Anda di halaman 1dari 121

HUBUNGAN LAMA MENDERITA DENGAN KUALITAS HIDUP

PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS SUNGAI BESAR

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan guna memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh derajat Sarjana Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan oleh
RIA
NIM : I1B115026

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
BANJARBARU

April, 2019
HUBUNGAN LAMA MENDERITA DENGAN KUALITAS HIDUP
PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUNGAI BESAR

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan guna memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh derajat Sarjana Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan oleh
RIA
NIM : I1B115026

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
BANJARBARU

April, 2019

i
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya

tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarbaru, 15 April 2019

RIA
Karya tulis ilmiah oleh R I A ini
Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Banjarbaru, 15 April 2018


Pembimbing Utama

(Noor Diani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB)


NIP. 19780317 200812 2 001

Banjarbaru, 15 April 2019


Pembimbing Pendamping

(Hasby Pri Choiruna, S.Kep., Ns., M.Kep)


NIP. 19911008 201808 109 001
ABSTRAK

HUBUNGAN LAMA MENDERITA DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUNGAI BESAR

RIA

Latar belakang: Diabetes melitus merupakan keadaan penyakit metabolik yang


terjadi karena adanya peningkatan kadar glukosa darah dan terjadinya
penurunan sekresi insulin dalam tubuh. Diabetes mellitus adalah penyakit yang
akan diderita seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan secara total sehingga
mempengaruhi kualitas hidup pasien baik pasien baru maupun lama.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama menderita
dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Besar.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan purpossive
sampling dengan sampel berjumlah 101 pasien diabetes melitus. Tekhnik
analisis data menggunakan Chi-Square. Penelitian dilakukan dari Februari
sampai Maret 2019 menggunakan kuesioner .
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pasien diabetes mellitus sebagian besar
menderita diabetes dengan durasi pendek (58,4%). Pasien diabetes mellitus
sebagian besar memiliki kualitas hidup yang baik (59,4%). Hasil uji Chi-Square
diperoleh nilai P= 0,000 (α <0,05) menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara lama menderita dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di wilayah
kerja Puskesmas Sungai Besar.
Diskusi: Lama menderita diabetes mellitus merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien diabetes mellitus, semakin lama menderita
diabetes mellitus maka semakin berkurang kualitas hidup.

Kata kunci: Diabetes Melitus, Kualitas Hidup, Lama Menderita.


ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN SUFFERING DURATION


AND QUALITY OF LIVE IN WORK AREA OF
SUNGAI BESAR HEALTH CENTER

RIA

Backgrounds: Diabetes mellitus is a metabolic disease state that occurs


because of an increase in blood glucose levels and a decrease in the secretion of
insulin in the body. Diabetes mellitus is a disease that Affects a lifetime and can
not be cured completely thereby affecting the quality of life both new and existing
Patients.
Objectives: The study aims to analyze relationship between suffering duration
and quality of life of patients with diabetes mellitus in the work area of Sungai
Besar Health Center.
Method: Thie study used a correlational method with cross sectional approach.
The sampling technique used purposive sampling involved 101 patients with
diabetes mellitus. Data analysis usied Chi-Square. The study conducted from
February to March 2019 using questionnaires.
Result: The results showed that most patients with diabetes mellitus had
diabetes with a short duration (58.4%). Most diabetes mellitus patients have a
good quality of life (59.4%). The Chi-Square test results obtained P value = 0,000
(α <0.05) indicated there was a significant relationship between suffering duration
and the quality of life of patients with diabetes mellitus in the work area of Sungai
Besar Health Center.
Discussion: Suffering duration of diabetes mellitus is one of the factors that
affect the quality of life of patients with diabetes mellitus, the longer suffer from
diabetes mellitus, the more diminished quality of life.

Keywords: Diabetes Mellitus, Quality of Life, Suffering Duration


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat-Nya sehingga karya tulis ilmiah peneliti yang berjudul “Hubungan Lama

Menderita dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Besar” dapat selesai dengan tepat waktu.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh

derajat sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr. Zairin Noor, dr., Sp.OT(K). MM yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

Kedua dosen pembimbing saya (Noor Diani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB

dan Hasby Pri Choiruna, S.Kep., Ns., M.Kep) yang berkenan memberikan saran

dan masukan serta arahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Kedua dosen penguji (Agianto, S.Kep., Ns., M.N.S., Ph.D dan

Abdurrahman Wahid, S.Kep., Ns., M.Kep) yang telah memberikan kritik dan

saran sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik. Kedua orang tua, kakak,

rekan penelitian, serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran

serta bantuan dalam penelitian. Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini jauh dari

kesempurnaan, penulis berharap penelitian ini berguna bagi ilmu pengetahuan.

Banjarbaru, 15 April 2019

RIA
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Bagi Penderita Diabetes ................................................. 4
1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan Keperawatan ........................................ 5
1.4.3 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan ................................................ 5
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................. 5
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Mellitus ....................................................................... 7
2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus ............................................................. 7
2.1.2 Etiologi dan Klasifikasi Diabetes Mellitus ...................................... 7
2.1.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus ...................................................... 9
2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus ............................................. 10
2.1.5 Faktor Risiko Diabetes Mellitus .................................................... 11

iv
2.1.6 Komplikasi Diabetes Mellitus ........................................................ 13
2.1.7 Diagnosis Diabetes Mellitus ......................................................... 14
2.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ............................................. 15
2.2 Konsep Kualitas Hidup ........................................................................... 17
2.2.1 Definisi Kualitas Hidup ................................................................. 17
2.2.2 Aspek-aspek Kualitas Hidup ........................................................ 18
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup .................................. 19
2.2.4 Pengukuran Kualitas Hidup .......................................................... 21
2.3 Lama Menderita dengan Kualitas Hidup ................................................ 22
BAB 3 KERANGKA KONSEP .................................................................... 24
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 24
3.2 Hipotesis ................................................................................................ 25
BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................... 26
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................ 26
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................. 26
4.2.1 Populasi ....................................................................................... 26
4.2.2 Sampel ......................................................................................... 26
4.3 Instrumen Penelitian .............................................................................. 27
4.3.1 Data Demografi ............................................................................ 27
4.3.2 Kuesioner Kualitas Hidup ............................................................. 28
4.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 29
4.5 Definisi Operasional ............................................................................... 29
4.6 Prosedur Penelitian ................................................................................ 29
4.6.1 Tahap Persiapan .......................................................................... 30
4.6.2 Tahap Pelaksanaan ..................................................................... 30
4.7 Tekhnik Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................................ 31
4.7.1 Tekhnik Pengumpulan Data ......................................................... 31
4.7.2 Tekhnik Pengolahan Data ............................................................ 32
4.8 Cara Analisis Data ................................................................................. 33
4.8.1 Analisis Univariat ......................................................................... 33
4.8.2 Analisis Bivariat ............................................................................ 33

v
4.9 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 34
4.9.1 Tempat Penelitian ...................................................................... 34
4.9.2 Waktu Penelitian ........................................................................ 34
4.10 Etika Penelitian .................................................................................... 35
4.10.1 Hak dan Kewajiban Responden ............................................... 36
4.10.2 Hak dan Kewajiban Peneliti ..................................................... 36
4.10.3 Ethical Clearence ..................................................................... 36
BAB 5 HASIL ............................................................................................. 39
5.1 Analisis Univariat ................................................................................... 39
5.1.1 Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus ....................................... 39
5.1.2 Lama Menderita Pasien Diabetes Mellitus ................................. 41
5.1.3 Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus .................................... 41
5.2 Analisis Bivariat ..................................................................................... 42
5.2.1 Analisis Hubungan Lama Menderita dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus ......................................................................... 42
BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................... 43
6.1 Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus ................................................... 43
6.1.1 Usia ............................................................................................. 43
6.1.2 Jenis Kelamin ............................................................................... 44
6.1.3 Tingkat Pendidikan ....................................................................... 45
6.1.4 Pekerjaan ..................................................................................... 46
6.1.5 Penghasilan ................................................................................. 48
6.2 Lama Menderita Pasien Diabetes Mellitus ............................................. 48
6.3 Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus ................................................ 49
6.3.1 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Dilihat dari Dimensi
Kesehatan Fisik ........................................................................... 51
6.3.2 Gambaran Kualitas Pasien Diabetes Mellitus Hidup Dilihat dari Dimensi
Psikologis ..................................................................................... 52
6.3.3 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Dilihat dari Dimensi
Hubungan Sosial .......................................................................... 53
6.3.4 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Dilihat dari Dimensi
Lingkungan ................................................................................... 54
6.4 Analisis Hubungan Lama Menderita dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Mellitus ................................................................................................. 55

vi
6.5 Hambatan dan Keterbatasan Penelitian ................................................. 57
BAB 7 PENUTUP ........................................................................................ 59
7.1 Simpulan................................................................................................. 59
7.2.Saran ..................................................................................................... 60
7.2.1 Bagi Institusi Pendidikan .............................................................. 60
7.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan ...................................................... 60
7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komplikasi diabetes mellitus .................................................. 14


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Lama Menderita dengan
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus ................................ 25

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Independen dan Dependen .......... 35

Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden Diabetes Mellitus ............................... 39

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Diabetes Mellitus ................................. 40

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lama Menderita Pasien Diabetes Mellitus ... 41

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus ..... 41

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Domain Kualitas Hidup Pasien


Diabetes Mellitus ......................................................................... 42

Tabel 5.5 Analisis Hubungan Lama Menderita dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus ......................................................................... 42

viii
DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association


DINKES : Dinas Kesehatan
HHNK : Hiperglikemik hyperosmolar Nonketotik
IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
IDF : International Diabetes Federation
NIDDM : Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
WHO : World Health Organization
WHOQOL : World Health Organization Quality of Life

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Calon Peneliti

Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan dari Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran ULM ke Dinas Kesehatan kota
Banjarbaru

Lampiran 3 Surat Balasan dari Dinas Kesehatan kota Banjarbaru

Lampiran 4 Data Kasus Diabetes Mellitus dari Dinas Kesehatan kota


Banjarbaru

Lampiran 5 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan dan Permintaan Data


dari Program Studi Ilmu Keperawatan FK ULM ke Puskesmas
Sungai Besar

Lampiran 6 Data Kunjungan Per Bulan Pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas


Sungai Besar

Lampiran 7 Permohonan Ijin Menggunakan Kuesioner WHOQOL-BREF

Lampiran 8 Kuesioner Data Demografi

Lampiran 9 Kuesioner Kualitas Hidup WHOQOL-BREF

Lampiran 10 Kisi-kisi Kuesioner Kualitas Hidup WHOQOL-BREF

Lampiran 11 Surat Kelayakan Etik Fakultas Kedokteran UNLAM

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian dari FK UNLAM Kepada Kepala Puskesmas


Sungai Besar

Lampiran 13 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan kota Banjarbaru


Kepada Kepala Puskesmas Sungai Besar

Lampiran 14 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Wilayah Kerja


Puskesmas Sungai Besar

Lampiran 15 Lembar Informasi Beserta Informed Consent yang Telah Diisi oleh
Responden

Lampiran 16 Lembar Kuesioner yang Telah Diisi oleh Responden

Lampiran 17 Analisis SPSS dan Data Penelitian

Lampiran 18 Keterangan Bebas Uji Plagiasi

Lampiran 19 Dokumentasi Penelitian

x
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada jutaan

orang di dunia (WHO 2014). Diabetes mellitus merupakan kumpulan penyakit

metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah di

atas nilai normal (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh kelainan sekresi

insulin, kerja insulin, atau keduanya (ADA 2017). Diabetes mellitus menjadi

penyakit umum di kalangan masyarakat yang terus menunjukkan

peningkatan prevalensi sehingga menjadi beban kesehatan masyarakat yang

meluas dan membawa banyak kematian (Adikusuma 2016).

Berdasarkan data International Diabetes Federation tahun 2015, terdapat 415

juta orang dewasa di dunia menderita diabetes, diperkirakan jumlah akan

terus meningkat mencapai 642 juta jiwa pada tahun 2040. Indonesia

menempati peringkat ke 7 dunia setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil,

Rusia dan Meksiko dengan jumlah estimasi penderita diabetes di Indonesia

mencapai 10 juta. World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan

jumlah penyandang diabetes di Indonesia akan meningkat pada tahun 2030

mencapai sekitar 21,3 juta jiwa (WHO 2015).

Penyakit diabetes mellitus menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di

dunia dan di Indonesia. Data Sample Registration Survey tahun 2014

menunjukkan bahwa diabetes merupakan penyebab kematian terbesar

nomor 3 di Indonesia dengan presentase sebesar 6,7% setelah stroke

(21,1%) dan penyakit jantung koroner (12,9%). Prevalensi penyakit diabetes

1
2

mellitus di provinsi Kalimantan Selatan menduduki peringkat ke 13 di

Indonesia dengan angka sebesar 1,4% dengan jumlah 38.113 orang yang

pernah didiagnosis diabetes oleh dokter (Riskesdas 2013). Berdasarkan data

dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, Banjarbaru menduduki urutan ke-9

dengan kasus Diabetes Mellitus sebanyak 947 orang pada tahun 2017.

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang akan diderita seumur hidup dan

tidak dapat disembuhkan secara total sehingga sangat mempengaruhi

kualitas hidup penderita. Menurut World Health Organization (WHO), definisi

kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi dalam kehidupan dan

konteks budaya serta sistem nilai dimana seseorang hidup dan erat

hubungannya tujuan individu, harapan, standar dan perhatian.

Kualitas hidup merupakan persepsi seseorang tentang kondisi kesehatannya

yang mempengaruhi kesehatan secara umum dalam melaksanakan peran

dan fungsi fisik serta keadaan tubuh. Kualitas hidup penderita diabetes

mellitus merupakan perasaan puas dan bahagia terhadap hidupnya secara

umum khususnya dengan penyakit diabetes mellitus (Masfufah, 2014).

Kualitas hidup pasien diabetes mellitus dapat dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor yaitu faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, status sosial ekonomi, kemudian faktor medis yang meliputi lama

menderita dan komplikasi yang dialami, serta faktor psikologis yang terdiri

dari kecemasan dan depresi (Raudatussalamah & Fitri 2012).

Lama menderita diabetes mellitus merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup penderita. Lamanya durasi penyakit diabetes

menunjukkan berapa lama pasien tersebut menderita diabetes mellitus sejak


3

ditegakkan diagnosis penyakit tersebut (Zimmet 2009). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni tahun 2014, didapatkan hasil bahwa

kualitas hidup pasien diabetes yang menderita >10 tahun mempunyai nilai

kualitas hidup yang tinggi. Hal ini dikarenakan semakin lama pasien

menderita diabetes, maka efikasi diri semakin baik karena pasien telah

berpengalaman dalam mengelola penyakitnya dan memiliki koping yang baik.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Reid and Walker

tahun 2009, menyatakan bahwa lama menderita diabetes berhubungan

dengan tingkat kecemasan yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas

hidup. Pengobatan yang dijalani dapat mempengaruhi kapasitas fungsional

dan psikologis, tingkat kesehatan serta kesejahteraan pasien diabetes

mellitus.

