SKRIPSI
OLEH :
MUHAMMAD RAMADHAN
NPM. 16070212
Muhammad Ramadhan
Pembimbing I : Drs. H. Fahrurazi, M.Si., M.Kes
Pembimbing II : Agus Jalpi, SKM., M.Kes
v
ABSTRACT
Muhammad Ramadhan
Supervisor I : Drs. H. Fahrurazi, M.Si., M. Kes
Supervisor II : Agus Jalpi, SKM., M. Kes
vi
KATA PENGANTAR
Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020“. Selain itu, tak
lupa juga shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar
Skripsi ini disusun dan diajukan guna untuk memenuhi sebagian dari
syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk menjadi seorang Sarjana
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Abd. Malik, S.Pt., M.Si., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Banjarmasin.
3. Ahmad Zacky Anwari, S.E., MPH, selaku Ketua Program Studi Fakultas
Banjari Banjarmasin.
vii
4. Drs. H. Fahrurazi, M.Si., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah
5. Agus Jalpi, SKM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan saran petunjuk terutama dalam segi teknik penulisan hingga Skripsi
ini terselesaikan.
6. Yeni Riza, SKM., M.Kes selaku Dosen Penguji yang sudah bersedia
ini.
mengikuti Pendidikan.
dengan penuh kasih sayang, memberikan doa serta dukungan hingga penulis
10. Seluruh teman-teman satu angkatan dan sahabat yang telah memberikan
viii
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan pahala yang sesuai atas
segala jasa dan amal perbuatan yang telah diberikan. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dimasa yang akan
Muhammad Ramadhan
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
x
D. Tinjauan Umum Tentang Pola Makan ........................................ 31
F. Kerangka Teori............................................................................ 44
H. Hipotesis...................................................................................... 45
C. Instrumen Penelitian.................................................................... 48
E. Definisi Operasional.................................................................... 49
B. Pembahasan ................................................................................. 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 79
B. Saran ............................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar Gula Darah Sewaktu dan Kadar Gula Darah Puasa ................ 26
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur Dan Jenis kelamin
Tabel 4.14 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Diabetes Melitus .............. 65
Tabel 4.15 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Melitus ......... 66
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
5. SK Pembimbing I dan II
13. Dokumentasi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
utama kematian dan cukup sulit dikendalikan. Perhatian terhadap PTM makin
pada masyarakat. Peningkatan ini terutama terjadi pada diabetes, stroke dan
hipertensi oleh karena itu PTM semakin hari makin menjadi masalah utama
Akibat dari kelainan ini, maka kadar gula didalam darah akan meningkat
(Helena et al, 2019), diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi
kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta
orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada
di negara berkembang.
1
2
penderita yang cukup tinggi. Pada tahun 2013, Indonesia akan memiliki
sekitar 8,5 juta penderita diabetes yang menduduki urutan terbanyak ke-7 di
dunia pada tahun 1995 dan diperkirakan meningkat menjadi nomor 5 dunia
pada tahun 2025 setelah India, China, Amerika Serikat dan Pakistan
(Nadjibah, 2018).
diabetes, hal tersebut terjadi karena kini usia penderita diabetes semakin
cepat karena pada tahun 2013 saja jumlahnya sudah lebih dari 12 juta. Jumlah
ini pun pada nyatanya akan lebih banyak karena masih banyak yang belum
terdapat pada provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4% dan yang terendah terdapat
pada provinsi NTT yaitu sebesar 0,9%. Hasil Riskesdas juga menunjukkan
Menurut IDAI (2015) diabetes melitus tipe 2 pada anak dan remaja
paling sering ditemukan pada dekade ke-2 kehidupan dengan median usia
13,5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia pubertas. DM tipe 2 pada anak dan
pada insulin yang berakibat tidak stabilnya level gula darah sehingga
pola makan dan pola hidup. Dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan,
kita akan terhindar dari penyakit ini (Fitriana & Rachmawati, 2016).
usia lanjut, karena para ahli percaya bahwa peluang terkena penyakit diabetes
melitus akan lebih besar jika orang tuanya juga menderita penayakit diabetes
melitus.
Aktifitas fisik dan olahraga rutin pada umumnya sangat baik untuk
mempengaruhi aksi insulin dalam metabolisme glukosa dan lemak pada otot
(Kemenkes, 2010) dalam (Isnaini, 2018) aktifitas fisik yang teratur dapat
tubuh tanpa lemak dan secara bersamaan mengurangi lemak tubuh. Aktifitas
dalam darah akan berkurang. Orang yang jarang beraktifitas fisik dan jarang
melakukan olahraga, zat makanan yang masuk dalam tubuh tidak akan
dibakar namun akan ditumpuk dalam bentuk gula dan lemak. Jika kondisi
pankreas tidak adekuat dalam menghasilkan insulin dan tidak tercukupi untuk
melitus.
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jenis dan
menunjukkan nilai p = 0,001 < 0,05 yang berarti ada hubungan signifikan
diabetes melitus dengan pola makan yang baik. Artinya pola makan memilki
diurutan kedua pada kelompok penyakit tidak menular dengan jumlah kasus
baru 5.703 orang dan jumlah kasus lama sebanyak 18.472 orang pada tahun
5
2017. Jumlah kasus baru sebanyak 6.249 orang dan kasus lama sebanyak
20.164 orang pada tahun 2018. Sedangkan pada tahun 2019 jumlah kasus
baru sebanyak 5.839 orang dan kasus lama sebanyak 17.857 orang.
Kota Banjarmasin pada tahun 2017 kasus diabetes melitus berjumlah 746
kasus. Sedangkan ditahun 2018 jumlah kasus meningkat sebanyak 901 kasus.
tinggi dan masih masuk dalam kategori 10 penyakit terbanyak. Itupun belum
pengobatan lain sehingga perlu dikaji secara mendalam lagi terkait faktor
B. Rumusan Masalah
1. Pernyataan Masalah
Dalam hal lain juga masih belum tercapainya target standar pelayanan
2. Pertanyaan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2020.
2020.
2020.
2020.
2020.
2020.
Tahun 2020.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Diabetes melitus.
2. Secara Aplikatif
a) Bagi Responden
c) Bagi Peneliti
9
(OR=0,297), tingkat pendidikan rendah
(OR=0,272). Sedangkan faktor yang tidak
berpengaruh atau tidak berhubungan
terhadap DM tipe 2 di wilayah kerja
Puskesmas I Wangon adalah pekerjaan,
aktifitas fisik, terpapar asap, dan tekanan
darah.
4. Miratu Megasari, Faktor-Faktor Yang penelitian kuantitatif dengan Diperoleh faktor yang berhubungan dengan
2016 Berhubungan Dengan pendekatan cross sectional diabetes mellitus pada lansia adalah riwayat
Kejadian Diabetes melitus keturunan (p value = 0,000 < 0,05 OR =
Pada Lansia Di RSUD Arifin 13,286), obesitas ( p value = 0,000 < 0,05
Achmad Provinsi Riau Tahun OR = 11,200), pola makan ( p value = 0,000
2016 < 0,05 OR = 11,200), kurang aktivitas fisik (
p value = 0,000 < 0,05 OR = 21,000),
sedangkan umur ( p value = 1,000 > 0,05),
jenis kelamin ( p value = 0,374 > 0,05) tidak
memiliki hubungan yang signifikan.
5. 1. Dindi Paizer Hubungan Antara Pola penelitian deskriftif dengan Hasil Penelitian dengan menggunakan uji
2. M. Hasan Makan dan Keturunan pendekatan cross sectional chi square untuk pola makan didapatkan
Azhari, 2016 Dengan Kejadian Diabetes nilai p = 0,007 yang berarti ada hubungan
melitus Di Poli Klinik yang bermakna antara pola makan dengan
Penyakit Dalam RS. TK II kejadian DM, sedangkan untuk faktor
Dr. AK. Gani Palembang keturunan didapatkan nilai p = 0,050 yang
Tahun 2016. berarti tidak ada hubungan antara keturunan
dengan kejadian DM.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes adalah penyakit kronik yang serius dan terjadi baik saat
pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup maupun jika tubuh tidak
insulin sesuai keperluan atau tubuh tidak bisa memanfaatkan secara baik
yang masuk dalam kelompok gula darah diatas batas normal atau yang
dari itu diabetes melitus sering disebut juga sebagai penyakit gula. Saat ini,
11
12
Jika ini dibiarkan saja, maka akan timbul komplikasi lain yang
lumayan fatal, seperti penyakit kebutaan, ginjal, dan jantung, bahkan jika
insulin atau tidak bisa menggunakan insulin dengan efektif. Insulin sendiri
adalah suatu hormone yang dibutuhkan untuk merubah zat tepung, gula
dan makanan yang lain menjadi suatu energi yang dibutuhkan dalam
hidup seperti orang normal dan berusia panjang serta produktif. Penyakit
ini tak dapat disembuhkan dengan cara makan obat beberapa hari dan
kesembuhan diabetes.
(IDDM).
remaja. Maka dari itu, tipe diabetes melitus ini disebut juga dengan
nama juvenile diabetes. Diabetes tipe ini secara tiba-tiba sering muncul
dengan gejala yang medadak sering merasa cepat haus, badan menjadi
kurus secara drastis, sering buang air kecil (ngompol pada anak), dan
secara normal, tetapi insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan oleh
diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. Hal ini berlaku
Diabetes tipe 3 ini juga bisa terjadi karena penderita diabetes tipe
jadi lebih banyak, sehingga organ pankreas menjadi letih, lemah, dan
sekali. Oleh karena itu, terbentuklah tipe diabetes kombinasi yaitu dari
(Juddin, 2017):
1) Umur
2016).
2) Jenis Kelamin
3) Keturunan
(Fatimah, 2015).
1) Aktivitas Fisik
2011).
2) Pola Makan
yang bekerja dalam tubuh pada jam-jam tertentu. Seperti saat pagi
dipakai oleh hati saat tidur untuk proses detoksifikasi. Hal inilah
3) Pola Tidur
tidur kurang dari 6 jam semalam tidak bisa mengatur kadar gula
5) Stres
Hal ini terjadi karena sistem kekbalan tubuh berkurang dan terjadi
6) Obesitas
(Fatimah, 2015).
7) Dislipidemia
2015).
8) Hipertensi
a. Gejala Awal
berikut:
hari. Hal itu terjadi karena kadar gula dalam darah sangatlah tinggi
dan tidak dapat ditoleransi oleh ginjal. Akhirnya , kadar gula dalam
air seni menjadi pekat dan untuk selanjutnya memaksa ginjal untuk
menarik air dalam jumlah banyak dari tubuh, agar air kencing jadi
yang hebat. Kebiasaan ini dalam ilmu medis biasa dikenal dengan
nama polidipsi. Peristiwa ini terjadi karena pada saat itu sedang
secara terus-menerus.
energi akbiat tidak bisa masuknya gula kedalam sel. Akibatnya, sel
membuat tubuh merasa lelah dan lemas. Pada saat bersamaan, otak
b. Gejala Lanjutan
cepat. Bisa jadi peristiwa ini bukan diakibatkan dari sebuah diet
rusak.
23
2) Sering Kesemutan
bagian tangan dan kaki serasa seperti digigit semut. Peristiwa ini
Gejala lain dari penderita Diabetes akut yaitu luka yang sulit
dan tidak adanya rasa nyeri, maka luka yang awalnya kecil lama-
menyembuhkannya.
kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel otot dan sel-sel
> 110 mg/dl). Pada penderita DM, kadar gula dalam darah tidak
Gula yang terbuang melalui air seni maka tubuh kehilangan banyak
kalori sehingga nafsu makan akan meningkat (polifagi). Akibat dari sel-
sel starvasi karena glukosa tidak dapat melewati membrane sel, maka
Tabel 2.1
Kadar Gula Darah Sewaktu Dan Kadar Gula Darah Puasa
KGDS (mg/dl) :
KGDP (mg/dl) :
a. Komplikasi Akut
darah kapiler).
b. Komplikasi Kronis
amputasi.
1. Pengertian Umur
adalah usia individu yang terhitung mulai dari saat dilahirkan sampai saat
kanak, remaja dan dewasa. Masa dewasa dapat dibagi atas dewasa muda
(18-30 tahun), dewasa baya (30-60 tahun), dan masa lanjut usia (>60
tahun).
dramatis setelah usia 65 tahun. Hal ini terjadi karena orang-orang pada
usia ini kurang aktif, berat badan akan bertambah dan massa otot akan
29
ini dapat menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah karena tidak
didapatkan hasil p = 0,010 yang artinya ada hubungan antara umur dengan
kejadian diabetes. Didapatkan umur pada kelompok kasus umur antara 51-
dan umur diatas 61 tahun 9 responden (16,9%). Umur kurang dari 45 tahun
melitus.
1. Pengertian Keturunan
lebih tinggi untuk mengalami suatu penyakit yang sering terjadi seperti
memiliki salah satu atau lebih anggota keluarga baik itu orang tua,
kelainan pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin (DM tipe 1).
orang tua dengan riwayat keturunan diabetes bisa jadi akan mengalami hal
yang sama. Pada diabetes tipe 1, jika ada saudara kembar, risiko terjadinya
diabetes menjadi 50% jika salah satu saudara tersebut menderita DM,
namun jika kembar monozigot risiko nya bisa naik menjadi 100% pada
diabetes tipe 2, jika salah satu anggota keluarga mengalami DM, anggota
keluarga yang lain memilki risiko yang lebih tinggi untuk menderita
melitus. Jika pada diabetes tipe 1 hanya 50% risiko terkena diabetes jika
menemukan bahwa jika didapati salah satu orang tua menderita DM maka
menyebutkan jika salah satu anggota keluarga baik orang tua, saudara, atau
kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki amggota
keluarga riwayat DM. Risiko untuk mendapat DM ibu lebih besar 10-30%
dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu
menjadi 2, yaitu:
melitus.
b. Tidak ada, jika dalam keluarga seseorang tidak ada yang menderita
diabetes melitus.
Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan,
suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan
32
a. Keteraturan makan
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Jika rata-rata lambung
b. Frekuensi makan
tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus.
(Oktaviani, 2011).
33
c. Jenis makanan
d. Porsi makanan
makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Adapun porsi standar
1) Makanan pokok
harus disertai lauk dalam jumlah yang lebih besar. Jumlah atau porsi
makanan pokok antara lain nasi 100 gram, roti tawar 50 gram, mie
instan untuk ukuran besar 100 gram dan ukuran kecil 60 gram.
Namun yang dianjurkan dalam sehari adalah sebanyak 300 gram dan
2) Lauk pauk
lauk hewani, jumlah atau porsi makanan antara lain 50 gram daging,
gram (2 potong).
3) Sayur
kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin C, semakin hijau warna
sayuran dari berbagai jenis makanan sayuran antara lain 100 gram
sayur.
4) Buah
5) Makanan selingan
antara waktu makan pagi, siang maupun sore hari. Porsi untuk
35
banyak).
6) Minuman
ukurannaya untuk air putih dalam sehari 5 kali atau lebih per gelas (2
7) Lain-lain
2. Tujuan Makan
3. Fungsi Makan
dan bekerja.
psikologis.
suatu cairan bisa berupa air saja atau air kaldu dalam panic sampai titik
didih (100℃).
zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak rusak atau hilang,
berikut:
a. Faktor ekonomi
jenis makanan siap santap (fast food) seperti ayam goreng, pizza,
b. Agama
c. Pendidikan
d. Sosial budaya
39
nasehat yang dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun akan
dan penyajian serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan
tersebut dikonsumsi.
e. Lingkungan
pemakaian energi untuk duduk tenang yang untuk orang dewasa kira-kira
per menit (1,2 kkl/menit untuk orang badan 70 kg) (CDC, 2015).
fisik berintesitas ringan (kurang dari 3,0 METS atau kurang dari 3,5
kkl/menit), sedang (3,0-6,0 METS atau 3,5 kkl/menit), dan tinggi lebih
a. Laporan individual
cara ini adalah tidak memerlukan biaya yang besar dan mudah
b. Pengukuran objektif
berat/minggu (hari).
aktivitas berat.
berkontraksi karena kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin. Maka dari
glukosa darah dan penurunan berat badan pada diabetes melitus tipe 2
(Ilyas, 2011).
diabetes adalah:
dan lain-lain.
d. Intesitas: sedang.
44
F. Kerangka Teori
2. Jenis kelamin
3. Keturunan
Diabetes
Melitus
Faktor yang dapat dimodifikasi:
1. Aktivitas fisik
2. Pola makan
3. Pola tidur
5. Stres
6. Obesitas
7. Dislipidemia
8. Hipertensi
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Teori Kemenkes RI, 2014
45
G. Kerangka Konsep
Umur
Keturunan
Kejadian Diabetes
Melitus
Aktivitas fisik
Pola makan
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian
H. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara
1. Populasi
Mekar.
2. Sampel
46
47
Keterangan :
n = Jumlah sampel
responden
data pada pasien yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai
C. Instrumen Penelitian
faktor umur, keturunan, aktivitas fisik dan pola makan dengan kejadian
Banjarmasin.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
2. Variabel Terikat
E. Definisi Operasional
a. Data Primer
makan.
b. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari buku berobat pasien dan laporan tahunan
2. Pengolahan Data
51
jawaban.
b. Coding, yaitu proses merubah data atau jawaban dari kuesioner dan
2) Variabel Bebas
a) Umur
b) Keturunan/Riwayat Keluarga
Kode 1 : Ada
c) Pola Makan
Kode 2 : Baik
d) Aktivitas Fisik
Kode 1 : Kurang
Kode 2 : Baik
52
salah diberi nilai 0. Pertanyaan positif jika menjawab “ya” diberi nilai 1
negatif jika menjawab “ya” diberi nilai 0 dan jika jawaban “tidak”
diberi nilai 1.
program komputer.
apakah ada kesalahan atau tidak, jika ada kesalahan dapat dilakukan
1. Analisis Univariat
kemudian dinarasikan.
53
2. Analisis Bivariat
Tujuan dari analisis ini untuk mengetahui sejauh mana hubungan dan
aplikasi komputer dengan nilai kepercayaan 95% yaitu nilai α = 0,05. Jika
p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat. Sebaliknya jika nilai p > 0,05
maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara
Keterangan :
x2 = Nilai chi-square
= Jumlah
a. Jumlah sampel ≥ 40
c. Bila pada tabel 2x2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang
d. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) atau E < 5,
e. Bila tabel terdiri lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dan seterusnya,
A. Hasil Penelitian
a. Geografi
b. Demografi
55
56
Tabel 4.1
Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur
dan Jenis Kelamin di Puskesmas Karang Mekar
Kota Banjarmasin Tahun 2020
No. Tingkat Umur Laki-laki Perempuan
1. 0-4 607 611
2. 5-9 601 614
3. 10-14 542 511
4. 14-19 525 530
5. 20-24 569 551
6. 25-29 547 517
7. 30-34 531 518
8. 35-39 505 509
9. 40-44 498 505
10. 45-49 448 438
11. 50-54 384 381
12. 55-59 321 309
13. 60-64 196 180
14. 65-69 126 124
15. 70-74 60 78
16. > 75 40 84
Sumber : Profil Puskesmas Karang Mekar, 2019
c. Lingkungan Pemukiman
transportasi dan sumber air untuk keperluan MCK (mandi, cuci, dan
d. Sarana Kesehatan
Tabel 4.2
Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan
di Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020
No. Sarana Kesehatan Jumlah
1. Gedung Puskesmas 1
2. Mobil Pusling 1
3. Sepeda Motor 1
Sumber : Profil Puskesmas Karang Mekar, 2019
Tabel 4.3
Sarana Ketenagaan Kerja di Puskesmas Karang Mekar Tahun 2019
No. Sumber Daya Tenaga Kerja Jumlah
1. Kepala Puskesmas 1
2. Kasubbag Tata Usaha 1
3. Administrasi Loket 2
4. Pembantu Pengelola Keuangan 1
5. Dokter Umum 3
6. Dokter Gigi 1
7. Bidan 5
8. Perawat 3
9. Perawat Gigi 1
10. Kesehatan Masyarakat 3
11. Kesehetan Lingkungan 3
12. Gizi/Nutrisionist 2
13. Analis Laboratorium 2
14. Apoteker 1
15. Asisten Apoteker 2
16. Cleaning Service 1
17. Security 1
Sumber : Profil Puskemas Karang Mekar, 2019
1) Visi
2) Misi
kesehatan.
2. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.4
Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 37 41,1
Perempuan 53 58,9
Jumlah 90 100
b. Pendidikan
Tabel 4.5
Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Pendidikan n %
SD/Sederajat 37 41,1
SMP/Sederajat 8 8,9
SMA/Sederajat 35 38,9
Perguruan Tinggi 10 11,1
Jumlah 90 100
60
c. Pekerjaan
Tabel 4.6
Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Pekerjaan n %
Ibu Rumah Tangga 37 41,1
Swasta 23 25,6
Wiraswasta 19 21,1
PNS 11 12,2
Jumlah 90 100
3. Analisis Univariat
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi berdasarkan Kejadian Diabetes Melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar
Kota Banjarmasin Tahun 2020
Kejadian Diabetes Melitus n %
DM 54 60,0
Tidak DM 36 40,0
Jumlah 90 100
b. Umur
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi berdasarkan Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Umur n %
≥ 45 84 93,3
< 45 6 6,7
Jumlah 90 100
c. Keturunan
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi berdasarkan Keturunan Diabetes Melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar
Kota Banjarmasin Tahun 2020
Keturunan n %
Ada 48 53,3
Tidak ada 42 46,7
Jumlah 90 100
d. Pola Makan
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi berdasarkan Pola Makan di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Pola Makan n %
Kurang baik 49 54,4
Baik 41 45,6
Jumlah 90 100
(45,6%).
e. Aktivitas Fisik
Tabel 4.11
Distribusi Responden berdasarkan Aktivitas Fisik di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Aktivitas Fisik n %
Kurang 41 45.6
Baik 49 54,4
Jumlah 90 100
4. Analisis Bivariat
Tabel 4.12
Hubungan Umur dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Kejadian Diabetes Melitus
Total p-value
Umur DM Tidak DM
n % n % N %
≥ 45 53 63,1 31 36,9 84 100
< 45 1 16,7 5 83,3 6 100 0,036
Total 54 60,0 36 40,0 90 100
responden (16,7%).
didapat nilai p-value = 0,036 < α = 0,05 maka Ho ditolak yang artinya
2020.
64
Tabel 4.13
Hubungan Keturunan dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Kejadian Diabetes Melitus
Total
Keturunan DM Tidak DM p-value
n % n % N %
Ada 38 79,2 10 20,8 48 100
Tidak ada 16 38,1 26 61,9 42 100 0,000
Total 54 60,0 36 40,0 90 100
Tahun 2020.
65
Tabel 4.14
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Kejadian Diabetes Melitus
Pola Total
DM Tidak DM p-value
Makan
n % n % N %
Kurang baik 41 83,7 8 16,3 49 100
Baik 13 31,7 28 68,3 41 100 0,000
Total 54 60,0 36 40,0 90 100
oleh faktor pola makan yang kurang baik yaitu sebanyak 41 responden
(31,7%).
Tahun 2020.
66
2020
Tabel 4.15
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes Melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar
Kota Banjarmasin Tahun 2020
Kejadian Diabetes Melitus
Aktivitas Total
DM Tidak DM p-value
Fisik
n % n % N %
Kurang 24 58,5 17 41,5 41 100
Baik 30 61,2 19 38,8 49 100 0,966
Total 54 60,0 36 40,0 90 100
B. Pembahasan
1. Analisis Univariat
responden (71,0%).
hampir pada seluruh sistem tubuh manusia mulai dari kulit hingga
TBC dan komplikasi pada kulit seperti ganggren dan ulkus. Pada
Perubahan gaya hidup dan pola makan modern menjadi salah satu
serta makanan dan minuman cepat saji setiap harinya menjadi salah satu
pula dengan gaya hidup yang malas dalam beraktivitas fisik dan
jumlah kasus diabetes melitus akibat gaya hidup yang malas tersebut.
b. Umur
kondisi resistensi pada insulin yang berakibat tidak stabilnya kadar gula
c. Keturunan
diabetes melitus.
memiliki salah satu atau lebih anggota keluarga baik itu orang tua
d. Pola Makan
kurang baik yaitu pola makan yang tinggi karbohidrat dengan indeks
glikemik tinggi secara berulang atau dalam jangka waktu yang lama
yang datang berobat rata-rata memiliki pola makan yang kurang sehat
unsur makanan yang dikonsumsi. Maka dari itu sangat penting untuk
lainnya.
e. Aktivitas Fisik
responden (45,6%).
dilakukan.
fisik atau gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan
tenaga gerak. Sehingga jumlah gula dalam tubuh akan berkurang, dan
insulin dalam metabolisme glukosa dan lemak pada otot rangka. Orang
makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak akan dibakar tetapi akan
2. Analisis Bivariat
uji chi square diperoleh nilai yang signifikan p-value = 0,036 < α =
0,05 dimana Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara umur dengan
Isnaini & Ratnasari (2016) dengan hasil uji statistik yang menunjukkan
nilai p-value = 0,010 < α = 0,05 yang artinya ada hubungan antara umur
Puskesmas I Wangon.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
hasil uji statistik nilai p-value = 0,026 < α = 0,05 yang artinya
namanya pertambahan usia dan usia itu sendiri menjadi sebagai faktor
menginjak 65 tahun, hal itu disebabkan karena pada saat usia tersebut
mulai terjadi intoleransi glukosa dan pada saat usia tersebut juga terjadi
ketidakstabilan kadar gula darah, maka dari itu diabetes sering muncul
Tahun 2020
uji chi square diperoleh nilai yang signifikan p-value = 0,000 < α =
Berdasarkan hasil uji statistik nya didapatkan nilai p-value = 0,000 < α
= 0,05.
oleh Dindi Paizer (2016) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
dengan yang ada keturunan sebanyak 5 orang. Dari hasil uji statistik
keluarga baik itu ibu, ayah ataupun keluarga lain yang terkena diabetes
tersebut memiliki bibit atau cikal bakal untuk terkena diabetes. Dalam
sebuah literatur menyebutkan jika satu orang tua terkena diabetes maka
risiko peluang untuk terkena juga sebesar 15% dan jika kedua orang tua
diabetes tersebut pula sebesar 75%. Tentunya hal tersebut bisa dicegah
dengan menerapkan pola makan dan gaya hidup yang sehat baik itu
Tahun 2020
(31,7%).
uji chi square diperoleh nilai yang signigfikan p-value = 0,000 < α =
0,05 dimana Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara pola makan
Minda Patia Sari (2016) dengan nilai p-value = 0,002 < α = 0,05 yang
dilakukan oleh Putri Dafriani (2017) yang juga menyatakan bahwa ada
makanan dan minuman tinggi gula, tinggi lemak dan tinggi karbohidrat.
diabetes.
Tahun 2020
responden (58,5%).
square diperoleh nilai yang tidak signifikan p-value = 0,966 > α = 0,05
nya sebagian besar responden nya beraktivitas fisik ringan dan tidak
oleh Nuraini & Supriyatna (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada
dengan hasil uji statistik p-value = 0,634 > α = 0,05. Didapatkan dari 34
Dalam hal ini aktivitas fisik bukan saja menjadi salah satu faktor yang
pemicu lain yang juga berkaitan yaitu pola makan. Jika dilihat dari hasil
yang terpakai sedikit dan gula yang diserap oleh tubuh juga sedikit
PENUTUP
A. Kesimpulan
makan yang kurang baik sebanyak 41 orang (83,7%) dan sebagian besar
responden yang tidak menderita diabetes memiliki pola makan yang baik
79
80
aktivitas fisik yang baik sebanyak 30 orang (61,2%) dan sebagian besar
responden yang tidak menderita diabetes memiliki aktivitas fisik yang baik
Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin Tahun 2020 dengan nilai (p-
value = 0,036).
B. Saran
dan aktivitas olahraga bersama untuk usia ≥ 45 tahun yang sangat rentan
pada usia tersebut sudah mulai rentan terkena penyakit termasuk diabetes
melitus dan diharapkan agar bisa melakukan kotrol kesehatan secara rutin
berupaya menjaga pola makan yang sehat sesuai dengan kebutuhan serta
apakah jika seorang ayah yang terkena diabetes maka anak dengan jenis
kelamin mana yang lebih berisiko terkena diabetes begitu juga sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, A. 2017. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam RSUD Jombang. Skripsi
Ilmu Keperawatan. STIKES Insan Cendekia Medika, Jombang.
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/46/1/133210005%20Anita%20Astuti.pdf
(Diakses 18 Februari 2020).
Bustan, Najib. 2015. Manejemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Rineka Cipta
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. 2019. Data 3 Tahun Terakhir Penyakit
Diabetes Melitus
Dafriani, P. 2017. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian
Diabetes Melitus Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang.
Jurnal Keperawatan Vol 13 No 2, 70-77.
Fitriana, R., & Rachmawati, S. 2016. Cara Ampuh Tumpas Diabetes. Yogyakarta:
Medika
Febriyanti, D. R., 2016. Hubungan Perilaku Sedentari Dan Pola Makan Dengan
Kejadian Diabetes Melitus Di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun
2016. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. STIKES Dehasen Bengkulu.
Fahrudini. 2015. Hubungan Antara Usia, Riwayat Keturunan Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Ruang Flamboyan RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Skripsi. Ilmu Keperawatan. STIKES
Muhammadiyah Samarinda.
Ismawati. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Pola Makan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka
Banjarmasin Tahun 2018. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
UNISKA Banjarmasin.
Isnaini, N., & Ratnasari, R. 2018. Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian
Diabetes Mellitus Tipe Dua. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Aisyiyah, 14(1), 59-68.
https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/jkk/article/view/550
(Diakses 13 Februari 2020)
Imelda, Sonta. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diabetes
Melitus Di Puskesmas Harapan Raya Tahun 2018. Jurnal Scientia Vol. 8
No. 1, 28-39.
Juddin, D. R., 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko DM Dengan
Status DM Pada Pegawai Negeri Sipil UIN Alauddin Makassar Tahun
2017. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Alauddin
Makassar http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/7120/1/DIAH%20RISMAYANI%20JUDDIN.pdf (Diakses 19
Februari 2020)
Kemenkes RI, Balitbangkes, 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta.
https://www.academia.edu/38592897/HASIL UTAMA RISKESDAS 2018
(Diakses 18 Februari 2020)
Mahmud, Fharitz R., dkk, 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penyakit Diabetes Melitus Di Ruang Poli Interna RSUD
MokopidoKabupaten Tolitoli.
http://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/jom/article/view/348 (Diakses 15
Februari 2020)
Megasari, Miratu. 2016. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diabetes Mellitus Pada Lansia Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Tahun 2016. Jurnal Menara Ilmu Vol. 11 No. 75, 123-127
Marwansyah, 2015. Hubungan Berat Badan, Perilaku Merokok Dan Usia Dengan
Penyakit Diabetes Mellitus Di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. H. Andi
Abdurrahman Noor Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNISKA Banjarmasin.
Nuraini, H. Y & Rachmat Supriyatna. 2015. Hubungan Pola Makan, Aktivitas
Fisik Dan Riwayat Penyakit Keluarga Terhadap Diabetes Melitus Tipe 2.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 5-14.
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Paizer , Dindi., M. Hasan Azhari, 2016. Hubungan Antara Pola Makan Dan
Keturunan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit
Dalam RS. TK. II Dr. AK. Gani palembang tahun 2016.
http://ejp.akperkesdam2sriwijaya.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/1/1
(Diakses 15 Februari 2020)
PERKENI. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 Di Indonesia. PB Perkeni.
Profil Puskesmas Karang Mekar Tahun 2019.
Puskesmas Karang Mekar. Laporan Tahunan 10 Penyakit Terbanyak 2019.
Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin.
Riskesdas, 2018. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta.
Rosikhoh, N. I., 2016. Gambaran Penderita Gangren Dan Idenitifikasi Faktor
Pemicu Kejadian Gangren Pada Penderita Diabetes Mellitus. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Semarang.
http://repository.unimus.ac.id/37/1/Full%20text%20Skripsi%201.pdf
(Diakses 10 Februari 2020)
Ramadhan, Musyayadah. 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diabetes Melitus Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Dan RS Universitas
Hasanuddin Makassar Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Hasanuddin Makassar.
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZWM
yYWVlYTcyZWQyMmJhZTIzM2I0OTBhZDQ4MjM3N2JhY2FiMjhhNg
==.pdf (Diakses 10 Februari 2020)
Sari, Nonita. 2019. Aktivitas Fisik Dan Hubungannya Dengan Kejadian Diabetes
Melitus. Jurnal Kesehatan Vol 2 No 4.
Sari, Minda P., Ahmad F. U. 2016. Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik dan
Pelayanan Kesehatan dengan Kejadian Diabetes Mellitus pada Lansia di
Wilayah Puskesmas Pondok Gede Bekasi. Jurnal Persada Husada Volume 3
No.10
http://jurnal.stikesphi.ac.id/index.php/Kesehatan/article/download/129/66
(Diakses 18 Februari 2020)
Soebroto, Ihsan. 2015. Hidup Bahagia Dengan Diabetes. Yogyakarta : Bangkit
Sutanto, Teguh. 2013. Diabetes Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta:
Buku Pintar.
Trisnawati, S. K, Soedijono Setyogoro. 2012. Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5 (1)
Yahya, Nadjibah. 2018. Hidup Sehat Dengan Diabetes. Solo : Metagraf.
Wadja, Helena et al. 2019. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Diabetes Mellitus di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun
2018. JURNAL BIOSAINSTEK, 1(01), 38-45.
http://jurnal.ummu.ac.id/index.php/BIOSAINSTEK/article/view/211
(Diakses 14 Februari 2020)
LAMPIRAN
PENGANTAR KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG
MEKAR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2020
akhir studi yaitu skripsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
menjadi responden dalam penelitian ini. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga
Bapak/Ibu menjawab dengan jawaban yang jujur tanpa menutupi hal yang
sebenarnya.
Muhammad Ramadhan
PENGANTAR KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG
MEKAR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2020
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapatkan penjelasan, dengan ini menyatakan bersedia untuk
Responden
…………………………
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG
MEKAR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2020
Petunjuk pengisian kuesioner : isilah titik-titik dan berilah tanda checklist (√)
pada kolom yang tersedia
A. Identitas Responden
1. Nomor Responden : …………………………………….
2. Tanggal pengisian kuesioner : …………………………………….
3. Nama : …………………………………….
4. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
5. Umur : …………. Tahun
6. Alamat : …………………………………….
7. Pendidikan terakhir : ( ) Tidak sekolah ( ) SD
( ) SMP/Sederajat ( ) SMA/Sederajat
( ) Perguruan Tinggi
8. Pekerjaan : …………………………………….
Petunjuk : Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap benar !
1. Apakah bapak/ibu di diagnosis menderita penyakit Diabetes Melitus ?
a. Ya b. Tidak
C. Keturunan/Riwayat Keluarga
Petunjuk : Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap benar !
1. Apakah ada anggota keluarga bapak/ibu yang menderita Diabetes
Melitus ?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika (Ya), siapa yang menderita ?
a. Ayah c. Kakek e. Saudara
b. Ibu d. Nenek
Sumber : Adopsi dari (Astrid, 2017)
D. Pola Makan
Petunjuk : Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap sesuai !
E. Aktivitas Fisik
Petunjuk : Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap sesuai !
Statistics
N Valid 90 90 90
Missing 0 0 0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Kejadian
Diabetes Melitus Umur Keturunan Pola Makan Aktivitas Fisik
N Valid 90 90 90 90 90
Missing 0 0 0 0 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pola Makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Aktivitas Fisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Keturunan * Kejadian
90 100.0% 0 0.0% 90 100.0%
Diabetes Melitus
DM Tidak DM Total
Umur ≥ 45 Count 53 31 84
< 45 Count 1 5 6
Total Count 54 36 90
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
N of Valid Cases 90
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.40.
Crosstab
DM Tidak DM Total
Total Count 54 36 90
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.80.
Crosstab
DM Tidak DM Total
Baik Count 13 28 41
Total Count 54 36 90
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.40.
DM Tidak DM Total
Baik Count 30 19 49
Total Count 54 36 90
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.40.