Anda di halaman 1dari 112

HASIL PENELITIAN

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


RENDAHNYA KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES
MELITUS KETERGANTUNGAN INSULIN
DI RSU BAHTERAMAS
PROV. SULTRA

SUMARLINA
P 2016 01 039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
ii
ABSTRAK

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari


Program Studi Ilmu Keperawatan
Hasil Penelitan, Juni 2020

SUMARLINA (P.2016010639)
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA
KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS
KETERGANTUNGAN INSULIN DI RSU BAHTERAMAS PROVINSI
SUAWESI TENGGARA.
Pembimbing : 1. Armayani
2. Dwi Wulandari Ningtias

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak bisa


disembuhkan, seumur hidup, dan membutuhkan perawatan berkelanjutan. Hidup
dengan diabetes dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang jika 4 pilar
penatalaksanaannya (edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi) tidak
dijalankan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan rendahnya kualitas hidup pasien diabetes mellitus
ketergantungan insulin.
Penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross-
sectional pada semua pasien DM di RSU Bahteramas yang berjumlah 260 orang.
Sampel sebanyak 73 responden didapatkan melalui purposive sampling. Data
diolah dengan menggunakan uji Chi-Square dan dilanjutkan dengan uji Koefisien
Phi.
Hasil penelitian didapatkan bahwa aktifitas fisik (V2 = 0,274), komplikasi
(V2 = 0,299), dan penerimaan diri (V2 = 0,450) pasien DM, ketiganya memiliki
hubungan yang sedang dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien diabetes mellitus tentang pentingnya penerimaan diri,
pencegahan terjadinya komplikasi dan melakukan aktifitas fisik agar dapat
meningkatkan kualitas hidup.
Kata Kunci : Aktifitas Fisik, Komplikasi, Penerimaan Diri dan Kualitas
                          Hidup
Kepustakaan : 28 (2004 - 2020).

iii
ABSTRAK
College of health Sciences Mandala Waluya Kendari
Nursing Sciences Study Program
Research Result, June 2020

SUMARLINA (P.2016010039)
FACTORS THAT ARE RELATED TO THE LOW QUALITY OF LIFE
PATIENTS DIABETES MELLITUS INSULIN DEPENDENCE IN
BAHTERAMAS GENERAL HOSPITAL OF SOUTHEAST SULAWESI
PROVINCE.

Advisor : 1. Armayani
Advisor : 2. Dwi Wulandari Ningtias

Diabetes mellitus is a chronic disease that cannot be cured, lifetime, and


requires ongoing treatment. Living with diabetes can affect a person’s quality of
life if the 4 pillars of management (education, nutritional therapy, physical
activity, and pharmacology) are not implemented properly. This study aims to
determine the factors associated with the low quality of life patients diabetes
mellitus insulin dependence.
This study was an analytic survey study with a cross-sectional approach to
all DM patients at Bahteramas Hospital, totaling 260 people. A sample of 73
respondents was obtained through purposive sampling. The data were processed
using the Chi-Square test and continued with the Phi coefficient test.
The results showed that physical activity (V2 = 0.274), complications (V2
= 0.299), and self-acceptance (V2 = 0.450) in DM patients, all the three have a
moderate relationship wtih the quality of life of diabetes mellitus patients at
Bahteramas Hospital, Southeast Sulawesi Province.
It is hoped that the hospital will provide health education to diabetes
mellitus patients about the importance of self-acceptance, prevention of
complications and physical activity in order to improve quality of life.

Keywords: Physical Activity, Complications, Self-Acceptance and Quality of


Life
Literature: 28 (2004 - 2020).

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengajarkan kepada

manusia apa-apa yang belum diketahuinya dan memberikan hidayah dan rahmat-

Nya antara lain berupa kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan hasil penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor

Yang Berhubungan Dengan Rendahnya Kualitas Hidup Pasien Diabetes di

RSU Bahteramas Provinsi Suawesi Tenggara” ini dengan segala keterbatasan

dan kekurangan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini masih

banyak terdapat kesalahan didalamnya. Oleh karena itu saran dan kritik yang

sifatnya membangun sangat diharapkan oleh penulis sebagai suatu masukan untuk

penyempurnaan hasil penelitian ini.

Dalam penyusunan hasil penelitian ini banyak sekali kendala dan

hambatan yang penulis dapatkan namun atas bimbingan dan arahan dari berbagai

pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil penelitian ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Pembimbing

I Ibu Armayani, S.Kep, Ns, M.Kes dan Pembimbing II ibu Dwi Wulandari

Ningtias, S.Kep, Ns,M.Kep serta penguji I bapak Tasman, S.KM., M.Kes ,

penguji II ibu Ratna Umi Nurlila, S.Si.,M.Sc dan penguji III bapak Firmansyah,

S.KM., M.Kes yang dengan penuh kesabaran dan senantiasa meluangkan waktu

dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan motivasi.

Selanjutnya dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

v
1. Ketua Yayasan Mandala-Waluya Kendari.

2. Ketua STIKES-MW Kendari beserta jajarannya

3. Para Wakil Ketua STIKES-MW (Bidang Akademik, Non Akademik dan

Kemahasiswaan)

4. Para Ketua Lembaga STIKES-MW (LPPM dan LPM).

5. Ketua Program Studi Keperawatan STIKES-MW Kendari dan stafnya

6. Bapak, Ibu dosen STIKES-MW Kendari yang telah memberi ilmu

pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di

STIKES-MW Kendari.

7. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda

tercinta yang telah mendidik, mengasuh, dan membina penulis serta

memberikan do’a dan dorongan baik moril maupun materi sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.

8. Teman-Teman Seperjuangan Mahasiswa STIKES-MW Kendari

Akhirnya penulis berserah diri kehadirat-Nya, karena sadar dengan segala

keterbatasan sehingga jauh dari kesempurnaan. Namun demikian dengan penuh

harapan dan do’a semoga hasil penelitian ini nantinya bermanfaat adanya, Amin.

Kendari, Agustus

2020

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii

ABSTRAK........................................................................................................ iii

ABSTRACT..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR...................................................................................... v

DAFTAR ISI.................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL............................................................................................ ix

DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Tentang Diabetes Melitus.................................. 10


B. Kajian Umum Tentang Kualitas Hidup..................................... 23
C. Kajian Umum Tentang Variabel Independent.......................... 27
D. Tinjauan Empiris....................................................................... 33

vii
BAB II KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Peneliti................................................................... 36


B. Kerangka Konsep ..................................................................... 36
C. Variabel Penelitian.................................................................... 37
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif............................... 37
E. Hipotesis.................................................................................... 40

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian....................................................... 42


B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 43
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 43
D. Sumber dan Cara Pengumpulan Data....................................... 45
E. Pengelolaan,Analisis ,dan Penyajian data................................. 45
F. Etika Penelitian......................................................................... 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................... 49
B. Hasil Penelitian......................................................................... 54
C. Pembahasan.............................................................................. 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................... 68
B. Saran............................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Konsep Penelitian................................................................... 36


2. Rancangan Penelitian Cross Sectional.................................................... 42

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 : Aktifitas Fisik 28
Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 54
Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Umur 55
Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup 55
Tabel 5 : Distribusi Responden Berdasarkan Aktifitas Fisik 56
Tabel 6 : Distribusi Responden Berdasarkan Komplikasi 57
Tabel 7 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Komplikasi 57
Tabel 8 : Distribusi Responden Berdasarkan Penerimaan Diri 58
Tabel 9 : Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kualitas Hidup 58
Tabel 10 : Hubungan Komplikasi Dengan Kualitas Hidup 59
Tabel 11 : Hubungan Penerimaan Diri Dengan Kualitas Hidup 60

x
DAFTAR SINGKATAN

1. DM : Diabetes Mellitus
2. RSU : Rumah Sakit Umum

3. STIKES-MW : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Mandala Waluya

4. SULTRA : Sulawesi Tenggara


5. IGD : Intstalasi Gawat Darurat
6. THT : Telinga, Hidung Dan Tenggorokan
7. VCT : Voluntary Counseling And Testing
8. WHO : World Health Organization
9. IDF : International Diabetes Federation
10. INFODATIN : Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI
11. ICU : Intensive Care Unit
12. PICU :Pediatrik Intensive Care Unit
13. NICU : Neonatal Intensive Care Unit
14. ICCU : Intensive Coronary Care Unit
15. VIP : Very Important Person
16. VVIP : Very Very Important Person
17. CSSD : Central Sterile Supply Departement
18. UTD : Unit Transfusi Darah
19. IPSRS : Instalasi Pemeliharaan Sarana Dan
Prasarana Rumah Sakit

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Persetujuan Menjadi Reponden

Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

xii
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Helth Organitation 2016 memperkirakan bahwa jumlah terbesar

orang dengan diabetes berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Dimana

diseluruh dunia, antara tahun 1980 hingga 2014 jumlah penderita diabetes

meningkat dari 108 juta menjadi 422 juta jiwa yang merupakan penderita

dewasa berusia diatas 18 tahun. Sedangkan laporan IDF (2019) Jumlah

mortilitas yang berkaitan dengan kejadian penyakit DM pada tahun 2017

sebanyak 3,2-5,0 juta jiwa. Jumlah penderita DM usia 20-79 tahun terdapat 463

juta jiwa pada tahun 2019 dan menjadi 700 juta jiwa pada tahun 2045.

Dalam infodatin kemenkes RI (2018) tercatat bahwa indonesia menduduki

peringkat ke 4 dari 10 negara yang memiliki penderita diabetes terbanyak,

yaitu sebesar 8,4 juta jiwa dan pada tahun 2030 diprediksi mengalami

peningkatan sebanyak 21,3 juta jiwa (Infodatin Kemenkes RI, 2018).

Pada tahun 2000 diantara 10 negara terbesar dengan jumlah penduduk

penderita diabetes terbanyak, Indonesia menduduki peringkat ke 4 dengan

penderia diabetes 8,4 juta jiwa dan diprediksi pada tahun 2030 mengalami

peningkatan jumlah penyandang DM yaitu 21,3 juta jiwa (Infodatin Kemenkes

RI, 2018).

1
Prevalensinasionaldiabetes melitus berdasarkanRiskesdas tahun

2013adalah sebesar1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala)

sedangkan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥

15 tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi 2%. Prevalensi DM

berdasarkan diagnosis dokter dan usia ≥ 15 tahun yang terendah terdapat di

Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi DM tertinggi di

Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4% (Riskesdas,2018)

Dalam tabel 10 besar penyakit di Sulawesi Tenggara, trend penyakit yang

ada relatif tidak terlalu berbeda dari tahun ke tahun, jenis penyakit tidak

menular yang masuk dalam daftar 10 besar tidak bertambah demikian pula

urutannya di mana DM dalam urutan 5. Hal tersebut secara eksplisit

menunjukkan jumlah penderita DM di Sulawesi Tenggara yang relatif konstan

setiap tahunnya. Pada tahun 2013 dan 2014 jumlah kasus diabetes mellitus

tercatat 2,768 kasus, tahun 2015 yaitu 3.206 kasus, dan pada tahun 2016 yaitu

2,983 kasus. Pada tahun 2017 terdapat 2.436 kasus. Dan di tahun 2018

meningkat menjadi 3.701 kasus. (Dinkes Provinsi Sultra,2018).

Jumlah rate penderita diabetes di kota Kendari pada tahun 2013 sebesar 2

kasus per 1000 penduduk, kemudian pada tahun 2014 kasus diabetes melitus

sebesar 2 kasus per 1000 penduduk, dan pada tahun 2015 kasus diabetes

meningkat dengan nilai rate 4 kasus per 1000 penduduk (Dinkes Kota

Kendari,2015).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kompleks dan progresif

yang terapinya secara bertahap perlu ditingkatkan. Jika tidak dikelola dengan

2
baik dapat menyebabkan komplikasi menahun, berupa mikroangiopati dan

makroangiopati. Secara garis besar ada 2 tipe utama, yaitu diabetes melitus tipe

1 (DMT1) dan diabetes melitus tipe 2 (DMT2). DMT1 merupakan diabetes

yang disebabkan oleh destruksi sel beta yang mengarah pada kekurangan

insulin absolut. Pada DMT2 terjadi gangguan sekresi insulin yang progresif

dengan latar belakang resistensi insulin. Pada awalnya kendali glukosa darah

dapat dicapai dengan perubahan pola hidup dan obat anti hiperglikemia

parenteral non insulin ataupun anti hiperglikemia oral. Dalam perjalanannya

sebagian besar individu DMT2 akan membutuhkan insulin untuk

mengendalikan hiperglikeminya. Terapi insulin juga diberikan pada

penyandang DM tipe lain dan DM gestasional (Perkeni,2015).

Kualitas hidup merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi kesehatan seseorang. Kualitas hidup yang buruk akan

memperburuk kondisi suatu penyakit. Begitu pula sebaliknya, suatu penyakit

dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup seseorang, terutama

penyakit-penyakit kronis yang sangat sulit disembuhkan salah satunya seperti

diabetes melitus. Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa hidup

dengan diabetes mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas hidup

(Kurniawan, 2008 Dalam Zainuddin 2015).

Rendahnya kualitas hidup menyebabkan berkurangnya pengontrolan diri

yang mengakibatkan kontrol glukosa darah memburuk, meningkatkan

terjadinya resiko komplikasi, dan tmbulnya gejala DM. Kualitas hidup

dijadikan tolak ukur kemampuan individu mengatasi permasalahan fsik,

3
mempertahankan kesehatan, dan kesejahteraan jangka panjang (Jain dkk,2014

dalam Azizah 2019).

Kegiatan fisik secara teratur terbukti mengurangi sejumlah faktor-

faktor risiko aterogenik. Misalnya, membantu mengurangi obesitas dan

menurunkan tekanan darah serta memperbaiki kesensitifan insulin. Karena

itu hal tersebut harus didorong. Toleransi glukosa memiliki hubungan

positif dengan aktivitas fisik total, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik

sedang selama 5 menit (Sam,2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Odume et al., 2015 menjelaskan bahwa

keluhan mudah lelah sering dijumpai pada penderita diabetes untuk

beraktivitas sehari-hari, dan menyebabkan mobilitas kegiatan fisik dalam

menjalankan tugas-tugas menjadi berkurang. Bahkan dapat terjadi

keterbatasan dalam aktivitas sosial akibat timbulnya perasaan cemas dan

mudah tersinggung yang berlebihan terkait dengan perubahan kondisi fisik

selama sakit dan menjalani pengobatan diabetes. (Yan,2017)

Penderita diabetes mellitus dapat melakukan pencegahan sekunder

untuk mencegah terjadinya komplikasi maupun kecacatan dan kematian,

upaya yang dapat dilakukan selain pengobatan adalah dengan melakukan

perubahan gaya hidup (Kemenkes,2016 Dalam Musyafirah 2017).

