagers at SMA PGRI 4 Denpasar
Method: This study employed descriptive correlation design with cross sectional
approach. There were 154 respondents recruited as sample of this study which
were selected by using Stratified Random Sampling.
Finding: Based on the Spearman Rho test, the finding showed that there was
correlation between eating pattern and gastritis symptoms in teenagers at SMA
PGRI 4 Denpasar (p = 0.001) and (r = -0.502). There was correlation between
stress level and gastritis symptomsin teenagers at SMA PGRI 4 Denpasar (p =
0.001) and (r = 0.593). There were 92 respondents (59.7%) had good eating
pattern, 80 respondents (51.9%) had moderate stress level and 70 respondents
(45.5%) had moderate gastritis symptoms
Conclusion: There is a correlation between eating pattern and stress level toward
gastritis symptoms in teenagers at SMA PGRI 4 Denpasar. It influences by the
types of food which are consumed and school task. The better the eating pattern,
the more moderate the stress level, the more moderate the gastritis symptoms.

Keywords: Eating Pattern, Stress Level, Gastritis Symptoms, Teenagers

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................. i
HALAMAN SAMPUL DENGAN SPESIFIKASI .................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................. iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN…………………………… v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
ABSTRAK…………………………………………………………………. viii
ABSTRACT.................................................................................................. ix
DAFTAR ISI. ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1. Tujuan umum ................................................................ .......... 4
2. Tujuan khusus ............................................................... .......... 4
D. Manfaat Penelitian. ...................................................................... 5
1. Manfaat teoritis .............................................................. ......... 5
2. Manfaat praktis ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7
A. Pola Makan.................................................................................. 7
1. Definisi pola makan…. ......................................................... 7
2. Bagian pola makan ................................................................ 7
3. Membentuk pola makan yang baik ....................................... 9
4. Pantangan jenis makanan dan minuman ……….. ................ 9
B. Tingkat Stres .......................................................................... …. 10

x
1. Definisi stres. ........................................................................ 10
2. Gejala-gejala stres. ................................................................ 10
3. Etiologi stres ......................................................................... 10
4. Klasifikasi stres ..................................................................... 11
C. Gastritis……………………………………………………….. 11
1. Definisi gastritis……………………………………………. 11
2. Etiologi gastritis……………………………………………. 12
3. Faktor-faktor resiko gastritis………………………………. 14
4. Klasifikasi gastritis…………………………………………. 15
5. Manifestasi klinis gastritis…………………………………. 16
D. Remaja……………………………………………………… ... 16
1. Pengertian remaja………………………………………….. 16
2. Batasan usia remaja………………………………………... 17
3. Karakteristik perkembangan remaja………………………. 17
E. Analisa Dengan Penelitian Sebelumnya…………………….. 18
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN VARIABEL. ..... 20
A. Kerangka Konsep ..................................................................... 20
B. Hipotesis .................................................................................. 21
C. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ......................... 21
1. Variabel penelitian ............................................................ 21
2. Definisi operasional .......................................................... 21
BAB IV METODE PENELITIAN. ........................................................... 24
A. Desain Penelitian ..................................................................... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian. ................................................. 24
C. Populasi-Sampel-Sampling. ..................................................... 24
1. Populasi............................................................................. 24
2. Sampel. ............................................................................. 24
3. Sampling. .......................................................................... 27
D. Pengumpulan Data. .................................................................. 27
1. Metode pengumpulan data. ............................................... 27
2. Alat pengumpulan data ..................................................... 27

xi
3. Teknik pengumpulan data................................................. 29
E. Rencana Analisa Data. ............................................................. 31
1. Teknik pengolahan data. ................................................... 31
2. Teknik analisa data ........................................................... 32
F. Etika Penelitian. ....................................................................... 36
BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………………… 38
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian……………………… .. 38
B. Data Demografi Responden………………………………….. 39
C. Hasil Penelitian Terhadap Variabel ......................................... 40
1. Pola makan remaja di SMA PGRI 4 Denpasar…………. 40
2. Tingkat stres remaja di SMA PGRI 4 Denpasar……… ... 41
3. Gejala gastritis remaja di SMA PGRI 4 Denpasar……… 43
D. Hubungan Pola Makan Dengan Gejala Gastritis Pada
Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar ......................................... 44
E. Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gastritis Pada
Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar…………………………. 45
BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………… 47
A. Data Demografi Siswa Remaja SMA PGRI 4 Denpasar…….. 47
B. Pola Makan Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar…………… . 48
C. Tingkat Stres Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar…………… 49
D. Gejala Gastritis Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar………… 49
E. Hubungan Pola Makan Dengan Gejala Gastritis Pada
Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar ......................................... 50
F. Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gastritis Pada
Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar ......................................... 51
G. Keterbatasan Penelitian……………………………………… 52
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 53
A. Kesimpulan…………………………………………………. . 53
B. Saran………………………………………………………… 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres
Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja ..................................... 20

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pola Makan dan Tingkat


Stres Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja …………….… 22
Tabel 4.1 Menentukan kuat lemahnya hubungan kedua variabel
yang peneliti gunakan….................................................... ... 35
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Pada Remaja
di SMA PGRI 4 Denpasar (n=154)………………………... 39
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan
Pada Remaja di SMA PGRI 4 Denpasar (n=154)…………. 40
Tabel 5.3 Hasil Kategori Pola Makan Remaja di SMA PGRI 4
Denpasar…………………………………………………… 41

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres


Pada Remaja di SMA PGRI 4 Denpasar (n=154) ……….. 41
Tabel 5.5 Hasil Kategori Tingkat Stres Remaja di SMA PGRI 4
Denpasar…………………………………………………… 43

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gejala Gastritis


Pada Remaja di SMA PGRI 4 Denpasar (n=169)…………. 43
Tabel 5.7 Hasil Kategori Gejala Gastritis Remaja di SMA PGRI 4
Denpasar…………………………………………………. 44

Tabel 5.8 Hubungan Pola Makan Dengan Gejala Gastritis Pada


Remaja di SMA PGRI 4 Denpasar………………………. 45
Tabel 5.9 Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gastritis Pada
Remaja di SMA PGRI 4 Denpasar………………………. 46

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Instrumen Penelitian
Lampiran 3. Lembar Permohonan Orang Tua
Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Orang Tua
Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 7. Lembar Pernyataan Face Validity
Lampiran 8. Surat rekomendasi Penelitian Dari Ketua STIKES BALI
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian Dari Kesbangpolinmas Provinsi Bali
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian Dari Kesbangpolinmas Kota Denpasar
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian Dari SMA PGRI 4 Denpasar

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada
dua masalah yakni penyakit menular dan peningkatan penyakit tidak
menular yang disebabkan oleh gaya hidup seperti pola makan yang
kurang baik (Kementrian Kesehatan, 2013). Penyakit tidak menular yang
dihadapi saat ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastritis atau
yang sering dikenal dengan penyakit maag. Tinjauan yang diadakan oleh
badan penelitian World Health Organization (WHO) menunjukkan hasil
presentase dari angka kejadian gastritis di dunia diantaranya Inggris 22%,
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Gastritis
dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun merupakan awal dari
sebuah penyakit yang dapat menyusahkan seseorang. Presentase dari
angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8% dan
angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi
dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Data
Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2015 menunjukkan terdapat 34.087
kasus gastritis. Hal ini menyebabkan gastritis menepati peringkat ke-8
dari pola 10 besar penyakit di Puskesmas Provinsi Bali. Peringkat ke-7
dari pola 10 besar penyakit gastritis terdapat di puskesmas I Denpasar
Timur tahun 2016 dengan angka kejadian 1.328 (Puskesmas I Denpasar
Timur, 2017).
Pada umumnya gastritis terjadi akibat asam lambung yang tinggi
atau terlalu banyak makan-makanan yang bersifat merangsang seperti
pedas dan asam, gangguan fungsional, dan gangguan struktur anatomi.
Menurut Sukarmin (2011) faktor kejiwaan atau stres juga berpengaruh
terhadap timbulnya serangan ulang penyakit gastritis (Merita, Sapitri,
Sukandar, 2016). Mewabahnya gejala gastritis mulai dialami oleh orang

1
2

Indonesia sejak dari remaja sampai lanjut usia. Khususnya dalam tahap
remaja diperlukan perhatian lebih dari orang tua atau keluarga untuk
mengontrol dan mengurangi kejadian gastritis pada remaja. Perhatian
orang tua diperlukan karena sebagian besar remaja lebih memilih untuk
menyelesaikan tugas-tugas sekolah dibandingkan makan dengan teratur
dan melakukan diet ketat agar tetap terlihat langsing. Remaja merupakan
usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. WHO
menyatakan usia 10-19 tahun sebagai batasan remaja. Definisi remaja
menurut peraturan Kementerian Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Data dari Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menunjukkan rentang
usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Pada zaman modern ini khususnya kehidupan remaja semakin


mengkhawatirkan, ditandai dengan gaya hidup yang instan dan kurang
sehat membuat remaja menyukai makanan instan yang kurang
memperhatikan kebersihan dan nilai gizi dari makanan tersebut. Pola
makan sangat terkait dengan produksi asam lambung. Hasil penelitian
Wahyuni, Rumpiati, dan Lestariningsih (2017) menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja.
Tingkat kejadian gastritis akan semakin rendah apabila pola makan
remaja lebih baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Merita, Sapitri,
dan Sukandar (2016) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola
konsumsi dengan kejadian gastritis dan ada hubungan tingkat stres
dengan kejadian gastritis di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi.

Stres merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan


penyakit gastritis dan kecemasan yang erat kaitannya dengan pola hidup.
Gangguan kecemasan dapat mengakibatkan berbagai respon fisiologis
seperti gangguan pencernaan. Menurut teori Lazarus stres dapat terjadi
jika seseorang individu menilai kemampuannya tidak cukup untuk
3

memenuhi tuntutan situasi lingkungan fisik dan sosial. Pada keadaan stres
produksi asam lambung akan menjadi tinggi sehingga dapat mengiritasi
mukosa lambung dan lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya
gastritis. Hormon kortisol di produksi oleh tubuh ketika kondisi stres
terjadi dan mengakibatkan kekebalan tubuh melemah karena mineral dan
vitamin B terkuras di dalam tubuh (Priyoto, 2014). Gastritis yang tidak
ditangani akan menyebabkan suatu komplikasi seperti tukak lambung,
pendarahan di lambung, dan terjadi kanker lambung. Hasil penelitian
Merbawani, Sajidin, dan Munfadlila (2017) menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki tingkat stres sedang yaitu 45,7% dan
mengalami kekambuhan gastritis yaitu 81,2%. Semakin rentan seseorang
terkena stres maka semakin tinggi risiko terjadinya gastritis. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Widiyanto dan Khaironi (2014) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan
kejadian gastritis.

Perkembangan pendidikan di era globalisasi mendorong


masyarakat untuk memberikan pendidikan dan menyekolahkan anak-anak
ke jenjang yang lebih baik, seperti anak yang tamat SMP harus
melanjutkan ke SMA. Kota Denpasar memiliki beberapa SMA yang
dibagi berdasarkan kecamatan, salah satunya SMA PGRI 4 Denpasar
yang berada di lingkup wilayah Puskesmas I Denpasar Timur. SMA
PGRI 4 Denpasar memiliki perbedaan dengan SMA lain yang ada di
kecamatan Denpasar Timur. Perbedaan SMA PGRI 4 Denpasar dengan
SMA lain yaitu dari segi ekstrakurikuler, dimana SMA PGRI 4 Denpasar
memiliki ekstrakurikuler akademik dan ekstrakurikuler non-akademik.
Siswa SMA PGRI 4 Denpasar dituntut untuk memenuhi standar
pendidikan di sekolah sehingga kebanyakan siswa mengikuti pelajaran
tambahan diluar jam pelajaran sekolah. Kesibukan siswa dalam kegiatan
belajar di sekolah, kegiatan belajar diluar jam pelajaran sekolah,
ekstrakurikuler akademik maupun ekstrakurikuler non-akademik, serta
4

tugas-tugas yang menyita waktu terkadang membuat siswa SMA PGRI 4


Denpasar rentan mengalami gangguan pola makan dan perubahan tingkat
stres yang berujung pada keluhan terhadap gejala masalah pada
pencernaan.