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan kota Banjarbaru menyatakan

bahwa pada tahun 2016 Puskesmas Sungai Besar menduduki peringkat

pertama untuk kasus diabetes mellitus dengan jumlah 363 kunjungan. Pada

tahun 2017 meningkat menjadi 633 kunjungan dan pada tahun 2018 hingga

bulan September tercatat 543 kunjungan pasien diabetes mellitus di

Puskesmas Sungai Besar dengan jumlah penderita sebanyak 135 orang

(Dinkes Banjarbaru 2018)

Hasil studi pendahuluan dengan wawancara 10 orang penderita diabetes

mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar, 7 diantaranya telah

menderita diabetes mellitus >5 tahun dengan kualitas hidup baik pada 2

orang dan kualitas hidup kurang pada 5 orang. Pada kualitas hidup baik telah

menderita diabetes selama 12 tahun dan merasa cukup terganggu dalam hal

kesehatan fisik karena sering merasa haus dan mudah lapar, tidak
4

merasakan cemas karena sudah terbiasa dengan penyakit diabetes dan

sudah memahami bagaimana penanganannya serta sering melakukan

kontrol gula darah, masih bisa mengikuti kegiatan sosial dan lingkungan. Dan

pada kualitas hidup kurang mengatakan telah menderita diabetes selama 20

tahun, pernah mengalami penurunan kesadaran atau koma sebanyak 4 kali,

setiap mengajar di sekolah harus didampingi oleh asisten karena takut terjadi

penurunan kesadaran kembali, tidak dapat mengikuti kegiatan sosial di

lingkungan tempat tinggal karena keterbatasan fungsi fisik sehingga harus

membayar orang lain untuk menggantikannya. Didapatkan pula 3 orang

lainnya menderita diabetes mellitus <5 tahun dengan kualitas hidup baik pada

2 orang dan 1 orang lainnya memiliki kualitas hidup kurang. Pada kualitas

hidup baik mengatakan telah menderita diabetes selama 1 tahun dan

mengungkapkan bahwa tidak merasakan masalah fisik yang berarti, masih

aktif dalam berolahraga, tidak ada kecemasan karena menganggap penyakit

tersebut merupakan keturunan yang sudah diderita oleh orang tua dan

saudara-saudaranya, masih mampu menjalankan peran sosial dengan baik.

Pada kualitas hidup kurang baik mengatakan cukup terganggu dengan

masalah fisik karena setiap mengalami luka susah untuk sembuh, pasien

sering merasa cemas karena takut terjadi luka atau ulkus dan takut jika

sampai diamputasi, karena kecemasan yang tinggi pasien sangat berhati-hati

dalam beraktivitas sehingga tidak dapat menjalankan kegiatan sosial dengan

baik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka calon peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan lama menderita diabetes mellitus dengan

kualitas hidup pasien diabetes mellitus.


5

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan antara

lama menderita diabetes mellitus dengan kualitas hidup pasien diabetes

mellitus?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan lama

menderita diabetes mellitus dan kualitas hidup pasien diabetes mellitus

1.3.2 Tujuan Khusus:

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan upah minimum regional

b. Mengidentifikasi lama menderita pasien diabetes mellitus

c. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien diabetes mellitus berdasarkan

domain kesehatan fisik

d. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien diabetes mellitus berdasarkan

domain kesehatan psikologis

e. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien diabetes mellitus berdasarkan

domain lingkungan

f. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien diabetes mellitus berdasarkan

domain hunungan sosial

g. Menganalisis hubungan lama menderita diabetes mellitus dan kualitas

hidup pasien diabetes mellitus


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penderita Diabetes Mellitus

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pasien agar dapat

mengidentifikasi kualitas hidup pasien terkait dengan lama menderita

diabetes mellitus.

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfat bagi puskesmas dan

rumah sakit untuk selalu memantau kualitas hidup pasien diabetes

mellitus serta faktor-faktor yang mempengaruhi.

1.4.3 Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan

ilmu pengetahuan serta untuk menambah literatur bacaan bagi

mahasiswa dan mahasiswi tentang lama menderita diabetes mellitus

terhadap kualitas hidup pasien diabetes mellitus, serta untuk mengetahui

pada tahun ke berapa penderita diabetes mellitus mengalami penurunan

kualitas hidup.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan data tambahan

atau sebagai bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya dengan tema

yang sama.

1.5 Keaslian Penelitian

a. Hilda Yanuaria Moi, dkk (2016) melakukan penelitian yang berjudul

“Hubungan antara Lamanya Menderita Diabetes Mellitus Tipe II dengan

Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Prof.Dr.W.Z

Johannes Kupang”. Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu pada variabel

independen yaitu lama menderita dan variabel dependen yaitu kualitas


7

hidup. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini yaitu tekhnik

pengambilan sample yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

consecutive sampling sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh

calon peneliti menggunakan purposive sampling, kemudian pada

kuesioner kualitas hidup penelitian ini menggunakan DQOL sedangan

pada penelitian yang akan dillakukan oleh calon peneliti menggunakan

WHOQOL-BREF.

b. Wardatul Washilah (2013), melakukan penelitian yang berjudul

”Hubungan Lama Menderita Diabetes dengan Pengetahuan Pencegahan

Ulkus Diabetik di Puskesmas Ciputat Tahun 2013”. Persamaan dari

penelitian ini terletak pada variabel independen yaitu lama menderita

diabetes, sedangkan perbedaan pada penelitian ini terletak pada variabel

dependen yaitu pengetahuan pencegahan ulkus diabetik, sedangkan

yang akan diteliti oleh calon peneliti adalah kualitas hidup pasien diabetes

mellitus.

c. Titis Nurhidayah (2017), melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan

Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Meliltus Tipe 2 di

RSUD Ratu Zalecha Martapura”. Persamaan dari penelitian ini terletak

pada variabel dependen yaitu kualitas hidup. Perbedaan pada penelitian

ini terletak pada variabel independen yaitu kepatuhan diet, kemudian

tekhnik pengambilan sample yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan accidental sampling sedangkan penelitian yang akan

dilakukan oleh calon peneliti menggunakan purposive sampling.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus

American Diabetes Association (ADA) tahun 2016 mendefinisikan

diabetes sebagai penyakit kronis dan kompleks dimana penyakit ini

membutuhkan perawatan medis berkelanjutan dengan strategi

mengendalikan berbagai risiko multifaktor demi tercapainya target kontrol

kadar glukosa darah (ADA 2016).

Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak mampu

mengendalikan jumlah glukosa dalam aliran darah. Hal ini menyebabkan

hiperglikemia, yaitu keadaan gula darah yang tingginya sudah

membahayakan (Setiabudi 2008).

Diabetes mellitus adalah sekumpulan gejala yang timbul akibat terjadinya

peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang

progresif (Suyono 2015). Diabetes mellitus adalah suatu kelainan

heterogen yang berdampak pada kenaikan kadar glukosa darah atau

biasa disebut dengan hyperglikemia. Pada keadaan normal, glukosa

bersirkulasi dalam jumlah tertentu di dalam darah, insulin bekerja untuk

mengendalikan kadar glukosa darah dengan cara mengatur produksi dan

penyimpanannya (Smeltzer 2010).

2.1.2 Epidemiologi Diabetes Mellitus

Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2013 terdapat dua kategori utama

diabetes mellitus yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2

merupakan 90% dari seluruh kejadian diabetes. Sedangkan diabetes


7
8

gestasional adalah hiperglikemia yang didapatkan saat kehamilan dengan

prevalensi sebesar 1,9%-3,6% di Indonesia. Berdasarkan penelitian

Soewondo (2011) yang berjudul ”Prevalence, Characteristics, and

Predictors of Diabetes in Indonesia” dengan total responden 24.417 dari

33 provinsi di Indonesia didapatkan hasil 84,5% kejadian diabetes tipe 2,

10,0% kejadian diabetes tipe 1 dan 5,6% kejadian diabetes gestasional.

2.1.3 Etiologi dan Klasifikasi Diabetes Mellitus

Secara umum, penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh konsumsi

makanan yang tidak terkontrol atau dampak penggunaan obat-obatan

tertentu. Diabetes mellitus juga terjadi karena tidak cukupnya hormon

insulin di dalam darah sehingga tidak dapat menetralkan glukosa di dalam

tubuh (Susilo 2011).

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2015

mengklasifikasikan diabetes mellitus dalam 4 jenis, yaitu:

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM)

Diabetes mellitus tipe ini disebabkan oleh kerusakan atau destruksi

sel beta di pankreas, kerusakan dapat berakibat pada keadaan

defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari

kerusakan sel beta antara lain autoimun atau idiopatik.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Insulin Non-dependent Diabetes

Mellitus/NIDDM)

Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena resistensi insulin dan pada tipe

ini terjadi hingga 90-95%. Diabetes tipe 2 sering tidak terlihat setelah

terjadi hingga beberapa tahun dikarenakan hiperglikemia mengalami

perkembangan yang lambat dan gejala yang ditimbulkan seringkali

tidak parah pada tahap awal. Namun sangat berisiko mengalami

komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular.


9

c. Diabetes Mellitus Tipe Lain

Diabetes mellitus tipe ini sangat bervariasi yang terjadi akibat penyakit

lain. Diabetes tipe ini disebabkan oleh penyakit eksokrin pankreas,

obat, zat kimia, status gizi buruk, infeksi, kelainan imunologi dan

sindrom genetik lain yang berhubungan dengan diabetes mellitus.

d. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes mellitus tipe ini terjadi selama kehamilan, yang biasanya

terjadi pada trimester kedua dan ketiga dimana glukosa mengalami

intoleransi pada pertama kali kehamilan.

2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Pankreas adalah organ yang terletak di belakang lambung dan

merupakan kelenjar penghasil insulin. .Di dalam pankreas terdapat

kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau dalam peta, sehingga disebut

dengan pulau langerhans pankreas. Pulau-pulau ini berisi sel alpa yang

menghasilkan hormon glucagon dan terdapat pula sel β yang

menghasilkan insulin. Kedua hormon ini kerjanya berlawanan, glucagon

berperan dalam meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin bekerja

untuk menurunkan kadar glukosa darah (Price 2006).

Insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diumpamakan

seperti anak kunci yang dapat membuka pintu masuk glukosa ke dalam

sel. Di dalam sel, glukosa tersebut dimetaboliskan menjadi energi. Jika

insulin tidak ada atau jumlahnya sedikit, maka hal ini menyebabkan

glukosa yang masuk ke dalam sel menjadi berkurang (resistensi insulin)

sehingga kadarnya di dalam darah menjadi tinggi atau meningkat

(hiperglikemia). Pada awalnya, resistensi insulin belum menyebabkan

diabetes mellitus secara klinis, sel beta pankreas masih mampu untuk
10

melakukan kompensasi, insulin akan disekresikan secara berlebihan

hingga terjadi hiperinsulinemia dengan tujuan normanilasi kadar glukosa

di dalam darah. Mekanisme kompensasi yang terus-menerus ini

menyebabkan sel beta pankreas kelelahan, kondisi ini disebut

dekompensasi dan terjadinya penurunan produksi insulin menyebabkan

peningkatan kadar glukosa darah (Suryono 2009).

2.1.5 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Manifestasi klinis diabetes mellitus menurut Wijaya dan Putri (2013),

yaitu:

a. Poliuria

Jika insulin tidak ada atau dalam jumlah sedikit, maka ginjal tidak

dapat menyaring glukosa untuk kembali ke dalam darah. Hal ini akan

menyebabkan ginjal menarik tambahan air dari darah yang bertujuan

untuk menghancurkan glukosa. Keadaan ini membuat kendung kemih

cepat penuh dan otomatis akan membuat para penderita diabetes

mellitus menjadi sering buang air kecil.

b. Polidypsia

Keinginan untuk sering minum karena adanya rasa haus banyak

dialami oleh penderita diabetes mellitus. Selain karena adanya

gangguan hormon, hal ini juga terjadi karena poliuria di atas, maka

penderita akan sering merasakan haus dan sering keinginan untuk

minum.

c. Polifagia

Terhambatnya makanan yang harusnya didistribusi ke semua sel di

dalam tubuh untuk membuat energi menjadi tidak berjalan secara

optimal. Karena sel tidak mendapat asupan, maka pendertita diabetes

mellitus akan merasa cepat lapar.


11

d. Penurunan berat badan dan rasa lemah

Salah satu penyebab dari masalah ini adalah terhambatnya makanan

yang harusnya didistribusikan ke seluruh tubuh untuk membuat energi

tidak berjalan secara optimal. Sel yang tidak mendapat asupan untuk

metabolisme energi akan membuat penderita diabetes mellitus

merasa cepat lelah.

e. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati

Pada penderita diabetes mellitus regenerasi persarafan mengalami

gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari

unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan yang mengalami

kerusakan terutama pada bagian perifer (Riyadi, 2008).

f. Luka yang tidak sembuh-sembuh

Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari

protein dan unsur makanan lainnya. Pada penderita diabetes mellitus

bahan protein akan banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi

sel, hal ini menyebabkan bahan yang dipergunakan untuk pergantian

jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu, luka yang sulit

sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme

yang cepat pada penderita diabetes mellitus (Riyadi 2008).

2.1.6 Faktor Risiko Diabetes Mellitus

Menurut Depertemen kesehatan 2005 terdapat beberapa faktor resiko

diabetes mellitus antara lain adalah riwayat keluarga dengan diabetes

mellitus, pernah mengalami diabetes gestasional, berat badan lebih dari

120% dari berat badan ideal, umur 20-59 tahun dengan angka 8,7% dan

umur >65 tahun dengan angka sebanyak 18%, memiliki riwayat hipertensi
12

dengan tekanan darah >140/90 mmHg, kadar lipid di dalam darah tinggi

dengan angka >250 mg/dl, serta kurang berolah raga.

Faktor risiko terjadinya penyakit diabetes mellitus dapat dibagi menjadi

faktor yang dapat diubah dan dan tidak dapat diubah.