Penelitian yang di lakukan oleh Sina dan Alfiandi Banjarmasin tahun

2018 , kualitas hidup penderita DM masih rendah.Pasien DM yang memiliki

kualitas hidup rendah sebanyak 76,8% didukung dengan nilai kadar glukosa

4
penderita yang tinggi. Kadar glukosa yang tinggi memicu terjadinya kompikasi DM

dan menyebabkan menurunnya kualitas hidup penderita. Penelitian yang sama juga

dilakukanoleh Younis pada tahun 2017 yang menunjukkan terdapat 74% dari

populasi penderita DM mengalami depresi danmemiliki kualitas hidup yang

rendah. Adanya kualitas hidup yang rendah dikaitkan dengan munculnya

komplikasi pada penderita DM (Younisdkk.,2017 dalam Azizah, 2019).

Seringkali pada tahap terminal akibat komplikasi dari penyakit diabetes

menyebabkan sikap penderita yang putus asa terhadap kesembuhannya.

Dengan sikap individu tersebut membentuk penerimaan diri yang kurang

baik kemudian memiliki self esteem dan personal well-being yang rendah

(Atiq ur Rehman, 2015 Dalam Yan,2017).

Berdasarkan hasilpengambilan data awal di RSU Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara diketahui bahwa jumlah pasien diabetes pada tahun 2017

berjumlah 327 pasien, 355 pasien pada tahun 2018, dan sebanyak 260 pasien

pada tahun 2019. Wawancara pada 11 pasien diabetes melitus didapatkan hasil

bahwa pasien mengeluh tidak bersemangat melakukan aktivitas sehari-hari

saat penyakitnya kambuh, seperti mempersiapkan makan dan bekerja saat

sebelum sakit sehingga aktifitas yang dilakukan berkurang. Selain itu, saat

dirawat pasien harus mengatur makanan yang dikonsumsi karena mengikuti

program diet makanan (RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara).

Kesebelas pasien mengeluh terkadang masih terasanyeri atau keram

pada kaki, merasa lemas, mudah lelah, mengeluh pusing, dan kurang nafsu

makan. Beberapa mengeluh bosan jika harus terus disuntik insulin. Selain itu,

5
6 dari 11 pasien mengalami komplikasi dan dua diantaranya akan menjalani

operasi. Perawat mengatakan beberapa pasien ada yang terlihat down atau

kurang bersemangat selama menjalani pengobatan di rumah sakit, 5 diantara

11 pasien mengerti akan penyakit yang dialami dan pasien lain mengeluh lelah

dengan penyakit yang dialaminya (RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara).

Kualitas hidup sangat penting untuk mendapatkan perhatian serius

karena berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas, bertanggung jawab

terhadap kondisi kesehatan seseorang, berat ringannya penyakit, lama

penyembuhan hingga kematian jika seseorang tersebut memiliki kualitas hidup

yang kurang baik (Zainuddin, 2015).

Kualitas hidup pasien DM penting untukditeliti secaralebihspesifik

karena memberikan dampak yang luas bagi kehidupan. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya

kualitas hidup pasien DM ketergantungan insulin.

B. Rumusan Masalah

1. Apakaha ada hubungan aktifitas fisik dengan rendahnya kualitas hidup

pasien diabetes mellitus ketergantungan insulin di RSU bahteramas?

2. Apakah ada hubungan komplikasi DM dengan rendahnya kualitas hidup

pasien diabetes mellitus ketergantungan insulin RSU bahteramas?

3. Apakah ada hubungan peneriman diri dengan rendahnya kualitas hidup

pasien diabetes mellitus ketergantungan insulin RSU bahteramas?

6
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang

berhubungan dengan rendahnya kualitas hidup pasien DM ketergantungan

insulin.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan rendahnya kualitas hidup

pasien DM ketergantungan insulin.

b. Mengetahui hubungan komplikasi dengan rendahnya kualitas hidup

pasien DM ketergantungan insulin.

c. Mengetahui hubungan penerimaan diri dengan rendahnya kualitas hidup

pasien DM ketergantungan insulin.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Pasien Diabetes Melitus

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi

mengenai diabetes melitus serta fakor yang mempengaruhi rendahnya

kualitas hidup sehingga pasien DM ketergantungan insulin dapat

meningkatkan kualitas hidupnya.

b. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan kepustakaan dalam

pengembangan ilmu kesehatan khususnya mengenai pasien diabetes

mellitus ketergantungan insulin.

7
c. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam pemberian

pendidikan kesehatan pada pasien diabetes melitus agar dapat mencapai

kualitas hidup yang baik bagi DM ketergantungan insulin pasien.

d. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan

rendahnya kualias hidup pasien DM ketergantungan insulin

2. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah dan ilmu

pengetahuan serta merupakan salah satu bahan referensi bagi peneliti

berikutnya.

D. Keaslian Penelitan

No Nama/ Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

Tahun
Penelitian

1 Loriza Hubungan penerimaan diri dan Variabel Variabel


Sativa tingkat stres pada penderita bebas, terikat
Yan, At all diabetes mellitus Objek.

2 Margharet Kualitas hidup pasien DM tipe Variabel Variabel


ateli II di puskesmas sekota kupang terikat bebas

3 Dwi Hubungan antara self Variabel Variable


murdiyanti management dan kualitas terikat bebas
prihatin P. hidup pasien DM tipe II

4 Yuli Kualitas Hidup berdasarkan Variabel Variable

8
Wahyuni, Karekteristik Pasien Diabetes terikat bebas
At all Melitus Tipe 2

5 Nur sam, Analisis hubungan activity of Variabel Variable


At all daily living (adl), aktivitas fisik bebas terikat
dan kepatuhan diet terhadap (aktifitas
kadar gula darah pasien fisik), objek
diabetes melitus di wilayah
kerja puskesmas poasia 2017

6 Ertana Hubungan lama menderita dan Variabel Variabel


Jihan komplikasi diabetes melitus terikat, bebas (lama
Restada dengan kualitas hidup pada variabel menderita)
penderita diabetes melitus di bebas
wilayah puskesmas gatak

7 Mhd. Hubungan stres dengan Variabel Variabel


Zainuddin kualitas hidup penderita terikat bebas
diabetes mellitus tipe 2

8 Eka Ayu Hubungan Peran Keluarga Variabel Variabel


Wulandari dengan Quality Of Life (QOL) terikat bebas
pada Penderita Diabetes
Mellitus di RSU Dr Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto

9 Abdul Pengaruh terapi progressive Variabel Variabel


Rokhman muscle relaxation terhadap terikat bebas
kecemasan dan kualitas hidup
pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 di rs muhammadiyah

10 Ronika Hubungan Aktifitas fisik Variabel Variabel


Sipayung dengan kejadian diabetes bebas terikat
melitus tipe 2 pada perempuan
usia lanjut di wilayah kerja

9
puskesmas padang medan 2017

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

10
A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) atau disebut diabetes merupakan penyakit

gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup

insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara

efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula

darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah

(hiperglikemia) (Kemkes RI, 2014).

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI,2015)

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas

tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau

glukosa) atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang

penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang

menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan

prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir.

(WHO Global Report, 2016).

2. Etiologi

a. Diabetes tipe I

11
DM tipe 1 juga dikenal dengan sebutan insulindependent diabetes

atau diabetes juvenile terjadi akibat adanya cellular-mediated

autoimmune yang mendestruksi sel β pankreas. Marker dari destruksi sel

β adalah autoantibodi sel islet, autoantibodi insulin, autoantibodi

Glutamic Acid Decarboxylase (GAD), dan autoantibodi Tyrosine

Phosphatase IA-2 dan IA-2β. Salah satu atau biasanya lebih dari salah

satu autoantibodi ini muncul pada 85-90% penderita saat awal dideteksi

mengalami hiperglikemia puasa (ADA, 2013).

1) Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri

tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah

terjadinya diabetes tipe I.

2) Faktor imunologi

Terdapat respon autoimun. Respons ini merupakan respons

abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan

cara bereaksi terhadap jaringan tersebut seolah-olah sebagai jaringan

asing.

3) Faktor-faktor lingkungan

Penelitian  sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-

faktor external yang  dapat  memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh

virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta.

b. Diabetes tipe II

12
DM tipe 2 atau yang juga dikenal dengan sebutan noninsulin-

dependent diabetes atau diabetes onset dewasa meliputi kondisi resistensi

insulin dan biasanya memiliki defisiensi insulin relatif. Etiologi yang

pasti dari kondisi ini tidak diketahui, tetapi tidak didapatkan adanya bukti

destruksi autoimun dari sel β (ADA, 2013).

Penyebab resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada

diabetes tipe ini sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor resiko yang

berhubungan dengan proses terjadinya diabtes tipe II yaitu usia, obesitas,

riwayat keluarga (Nurarif, 2015)

3. Klasifikasi Diabetes Melitus

Diabetes dapat diklasifikasikan ke dalam kategori umum menurut the

American Diabetes Association (ADA) sebagai berikut:

a. Diabetes tipe 1 (karena kerusakan sel b autoimun, biasanya mengarah ke

defisiensi insulin)

b. Diabetes tipe 2

Secara progresif mengalami kehilangan sekresi insulin sel b, faktor

risiko untuk terkena DM tipe 2 meningkat seiring dengan meningkatnya

usia, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. DM tipe 2 lebih sering

terjadi pada wanita dengan riwayat diabetes gestasional sebelumnya dan

pada orang dengan riwayat hipertensi dan dislipidemia.

c. Gestational diabetes mellitus (GDM) (diabetes didiagnosis pada trimester

kedua atau ketiga pada masa kehamilan, kondisi ini berhubungan dengan

meningkatnya komplikasi perinatal.). Dimana terjadinya intoleransi

13
tingkat glukosa pada masa kehamilan karena sekresi pada placenta

sehingga menyebabkan resistensi pada insulin.

d. Jenis diabetes spesifik karena penyebab lain, misal Sindrom diabetes

monogenic (seperti diabetes neonatal dan cacat genetik fungsi sel

beta/MODY), penyakit pada pankreas eksokrin (seperti fibrosis kistik

dan pankreatitis), dan diabetes yang diinduksi obat atau bahan kimia

(seperti penggunaan glukokortikoid, atau setelah transplantasi organ)

4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik

defisiesi insulin (prince & Wilson) yaitu :

a. Kadar glukosa puasa tidak normal

b. Hiperglekimia berat berakibat glukosaria yag akan menjadi dieresis

osmotic yang akan meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul

rasa haus (polidipsia)

c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB kurang

d. Lelah dan mengantuk

e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,

impotensi, peruritas vulva.

5. Patofisiologi Diabetes Melitus

14
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya

kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defek mendasar pada DM

tipe 1 disebabkan oleh proses autoimun yang melibatkan destruksi selektif

sel β pankreas oleh limfosit T aktif. Hiperglikemi puasa terjadi akibat

produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Selain itu glukosa yang

diperoleh dari makanan, tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap

berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah

makan).

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi

insulin, namun karena adanya resistensi insulin sebagai masalah utama yang

berhubungan dengan insulin. Resistensi insulin adalah keadaan dimana sel-

sel sasaran dari insulin tidak dapat merespon insulin secara normal.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.

Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu

rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin

pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan

demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan

glukosa oleh jaringan.

Diabetes mellitus dan kehamilan. Diabetes yang terjadi selama

kehamilan perlu mendapat perhatian khusus. Wanita yang sudah diketahui

menderita diabetes mellitus sebelum terjadinya pembuahan harus

mendapatkan penyuluhan atau konseling tentang penatalaksanaan diabetes

selama kehamilan. Pengendalian Diabetes Mellitus yang buruk

15
(hiperglikemia) pada saat pembuahan dapat disertai timbulnya malformasi

kongenital. Karena alasan inilah, wanita yang menderita diabetes mellitus

harus mengendalikan penyakitnya dengan baik sebelum konsepsi terjadi dan

sepanjang kehamilannya.

Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan

lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami

peningkatan selera makan  (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.

Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal

insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)

dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam

amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses

ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan

hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang

mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk

samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang

mengganggu keseimbangan asam basah tubuh apabila jumlahnya

berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-

tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas

berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan

kesadaran, koma bahkan kematian.

Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan

memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala

hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar

16
gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. (Joyce,

M Black & Jane, H. 2014).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:

a. Postprandial

Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas

130 mg/dl mengindikasikan diabetes.

b. Hemoglobin glikosilat

Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah

selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan

diabetes.

c. Tes toleransi glukosa oral

Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75

gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang

normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.

d. Tes glukosa darah dengan finger stick

Jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada

sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer,

pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang

dapat dilakukan dirumah (Brunner & Sudarth, 2002).

7. Komplikasi

17
Jika tidak dikontrol dengan baik diabetes dapat menyebabkan

kebutaan, gagal ginjal, amputasi tungkai bawah dan beberapa konsekuensi

jangka panjang lainnya hal itu berdampak signifikan pada kualitas hidup

seseorang (ADA,2018)

Microvascular Complications menurut ADA, adalah :

a. Diabetic kidney disease

Penyakit ginjal kronis (CKD) didiagnosis karena ekskresi albumin

urin (albuminuria) yang tinggi secara terus menerus, estimasi laju filtrasi

glomerulus rendah (eGFR), atau manifestasi kerusakan ginjal lainnya .

Penyakit ginjal diabetik atau CKD terjadi pada 20– 40% pasien dengan

diabetes. Penyakit ginjal diabetik dapat berkembang menjadi penyakit

ginjal stadium akhir (ESRD) yang membutuhkan dialisis atau

transplantasi ginjal. Selain itu, di antara orang dengan tipe 1 atau 2

diabetes, kehadiran CKD nyata meningkatkan risiko kardiovaskular.

Data yang dikumpulkan dari 54 negara menunjukkan bahwa

setidaknya 80% dari kasus penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) adalah

disebabkan oleh diabetes, hipertensi atau kombinasi keduanya. Proporsi

ESRD disebabkan diabetes saja berkisar antara 12–55%. Kejadian ESRD

hingga 10 kali lebih tinggi pada orang dewasa dengan diabetes.

Prevalensi ESRD sangat tergantung pada dialisis dan penggantian ginjal

(WHO,2016).

b. Diabetic retinopathy

18
Retinopati diabetes adalah sangat khas sebagai komplikasi

pembuluh darah pada diabetes tipe 1 dan tipe 2 dengan prevalensi kuat

terkait dengan durasi diabetes dan tingkat kontrol glikemik. Retinopati

diabetes adalah penyebab baru kasus kebutaan di kalangan orang dewasa

berusia 20-74 tahun di negara maju. Glaukoma, katarak, dan gangguan

mata lainnya terjadi lebih awal dan lebih sering pada penderita diabetes.