Gastritis merupakan suatu penyakit yang seharusnya dicegah


sebelum gastritis memasuki fase gastritis kronis. Makanan dan stres
merupakan faktor utama dari penyebab terjadinya gastritis. Sehingga
diharapkan tenaga kesehatan baik perawat maupun bidan mampu
memahami konsep dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien
dengan gastritis agar klien tidak memasuki fase gastritis kronis. Solusi
untuk pencegahan pada gastritis berupa mengurangi penyebab infeksi,
mengurangi stres, mengurangi konsumsi obat penghilang nyeri, dan
mengurangi konsumsi alkohol yang dapat meningkatkan asam lambung.
Latar belakang di atas menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan pola makan dan tingkat stres dengan
gejala gastritis pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut yaitu bagaimanakah hubungan pola makan
dan tingkat stres dengan gejala gastritis pada remaja di SMA PGRI 4
Denpasar?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dan tingkat stres
dengan gejala gastritis pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi data demografi (jenis kelamin dan umur) siswa
remaja di SMA PGRI 4 Denpasar.
5

b. Mengidentifikasi pola makan remaja di SMA PGRI 4 Denpasar.


c. Mengidentifikasi tingkat stres remaja di SMA PGRI 4 Denpasar.
d. Mengidentifikasi gejala gastritis pada remaja di SMA PGRI 4
Denpasar.
e. Mencari hubungan pola makan dengan gejala gastritis pada
remaja di SMA PGRI 4 Denpasar.
f. Mencari hubungan tingkat stres dengan gejala gastritis pada
remaja di SMA PGRI 4 Denpasar.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengaturan pola
makan dan tingkat stres yang dapat menyebabkan terjadinya
gejala gastritis.
b. Sebagai bahan yang dapat mendukung teori yang sudah ada atau
dapat menghasilkan teori baru.
c. Sebagai bahan masukan penentuan dalam memberikan pendidikan
kesehatan mengenai pola makan dan tingkat stres.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan, dan
pengetahuan dalam mempersiapkan, mengumpulkan, menganalisa
serta menginformasikan data temuan dan hasil penelitian
diharapkan dapat menjadi data dasar untuk peneliti selanjutnya.
b. Bagi tempat penelitian
Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
pentingnya makan teratur dan menurunkan tingkat stres dalam
hubungannya dengan gejala gastritis.
6

c. Bagi institusi pendidikan


Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa
tentang gejala-gejala gastritis serta dapat dijadikan sebagai bahan
acuan dalam penerapan asuhan keperawatan.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai data awal dalam memberikan informasi dan pengetahuan
tentang hubungan pola makan dan tingkat stres terhadap gejala
gastritis serta peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan variabel
yang lebih banyak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola Makan
1. Definisi pola makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai berbagai macam dan jumlah bahan makanan yang
di makan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk
suatu kelompok masyarakat tertentu menurut Sulistyoningsih, 2011
(Widiastuti, 2015). Pola makan atau pola konsumsi pangan menurut
Rahma, Ansar, Rismayanti (2013) merupakan susunan jenis dan
jumlah makanan yang di komsumsi seseorang atau sekelompok orang
pada waktu tertentu. Sedangkan, Koesmardini (2006) mendefinisikan
Pola makan merupakan cara seseorang atau sekelompok orang yang
memilih dan memakan makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh
fisiologi, budaya, dan sosial. Sehingga kajian mempengaruhi pola
makan meliputi kegiatan dalam memilih pangan, cara memperoleh,
menyimpan, dan yang di makan (Pratiwi, 2013). Berdasarkan definisi
pola makan di atas, dapat diambil kesimpulan pola makan merupakan
informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah
bahan makanan yang di konsumsi.
2. Bagian pola makan
Pola makan terdiri dari berbagai bagian, yaitu :
a. Jenis makanan
Jenis makanan merupakan variasi dari beberapa komponen
makanan, jenis makanan yang dimaksud adalah jenis makanan
yang beresiko untuk penderita gastritis yang di komsumsi selama
ini. Beberapa jenis makanan tersebut yaitu makanan yang
mengandung gas (sawi, kol, kedondong), makanan bersantan,
makanan pedas, dan asam (Rahma, Ansar, Rismayanti, 2013).
Jenis makanan dibagi menjadi dua yaitu :

7
8

1) Makanan utama
Makanan utama merupakan makanan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh atas kalori yang digunakan untuk beraktivitas.
Makanan utama di konsumsi tiga kali sehari yaitu pagi, siang,
dan malam yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur,
dan minuman.
2) Makanan selingan
Makanan selingan merupakan makanan yang di konsumsi di
sela-sela makanan utama. Makanan selingan dilakukan sekali
atau dua kali diantara waktu makan guna menanggulangi rasa
lapar karena jarak waktu makan yang lama. Contoh dari
makanan selingan seperti makanan berbentuk kering, makanan
selingan berbentuk basah, dan makanan selingan berbentuk
kuah.
b. Frekuensi makan
Frekuensi makan merupakan intensitas makan dalam sehari
yang meliputi makanan lengkap (full meat) dan makanan selingan
(snack). Frekuensi makan yang baik yaitu frekuensi makan setiap
harinya 3 kali makanan utama (makan pagi, makan siang, dan
makan malam atau sore) atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali
makanan selingan, dan dinilai kurang apabila setiap harinya 2 kali
makan utama atau kurang (Suhardjo, 2002 dalam Pratiwi, 2013).
c. Waktu makan
Makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan
mulai dari mulut sampai usus halus. Umumnya lambung kosong
antara 3-4 jam. Pembagian waktu makan menurut Almatsier (2005)
yaitu makan pagi jam 07.00 WITA, makan siang jam 13.00 WITA,
makan malam jam 19.00 WITA, snack pagi jam 10.00 WITA,
snack siang jam 16.00 WITA.
9

3. Membentuk pola makan yang baik


Pola makan yang baik adalah sebuah rangkaian proses upaya
pembentukan pola makan yang teratur. Pada kasus gastritis, biasanya
diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga mengakibatkan
peningkatan produksi asam lambung yang memicu terjadinya nyeri
epigastrum.
4. Pantangan Jenis Makanan dan Jenis Minuman
Berikut ini adalah jenis makanan dan jenis minuman yang
disarankan untuk dikurangi asupannya (Yuliarti, 2009) :
a. Coklat
Kandungan kakao dan kafein dapat menyebabkan kadar asam
lambung meningkat.
b. Makanan yang digoreng
Makanan yang digoreng memiliki kadar lemak yang tinggi.
c. Daging berlemak
Selain kandungan lemak yang tinggi, daging sapi, kambing, dan
domba dapat bertahan lama di perut, sehingga memungkinkan
meningkatnya asam lambung.
d. Minuman beralkohol
Minuman beralkohol dapat melemaskan saluran bagian bawah
esophagus dan dapat menyebabkan naiknya asam lambung.
Contohnya seperti bir, wine, dan vodca
e. Minuman bersoda
Minuman yang mengandung soda atau berkarbonasi adalah salah
satu penyebab utama gangguan pada lambung. Contohnya sprite
dan coca cola.
d. Produksi olahan susu tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dapat meningkatkan kadar asam lambung.
e. Kafein
Kebiasaan minum kopi yang berlebihan (>2x sehari) dapat
mengkontribusi terhadap gangguan lambung.
10

B. Tingkat Stres
1. Definisi stres
Stres menurut Priyoto (2014) merupakan suatu respon
fisiologis dan perilaku manusia yang mencoba untuk beradaptasi dan
mengatur tekanan internal dan eksternal (stressor) (Merita, Sapitri,
Sukandar, 2016). Sedangkan Stres menurut Lazarus & Folkman (1984)
merupakan keadaan yang alami dialami ketika ada sebuah
ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan untuk
mengatasinya. Berdasarkan pengertian stres diatas, maka dapat di
ambil kesimpulan stres merupakan suatu respon fisiologis dan non
spesifik dari tubuh atas tuntutan dan tekanan internal maupun eksternal
(Nikmah, 2015).
2. Gejala-gejala stres
Stres memiliki dua gejala, yaitu gejala fisik dan psikis. Gejala
stres secara fisik dapat berupa jantung berdebar, nafas cepat dan
memburu atau terengah-engah, mulut kering, lutut gemetar, suara
menjadi serak, perut melilit, nyeri kepala seperti diikat, berkeringat
banyak, tangan lembab, letih yang tak beralasan, merasa gerah, panas,
dan otot tegang. Selain itu, keadaan stres dapat membuat orang-orang
yang mengalaminya merasa gejala-gejala psikoneurosa, seperti cemas,
resah, gelisah, sedih, depresi, curiga, fobia, bingung, salah paham,
agresi, labil, jengkel, marah, lekas panik, cermat serta berlebihan.
Gejala lain dari stres berupa nyeri otot, mata berkedut, gigit kuku,
ruam, mual, kantuk, lupa, tidak bisa tidur, sakit maag, gangguan
makan seperti hilangnya nafsu makan, migren atau kepala pusing,
serangan asma yang tambah parah, sakit mental, hysteria, dan
kebingungan (Lukaningsih & Bandiyah, 2011).
3. Etiologi stres
Penyebab stres menurut Lukaningsih dan Bandiyah (2011) dapat
dilihat dari berbagai kasus, seperti berikut :
a. Kejadian hidup sehari-hari baik gembira atau sedih.
11

b. Pelajaran sekolah maupun pekerjaan yang membutuhkan jadwal


waktu yang ketat, dan bekerja dengan aturan yang ketat dan kurang
pengertian
4. Klasifikasi stres
Klasifikasi stres dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Stres ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang
secara teratur. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa
menit atau jam. Stressor ringan biasanya tidak disertai timbulnya
gejala. Ciri-cirinya seperti semangat meningkat, penglihatan tajam,
namun cadangan energi menurun, kemampuan menyelesaikan
pelajaran meningkat, sering merasa letih tanpa sebab, kadang-
kadang terdapat gangguan sistem seperti pencernaan, otot, perasaan
tidak santai.
b. Stres sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama yaitu beberapa jam
sampai beberapa hari. Ciri-cirinya yaitu sakit perut, mules, otot-
otot terasa tegang, perasaan tegang, gangguan tidur, dan badan
terasa ringan.
c. Stres berat
Stres berat adalah situasi kronis yang dapat berlangsung
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Ciri-cirinya yaitu sulit
beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit tidur, penurunan
konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan meningkat, tidak mampu
melakukan pekerjaan sederhana, gangguan sistem meningkat, dan
perasaan takut meningkat.

C. Gastritis
1. Definisi gastritis
Gastritis menurut Suratum (2010) merupakan suatu peradangan
mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difusi atau lokal, dengan
12

karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut (begah), tidak nyaman


pada epigastrum, mual, dan muntah (Mardalena, 2018).Gastritis
menurut Smelzer (2001) adalah inflamasi mukosa lambung sering
akibat diet yang sembarangan. Biasanya individu makan terlalu
banyak, terlalu cepat, makan-makanan yang berbumbu atau
mengandung mikroorganisme penyebab penyakit (Pratiwi, 2013).
Rizema (2013) mendefinisikan gastritis sebagai istilah kedokteran
untuk suatu keadaan inflamasi jaringan mukosa (jaringan lunak)
lambung (Merita, Sapitri, Sukandar, 2016). Gastritis atau yang lebih
dikenal dengan maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro yang
berarti perut atau lambung dan itis yang berarti inflamasi atau
peradangan. Gastritis bukan berarti penyakit tunggal, namun terbentuk
dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung (Merita, Sapitri, Sukandar, 2016).
Berdasarkan pengertian gastritis diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada
mukosa lambung.
2. Etiologi gastritis
Mardalena (2018) membagi penyakit gastritis menjadi dua,
yakni gastritis akut dan gastritis kronis. Gastritis yang terjadi secara
tiba-tiba disebut gastritis akut, sedangkan yang terjadi secara perlahan-
lahan disebut gastritis kronis. Keduanya memiliki gejala yang mirip,
diantaranya ada rasa terbakar di perut bagian atas, kembung, sering
bersendawa, mual-mual, dan muntah.
Berikut sejumlah faktor yang dapat mendorong terjadinya
penyakit gastritis :
a. Infeksi bakteri
Penyebab gastritis salah satunya yaitu bakteri Helicobacter
pylori yang dapat berkembang biak, meluas membentuk tukak
lambung, dysplasia, adenoma, dan akhirnya kanker lambung.
13

b. Obat penghilang nyeri


Konsumsi obat penghilang nyeri, seperti nonsteroidal
antiinflamatory drugs (NSAIDs) seperti aspirin, ibuprofen, dan
naproxen yang terlalu sering dapat menyebabkan penyakit gastritis.
c. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
permukaan lambung dan mengakibatkan terjadinya gastritis akut.
d. Stres
Keadaan stres yang disebabkan karena pembedahan, luka
(trauma), terbakar, ataupun infeksi penyakit tertentu dapat
mengakibatkan gastritis akut.
e. Asam empedu
Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan
lemak. Cairan ini diproduksi di hati dan dialirkan ke kantong
empedu. Secara normal, cincin pylorus akan mencegah aliran asam
empedu ke dalam lambung setelah dilepaskan ke duodenum.
Namun, apabila cincin tersebut rusak dan tidak bisa menjalankan
fungsinya maka asam empedu dapat mengalir ke lambung sehingga
mengakibatkan peradangan dan terjadi gastritis kronis.
f. Serangan terhadap lambung
Sel yang dihasilkan oleh tubuh dapat menyerang lambung,
kejadian ini dinamakan autoimmune gastritis. Autoimmune sering
terjadi pada orang yang terserang penyakit Hashimoto’s disease,
Addison’s disease, dan diabetes tipe I.
g. Kondisi lain
Beberapa penyakit lain yang berhubungan dengan saluran
pencernaan yang dikategorikan sebagai penyakit gastritis yaitu
Gastrooesophageal Reflux Disease (GORD), Gastroparesis, dan
Gastroparesis diabeticorum. Gastroparesis didefinisikan sebagai
ketidakmampuan lambung untuk mengosongkan ruangan.
14