Adapun faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah sebagai berikut

(Rumahorbo, 2014):

a. Faktor genetik

Seseorang yang memiliki saudara sedarah penderita diabetes

mellitus tipe 2 memiliki risiko 3 kali lebih besar mengalami diabetes

mellitus dibandingkan dengan yang tidak.

b. Usia

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azmi Nur Rabrusun (2014)

menunjukkan bahwa umur ≥45 tahun mempunyai risiko 1,690 kali

lebih besar menimbulkan kejadian diabetes mellitus tipe 2

dibandingkan umur <45 tahun.

c. Jenis kelamin

Studi yang dilakukan Center for Disease and Prevention (2008)

menunjukkan adanya peningkatan kejadian diabetes mellitus pada

wanita dengan angka sebesar 4,8% dibandingkan pria yang hanya

3,2%. Hal ini dikaitkan dengan pola makan yang tidak seimbang dan

aktivitas fisik wanita yang kurang.

Adapun faktor risiko diabetes mellitus yang dapat dimodifikasi adalah

sebagai berikut:

a. Obesitas

Obesitas sering dikaitkan dengan pola makan dan pola hidup yang

monoton. Terjadinya peningkatan resistensi insulin dengan adanya


13

obesitas yang dapat menghalangi ambilan glukosa ke dalam otot dan

sel lemak sehingga kadarglukosa di dalam darah meningkat

(Baradero 2009)

b. Latihan fisik yang kurang

Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhanisa (2013) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik

dengan kadar HbA1c pada pasien diabetes mellitus. Kadar HbA1c

menunjukkan rata-rata kadar glukosa darah dalam 2-3 bulan terakhir.

c. Asupan makanan yang tidak seimbang

Diabetes mellitus dapat terjadi karena pasien tidak menjaga asupan

makanan yang seimbang. Meningkatnya gula darah pada pasien

diabetes mellitus berperan sebagai penyebab dari

ketidakseimbangan jumlah insulin, oleh karena itu menjaga pola

makan menjadi salah satu pencegahan agar kadar gula darah tidak

meningkat (Soegondo 2015).

d. Stress

Stres psikologi memegang peranan pada onset atau awitan

terjadinya diabetes serta dapat menyebabkan pengaruh yang buruk

terhadap kontrol glukosa dalam darah. Adanya reaksi fisiologis

terhadap stress yang dapat mempengaruhi aksis hipotalamus

hipofise, peristiwa ini mempengaruhi fungsi endokrin dengan

meningkatnya kadar kortisol serta menurunnya kadar hormon steroid

yang ternyata memberikan dampak antagonis terhadap fungsi atau

peran hormon insulin sehingga menyebabkan kenaikan kadar

glukosa dalam darah (Baradero 2009).


14

2.1.7 Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi dua, yaitu komplikasi akut

dan komplikasi kronis (Smeltzer 2010).

a. Akut, meliputi hipoglikemia, hiperglikemik hyperosmolar nonketotik

(HHNK), dan ketoasidosis.

b. Kronik, meliputi makrovaskuler (mengenai pembuluh darah besar

seperti pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh

darah pada otak), mikrovaskuler (mengenai pembuluh darah kecil

contohnya retinopati diabetik, netropati diabetik), neuropati diabetik,

rentan infeksi, dan juga kaki diabetic (PERKENI 2015)

Komplikasi Diabetes
Mellitus

Akut Kronik

Hipoglikemia Diabetes Mikrovas


Ketoasidosis Makrovas kuler
kuler

Hiperglikemia Neuropati diabetik,


Hiperosmolar rentan infeksi, kaki
diabetik

Gambar 2.1 Komplikasi diabetes mellitus


15

2.1.8 Diagnosis Diabetes Mellitus

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosa diabetes mellitus yaitu terjadinya peningkatan glukosa darah

lebih dari 200 mg/dL (Doenges 1999). Diagnosis diabetes mellitus

ditegakkan dengan dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksan

kadar glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara

enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil

pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa

darah kapiler dengan glucometer (PERKENI 2015).

Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) tahun 2016, kriteria

diagnosis diabetes mellitus adalah sebagai berikut:

a. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi

dimana tidak ada asupan kalori ke dalam tubuh minimal 8 jam.

b. Glukosa plasma 2 jam setelah makan dengan nilai ≥ 200 mg/dL. Tes

toleransi glukosa dilakukan setelah mendapat pemasukan glukosa

yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrat yang dilarutkan di

dalam air.

c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL disertai keluhan

klasik seperti poliuria, polidypsia, polifagia, dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

d. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang

terstandarisasi oleh National Glicohaemoglobin Standarization

Program (NGSP).
16

2.1.9 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Tujuan umum dari penatalaksanaan diabetes mellitus adalah

meningkatkan kualitas hidup dari pasien dengan diabetes. Terdapat 5

pilar penatalaksanan diabetes mellitus antara lain (PERKENI 2015):

a. Edukasi

Pemberian pendidikan kesehatan menjadi salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi penatalaksanaan pada pasien diabetes. Hal ini

dikaitkan dengan perubahan perilaku dan partisipasi aktif dari klien

dan keluarga.

b. Terapi gizi

Pengaturan pola makan yang seimbang dalam terapi gizi bertujuan

untuk memenuhi unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan

energy, memperoleh berat badan yang sesuai, mempertahankan

kadar glukosa dan mencegah peningkatan gula darah serta

menurunkan kadar lemak di dalam darah (Smeltzer 2010).

c. Latihan jasmani

Latihan adalah penatalaksanaan yang penting karena dengan

olahraga secara teratur dapat memperbaiki sirkulasi darah dan tonus

otot.Latihan fisik dapat menurunkan berat badan dan menjaga

kebugaran dan juga memperbaiki sensitivitas insulin sehingga

berdampak pada pengendalian glukosa dalam darah (Smeltzer 2010).

d. Intervensi farmakologis

Terapi farmakologi yang dapat diberikan terdiri dari obat hipoglikemik

oral dan insulin. Obat hipoglikemik oral dikelompokkan menjadi 2 jenis

yaitu pemicu sekresi insulin dan penambah sensitivitas terhadap

insulin. Berdasarkan PERKENI (2015) insulin dibagi menjadi 5 jenis

antara lain insulin kerja cepat, insulin kerja pendek, insulin kerja
17

panjang, insulin kerja menengah dan insulin campuran antara kerja

pendek dan menengah atau sering disebut premixed insulin.

e. Monitor kadar gula darah

Pemeriksaaan HbA1C dimaksudkan untuk menilai kadar gula darah

selama 3 bulan terakhir. Pemeriksaan dianjurkan untuk dilakukan

minimal 2 kali dalam setahun. Pasien diabetes yang menggunakan

insulin atau obat untuk memperbanyak pengeluaran insulin juga

disarankan untuk melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri

(PGDM). Selain itu, pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah

pemeriksaan untuk mendeteksi adanya komplikasi diabetes mellitus.

Pemeriksaan yang dimaksudkan antara lain pemeriksaan mata,

pemeriksaan urin dan sebagainya.

2.2 Konsep Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi Kualitas Hidup

World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan

kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam

hidup sesuai dengan konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya,

dimana individu hidup, hubungannya dengan harapan, tujuan, standar

dan perhatian. Kualitas hidup meliputi bagaimana individu

mempersepsikan kebaikan dari beberapa aspek kehidupan mereka

(Bowling 2014).

Kualitas hidup adalah sebuah konsep yang sangat subjektif dan multi

dimensional yang meliputi kepuasan, status kognitif, dan juga

kebahagiaan emosional. Kualitas hidup yang buruk dikaitkan dengan


18

pengabaian dalam perawatan diri termasuk memprediksi kemampuan

seseorang untuk perawatan diri (Dunning 2009).

Snoek mengemukakan bahwa salah satu temuan paling menarik dari

penelitian kualitas hidup yaitu adanya hubungan yang relatif lemah antara

status kesehatan obyektif pasien dan kualitas hidup subjektif mereka.

Ternyata, kesehatan itu sendiri tidak selalu menjamin kebahagiaan serta

kontrol glikemik yang baik. Sebuah penelitian mengenai hubungan antara

control diabetes (HbA1c) dan kesejahteraan subjektif menemukan

korelasi yang rendah, penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien

yang menderita komplikasi diabetes melaporkan rata-rata kualitas hidup

mereka lebih rendah dibandingkan pasien tanpa komplikasi sekunder

(Snoek, 2005).

2.2.2 Aspek-aspek Kualitas Hidup

Menurut WHOQOL-BREF (1996) aspek-aspek yang dapat dilihat dari

kualitas hidup adalah sebagai berikut:

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk

melakukan aktivitas. Aktivitas yang akan dilakukan individu akan

memberikan pengalaman-pengalaman baru yang dapat dijadikan

sebagai modal perkembangan ke tahap selanjutnya. Kesehatan fisik

yang dimaksud adalah seperti rasa nyeri, ketidaknyamanan, tidur dan

beristirahat, tingkat energi dan kelelahan, aktivitas sehari-hari,

kepastian dalam bekerja, serta ketergantungan pada obat dan

perawatan medis.
19

b. Kesehatan Psikologis

Aspek psikologis terkait dengan keadaan mental individu yang

mengarah pada mampu tidaknya individu menyesuaikan diri terhadap

berbagai tuntutan perkembangan sesuai dengan kemampuannya,

baik tuntutan dari luar maupun dari dalam dirinya. Kesehatan

psikologis yang dimaksud adalah seperti berfikir, belajar, mengingat,

harga diri, konsentrasi, penampilan dan citra tubuh, perasaan positif,

perasaan negative, serta spiritualitas.

c. Hubungan Sosial

Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau lebih

dimana tingkah laku individu tersebut akan saling mempengaruhi.

Mengingat manusia adalah makhluk sosial, maka dalam hubungan

sosial ini, manusia dapat merealisasikan kehidupan serta dapat

berkembang menjadi manusia sutuhnya.Hubungan social yang

dimaksud adalah seperti hubungan pribadi, aktivitas seksual dan

dukungan sosial.

d. Lingkungan

Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk di dalamnya

keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala

aktivitas kehidupan, serta sarana dan prasarana yang dapat

menunjang kehidupan. Lingkungan yang dimaksud adalah seperti

keselamatan fisik, kebebasan, keamanan, sumber keuangan,

lingkunga rumah, transportasi, kesehatan dan kepedulian sosial,

peluang untuk memperoleh informasi baru, keterampilan dan

rekreasi.
20

Berdasarkan beberapa aspek yang telah dijelaskan, mengacu pada teori

dari WHO untuk mengukur kualitas hidup yang mencakup empat aspek

yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan

lingkungan. Itulah mengapa skala WHOQOL-BREF lebih sesuai

digunakan untuk penderita diabetes mellitus dan jumlah itemnya pun tidak

terlalu banyak ketika diberikan kepada subjek yang notabene memiliki

penyakit kronis.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Kumar et al (2014) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup antara lain:

a. Usia

Usia sangat mempengaruhi kualitas hidup individu, karena individu

yang semakin tua akan semakin turun kualitas hidupnya. Semakin

bertambahnya usia, munculnya rasa putus asa akan terjadinya hal-hal

yang lebih baik di masa akan datang.

b. Pendidikan

Kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat

pendidikan yang didapat oleh individu. Hal ini terjadi karena individu

yang memiliki pendidikan yang rendah akan merasa tidak percaya diri

dan merasa bahwa dirinya tidak berguna.

c. Keluarga

Keluarga juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup. Individu yang memiliki keluarga utuh dan harmonis

akan memiliki kalitas hidup yang tinggi karena keluarga dapat

memberikan dukungan dan kasih sayang untuk meningkatkan kualitas

hidup.
21

d. Status Pernikahan

Pasangan yang menikah akan lebih bahagia dengan adanya

pasangan yang selalu menemaninya. Glenn dan Weaver melakukan

penelitian di Amerika dengan hasil bahwa secara umum individu yang

menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu

yang tidak menikah, bercerai, atau ditinggalkan pasangan yang telah

meninggal.

e. Finansial

Aspek finansial merupakan salah satu faktor yang berperan dalam

mempengaruhi kualitas hidup individu. Finansial yang baik akan

membuat individu semakin meningkat kualitas hidupnya.

Adapun aspek dari penyakit diabetes mellitus yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup antara lain faktor demografi yang terdiri dari usia dan status

pernikahan, faktor medis yang meliputi lama menderita dan komplikasi

serta faktor psikologis yang meliputi kecemasan dan depresi (Luckman

2000).

2.2.4 Pengukuran Kualitas Hidup

Berdasarkan WHOQOL-BREF (1996) mengemukakan bahwa penilaian

kuesioner kualitas hidup WHOQOL dapat ditentukan dengan kategori

berdasarkan nilai median, dengan rumus: (a) skor terendah x jumlah

pertanyaan, (b) skor tertinggi x jumlah pertanyaan, kemudian total yang

diperoleh ditambahkan lalu dibagi dua.

Pengukuran kualitas hidup menurut WHOQOL adalah sebagai berikut:

a. Standar hidup, ketenangan, harapan, dan perhatian dalam dua

minggu terakhir, seperti kualitas hidup serta kepuasan terhadap

kesehatan
22

b. Hal-hal yang sering dialami dalam dua minggu terakhir, seperti rasa

sakit fisik yang dialami, seberapa jauh menikmati hidup, seberapa

sering membutuhkan terapi medis, seberapa jauh mampu

berkonsentrasi, dan seberapa sehat lingkungan tempat tinggal.

c. Seberapa jauh hal-hal yang dialami dalam dua minggu terakhir,

menerima penampilan tubuh, ketersediaan informasi bagi kehidupan

dan energi yang cukup untuk beraktivitas..

d. Hal-hal yang sering dirasakan dalam dua minggu terakhir, misalnya

seperti berapa sering memiliki perasaan negatif.

2.2.5 Jenis-jenis WHOQOL

Menurut WHO terdapat beberapa jenis instrumen pengukuran kualitas

hidup adalah sebagai berikut:

a. WHOQOL-100

WHOQOL-100 telah dikembangkan dari uji coba ekstensif terhadap

sekitar 300 pertanyaan WHOQOL pada 15 pusat di seluruh dunia.

WHOQOL-100 terdiri dari enam domain kualitas hidup serta empat

item umum yang mencakup kualitas hidup secara keseluruhan. Enam

domain yang terdapat pada instrumen ini yaitu domain kesehatan

fisik, psikologis, tingkat kemerdekaan, lingkungan, hubungan sosial

dan spiritualitas. 100 item pertanyaan dinilai dengan menggunakan

skala likert (1-5)

b. WHOQOL-OLD

Instrumen ini digunakan untuk mengukur kualitas hidup lansia yang

terdiri dari enam domain.