Selain durasi diabetes, faktor yang meningkatkan risiko, atau

terkait dengan retinopati adalah hiperglikemia kronis, penyakit ginjal

diabetes, hipertensi, dan dislipidemia (WHO,2016)

c. Neuropathi

Neuropati diabetes adalah kelompok gangguan heterogen dengan

manifestasi klinis yang beragam. Pemeriksaan awal dan penatalaksanaan

neuropati yang tepat pada pasien dengan diabetes adalah penting. Jenis-

jenis gangguan neuropati yaitu neuropati jantung, neuropati

gastrointestinal, gangguan genitourinari, hipotensi orostatik,

gastroparesis

Menurut Price & Wilson (2006), komplikasi DM dibagi dalam 2

kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular

jangka panjang.

a. Komplikasi Metabolik Akut

1) Hyperglikemia.

Hiperglikemi adalah kadar glukosa darah yang tinggi pada

rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.

19
Yang tergolong komplikasi  metabolisme akut  hyperglikemia

yaitu :

a) Ketoasidosis Diabetik (DKA)

Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami

hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis,

peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas

disertai pembentukan benda keton. Peningkatan keton dalam plasma

mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan

beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.

b) Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK)

Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan karena

defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa

ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum > 600

mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis

osmotik dan dehidrasi berat.

c) Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin)

Terutama komplikasi terapi insulin. Penderita DM mungkin

suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada

yang dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa normal yang

mengakibatkan terjadinya hipoglikemia.

Menurut Brunner & Suddarth (2002) hipoglikemia adalah

keadaan dimana kadar gula darah turun dibawah 50-60 mg/dl (2,7-

3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau

20
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu

sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.

b. Komplikasi Kronik Jangka Panjang

1) Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang

kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerolus ginjal

(nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik).

2) Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis berupa

aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh

insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit vaskular.

Gangguan dapat berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskular,

hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan darah.

3) Rentan infeksi seperti TB paru, gingivitis, dan infeski saluran kemih.

4) Kaki diabetik, perubahan pada mikroangiopati dan makroangiopati dan

neuropati menyebabkan peruahan pada ekstermitas bawah.

Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi,

penurunan sensesi dan hilangnya fungsi saraf sensorik.

7. Terapi Insulin

Penemuan insulin hampir 90 tahun yang lalu merupakan salah satu

tonggak sejarah terbesar dalam bidang kedokteran. Dalam 20 tahun terakhir,

telah banyak kemajuan dalam terapi insulin termasuk teknologi pemurnian

insulin dan penemuan insulin manusia (human insulin) serta insulin analog.

Insulin merupakan terapi farmakologis DM yang paling poten namun

memerlukan pemantauan yang lebih berhati- hati mengingat efek samping

21
hipoglikemia. Terapi insulin harus memperhatikan aspek keamanan, efikasi,

efek samping peningkatan berat badan, dan biaya.

Insulin telah digunakan sejak tahun 1922, lama sebelum obat anti

hiperglikemik oral ditemukan. Tujuan terapi insulin adalah menirukan pola

sekresi insulin endogen pada individu normal . Oleh sebab itu setiap dokter

harus memahami farmakokinetik dan farmakodinamik sediaan insulin, agar

dalam praktek sehari-hari dapat menggunakan insulin dengan tepat tanpa

efek samping.

a. Jenis insulin

Saat ini di Indonesia tersedia berbagai jenis insulin dan dapat

dikelompokkan berdasarkan asalnya diantaranya Insulin manusia dan

Insulin analog

b. Lama kerja (pemberian subkutan)

1) Insulin kerja pendek/cepat (insulin terkait dengan makan)

Lama kerja 4-8 jam, digunakan untuk mengendalikan glukosa

darah sesudah makan, dan diberikan sesaat sebelum makan.

Contohnya insulin manusia regular kerja pendek (diberikan 30-45

menit sebelum makan dengan lama kerja 6-8 jam), insulin analog

kerja cepat (diberikan 5-15 menit sebelum makan dengan lama kerja

4-6 jam).

2) Insulin kerja menengah

Lama kerja 8-12 jam, diabsorpsi lebih lambat, dan menirukan

pola sekresi insulin endogen (insulin puasa). Digunakan untuk

22
mengendalikan glukosa darah basal (saat tidak makan/puasa ).

Contohnya insulin manusia NPH.

3) Insulin kerja panjang

Lama kerja 12-24 jam, diabsorpsi lebih lambat, mengendalikan

glukosa darah basal. Digunakan 1 kali (malam hari sebelum tidur)

atau 2 kali (pagi dan malam hari). Contohnya insulin analog kerja

panjang.

c. Konsep insulin basal dan prandial

Pada individu normal, insulin disekresikan oleh sel beta pada kondisi

basal (puasa) untuk mengendalikan glukosa darah basal. Insulin juga

disekresikan pada saat makan untuk mengendalikan glukosa darah sesudah

makan. Pada penyandang diabetes kekurangan insulin basal menyebabkan

hiperglikemi basal, kekurangan insulin post-prandial menyebabkan

hiperglikemia postprandial. Pada penyandang diabetes substitusi insulin

basal bertujuan untuk mengendalikan kadar glukosa darah basal, substitusi

insulin prandial bertujuan untuk mengendalikan kadar glukosa darah post

prandial. Pemahaman ini disebut sebagai konsep basal dan prandial .

Sediaan insulin yang tersedia mengikuti konsep basal dan prandial.

Penggunaan jenis insulin basal dan atau prandial disesuaikan dengan kondisi

klinis setiap individu, di antaranya respons terhadap insulin, jumlah

makanan, jenis aktivitas sehari-hari, stres (fisik, psikis), dan kemampuan

ekskresi.

d. Insulin biosimilar

23
Insulin biosimilar dibuat sangat mirip dengan produk insulin

original/rujukan, dengan menggunakan teknik yang serupa tapi tidak identik

dengan yang digunakan oleh pemegang paten original. Jadi meskipun

memiliki asam amino yang sama namun karakteristik dan profil klinisnya

sedikit berbeda dengan originatornya. Imunogenisitas, pembuatan, regulasi,

dan substitusi merupakan aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam

menggunakan insulin biosimilar. Produsen biosimilar tidak harus

mengeluarkan biaya riset dan pengembangan maupun uji klinis skala penuh,

sehingga harganya mungkin lebih murah dari originatornya. Hal ini dapat

mengurangi biaya pengobatan diabetes, memperluas kompetisi pasar, serta

meningkatkan aksetabilitas dan menambah alternatif insulin bagi

penyandang diabetes.

B. Tinjauan Umum Tentang Kualitas Hidup

1. Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan kemampuan individu dalam menikmati

kepuasan selama hidupnya, kualitas hidup sangat berkaitan dengan hal-hal

yang kompleks seperti kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat

kemandirian, hubungan sosial, dan hubungan individu tersebut dengan

lingkungannya (WHO, 2007)

Kualitas hidup sering dihubungkan dengan komponen kebahagiaan

dan kepuasan dengan kehidupan, kualitas hidup dapat dikatakan sebagai

bagaimana baik atau buruknya seseorang memandang hidup mereka (Singh

& Bradley, 2006).

24
2. Aspek-Aspek Kualitas Hidup

Aspek – Aspek Kualitas Hidup Menurut WHOQOL-BREF (dalam

Nimas, 2012) terdapat empat aspek mengenai kualitas hidup, diantaranya

sebagai berikut :

a. Kesehatan fisik, diantaranya aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada

zat obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit

dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, serta kapasitas kerja.

b. Kesejahteraan psikologi, diantaranya image tubuh dan penampilan,

perasaan negative, perasaan positif, harga diri,

spiritualitas/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan

konsentrasi.

c. Hubungan sosial, diantaranya hubungan pribadi, dukungan sosial,

aktivitas seksual.

d. Hubungan dengan lingkungan, diantaranya sumber keuangan, kebebasan,

keamanan fisik dan keamanan Kesehatan dan perawatan sosial:

aksesibilitas dan kualitas, lingkungan rumah, Peluang untuk memperoleh

informasi dan keterampilan baru, partisipasi dalam dan peluang untuk

kegiatan rekreasi, olahraga, lingkungan fisik (polusi, suara, lalu lintas,

iklim), mengangkut.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kualitas Hidup Faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup yaitu :

a. Jenis kelamin

25
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi tingkat kualitas hidup

individu. jenis kelamin wanita memiliki tingkat kualitas hidup lebih

rendah daripada laki-laki.

b. Tingkat pendidikan

Faktor pendidikan merupakan faktor penting untuk memahami dan

melakukan manajemen diri untuk mencegah timbulnya komplikasi.

Semakin baik tingkat pendidikan, individu lebih mudah menerima

informasi mengenai kesehatannya dan menerapkannya sehingga kualitas

hidup lebih baik.

c. Usia

Status kualitas hidup dipengaruhi oleh faktor usia, semakin

bertambah usia individu akan mengalami penurunan kesehatan yang

memberikan dampak menurunnya kualitas hidup.

d. Ekonomi

Sosial Status ekonomi sosial berhubungan dengan pendapatan yang

diperoleh penderita DM. Sosial ekonomi yang rendah akan berdampak

pada kualitas hidup yang rendah.

e. Lama menderita DM

Lama menderita DM berhubungan dengan tingkat kecemasan yang

menimbulkan gejala hingga komplikasi yang mengakibatkan penurunan

kualitas hidup pasien.

26
f. Komplikasi

Pasien DM tipe 2 yang memiliki komplikasi menunjukkan dampak yang

signifikan terhadap kualitas hidup yang rendah. (Al hayek,2014 dalam

Azizah, 2019)

4. Alat Ukur Kualitas Hidup

Pengukuran kualitas hidup dapat diukur dengan World Health

Organization Quality of Life – Brief (WHOQOL-BREF) yaitu instrument

yang paling sering digunakan dalam mengukur kualitas hidup. WHOQOL-

BREF merupakan versi singkat WHOQOL-100 dimana sebelumnya

terdapat 6 domain menjadi 4 domain. Domain kesehatan fisik dengan

tingkat kebebasan dijadikan satu domain, domain psikologi dengan

spiritual/agama/kepercayaan digabung menjadi satu domain.WHOQOL-

BREF domain yang digunakan meliputi fisik, psikologis, hubungan sosial

dan lingkungan

Kualitas hidup dapat diukur menggunakan instrumen khusus terhadap

suatu penyakit. Beberapa instrumen khusus yang dapat digunakan

diantaranya The Kidney Disease Quality of Life (KDQOL), The Diabetes

Quality of Life Clinical Trials Questionnaire Revised (DQLCTQ-R), The

Minnesota Living with Heart Failure Questionnaire (MLHFQ), dan The

Arthritis Impact Measurement Scales (AIMS).

Diabete Qualiy Of Life (DQOL) adalah instrument untuk mengukur

kualitas hidup terkait kesehatan yang berhubungan dengan DM. Instrumen

ini terdiri atas 46 item pertanyaan untuk menilai kualitas hidup yang dibagi

27
dalam 4 domain dan dipersingkat oleh burroughs menjadi 15 item

pertanyaan yang terbagi dalam 2 skala, terdiri dari 8 item pertanyaan tentang

kepuasan pasien terhadap penyakitnya dan 7 item mengenai dampak yang

dirasakan akibat penyakitnya. Hasil uji validitas dari instrument pada 498

sampel adalah valid dan memiliki nilai uji reabilitas 0,85 (Azizah,2019)

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Indpendent

1. Aktifitas Fisik

a. Pengertian aktifitas fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka

yang memerlukan suatu pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik

akan menjadi salah satu fakor risiko independen dalam suatu penyakit

kronis yang bisa menyebabkan kematian secara global. (WHO 2016

dalam sam 2017)

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot

rangka sebagai suatu pengeluaran tenaga yang meliputi pekerjaan, waktu

senggang, dan aktivitas sehari-hari. Departemen kesehatan menyatakan

bahwa aktivitas fisik merupakan aktivitas sehari-hari yang meliputi

kegiatan waktu belajar, kegiatan berolahraga dan kegiatan waktu luang

yang diukur dengan skor yang telah ditetapkan (Depkes, 2008).

Salah satu manfaat dari aktivitas fisik adalah menurunkan kadar

gula darah, dimana latihan fisik akan mencegah akumulasi berlebih gula

dalam sirkulasi darah. Saat berolahraga, otot akan mengambil pasokan

gula dari sirkulasi dan mengubahnya dalam bentuk energi, hal ini tentu

28
akan mengurangi risiko diabetes. Manfaat yang kedua dari aktivitas fisik

adalah peningkatan besar dalam sensivitas transport glukosa akibat

stimulasi insulin. Efek ini disebabkan translokasi berlebih transporter

glukosa GLUT-4 kepermukaan sel untuk setiap dosis tertentu insulin.

Namun mekanisme seluler yang dapat menyebabkan hal ini masih belum

diketahui secara pasti ( Hansen 2008 dalam Sam 2017)

Aktivitas fisik akan meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik,

psikis maupun sosial dan tampak sehat. Bagi pasien diabetes melitus,

aktivitas fisik dapat mengurangi resiko kejadian kardiovaskular serta

meningkatkan harapan hidup. Pada diabetes melitus tipe 2, aktivitas fisik

dapat memperbaiki kendali glukosa secara menyeluruh (Sam,2017)

Tabel 1
Tingkat Aktivitas Fisik Menurut Who

Jenis aktivitas Jenis Kegiatan Contoh Aktivitas

Aktivitas rendah 75% dari waktu yang Duduk, berdiri, mencuci


digunakan adalah untuk piring, memasak,
duduk atau berdiri dan menyetrika, bermain
25% untuk kegiatan musik, menonton tv,
berdiri dan berpindah mengemudikan

29
kendaraan, berjalan
perlahan.