Sedangkan, gastroparesis diabeticorum disebabkan pergerakan


lambung tidak normal.
3. Faktor-faktor resiko gastritis
Faktor-faktor resiko menurut Brunner & Suddarth (2002) yang sering
menyebabkan gastritis yaitu:
a. Pola makan
Orang yang memiliki pola makan yang tidak teratur mudah
terserang penyakit gastritis. Pada saat perut dibiarkan kosong atau
ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan
mukosa lambung sehingga timbul rasa nyeri.
b. Rokok
Dalam asap rokok yang dihisap terdapat nikotin yang menghalangi
terjadinya rasa lapar, sehingga seseorang menjadi tidak lapar dan
asam lambung akan meningkat.
c. Kopi
Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein dapat
menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat
meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada
lambung dan pepsin. Sekresi asam lambung meningkat dapat
menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung sehingga
terjadi gastritis.
d. Helicobacter pylori
Helicobater pylori adalah kuman gram negatif yang menyebabkan
peradangan lapisan lambung yang kronis pada manusia. Infeksi ini
diketahui sebagai penyebab tersering terjadinya gastritis.
e. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara
kimia heterogen menghambat aktifitas siklooksigenasi,
menyebabkan turunnya sintesis prostaglandin dan perkursor
tromboksan dari asam arakhidonat. Misalnya aspirin, ibuprofen
dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
15

f. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung. Berdasarkan penelitian, orang minum alkohol 74 gr
(4 gelas/minggu) selama 6 bulan dapat menyebabkan gastritis.
g. Terlambat makan
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung
setiap waktu dalam jumlah kecil. Bila seseorang telat makan 2-3
jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak.
h. Makanan pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang
sistem pencernaan. Mengkonsumsi makanan pedas lebih dari 1x
dalam 1 minggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus menerus
dapat menyebabkan iritasi pada lambung.
i. Usia
Usia tua memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita gastritis
dengan seiringnya bertambah usia mukosa gaster cenderung
menjadi tipis sehingga lebih cendrung memiliki infeksi
Helicobacter pylori.
j. Stres psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres,
misalnya pada beban kerja berat, panik, dan tergesa-gesa.
k. Stres fisik
Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar,
refluk empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis.
4. Klasifikasi gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub
mukosa lambung. Menurut Brunner & Suddarth (2002) gastritis dapat
16

dibagi berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu :


a. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa
lambung yang menyebabkan erosif dan peradangan pada mukosa
lambung setelah terpapar oleh zat iritan.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis merupakan suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun dan berulang.
Peradangan terjadi di bagian permukaan mukosa lambung dan
berkepanjangan yang disebabkan karena ulkus lambung jinak atau
ulkus lambung ganas, bakteri Helicobacter pylori.
5. Manifestasi klinis gastritis
Menurut Brunner & Suddarth (2002) manifestasi dari gastritis
cukup bervariasi. Manifestasi klinis dari gastritis adalah sebagai
berikut :
1) Anoreksia (nafsu makan buruk)
2) Mual dan muntah
3) Rasa asam di mulut
4) Perut terasa kembung
5) Mengeluh nyeri ulu hati setelah makan
6) Bersendawa
7) Merasa kenyang meski baru makan sedikit
8) Feses berwarna hitam
9) Muntah darah atau cairan berwarna pekat seperti kopi.

D. Remaja
1. Pengertian remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan (Hurlock, 1991 dalam Ali & Asrori, 2017).
Remaja adalah periode perkembangan dimana individu mengalami
17

perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya


antara usia 13 dan 20 tahun (Potter & Perry, 2005 dalam Ali & Asrori,
2017). Monks, Knoers, Siti (1989) mendefinisikan remaja sebagai
suatu fase dimana individu mencari jati diri atau fase topan dan badai.
Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara
maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Ali & Asrori, 2017).
Berdasarkan pengertian remaja di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa remaja merupakan fase dimana individu tumbuh untuk
mencapai kematangan dan mencari jati diri.
1. Batasan usia remaja
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan
21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12
atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal, dan
usia 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja
akhir (Mappiare, 1982 dalam Ali & Asrori, 2017). Menurut Hurlock
(1991) hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah
dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun dan bukan 21 tahun
seperti ketentuan sebelumnya (Ali & Asrori, 2017).
2. Karakteristik perkembangan remaja
Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri,
oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity).
Sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja yaitu sebagai berikut (Ali
& Asrori, 2017).
a. Kegelisahan
b. Pertentangan
c. Mengkhayal
d. Aktivitas kelompok
e. Keinginan mencoba segala sesuatu
18

E. Analisa Dengan Penelitian Sebelumnya


Berdasarkan penelitian Wahyuni, Rumpiati, Lestariningsih (2017)
yang berjudul “Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada
Remaja”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki pola makan yang kurang baik dan sebagian besar responden
terjadi gastritis. Pendekatan yang dilakukan secara cross sectional dengan
tehnik accidental sampling. Analisa yang digunakan yaitu uji kolerasi
spearman rank.
Pada penelitian Putri, Agustin, Wulansari (2010) yang berjudul
“Hubungan Pola Makan Dengan Timbulnya Gastritis Pada Pasien Di
Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC)”,
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan gastritis
pasien di UMC. Pendekatan yang dilakukan secara case control dengan
tehnik total sampling. Analisa yang digunakan yaitu uji spearman rank
correlation.
Pada penelitian Widiyanto & Khaironi (2014) yang berjudul
“Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian Gastritis”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat stres dengan kejadian gastritis. Pendekatan yang dilakukan secara
cross sectional dengan tehnik accidental sampling. Analisa yang
digunakan yaitu uji chi-square.
Pada penelitian Merita, Sapitri, Sukandar (2016) yang berjudul
“Hubungan Tingkat Stres Dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Gastritis
Di Puskesmas Pakuan Baru Jambi”. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan kejadian
penyakit gastritis dan terdapat hubungan yang bermakna antara pola
konsumsi dengan kejadian gastritis di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi
Tahun 2015. Pendekatan yang dilakukan secara case control dengan
tehnik purposive sampling. Analisa yang digunakan yaitu uji chi-square.
Pada penelitian Rahma, Ansar, Rismayanti (2013) yang berjudul
“Faktor Risiko Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili
19

Kabupaten Gowa”. Hasil penelitian menunjukkan pola makan yang terdiri


dari jenis makanan dan frekuensi makan. Kebiasaan meminum kopi,
merokok, penggunaan obat anti inflamasi non steroid, dan riwayat gastritis
keluarga merupakan faktor risiko kejadian gastritis. Sedangkan keteraturan
makan dan konsumsi alkohol bukan merupakan faktor risiko kejadian
gastritis. Pendekatan yang dilakukan secara case control study dengan
tehnik exhaustive sampling. Analisa yang digunakan yaitu menggunakan
uji odds ratio (OR).
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep (conceptual framework) adalah model


pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari
hubungan variabel-variabel yang diteliti (Swarjana, 2015). Berdasarkan
latar belakang masalah dan tinjauan teori yang telah penulis uraikan
sebelumnya, maka skema kerangka konsep peneliti dapat digambarkan
sebagai berikut :
Faktor penyebab :

1. Pola makan 7. Terlambat makan


2. Rokok 8. Makanan pedas
3. Kopi 9. Alkohol
4. Helicobacter pylori 10. Stres psikis
5. AINS 11. Stres fisik
6. Usia

Pola makan :

1. Jenis makanan Gejala gastritis


2. Frekuensi makan
3. Waktu makan 1. Anoreksia
Remaja 4. Jenis minuman 2. Nyeri pada epigastrum
3. Mual dan muntah
Stres : 4. Perdarahan saluran
cerna
1. Stres ringan 5. Mengeluh nyeri ulu hati
2. Stres sedang
3. Stres berat
Kejadian gastritis

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres
Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja

20
21

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Responden yang diteliti

B. Hipotesis
Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi
dari sebuah penelitian (Swarjana, 2015). Berdasarkan tujuan dan rumusan
masalah maka hipotesis yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah
hipotesis alternative (Ha) yaitu ada hubungan antara pola makan dan
tingkat stres dengan gejala gastritis pada remaja.

C. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional


1. Variabel penelitian
Variabel adalah sebuah konsep yang dioperasionalkan, diaplikasikan,
dan menjadi properti dari objek (Swarjana, 2015). Penelitian ini
terdiri dari 2 variabel yaitu :
a. Variabel independen adalah variabel yang menyebabkan adanya
suatu perubahan terhadap variabel yang lain. Maka variabel ini
disebut sebagai variabel bebas (Swarjana, 2015). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah pola makan dan tingkat stres.
b. Variabel dependen adalah variabel yang mengalami perubahan
sebagai akibat dari perubahan variabel independen. Maka variabel
dependen ini sering dikenal sebagai variabel terikat atau variabel
tergantung (Swarjana, 2015). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah gejala gastritis pada remaja.
2. Definisi operasional
Definisi operasional variabel adalah definisi terhadap variabel
berdasarkan konsep teori namun bersifat operasional, agar variabel
22

tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh peneliti
maupun peneliti lain (Swarjana, 2015).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pola Makan dan Tingkat


Stres Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja.
No Variabel Definisi Cara dan Alat Hasil Skala
Operasional Pengumpulan
Data
1. Pola Kebiasaan Kuesioner 1. Interval
makan makan dengan skala Semakin
responden Likert, tinggi
yang meliputi terdiri dari skor
jenis 10 item maka
makanan, pernyataan semakin
frekuensi dengan baik pola
makan, kategori 1-5 makan
waktu yaitu tidak remaja
makan, serta pernah,
jenis jarang, 2.
minuman kadang- Semakin
(beralkohol, kadang, rendah
bergas, dan sering, dan skor
berkafein) hampir maka
selalu semakin
buruk
pola
makan
remaja

2. Tingkat Respon Kuesioner 1. Interval


Stres fisiologis dan Depression Semakin
non spesifik Anxiety tinggi
dari tubuh Stress Scale skor
atas tuntutan 42 yang maka
dan tekanan dimodifikasi semakin
internal menjadi 15 berat
maupun item tingkat
eksternal pernyataan, stres
dengan remaja
kategori 0
tidak pernah, 2.
1 kadang- Semakin
kadang, 2 rendah
sering terjadi, skor
dan 3 selalu. maka
23

semakin
ringan
tingkat
stres
remaja

3. Gejala Tanda-tanda Kuesioner 1. Interval


gastritis dan ciri-ciri dengan skala Semakin
peradangan Likert yang tinggi
pada mukosa terdiri dari 10 skor
lambung item maka
pernyataan semakin
dengan berat
kategori 1-4 gejala
yaitu 1 tidak gastritis
pernah, 2 remaja
jarang, 3
kadang- 2.
kadang, dan 4 Semakin
sering. rendah
skor
maka
semakin
ringan
gejala
gastritis
remaja
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang memuat


tentang struktur dan strategi penelitian untuk menjawab masalah
penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif
korelasi yang bertujuan untuk mencari, menjelaskan suatu hubungan,
memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada (Nursalam,
2014). Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional
dimana dalam pengumpulan data dilakukan hanya pada satu saat.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA PGRI 4 Denpasar pada bulan Maret - Mei


2019.