23

No. Domain Item


1 Kemampuan Kemunduran panca indera, penilaian terhadap
Sensori fungsi sensori, kemampuan melakukan aktivitas
dan kemampuan berinteraksi
2 Otonomi Kebebasan mengambil keputusan, menentukan
masa depan, melakukan hal0hal yang
dikehendaki, dihargai kebebasannya.
3 Aktivitas pada masa Hal-hal yang diharapkan, pencapaian
lampau, kini dan keberhasilan, penghargaan yang diterima,
yang akan datang pencapaian dalam kehidupan
4 Partisipasi Penggunaan waktu, tingkat aktivitas, kegiatan
Sosial setiap hari, partisipasi pada kegiatan
masyarakat
5 Kematian dan Jalan atau caranya meninggal, mengontrol akhir
Keadaan Terminal hidup, takut akan akhir hidup, merasakan sakit
pada akhir hidup
6 Persahabatan dan Persahabatan dalam kehidupan, cinta dalam
Cinta Kasih kehidupan, kesempatan untuk mencintai dan
dicintai

c. WHOQOL-BREF

Kuesioner ini berisi 26 pertanyaan yang diambil dari whoqol-100 dan

berisi tentang aspek-aspek kualitas hidup, yaitu dimensi fisik, dimensi

psikologis, dimensi hubungan sosial, dan dimensi lingkungan.

Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yang berasal dari kualitas hidup

secara menyeluruh yaitu pertanyaan nomor 1 dan nomor 2, dan

kesehatan secara umum. Seluruh pertanyaan berdasarkan Skala

Likert lima poin (1-5). Kuesioner ini juga terdiri dari 23 pertanyaan

positif dan 3 pertanyaan negative yaitu nomor 3, 4 dan 26. Kuesioner

WHOQOL-BREF merupakan kuesioner yang dapat digunakan untuk

mengukur kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien diabetes

mellitus tipe 2. Kuesioner WHOQOL-BREF ini dikeluarkan oleh WHO

dan telah baku. Kuesioner ini tersaji dalam berbagai bahasa salah

satunya Bahasa Indonesia.


24

d. WHOQOL-HIV

WHOQOL-HIV terbagi menjadi dua jenis yaitu WHOQOL-120 HIV

dan WHOQOL-HIV BREF. Instrumen ini digunakan untuk mengukur

kualitas hidup penderita HIV AIDS. Pada instrumen WHOQOL-120

HIV terdiri dari 6 domain seperti WHOQOL-100, sedangkan pada

instrumen WHOQOL-HIV BREF lebih sederhana karena berdasarkan

pada WHOQOL-BREF .

2.3 Lama Menderita dengan Kualitas Hidup

Lamanya durasi penyakit diabetes menunjukkan berapa lama pasien

tersebut menderita diabetes mellitus sejak ditegakkan diagnosis penyakit

tersebut. Durasi lamanya diabetes mellitus ini dikaitkan dengan resiko

terjadinya beberapa komplikasi yang timbul sesudahnya. Faktor utama

pencetus komplikasi pada diabetes selain lama menderita adalah tingkat

keparahan diabetes. Akan tetapi, lamanya durasi diabetes yang diimbangi

dengan pola hidup sehat akan menciptakan kualitas hidup yang baik,

sehingga dapat mencegah atau menunda komplikasi jangka panjang

(Zimmet 2009).

Pasien menderita diabetes dengan durasi yang lama mampu beradaptasi

dengan lingkungan jika mampu mengatur distress emosional dan dapat

memberikan suatu perlindungan diri terhadap ansietas dan stress.

Mekanisme pertahanan ego merupakan pertahanan terhadap stres

berjalan secara tidak langsung. Dari sinilah penderita diabetes mellitus

mampu bertahan dari lama durasi yang mereka derita sehingga kualitas

hidup yang baik tetap terjaga (Hidayat 2004).


25

Menurut taloyan et al (2013), lama menderita diabetes mellitus secara

statistik tidak signifikan dengan kualitas hidup pasien karena pengaruh

kebiasaan dalam menyikapi keadaan selama tekena diabetes dan

mampu mengendalikan tingkat depresi selama menderita diabetes

mellitus. Berbeda dengan penelitian Kalda et al (2008) menyampaikan

bahwa lama menderita diabetes mellitus berhubungan secara signifikan

dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Kalda mengemukakan

bahwa umumnya kualitas hidup yang rendah terdapat pada durasi

diabetes mellitus yang panjang.

Pada penelitian Reid & Walker (2009) menyatakan bahwa lama

menderita diabetes mellitus berhubungan secara signifikan dengan

tingkat kecemasan, sehingga akan berakibat pada penurunan kualitas

hidup pasien. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Donald et al (2013)

yang menyatakan bahwa durasi diabetes mellitus yang panjang disertai

dengan kepatuhan dan pengontrolan gula darah yang tepat walaupun

telah terken komplikasi tentunya akan membuat pasien memiliki kualitas

hidup yang baik dan terpelihara.


BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang akan diderita seumur hidup dan

tidak dapat disembuhkan secara total sehingga sangat mempengaruhi

kualitas hidup penderita. Kualitas hidup merupakan persepsi seseorang

tentang kondisi kesehatannya yang mempengaruhi kesehatan secara umum

dalam melaksanakan peran dan fungsi fisik serta keadaan tubuh.

Kualitas hidup penderita diabetes mellitus merupakan perasaan puas dan

bahagia terhadap hidupnya secara umum khususnya dengan penyakit

diabetes mellitus. Kualitas hidup pasien diabetes mellitus dapat dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor yaitu faktor demografi seperti usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, status social ekonomi, kemudian faktor medis yang

meliputi lama menderita dan komplikasi yang dialami, serta faktor psikologis

yang terdiri dari kecemasan dan depresi (Raudatussalamah & Fitri 2012).

Lama menderita diabetes mellitus merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup penderita. Lamanya durasi penyakit diabetes

menunjukkan berapa lama pasien tersebut menderita diabetes mellitus sejak

ditegakkan diagnosis penyakit tersebut. Durasi lamanya diabetes mellitus ini

dikaitkan dengan resiko terjadinya beberapa komplikasi yang timbul

sesudahnya. Akan tetapi, lamanya durasi diabetes yang diimbangi dengan

pola hidup sehat akan menciptakan kualitas hidup yang baik, sehingga dapat

mencegah atau menunda komplikasi jangka panjang.

24
25

Berdasarkan landasan teori diatas maka kerangka konsep penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Lama Menderita Kualitas Hidup Baik


Komplikasi Pasien Diabetes
Diabetes Mellitus
Mellitus Kurang

Domain Kualitas Hidup

- Kesehatan Fisik
- Kesehatan Psikologi
- Hubungan Sosial
- Lingkungan

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Lama Menderita dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus

3.2 Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis yang dirancang oleh calon peneliti yaitu:

a. Hipotesis nol (Ho): Tidak ada hubungan antara lama menderita dengan

kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

b. Hipotesis alternatif (Ha): Ada hubungan antara lama menderita dengan

kualitas hidup pasien diabetes mellitus.


BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional, yaitu untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel. Metode penelitian ini

memudahkan peneliti untuk mencari, memperkirakan, menjelaskan suatu

hubungan, dan juga menguji berdasarkan teori. Penelitian ini menggunakan

pendekatan cross-sectional, yaitu observasi data yang dilakukan hanya satu

kali dalam satu waktu (Nursalam 2016).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menderita

diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas Sungai Besar yang berjumlah

135 orang.

4.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability

sampling dengan jenis purposive sampling yaitu tekhnik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2018). Pada penelitian ini tidak

semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti.

Oleh karena itu, peneliti memilih tekhnik purposive sampling yang

menetapkan pertimbangan atau kriteria tertentu yang harus dipenuhi.

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus slovin.

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 101 orang

responden.

26
27

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus di

wilayah kerja puskesmas Sungai Besar.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:

1. Pasien diabetes mellitus di komunitas kelurahan Sungai Besar yang

tidak menyelesaikan kuesioner penelitian.

2. Pasien mengalami penurunan kesadaran saat pengisian kuesioner.

4.3 Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan kuesioner yang merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan tertulis kepada responden.

Instrument pengumpulan data peneliti terdiri dari 2 bagian, yaitu meliputi

data demografi dan kuesioner kualitas hidup.

a. Data demografi

Data demografi meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, upah minimum regional, dan lama menderita diabetes

mellitus.

b. Kuesioner kualitas hidup

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di komunitas kelurahan Sungai Besar. Penggunaan

kuesioner ini telah mendapat ijin dari WHO. Kuesioner ini berasal dari

WHOQOL-BREF yang berisi 26 pertanyaan dan berisi tentang aspek-

aspek kualitas hidup, yaitu dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi

hubungan social, dan dimensi lingkungan. Kuesioner ini terdiri dari dua
28

bagian yang berasal dari kualitas hidup secara menyeluruh yaitu

pertanyaan nomor 1 dan nomor 2, dan kesehatan secara umum. Seluruh

pertanyaan berdasarkan Skala Likert lima poin (1-5). Kuesioner ini juga

terdiri dari 23 pertanyaan positif dan 3 pertanyaan negative yaitu nomor

3, 4 dan 26. Kuesioner WHOQOL-BREF merupakan kuesioner yang

dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup terkait kesehatan pada

pasien diabetes mellitus tipe 2. Kuesioner WHOQOL-BREF ini

dikeluarkan oleh WHO dan telah baku. Kuesioner ini tersaji dalam

berbagai bahasa salah satunya Bahasa Indonesia. Jadi, peneliti tidak

menerjemahkan sendiri kuesioner WHOQOL-BREF ini melainkan sudah

ada dalam bentuk Bahasa Indonesia (WHO, 1996). Instrumen ini sudah

memiliki standar uji reliabilitas dengan koefisien alpha yang diperoleh

WHOQOL-BREF yaitu 0,76. Arikunto (1998) menyatakan bahwa

koefisien dalam penelitian alat ukur yang diperlukan minimal sebesar

0,7. Instrumen WHOQOL-BREF mempunyai validitas yang baik dengan

hasil yang diperoleh r tabel= 0,6. Menurut Anwar (2004) syarat minimum

untuk dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika nilai daya

diskriminasi atau r sama dengan atau lebih dari 0,30. Berdasarkan

uraian diatas, maka instrument WHOQOL=BREF layak digunakan

(Mabsuhah 2016)

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel independen

Variabel independen (bebas) pada penelitian ini yaitu lama menderita.

4.4.2 Variabel dependen

Variabel dependen (terikat) pada penelitian ini yaitu kualitas hidup pasien

diabetes mellitus.
29

4.5 Definisi Operasional

4.5.1 Variabel independen dan dependen

Tabel 4.1 variabel independen dan dependen

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur

Lama menderita Berapa lama Kuesioner Ordinal 1-5 Tahun:


diabetes pasien menderita Durasi
mellitus sejak Pendek
ditegakkannya
diagnosis 5-10 Tahun:
diabetes mellitus Durasi
Sedang

>10 Tahun :
Durasi
Panjang

Kualitas hidup Tingkat Kuesioner Ordinal ≥ 78: kualitas


pasien diabetes kesejahteraan hidup baik
mellitus dan kepuasan
pasien diabetes < 78: kualitas
mellitus dalam hidup kurang
menjalani hidup baik

4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Tahap Persiapan

Tahap Persiapan pada penelitian ini yaitu:

a. Peneliti menentukan tema dan judul dari penelitian yang akan

dilakukan, dan kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

b. Peneliti mengurus surat izin studi pendahuluan yang diurus dari

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat dan diajukan

kepada Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru.

c. Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru memberikan surat pengantar untuk

puskesmas yang akan dituju oleh calon peneliti berdasarkan data

kejadian terbanyak.
30

d. Peneliti melakukan studi pendahuluan ke tempat penelitian dengan

membawa surat rekomendasi studi pendahuluan dari Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat dan surat pengantar dari

Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru yang diajukan kepada Kepala

Puskesmas Sungai Besar.

e. Peneliti melakukan pengumpulan data primer yaitu melakukan

wawancara kepada pasien diabetes mellitus dengan menanyakan

terkait lama menderita dan juga kualitas hidup pasien.

f. Peneliti menyusun proposal penelitian mulai dari bab I sampai bab IV

dan kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

g. Setelah proposal penelitian disetujui oleh dosen pembimbing, maka

peneliti melakukan presentasi sidang proposal.

h. Peneliti melakukan sidang etik untuk mendapatkan surat layak etik dari

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

i. Peneliti mengurus surat ijin penelitian dari Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat yang diajukan kepada Kepala Dinas

Kesehatan kota Banjarbaru kemudian diteruskan kepada Kepala

Puskesmas Sungai Besar.

j. Peneliti membawa surat ijin penelitian untuk melaporkan dan

menjelaskan rencana penelitian.

4.6.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pada penelitian ini yaitu:

a. Peneliti memilih subyek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi yang telah ditentukan.

b. Peneliti mengunjungi setiap rumah responden berdasarkan alamat

yang telah didapatkan dari data kunjungan Puskesmas Sungai Besar.


31

c. Sebelum responden dijadikan sampel, peneliti memberikan

penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan dan manfaat penelitian yang

dilakukan.

d. Setelah dipahami tujuan penelitian, responden diminta

menandatangani lembar/surat pernyataan kesediaan (informed

consent) menjadi responden penelitian.

e. Setelah responden menandatangani lembar/surat pernyataan

kesediaan (informed consent) menjadi responden penelitian,

dilakukan pengisian kuesioner data demografi dan kuesioner

WHOQOL-BREF yang akan diisi sendiri oleh responden dan

didampingi oleh peneliti. Pada lansia yang mengalami kesulitan dalam

membaca, peneliti mengambil data dengan cara melakukan

wawancara kepada responden dengan dipandu isi pertanyaan yang

ada di dalam kuesioner.

f. Peneliti akan mendokumentasikan hasil data penelitian.

g. Peneliti melakukan pengolahan data dan analisis data dengan

menggunakan komputer.

4.7 Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.7.1 Tehnik Pengumpulan Data

Dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Data primer

Data didapatkan dari kuesioner yang telah diisi oleh responden

b. Data Sekunder

Data didapatkan dari catatan medis Puskesmas Sungai Besar


32

4.7.2 Tehnik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dengan cara

editing, coding, entry data, cleaning dan tabulating (Notoadmodjo 2010).

a. Editing

Pada tahap ini dilakukan penyuntingan hasil hasil wawancara atau

angket yang telah didapatkan.

b. Coding

Langkah ini yaitu melakukan pemberian kode-kode terhadap data

yang telah didapatkan selama penelitian yaitu mengubah data yang

berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan.

c. Entry

Pada langkah ini yaitu proses memasukkan data ke komputer

dengan melakukan aplikasi program statistik.

d. Cleaning

Apabila semua data sudah siap, maka dilakukan pengecekan ulang

data yang telah di entry

e. Tabulating

Pada langkah ini data hasil penelitian yang telah dicek kembali akan

dilakukan pembuatan suatu distribusi frekuensi yang sederhana

kemudian dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan kriteria masing-

masing item.