Aktivitas sedang 40% dari waktu yang Menggosok lantai,


digunakan adalah untuk mencuci mobil,
duduk atau berdiri dan menanam tanaman,
60% adalah untuk bersepeda pergi pulang
kegiatan kerja khusus beraktivitas, berjalan
dalam bidang sedang dan cepat,
pekerjaannya bowling, golf, berkuda,
bermain tenis meja,
berenang, voli

Aktivitas tinggi 25% dari waktu yang Membawa barang berat,


digunakan adalah untuk berkebun, bersepeda (16-
duduk atau berdiri dan 22km/jam), bermain
75% adalah untuk sepak bola, bermain
kegiatan kerja khusus basket, gym angkat berat,
dalam bidang berlari.
pekerjaannya

b. Alat ukur aktifitas fisik

Instrumen aktifitas fisik yang dapat digunakan adalah Global

Physical Activity Quesinery (GPAQ) yang diadaptasi dari WHO STEPS

Surveillance Manual dan telah diadaptasi kedalam bahasa Indonesia, di

uji validitas dan reabilitasnya oleh werdani dan triyanti kemudian

digunakan dalam penelitian karolina tahun 2017. Kuesioner ini terdiri 16

30
pertanyaan sederhana terkait dengan aktifitas sehari-hari yang dilakukan

selama satu minguu terakhir dengan menggunakan indeks aktifitas fisik

meliputi 4 domain yaitu aktifitas saat bekerja, aktifitas perjalanan dari

suatu tempat ke tempat lain, aktifitas rekreasi, dan aktifitas menetap.

2. Komplikasi

Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi diabetes mellitus

yang masing – masing mempunyai data pendukung yang kuat. Teori utama

adalah hipotesis genetik yang menyatakan timbulnya kelainan pembuluh

darah pasien diabetes mellitus tidak berhubungan dengan abnormalitas

metabolik tetapi memang sedikit / banyak sudah ditentukan oleh faktor

genetik. Teori kedua adalah hipotesis metabolik yang menyatakan

komplikasi kronik adalah sebagai akibat kelainan metabolik atau

hiperglikemia pada penderita diabetes mellitus (Dian, 2016).

Hasil penelitian Resatada 2016 menunjukkan jumlah responden yang

mengalami komplikasi paling besar dengan 1 komplikasi adalah 60 orang

(67,4%) dari pada yang terkena 2 komplikasi atau lebih (32,6%) atau 29

orang. Komplikasi akut dan kronis pada pasien DM merupakan hal yang

serius. Gangguan pada produksi insulin akan menimbulkan berbagai

permasalahan baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler. Dinyatakan pula

dalam penelitian Solli et al (2010), komplikasi yang bisa terjadi pada pasien

DM tipe 2 adalah penyakit jantung iskemik, stroke dan neuropati.

31
Komplikasi diabetes mellitus adalah pasien DM yang didiagnosis oleh

dokter menderita penyakit tambahan yang merupakan akibat dari penyakit

diabetes mellitus yang tercatat di rekam medik pasien.

3. Penerimaan Diri

a. Pengertian penerimaan diri

Penerimaan diri merupakan suatu kondisi dimana individu

dapat mengaktualisasi diri dengan menerima segala kelebihan dan

kelemahannya. Penerimaandiripadapenderitadiabetesmerupakan

sebuahprosesadaptasi terhadappermasalahankondisi kesehatanyangtidak

menyenangkanuntukmencegahterjadinyakomplikasiakibatDM(Azizah,2

019)

Berdasarkan hasil penelitian WHO (Centers for Disease Control

and Prevention, 2014) menyebutkan bahwa seperlima sampai dengan

setengah dari penderita diabetes mellitus mengalami kecacatan menahun

yang mengakibatkan munculnya keputusasaan, merasa diri tak berguna,

tidak ada gairah hidup, disertai keinginan berbicara, makan dan bekerja

yang menurun. Hal ini berlaku bagi penderita diabetes mellitus dalam

kondisi sakit. (Yan, 2017)

Penerimaan diri yang kurang baik merupakan menerima situasi

seperti apa adanya dan menyadari bahwa tidak ada lagi yang dapat di

lakukan untuk mengubahnya. (Kariadi, 2003 Dalam jurnal Yan,2017)

Aspek penerimaan diri adalah sebagai berikut :

32
1) Perilaku berdasarkan standart dan nilai dari dirinya sendiri bukan dari

orang lain

2) Memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menghadapi masalah

kondisinya

3) Bertanggung jawab terhadap perilakunya dan menerima konsekuensi

dari perilakunya

4) Menerima pujian atau kritikan dari orang lain secara objektif

5) Tidak mencoba untuk menyangkal atau menyimpangkan perasaan

yang ada dengan denganpenghukumandiri;

6) Menganggap dirinya berharga sebagai manusia yang sederajat yang

sama denganoranglain;

7) Tidak berfikir bahwa orang lain menolak dirinya baik ada alasan untuk

menolakataupuntidakmenolaknya;

8) Tidak menganggap dirinya sebagai orang yang sangat berbeda dengan

orang lain (Berger dalam Azizah,2019).

b. Alat ukur penerimaan diri

DiukurdenganInstrumenUnconditionalSelf-Acceptance

Questionnaire(USAQ) yang telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh

Yulistiana tahun 2018 yang terdapat 21 pertanyaan dengan 4 indikator

yang meliputi indvidu menerima diri tanpa syarat (6 item), individu

menyadari bahwa manusia memiliki kelemahan (5 item),individu

menyadari bahwa hal positif dan negatif dalam diri (5 item), individu

menyadari diri sebagai pribadi berharga (5 item). Pilihan jawaban

33
menggunakan skala likert. Keterangan penilaian pertanyaan favourable

adalah sangat sesuai = 7, sesuai = 6, agak sesuai = 5, ragu-ragu = 4, agak

tidak sesuai = 3, tidak sesuai = 2, sangat tidak sesuai = 1 sedangkan

keterangan pernyataan unfavourable sangat sesuai = 1, sesuai = 2, agak

sesuai = 3, ragu-ragu = 4, agak tidak sesuai = 5, tidak sesuai = 6, sangat

tidak sesuai = 7. Skor terendah 21 dan skor tertinggi 147. Semakin tinggi

nilai yang didapatkan mengartikan bahwa semakin baik penerimaan diri

pasien DM (Azizah, 2019).

D. Tinjauan Empiris

1. Nur Sam, 2017

Berdasarkan uji statistik bivariat dengan menggunakan uji chi square

antara variabel dependen dan independen maka diketahui bahwa ada

hubungan yang signifikan antara activity of daily living dengan

terkontrolnya kadar gula darah penderita diabetes mellitus dengan nilai P

value 0,045., ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan

terkontrolnya kadar gula darah pasien diabetes melitus dengan nilai P value

0,00, dan ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet dengan

terkontrolnya kadar gula darah pasien diabetes melitus dengan nilai P value

0,008.

2. Loriza Sativa Yan, 2017

Hasil uji spearman rank-test telah menunjukkan adanya signifikan

hubungan antar variabel penerimaan diri dan tingkat stres diantara penderita

diabetes mellitus (P-value=0,002). Nilai hubungan antar variabel penelitian

34
ini menggambarkan arah korelasi tingkat stress dengan kekuatan korelasi

sedang (r=-0,347). Hal ini berarti bahwa apabila terdapat penerimaan diri

yang kurang baik menyebabkan adanya penilaian negatif terhadap diri

sendiri dihadapan orang lain sehingga memicu meningginya tingkat stress

pada penderita diabetes mellitus tersebut.

3. Ertana Jihan Restada, 2016

Dari hasil pengujian Chi Squere diketahui bahwa hubungan

komplikasi dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus r hitung =

- 0,087 dengan p = 2,935. Selanjutnya koefisien korelasi adalah positif

(0,087) sehingga hubungan lama menderita dengan kualitas hidup adalah

positif maka Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara

komplikasi dengan kualitas hidup tidak ada hubungan yang signifikan.

Hasil pengujian Chi Squere hubungan lama menderita dengan

kualitas hidup pada penderita diabetes melitus r hitung = 0,561 dengan p =

1,157. Selanjutnya koefisien korelasi adalah positif (0,561) sehingga

hubungan lama menderita dengan kualitas hidup adalah positif maka Ho

diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara lama menderita

dengan kualitas hidup tidak ada hubungan yang signifikan.

4. Yuli Wahyuni, 2014

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup (QoL) pasien

DM tipe 2 secara keseluruhan adalah tinggi (56,18%). Berdasarkan umur,

QoL tinggi terbesar adalah lansia (65,9%) dan QoL rendah terbesar adalah

dewasa madya (53,84%). Jenis kelamin, QoL tinggi terbesar adalah laki-

35
laki (58,97%) dan QoL rendah terbesar adalah perempuan (46%). Tingkat

pendidikan, QoL tinggi terbesar berada pada perguruan tinggi (78,26%) dan

QoL rendah terbesar berada pada SD (65%). Berdasarkan sosial ekonomi,

QoL tinggi terbesar adalah penghasilan lebih dari >5 juta (87,5%) dan QoL

rendah terbesar adalah 10 tahun (66,67%) dan QoL rendah terbesar adalah

< 1 tahun (53,33%). Berdasarkan status pernikahan QoL tinggi terbesar

adalah menikah (56,16%) dan QoL rendah terbesar adalah janda/duda

(46,67%). Perawat diharapkan dapat membantu pasien dengan karekteristik

tingkat pendidikan SD, usia dewasa madya, penghasilan

5. Margaretha Tell, 2017

Hasil penelitian dengan menggunakan uji T-test menunjukan terjadi

penurunan kualitas hidup pasien DM tipe 2 pada semua aspek kesehatan

antara lain fungsi fisik, fungsi sosial, kesehatan mental, kesehatan umum,

nyeri, perubahan peran akibat masalah fisik, perubahan peran dengan

masalah emosional dengan nilai <80. Hasil penelitian menunjukan tidak

hubungan antara umur, keteraturan minum obat, keteraturan mengecek gula

darah dengan kualitas hidup. Ada hubungan yang bermakna antara jenis

kelamin, komplikasi dan lamanya menderita DM dengna kualitas hidup

pasien DM tipe 2 dengan P value = 0,000.

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian

36
Kualitas hidup adalah faktor penting bagi kesehatan penderita DM.

Yakni kemampuan dalam menikmati kesehariannya untuk menjaga kesehatan

fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan sekitar. Aktivitas fisik pada

penderita DM dapat menurunkan kadar gula darah dimana otot mengambil

pasokan gula dari sirkulasi dan mengubahnya menjadi energi. Komplikasi yang

dialami pasien DM menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidupnya.

Penerimaan diri yang kurang baik pada penderita DM berkaitan dengan

responnya yang kurang percaya diri, merasa mudah sensitif ketika orang lain

mengkritik tentang kesehatannya. Jika hal ini terus berlanjut, penderita

cenderung tidak mandiri dalam pemeliharaan status kesehatannya. Seseorang

yang menderita penyakit DM penting untuk menjaga kualitas hidup guna

mencapai derajat kesehatan yang maksimal.

B. Kerangka Konsep

Aktifitas Fisik

Rendahnya
Komplikasi Kualitas
Hidup Pasien
DM

37
Penerimaan Diri

Gambar 1 : Kerangka konsep

Keterangan :

: Variabel Dependent (Variabel terikat)

: Variabel Independent (Variabel bebas)

: Hubungan

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel

lainnya dimana variabel independen pada penelitian ini adalah aktifitas

fisik, komplikasi dan penerimaan diri

2. Variabel Dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independent dimana variabel ini adalah kualitas hidup.

D. Defenisi Operasional Dan Kriteria Obyektif

Definisi operational pada penelitian ini meliputi variabel independen

yaitu aktifitas fisik, komplikasi dan penermaan diri dan variabel dependen yaiu

kualitas hidup. Dengan menggunakan alat ukur berupa quesioner.

38
1. Kualitas Hidup

Kualitas hidup yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

kemampuan individu dalam menikmati kepuasan selama hidupnya seperti

kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial,

dan hubungan individu tersebut dengan lingkungannya.

Quesioner yang digunakan adalah DQOL ( Diabetes Quality Of Life)

Dimana terdapat 12 pertanyaan yang terbagi menjadi dua skala, 7 tentang

kepuasan pasien mengenai penyakit dan pengobatannya. 5 mengenai

dampak yang dirasakan. Pilihan jawaban dengan menggunakan skala likert.

Nilai terendah adalah 16 (0%) dan nilai tertinggi adalah 60 (100%).

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus Sugiono (2010).

R
I=
K

Keterangan : I = Interval kelas

R= Range (Kisaran nilai tertinggi dan terendah)

K= Jumlah kategori 2 ( baik dan kurang)

R 100 %
Jadi untuk I= = = 50%
K 2

Kriteria Objektif :

a. Baik : Bila skor jawaban responden ≥ 50% dari total pertanyaan

b. Kurang : Bila skor jawaban responden <50% dari total pertanyaan

2. Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan

sehari-hari anggota tubuh yang mengeluarkan tenaga secara sederhana.

39
Kriteria penilaian didasarkan atas jumlah pertanyaan sebanyak 16

pertanyaan yang akan dikategorikan berdasarkan total volume aktifitas fisik

yang disajikan dalam satuan MET (Menit/Minggu) dengan menggunakan

scala guatman. Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus total

aktifitas fisik dalam seminggu :

Total aktifitas MET (Menit/Minggu) :


[(D2 x D3 x 8) + (D5 x D6 x 4) +
(D8 x D9 x 4) + (D11 x D12 X 8) +
(D14 x D15 x 4)]

Kriteria Objekif :

a. Aktifitas fisik kurang jika nilai MET-Menit/Minggu <600

b. Aktifitas fisik baik jika nilai MET-Menit/Minggu ≥600 (Karolina,2017)

3. Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus pada penelitian ini adalah responden

yang didiagnosis oleh dokter menderita penyakit tambahan akibat dari

diabetes mellitus seperti hiperglikemi, jantung koroner, stroke, retinopati,

gagal ginjal dan neuropati (Restada,2016). Variabel ini didapatkan dengan

melihat rekam medik responden. Kriteria penilaian dinilai berdasarkan skala

likert. Kriteria Objektif :

a. Mengalami komplikasi : jika responden memiliki penyakit tambahan

yang tercatat direkam medik.

b. Tidak Komplikasi : jika responden tidak memiliki penyakit tambahan

yang tercatat direkam medik.

4. Penerimaan Diri

40
Penerimaandiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan

mampu, perasaan dihargai dan perasaan diterima yang dimaksudkan untuk

mencerminkan perilaku berdasarkan faktor dan aspek penerimaan diri.

Kriteria penilaian dinilai berdasarkan skala likert mulai dari nilai 1 sampai

7, yang memiliki 21 pernyataan. Sehingga diperoleh skor terendah 21 dan

skor tertinggi 147. Kemudian diukur dengan menggunakan rumus Sugiono

(2010).

R
I=
K

Keterangan : I = Interval kelas

R= Range (Kisaran nilai tertinggi dan terendah)

K= Jumlah kategori 2 ( baik dan kurang)

R 100 %
Jadi untuk I= = = 50%
K 2

Kriteria Objektif :

a. Baik : Bila skor jawaban responden ≥ 50% dari total pertanyaan

b. Kurang : Bila skor jawaban responden <50% dari total pertanyaan

E. Hipotesis

1. Aktifitas Fisik

41
Ho : Tidak ada hubungan aktifitas fisik dengan rendahnya kualitas hidup

pasien DM ketergantungan insulin

Ha : Ada hubungan indeks massa tubuh dengan rendahnya kualitas hidup

pasien DM ketergantungan insulin

2. Komplikasi

Ho : Tidak ada hubungan komplikasi dengan rendahnya kualitas hidup

pasien DM ketergantungan insulin.

Ha : Ada hubungan komplikasi dengan rendahnya kualitas hidup pasien DM

ketergantungan insulin.

3. Penerimaan Diri

Ho : Tidak ada hubungan penerimaan diri dengan rendahnya kualitas hidup

pasien DM tergantung insulin.

Ha : Ada hubungan antara penerimaan diri dengan rendahnya kualitas hidup

pasien DM ketergantungan insulin.

BAB IV

METODE PENELITIAN

42
A. Jenis Dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif atau survei analitik

yaitu penelitian yang mencoba menggali hubungan antara variabel

independent dan dependent (Notoatmodjo, 2012).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian Observasional dengan rancangan Cross Sectional

Study yaitu penelitian yang dilakukan pada waktu dan tempat secara

bersamaan (Notoatmodjo, 2012).

Populasi

Sampel

Variabel Dependent(+) Variabel Dependent (-)

Variabel Variabel Variabel Variabel


Independent (+) Independent (-) Independent (+) Independent (-)

Gambar 2. Rancangan Penelitian Cross Sectional

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

43
Penelitian ini telah dilaksanakan di RSU Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara.

2. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada 23 juni sampai 23 juli 2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yangdigunakandalampenelitianiniyaitu semua pasien DM di

RSU bahteramas yaitu berjumlah 260 orang.

2. Sampel.

a. Jumlah sampel

Sebagian dari jumlah pasien diabetes melitus dimana jumlah

sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus

pengambilan sampel yaitu :

N
n= (Notoatmojo, 2012)
NX d 2 +1

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat signifikansi (p) di tetapkan 0,1

N 260 260 260


n = 2 = 2 = = = 72,22 (73
N ( d )+ 1 260 ( 0,1 ) +1 260 ( 0,01 )+1 3,6

sampel )

44
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian pasien DM di RSU

Bahteramas yaitu sebanyak 73 pasien.

b. Teknik penarikan sampel

Teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan

purposive sampling

c. Kriteria sampel

1) Kriteria Inklusi

Padapenelitianinisampelyang digunakan adalah pasien DM

RSU Bahteramas

yangtelahterdatadanmemenuhikriteriainklusisebagai berikut:

a) Terdiagnosa menderita diabetes mellitus ketergantungan insulin.

b) Mampu berkomunikasi dengan baik.

c) Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan menghilangkan atau mengeluarkan

objek yangtidakmemenuhikriteriakarenaberbagai

alasan.Padapenelitianiniyang termasukkriteriaeksklusiantaralain :

a) Pasien DM yang memiliki keterbatasan fisik seperti buta dan tuli.

b) Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian.

45
D. Sumber dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di

lapangan melalui instrument pengumpulan data yaitu lembar koesioner.

Data berupa data karakteristik dan variabel yang diteliti baik variabel

bebas maupun variabel terikat.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari RSU

Bahteramas maupun data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provensi

Sulawesi Tenggara yang berhubungan dengan kasus diabetes militus

menurut diagnosa dokter.

E. Pengolahan, Analisa Dan Penyajian Data

1. Pengolahan data

a. Coding adalah melakukan pengkodean data agar tidak terjadi kekeliruan

dalam melakukan tabulasi data.

b. Editing adalah menyeleksi data yang telah didapat dari hasil wawancara

untuk mendapatkan data yang akurat.

c. Scoring adalah proses penjumlahan untuk memperoleh total skor setiap

butir pertanyaan.

d. Tabulating adalah penyusunan data sedemikian rupa sehingga

memudahkan dalam penjumlahan data dan disajikan dalam bentuk

tulisan

46
a. Entry adalah memasukkan data yang sudah dilakukan editing dan coding

kedalam komputer.

2. Analisa data

Tehnik analisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi masing-masing variabel, baik variabel independent, variabel

dependent dan karakteristik responden. Untuk melihat gambaran

distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti. Data-

data yang sudah diolah, disajikan dalam bentuk tabel.

Keterangan :

x : Persentase variabel diteliti

f : Kriteria penelitian terhadap responden

n : jumlah sampel

k : Konstanta (100)

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing

variabel independent dan variabel dependent dengan menggunakan uji

Chi-Square (X2). Rumus Chi-Square sebagai berikut :

47
Keterangan :

X2 = Nilai chi Square

a,b,c,d = Nilai pengamatan pada petak-petak pada tabel kontingensi 2x2

n = Jumlah sampel

Interprestasi hasil uji, dengan menggunakan taraf signifikansi 5 %

(α = 0,05) dengan tingkat kepercayaan 95 %. Kriteria penilaian:

1) Bila X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

2) Bila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Untuk melihat keeratan hubungan antara variabel dependent

dengan variabel independent digunakan uji koefisien Phi dengan rumus:

x2
Q=
√ n

Keterangan :

ᵩ = Nilai koefisien phi

X2 = Nilai chi

n = Besar sampel

Dengan interpretasi sebagai berikut :

48
1) Nilai 0,01 – 0,25 hubungan lemah

2) Nilai 0,26 – 0,50 hubungan sedang

3) Nilai 0,51 – 0,75 hubungan kuat

4) Nilai 0,76 – 1,0 hubungan sangat kuat (Sugiyono, 2016)

c. Penyajian data

Data yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel

distribusi yang disertai dengan narasi yang menjelaskan isi tabel tersebut.

F. Etika Penelitian

1. Informend consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi sampel kriteria inklusi dan disertai judul penelitian. Bila

subjek menolak, maka penelitian tidak memaksa dan tetap menghormati

hak-hak subjek.

2. Anonimility (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, penelitian tidak mencantumkan nama

responden tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian.

49
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Visi Rumah Sakit Umum Bahteramas

Visi Pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

“Membangun Kesejahteraan Sulawesi Tenggara” atau yang lebih di kenal

dengan “BANK SEJAHTERA”. Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi

Tenggara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat mengacu

kepada Visi dan Misi Pemerintah Daerah dan Pembangunan Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tenggara. Visi RSU Bahteramas Prov Sultra adalah

“Terwujudnya Rumah Sakit Unggulan di Sulawesi Tenggara”

2. Misi Rumah Sakit Umum Bahteramas

Untuk mencapai Visi yang telah di tetapkan tersebut Rumah Sakit

Bahteramas mempunyai Misi sebaagai berikut :

a. Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berdasarkan etika profesi

b. Menyelenggarakan pendidikan Profesidokter, Pendidikan Kesehatan

lainnya serta pelatihan dan penelitian

c. Meningkatkan Kesejahteraan karyawan

3. Letak Geografis

RSU Bahteramas berdiri diatas tanah seluas 17,5 Ha. Luas seluruh

bangunan adalah 53,269 m2, luas bangunan yang teralisasi sampai dengan

akhir tahun 2012 adalah 35,410 m2.. Pengelompokkan ruangan

berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu kelompok

50
kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang medis,

kelompok kegiatan penunjang non medis, dan kelompok kegiatan

administrasi

4. Status

RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara di bangun secara

bertahap yang di mulai pada tahun 1969/1970 dengan sebutan “Perluasan

Rumah Sakit Kendari” adalah milik pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara dengan klasifikasi atau type C berdasarkan SK Menkes

No.51/Menkes/II/1979, tanggal 22 Februari tahun 1979, dengan susunan

struktur organisasi berdasarkan SK Gubernur 1998, RSU Provinsi

Tenggara meningkat menjadi Type B Non pendidikan berdasarkan SK

Menkes No.1482/Menkes/SK/XII/1998 dan di tetapkan dengan Perda

No.3 1999 tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan rumah Sakit secara teknis

berada di bawah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan secara

taktis operasional berada di bawah dan di bertanggungjawab kepada

Gubernur.

Sejak tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara

telah terakreditas untuk 5 pelayanan dasar yaitu: Administrasi,

Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan

Keperawatan, dan Rekam Medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed

No.HK.00.06.3.5.139. Selanjutnya Akreditasi 12 pelayanan sesuai dengan

SK Dirjen Yand No. HK.00.06.3.5.139. Tanggal 31 Desember 2010 yang

meliputi pelayanan administrasi dan menejemen,, pelayanan medic,

51
pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, pelayanan rekam medis,

pelayanan radiologi, pelayanan farmasi, pelayanan laboratorium,

pelayanan peristi, pelayanan kamar operasi, pelayanan pencegahan infeksi,

pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja. (Data Sekunder, 2018)

5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sampai dengan akhir tahun 2018 fasilitas/sarana pelayanan

kesehatan yang ada di RSU Provinsi Sulawesi Tenggara adalah :

a. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

b. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

1) Poliklinik Penyakit Dalam

2) Poliklinik Kesehatan anak

3) Poliklinik Bedah Digestive

4) Poliklinik Bedah Plastik

5) Poliklinik Bedah Tumor

6) Poliklinik THT

7) Poliklinik Mata

8) Poliklinik Kulit dan Kelamin

9) Poliklinik Gigi dan Mulut

10) Poliklinik Neurologi

11) Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

12) Poliklinik Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

13) Poliklinik Gizi

14) Poliklinik Rehabilirasi Medik

52
15) Poliklinik Orthopedy

16) Poliklinik Paru

17) Poliklinik Terpadu (Klinik VCT)

18) Poliklinik Jiwa

c. Instalasi Rehabilitasi Medik

1) Fisioterapi

2) Akupuntur

d. Pelayan kesehatan Rawat Inap

1) Perawatan Intensif (ICU,PICU,NICU,ICCU)

2) Perawatan Kebidanan dan Kandungan

3) Perawatan Inap Lainnya

a) Ruangan Asoka (Kelas III)

b) Ruangan Mawar (Kelas III)

c) Ruangan Anggrek (Kelas I,VIP, dan VVIP)

e. Pelayanan Penunjang Medik

1) Patologi Klinik

2) Patologi Anatomi

3) Radiologi

4) Farmasi/apotek

5) IKOS

6) Sterilisasi Sentral (CSSD)

7) Sentral Gas Medik

8) Gizi

53
9) Binatu

10) Pemulasaran Jenazah

11) UTD

12) Ambulance 118

d. Pelayanan Non Kesehatan

1) Instalasi Sanitasi

2) IPSRS

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan sejak tanggal 23 Juni sampai tanggal 23

Juli 2020 yang bartujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan

dengan rendahnya kualitas hidup pasien diabetes mellitus ketergantungan

insulin dengan jumlah responden 73 orang pasien diabetes mellitus yang

terdaftar di Rumah Sakit Umum di Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin kelamin

dan usia.

a. Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin seperti terlihat

pada tabel di bawah :

Tabel 2 : Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di RSU


Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2020

No Jenis Kelamin n %
1 Laki – laki 27 37,0
2 Perempuan 46 63,0
Jumlah 73 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

54
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 73 responden, terdapat 27

responden ( 37,0 %) berjenis kelamin laki-laki, sedangkan perempuan

berjumlah 46 responden ( 63,0 %).

b. Umur

Distribusi responden berdasarkan umur seperti terlihat pada

tabel di bawah :

Tabel 3 : Distribusi Responden Menurut Umur di RSU


Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2020

No Umur n %
1 31 – 40 Tahun 2 2,7
2 41 – 50 Tahun 28 38,4
3 51 – 60 Tahun 36 49,3
4 >60 Tahun 7 9,6
Jumlah 73 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 73 responden, terbanyak

adalah berumur 51-60 tahun yaitu sebanyak 36 responden (49,3%) dan

paling sedikit adalah berumur >31-40 tahun yaitu sebanyak 2

responden (2,7%).

2. Analisis Univariat

a. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup

Distribusi responden berdasarkan kualitas hidup,diketahui

bahwa lebih banyak yang baik untuk lebih jelasnya seperti terlihat

pada tabel di bawah :

55
Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup di
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2020

No Kualitas Hidup n %
1 Baik 44 60,3
2 Kurang 29 39,7
Total 73 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 73 responden terdapat 44

responden (60,3%) yang baik dan 29 responden (39,7%) yang

kualitas hidupnya kurang.

b. Distribusi Responden Berdasarkan Aktifitas Fisik

Distribusi responden berdasarkan aktifitas fisik,diketahui

bahwa lebih banyak yang kurang untuk lebih jelasnya seperti terlihat

pada tabel di bawah:

Tabel 5 : Distribusi Responden Berdasarkan Aktifitas Fisik di


RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2020

No Aktifitas Fisk n %
1 Baik 15 20,5
2 Kurang 58 79,5
Total 73 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 73 responden terdapat 15

responden (20,5%) yang aktifitas fisiknya cukup dan 58 responden

(79,5%) yang aktifitas fisiknya kurang.

c. Distribusi Responen Berdasarkan Komplikasi

Distribusi responden berdasarkan komplikasi,diketahui bahwa

lebih banyak yang tidak mengalami komplikasi untuk lebih jelasnya

seperti terlihat pada tabel di bawah:

56
Tabel 6 : Distribusi Responden Berdasarkan Komplikasi di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2020

No Responden Penelitian n %
1 Komplikasi 25 34,2
2 Tidak Komplikasi 48 65,8
Total 73 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 73 responden terdapat 25

responden (34,2%) yang mengalami komplikasi dan 48 responden

(65,8%) yang tidak mengalami komplikasi.

Tabel 7 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Komplikasi Di


RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 2020

No Jenis Komplikasi n %
1 Retinopati Diabetik 5 20
2 Neuropati Diabetik 14 56
3 Nefropati 3 12
4 Jantung Koroner 3 12
5 Stroke 0 0
Total 25 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Distribusi jenis komplikasi diabetes mellitus tertinggi adalah

terkena neuropati diabetik dengan 14 responden dan distribusi terendah

adalah terkena stroke dengan 0 responden.

d. Distribusi Responen Berdasarkan Penerimaan Diri

Distribusi responden berdasarkan penerimaan diri,diketahui

bahwa lebih banyak yang cukup untuk lebih jelasnya seperti terlihat

pada tabel di bawah:

57
Tabel 8 : Distribusi Responden Berdasarkan Penerimaan Diri di
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2020

No Penerimaan Diri n %
1 Baik 57 78,1
2 Kurang 16 21,9
Total 73 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 73 responden terdapat 57

responden (78,1%) yang penerimaan diri cukup dan 16 responden

(21,9%) yang kurang.