C. Populasi-Sampel-Sampling
1. Populasi
Populasi adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang
memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2014). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas X dan XI SMA PGRI 4
Denpasar yang berjumlah 338 orang.
2. Sampel
a. Besar sampel
Sampel adalah kumpulan individu-individu atau objek-objek yang
dapat diukur yang mewakili populasi (Swarjana, 2015). Semakin
banyak sampel, maka hasil penelitian akan semakin representatif,
namun apabila jumlahnya kurang memenuhi maka hasil penelitian
tidak dapat memberikan gambaran mengenai populasi yang

24
25

sesungguhnya. Dengan kata lain, semakin besar sampel, semakin


mengurangi angka kesalahan. Besar sampel dapat diukur dengan
rumus yaitu: (Nursalam, 2014).

𝑁
𝑛=
1+𝑁 (𝑑)2

keterangan :
n = Besar sampel
N= Besar populasi
d = Tingkat Signifikansi (p) (d = 0,05)
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2
338
𝑛=
1 + 338 (0,05)2

338
𝑛=
1 + 1,19

𝑛 = 154

Dapat disimpulkan bahwa besar sampel yang diteliti dalam


penelitian ini adalah 154 responden yaitu siswa kelas X dan XI
SMA PGRI 4 Denpasar. Dari 154 responden tersebut dilakukan
pengambilan sampel dengan tehnik Probability Sampling yaitu
Stratified Random Sampling.

Penentuan besar sampel pada masing-masing tingkatan yaitu :


(Swarjana, 2015)

Populasi (N) = 338

Kelas X = 174

Kelas XI = 164

Sampel (n) = 154


26

Kelas X = n (kelas X : N)

= 154 (174 : 338)

= 79

Kelas XI = n (kelas X : N)

= 154 (164 : 338)

= 75

b. Kriteria sampel
Supaya karakteristik sampel tidak menyimpang dari tujuan
penelitian yang ingin didapatkan. Kriteria sampel dapat dibagi
menjadi 2, yaitu : (Nursalam, 2014).
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.
Adapun yang menjadi kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :
a) Siswa kelas X dan XI SMA PGRI 4 Denpasar
b) Siswa kelas X dan XI SMA PGRI 4 Denpasar yang
bersedia menjadi responden dan menandatangani inform
concent.
2) Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena
berbagai sebab. Adapun yang menjadi kriteria ekslusi pada
penelitian ini yaitu :
a) Siswa kelas X dan XI SMA PGRI 4 Denpasar yang tidak
hadir saat dilakukan pengumpulan data
b) Siswa kelas X dan XI SMA PGRI 4 Denpasar yang tidak
mendapatkan izin dari orang tua
27

c) Siswa kelas X dan XI SMA PGRI 4 Denpasar yang tidak


bersedia menjadi responden dan yang tidak menandatangani
informed concent
d) Siswa kelas X dan XI SMA PGRI 4 Denpasar yang sedang
menjalani terapi obat.
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam, 2014). Sampel dalam penelitian
ini adalah siswa SMA PGRI 4 Denpasar. Tehnik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Probability Sampling dengan
tehnik Stratified Random Sampling. Stratified Random Sampling
adalah metode pengambilan sampel secara acak, dimana sampel dibagi
dalam strata atau kelompok dan elemen setiap kelompok dipilih
(Swarjana, 2015).

Setelah jumlah sampel pada masing-masing tingkatan


ditetapkan, selanjutnya sampel dipilih dengan teknik Simple Random
Sampling dengan mengundi nomor absen dan kelas yang ditulis pada
secarik kertas, dilipat, dan diambil secara acak. Sampel yang muncul
berdasarkan nomor absen dan kelas dicatat sebagai calon responden
yang akan diteliti.

D. Pengumpulan Data
1. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner pola makan, kuesioner tingkat stres, dan kuesioner gejala
gastritis yang dijawab langsung oleh responden secara subyektif dan
sukarela tanpa paksaan.
2. Alat pengumpulan data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan form yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan dan digunakan
28

untuk mengumpulkan informasi (data) tentang orang-orang sebagai


bagian dari sebuah survei (Swarjana, 2015).
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu kuesioner
pola makan dan tingkat stres berisikan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan gejala gastritis. Dalam penelitian ini kuesioner
terbagi menjadi 4 bagian. Poin A digunakan untuk mengumpulkan
karakteristik responden meliputi inisial nama, kelas, jenis kelamin,
dan umur. Poin B merupakan pertanyaan pola makan yang terdiri dari
10 item pernyataan dengan skala Likert yang dimodifikasi dari
penelitian Sari (2014), dimana pernyataan positif merupakan
pernyataan yang jawabannya sesuai dengan harapan peneliti dimana
nilai paling positif diberi bobot paling besar dengan pilihan jawaban
selalu (SL) nilai 5, sering (SR) nilai 4, kadang-kadang (KK) nilai 3,
jarang (JR) nilai 2, dan tidak pernah (TP) nilai 1. Sementara
pernyataan negatif adalah pernyataan yang jawabannya tidak sesuai
dengan harapan peneliti dimana nilai paling negatif diberi bobot
paling besar dengan pilihan jawaban selalu (SL) nilai 1, sering (SR)
nilai 2, kadang-kadang (KK) nilai 3, jarang (JR) nilai 4, dan tidak
pernah (TP) nilai 5. Poin C merupakan pernyataan untuk mengukur
tingkat stres yang terdiri dari 15 item pernyataan yang dimodifikasi
dari Depression Anxiety Stress Scale 42, yaitu pernyataan nomor 1, 6,
8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 21, 26, 33, 34, dan 36. Pernyataan dengan
pilihan jawaban yaitu tidak pernah (TP) nilai 0, kadang-kadang (KK)
1, sering (SR) 2, dan selalu (SL) 3. Poin D merupakan pernyataan
gejala gastritis yang terdiri dari 10 pernyataan positif dengan skala
Likert yang dimodifikasi dari penelitian Yatmi (2017). Pernyataan
positif merupakan pernyataan yang jawabannya sesuai dengan harapan
peneliti dan nilai paling positif diberi bobot paling besar yaitu sering
(SR) 4, kadang-kadang (KK) 3, Jarang (JR) 2, dan tidak pernah (TP)
1.
29

Pada penelitian ini menggunakan face validity. Kuesioner pola


makan, tingkat stres, dan gejala gastritis yang disusun oleh peneliti
berdasarkan tinjauan teori dengan menggunakan skala Likert. Data
yang diperoleh dilakukan uji content validity yang merupakan uji
validitas yang mengutamakan isi, dimana beberapa ahli akan menilai
apakah pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner telah atau belum
dapat merepresentasikan semua komponen variabel penelitian.
Kuesioner yang akan diuji valid akan di nilai oleh dosen yang expert
dibidangnya. Jika pernyataan dan pertanyaan dalam kuesioner telah
dianggap merepresentasikan variabel penelitian maka kuesioner
tersebut telah valid. Sebaliknya jika pernyataan dan pertanyaan
dianggap belum merepresentasikan variabel penelitian maka kuesioner
tersebut dikatakan tidak valid (Swarjana, 2016).
3. Teknik pengumpulan data
Beberapa tahap pengumpulan data yang perlu dilakukan saat
melakukan penelitian, antara lain :
a. Tahap persiapan
Dalam tahap persiapan ini, peneliti mencari surat rekomendasi
penelitian dari ketua STIKES Bali yang ditujukan kepada Kepala
Badan Penanaman Modal, Perijinan Provinsi Bali, dan
Kesbangpolinmas Kota Denpasar, menyerahkan izin penelitian ke
Dinas Pendidikan Kota Denpasar dan ke SMA PGRI 4 Denpasar,
selanjutnya peneliti akan menyiapkan lembar permohonan orang
tua, lembar persetujuan orang tua, lembar permohonan responden,
lembar persetujuan responden, dan kuesioner.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti menentukan responden berdasarkan teknik
Probability Sampling yaitu Stratified Random Sampling, dimana
kelas X diambil 87 responden dan kelas XI diambil 82 responden
1) Peneliti mengundi siswa kelas X dan XI menggunakan teknik
Simple Random Sampling dengan cara mengundi pada secarik
30

kertas, dilipat, diambil secara acak, dan pengundian


didampingi oleh ketua kelas dari masing-masing kelas.
2) Setelah pengundian selesai, peneliti mengumpulkan siswa
kelas X yang telah terpilih menjadi responden. Responden
dijelaskan maksud, tujuan penelitian dan diberikan lembar
persetujuan menjadi responden (informed consent) yang harus
ditandatangani oleh responden dan lembar persetujuan orang
tua yang harus ditandatangani oleh orang tua responden.
Lembar tersebut diperbolehkan dibawa pulang.
3) Lembar persetujuan menjadi responden dan lembar persetujuan
orang tua dikumpulkan sebelum peneliti memberikan
kuesioner.
4) Responden dikumpulkan di dalam kelas pada saat jam istirahat
berlangsung dan pada saat ada jam pelajaran kosong. Setelah
lembar persetujuan menjadi responden dan surat persetujuan
orang tua telah terkumpul peneliti akan menjelaskan kembali
maksud, tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner kepada
responden yang telah terpilih.
5) Setelah responden mengerti, peneliti membagikan kuesioner
kepada responden dan meminta responden untuk mengisi
kuesioner
6) Selama pengisian kuesioner responden didampingi oleh
peneliti.
7) Responden diberikan waktu pengisian kuesioner kurang lebih
20 menit. Apabila responden kekurangan waktu untuk
menjawab maka peneliti melakukan kesepakatan dengan
responden (dilanjutkan pada jam pelajaran kosong, hari
berikutnya atau pada saat jam pulang sekolah).
8) Responden yang sudah selesai mengisi kuesioner langsung
menyerahkan lembar kuesioner kepada peneliti
31

9) Setelah semua data kuesioner lengkap maka peneliti


mengucapkan terimakasih kepada responden yang telah
bersedia untuk menjadi responden dan bersedia untuk mengisi
kuesioner.
10) Begitupula pelaksanaan dalam pengisian kuesioner yang
dilakukan pada responden di kelas XI pada hari berikutnya.
11) Setelah kuesioner terkumpul maka peneliti mengolah dan
menganalisa data.

E. Rencana Analisa Data


1. Teknik pengolahan data
Data dikumpulkan melalui proses pengumpulan data dan data yang
telah terkumpul tidak bisa otomatis dianalisis, untuk menganalisis data
diperlukan pengolahan data secara cermat melalui beberapa proses dan
tahapan, yaitu: (Swarjana, 2016)
a. Editing
Peneliti mengecek kembali data yang berhasil dikumpulkan dan
melihat kelengkapan pengisian kuesioner.
b. Coding
Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Peneliti
memberikan kode pada setiap karakteristik responden dan variabel
yang diteliti dalam bentuk angka untuk mempermudah pengolahan
data.
1) Pada karakteristik responden
a) Kelas : kode 1 = X, kode 2 = XI
b) Jenis kelamin : kode 1 = laki-laki, kode 2 = perempuan.
c) Umur : kode 1 = 15 tahun, kode 2 = 16 tahun, kode 3 = 17
tahun, kode 4 = 18 tahun, kode 5 = 19 tahun, kode 6 = 20
tahun
32