4.8 Cara Analisis Data

Setelah dilakukan proses pengolahan data, kemudian dilakukan teknik

analisis data. Analisis data yang digunakan adalah uji statistic dengan

melalui dua tahap, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis

data dengan univariat yang dilakukan pada setiap variabel hasil penelitian,
33

dan analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang kemungkinan

memiliki hubungan (Notoatmodjo 2010).

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu digunakan untuk meneliti data demografi

responden, dengan menggunakan kuesioner yang ada pada penelitian ini

disusun secara deskriptif dengan tabel distribusi lama menderita dan

kualitas hidup pasien diabetes.

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat menggunakan uji chi-square dengan tingkat α = 0,05. Tabel analisis

yang digunakan pada penelitian ini yaitu 3x2 dengan frekuensi harapan

kurang dari 5 tidak lebih dari 20%.

4.9 Waktu dan Tempat Penelitian

4.9.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Sungai Besar.

4.9.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2018 sampai Maret 2019.

4.10 Etika Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat (masyarakat sebagai

objek) perlu memperhatikan prinsip etika dan moral, yaitu dengan

memperhatikan hubungan antara kedua pihak secara etika (etika

penelitian). Hubungan antara peneliti dan objek yang diteliti harus memiliki

hak dan kewajiban masing-masing, hal ini harus dihargai oleh masing-

masing pihak tersebut. Responden dalam hal ini mempunyai hak untuk

memberikan informasi kepada peneliti, oleh karena itu sebelum dilakukan


34

pengambilan data atau wawancara, responden terlebih dahulu diberikan

lembar persetujuan (inform consent) dengan tidak ada unsur paksaan

sedikit pun (notoadmodjo 2010). Notoadmodjo (2010) merincikan hak-hak

dan kewajiban peneliti dan juga responden sebagai berikut:

4.11.1 Hak dan kewajiban responden

a. Hak-hak responden

Hak-hak yang harus diberikan kepada responden dalam penelitian

yaitu hak dihargai privacy responden, hak merahasiakan informasi

yang diberikan, hak memperoleh jaminan keamanan dan keselamatan

dari informasi yang telah diberikan, dan hak memperoleh imbalan

serta kompensasi.

b. Kewajiban responden

Setelah pasien menyetujui untuk menjadi responden penelitian yang

akan dilakukan peneliti yaitu melalui inform consent dari responden,

maka responden mempunyai kewajiban untuk memberikanin formasi

dengan lengkap dan jujur kepada peneliti.

4.11.2 Hak dan kewajiban Peneliti

a. Hak peneliti

Ketika responden telah menyetujui inform consent yang telah

diberikan peneliti, peneliti mempunyai hak memperoleh informasi darir

esponden dengan lengkap serta jujur, namun jika peneliti tidak

mendapatkan informasi secara lengkap dan jujur, maka peneliti

memiliki hak untuk mengingatkan kembali terhadap inform consent

tersebut.
35

b. Kewajiban peneliti

Kewajiban yang harus diberikan peneliti kepada responden yaitu

menjaga privacy responden, menjaga kerahasiaan responden dan

memberikan kompensasi kepada responden

4.11.3 Ethical Clearence

Setelah melakukan sidang proposal penelitian, dilanjutkan dengan sidang

etik yang dilakukan oleh peneliti di Komisi Etik Penelitian Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin pada tanggal

19 Desember 2019 dan revisi protokol etik satu kali. Surat kelayakan etik

disetujui dan dikeluarkan tanggal 12 Januari 2019 dengan surat

No.12/KEPK-FK UNLAM/EC/I/2019.
BAB 5 HASIL

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar pada bulan

Januari 2019-Maret 2019 dengan responden penelitian sebanyak 101 pasien

diabetes mellitus. Responden tersebut merupakan pasien diabetes mellitus yang

memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti dan dipilih

menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling. Bab 5 ini akan

membahas hasil penelitian yang meliputi karakteristik responden yaitu usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan, selain itu bab ini juga akan

membahas hasil lama menderita diabetes mellitus dan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar dan analisis

hubungan lama menderita dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar.

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas


Sungai Besar

Distribusi umur responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden di Wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar
Bulan Januari-Maret 2019 (n=101)

Variabel Mean Median Minimum Maximum


Usia 54,93 55 31 77

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.1 tentang usia responden di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar yaitu rata-rata usia responden

adalah 54,93 tahun dengan usia terendah 31 tahun dan tertinggi 77

tahun.

39
40

Karakteristik responden penelitian dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas


Sungai Besar Bulan Januari-Maret 2019 (n=101)

Karakteristik Responden n %
Jenis Kelamin
Pria 42 41,6
Wanita 59 58,4
Total 101 100
Pendidikan
SD/MI/Sederajat 4 4,0
SMP/MTs/Sederajat 8 7,9
SMA/MA/Sederajat 39 38,6
Perguruan Tinggi 50 49,5
Total 101 100
Pekerjaan
Tidak Bekerja 28 27,7
PNS 35 34,7
Pegawai Swasta 2 2,0
Buruh 4 4,0
Petani 2 2,0
Wiraswasta 24 23,8
TNI/POLRI 1 1,0
Lain-lain 5 5,0
Total 101 100
Penghasilan
< UMR 32 31,7
> UMR 69 68,3
Total 101 100

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.2 tentang karakteristik

responden di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar yaitu sebagian

besar responden berjenis kelamin wanita berjumlah 59 responden

(58,4%), pendidikan terakhir perguruan tinggi berjumlah 50 responden

(49,5%) dan bekerja sebagai PNS berjumlah 35 responden (34,7%), dan

memiliki penghasilan > UMR berjumlah 69 responden (68,3%).


41

5.1.2 Lama Menderita Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja


Puskesmas Sungai Besar

Lama menderita pasien diabetes mellitus dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lama Menderita Pasien Diabetes Mellitus di


Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Besar Bulan Januari-Maret ruari
2019 (n=101)

Komponen Frekuensi %
Durasi Pendek 59 58,4
Durasi Sedang 18 17,8
Durasi Panjang 24 23,8
Total 101 100

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.3 tentang karakteristik lama

menderita pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Besar, yaitu sebagian besar pasien dengan durasi pendek yang

berjumlah 59 responden (58,4%).

5.1.3 Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas


Sungai Besar

Kualitas hidup pasien diabetes mellitus dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di


Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Besar Bulan Januari-Maret 2019
(n=101)

Komponen Frekuensi %
Kualitas Hidup Kurang 41 40,6
Kualitas Hidup Baik 60 59,4
Total 101 100

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.4 tentang kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar, yaitu

sebagian besar pasien dengan kualitas hidup baik yang berjumlah 60

responden (59,4%).
42

Domain kualitas hidup pasien diabetes mellitus dapat dilihat pada tabel

5.5 di bawah ini

Tabel 5.5 Karakteristik Berdasarkan Domain Kualitas Hidup Pasien Diabetes


Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Besar Bulan Januari-
Maret 2019 (n=101)

Domain Kualitas Kategori Total


Hidup
Kurang Baik

Kesehatan Fisik 35 66 101


Psikologis 26 75 101
Hubungan Sosial 27 74 101
Lingkungan 36 65 101

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.5 tentang domain kualitas hidup

pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar

didapatkan hasil nilai tertingg terdapat pada domain psikologis dengan

kualitas hidup baik yang berjumlah 75 responden.

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Analisis Hubungan Lama Menderita dengan Kualitas Hidup Pasien


Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Besar

Analisis hubungan lama menderita dengan kualitas hidup pasien diabetes

mellitus dapat dilihat pada tabel 5.6

Tabel 5.6 Analisis Hubungan Lama Menderita dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Besar Bulan
Januari-Maret 2019 (n=101)

Kualitas Hidup
Lama Total
Kurang Baik p-value
Menderita
N % N % N %
Durasi 5 5,0 54 53,4 59 58,4
Pendek

Durasi 14 13,8 4 4,0 18 17,8


Sedang 0,000

Durasi 22 21,8 2 2,0 24 23,8


Panjang
Jumlah 41 40,6 60 59,4 101 100
43

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.6 terlihat bahwa nilai p-value

(0,000) <0,05 maka keputusan statistiknya yaitu Ho ditolak, artinya ada

perbedaan proporsi antara lama menderita dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar, dengan kata

lain ada hubungan yang signifikan antara lama menderita dengan kualitas

hidup pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar.


BAB 6 PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menjelaskan dan membahas hasil penelitian yaitu karakteristik

responden, lama menderita pasien diabetes mellitus dan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus serta hubungan lama menderita dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar.

6.1 Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas


Sungai Besar

6.1.1 Usia

Pada tabel 5.1 usia terlihat bahwa rata-rata usia terbanyak penderita

diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar yaitu 55

tahun. Pada penelitian ini didapatkan usia terendah yaitu 31 tahun dan

usia tertinggi yaitu 77 tahun.

Umur mempengaruhi resiko dan kejadian diabetes mellitus. Umur sangat

erat kaitannya dengan kenaikan kadar gula darah, sehingga semakin

meningkat umur maka prevalensi diabetes mellitus dan gangguan

toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua yang berlangsung

setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan

biokimia. Menurut WHO, setelah usia 30 tahun, maka kadar glukosa

darah akan naik 1-2mg/dL/tahun pada saat puasa dan akan naik 5,6-13

mg/dL pada 2 jam setelah makan (Sudoyo, 2009) Didapatkan data dari

RISKESDAS (dikutip dalam Infodatin 2013) yang menyebutkan bahwa di

Indonesia proporsi diabetes mellitus meningkat seiring bertambahnya

usia, yaitu pada usia 55-64 tahun memiliki proporsi yang lebih tinggi.

RIKESDAS (2013) juga menyebutkan bahwa di Indonesia kelompok usia

43
44

setelah 64 tahun mengalami penurunan prevalensi penyakit diabetes

mellitus, sedangkan di Kalimantan Selatan sendiri prevalensi penyakit

diabetes mellitus mengalami penurunan pada usia lebih dari 75 tahun.

Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa usia di

atas 75 tahun hanya berjumlah 3 responden.

Penelitian yang dilakukan Desy L (2016) menyatakan bahwa sebagian

besar responden penderita diabetes mellitus pada rentang usia 50-59

tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Trisnawati (2013) yang menyatakan bahwa usia di atas 40 tahun adalah

usia yang berisiko terkena diabetes mellitus tipe 2 dikarenakan adanya

intolerasnsi glukosa dan proses penuaan yang menyebabkan kurangnya

sel beta pancreas dalam memproduksi insulin. Seperti halnya penelitian

yang dilakukan oleh peneliti bahwa sebagian besar responden penderita

diabetes mellitus berusia 55 tahun.

6.1.2 Jenis Kelamin

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa jenis kelamin wanita lebih banyak

yaitu berjumlah 59 responden dengan presentase 58,4% dibandingkan

dengan pria yaitu berjumlah 42 responden dengan presentase 41,6%,

dimana pada saat dilakukan penelitian, peneliti lebih banyak menemukan

responden wanita dibandingkan responden pria.

Data yang didapatkan dari RISKESDAS (2007) yang menunjukkan bahwa

di Kalimantan Selatan bahwa prevalensi diabetes mellitus menurut jenis

kelamin menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak dibanding laki-laki,

namun hal tersebut tidak banyak berbeda. Sedangkan di Indonesia

sendiri prevalensi penyakit diabetes mellitus dengan jenis kelamin wanita


45

lebih banyak yaitu 7,70% dibandingkan dengan pria yaitu 5,60%

(RISKESDAS 2013).

Penelitian Trisnawati dan Setyorogo (2013) menunjukkan bahwa wanita

memiliki presentasi lebih tinggi yaitu 62,1% dibandingkan dengan pria

yaitu 61,9%. Hal tersebut dikarenakan wanita memiliki peluang

mengalami peningkatan berat badan lebih tinggi. Orang yang mengalami

obesitas lebih berisiko menderita diabetes mellitus yaitu 7,14 kali lebih

beresiko. Obesitas menjadi faktor resiko yang paling penting dalam

terjadinya diabetes mellitus, dan dapat mempengaruhi perkembangan

resistensi insulin (Wu et al 2014). Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Tendra (2013) menyatakan bahwa perempuan memiliki

risiko lebih besar untuk menderita diabetes mellitus dibandingkan laki-laki.

Hal ini berhubungan dengan kehamilan dimana kehamilan merupakan

faktor risiko untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus. Selain itu, secara

fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih

besar.

6.1.3 Tingkat Pendidikan

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi terdapat

pada perguruan tinggi yaitu sebanyak 50 responden dengan presentase

49,5%, kemudian responden dengan pendidikan terakhir

SMA/MA/Sederajat sebanyak 39 responden dengan persentase 38,6%,

dan SMP/MTs/Sederajat berjumlah 8 responden dengan persentase

7,9%, dan yang paling rendah yaitu responden dengan pendidikan

terakhir SD/MI/Sederajat yaitu berjumlah 4 responden dengan persentase

4,0%.
46

Data yang didapatkan dari RISKESDAS (2007) bahwa di Kalimantan

Selatan penyakit diabetes mellitus yang memiliki proporsi tertinggi adalah

pasien dengan pendidikan terakhir SMA dan perguruan tinggi, kemudian

diikuti dengan pasien dengan pendidikan terakhir SD. Hal tersebut sama

dengan penelitian yang dilakukan bahwa penderita diabetes mellitus

terbanyak yaitu pada pasien dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi

dan juga SMA. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan

memiliki banyak pengetahuan terutama tentang kesehatan. Ketika

seseorang memiliki pengetahuan yang baik, maka seseorang tersebut

akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya (Trisnawati &

Setyorogo 2013). Namun penyakit diabetes mellitus sendiri tidak hanya

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah atau pengetahuan yang

kurang, namun juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti obesitas,

genetik dan juga kepatuhan seseorang.

Menurut Fitriyani (2012) menyatakan bahwa antara tingkat pendidikan

dengan kejadian diabetes mellitus dipengaruhi oleh faktor lain seperti

jenis pekerjaan. Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya akan

bekerja dengan mengandalkan tenaga seperti kuli bangunan dan buruh,

sementara masyarakat yang berpendidikan tinggi akan bekerja di

kantoran yang aktivitas fisiknya lebih sedikit, dimana aktivitas fisik

berhubungan dengan kadar glukosa darah.