3. Analisis Bivariat

a. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Rendahnya Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Ketergantungan Insulin

Tabel 9 : Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Rendahnya Kualitas


Hidup Pasien Diabetes Mellitus Ketergantungan Insulin di RSU
Bahteramas Provinsi Suawesi Tenggara Tahun 2020

Kualitas Hidup X2
Total
Aktifitas Fisik Baik Kurang Hitung
N % n % n % 5,492
Baik 13 86,67 2 13,33 15 100 V2 =
Kurang 31 53,44 27 46,56 58 100 0,274
Total 44 60,28 29 39,72 73 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 73 responden terdapat 15

responden yang aktifitas baik dan 58 responden yang aktifitas kurang.

Dari 15 responden dengan aktifitas baik terdapat 13 responden

(86,67%) yang kualitas hidupnya baik dan 2 responden (13,33%)

kurang. Selanjutnya dari 58 responden dengan aktifitas fisik kurang

58
terdapat 31 responden (53,44%) yang kualitas hidupnya baik dan 27

responden (46,56%) dengan kualitas hidup kurang.

Berdasarkan hasil uji statistic dengan uji Chi Square, diperoleh

nilai X2 hitung = 5,492. Karena nilai X2 Hitung > dari nilai X2 tabel =

3,841 maka hipotesis penelitian diterima (ada hubungan antara

aktifitas fisik dengan rendahnya kualitas hidup), untuk mengetahui

besarnya hubungan antara variabel yang telah diuji Chi Square,

dilakukan uji Cramers (Uji K) dengan hasil v2 = 0,274 yang berarti

adanya hubungan kategori sedang antara aktifitas fisik dengan kualitas

hidup pasien diabetes mellitus di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara.

b. Hubungan Komplikasi Dengan Rendahnya Kualitas Hidup Pasien

Diabetes Mellitus Ketergantungan Insulin

Tabel 10 : Hubungan Komplikasi Dengan Rendahnya Kualitas


Hidup Pasien Diabetes Mellitus Ketergantungan
Insulin di RSU Bahteramas Provinsi Suawesi
Tenggara Tahun 2020

Kualitas Hidup X2
Total
Kompikasi Baik Kurang Hitung
n % n % n %
Komplikasi 10 40 15 60 25 100 6,527
Tidak V2 =
34 70,83 14 29,17 48 100 0,299
Komplikasi
Total 44 60,28 29 39,72 73 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 73 responden terdapat 25

responden yang mengalami komplikasi dan 48 responden yang tidak

mengalami komplikasi. Dari 25 responden yang dengan mengalami

59
komplikasi terdapat 10 responden (40%) yang kualitas hidupnya baik

dan 15 responden (60%) kurang. Selanjutnya dari 48 responden yang

dengan tidak mengalami komplikasi terdapat 34 responden (70,83%)

kualitas hidupnya baik dan 14 responden (29,17%) kurang.

Berdasarkan hasil uji statistic dengan uji Chi Square, diperoleh

nilai X2 hitung = 6,527. Karena nilai X2 Hitung > dari nilai X2 tabel =

3,841 maka hipotesis penelitian diterima (ada hubungan antara

komplikasi dengan rendahnya kualitas hidup), untuk mengetahui

besarnya hubungan antara variabel yang telah diuji Chi Square,

dilakukan uji Cramers (Uji K) dengan hasil v2 = 0,299 yang berarti

adanya kategori hubungan sedang antara komplikasi dengan kualitas

hidup pasien diabetes mellitus di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara.

c. Hubungan Penerimaan Diri Dengan Rendahnya Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Ketergantungan Insulin

Tabel 11 : Hubungan Penerimaan Diri Dengan Rendahnya


Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus
Ketergantungan Insulin di RSU Bahteramas
Provinsi Suawesi Tenggara Tahun 2020

Kualitas Hidup X2 Hitung


Penerimaan Total
Baik Kurang
diri
n % N % n % 14,756
Baik 41 71,93 16 28,07 57 100 V2 = 0,450
Kurang 3 18,75 13 81,25 16 100
Total 44 60,28 29 39,72 73 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

60
Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 73 responden terdapat 57

responden yang penerimaan diri cukup dan 16 responden yang

penerimaan diri kurang. Dari 57 responden yang dengan penerimaan

diri cukup terdapat 41 responden (71,93%) yang kualitas hidupnya

baik dan 16 responden (28,07%) kurang. Selanjutnya dari 16

responden yang dengan penerimaan diri kurang terdapat 3 responden

(18,75%) kualitas hidupnya baik dan 13 responden (81,25%) kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square, diperoleh

nilai X2 hitung = 14,756. Karena nilai X2 Hitung > dari nilai X2 tabel =

3,841 maka hipotesis penelitian diterima (ada hubungan antara

penerimaan diri dengan rendahnya kualitas hidup), untuk mengetahui

besarnya hubungan antara variabel yang telah diuji Chi Square,

dilakukan uji Cramers (Uji K) dengan hasil v2 = 0,450 yang berarti

adanya kategori hubungan sedang antara penerimaan diri dengan

kualitas hidup pasien diabetes mellitus di RSU Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara.

C. Pembahasan Penelitian

1. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Rendahnya Kualitas Hidup Pasien

Diabetes Mellitus Ketergantungan Insulin

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka,

menghasilkan suatu pengeluaran energi. Aktivitas fisik merupakan salah

satu pilar dalam penatalaksanaan diabetes mellitus, serta menjadi dasar

terapi karena memengaruhi beberapa aspek dari diabetes mellitus termasuk

61
konsentrasi glukosa darah, aksi insulin dan menurunkan faktor risiko

kardiovaskular.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

memiliki kategori aktifitas baik dengan kualitas hidup baik sebanyak 13

responden (86,67%), hal ini disebabkan karena responden yang aktifitas

fisik baik sadar akan pentingnya berolahraga dalam menjaga kesehatan

fisik serta dapat mengurangi perasaan stres dan kecemasan. Sedangkan

aktifitas fisik baik dengan kualitas hidup kurang sebanyak 2 responden

(13,33%) hal ini disebabkan karena masih rendahnya nilai kualitas hidup

responden pada dampak yang dirasakan akibat penyakit diabetes mellitus.

Sedangkan untuk aktifitas fisik kurang dengan kualitas hidup baik

sebanyak 31 responden (53,44%) hal ini disebabkan karena responden

sudah merasa puas dengan kehidupan yang dijalaninya selama

menjalankan pengobatan dan perawatan di rumah sakit hal ini dapat dilihat

dari tingginya nilai kualitas hidup responden. Selanjutnya dari aktifitas

fisik kurang dengan kualitas hidup kurang terdapat 27 responden (46,56%)

hal ini dapat disebabkan oleh komplikasi yang dialami pasien seperti

neuropati diabetic sehingga dapat menghambat aktifitas fisiknya serta

kurangnya kesadaran akan pentingnya aktifitas fisik secara teratur

terhadap kesehatan terutama dapat mengontrol gula darah sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup responden.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square, diperoleh

nilai X2 hitung = 5,492. Karena nilai X2 Hitung > dari nilai X2 tabel = 3,841

62
maka hipotesis penelitian diterima (ada hubungan antara aktifitas fisik

dengan rendahnya kualitas hidup), untuk mengetahui besarnya hubungan

antara variabel yang telah diuji Chi Square, dilakukan uji Cramers (Uji K)

dengan hasil v2 = 0,274 yang berarti adanya hubungan kategori hubungan

sedang antara aktifitas fisik dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus

di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Hasil penelitian ini sejalan dengan jurnal penelitian yang dilakukan

oleh Panjaitan (2014) dengan judul hubungan antara aktivitas fisik dan

kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas purnama

kecamatan pontianak selatan kota Pontianak. Dengan hasil diketahui

bahwa terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dan kualitas

hidup pasien DM tipe 2.

Aktivitas fisik akan meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik,

psikis maupun sosial dan tampak sehat. Bagi pasien diabetes melitus,

aktivitas fisik dapat mengurangi resiko kejadian kardiovaskular serta

meningkatkan harapan hidup. Pada diabetes melitus tipe 2, aktivitas fisik

dapat memperbaiki kendali glukosa secara menyeluruh . Aktivitas fisik

yang dilakukan bila ingin mendapatkan hasil yang baik harus memenuhi

syarat yaitu dilaksanakan minimal 3 sampai 4 kali dalam seminggu serta

dalam kurun waktu minimal 30 menit dalam sekali beraktivitas. Aktivitas

fisik tidak harus aktivitas yang berat cukup dengan berjalan kaki di pagi

hari sambil menikmati pemandangan selama 30 menit atau lebih sudah

termasuk dalam kriteria aktivitas fisik yang baik. Aktivitas fisik ini harus

63
dilakukan secara rutin agar gula darah juga tetap dalam batas normal.

Kebiasaan aktivitas fisik yang kurang baik secara signifikan berhubungan

dengan kualitas hidup.

Aktivitas fisik pada pasien diabetes mellitus akan mengurangi

resiko terjadinya gangguan pada kardiovaskuler dan meningkatkan

harapan hidup (kualitas hidup pasien). Aktivitas fisik juga akan

meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik, psikis maupun sosial dan

pasien tampak sehat. Kebiasaan aktifitas fisik yang kurang baik secara

signifikan berhubungan dengan kualitas hidup.

2. Hubungan Komplikasi Dengan Rendahnya Kualitas Hidup Pasien

Diabetes Mellitus Ketergantungan Insulin

Diabetes melitus yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan

terjadinya berbagai komplikasi kronis, baik mikroangiopati seperti

retinopati dan nefropati maupun makroangiopati seperti penyakit jantung

koroner, stroke, dan juga penyakit pembuluh darah tungkai bawah.

Penyakit diabetes mellitus (DM) tidak dapat disembuhkan, namun dapat

dikendalikan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mengalami

komplikasi dengan kualitas hidup baik sebanyak 10 responden (40%) hal

ini disebkan karena responden telah mampu mentaati pola hidup sehat

dengan menyempatkan berolahraga, diet makanan dan rajin untuk

mengontrol gula darah dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah

secara teratur bahkan beberapa responden memiliki alat untuk mengecek

64
gula darah di rumah. Serta hasil penelitian yang menunjukan bahwa

responden yang mengalami komplikasi dengan kualitas hidup kurang

sebanyak 15 responden (60%). Hal ini disebabkan karena komplikasi yang

dialami mengakibatkan keterbatasan baik dari segi fisik, psikologis bahkan

sosial. Gangguan fungsi dan perubahan tersebut akan berdampak terhadap

kualitas hidup. Komplikasi menyebabkan bertambahnya keluhan yang

dialami pasien baik keluhan fisik maupun psikologis dan emosi yang turut

mempengaruhi aktifitas fisik, sosial dan keluhan lainnya. Hampir semua

pasien memiliki keluhan yang berbeda sesuai dengan penyakit yang

menyertai. Sebagian besar mengeluh nyeri di kaki dan anggota tubuh lain

yang berdampak pada menurunnya kualitas aktifitas fisik. Nyeri di kaki

dirasanya menyebabkan ketidaknyamanan dan berdampak pada kualitas

hidup pasien.

Sedangkan hasil penelitian yang tidak mengalami komplikasi

dengan kualitas hidup baik sebanyak 34 responden (70,83%) hal ini

menandakan bahwa komplikasi menjadi salah satu faktor kualitas hidup

yang dirasakan oleh penderita diabetes mellitus. Selanjutnya yang tidak

mengalami komplikasi dengan kualitas hidup kurang sebanyak 14

responden (29,17%) hal ini disebabkan karena masih rendahnya kualitas

hidup responden terhadap rasa puas untuk berolahraga serta dampak yang

dirasakan karena penyakit diabetes mellitus yang dialami.

Berdasarkan hasil uji statistic dengan uji Chi Square, diperoleh nilai X2

hitung = 6,527. Karena nilai X2 Hitung > dari nilai X2 tabel = 3,841 maka

65
hipotesis penelitian diterima (ada hubungan antara komplikasi dengan

rendahnya kualitas hidup), untuk mengetahui besarnya hubungan antara

variabel yang telah diuji Chi Square, dilakukan uji Cramers (Uji K)

dengan hasil v2 = 0,299 yang berarti adanya hubungan kategori hubungan

sedang antara komplikasi dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di

RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Hasil penelitian ini sejalan dengan jurnal penelitian yang dilakukan

oleh Ningtyas (2013) dengan hasil analisis faktor komplikasi diabetes

melitus dengan menggunakan uji regresi logistik didapatkan hasil nilai p-

value=0,031. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara komplikasi diabetes melitus dengan kualitas hidup pasien

diabetes melitus tipe II. Sehingga, pasien DM tipe II yang mengalami

komplikasi memiliki risiko 11 kali lebih besar memiliki kualitas hidup

yang lebih rendah (tidak puas) daripada yang tidak mengalami komplikasi.

Namun dalam penelitian Restada (2016), Hasil analisis hubungan

antara komplikasi DM dengan kualitas hidup menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara komplikasi DM dengan nilai kualitas

hidup pasien DM tipe 2 (p-value 0,87). Sesuai dengan wawancara peneliti

yang mewancarai 5 orang pasien yang terkena komplikasi 4 diantaranya

memiliki kualitas hidup baik karena selalu mentaati pola hidup sehat,

berolah raga dan diit teratur. Sedangkan 1 orang yang memiliki kualitas

hidup kurang baik disebabkan terlalu terbebani oleh komplikasi yang

66
diderita sehingga kurang semangat untuk menjalankan saran dari petugas

kesehatan.

3. Hubungan Penerimaan Diri Dengan Rendahnya Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Ketergantungan Insulin

Penerimaan diri merupakan kondisi individu dapat mengaktualisasi

dirinya dengna meneima segala kekurangan dan kelebihannya. Penerimaan

diri pada penderita DM merupakan proses adaptasi terhadap permasalahan

kondisi kesehatan yang tidak menyenangkan. (Azizah,2019)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

penerimaan diri baik dengan kualitas hidup baik sebanyak 41 responden

(71,93). Hal ini disebabkan karena penerimaan diri yang baik dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus karena responden

sudah dapat menerima segala kelebihan dan kekurangannya selama

menderita penyakitnya dan menjalankan pengobatan dan perawatan

dengan baik sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Serta hasil

penelitian yang menunjukan penerimaan diri baik dengan kualitas hidup

kurang sebanyak 16 responden (28,07) hal ini disebabkan karena masih

rendahnya nilai kualitas hidup responden terutama pada dampak yang

dirasakan akibat penyakit diabetes mellitus.

Sedangkan hasil penelitan yang menunjukan penerimaan diri

kurang dengan kualitas hidup baik sebanyak 3 responden (18,75%) hal ini

disebabkan karena rendahnya penerimaan diri responden terhadap kritikan

dari orang lain dan tidak dapat menerima kegagalan yang dialami namun

67
pada kualitas hidup responden sudah merasa cukup puas dengan kegiatan

kesehariannya terkait penyakit yang dialaminya. Serta dari hasil penelitian

menunjukan bahwa responden penerimaan diri kurang dengan kualitas

hidup kurang sebanyak 13 responden (81,25%) hal ini disebabkan karena

komplikasi dari penyakit diabetes menyebabkan sikap penderita yang

putus asa terhadap kesembuhannya. Dengan sikap individu tersebut

membentuk penerimaan diri yang kurang baik sehingga mempengaruhi

kualitas hidup pasien DM. Penelitian ini menemukan adanya penerimaan

diri yang kurang baik diantara penderia diabetes. Hal ini berkaitan dengan

adanya respon penderita yang menjawab, merasa mudah sensitif ketika

orang lain mengkritik tentang kondisi kesehatannya serta merasa orang

lain memberikan respon yang berbeda.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square, diperoleh nilai

X2 hitung = 14,756. Karena nilai X2 Hitung > dari nilai X2 tabel = 3,841

maka hipotesis penelitian diterima (ada hubungan antara penerimaan diri

dengan rendahnya kualitas hidup), untuk mengetahui besarnya hubungan

antara variabel yang telah diuji Chi Square, dilakukan uji Cramers (Uji K)

dengan hasil v2 = 0,450 yang berarti adanya kategori hubungan sedang

antara penerimaan diri dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di

RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Azizah (2019) dengan

hasil uji Sperman-Rank menunjukan adanya hubungan yang signifikan

antara penerimaan diri dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di poli

68
penyakit dalam RS Tingkat III Baladhika Husada Jember ( PValue = 0,001

dan r = 0,540) . Berdasarkan hasil tersebut didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan antara penerimaan diridengan kualita hidup dengan

korelasi sedang dan positif yang berarti semakin tinggi nilai penerimaan

diri maka kualitas hidup semakin baik.

69
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Ada hubungan sedang antara aktifitas fisik dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Ada hubungan sedang antara komplikasi dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

3. Ada hubungan sedang antara penerimaan diri dengan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi pihak rumah sakit

Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar memberikan pendidikan

kesehatan kepada pasien diabetes mellitus tentang pentingnya penerimaan

diri, pencegahan terjadinya komplikasi dan aktifitas fisik agar dapat

meningkatkan kualitas hidup.

70
2. Petugas kesehatan

Disarankan kepada petugas kesehatan yang bertugas agar mengkaji

secara holistik termaksud psikologi pada pasien DM agar dapat

memberikan intervensi yang sesuai dalam meningkatkan kualitas hidup

pasien diabetes mellitus.

3. Keluarga Pasien

Disarankan keluarga pasien agar supaya memberikan dukungan

kepada pasien sehingga pasien dapat termotivasi dalam menjalani proses

penyembuhan.

71
DAFTAR PUSTAKA

ADA. 2018. Standards Of Medical Care In Diabetes. The Journal Of Clinical And
Applied Research And Education. Vol 41

Agustin,Astrid Karolina. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Gula Darah Puasa Terganggu Pada Karyawan PUSLITBANG
DIKLAT RRI Jakarta Selatan. Skripsi, Fakultas Ilmu Kedokteran Dan
Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Azizah, Nurul. 2019. Hubungan Penerimaan Diri Dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam RS tingkat III Baladhika
Husada Jember. Skripsi, Fakultas Keperawatan, Universitas Jember,
Jember.

Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara.2016. Jumlah Kasus 10 Penyakit


Terbanyak di Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari.

Joyce, M Black & Jane, H. 2009. Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8.


Singapore. Penerbit Elsevier

Dewi,M. 2019. HubunganAntaraSelf ManagementDanKualitas


HidupPasienDiabetes Melitus Type 2. Jurnal kesehatan karya husada
Vol.7

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Profil Kesehatan Sulawesi


Tenggara Kendari.2017.

Dinkes Kota Kendari. 2015.

InfoDatin Pusat Data dan Kementrian Kesehatan RI. 2018. Hari Diabetes Sedunia
Tahun 2018. Jakarta.

International Diabetes Federation, I. 2017.IDF Diabetes Atlas 9th Edition. Idf.Org

Kemenkes RI. 2014.


Ningtyas, Dwi Wahyu. 2013. Analisis Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus
Tipe II di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Jember

Notoatmojo, S. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2012

Nurarif,dkk. 2015. Nanda. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose


Medis dan NANDA.

Panjaitan,Sri Hotnauli. 2013. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Kualitas


Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Purnama Kecamatan
Pontianak Selatan Kota Pontianak. Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak

PERKENI. 2015. Konsensus Penggunaan Insulin. PB PERKENI

PERKENI. 2015. Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di


Indonesia. PB.PERKENI.

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC.

Restada, Ertana Jihan. 2016. Hubungan Lama Menderita Dan Komplikasi


Diabetes Melitus Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Diabetes
Melitus Di Wilayah Puskesmas Gatak Sukoharjo. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Riskesdas. 2018. Riset KesehatanDasar. Jakarta

STIKES MW. Penulisan dan Pedoman Penyususnan Penelitian dan Skripsi.


Kendari: 2018.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung :


Penerbit IKAPI. 2016.
Wahyuni,yuli.Dkk. 2014. Kualitas Hidup berdasarkan Karekteristik Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. Tesis, Fakultas Keperawatan, Universitas
Padjadjaran

WHO. 2019. Classification Of Diabetes.

WHO. 2004. Introducing the WHOQOL Instrument. Diakses dari hhtp://dept.was
hington.edi/yqol/whoqol/.infopdf.

World Health Organization. 2016. Global Report On Diabetes.

Yan, Loriza Sativa. Dkk. 2017. Hubungan Penerimaan Diri Dan Tingkat Stres
Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Endurance. Vol 2 No 3

Yusra, A. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup


Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis. UI. Jakarta.

Zainuddin, Mhd, Dkk. 2015. Hubungan Stres Dengan Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2. JOM Vol 2 No 1
Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN


Kepada

Yth. Bapak/Ibu/Saudara (i)

di-

Tempat

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di Program Studi

Keperawatan STIKES Mandala Waluya Kendari, maka saya :

Nama : Sumarlina

Nim : P201601039

Status : Mahasiswa STIKES Mandala Waluya Kendari

Akan melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Rendahnya Kualitas Hidup Pasien Diabetes mellitus

Ketergantungan Insulin Di Rumah Sakit Bahteramas”. Untuk kepentingan

tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berkenan menjadi subyek

penelitian (dijadikan sampel). Identitas dan informasi yang berkaitan dengan

Bapak/Ibu dirahasiakan oleh Peneliti.

Atas partisipasi dan dukungannya, saya ucapkan banyak terima kasih.

Kendari, Mei 2020

Peneliti

Sumarlina
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan menjadi subyek (responden) dalam penelitian dari:

Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan dampak

dan resiko apapun pada subyek penelitian, karena semata-mata untuk kepentingan

Peneliti. Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang

belum dimengerti dan telah mendapatkan jawaban yang jelas.

Dengan demikian saya menyatakan dengan sukarela untuk ikut sebagai subyek

dalam penelitian ini.

Kendari, Mei 2020

Responden

(……………….)
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA


KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES YANG TERGANTUNG
INSULIN DI RUMAH SAKIT BAHTERAMAS

No. Sampel :
Pewawancara :
Tanggal Wawancara :
A. Karakteristik Demografi

NO. KarakteristikResponden

1 Nama responden

2 Alamat Responden

3 Umur Responden Tahun

4 Jenis Kelamin 1. Laki –laki


2. Perempuan

5 Apakah Anda melakukan suntik 1. Tidak


insulin? 2. Ya

6 Apakahandamengalami Komplikasi? 3. Tidak


4. Ya
(jika tidak,lanjutkeB)

7 Komplikasi DMapayangandaderita? 1. Retinopati diabetik


2. Neuropati diabetik
3. Nefropati
4. Jantungkoroner
5. Stroke
6. Gagalginjal.
7. Lainnya.....

B. Kuesioner Diabetes Quality Of Life (DQOL)


No Pertanyaan Tentang Sanga Cukup Biasa- Cukup Tidak
Seberapa puas t puas puas biasa tidak puas
Bapak/Ibu/Saudara/i saja puas
dalamsatuminggu
terakhirmerasakanhal-
halsepertiyangtercant
um
dalamkuesionerini.

1. Seberapa puaskah
anda dengan
pengobatan diabetes
anda saat ini?

2 Seberapa puaskah
anda dengan lamanya
waktu yang
dibutuhkan untuk
perawatan diabetes
anda?

3 Apakah anda puas


dengan waktu yang
anda habiskan untuk
mencapai kadar gula
yang normal?

4 Apakah anda puas


waktuyangadagunaka
n untukberolahraga?

5 Apakah anda puas


dengan beban yang
harus dialami keluarga
anda karena anda
menderita diabetes?

6 Seberapa puas anda


dengan waktu yang
dihabiskan untuk
kontrol pemeriksaan
diabetes anda?

7 Apakah anda puas


dengan pengetahuan
anda tentang diabetes?

Pertanyaantentang Tidak Sangat Kadang Sering Selalu


dampakyang -
dirasakan: Seberapa Pernah jarang atau3-4 atau
sering atau kadang kali setiap
Bapak/Ibu/Saudara/S sekali 2- semingg saat
audari dalamsatu dalam u
satu 3kali atau4-5
mingguterakhir seming minggu
mingg
merasakanhal- u gu
halseperti yang
tercantum dalam
kuesioner ini

8 Seberapa sering anda


memakan makanan
yang tidak boleh
dimakan?

9 Seberapa sering anda


khawatir tentang
kemungkinan anda
akan kehilangan
pekerjaan karena anda
menderita diabetes?

10 Seberapa sering anda


mengalami tidur
malam yang tidak
nyenyak karena
diabetes?

11 Seberapa sering anda


merasa diabetes
membatasi karir anda?

12 Seberapa sering anda


merasa sakit secara
fisik?

C. KuesionerPenerimaanDiriUnconditionalSelfAcceptanceQuetionnaire(USA
Q)

Pernyataan Pilihan Jawaban

No sangat tidak agak ragu- agak sesuai sangat


tidak sesuai tidak ragu sesuai sesuai
sesuai sesuai

Mendapatkan pujian 1 2 3 4 5 6 7
membuat saya lebih
1. berharga
dibandingkan
dengan orang lain

Saya merasa 1 2 3 4 5 6 7
berguna bahkan jika
2
saya tidak berhasil
mencapai tujuan
tertentu yang penting
bagi saya

Jika saya menerima 1 2 3 4 5 6 7


masukan yang
negative, saya
3 jadikan itu sebagaai
kesempatan untuk
memperbaiki
perilaku saya

Saya merasa bahwa 1 2 3 4 5 6 7


beberapa orang lebih
4 berharga dari pada
yang lain

lain.

5 Membuat kesalahan 1 2 3 4 5 6 7
yang besar mungkin
membuat kecewa,
tapi itu tidak
mengubah perasaan
mengenai diri saya
secara keseluruhan

Terkadang saya 1 2 3 4 5 6 7
berfikir tentang diri
6 saya apakah saya
orang yang baik atau
buruk

Untuk merasa 1 2 3 4 5 6 7
berarti, saya harus
7 dicintai oleh orang-
orang yang penting
bagi saya

Sayamembuat 1 2 3 4 5 6 7
tujuan
8 denganharapanbahw
aitu bisamembuat
sayalebih bahagia.

Menurutsaya,menja 1 2 3 4 5 6 7
di
baikdalamsegalahal
9
membuat seseorang
menjadi baik secara
keseluruhan

Saya merasa nilai 1 2 3 4 5 6 7


terhadap diri saya
sangat tergantung
10 pada bagaimana saya
membandingkan diri
saya dengan orang
lain

Saya percaya bahwa 1 2 3 4 5 6 7


11 saya berharga hanya
karena saya manusia

12 Jika saya menerima 1 2 3 4 5 6 7


masukan yang
negarif saya sulit
menerima apa yang
orang katakana
tentang saya

Saya membuat 1 2 3 4 5 6 7
tujuan hidup yang
saya harap bisa
13
membuktikan
keberhargaan diri
saya

Menjadi buruk pada 1 2 3 4 5 6 7


hal tertentu membuat
14
saya kurang
menghargai diri saya

Menurut saya, orang 1 2 3 4 5 6 7


yang berhasil dalam
15 apa yang mereka
kerjakan adalah
orang yang berharga

Mendapatkan pujian 1 2 3 4 5 6 7
membantu saya
16
untuk mengetahui
kelebihan saya

Saya tetap merasa 1 2 3 4 5 6 7


berharga bahkan jika
17
orang lain
menyalahkan saya

Saya menghindari 1 2 3 4 5 6 7
membandingkan diri
dengan orang lain
18
untuk memutuskan
apakah saya
berharga atau tidak

19 Ketika saya 1 2 3 4 5 6 7
mendapat kritik saya
merasa diri saya
lebih buruk
dibandingkan
dengan orang lain

Menurut saya, 1 2 3 4 5 6 7
bukan pemikiran
20 yang baik untuk
menilai
keberhargaan saya

21 Ketika saya gagal 1 2 3 4 5 6 7


dalam sesuatu, saya
merasa diri saya
lebih buruk
dibandingkan
dengan orang lain

D. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik saat bekerja

1 Apakah anda biasa melakukan aktifitas fisik berat (seperti 1. Ya


membawa/mengangkat barang berat,pekerjaan kontruksi 2. Tidak(lanjut ke
atau penggalian) yang dilakukan terus menerus paling 4)
sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya?

2 Biasanya berapa hari dalam seminggu anda melakukan Hari


aktifitas fisik tersebut?

3 Berapa total waktu yang anda gunakan untuk melakukan Jam


aktifitas berat tersebut?
Menit

4 Apakah anda biasa melakukan aktifitas sedang (seperti 1. Ya


jalan cepat, membawa atau mengangkat barang ringan) 2. Tidak(lanjut ke
yang dilakukan terus menerus paling sedikit selama 10 7)
menit setiap kali melakukannya?

5 Biasanya berapa hari dalam seminggu anda melakukan Hari


aktifitas berat tersebut?

6 Berapa total waktu yang anda gunakan untk melakukan Jam


aktifitas sedang tertentu?
Menit
Aktifitas fisik untuk berpindah dari satu tempat yang lain

7 Apakah anda biasa berjalan kaki atau menggunakan 1. Ya


sepedah kayuh yang dilakukan terus menerus paling 2. Tidak(lanjut ke
sedikit 10 menit yang dilakukan terus menerus untuk pergi 10)
ke suatu tempat?

8 Apakah anda biasa berjalan kaki atau menggunakan Hari


sepedah kayuh yang dilakukan terus menerus paling
sedikit 10 menit yang dilakukan terus menerus untuk pergi
ke suatu tempat?

9 Biasanya dalam sehari, berapa total waktu yang anda Jam


habiskan untuk berjalan kaki atau bersepeda ?
Menit

Aktifitas olahraga dan waktu luang

1 Apakah anda melakukan olahraga atau aktifitas fisik di 1. Ya


0 waktu luang tingkat berat selama 10 menit terus menerus ( 2. Tidak(lanjut ke
seperti sepak bola, futsal, lari, dll) ? (aktifitas yang 10 )
menyebabkan peningkatan denyut nafas atau denyut
jantung yang berat selama 10 menit)

1 Dalam seminggu berapa hari anda melakukan olahraga Hari


1 atau aktifitas fisik diwaktu luang yang tergolong berat?

1 Berapa banyak waktu yang anda habiskan dalam sehari Jam


2 untuk melakukan olahraga atau aktifitas yang tergolong
berat? Menit

1 Apakah anda melakukan olahraga atau aktifitas fisik di 1. Ya


3 waktu luang tingkat berat selama 10 menit terus menerus ( 2. Tidak(lanjut ke
seperti bersepeda, renang, voli, dll)? ? (aktifitas yang 16)
menyebabkan peningkatan denyut nafas atau denyut
jantung yang berat selama 10 menit)

1 Berapa banyak waktu yang anda habiskan dalam sehari Hari


4 untuk melakukan olahraga atau aktifitas yang tergolong
sedang?

1 Berapa banyak waktu yang anda habiskan dalam sehari Jam


5 untuk melakukan olahraga atau aktifitas yang tergolong
sedang? Menit

1 Dalam sehari, berapa banyak waktu yang anda habiskan Jam


6 untuk duduk atau berbaring?

Menit

MASTER TABEL

KUALITAS USAQ AKTIFITAS

HIDUP FISIK

   
  JENIS     JENIS
KT SK KT SK
  INISI KELA UMU KOMPLIK KOMP SKR % G G % G G KTG
NO AL MIN R ASI LIKAS
54 90 1 112 76 1 360 2
1 MN 2 3 2 6
50 83 1 126 86 1 680 1
2 B 2 3 2 6
26 43 2 71 48 2 360 2
3 AM 1 2 1 1
28 47 2 72 49 2 0 2
4 K 2 3 1 2
41 68 1 123 84 1 360 2
5 MK 1 2 1 1
33 55 1 84 57 1 360 2
6 H 2 3 2 6
29 48 2 72 49 2 360 2
7 J 1 2 1 1
29 48 2 83 56 1 160 2
8 P 2 3 1 3
27 45 2 68 46 2 160 2
9 JL 2 3 2 6
50 83 1 114 78 1 640 1
10 ST 2 4 2 6
11 ID 2 1 2 6 28 47 2 126 86 1 360 2
27 45 2 113 77 1 0 2
12 SR 1 2 2 6
50 83 1 126 86 1 360 2
13 IN 2 1 2 6
49 82 1 94 64 1 360 2
14 HS 2 2 1 4
31 52 1 86 59 1 360 2
15 DA 1 4 2 6
48 80 1 77 52 1 660 1
16 MO 2 1 2 6
29 48 2 85 58 1 360 2
17 SU 1 2 1 2
49 82 1 77 52 1 0 2
18 KR 2 2 2 6
29 48 2 69 47 2 0 2
19 AN 2 1 1 2
49 82 1 126 86 1 600 1
20 SH 2 1 2 6
51 85 1 108 73 1 360 2
21 EN 1 2 1 2
29 48 2 72 49 2 360 2
22 AJ 2 2 2 6
48 80 1 94 64 1 360 2
23 AJ 2 2 1 2
46 77 1 74 50 1 160 2
24 NI 1 1 2 6
29 48 2 69 47 2 360 2
25 RE 2 2 1 2
44 73 1 85 58 1 660 1
26 FR 1 4 2 6
29 48 2 72 49 2 360 2
27 JK 2 1 1 2
38 63 1 109 74 1 0 2
28 MR 1 2 2 6
46 77 1 126 86 1 360 2
29 TN 2 1 2 6
48 80 1 108 73 1 360 2
30 RH 2 2 2 6
29 48 2 126 86 1 160 2
31 TU 1 2 1 4
49 82 1 94 64 1 660 1
32 TN 2 1 2 6
28 47 2 80 54 1 360 2
33 RH 2 2 2 6
29 48 2 72 49 2 0 2
34 TG 1 2 1 2
48 80 1 81 55 1 360 2
35 NW 2 4 2 6
29 48 2 101 69 1 0 2
36 TW 2 1 1 3
49 82 1 111 76 1 600 1
37 GI 2 2 2 6
38 RJ 2 2 2 6 29 48 2 126 86 1 0 2
49 82 1 103 70 1 360 2
39 TI 2 1 2 6
44 73 1 126 86 1 600 1
40 PT 1 2 2 6
27 45 2 94 64 1 0 2
41 SR 2 1 1 2
49 82 1 74 50 1 0 2
42 DN 1 2 1 1
40 67 1 71 48 2 0 2
43 IT 2 2 1 2
50 83 1 76 52 1 600 1
44 SR 2 1 2 6
29 48 2 70 48 2 360 2
45 ER 1 2 1 3
51 85 1 103 70 1 360 2
46 RS 2 1 2 6
29 48 2 126 86 1 360 2
47 JM 1 2 1 4
38 63 1 103 70 1 600 1
48 AN 2 2 1 2
29 48 2 126 86 1 160 2
49 SH 2 1 2 6
32 53 1 94 64 1 0 2
50 EN 2 4 2 6
41 68 1 75 51 1 160 2
51 AH 1 2 1 2
41 68 1 71 48 2 660 1
52 TN 1 1 1 1
44 73 1 76 52 1 600 1
53 RH 2 2 2 6
29 48 2 70 48 2 360 2
54 TB 1 1 1 2
46 77 1 103 70 1 360 2
55 NE 1 2 2 6
29 48 2 126 86 1 360 2
56 NW 2 1 2 6
47 78 1 103 70 1 160 2
57 GI 2 2 2 6
46 77 1 126 86 1 600 1
58 TN 1 2 2 6
29 48 2 94 64 1 160 2
59 RN 1 2 2 6
29 48 2 76 52 1 0 2
60 NL 2 3 2 6
46 77 1 71 48 2 360 2
61 JN 1 2 2 6
41 68 1 75 51 1 360 2
62 TT 2 3 2 6
29 48 2 68 46 2 600 1
63 NI 1 2 2 6
44 73 1 103 70 1 160 2
64 RH 2 2 2 6
65 IT 2 3 1 2 37 62 1 126 86 1 0 2
44 73 1 103 70 1 0 2
66 SR 2 3 2 6
29 48 2 126 86 1 0 2
67 SG 1 1 2 6
41 68 1 94 64 1 0 2
68 AR 1 3 2 6
29 48 2 79 54 1 360 2
69 RJ 2 2 2 6
42 70 1 82 56 1 360 2
70 TI 2 2 2 6
43 72 1 83 56 1 160 2
71 PT 2 3 2 6
29 48 2 72 49 2 600 1
72 IT 1 3 2 6
46 77 1 126 86 1 0 2
73 ER 2 2 2 6

KETERANGAN
JENIS KELAMIN KATEGORI AKTIFITAS FISIK
1 = LAKI - LAKI 1 : AKTIFITAS CUKUP
2 = PEREMPUAN 2 : AKTIFITAS KURANG

UMUR KATEGORI KOMPLIKASI


1. 31 - 40 TAHUN 1. MENGALAMI KOMPLIKASI
2. 41 - 50 TAHUN 2. TIDAK KOMPLIKASI
3. 51-60 TAHUN
4. 61> TAHUN
KATEGORI PENERIMAAN DIRI JENIS KOMPLIKASI

1 : CUKUP 1 : RETINOPATI DIABETIK

2 : KURANG 2 : NEUROPATI DIABETIK

3 : NEFROPATI

KATEGORI KUALITAS HIDUP 4 : JANTUNG KORONER

1 : CUKUP 5 : STROKE
6 : TIDAK ADA
2 : KURANG KOMPLIKASI
UJI STATISTIK

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
AKTIFITAS
_FISIK Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KUALITAS_HIDUP CUKUP .514 15 .000 .413 15 .000

KURANG .357 58 .000 .635 58 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

KOMPLIKASI Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KUALITAS_ MENGALAMI
.379 45 .000 .628 45 .000
HIDUP KOMPLIKASI

TIDAK MENGALAMI
.411 28 .000 .608 28 .000
KOMPLIKASI

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
PENERIMA
AN_DIRI Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KUALITAS_HIDUP CUKUP .451 57 .000 .563 57 .000

KURANG .492 16 .000 .484 16 .000

a. Lilliefors Significance Correction


Statistics

JENIS_ KUALITAS_ AKTIFITAS_ JENIS_ PENERIMAAN


KELAMIN UMUR HIDUP FISIK KOMPLIKASI KOMPLIKASI _DIRI

N Valid 73 73 73 73 73 73 73

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.63 2.05 1.40 1.79 1.38 4.23 1.22

Median 2.00 2.00 1.00 2.00 1.00 3.00 1.00

Mode 2 2 1 2 1 7 1

Std. Deviation .486 .848 .493 .407 .490 2.435 .417

Variance .236 .719 .243 .166 .240 5.931 .174

Sum 119 150 102 131 101 309 89

JENIS_KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LAKI-LAKI 27 37.0 37.0 37.0

PEREMPUAN 46 63.0 63.0 100.0

Total 73 100.0 100.0

UMUR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 31-40 TAHUN 19 26.0 26.0 26.0

41- 50 TAHUN 36 49.3 49.3 75.3

51-60 TAHUN 13 17.8 17.8 93.2

60>TAHUN 5 6.8 6.8 100.0

Total 73 100.0 100.0


KUALITAS_HIDUP

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 44 60.3 60.3 60.3

KURANG 29 39.7 39.7 100.0

Total 73 100.0 100.0

AKTIFITAS_FISIK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid CUKUP 15 20.5 20.5 20.5

KURANG 58 79.5 79.5 100.0

Total 73 100.0 100.0

KOMPLIKASI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid MENGALAMI KOMPLIKASI 25 34.2 34.2 34.2

TIDAK MENGALAMI
48 65.8 65.8 100.0
KOMPLIKASI

Total 73 100.0 100.0

JENIS_KOMPLIKASI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid RETINOPATI DIABETIK 5 6.8 6.8 6.8

NEUROPATI DIABETIK 14 19.2 19.2 26.0

NEFROPATI 3 4.1 4.1 30.1

JANTUNG KORONER 3 4.1 4.1 34.2


KUALITAS_HIDUP

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 44 60.3 60.3 60.3

KURANG 29 39.7 39.7 100.0

Total 73 100.0 100.0

AKTIFITAS_FISIK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid CUKUP 15 20.5 20.5 20.5

TIDAK MENDERITA
48 65.8 65.8 100.0
KOMPLIKASI

Total 73 100.0 100.0

PENERIMAAN_DIRI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid CUKUP 57 78.1 78.1 78.1

KURANG 16 21.9 21.9 100.0

Total 73 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

AKTIFITAS_FISIK *
73 100.0% 0 .0% 73 100.0%
KUALITAS_HIDUP

KOMPLIKASI *
73 100.0% 0 .0% 73 100.0%
KUALITAS_HIDUP

PENERIMAAN_DIRI *
73 100.0% 0 .0% 73 100.0%
KUALITAS_HIDUP

AKTIFITAS FISIK*KUALITAS HIDUP

Crosstab

Count

KUALITAS_HIDUP

BAIK KURANG Total

AKTIFITAS_FISIK CUKUP 13 2 15

KURANG 31 27 58

Total 44 29 73

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.492a 1 .019

Continuity Correctionb 4.193 1 .041

Likelihood Ratio 6.186 1 .013

Fisher's Exact Test .021 .017

Linear-by-Linear Association 5.417 1 .020

N of Valid Casesb 73

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.96.

b. Computed only for a 2x2 table


Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .274 .019

Cramer's V .274 .019

Contingency Coefficient .265 .019

N of Valid Cases 73

KOMPLIKASI *KUALITAS HIDUP

Crosstab

Count

KUALITAS_HIDUP

BAIK KURANG Total

KOMPLIKASI MENGALAMI KOMPLIKASI 10 15 25

TIDAK MENGALAMI
34 14 48
KOMPLIKASI

Total 44 29 73

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.527a 1 .011

Continuity Correctionb 5.303 1 .021

Likelihood Ratio 6.495 1 .011

Fisher's Exact Test .013 .011

Linear-by-Linear Association 6.437 1 .011

N of Valid Casesb 73

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.93.

b. Computed only for a 2x2 table


Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi -.299 .011

Cramer's V .299 .011

Contingency Coefficient .286 .011

N of Valid Cases 73

PENERIMAAN DIRI *KUALITAS HIDUP

Crosstab

Count

KUALITAS_HIDUP

BAIK KURANG Total

PENERIMAAN_DIRI CUKUP 41 16 57

KURANG 3 13 16

Total 44 29 73

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 14.756a 1 .000

Continuity Correctionb 12.618 1 .000

Likelihood Ratio 14.981 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 14.554 1 .000

N of Valid Casesb 73

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.36.

b. Computed only for a 2x2 table


Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .450 .000

Cramer's V .450 .000

Contingency Coefficient .410 .000

N of Valid Cases 73

DOKUMENTASI PENELITIAN
Menjelaskan Inform Konsen

Menjelaskan Inform Konsen


Responden Mengisi Kuesioner

Responden Mengisi Kuesioner


DADFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS
Nama : SUMARLINA
NIM : P.2016.010.39
Tempat/Tanggal Lahir : Abuki/15 Juni 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Alamat : Desa Anggohu Kecamatan Tongauna Utara
Kabupaten Konawe
No. Telpon : 082290964492
Status : Belum Menikah
II. JENJANG PENDIDIKAN
SDN1 Waworoda Jaya : Tamat Tahun 2009 di Kelurahan Tongauna
MTS.s Al-Muslim : Tamat Tahun 2012 di Kelurahan Tongauna
SMAN 1 Unaaha : Tamat Tahun 2015 di Unaaha
III. RIWAYAT KELUARGA
Ayah : Parakkasih
Ibu : Indo Tang
Anak ke : 2 dari 2 orang bersaudara
IV. PEKERJAAN ORANG TUA
Ayah : Petani
Ibu : Ibu Rumah Tangga

Anda mungkin juga menyukai