2) Pada pernyataan lembar kuesioner


a) Pola makan
Kode 1 = baik, kode 2 = kurang
b) Tingkat stres
Kode 1 = ringan, kode 2 = sedang, kode 3 = berat
c) Gejala gastritis
Kode 1 = ringan, kode 2 = sedang, kode 3 = berat
c. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data ke dalam tabel atau
database komputer. Setelah dilakukan penyuntingan data,
kemudian data hasil kuesioner yang telah diberikan kode dianalisa
dengan memasukkan data tersebut ke SPSS version 20.0 For
Windows untuk dilakukan analisa univariat dan analisa bivariat.
d. Cleaning
Pada penelitian ini memperhatikan karakteristik data, sehingga
harus memperhatikan kualitas data sebelum melakukan analisa
data. Pada tahap ini dilakukan pembersihan pada data agar data
terbebas dari kesalahan. Setelah dilakukan cleaning dan tidak
ditemukan missing data, maka peneliti melanjutkan dengan analisa
data.
2. Teknik analisa data
a. Analisa univariat
Analisa univariat adalah data yang terikat dengan pengukuran satu
variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2016). Pada penelitian ini
analisa univariat dilakukan pada data demografi, variabel pola
makan, variabel tingkat stres, dan variabel gejala gastritis.
1) Analisa data demografi
a) Kelas
Peneliti menanyakan kelas responden dengan menanyakan
melalui kuesioner. Kelas dikelompokkan mejadi kelas X
33

dan XI. Hasil pengolahan data dalam bentuk tabel dan


disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase.
b) Jenis kelamin
Peneliti menanyakan jenis kelamin responden dengan
menanyakan melalui kuesioner. Hasil pengolahan data
dalam bentuk tabel dan disajikan dalam bentuk frekuensi
dan persentase.
c) Umur
Peneliti menanyakan umur responden dengan menanyakan
melalui kuesioner. Rentang umur dalam penelitian ini yaitu
umur 15-20 tahun. Hasil pengolahan data dalam bentuk
tabel dan disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase.
2) Pola makan
Data variabel pola makan dianalisis dengan menentukan nilai
median dari rentang skor. Skor penilaian kuesioner tertinggi
yaitu 5 dan skor terendah yaitu 1. Masing-masing skor akan
dikalikan dengan jumlah pernyataan. Rentang skor yaitu 10-50.
Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik pola
makan pada remaja, sedangkan semakin rendah skor yang
diperoleh maka pola makan semakin buruk. Selanjutnya data
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan kategori.
Dimana baik 30-50 dan kurang 10-29. Data dalam penelitian
ini tidak berdistribusi normal maka dicantumkan nilai median,
maksimum, dan nilai minimum.
3) Tingkat stres
Data variabel tingkat stres dianalisis dengan menentukan nilai
median dari rentang skor. Skor penilaian kuesioner tertinggi
yaitu 3 dan skor terendah yaitu 0. Masing-masing skor akan
dikalikan dengan jumlah pernyataan. Rentang skor yaitu 0-45.
Semakin tinggi skor maka semakin berat tingkat stres remaja,
sedangkan semakin rendah skor maka semakin ringan tingkat
34

stres remaja. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel


distribusi frekuensi dan kategori. Dimana ringan 0-14, sedang
15-29, dan berat 30-45. Data dalam penelitian ini tidak
berdistribusi normal maka dicantumkan nilai median,
maksimum, dan nilai minimum.
4) Gejala gastritis
Data variabel gejala gastritis dianalisis dengan menentukan
nilai median dari rentang skor. Skor penilaian kuesioner
tertinggi yaitu 4 dan skor terendah yaitu 1. Masing-masing skor
akan dikalikan dengan jumlah pernyataan. Rentang skor yaitu
10-40. Semakin tinggi skor maka semakin berat gejala gastritis
remaja, sedangkan semakin rendah skor maka semakin ringan
gejala gastritis remaja. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan kategori. Dimana ringan 10-19,
sedang 20-29, dan berat 30-40. Data dalam penelitian ini tidak
berdistribusi normal maka dicantumkan nilai median,
maksimum, dan nilai minimum.
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa terhadap dua variabel secara
simultan. Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Swarjana, 2016).
Analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menganalisa
hubungan pola makan dan tingkat stres dengan gejala gastritis.
Ketiga variabel memiliki skala interval sehingga ada tidaknya
hubungan antara ketiga variabel tersebut dapat diketahui dan
maknanya melalui uji statistic. Penelitian ini menggunakan uji
statistik non parametrik Spearman rho. Data selanjutnya diolah
menggunakan komputer dengan menggunakan program Microsoft
Excel dan dianalisis dengan program Statistical Program For
Social Sciene (SPSS For Windows versi 20). Taraf signifikan yang
digunakan adalah 95% dengan nilai kemaknaan 5%.
35

1) Nilai signifikansi hipotesis


Menurut Swarjana (2015) nilai signifikan hipotesis yaitu :
a) Apabila nilai signifikan 𝛼˂ (0,05) berarti 𝐻0 ditolak dan
𝐻𝑎 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi
yang bermakna antara tiga variabel yang diuji.
b) Apabila nilai signifikan 𝛼˃ (0,05) berarti 𝐻0 diterima dan
𝐻𝑎 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
korelasi yang bermakna antara tiga variabel yang diuji.
2) Arah korelasi
Menurut Sugiyono (2017) sifat korelasi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
a) Sifat hubungan positif (+) berarti jika variabel X
mengalami kenaikan maka variabel Y juga mengalami
kenaikan atau sebaliknya jika variabel X mengalami
penurunan maka variabel Y juga mengalami penurunan.
b) Sifat hubungan negatif (-) berarti jika variabel X
mengalami kenaikan maka variabel Y mengalami
penurunan atau sebaliknya jika variabel X mengalami
penurunan maka variabel Y mengalami kenaikan.
3) Kekuatan korelasi
Kekuatan korelasi menurut Sugiyono (2017)
Tabel 4.1 Menentukan kuat lemahnya hubungan kedua
variabel

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat

F. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan hal yang menjadi pertimbangan dan hal
mutlak yang harus dipatuhi oleh peneliti. Menurut Swarjana (2015)
36

seorang peneliti harus betul-betul berpegang teguh terhadap beberapa


prinsip etik dalam penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti
mengajukan permohonan ijin terlebih dahulu, kemudian melakukan
observasi langsung pada obyek yang diteliti dengan menekankan pada
masalah etik sebagai :
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responde dengan memberikan lembaran persetujuan.
Responden herus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. Tujuan informed consent
adalah agar subyek bersedia, maka mereka harus mendandatangani
lembar persetujuan. Jika responden menolak, maka peneliti tidak
memaksa dan tetap menghormati hak responden. Beberapa informasi
yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi
pasien, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan ,
komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi,
manfaat, kerahasian, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak
akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data
yang diisi responden. dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentality
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang lebih jelas dan lebih rinci
yang meliputi gambaran umum tempat penelitian, karakteristik demografi siswa
khususnya pada jenis kelamin dan umur, hubungan pola makan dengan gejala
gastritis pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar, dan hubungan tingkat stres
dengan gejala gastritis pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar yang mengacu pada
tujuan penelitian.

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


SMA PGRI 4 Denpasar adalah sebuah SMA swasta yang bernaung
dibawah kepemilikan yayasan yang terakreditasi A. SMA PGRI 4 Denpasar
didirikan pada tanggal 25 November 1994 yang bertepatan dengan peringatan
hari guru nasional atau hari ulang tahun PGRI. SMA PGRI 4 Denpasar
terletak di jalan Kenyeri G 27, Dangin Puri Kangin, Kecamatan Denpasar
Utara, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Kawasan SMA ini sangat strategis
lokasinya karena berada di wilayah perkotaan.
SMA PGRI 4 Denpasar memiliki 17 ekstrakurikuler yang harus di
pilih maksimal 3 dan selalu di ikuti pada hari sabtu, diantaranya
ekstrakurikuler jurnalistik, seni dan budaya, komputer, dan ekstrakurikuler
yang harus diikuti yaitu semua mata pelajaran yang di UN-kan. Tuntutan
untuk mengikuti ekstrakurikuler terkadang membuat banyak siswa mengeluh
karena waktu di hari sabtu yang seharusnya bebas dari pelajaran, namun
siswa di SMA PGRI 4 Denpasar harus mengikuti pelajaran ekstrakurikuler
yang cenderung membuat siswa bosan dengan kegiatan.
SMA PGRI 4 Denpasar juga memiliki ruang guru yang nyaman
dengan para guru yang teladan dan menjunjung tinggi kesopanan dan
keramah-tamahan, 12 ruang kelas secara keseluruhan yang terbagi menjadi
ruang kelas IPA dan ruang kelas IPS, tempat parkir yang cukup memadai, dan

37
38

dua kantin diluar sekolah yang letaknya sangat mudah diakses oleh siswa
untuk mendapatkan makanan dan minuman, salah satunya yaitu makanan
berbentuk fast food yang sangat digemari oleh siswa karena penyajian yang
cepat dan murah. Selain itu, SMA PGRI 4 Denpasar memiliki visi dan misi.
Visi SMA PGRI 4 Denpasar yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang
cerdas intelektual, cerdas emosional, dan cerdas spiritual. Misi SMA PGRI 4
Denpasar salah satunya adalah melakukan pembinaan dalam kelompok-
kelompok non akademis atau kegiatan ekstrakurikuler yang berorientasi
untuk kegiatan porjal maupun pekan seni remaja.

B. Data Demografi Responden


Pada penelitian ini, demografi yang dianalisis adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Pada Remaja di SMA PGRI 4
Denpasar (n=154)
Karakteristik N %
Umur
15 tahun 34 22,1
16 tahun 89 57,8
17 tahun 26 16,9
18 tahun 3 1,9
19 tahun 1 0,6
20 tahun 1 0,6
Jenis kelamin
Laki-laki 109 70,8
Perempuan 45 29,2
Kelas
X 79 51,3
XI 75 48,7

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan hasil bahwa


mayoritas dalam penelitian yaitu laki-laki sebanyak 109 responden
(70,8%), dan mayoritas umur responden yaitu 16 tahun sebanyak 89
responden (57,8%). Kelas dalam penelitian ini yaitu kelas X sebanyak
79 responden (51,3%) dan kelas XI sebanyak 75 responden (48,7%).
39

C. Hasil Penelitian Terhadap Variabel


1. Pola makan remaja di SMA PGRI 4 Denpasar
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan
Pada Remaja di SMA PGRI 4 Denpasar (n=154)
No Pernyataan SL SR KK JR TP
(%) (%) (%) (%) (%)
1. Saya makan 3 kali 43 39 67 4 1
dalam 1 hari dengan (27,9) (25,3) (43,5) (2,6) (0,6)
1 porsi nasi, lauk,
dan sayur
2. Saya makan 14 34 71 25 10
makanan seperti : (9,1) (22,1) (46,1) (16,2) (6,5)
sawi, kol, dan
kedondong
3. Saya makan dengan 5 33 52 38 26
terburu-buru (3,2) (21,4) (33,8) (24,7) (16,9)
4. Jam sarapan saya 37 52 43 9 13
teratur jam 07.00 (24,0) (33,8) (27,9) (5,8) (8,4)
WITA
5. Saya minum 14 31 71 29 9
minuman yang (9,1) (20,1) (46,1) (18,8) (5,8)
bersoda, misal :
sprite, coca cola
6. Saya makan 29 42 58 23 2
makanan yang (18,8) (27,3) (37,7) (14,9) (1,3)
pedas, asam, dan
bersantan
7. Rentang/jarak jam 9 17 57 45 26
sarapan dan makan (5,8) (11,0) (37,0) (29,2) (16,9)
siang saya 6 jam
8. Saya minum kopi 1- 5 10 30 37 72
2 kali sehari (3,2) (6,5) (19,5) (24,0) (46,8)
9. Saya minum 6 16 29 20 83
minuman beralkohol, (3,9) (10,4) (18,8) (13,0) (53,9)
misal : vodca, bir,
wine
10. Saya suka makan 17 36 37 30 34
makanan ringan di (11,0) (23,4) (24,0) (19,5) (22,1)
sela-sela jam makan
siang dan makan
malam
Nilai maksimum : 42
Nilai minimum : 20
Nilai Median : 33,00
40

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh hasil bahwa dari 4


pernyataan positif yaitu nomor 1, 4, 7 dan 10, mayoritas responden
menjawab selalu (SL) pada pernyataan saya makan 3 kali dalam 1 hari
dengan 1 porsi nasi, lauk, dan sayur yaitu sebanyak 43 responden
(27,9%). Sedangkan pada pernyataan negatif yaitu nomor 2, 3, 5, 6, 8
dan 9 sebesar 29 responden (18,8%) menjawab selalu (SL) pada
pernyataan saya makan makanan yang pedas, asam, dan bersantan.
Nilai maksimum pada pola makan adalah 42, nilai minimum adalah
20 dan diperoleh nilai median yaitu 33,00.