6.1.4 Jenis Pekerjaan

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden dengan pekerjaan PNS

berjumlah lebih banyak yaitu 35 responden dengan presentase 34,7%,

diikuti oleh penderita yang tidak bekerja sebanyak 28 responden dengan

persentase 27,7%, kemudian pekerjaan wiraswasta yang berjumlah 24


47

responden dengan presentase 23,8, kemudian responden yang bekerja

buruh lain-lain yang berjumlah 9 responden dengan presentase 9,0%,

dan responden dengan pekerjaan sebagai TNI, pegawai swasta, dan juga

petani berjumlah paling sedikit yaitu sebanyak 5 responden dengan

presentase 5,0%.

Di Indonesia sendiri didapatkan data RISKESDAS (2007) mengemukakan

bahwa di Kalimantan Selatan sendiri pasien diabetes mellitus dengan

pekerjaan pegawai yaitu 2,1% dan diikuti dengan pasien diabetes mellitus

yang tidak bekerja yaitu 1,9%. Sejalan dengan data yang di dapat di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar bahwa penderita diabetes

mellitus dari 101 responden yang paling banyak adalah pasien diabetes

mellitus dengan pekerjaan PNS dan tidak bekerja. Hal ini dikarenakan

kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan sehingga mempengaruhi kadar

glukosa darah.

Penelitian oleh Trivena (2017) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara tingkat pekerjaan dengan kejadian diabetes mellitus dengan nilai

OR yang didapat dalam penelitian ini yaitu 2,72 maka dengan demikian

menunjukkan bahwa orang yang tidak bekerja mempunyai peluang 2,72

kali lebih besar berisiko menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan

orang yang bekerja. Tingkat pekerjaan seseorang mempengaruhi

aktivitas fisiknya. Kelompok yang kurang melakukan aktivitas fisik

cenderung tidak terjadi pergerakkan anggota tubuh, hal ini

mengakibatkan dapat lebih mudah juga untuk terkena penyakit diabetes

mellitus.
48

6.1.5 Penghasilan

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden dengan penghasilan

>UMR memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu 69 responden dengan

presentase 68,3%. Kelompok masyarakat dengan pendapatan tinggi

merupakan kelompok yang lebih rentan untuk terkena diabetes mellitus.

Hal tersebut dikarenakan perubahan sosial ekonomi dan selera makan

akan mengakibatkan perubahan pola makan masyarakat yang cenderung

menjauhkan konsep makanan seimbang, sehingga berdampak negatif

terhadap kesehatan dan gizi (Suiraoka 2012).

Penelitian oleh Dian (2018) menyatakan bahwa sebagian besar

responden memiliki penghasilan diatas UMR dengan persentase 73,8%.

Sejalan dengan penelitian Gabby (2014) yang menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan lebih dari

UMP dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 dengan nilai OR adalah

1,4. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang yang memiliki pendapatan di

atas nilai UMP berisiko 1,4 kali lebih besar terkena diabetes mellitus

dibandingkan dengan orang yang memiliki pendapatan di bawah nilai

UMP.

6.2 Lama Menderita Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas


Sungai Besar

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.3 tentang durasi lama menderita

pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar

menunjukkan bahwa sebagian besar lama responden menderita diabetes

mellitus adalah 1-5 tahun yang tergolong durasi pendek dengan persentase

58,4%. Sesuai dengan data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota

Banjarbaru yang menunjukkan peningkatan jumlah penderita diabetes


49

mellitus yang sangat signifikan selama 3 tahun terakhir sehingga sebagian

besar responden saat ini masih dalam kategori durasi pendek. Pada

penelitian ini menyatakan bahwa responden memiliki lama menderita

diabetes mellitus terpanjang adalah 21 tahun dan terpendek adalah 1

tahun. Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang tidak dapat

disembuhkan, kadar gula darah hanya dapat dikendalikan sehingga

seseorang dengan diabetes mellitus hanya dapat mempertahankan kadar

gula darah agar tetap normal karena penyakit ini akan diderita seumur

hidup pasien.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krismanita dkk

(2017) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden diabetes

mellitus dalam penelitiannya memiliki durasi pendek <5 tahun. Hasil

penelitian Siwiutami (2017) juga menyatakan bahwa lama penderita

diabetes mellitus mayoritas 1-5 tahun dengan persentase 59,3%. Fisher

(2009) mengatakan bahwa responden yang baru menderita diabetes

selama 4 bulan mulai belajar mengatur diet dengan baik dan melakukan

perawatan diri. Berbeda dengan penelitian oleh Rokhman (2015) yang

menghasilkan responden diabetes mellitus sebagian besar memiliki lama

menderita >5 tahun. Penelitian oleh Restada (2016) juga menunjukkan

mayoritas responden dalam penelitiannya memiliki durasi lama menderita

>5 tahun.

6.3 Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas


Sungai Besar

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.4 tentang kualitas

hidup pasien diabetes mellitus menunjukkan bahwa sebagian besar pasien

mempunyai kualitas hidup baik yaitu berjumlah 60 responden dengan


50

presentase 59,4% dan untuk kualitas hidup kurang baik sebanyak 41

responden dengan presentase 40,6%.

Pada saat dilakukan penelitian, pada responden yang kualitas hidupnya

kurang, hal tersebut dikarenakan penyakit yang sedang diderita dan juga

keterbatas fisik mereka, dan pada responden dengan kualitas hidup yang

baik, sebagian besar mengatakan bahwa mereka tetap menerima dan

mensyukuri yang mereka dapatkan sekarang. Untuk kualitas hidup pasien

diabetes mellitus sendiri juga dikarenakan beberapa faktor demografi

seperti usia responden, jenis pekerjaan, lama menderita, penghasilan dan

faktor lainnya yang bervariasi.

Kualitas hidup adalah sebuah konsep yang sangat subjektif dan

multidimensional dengan status kognitif, kepuasan, dan juga kebahagiaan

emosional. Kualitas hidup yang buruk dikaitkan dengan mengabaikan

perawatan diri termasuk memprediksi kemampuan seseorang untuk

perawatan diri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup yaitu

pengobatan, faktor kognitif, keyakinan dan sikap, dan juga faktor demografi

(Dunning & Ward 2008).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Laoh (2015)

dengan hasil bahwa kualitas hidup pasien diabetes mellitus sebagian besar

berada pada kategori baik yaitu 63,3% dan kurang baik 36,7%. Sejalan

dengan penelitian oleh Nurhidayah (2017) yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien mempunyai kualitas hidup baik dengan persentase

54,1% dan untuk kualitas hidup kurang yaitu 45,9%.


51

6.3.1 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Dilihat dari


Dimensi Kesehatan Fisik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Besar didapatkan sebagian besar responden

memiliki kualitas hidup baik pada dimensi kesehatan fisik yaitu 66

responden dengan persentase 65,7%. Saat dilakukan wawancara,

rata-rata responden mengatakan masih mampu melakukan aktivitas

sehari-hari. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden merupakan

penderita diabetes mellitus dengan durasi pendek. Meskipun

merasakan ketidaknyamanan dengan gejala fisik yang dialami, namun

masih memiliki kemampuan untuk bekerja.

Munculnya gejala yang diakibatkan oleh kadar gula yang tidak

terkontrol ini dapat mengganggu aktivitas individu sehari-hari dan

menurunkan fungsi individu secara keseluruhan sehingga

menyebabkan aktivitas fisik serta peran dan tanggungjawabnya menjadi

berkurang. Pada saat pasien diabetes mellitus mengalami tingkat gula

darah yang tinggi (hiperglikemia), pasien akan merasa sangat haus,

sering buang air kecil, dan sakit kepala. Sementara itu jika mengalami

kadar gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia), pasien akan

mudah berkeringat, lapar, lemas, dan penglihatan terganggu (Melina,

2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dkk (2008)

responden merasa kurang puas terhadap kebutuhan istirahat/tidur

untuk kondisi yang mereka rasakan. Penyakit diabetes mellitus secara


52

langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan fisik

pasien.

6.3.2 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Dilihat dari


Dimensi Psikologis

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Besar didapatkan sebagian besar responden

memiliki kualitas hidup baik pada dimensi psikologis yaitu 75 responden

dengan persentase 74,3%. Saat dilakukan wawancara, sebagian besar

responden mengatakan tidak mengalami kecemasan, perasaan

negative ataupun kesedihan yang tinggi, hal ini dikarenakan sebagian

besar responden memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes

mellitus. Mereka masih bisa menerima penampilannya dengan

kondisinya yang berbeda, hal ini dikarenakan sebagian besar

responden tidak memiliki komplikasi lain seperti ulkus, retinopati, dan

sebagainya. Selain itu, mereka juga masih memiliki rasa percaya diri

dan masih mampu berfikir dan berkonsentrasi. Meskipun demikian,

sebagian responden terkadang merasa putus asa dengan penyakit

yang dideritanya karena diabetes mellitus merupakan penyakit yang

tidak bisa disembuhkan dan akan diderita seumur hidup serta

membutuhkan pengobatan jangka panjang.

Penelitian yang dilakukan oleh Wrosch (2011) menemukan bahwa

individu yang optimis lebih berfokus pada masalah dalam menghadapi

stress, lebih aktif dan terencana dalam peristiwa yang menekan serta

menggunakan kerangka berfikir yang positif. Individu yang optimis juga

lebih sedikit menyalahkan diri sendiri dan lari dari masalah. Menurut
53

teori king & Hands (2007) menyatakan bahwa penurunan fungsi fisik

pada pasien diabetes mellitus secara tidak langsung akan berpengaruh

pada keadaan psikologisnya seperti perasaan kecewa, sedih dan

depresi.

6.3.3 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Dilihat dari


Dimensi Hubungan Sosial

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Besar didapatkan sebagian besar responden

memiliki kualitas hidup baik pada dimensi hubungan sosial yaitu 74

responden dengan persentase 73,3%. Saat dilakukan wawancara,

sebagian besar responden mengatakan masih mampu melakukan

hubungan sosial dengan orang di sekitarnya. Hal ini dikarenakan

sebgaian besar responden menderita diabetes mellitus dengan durasi

pendek. Namun pada responden yang sudah lama menderita diabetes

mellitus mengaku tidak dapat melakukan hubungan sosial seperti

mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang rutin dilaksanakan. Selain

disebabkan oleh fungsi fisik yang menurun, perasaan mudah

tersinggung juga menimbulkan keterbatasan dalam aktivitas sosial.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Spences dkk (dalam Melina, 2011)

ditemukan bahwa stress yang terkait dengan penyakit dapat

ditimbulkan dari beban perawatan diri yang terus menerus seperti

monitoring kadar gula, pengobatan dan berolahraga teratur. Stres yang

terkait diabetes ditemukan menjadi contributor yang signifikan terhadap

rendahnya kepatuhan dalam perawatan diri dan rendahnya control gula


54

darah yang semuanya ini dapat berdampak terhadap keberfungsian diri

individu secara interpersonal, sosial dan pekerjaan.

6.3.4 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Dilihat dari


Dimensi Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Besar didapatkan sebagian besar responden

memiliki kualitas hidup baik pada dimensi hubungan sosial yaitu 65

responden dengan persentase 64,4%. Saat dilakukan wawancara,

sebagian besar responden mengatakan masih mampu berinteraksi

dengan orang-orang yang berada di lingkungan rumah, merasa puas

dengan adanya transportasi yang memadai, sebagian besar responden

juga mengatakan merasa puas mendapatkan berbagai informasi baru

karena mudahnya akses pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan

responden bertempat tinggal di daerh perkotaan sehingga segala

informasi dan pelayanan kesehatan sangat mudah didapatkan.

Ditambah lagi dengan penghasilan yang rata-rata tinggi, sehingga untuk

pengobatan dan pencegahan komplikasi lebih mudah untuk ditangani.

Penelitian Mabsusah (2016) sebagian besar responden mampu

membayar biaya perawatan terhadap penyakit diabetesnya,

membutuhkan keamanan lingkungan fisik tidak terganggu dari

populasi/kebisingan lalu lintas, merasa kurang puas dengan pelayanan

rumah sakit, dan kurang puas dalam mendapatkan berbagai informasi

baru terkait penyakit yang dialami. Hal ini dikarenakan umumnya

responden dalam penelitian ini bertempat tinggal di desa. Dimana desa


55

tersebut memiliki akses pelayanan yang rendah dan minimnya

informasi.

6.4 Analisis Hubungan Lama Menderita dengan Kualitas Hidup Pasien


Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Besar

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai p-

value 0,000 < 0,05 maka terdapat hubungan antara lama menderita dengan

kualitas hidup pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Besar. Data yang didapatkan pada saat penelitian yaitu responden dengan

lama menderita durasi pendek dan dengan kualitas hidup kurang yaitu

berjumlah 5 responden dengan presentase 5,0% dan responden dengan

lama menderita durasi pendek dan kualitas hidup baik berjumlah 54

responden dengan persentase 53,4% dan total keseluruhan untuk lama

menderita durasi pendek yaitu 59 responden dengan presentase 58,4%.

Untuk data pada responden dengan lama menderita durasi sedang dengan

kualitas hidup kurang yaitu berjumlah 14 responden dengan presentase

13,8%, sedangkan untuk responden dengan lama menderita durasi sedang

dan kualitas hidup baik yaitu berjumlah 4 responden dengan presentase

4,0%, dan total responden dengan lama menderita durasi sedang

berjumlah 18 responden dengan prsentase 17,8%. Untuk data pada

responden dengan lama menderita durasi panjang dengan kualitas hidup

kurang yaitu berjumlah 22 responden dengan presentase 21,8%,

sedangkan untuk responden dengan lama menderita durasi sedang dan

kualitas hidup baik yaitu berjumlah 2 responden dengan presentase 2,0%,

dan total responden dengan lama menderita durasi panjang berjumlah 24

responden dengan persentase 23,8%. Sedangkan total responden dengan

kualitas hidup kurang yaitu berjumlah 41 responden dengan presentase


56

40,6% dan untuk responden dengan kualitas hidup baik yaitu sebanyak 60

responden dengan presentase 59,4%.

Sejalan dengan penelitian Kalda et al (2008) menyampaikan bahwa lama

menderita diabetes mellitus berhubungan secara signifikan dengan kualitas

hidup pasien diabetes mellitus. Kalda mengemukakan bahwa umumnya

kualitas hidup yang rendah terdapat pada durasi diabetes mellitus yang

panjang. Penelitian Hamudi (2017) juga mengatakan terdapat hubungan

lama menderita dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus dimana

semakin lama menderita maka semakin berkurang nilai kualitas hidup

penderita diabetes mellitus. Akan tetapi, menurut taloyan et al (2013), lama

menderita diabetes mellitus secara statistik tidak signifikan dengan kualitas

hidup pasien karena pengaruh kebiasaan dalam menyikapi keadaan

selama tekena diabetes dan mampu mengendalikan tingkat depresi selama

menderita diabetes mellitus.

Pasien menderita diabetes dengan durasi yang lama mampu beradaptasi

dengan lingkungan jika mampu mengatur distress emosional dan dapat

memberikan suatu perlindungan diri terhadap ansietas dan stress.

Mekanisme pertahanan ego merupakan pertahanan terhadap stres berjalan

secara tidak langsung. Dari sinilah penderita diabetes mellitus mampu

bertahan dari lama durasi yang mereka derita sehingga kualitas hidup yang

baik tetap terjaga (Hidayat 2004).

Pada penelitian Reid & Walker (2009) menyatakan bahwa lama menderita

diabetes mellitus berhubungan secara signifikan dengan tingkat

kecemasan, sehingga akan berakibat pada penurunan kualitas hidup


57

pasien. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Donald et al (2013) yang

menyatakan bahwa durasi diabetes mellitus yang panjang disertai dengan

kepatuhan dan pengontrolan gula darah yang tepat walaupun telah terkena

komplikasi tentunya akan membuat pasien memiliki kualitas hidup yang

baik dan terpelihara.

Lamanya durasi penyakit diabetes menunjukkan berapa lama pasien

tersebut menderita diabetes mellitus sejak ditegakkan diagnosis penyakit

tersebut. Durasi lamanya diabetes mellitus ini dikaitkan dengan resiko

terjadinya beberapa komplikasi yang timbul sesudahnya. Faktor utama

pencetus komplikasi pada diabetes selain lama menderita adalah tingkat

keparahan diabetes. Akan tetapi, lamanya durasi diabetes yang diimbangi

dengan pola hidup sehat akan menciptakan kualitas hidup yang baik,

sehingga dapat mencegah atau menunda komplikasi jangka panjang

(Zimmet 2009).

6.5 Hambatan dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki hambatan dan keterbatasan yang membuat hasil

penelitian mempunyai kekurangan dan memerlukan penelitian yang lebih

baik. Kekurangan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Hambatan dalam penenlitian ini yaitu sebagian besar responden jarang

berada di rumah sehingga peneliti harus berulang kali mendatangi

rumah responden dengan waktu yang berbeda-beda. Hal ini membuat

waktu penelitian menjadi lebih lama.

b. Hambatan dalam penelitian ini yaitu pada saat dilakukan wawancara,

responden lebih banyak bercerita, sehingga peneliti sulit untuk

memfokuskan pada pertanyaan yang diajukan.


58

c. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak diketahui keeratan

hubungan antara lama menderita dan kualitas hidup pasien diabetes

mellitus.
BAB 7 PENUTUP

7.1 Simpulan

Penelitian tentang hubungan lama menderita dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a. Karakteristik responden yang mengalami diabetes mellitus rata-rata

berumur 54,93 tahun, responden terbanyak ialah berjenis kelamin

perempuan, responden terbanyak memiliki tingkat pendidikan perguruan

tinggi dan bekerja sebagai PNS, dan berpenghasilan rata-rata > UMR.

b. Durasi lama menderita didapatkan bahwa dari 101 responden, sebagian

besar responden dengan durasi pendek yaitu sebanyak 58,4%.

c. Nilai rata-rata kualitas hidup pasien yaitu 86,94 dan responden

terbanyak memiliki kualitas hidup baik yaitu sebanyak 59,4%.

d. Terdapat hubungan antara lama menderita dengan kualitas hidup

pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar

Banjarbaru

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat menambah data ilmiah serta kajian ilmiah yang

berkaitan dengan kesehatan masyarakat terutama studi tentang lama

menderita dan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Disarankan agar

menjadikan penelitian ini sebagai literatur bacaan bagi mahasiswa dan

mahasiswi dan juga agar dapat dipahami bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara lama menderita dan kualitas hidup pasien sehingga

55
56

dapat dijadikan sebagai landasan dalam pemberian asuhan keperawatan

dan pendidikan kesehatan.

7.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini memberikan tambahan data kepada petugas

kesehatan setempat mengenai hubungan lama menderita dengan

kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Dalam upaya meningkatkan

kualitas hidup pasien diabetes mellitus disarankan agar dapat

memberikan intervensi dengan strategi yang lebih dan dibutuhkan

kolaborasi tim kesehatan yang lebih banyak pada pasien yang telah lama

menderita diabetes mellitus. Pada pasien diabetes dengan durasi pendek

diharapkan petugas kesehatan mengajarkan bagaimana cara

mempertahankan kualitas hidup agar tetap baik dan meminimalisir

penurunan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti keeratan hubungan antara

lama menderita dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus dan

membandingkan dengan faktor lain yang berhubungan.


DAFTAR PUSTAKA

Adikusuma, W, dkk 2009, Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus


Tipe 2 yang Mendapat Antidiabetik Oral di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul Yogyakarta, Jurnal Ilmiah Ibnu Sina Fakultas Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Mataram, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta.

Aggarwal J, Kumal, M 2014, Prevalence of Microalbuminuria among Rural North


Indian Population with Diabetes Mellitus and its Correlation with
Glycosylated Haemoglobin and Smoking, in Jurnal of Clinical and
Diagnostic Research, Vol. 8, No. 7.

American Diabetes Association 2017, Standards of medical care in diabetes


2017, Clinical and Applied Research end Education, 40(1): 1-2.

Arikunto, S 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,


Jakarta.

Baradero, dkk 2009, Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Bowling 2014, Quality of Life: Measure and Meaning in Social Care Research.
http://sscr.nihr.ac.uk/PDF/MR/MR16.pdf. Diakses pada tanggal 28
September 2018.

Desy, L et al 2016, Hubungan antara Umur, Jenis Kelamin dan Tingkat


Pendidikan dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas
Ranotana Weru kota Manado. Diakses pada 20 Februari 2019
http://scholar.google.co.id

Dunning, T et al 2009, Care of People with Diabetes: Manual of Nursing Practice.

Hidayat, AA 2004, Pengantar Kosep Dasar Keperawatan, Salemba Medika,


Jakarta.

International Diabetes Federation 2015, IDF Diabetes Atlas, 7th Edition.


http://www.diabetesatlas.org/resources/2015-atlas.html. Diakses pada
tanggal 28 September 2018.
Kalda, R, et al 2008, Predictors of Quali2qty of Life of Patiens with Type 2
Diabetes, Journal Article: 2, 21-26.

Kumar, G, dkk 2014, Quality of Life (QOL) and Its Associated Factors Using
WHOQOL-BREF Among Elderly in Urban Puducherry, Journal of Clincal
and Diagnostic Researh. 2014 Jan, Vol-8(1): 54-57, India.

Luckman & Sorensen’s 2000, Medical Surgical Nursing: A Psychophysiologic


Approach Philadelphia, W.B Saunders Company.

Mabsuhah 2016, Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di RSUD dr. H. Slamet
Martodirdjo Kabupaten Pamerkasan Madura, Undergraduate thesis, UIN
Sunan Ampel, Surabaya.

Masfufah, dkk 2014, Pengetahuan, Kadar Glukosa dan Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Makassar, FKM Universitas Hasanuddin, Makassar.

Notoatmojo, S 2010, Metodologi Peneliitan Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam 2016, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 4, Salemba


Medika, Jakarta.

PERKENI 2015, Pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di


Indonesia 2015, PB PERKENI, Jakarta.

Peyrot, M, Snoek, F, et al 2005, Psychosocial problems and barriers to improved


diabetes management: Results of the cross-national Diabetes Attitudes,
Wishes and Needs (DAWN) Study, Diabetic Medicine, 22 (10), 1379-1385.

Price, Sylvia Anderson 2006, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Edisi 6. (terjemahan) Peter Anugerah, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Rabrusun, AN 2014. Hubungan antara Umur dan IMT dengan Kejadian Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Interna BLU RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou, FKM
Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Raudatussalamah & Fitri, AR 2012, Psikologi Kesehatan, Al-Mujtahadah Press,


Pekanbaru.

Reid, M.K.T & Walker, S.P 2009, Quality of Life in Caribbean youth with
Diabetes. West Indian Med Journal, 58 (3) 1-8, Indian.
Restada 2016, Hubungan Lama Menderita dan Komplikasi Diabetes Mellitus
dengan Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah
Puskesmas Gatak Sukoharjo. Publikasi Ilmiah Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian


RI tahun 2013, Riskesdas, Jakarta

Riyadi, S 2008, Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan


Eksokrin,& Endokrin pada Pankreas, Graha Ilmu, Yogyakarta

Rumahorbo, H 2014, Mencegah Diabetes dengan Perubahan Gaya Hidup. In


Media, Bogor

Sudoyo 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi V, Interna Publishing,
Jakarta.

Sugiyono 2018, Metode Penelitian Kuantitatif.Penerbit Alfabeta, Bandung.

Smeltzer, Suzzane & Bare, Brenda, G 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Soegondo 2015, Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu, Balai penerbit


FKUI, Jakarta

Suryono, S 2009, Penatalaksanaan Diabetes Terpadu. Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.

Susilo, Y, Wulandari, A 2011, Cara Jitu Mengatasi Kencing Manis, Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Taloyan, et all 2013, Health-Related Qualty of Life in Assyirian/Syirian and


Swedish-Born Paties with Type 2 Diabetes, British Juornal of Medicine &
Medical Research 3, 1847-1857.

Trisnawati 2013, Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 DI Puskesmas


Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat, Jurnal Kesehatan Ilmiah Vol.5
No.1, Jakarta

Wahyuni, Y, dkk 2014, Kualitas Hidup berdasarkan Karakteristik, Pasien


Diabetes Mellitus Tipe 2, FIK Universitas Padjajaran, Bandung.
Wijaya, AP 2013, Keperawatan Medikal Bedah 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Zimmet, P, et al 2009, Compications of Diabetes, Dalam: Gan.D.Allgot B, King H,


dkk, Penyunting Diabetes Atlas Edisi 2, Belgium: IDF 2003:72-112.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Calon Peneliti

BIODATA DIRI
Nama :RIA

Jenis Kelamin : Perempuan

TTL : Palangkaraya, 05 November 1997

Alamat Lengkap : Jl. HM. Cokrokusumo No. 58

No. Telepon : 08979047672

Alamat Email : chimi.ndutt@gmail.com

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Naman Universitas : Universitas Lambung Mangkurat

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Ilmu Keperawatan


Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan dari Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran ULM ke Dinas Kesehatan kota
Banjarbaru
Lampiran 3. Surat Balasan dari Dinas Kesehatan kota Banjarbaru
Lampiran 4. Data Kasus Diabetes Mellitus dari Dinas Kesehatan kota
Banjarbaru
Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan dan Permintaan
Data dari Program Studi Ilmu Keperawatan FK ULM ke Puskesmas Sungai
Besar
Lampiran 6. Data Kunjungan Per Bulan Pasien Diabetes Mellitus di
Puskesmas Sungai Besar
Lampiran 7. Permohonan Izin Menggunakan Kuesioner WHOQOL-BREF
Lampiran 8. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner Data Demografi

Petunjuk Pengisian: Semua pertanyaan di bawah ini harus dijawab dengan

memberi tanda Checklist (√) pada kotak/tanda kurung yang tersedia, isilah titik-

titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab selain jawaban yang telah tersedia

sesuai menurut anda. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kembali

pada peneliti.

Kode responden : .......

1. Umur bapak/ibu : (.......) Tahun

2. Jenis Kelamin :
( ) 1. Pria ( ) 2. Wanita

3. Pendidikan :
( ) 1. Tidak Sekolah ( ) 3. SMP ( ) 5. Perguruan Tinggi

( ) 2. SD ( ) 4. SMA

4. Pekerjaan :

( ) 1. Tidak bekerja ( ) 5. Petani


( ) 2. PNS ( ) 6. Wiraswasta
( ) 3. Pegawai swasta ( ) 7. TNI/Polri
( ) 4. Buruh ( ) 8. Lain-lain

5. UMR :
( ) < Rp. 2.258.000 ( ) ≥ Rp. 2.258.000

6. Lama menderita penyakit diabetes mellitus mulai dari didiagnosa secara medik
sampai saat ini:

(..........) Tahun
Lampiran 9. Kuesioner Kualitas Hidup WHOQOL-BREF

Kuesioner Kualitas Hidup WHOQOL-BREF

Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup,

kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap

pertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban

yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang

akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang

muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik.

Berilah lingkaran (O) pada angka yang anda pilih di setiap kolom jawaban yang

tersedia di bawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang anda alami.

Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan

perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan

anda pada empat minggu terakhir.

Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat


buruk biasa baik
saja
1. Bagaimana menurut 1 2 3 4 5
anda kualitas hidup
anda?

Sangat Tidak Biasa- Memuas Sangat


tidak memuas biasa kan memuas
memuas kan saja kan
kan
2. Seberapa puas 1 2 3 4 5
anda terhadap
kesehatan anda?
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal
berikut ini dalam empat minggu terakhir.

Tidak Sedikit Dalam Sangat Dalam


sama jumlah sering jumlah
sekali sedang berlebihan
3. Seberapa jauh rasa sakit 5 4 3 2 1
fisik anda mencegah
anda dalam beraktivitas
sesuai kebutuhan anda?
4. Seberapa sering anda 5 4 3 2 1
membutuhkan terapi
medis untuk dapat
berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari
anda?
5. Seberapa jauh anda 1 2 3 4 5
menikmati hidup anda?
6. Seberapa jauh anda 1 2 3 4 5
merasa hidup anda
berarti?
7. Seberapa jauh anda 1 2 3 4 5
mampu berkonsentrasi?
8. Secara umum, seberapa 1 2 3 4 5
aman anda rasakan
dalam kehidupan anda
sehari-hari?
9. Seberapa sehat 1 2 3 4 5
lingkungan dimana anda
tinggal (berkaitan dengan
sarana dan prasarana)

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut
ini dalam 4 minggu terakhir?
Tidak Sedikit Sedang Sering Sepenuh
sama kali nya
sekali dialami

10. Apakah anda memiliki 1 2 3 4 5


vitalitas yang cukup
untuk beraktivitas
sehari-hari?
11. Apakah anda dapat 1 2 3 4 5
menerima
penampilan tubuh
anda?
12. Apakah anda memiliki 1 2 3 4 5
cukup uang untuk
memenuhi kebutuhan
anda?
13. Seberapa jauh 1 2 3 4 5
ketersediaan
informasi bagi
kehidupan anda dari
hari ke hari?

14. Seberapa sering anda 1 2 3 4 5


memiliki
kesempatan untuk
bersenang-senang /
rekreasi?

Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat


buruk biasa baik
saja

15. Seberapa baik 1 2 3 4 5


kemampuan anda dalam
bergaul?