Tabel 5.3 Pola Makan Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar

Kategori Frekuensi Percent


Pola Makan
Baik 92 59,7
Kurang 62 40,3
Total 154 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas pola


makan remaja berada pada kategori pola makan baik yaitu sebanyak
92 responden (59,7%).
2. Tingkat stres remaja di SMA PGRI 4 Denpasar
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Stres Pada Remaja di SMA PGRI 4 Denpasar (n=154)
No Pernyataan TP KK SR SL
(%) (%) (%) (%)
1. Saya merasa bahwa diri 15 40 31 68
saya menjadi marah atau (9,7) (26,0) (20,1) (44,2)
kecewa karena tugas
sekolah/PR yang banyak
2. Saya cenderung bereaksi 28 59 59 8
berlebihan terhadap (18,2) (38,3) (38,3) (5,2)
kegiatan pembelajaran di
sekolah
3. Saya merasa tidak ada 36 53 43 22
pelajaran yang dapat (23,4) (34,4) (27,9) (14,3)
diharapkan di sekolah
4. Saya merasa sulit untuk 8 47 51 48
berkonsentrasi pada saat (5,2) (30,5) (33,1) (31,2)
41

pelajaran di kelas
5. Saya menemukan diri 15 37 39 63
saya mudah merasa kesal (9,7) (24.0) (25,3) (40,9)
ketika ada jam pelajaran
tambahan
6. Saya merasa bahwa saya 25 37 32 60
telah menghabiskan (16,2) (24,0) (20,8) (39,0)
banyak energi untuk
cemas terhadap pelajaran
yang tidak saya sukai
7. Saya menemukan diri 35 31 40 48
saya menjadi tidak sabar (22,7) (20,1) (26,0) (31,2)
ketika mengalami
penundaan (misalnya:
guru yang terlambat ke
kelas dan jam istirahat)
8. Saya merasa bahwa saya 37 47 50 20
mudah tersinggung (24,0) (30,5) (32,5) (13,0)
ketika teman berbisik-
bisik
9. Saya merasa sedih dan 58 54 35 7
tertekan di sekolah (37,7) (35,1) (22,7) (4,5)
10. Saya merasa saya 52 69 22 11
kehilangan minat dalam (33,8) (44,8) (14,3) (7,1)
belajar
11. Saya merasa belajar tidak 85 46 14 9
bermanfaat (55,2) (29,9) (9,1) (5,8)
12. Saya merasa putus asa 33 66 28 27
dan sedih saat tidak bisa (21,4) (42,9) (18,2) (17,5)
menjawab pertanyaan
13. Saya merasa gelisah 28 55 23 48
ketika hari libur diadakan (18,2) (35,7) (14,9) (31,2)
ekstrakurikuler
14. Saya merasa bahwa saya 88 37 23 6
tidak berharga di sekolah (57,1) (24,0) (14,9) (3,9)
15. Saya merasa sangat 38 50 19 47
ketakutan saat tidak (24,7) (32,5) (12,3) (30,5)
membuat tugas sekolah

Nilai maksimum : 38
Nilai minimum : 0
Nilai median : 25,00
42

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh hasil bahwa mayoritas


responden menjawab tidak pernah (TP) pada pernyataan saya merasa
bahwa saya tidak berharga di sekolah yaitu sebanyak 88 responden
(57,1%), sedangkan sebanyak 68 responden (44,2%) menjawab selalu
(SL) pada pernyataan saya merasa bahwa diri saya menjadi marah
atau kecewa karena tugas sekolah/PR yang banyak. Nilai maksimum
pada tingkat stres adalah 38, nilai minimum adalah 0 dan diperoleh
nilai median yaitu 25,00.

Tabel 5.5 Tingkat Stres Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar

Kategori Frekuensi Percent


Tingkat Stres
Ringan 48 31,2
Sedang 80 51,9
Berat 26 16,9
Total 154 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa mayoritas tingkat


stres remaja berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 80 responden
(51,9%).
3. Gejala gastritis remaja di SMA PGRI 4 Denpasar
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gejala
Gastritis Pada Remaja di SMA PGRI 4 Denpasar (n=154)

No Pernyataan TP JR KK SR
(%) (%) (%) (%)
1. Saya merasakan nyeri ulu 34 34 55 31
hati setelah makan (22,1) (22,1) (35,7) (20,1)
2. Saya merasakan mual-mual 29 37 78 10
hingga mau muntah (18,8) (24,0) (50,6) (6,5)
3. Saya muntah-muntah hingga 42 33 66 13
tidak bisa makan (27,3) (21,4) (42,9) (8,4)
4. Perut saya terasa kembung 41 33 37 43
setelah makan dengan porsi (26,6) (21,4) (24,0) (27,9)
makan yang biasa
5. Nafsu makan saya menurun 24 35 65 30
(15,6) (22,7) (42,2) (19,5)
6. Saya merasakan rasa asam di 36 37 48 33
mulut (23,4) (24,0) (31,2) (21,4)
43

7. Saya sering bersendawa lebih 40 23 57 34


dari 5x (26,0) (14,9) (37,0) (22,1)
8. Saya merasakan kenyang 23 39 44 48
meski baru makan sedikit (14,9) (25,3) (28,6) (31,2)
9. Feses saya berwarna hitam 39 68 43 4
saat BAB (25,3) (44,2) (27,9) (2,6)
10. Saya muntah darah atau 139 8 4 3
cairan berwarna pekat (90,3) (5,2) (2,6) (1,9)

Nilai maksimum : 35
Nilai minimum : 10
Nilai median : 23,00

Berdasarkan tabel 5.6 diatas didapatkan hasil dari 10


pernyataan positif mayoritas responden menjawab tidak pernah (TP)
pada pernyataan saya muntah darah atau cairan berwarna pekat yaitu
sebanyak 139 responden (90,3%), sedangkan sebanyak 78 responden
(50,6%) menjawab kadang-kadang (KK) pada pernyataan Saya
merasakan mual-mual hingga mau muntah. Nilai maksimum pada
gejala gastritis adalah 35, nilai minimum adalah 10 dan diperoleh nilai
median yaitu 23,00.

Tabel 5.7 Gejala Gastritis Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar

Kategori Gejala Frekuensi Percent


Gastritis
Ringan 41 26,6
Sedang 70 45,5
Berat 43 27,9
Total 154 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa mayoritas


gejala gastritis remaja berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 70
responden (45,5%).

D. Hubungan Pola Makan Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja Di


SMA PGRI 4 Denpasar

Setelah dilakukan uji normalitas Kolmogorov Smirnov didapatkan


data tidak berdistribusi normal yaitu sig < 0,05 (sig = 0,00). Sehingga
44

digunakan uji Spearman Rho untuk mencari hubungan pola makan dengan
gejala gastritis pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar.

Tabel 5.8 Hubungan Pola Makan Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja
Di SMA PGRI 4 Denpasar
Pola Gejala
Makan Gastritis
Pola Makan Correlation 1.000 -0,502
coefficient
Sig. (2-tailed) 0,000
Spearman’s rho N 154 154

Gejala Correlation -0,502 1.000


Gastritis coefficient
Sig. (2-tailed) 0,000
N 154 154

Berdasarkan tabel 5.8 di atas setelah dilakukan uji korelasi


dengan menggunakan Spearman’s rho dimana sesuai dengan tujuan
penelitian untuk menjawab hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pola makan dengan gejala gastritis pada remaja di SMA
PGRI 4 Denpasar dengan hasil p-value <0,05 (p = 0,001) dengan
demikian maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara kedua variabel. Hasil korelasi dalam uji hipotesis
termasuk ke dalam kategori korelasi sedang karena memiliki nilai r = -
0,502 dimana rentang untuk korelasi sedang berada pada nilai 0,40-
0,599. Arah hubungan dalam penelitian ini yaitu bersifat negatif yang
artinya semakin baik pola makan maka semakin sedang gejala gastritis.

E. Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja Di


SMA PGRI 4 Denpasar

Setelah dilakukan uji normalitas Kolmogorov Smirnov didapatkan


data tidak berdistribusi normal yaitu sig < 0,05 (sig = 0,00). Sehingga
digunakan uji Spearman Rho untuk mencari hubungan tingkat stres
dengan gejala gastritis pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar.
45

Tabel 5.9 Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja
Di SMA PGRI 4 Denpasar
Tingkat Gejala
Stres Gastritis
Tingkat Correlation 1.000 0,593
Stres coefficient
Sig. (2-tailed) 0,000
N 154 154
Spearman’s rho
Gejala Correlation 0,593 1.000
Gastritis coefficient
Sig. (2-tailed) 0,000
N 154 154

Berdasarkan tabel 5.9 di atas setelah dilakukan uji korelasi dengan


menggunakan Spearman’s rho dimana sesuai dengan tujuan penelitian
untuk menjawab hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara tingkat stres dengan gejala gastritis pada remaja di SMA PGRI 4
Denpasar dengan hasil p-value <0,05 (p = 0,001) dengan demikian maka
Ha diterima. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
kedua variabel. Hasil korelasi dalam uji hipotesis termasuk ke dalam
kategori korelasi sedang karena memiliki nilai r = 0,593 dimana rentang
untuk korelasi sedang berada pada nilai 0,40-0,599. Arah hubungan dalam
penelitian ini yaitu bersifat positif yang artinya semakin sedang tingkat
stres maka semakin sedang gejala gastritis.
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan pembahasan dari hasil penelitian yang meliputi


interpretasi dan diskusi hasil yang membahas kesenjangan maupun kesesuaian
antara hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian yang terkait disertai
teori yang mendasari serta membahas mengenai keterbatasan dalam penelitian.

A. Data Demografi Siswa Remaja SMA PGRI 4 Denpasar


Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 4 Denpasar. Penelitian
dilakukan dengan meneliti 154 responden yang di pilih dengan teknik
Probability Sampling yaitu Stratified Random Sampling dan Simple Random
Sampling. Responden dari penelitian ini adalah siswa yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi.
Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan
kebutuhan gizi, sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan
terjadinya gastritis (Apriajdi, 1986 dalam Pratiwi, 2013). Pada penelitian ini
mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 109 responden.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri, Agustin, dan Wulansari (2010)
didapatkan hasil dari 36 responden, gastritis lebih banyak di derita oleh
perempuan.
Tahap remaja awal berada pada rentang usia 12-18 tahun (Mappiare,
1982 dalam Ali dan Asrori, 2017) yang menjadi salah satu faktor resiko
terjadinya gejala gastritis, dimana pada masa ini merupakan masa peralihan
dari yang sangat tergantung dengan orang tua ke masa mandiri. Pada usia ini
sangat diperlukan adanya pemenuhan semua zat gizi karena tumbuh kembang
yang belum mencapai maksimal. Hasil identifikasi umur dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa dari semua responden yang paling banyak dengan
kategori umur 16 tahun yaitu 89 responden.

46
47

B. Pola Makan Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar


Pola makan merupakan informasi yang memberikan gambaran
mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang di komsumsi. Jenis
makanan dan minuman yang dapat meningkatkan terjadinya gastritis yaitu
makanan yang di goreng dan minuman bersoda (Yuliarti, 2009). Selain itu
frekuensi makan dapat memicu terjadinya gejala gastritis dimana menurut
Rahma, Ansar dan Rismayanti (2012) frekuensi makan merupakan intensitas
makan dalam sehari yang meliputi makanan lengkap dan makanan selingan
dan waktu makan menyesuaikan dengan kosongnya lambung yaitu antara 3-4
jam. Observasi yang dilakukan di kantin SMA PGRI 4 Denpasar jenis
makanan dan minuman yang dijual seperti nasi bungkus dan gorengan yang
memiliki kadar lemak yang tinggi, softdrink, minuman bersoda, mie instan,
dan makanan ringan. Dilihat dari jenis makanan dan minuman yang ada di
kantin, beberapa diantaranya dapat menyebabkan timbulnya gejala gastritis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA PGRI 4 Denpasar
kepada 154 responden didapatkan hasil analisis yaitu nilai maksimum 42,
nilai minimum 20, dan nilai median 33,00. Hasil kategori pola makan
menunjukkan remaja di SMA PGRI 4 Denpasar memiliki pola makan yang
baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh bagian dari pola makan seperti waktu
makan yang teratur, frekuensi makan yang mengacu pada waktu siswa
makan, dan jenis makanan yang di konsumsi siswa.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Wahyuni, Rumpiati, dan Lestariningsih (2017) di pondok pesantren Al-
Munjiyah Durisawo Kelurahan Nologamen Kabupaten Ponogoro didapatkan
hasil sebagian besar remaja memiliki pola makan kurang baik dan tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri, Agustin, dan Wulansari
(2010) di Universitas Muahammdiyah Malang Medical Center (UMC)
didapatkan hasil sebagian besar responden dalam kategori pola makan kurang
baik.
48

C. Tingkat Stres Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar


Stres merupakan keadaan yang dialami ketika ada kesinambungan
antara tuntutan dan kemampuan untuk mengatasinya (Lazarus dan Folkam,
1984). Stres dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya dapat
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan siswa yang masih berada pada masa
remaja awal. Periode remaja awal adalah dimana berada pada tahap pencarian
identitas (Nihayah dkk, 2006 dalam Nikmah, 2015). Stres pada dasarnya tidak
selalu berdampak negatif, stres terkadang dapat bersifat membantu dan
menstimulasi individu untuk bertingkah positif. Stres yang berdampak positif
disebut dengan eustres dan stres yang berdampak negatif disebut distres.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA PGRI 4 Denpasar
kepada 154 responden pada variabel tingkat stres dengan hasil analisis nilai
maksimum 38, nilai minimum 0, dan nilai median 25,00. Hasil kategori
tingkat stres menunjukkan remaja di SMA PGRI 4 Denpasar memiliki tingkat
stres sedang. Ada beberapa hal yang dapat menjadi sumber stres (stressor)
yaitu hubungan interpersonal seperti hubungan dengan teman di sekolah dan
hubungan dengan guru yang mengajar, lingkungan sekolah yang tidak sesuai
dengan keinginan siswa, tugas sekolah yang banyak serta tugas yang harus
diselesaikan tepat waktu, dan tuntutan mengikuti ekstakurikuler non
akademik dan akademik setiap hari sabtu.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prasetyo
(2015) di klinik Dhanang Husada Sukoharjo didapatkan hasil mayoritas
responden dalam kondisi stres sedang dan sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nikmah (2015) pada Santriwati di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang yaitu sebagian besar santriwati mengalami
stres sedang.

D. Gejala Gastritis Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar


Gejala gastritis adalah gejala yang sangat sering dijumpai namun
memiliki arti berbeda bagi setiap orang yang berbeda. Bisa berupa anoreksia,
mual dan muntah, rasa asam di mulut, perut terasa kembung, nyeri ulu hati
49

setelah makan, bersendawa, merasa kenyang meski makan sedikit, feses


berwarna hitam, dan muntah darah atau cairan berwarna pekat (Brunner dan
Suddarth, 2002). Gejala gastritis disebabkan oleh banyak faktor salah satunya
yaitu pola makan yang kurang baik dan tingkat stres yang berlebihan.
Dampak dari gejala penyakit gastritis dapat mengganggu aktivitas remaja
sehari-hari karena munculnya berbagai keluhan seperti rasa mual hingga mau
muntah, merasa kenyang meski makan sedikit dan perut terasa kembung.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung lambung mulai
berkurang sehingga mengakibatkan kerusakan dinding lambung (Hidayah,
2012 dalam Wahyuni, Rumpiati, dan Lestariningsih, 2017), dimana
kerusakan dinding lambung ini menyebabkan terjadinya gejala gastritis yang
akan dirasakan oleh remaja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA PGRI 4 Denpasar
kepada 154 responden pada variabel gejala gastritis dengan hasil analisis nilai
maksimum 35, nilai minimum 10, dan nilai median 23,00. Hasil kategori
gejala gastritis menunjukkan remaja di SMA PGRI 4 Denpasar memiliki
gejala gastritis yang sedang.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wahyu,
Rumpiati, dan Lestariningsih (2017) di pondok pesantren Al-Munjiyah
Durisawo Kelurahan Nologamen Kabupaten Ponogoro didapatkan hasil
jumlah responden yang terjadi gastritis sebanyak 62 responden dari 95
responden yang diteliti.

E. Hubungan Pola Makan Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja Di SMA


PGRI 4 Denpasar
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gastritis yaitu
pola makan seperti makan yang tidak teratur, jenis makanan yang merangsang
peningkatan asam lambung, frekuensi makan yang tidak tepat, faktor stres,
alkohol, usia, obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan rokok. Selain itu,
pola makan yang tidak baik dilihat dari segi jumlah, jenis dan fungsi dalam
jangka waktu lama menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan
50

unsur-unsur gizi (termasuk karbohidrat, protein, dan lemak), selain itu


frekuensi makan yang tidak teratur dalam jangka waktu yang lama juga bisa
menimbulkan gastritis. Kesehatan dapat dipengaruhi oleh pola makan yang
kurang baik (tidak teratur) menyebabkan lambung menjadi sensitif, sehingga
asam lambung menjadi meningkat. Selain itu, kebiasaan makan makanan
yang terlalu pedas, terlalu dingin atau panas, terlalu cepat juga mendukung
terjadinya gastritis (Smeltzer, 2000 dalam Putri, Agustin, dan Wulansari,
2010).
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil adanya hubungan
yang signifikan antara pola makan dengan gejala gastritis pada remaja.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni,
Rumpiati, dan Lestariningsih (2017) di pondok pesantren Al-Munjiyah
Durisawo Kelurahan Nologamen Kabupaten Ponogoro yang menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian
gastritis dan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Putri, Agustin, dan
Wulansari (2010) menunjukkan mayoritas responden berada pada pola makan
kurang baik yang mengakibatkan responden menderita gastritis akut.
.
F. Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja Di SMA
PGRI 4 Denpasar
Stres yang berkepanjangan mengakibatkan peningkatan produksi
asam lambung yang dapat mengiritasi mukosa lambung sehingga lama
kelamaan akan mengakibatkan terjadi gejala gastritis seperti anoreksia, mual
dan muntah, rasa asam di mulut, perut terasa kembung, nyeri ulu hati setelah
makan, bersendawa, merasa kenyang meski makan sedikit, feses berwarna
hitam, dan muntah darah atau cairan berwarna pekat (Brunner dan Suddarth,
2002). Selain itu, stres yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan
kecemasan dimana kecemasan ini berkaitan dengan pola hidup. Gangguan
stres dapat mengakibatkan berbagai respon fisiologis seperti gangguan
pencernaan.
51

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil adanya hubungan


yang signifikan antara tingkat stres dengan gejala gastritis pada remaja.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Merita, Sapitri,
dan Sukandar (2016) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara tingkat stres dengan kejadian penyakit gastritis. Selain itu,
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puri dan
Suyanto (2012) pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang yang
menyatakan tidak ada hubungan antara faktor stres dengan kejadian gastritis.

G. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi
keterbatasan penelitian. Berikut ini adalah keterbatasan yang ada pada
penelitian:
1. Terdapat variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang dapat
menjadi faktor penyebab adanya gejala gastritis seperti pengaruh obat dan
infeksi bakteri.
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan design pendekatan cross
sectional yaitu peneliti melakukan penelitian hanya dengan satu saat saja
sehingga hasil tidak terlalu akurat yang dimana keluhan atau hasil
penelitian bisa saja berbeda dengan waktu penulis melakukan penelitian.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini akan menjelaskan semua hasil penelitian dan pembahasan
tentang temuan-temuan pada penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam
bab sebelumnya. Selanjutnya dibuat saran sebagai tindak lanjut dari penelitian ini.

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA PGRI 4
Denpasar didapatkan hasil siswa SMA PGRI 4 Denpasar yang berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dengan persentase 70,8% dibandingkan siswa
berjenis kelamin perempuan, siswa SMA PGRI 4 Denpasar yang berusia 16
tahun lebih banyak dengan persentase 57,8% dibandingkan siswa yang
berusia 15 tahun,17 tahun, 18 tahun, 19 tahun, dan 20 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian pola makan di SMA PGRI 4 Denpasar
didapatkan hasil pola makan remaja tergolong pola makan baik. Tingkat stres
remaja di SMA PGRI 4 Denpasar tergolong tingkat stres sedang dan gejala
gastritis remaja di SMA PGRI 4 Denpasar tergolong gejala gastritis sedang.
Berdasarkan hasil penelitian dari uji Spearman’s rho menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan gejala gastritis pada
remaja dengan arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang (0,502).
Berdasarkan hasil penelitian dari uji Spearman’s rho menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan gejala gastritis pada
remaja dengan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang (0,593).

B. Saran
1. Bagi siswa
Diharapkan untuk tetap menjaga kesehatan dengan menjaga pola makan,
yang teratur di tengah kesibukan, memanajemen stres dengan baik dan
menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan gejala gastritis.

52
53

2. Bagi SMA PGRI 4 Denpasar


Diharapkan kepada SMA PGRI 4 Denpasar agar menghimbau petugas
kantin dalam hal penjualan jenis makanan dan minuman yang dapat
menyebabkan terjadinya gejala gastritis dan mengutamakan
ekstrakurikuler non akademik untuk mengurangi stres yang dapat
menyebabkan terjadinya gejala gastritis.
3. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dan acuan serta sumber
informasi dalam mengembangkan ilmu pembelajaran mengenai pola
makan, tingkat stres dan gejala gastritis
4. Bagi peneliti lain
Diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain yang diduga
berhubungan dengan gejala gastritis yang belum dapat diteliti pada
penelitian ini dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar
penelitian dengan topik yang sama dengan desain yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori M. (2017). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.

Almatsier, S. (2005). Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Burnner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2015). Profil kesehatan Provinsi Bali tahun
2015. Diperoleh tanggal 12 Oktober 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVI
NSI_2015/17_Bali_2015.pdf

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Pedoman Gizi Rumah Sakit.


Diperoleh tanggal 13 Oktober 2018, dari
http://peraturan.bkpm.go.id/jdih/.pdf

------------. (2014). Data dan Informasi: Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja.


Diperoleh tanggal 12 Oktober 2018, dari
http://www.depkes.gp.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin%
20reproduksi%20remaja-ed.pdf

Koesmardini, S. (2006). Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan


Masyarakat. Ditjen Dikti. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York:
Springer Publishing Company.

Lukaningsih, Z. L., & Bandiyah, S. (2011). Psikologi Kesehatan. Yogyakarta:


Numed.

Merita., Sapitri, W. I., & Sukandar, I. (2016). Hubungan Tingkat Stress Dan Pola
Konsumsi Dengan Kejadian Gastritis Di Puskesmas Pakuan Baru Jambi.
Jurnal Akademika Baiturrahim, 5(1), 51-58.

Merbawani, R., Sajidin, M., Munfadlila, A.W. (2017). Stress And Gastritis
Relationship At Public Health Service. International Journal Of Nursing
And Midwifery, 1(2), 154-159
Mardalena, I. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Nursalam. (2014). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika

Nikmah, M. (2015). Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gangguan


Pencernaan Pada Santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasi II
Payaman Magelang Tahun 2015. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah

Pratiwi, W. (2013). Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Remaja Di


Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gitung, Jayanti, Tangerang. [Skripsi].
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatuliah

Prasetyo, D. (2015). Hubungan Antara Stres Dengan Kejadian Gastritis Di Klinik


Dhanang Husada Sukoharjo. [Skripsi]. Surakarta: Stikes Kusuma Husada

Priyoto. (2014). Konsep Menajemen Stress. Yogyakarta: Nuha Medika

Puri, A., & Suyanto. (2012). Hubungan Faktor Stres Dengan Kejadian Gastritis
Pada Mahasiswa Poltekes Kemenkes Tanjung Karang. Jurnal
Keperawatan, 8(1), 66-71

Putri, R. S. M., Agustin, H., & Wulansari. (2010). Hubungan Pola Makan Dengan
Timbulnya Gastritis Pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang
Medical Center (UMC). Jurnal Keperawatan, 1(2), 156-164.

Puskesmas I Denpasar Timur. (2017). Profil Kesehatan Puskesmas I Denpasar


Timur Kota Denpasar Tahun 2016. Diperoleh tanggal 12 Oktober 2018,
dari http://denpasarkota.go.id>files>profil...pdf

Rahma, M., Ansar, J., & Rismayanti. (2013). Faktor Risiko Kejadian Gastritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa. Makassar:
Hasanuddin. Diperoleh tanggal 4 November 2018, dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5489/JURNAL%
20MKMI.pdf
Sukarmin. (2011). Keperawatan pada sistem pencernaan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Sari, M. D. P. (2014). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Tingkat


Kekambuhan Gastritis Pada Wanita Di Desa Batubulan Kecamatan
Sukawati Kabupaten Gianyar Tahun 2014. [Skripsi]. Denpasar: STIKES
Bali.

Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi.


Yogyakarta: Andi

-----------. (2016). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Andi


Swarjaya, I. K., Widia, I. K., Susanti, N. L. P. D., Suyasa, I. G. P. D. (2018).
Panduan Penyusunan Proposal Penelitian. Denpasar: STIKES Bali Press.

Smelzer, S. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth, Ed. 8. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Badung:


Alfabeta

Wahyuni, S. W., Rumpiati., & Lestariningsih, R. E. (2017). Hubungan Pola


Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja. Global Health Science,
2(2), 149-154.

WHO (2015). Adolescent Health Epidemiology. Word Health Organization.


Diperoleh tanggal 6 Mei 2019 dari
http://www.mho.int/maternal_child_adolescent/epidemiology/adolescence/
en/#

Widiyanto, J., & Khaironi, M. (2014). Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan
Kejadian Gastritis. Jurnal Photon, 5(1), 29-32

Widiastuti, A. K. (2015). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada


Remaja Di SMA Negeri 1 Semarapura. [Skripsi]. Denpasar: STIKES Bali.

Yuliarti, N. (2009). Maag: Kenali, Hindari Dan Obati. Yogyakarta: Andi.


Yatmi, F. (2017). Pola Makan Mahasiswa Dengan Gastritis Yang Terlibat Dalam
Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Di Universitas Islam Negeri Jakarta.
[Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan WAKTU

Okt Nov 2018 Des 2018 Jan 2019 Feb 2019 Maret April Mei 2019 Juni 2019
201 2019 2019
8

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Bimbingan proposal

2 ACC proposal

3 Penyebaran proposal

4 Ujian proposal

5 Pengumpulan data

6 Laporan hasil penelitian

7 Penyetoran skripsi

8 Ujian skripsi

9 Perbaikan dan pengumpulan


Lampiran 2

KUESIONER

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT STRES DENGAN GEJALA


GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA PGRI 4 DENPASAR

A. Petunjuk:
1. Perhatikan dan bacalah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan
seksama dan cermat
2. Berikan tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda
3. Jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya.

B. Data Umum:
1. Nama (Inisial) :
2. Kelas :
3. Jenis Kelamin : L P
4. Umur :

C. Kuesioner Pola Makan


Berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat.
Keterangan :
SL : Selalu (dilakukan teratur setiap hari)
SR : Sering (dilakukan hampir setiap hari)
KK : Kadang-kadang (dilakukan tidak rutin)
JR : Jarang (hampir tidak pernah dilakukan)
TP : Tidak Pernah (tidak dilakukan setiap hari)
No Pertanyaan SL SR KK JR TP

1 Saya makan 3 kali dalam 1 hari


dengan 1 porsi nasi, lauk, dan
sayur
2 Saya makan makanan seperti :
sawi, kol, dan kedondong
3 Saya makan dengan terburu-buru

4 Jam sarapan saya teratur jam


07.00 WITA
5 Saya minum minuman yang
bersoda, misal : sprite, coca cola
6 Saya makan makanan yang pedas,
asam, dan bersantan
7 Rentang/jarak jam sarapan dan
makan siang saya 6 jam

8 saya minum kopi 1-2 kali sehari

9 Saya minum minuman beralkohol,


misal : vodca, bir, wine
10 Saya suka makan makanan ringan
di sela-sela jam makan siang dan
makan malam
Sumber : Sari (2014)

D. Kuesioner Tingkat Stres

Berilah tanda (√) pada kolom pilihan yang sesuai dengan yang anda
rasakan. Pernyataan-pernyataan berikut menggambarkan keluhan di
sekolah yang anda rasakan selama satu minggu belakangan.

0 : Tidak pernah (sama sekali tidak pernah megalami)

1 : Kadang kadang (bila dirasakan selama 1-2 hari dalam seminggu )

2 : Sering terjadi (bila dirasakan selama 3-5 hari dalam seminggu)

3 : Selalu (bila dirasakan selama 6-7 hari dalam seminggu)


No Pertanyaan 0 1 2 3

1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah atau


kecewa karena tugas sekolah/PR yang banyak

2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap


kegiatan pembelajaran di sekolah

3 Saya merasa tidak ada pelajaran yang dapat


diharapkan di sekolah

4 Saya merasa sulit untuk berkonsentrasi pada saat


pelajaran di kelas

5 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal


ketika ada jam pelajaran tambahan

6 Saya merasa bahwa saya telah menghabiskan


banyak energi untuk cemas terhadap pelajaran
yang tidak saya sukai

7 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar


ketika mengalami penundaan (misalnya: guru
yang terlambat ke kelas dan jam istirahat)

8 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung


ketika teman berbisik-bisik

9 Saya merasa sedih dan tertekan di sekolah

10 Saya merasa saya kehilangan minat dalam belajar

11 Saya merasa belajar tidak bermanfaat

12 Saya merasa putus asa dan sedih saat tidak bisa


menjawab pertanyaan

13 Saya merasa gelisah ketika hari libur diadakan


ekstrakurikuler

14 Saya merasa bahwa saya tidak berharga di sekolah

15 Saya merasa sangat ketakutan saat tidak membuat


tugas sekolah

Sumber : Nursalam (2014)


E. Kuesioner Gejala Gastritis

Berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat.
Keterangan :
Sering (SR) : bila mengalami gejala sebanyak 6-7 kali dalam
seminggu
Kadang-kadang (KK) : bila mengalami gejala sebanyak 3-5 kali dalam
seminggu
Jarang (JR) : bila mengalami gejala sebanyak 1-2 kali dalam
seminggu
Tidak Pernah (TP) : sama sekali tidak pernah merasakan gejala

No Pertanyaan SR KK JR TP

1 Saya merasakan nyeri ulu hati setelah makan

2 Saya merasakan mual-mual hingga mau


muntah
3 Saya muntah-muntah hingga tidak bisa
makan
4 Perut saya terasa kembung setelah makan
dengan porsi makan yang biasa
5 Nafsu makan saya menurun

6 Saya merasakan rasa asam di mulut

7 Saya sering bersendawa lebih dari 5x

8 Saya merasakan kenyang meski baru makan


sedikit

9 Feses saya berwarna hitam saat BAB

10 Saya muntah darah atau cairan berwarna


pekat

Sumber : Yatmi (2017)


KISI-KISI KUESIONER

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT STRES DENGAN GEJALA


GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA PGRI 4 DENPASAR

A. Kuesioner Pola Makan


SL : Selalu (dilakukan teratur setiap hari)
SR : Sering (dilakukan hampir setiap hari)
KK : Kadang-kadang (dilakukan tidak rutin)
JR : Jarang (hampir tidak pernah dilakukan)
TP : Tidak Pernah (tidak dilakukan setiap hari)

Pernyataan Nomor Soal


Positif Negatif
Saya makan 3 kali dalam 1 hari dengan 1
1 porsi nasi, lauk, dan sayur
Saya makan makanan seperti : sawi, 2
kol, dan kedondong
Saya makan dengan terburu-buru 3
Jam sarapan saya teratur jam 07.00 4
WITA
Saya minum minuman yang bersoda, 5
misal : sprite, coca cola
Saya makan makanan yang pedas, 6
asam, dan bersantan
Rentang/jarak jam sarapan dan makan 7
siang saya 6 jam
saya minum kopi 1-2 kali sehari 8
Saya minum minuman beralkohol, 9
misal : vodca, bir, wine
Saya suka makan makanan ringan di 10
sela-sela jam makan siang dan makan
malam
Sumber : Sari (2014)

Pembobotan SL SR KK JR TP
Pernyataan positif 5 4 3 2 1
Pernyataan negative 1 2 3 4 5
Rentang skor : 10-50
B. Tingkat Stres
Tidak pernah : sama sekali tidak pernah megalami
Kadang kadang : bila dirasakan selama 1-2 hari dalam seminggu
Sering terjadi : bila dirasakan selama 3-5 hari dalam seminggu
Selalu : bila dirasakan selama 6-7 hari dalam seminggu

Pernyataan Soal
Positif

Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah atau kecewa 1


karena tugas sekolah/PR yang banyak

Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap kegiatan 2


pembelajaran di sekolah
Saya merasa tidak ada pelajaran yang dapat diharapkan di di 3
sekolah
Saya merasa sulit untuk berkonsentrasi pada pelajaran di kelas 4

Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal ketika ada jam 5
pelajaran tambahan
Saya merasa bahwa saya telah menghabiskan banyak energi 6
untuk cemas terhadap pelajaran yang tidak saya sukai
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika 7
mengalami penundaan (misalnya: guru yang terlambat ke kelas
dan jam istirahat)
Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung ketika teman 8
berbisik-bisik
Saya merasa sedih dan tertekan di sekolah 9

Saya merasa saya kehilangan minat dalam belajar 10

Saya merasa belajar tidak bermanfaat 11

Saya merasa putus asa dan sedih saat tidak bisa menjawab 12
pertanyaan
Saya sedang merasa gelisah ketika hari libur diadakan 13
ekstrakurikuler
Saya merasa bahwa saya tidak berharga di sekolah 14

Saya merasa sangat ketakutan saat tidak membuat tugas sekolah 15

Sumber : Nursalam (2014)


Pembobotan
Tidak Kadang Sering selalu
pernah -kadang
0 1 2 3
Rentang skor 0-45

C. Gejala Gastritis

Sering (SR) : bila mengalami gejala sebanyak 6-7 kali dalam


seminggu
Kadang-kadang (KK) : bila mengalami gejala sebanyak 3-5 kali dalam
seminggu
Jarang (JR) : bila mengalami gejala sebanyak 1-2 kali dalam
seminggu
Tidak Pernah (TP) : sama sekali tidak pernah merasakan gejala
Pernyataan Soal Positif

Saya merasakan nyeri ulu hati setelah makan 1

Saya merasakan mual-mual hingga mau muntah 2

Saya muntah-muntah hingga tidak bisa makan 3

Perut saya terasa kembung setelah makan dengan porsi 4


makan yang biasa
Nafsu makan saya menurun 5

Saya merasakan rasa asam di mulut 6

Saya sering bersendawa lebih dari 5x 7

Saya merasakan kenyang meski baru makan sedikit 8

Feses saya berwarna hitam saat BAB 9

Saya muntah darah atau cairan berwarna pekat 10

Sumber : Yatmi (2017)

Pembobotan Rentang skor : 10-40


SR KK JR TP
4 3 2 1
Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN ORANG TUA

Kepada:
Yth. Bapak/Ibu Orang Tua Siswa
di SMA PGRI 4 DENPASAR

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ni Nyoman Trisnayanti
NIM : 15C11593
Pekerjaan : Mahasiswa Semester VIII Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali
Alamat : Jalan Tukad Balian No. 180 Renon, Denpasar, Bali
Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Bapak/Ibu untuk
bersedia mengijinkan anak Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian
saya yang berjudul “Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres Dengan Gejala
Gastritis Pada Remaja Di SMA PGRI 4 DENPASAR” yang pengumpulan datanya
akan dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2019. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dan tingkat stres dengan gejala
gastritis pada remaja di SMA PGRI 4 DENPASAR. Saya akan tetap menjaga
segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan.
Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian, kerjasama,
dan kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

Denpasar, 22 Maret 2019


Peneliti

Ni Nyoman Trisnayanti
NIM : 15C11593
Lampiran 4

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Yth. Bapak/Ibu Calon Responden
Di tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ni Nyoman Trisnayanti
NIM : 15C11593
Pekerjaan : Mahasiswa Semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan, STIKES BALI
Alamat : Jalan Tukad Balian No. 180 Renon, Denpasar-Bali

Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk bersedia


menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul “Hubungan Pola Makan
dan Tingkat Stres Terhadap Gejala Gastritis Pada Remaja Di SMA PGRI 4
Denpasar”, yang pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari minggu ke-
IV s.d. bulan Maret minggu ke-III. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara pola makan dan tingkat stres terhadap gejala gastritis
pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar. Saya akan tetap menjaga segala
kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan.
Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama
dari kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.

Denpasar, 22 Maret 2019


Peneliti

Ni Nyoman Trisnayanti
NIM. 15C11593
Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN ORANG TUA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Telepon :
Adalah orang tua dari
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Setelah membaca lembar permohonan menjadi responden yang diajukan oleh
saudari Ni Nyoman Trisnayanti, mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali, yang melakukan penelitian
berjudul “Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres Dengan Gejala Gastritis Pada
Remaja Di SMA PGRI 4 DENPASAR”. Bersama ini menyatakan bahwa saya,
mengijinkan anak saya yang bernama tersebut di atas untuk menjadi responden
dalam penelitian tersebut secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun.
Demikian persetujuan ini saya sampaikan agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Denpasar,………….
Orang Tua/Wali

………………………
Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh


Saudari Ni Nyoman Trisnayanti, Mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES BALI, yang berjudul “Hubungan Pola Makan dan Tingkat
Stres Dengan Gejala Gastritis Pada Remaja Di SMA PGRI 4 Denpasar”,maka
dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian
tersebut, secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.
Demikian persetujuan ini saya berikan agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Denpasar, ............................. 2019


Responden

..............................................
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11

Anda mungkin juga menyukai