Sangat Tidak Biasa Memuas Sangat


tidak memuas -biasa kan memuas
memuas kan saja kan
kan
16. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan tidur
anda?
17. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kemampuan anda
untuk menampilkan
aktivitas kehidupan
anda sehari-hari?
18. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kemampuan anda
untuk bekerja?
19. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda terhadap diri
anda?
20. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
hubungan personal /
sosial anda?
21. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kehidupan seksual
anda?
22. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
dukungan yang
anda peroleh dari
teman anda?
23. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kondisi tempat anda
tinggal saat ini?
24. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan akses
anda pada layanan
kesehatan?
25. Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
transportasi yang
harus anda jalani?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau


mengalami hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.
Tidak Jarang Cukup Sangat Selalu
pernah sering sering
26. Seberapa sering anda 5 4 3 2 1
memiliki
perasaan negatif seperti
‘feeling blue’ (kesepian),
putus asa, cemas dan
depresi
Lampiran 10. Kisi-kisi Kuesioner Kualitas Hidup WHOQOL-BREF

Kisi-kisi kuesioner kualitas hidup

Sub Variabel Item Pertanyaan Jumlah Item

Pertanyaan

Dimensi fisik 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 7

18

Dimensi psikologis 5, 6, 7, 11, 19, dan 26 6

Dimensi sosial 20, 21 dan 22 3

Dimensi lingkungan 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, 8

dan 25
Lampiran 11. Surat Kelayakan Etik Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat
Lampiran 12. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran UNLAM kepada
Kepala Puskesmas Sungai Besar
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan kota Banjarbaru
kepada Kepala Puskesmas Sungai Besar
Lampiran 14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Besar
Lampiran 15. Lembar Informasi dan Informed Consent yang Telah Diisi oleh
Responden
Lampiran 16. Lembar Kuesioner yang Telah Diisi oleh Responden
Lampiran 18. Analisis SPSS dan Data Penelitian

1. Karakteristik Responden

Usia
N Valid 101
Missing 0
Mean 54.93
Median 55.00
Mode 55
Std. Deviation 9.212
Minimum 31
Maximum 77

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pria 42 41.6 41.6 41.6
Wanita 59 58.4 58.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 4 4.0 4.0 4.0
SMP 8 7.9 7.9 11.9
SMA 39 38.6 38.6 50.5
Perguruan Tinggi 50 49.5 49.5 100.0
Total 101 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 28 27.7 27.7 27.7
PNS 35 34.7 34.7 62.4
Pegawai Swasta 2 2.0 2.0 64.4
Buruh 4 4.0 4.0 68.3
Petani 2 2.0 2.0 70.3
Wiraswasta 24 23.8 23.8 94.1
TNI/POLRI 1 1.0 1.0 95.0
Lain-lain 5 5.0 5.0 100.0
Total 101 100.0 100.0

Penghasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < UMR 32 31.7 31.7 31.7
> UMR 69 68.3 68.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

2. Distribusi Lama Mendrita Diabetes Mellitus

Lama_Menderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jangka pendek 59 58.4 58.4 58.4
jangka sedang 18 17.8 17.8 76.2
jangka panjang 24 23.8 23.8 100.0
Total 101 100.0 100.0

3. Distribusi Kualitas Hidup Diabetes Mellitus

Kualitas_Hidup
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 41 40.6 40.6 40.6
baik 60 59.4 59.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

Kesehatan_Fisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 35 34.7 34.7 34.7
Baik 66 65.3 65.3 100.0
Total 101 100.0 100.0
Kesehatan_Psikologi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 26 25.7 25.7 25.7
Baik 75 74.3 74.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Sosial
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 27 26.7 26.7 26.7
Baik 74 73.3 73.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Lingkungan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 36 35.6 35.6 35.6
Baik 65 64.4 64.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

4. Uji Korelasi Chi-Square

5. Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lama_Menderita * 101 100.0% 0 0.0% 101 100.0%
Kualitas_Hidup
Lama_Menderita * Kualitas_Hidup Crosstabulation
Count
Kualitas_Hidup
Kurang Baik Total
Lama_Menderita Durasi Pendek 5 54 59
Durasi Sedang 14 4 18
Durasi Panjang 22 2 24
Total 41 60 101

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 61.520 2 .000
Likelihood Ratio 69.338 2 .000
Linear-by-Linear Association 56.422 1 .000
N of Valid Cases 101
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 7.31.
INISIAL UMUR J. KELAMIN PENDIDIKAN PEKERJAAN PENGHASILAN LAMA MENDERITA DURASI FISIK PSIKOLOGIS SOSIAL LINGKUNGAN TOTAL KUALITAS HIDUP
Tn. J 58 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 28 23 11 35 97 Baik
Tn. A 77 Pria SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 21 Panjang 14 14 8 26 62 Kurang Baik
Ny. S 55 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 14 Panjang 16 18 8 29 71 Kurang Baik
Tn. I 48 Pria SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 1 Pendek 27 24 10 37 98 Baik
Tn. S 38 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 1 Pendek 30 25 11 39 105 Baik
Ny. S 56 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 3 Pendek 20 17 8 28 73 Kurang Baik
Tn. D 70 Pria Perguruan Tinggi Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 20 Panjang 21 18 9 31 79 Baik
Ny. A 47 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 5 Pendek 26 24 10 37 97 Baik
Ny. S 75 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 15 Panjang 16 18 8 29 72 Kurang Baik
Ny. R 43 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 30 24 11 39 104 Baik
Ny. A 61 Wanita SMP Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 13 Panjang 17 19 8 29 73 Kurang Baik
Tn. A 55 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 30 24 10 38 102 Baik
Tn. M 38 Pria Perguruan Tinggi Wiraswasta > Rp. 2.258.000 1 Pendek 30 26 11 39 106 Baik
Tn. A 54 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 4 Pendek 25 23 9 35 92 Baik
Ny. F 63 Wanita SD Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 3 Pendek 25 15 8 28 76 Kurang Baik
Ny. M 73 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 20 Panjang 14 16 6 24 60 Kurang Baik
Tn. M 65 Pria Perguruan Tinggi Wiraswasta > Rp. 2.258.000 12 Panjang 21 19 10 30 80 Baik
Ny. R 50 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 6 Sedang 24 23 9 35 91 Baik
Tn. S 51 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 1 Pendek 30 25 12 38 105 Baik
Tn. M 35 Pria SMA Buruh > Rp. 2.258.000 1 Pendek 30 24 12 36 102 Baik
Tn. N 66 Pria SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 5 Pendek 24 23 10 33 90 Baik
Tn. Z 51 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 30 25 14 35 104 Baik
Ny. T 61 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 10 Sedang 21 20 7 24 72 Kurang Baik
Ny. M 59 Wanita SMP Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 16 Panjang 18 20 8 21 67 Kurang Baik
Tn. S 52 Pria SMA Petani < Rp. 2.258.000 7 Sedang 23 20 10 30 83 Baik
Tn. Y 59 Pria Perguruan Tinggi TNI > Rp. 2.258.000 3 Pendek 28 24 14 34 100 Baik
Tn. B 31 Pria Perguruan Tinggi Pegawai Swasta > Rp. 2.258.000 1 Pendek 32 26 12 38 108 Baik
Ny. S 55 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 15 Panjang 18 21 8 23 70 Kurang Baik
Ny. U 38 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 2 Pendek 32 24 12 38 106 Baik
Tn. M 75 Pria Perguruan Tinggi Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 15 Panjang 18 22 10 25 75 Kurang Baik
Tn. S 47 Pria SMA Lain-Lain > Rp. 2.258.000 2 Pendek 32 25 12 36 105 Baik
Ny. E 50 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 10 Sedang 20 20 10 30 80 Baik
Ny. N 47 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 5 Pendek 24 22 12 32 90 Baik
Tn. M 64 Pria SMA Lain-Lain < Rp. 2.258.000 11 Panjang 20 23 10 23 76 Kurang Baik
Tn. M 60 Pria Perguruan Tinggi Wiraswasta > Rp. 2.258.000 2 Pendek 30 25 12 35 102 Baik
Ny. A 46 Wanita SMP Wiraswasta > Rp. 2.258.000 1 Pendek 32 25 14 34 105 Baik
Ny. D 60 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 15 Panjang 18 21 8 23 70 Kurang Baik
Tn. Z 52 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 3 Pendek 29 24 11 34 98 Baik
Ny. M 58 Wanita SD Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 16 Panjang 18 20 8 23 69 Kurang Baik
Ny. K 68 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 10 Sedang 20 24 10 22 76 Kurang Baik
Tn. H 64 Pria Perguruan Tinggi Wiraswasta > Rp. 2.258.000 7 Sedang 21 24 10 22 77 Kurang Baik
Ny. S 38 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 26 18 10 23 77 Kurang Baik
Ny. N 53 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 9 Sedang 20 25 8 22 75 Kurang Baik
Tn. C 50 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 1 Pendek 30 24 12 34 100 Baik
Ny. S 53 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 12 Panjang 18 24 10 22 74 Kurang Baik
Tn. A 63 Pria SD Petani < Rp. 2.258.000 6 Sedang 22 23 12 22 79 Baik
Tn. S 55 Pria Perguruan Tinggi Wiraswasta > Rp. 2.258.000 1 Pendek 32 24 12 35 103 Baik
Tn. S 57 Pria SMA Buruh < Rp. 2.258.000 2 Pendek 30 24 11 33 98 Baik
Ny. K 56 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 11 Panjang 20 24 9 22 75 Kurang Baik
Ny. M 55 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 3 Pendek 30 23 12 32 97 Baik
Ny. M 63 Wanita SMP Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 20 Panjang 14 22 8 18 62 Kurang Baik
Ny. T 62 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 9 Sedang 20 25 9 22 76 Kurang Baik
Ny. K 49 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 4 Pendek 30 24 10 34 98 Baik
Ny. N 49 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 2 Pendek 32 24 12 32 100 Baik
Ny. E 53 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 5 Pendek 20 22 10 20 72 Kurang Baik
Ny. H 56 Wanita SMA Lain-Lain > Rp. 2.258.000 11 Panjang 18 22 8 22 70 Kurang Baik
Tn. G 48 Pria SMA Buruh < Rp. 2.258.000 2 Pendek 30 20 12 28 90 Baik
Ny. A 47 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 4 Pendek 28 24 12 32 96 Baik
Ny. E 55 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 15 Panjang 18 22 6 22 68 Kurang Baik
Tn. R 52 Pria Perguruan Tinggi Wiraswasta > Rp. 2.258.000 3 Pendek 32 24 12 34 102 Baik
Tn. A 53 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 32 26 12 35 105 Baik
Ny. A 56 Wanita SMP Wiraswasta > Rp. 2.258.000 5 Pendek 24 24 11 22 81 Baik
Tn. S 57 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 32 24 12 35 103 Baik
Ny. M 62 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 12 Panjang 18 22 8 22 70 Kurang Baik
Tn. N 61 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 1 Pendek 30 26 10 34 100 Baik
Ny. S 72 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 19 Panjang 14 18 6 20 58 Kurang Baik
Ny. J 49 Wanita SMP Wiraswasta > Rp. 2.258.000 4 Pendek 30 25 12 34 101 Baik
Ny. Y 57 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 10 Sedang 18 24 8 22 72 Kurang Baik
Tn. J 65 Pria SMA Lain-Lain > Rp. 2.258.000 3 Pendek 32 26 10 35 103 Baik
Tn. A 63 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 4 Pendek 30 24 12 34 100 Baik
Ny. N 53 Wanita Perguruan Tinggi Tidak Bekerja > Rp. 2.258.000 5 Pendek 22 24 9 22 77 Kurang Baik
Tn. M 39 Pria SMA Buruh < Rp. 2.258.000 1 Pendek 32 26 12 36 106 Baik
Tn. S 51 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 32 25 13 32 102 Baik
Ny. R 56 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 13 Panjang 16 24 8 24 72 Kurang Baik
Ny. A 48 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 3 Pendek 30 24 12 32 98 Baik
Ny. S 70 Wanita SD Tidak Bekerja > Rp. 2.258.000 20 Panjang 16 20 7 20 63 Kurang Baik
Ny. W 50 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 26 25 12 30 93 Baik
Ny. M 51 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 6 Sedang 21 25 8 22 76 Kurang Baik
Tn. I 69 Pria SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 9 Sedang 18 25 7 20 70 Kurang Baik
Ny. R 57 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 7 Sedang 20 24 8 21 73 Kurang Baik
Ny. S 59 Wanita Perguruan Tinggi Wiraswasta > Rp. 2.258.000 3 Pendek 28 22 10 28 88 Baik
Ny. T 46 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 1 Pendek 32 25 11 35 103 Baik
Tn. F 32 Pria Perguruan Tinggi Pegawai Swasta > Rp. 2.258.000 1 Pendek 32 25 13 38 108 Baik
Tn. S 56 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 30 26 12 30 98 Baik
Ny. S 48 Wanita SMA Lain-Lain < Rp. 2.258.000 3 Pendek 30 24 12 30 96 Baik
Ny. M 57 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 11 Panjang 18 25 8 22 73 Kurang Baik
Tn. S 57 Pria Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 30 26 13 28 97 Baik
Ny. M 50 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 7 Sedang 20 24 9 21 74 Kurang Baik
T. M 55 Pria SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 2 Pendek 31 26 10 35 102 Baik
Ny. W 61 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 11 Panjang 19 21 7 22 69 Kurang Baik
Ny. S 55 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 5 Pendek 22 23 10 25 80 Baik
Tn. M 40 Pria Perguruan Tinggi Wiraswasta > Rp. 2.258.000 1 Pendek 32 26 12 34 104 Baik
Ny. J 56 Wanita SMP Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 10 Sedang 20 23 10 20 73 Kurang Baik
Tn. Y 71 Pria Perguruan Tinggi Tidak Bekerja > Rp. 2.258.000 6 Sedang 22 24 10 20 76 Kurang Baik
Ny. R 48 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 2 Pendek 30 27 11 32 100 Baik
Ny. K 52 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 2 Pendek 32 27 11 32 102 Baik
Ny. S 62 Wanita SMP Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 9 Sedang 20 22 8 20 70 Kurang Baik
Ny. W 50 Wanita SMA Wiraswasta > Rp. 2.258.000 3 Pendek 30 26 12 30 98 Baik
Ny. H 53 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 3 Pendek 28 26 12 30 96 Baik
Ny. E 58 Wanita SMA Tidak Bekerja < Rp. 2.258.000 8 Sedang 20 25 9 20 74 Kurang Baik
Ny. F 54 Wanita Perguruan Tinggi PNS > Rp. 2.258.000 1 Pendek 30 26 13 28 97 Baik
Power View can only print one sheet at a time.
Please switch to the desired sheet and try again.
Lampiran 18. Keterangan Bebas Uji Plagiasi
Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai