Anda di halaman 1dari 34

Tugas Kelompok

Mata Kuliah Keperawatan Diabetes Mellitus

TUGAS LOG BOOK 1

Dosen Pengampu :
Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep., Sp.MB

Disusun oleh :

Kelompok 6

Juliana Dewi Anjani (PO.62.20.1.23.806)

Septi Nofiasari (PO.62.20.1.23.812)

Prodi :

Sarjana Terapan Keperawatan

Kelas :

RPL Angkatan 1

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA

TAHUN AJARAN 2023/2024


LOGBOOK 1
MATA KULIAH : KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

Pada pertemua ini Saudara akan mendiskusikan tentang:


1. Prevalensni DM
2. Patofisiologi Diabetes Melitus
3. Konsep dasar Diabetes Melitus

Mahasiswa:
1. JULIANA DEWI ANJANI NIM PO 6220123806
2. SEPTI NOFIASARI NIM PO 6220123812
TOPIK I
EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS

Tujuan Penugasan:
Setelah menyelesaikan tugas ini, peserta didik diharapkan mampu memprediksikan
1. Epidemiologi DM secara global, nasional dan Kalimantan tengah
2. Perbedaan prevalensi DM pada daerah dan waktu yang berbeda
3. Perkembangan DM secara global dan Indonesia
4. Kecendrungan dan isu tentang penyakit DM
5. Faktor risiko DM
6. Dampak Ekonomi yang ditimbulkan DM.

Aktivitas I
Berikut ini data estimasi prevalensi DM pada 7 (Tujuh) wilayah yang berbeda pada tahun 2000. Usia
populasi berada pada 20-29 tahun.

Tabel 1. Prevalensi DM Tahun 2000

Jumlah Jumlah Orang Prevalensi


Wilayah
Populasi dengan DM DM
Asia Tenggara 664.021.000 36.521.155 5,5%
Meditarania dan Timur Tengah 219.781.000 16.923.137 7,7%
Pasifik Barat 1.219.457.000 43.900.452 3,6%
Eropa 462.724.000 22.673.476 4,9%
Amerika Utara 273.794.000 21.355.932 7,8%
Amerika Serikat dan Selatan 233.013.000 8.621.481 3,7%
Afrika 217.888.000 2.614.656 1,2%
Total 3.290.678.000 152.610.289 4,6%

1. Pada tabel di atas pada kolom Jumlah orang dengan DM terdapat kolom yang kosong. Berapa
jumlah orang pada kolom yang kosong tersebut!

Jumlah orang dengan DM pada kolom kosong adalah hasil dari Jumlah Populasi
dikalikan dengan Prevalensi DM.
Hal ini didapat dapat dari rumus Prevalensi, yaitu 𝑃 = 𝑥 100%

Maka jumlah orang dengan DM di wilayah :


Asia Tenggara = 664.021.000 𝑥 5.5% = 365.521.155 orang
Pasifik Barat = 1.219.457.000 𝑥 3.6% = 43.900.452 orang
Amerika Utara = 273.794.000 𝑥 7.8% = 21.355.932 orang
Afrika = 217.888.000 𝑥 1.2% = 2.614.656 orang

2. Dari tabel di atas wilayah mana yang mempunyai jumlah populasi paling rendah dan berapa
prevalensi DM?

Nama Wilayah Afrika


Prevalensi DM 1.2 %

3. Dari tabel di atas Negara Indonesia masuk Wilayah mana dan beberapa prevalensi DM pada tahun
2000?

Nama Wilayah Asia Tenggara


Prevalensi DM 5.5%

4. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Indonesia adalah 228.523.342 orang. Apabila prevalensi DM
mencapai 5,7%, berapa orang Indonesia pada tahun 2008 yang menderita DM?

Rumus Prevalensi, yaitu 𝑃 = 𝑥 100%

Maka Jumlah orang dengan DM di Indonesia tahun 2008 adalah Jumlah Populasi dikalikan
dengan Prevalensi DM, yaitu sebagai berikut :
Jumlah orang dengan DM = 228.523.342 𝑥 5.7% = 13.025.830,494 dibulatkan
menjadi 13.025.831 orang
5. Pada tahun 2008 penduduk jawa timur berjumlah 37.071.731 orang. Penderita DM diperkirakan
mencapai 2.520.878 orang. Berapa prevalensi DM di Jawa Timur pada tahun 2008

Rumus Prevalensi, yaitu 𝑃 = 𝑥 100%


. .
Maka Prevalensi DM di wilayah Jawa Timur tahun 2008 = 𝑥 100% = 6.8%
. .

Aktivitas II
1. Di Indonesia terjadi peningkatan toleransi glukosa sehingga meningkatnya prevalensi DM.
Bagaimana pendapat saudara dengan kondisi tersebut

Peningkatan toleransi glukosa mungkin terjadi akibat dari pola diet dan gaya hidup
masyarakat Indonesia sekarang. Dimana masyarakat Indonesia sekarang menjadi lebih
konsumtif terhadap makanan cepat saji yang mengandung pemanis buatan, perasa buatan,
pengawet buatan, tinggi kandungan gula, berlemak dan lainnya. Perilaku ini tidak jarang
disertai dengan pola aktivitas atau latihan yang tidak seimbang, dimana dengan alasan tidak
punya waktu untuk berolahraga secara khusus, juga dikarenakan sudah lelah bekerja
seharian, maka waktu digunakan untuk istirahat. Yang jadinya istirahat itu sendiri cenderung
kurang gerak namun dengan pola diet yang tidak sehat atau banyak makan. Pada akhirnya
terjadi penumpukan cadangan makanan dalam tubuh yang tidak dibakar sebagaimana
mestinya, dapat memicu terjadinya penyakit diabetes mellitus. Tentu saja hal ini diluar dari
kasus diabetes mellitus yang diturunkan.

2. Sebutkan 3 faktor risiko dari lingkungan yang mendukung terjadinya DM

Faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya DM :


1. Aktivitas fisik : lingkungan yang tidak membiasakan olahraga secara teratur, tidak
tersedianya sarana/prasaran olahraga di sekitar tempat tinggal
2. Diet : lingkungan yang terbiasa makan makanan cepat saji dan tidak seimbang
3. Informasi dan manajemen kesehatan : jarang atau tidak pernah memeriksakan diri
ke faskes, akses faskes sulit, akses informasi sulit.
3. Di bawah ini adalah survey di kota D pada tahun 2008. Ada 1247 orang dalam 135 keluarga; 231
dari mereka berumur di bawah 20 tahun. Dari 1016 kasus, rata-rata usia berada pada 37,5 tahun,
503 (49,5%) adalah laki-laki dan 158 (15,6%) adalah obesitas, 201% (19,8%) mempunyai aktivitas
yang teratur, 306 (30,1%) menderita hypertensi, 71 (6,9%) menderita DM dan 219 (21,6%) orang
diketahui mempunyai riwayat keluarga menderita DM. Total populasi studi untuk DM (1016) yang
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu DM (71) dan non DM (945) untuk membandingkan parameter
pada kelompok 2.
Hasil ringkasan ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Parameter Total Populasi Diabetes Non-diabetes
Jumlah 1016 71 945
Rata-rata umur 37,3 51 36,5
Jenis kelamin (L:P) 503:513 37:34 466:479
Obesitas 158 (15,6%) 41 (57,7%) 117 (12,4%)
Aktivitas fisik 201 (19,8%) 23 (32,4%) 178 (18,8%)
Riwayat keluarga DM 219 (21,6%) 44 (61,9%) 175 (18,5%)
Hypertensi 306 (30,1%) 34 (47,9%) 272 (28,8%)

Aktivitas III
Pada kolom sebelah kiri berisi pernyataan yang ada hubungannya dengan data survey di atas. Tulis
pendapat anda pada kolom sebelah kanan!

No. Pernyataan Pendapat


1 Prevalensi DM di kota D adalah
6,9% 𝑃= 𝑥 100% = 6.98%

Ya, benar prevalensi DM di kota D adalah 6.9% atau


dapat dibulatkan menjadi 7%.

2 Usia lanjut menderita DM yang


lebih banyak Dari data didapatkan rata-rata umur penderita DM
adalah usia pra lansia, yaitu 51 tahun.
3 Perbedaan jenis kelamin antara
DM dan non DM tidak dapat Tidak benar, sebab terdapat perbandingan jumlah
ditentukan antara Laki-laki dan Perempuan, sehingga antara DM
dan non DM dapat ditentukan jenis kelaminnya.

4 Obesitas tidak dapat ditemukan


pada kota D, tetapi diabetes Tidak benar, obesitas dapat ditemukan pada kota D,
dengan obesitas sebab terdapat informasi jumlah Obesitas yang
menderita diabetes dan jumlah Obesitas yang Non-
diabetes.

5 Hanya 20% orang dengan


aktivitas yang teratur, diabetes Ya benar, terlihat demikian dikarenakan jumlah orang
terlihat lebih banyak daripada dengan DM yang melakukan aktivitas fisik teratur
non diabetes adalah 32.4% dari populasi dengan DM. Sedangkan
untuk orang Non-diabetes yang melakukan aktivitas
fisik teratur adalah 18.8% dari populasi Non-diabetes.
Meskipun secara jumlah Non-diabetes mempunyai
populasi lebih besar dibandingkan orang dengan DM,
namun secara prevalensi angkanya lebih kecil.

6 Riwayat keluarga dengan DM


secara umum pada kelompok Kasus DM lebih besar pada kelompok DM dengan
pada kelompok diabetes riwayat keluarga DM, yaitu 61.9%, hal ini dikarenakan
orang yang mempunyai riwayat penyakit genetik sudah
mempunyai “bibit” penyakit tersebut di dalam gennya,
sehingga lebih berisiko mengalami penyakit tersebut
dibandingkan orang yang tidak punya riwayat.

7 Hipertensi lebih banyak pada


kelompok diabetes Kasus Hipertensi lebih banyak pada kelompok diabetes,
dapat disebabkan oleh proses patofisologi penyakit itu
sendiri. Kondisi kadar gula dalam darah tinggi
disebabkan kekurangan/ketidakmampuan tubuh
memproduksi insulin, sehingga gula menumpuk dalam
aliran darah tidak dapat diolah menjadi energi. Kondisi
ini menyebabkan kerja pembuluh darah menjadi lebih
berat, pada pembuluh darah ginjal salah satunya.
Dimana ginjal berperan dalam menyaring darah, apabila
terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal, maka
dapat terjadi kerusakan atau gangguan pada fungsi
ginjal. Salah satunya adalah terganggunya fungsi ginjal
dalam menghasilkan hormon yang berperan dalam
menjaga keseimbangan darah dan sistem
kardiovaskular.

Aktivitas IV
Bagaimana dampak ekonomi penyakit diabetes mellitus

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang memerlukan pengobatan seumur hidup, yang memerlukan
biaya tidak sedikit.
Studi Cost Illness sudah dilakukan di berbagai Negara, dari studi tersebut ditemukan bahwa DM
menempatkan beban keuangan yang signifikan tidak hanya pada sistem perawatan kesehatan,
tetapi juga pada individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Penelitian menemukan bahwa faktor penting sebagai penentu dari biaya langsung adalah
penggunaan obat antidiabetes dan komplikasi yang diderita. Dampak juga terjadi pada biaya
transportasi, biaya hilangnya produktivitas dan biaya pendamping. Durasi perawatan yang lama
dan jarak tempat tinggal yang jauh, maka biayanya semakin tinggi.
Evaluasi cost of illness memungkinkan pembuat kebijakan dan masyarakat umum, memahami
besarnya beban keuangan serta biaya yang berkaitan dengan program pengendalian DM dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan penderita DM.
TOPIK 2
PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS

Tujuan Penugasan
Setelah menyelesaikan penugasan sesi ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memerinci fungsi masing-masing organ yang terlibat dalam keseimbangan glukosa (otak, traktus
gastrointestinal, pancreas, liver, otot, jaringan lemak, dan ginjal.
2. Membandingkan pengaruh genetik, autoimun dan lingkungan terhadap terjadinya DM tipe 1 dan
DM tipe 2
3. Menyimpulkan hubungan resistensi insulin, penurunan insulin, peningkatan glukagon dengan
keseimbangn glukosa darah (proses glukoneogenesis, glikogenolisis, lipolisis dan ketogenesis)
4. Memerinci komplikasi akut diabetes melitus meliputi hipoglikemia dan hiperglikemia
5. Memerinci komplikasi kronis diabetes mellitus meliputi mikroangiopati, makroangiopati dan
neuropati

Aktivitas 1

Gambarkan struktur/ anatomi organ yang terlibat dalam keseimbangan glukosa

Saluran Empedu Limpa


Arteri Limpa
Pankreas

Saluran Pankreas
Sel Asinar

Pulau Langerhans

Duodenum PANKREAS
Aktivitas 2
Isilah kolom sebelah kanan pada tabel di bawah ini dengan menjelaskan fungsi sel-sel pankreas yang
ada pada kolom sebelah kiri!
Sel Pankreas Fungsi Endokrin
Sel alfa (α)
Sel yang berfungsi sebagai penghasil hormon glukagon, berperan dalam
meningkatkan kadar gula dalam darah dan memecah gula dalam hati lalu
membawanya ke darah.

Sel Beta (β)


Sel yang berfungsi sebagai penghasil hormon insulin, berperan dalam
menurunkan kadar gula dalam darah, apabila kadar gula dalam darah
berlebihan.

Sel Delta (λ)


Sel yang berfungsi sebagai penghasil hormon somatostatin, berperan
menghambat sekresi glukagon oleh sel Alfa dan menghambat sekresin
insulin oleh sel Beta.

Sel Polipeptida
Pankreas (PP)
Sel yang berfungsi sebagai penghasil polipeptida pankreas, berperan
dalam memperlambat penyerapan makanan.

Aktivitas 3
Perhatikan kasus berikut ini!
Seorang laki-laki a.n. Tn. A usia 38 tahun di rawat di ruang A sebuah RS X, pada pukul 13.00 WIB
(setelah makan siang) dilakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dan didapatkan hasil GDS
230 mg/dl. Setelah 6 jam, dilakukan kembali pemeriksaan kembali dan didapatkan hasil GDS 170
mg/dl.
a. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran pankreas dan saluran cerna dalam
mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal

Karbohidrat / gula → penyerapan oleh saluran pencernaan → gula dalam aliran darah →
Pankreas → Sel α, β, λ, PP → hormon glukagon, insulin, somatostatin, polipeptid pankreas

Kadar gula darah ↑ diproduksi insulin, PP


memperlambat proses penyerapan makanan
Kadar gula darah ↓ diproduksi glukagon
Kadar gula darah stabil diproduksi stomatostatin
→ → kadar gula darah terkontrol

b. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran pankreas dalam mempertahankan glukosa
darah pada seseorang yang sedang berpuasa!

Puasa → gula dalam darah ↓ → Pankreas → sel α produksi glukagon → glikolisis cadangan
glikogen (karbohidrat, protein, lemak) → glukosa → penyerapan oleh saluran cerna → gula
dalam darah ↑ atau normal / stabil.

Aktivitas 4
Perhatikan pernyataan dalam tabel berikut ini, berikan label B jika benar atau S jika salah, serta
berikan penjelasan pada kolom sebelah kanan!

Pernyataan Benar atau Penjelasan


Salah
Diantara waktu makan dan sepanjang S Dalam kondisi tidak terdapat suplai glukosa
malam tidak terdapat suplai glukosa ke darah, tubuh akan berespon untuk
ke darah dari usus, hal ini akan memecah cadangan glikogen yang ada di
menyebabkan sekresi insulin hati untuk kebutuhan metabolisme tubuh
meningkat meskipun dalam kondisi istirahat, hal ini
agar dapat menjalankan fungsi fisiologis
dengan baik.
Pernyataan Benar atau Penjelasan
Salah
Diantara waktu makan dan sepanjang B Dalam kondisi tidak terdapat suplai glukosa
malam tidak terdapat suplai glukosa ke darah, tubuh akan berespon untuk
ke darah dari usus, hal ini akan memecah cadangan glikogen yang ada di
menyebabkan produksi gula dari hati untuk kebutuhan metabolisme tubuh
hepar meningkat meskipun dalam kondisi istirahat, hal ini
agar dapat menjalankan fungsi fisiologis
dengan baik.

Pada saat makan terdapat suplai B Kadar gula dalam darah yang tinggi
glukosa darah yang berlebihan dari direspon oleh tubuh lewat sel β Pankreas
usus, mekanisme tubuh kita untuk untuk memproduksi hormon insulin untuk
mempertahankan kondisi menurunkan kadar gula dalam darah
normoglikemi adalah dengan sehingga kadar gula dalam darah terkontrol
meningkatkan sekresi insulin. atau stabil.

Pada saat makan, terdapat suplai S Pada kondisi kadar gula dalam darah tinggi,
glukosa darah yang berlebihan dari maka sel β Pankreas akan memproduksi
usus, mekanisme tubuh kita untuk hormon insulin untuk menurunkan kadar
mempertahankan kondisi gula dalam darah, sel λ Pankreas akan
normoglikemi adalah produksi gula memproduksi hormon somatostatin yang
dari hepar meningkat. menghambat sekresi hormon glukagon dan
polipeptide pankreas akan merespon
dengan memperlambat proses penyerapan
makanan, sehingga kadar gula dalam
darah turun atau stabil.
Aktivitas 5
a. Jelaskan bagaimana peran liver dalam mempertahankan keseimbangan gula darah agar tetap
normal pada saat terjadi hiperglikemia maupun hipoglikemia
Pada kondisi hiperglikemia yaitu kadar gula dalam darah tinggi, liver akan menyaring gula dari
darah dan menyimpan kelebihan gula tersebut sebagai cadangan energi dalam bentuk
glikogen.
Pada kondisi hipoglikemia yaitu kadar gula dalam darah rendah, liver akan memecah cadangan
glikogen yang tersimpan menjadi glukosa untuk dilepaskan ke dalam aliran darah.
b. Jelaskan bagaimana peran otot dalam mempertahankan keseimbangan gula darah agar tetap
normal pada saat terjadi hiperglikemia maupun hipoglikemia!
Otot adalah salah satu organ yang menyokong aktivitas fisik yang memungkinkan manusia
untuk dapat bergerak secara aktif. Otot yang bergerak akan memicu proses pembakaran dalam
tubuh sebagai proses menghasilkan energi.
Pada kondisi hiperglikemia, otot aktif melakukan gerak adalah salah satu cara untuk
menurunkan kadar gula dalam darah, yaitu kelebihan gula tersebut digunakan sebagai sumber
energi, sehingga kadar gula darah dapat terkontrol.
Pada kondisi hipoglikemia, otot akan merespon kekurangan energi dalam bentuk kelemahan
atau kelelahan, sehingga tubuh akan merespon dengan cara memecah cadangan glikogen
dan/atau sinyal lapar.

c. Jelaskan pengaruh genetik, autoimun dan faktor risiko terhadap terjadinya DM tipe 1 dan DM tipe
2. Gambarkan dalam bentuk patoflow.
DM Tipe 1
Genetik, antibodi, lingkungan → kerusakan sel-sel Pankreas → produksi insulin sedikit atau
tidak ada sama sekali → kadar gula dalam darah tidak terkontrol → DM tipe 1
DM tipe 2
Genetik, gaya hidup, obesitas, usia → sel-sel Pankreas → produksi insulin → sel-sel tubuh
resisten insulin → gula dalam darah tidak diserap → kadar gula dalam darah tidak terkontrol
→ DM tipe 2
Aktivitas 6

a. Jelaskan gambarkan dalam bentuk patoflow, hubungan resistensi insulin, penurun insulin,
peningkatan glukagon dengan keseimbangan glukosa darah (proses glukoneogenesis,
glikogenolisis, lipolisis dan ketogenesis).

Glukagon ↑
Insulin ↓
Resisten insulin

Jaringan Hati Hati Jaringan


Lemak Tepi

Lipolisis Ketogenesis Glukoneogenesis Penggunaan


Glikogenolisis glukosa ↓

Hiperglikemia
Asidosis
Diuresis osmotik
Ketosis
Dehidrasi

Pada kondisi glukagon meningkat maka akan terjadi proses ketogenesis dan glukoneogenesis,
sebagai respon terhadap kadar gula darah yang rendah, simpanan glikogen dipecah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Pada kondisi insulin kurang atau tidak ada sama sekali, maka
akan terjadi kelebihan kadar gula dalam darah dikarena lambatnya penyerapan glukosa darah
atau tidak terserapnya glukosa darah ke dalam sel/jaringan yang seharusnya digunakan
sebagai sumber energi. Apabila kondisi ini terus berlanjut maka akan terjadi reaksi dalam tubuh
yaitu Asidosis, Ketosis, Hiperglikemia, Diuresis Osmotik, dan Dehidrasi.
Pada kondisi resisten insulin, dimana sel β tetap memproduksi insulin, namun insulin tidak
dapat menempel ke reseptor sel, maka akan terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh
sel/jaringan. Resistensi insulin memicu terjadinya lipolisis dan glikogenolisis. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan atau kadar gula dalam darah berlebih. Apabila kondisi ini terus
berlanjut maka akan terjadi yaitu Hiperglikemia, Diuresis Osmotik dan Dehidrasi.
b. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran glukagon dalam proses glukoneogenesis
untuk meningkatkan kadar gula darah

Kadar gula darah ↓

Sel α Kelenjar
Pankreas adrenal

Glukagon ↑ Epinefrin

Hati

Glukoneogenesis

Kadar gula darah ↑ atau stabil

Kadar gula darah yang rendah memicu sel α Pankreas untuk produksi hormon glukagon.
Glukagon bersamaan dengan efinefrin memicu terjadinya glukoneogenesis di hati. Pada
proses ini terjadi pemecahan cadangan glikogen di hati menjadi glukosa, sehingga kadar
glukosa dalam darah meningkat atau stabil.
c. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran insulin dalam proses lipogenesis!

Kadar gula darah ↑

Sel β
Pankreas

Insulin ↑

↑ pengambilan glukosa
di jaringan adiposa menuju membran plasma

Lipogenesis di hati pada bagian sitoplasma, mitokondria dan jaringan adiposa

Kadar gula darah yang tinggi memicu sel β Pankreas untuk produksi hormon insulin. Insulin
meningkatkan pengambilan glukosa dari darah ke sel. Peningkatan pengambilan glukosa dan
kelebihan energi yang bersumber dari lemak akan memicu terjadinya lipogenesis.
d. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran dan hubungan antara glukosa, insulin dan
lipolisis

Kadar gula darah ↑

Sel β Pankreas

Insulin ↑

↑ penggunaan glukosa oleh sel tubuh Lipolisis dihambat

Kadar gula darah stabil

Kadar gula dalam darah tinggi, sel β Pankreas menghasilkan hormon insulin yang
meningkatkan penggunaan glukosa darah oleh sel dan menghambat proses lipolisis, sehingga
kadar gula darah stabil.

Aktivitas 7

Perhatikan kasus berikut ini!

Seorang laki-laki an.Tn. Abdul usia 52 tahun bekerja sebagai tenaga administrasi di suatu perusahaan
swasta. Beberapa bulan terakhir merasakan badan lemah, kemudian dia pergi ke dokter untuk
konsultasi dan dianjurkan untuk TTGO. Tn Abdul adalah seorang ayah dengan 3 anak (2 perempuan
dan 1 laki-laki). Istrinya memiliki riwayat diabetes pada kehamilan anak yang ketiga dan telah normal
setelah melahirkan. Pada saat ini lebih banyak meluangkan di kantor, sehingga menyebabkan Tn
Abdul tidak pernah melakukan olahraga dan pola makan tidak teratur. Pada beberapa tahun terakhir
dia merasakan peningkatan berat badan. Pada keluarga Tn. Abdul juga terdapat yang menderita DM
yaitu ayah kandung, saudara laki-laki dan saudara perempuan.
a. Perhatikan faktor-faktor yang mungkin berkontribusi menyebabkan diabetes pada Tn Abdul pada
kolom paling kiri. Berikan checklist (√) pada kolom Ya dan Tidak, Berikan penjelasan pada kolom
paling kanan, apabila faktor tersebut berkontribusi (Ya) terhadap diabetes pada Tn. Abdul, serta
apakah faktor tersebut dapat dimodifikasi

Berkontribusi
Faktor terhadap DM Proses terjadinya DM dan Cara modifikasi
Ya Tidak
Usia 56 tahun √ Umur > 45 tahun berisiko untuk mengalami DM tipe 2.
Umur tidak dapat dimofikasi, sebab proses fisiologis
menua.
Namun dapat dilakukan manajemen kesehatan
seperti rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan
menerapkan pola hidup sehat.

Jenis kelamin laki-laki √ Jenis kelamin tidak banyak berperan dalam terjadinya
DM. Karena baik laki-laki maupun perempuan
mempunyai risiko yang sama, tentu saja dipengaruhi
oleh faktor lainnya.

Menikah √ DM bukan penyakit menular, sehingga status


pernikahan tidak berpengaruh pada proses terjadinya
penyakit.
Ayah menderita √ Riwayat penyakit dalam keluarga dapat meningkatkan
diabetes risiko terjadinya DM, dimana DM adalah salah satu
penyakit tidak menular yang dapat diturunkan melalui
genetik.
Cara modifikasi yang dapat dilakukan adalah rutin
memeriksakan kesehatan dan menghindari faktor
risiko DM (selain factor genetik).
Saudara laki-laki dan √ Riwayat penyakit dalam keluarga dapat meningkatkan
perempuan menderita risiko terjadinya DM, dimana DM adalah salah satu
diabetes penyakit tidak menular yang dapat diturunkan melalui
genetik.
Berkontribusi
Faktor terhadap DM Proses terjadinya DM dan Cara modifikasi
Ya Tidak
Cara modifikasi yang dapat dilakukan adalah rutin
memeriksakan kesehatan dan menghindari faktor
risiko DM (selain factor genetik).
Istri menderita diabetes √ Pasangan yang menderita DM tidak berpengaruh
pada terjadinya DM pada pasangannya. Karena
berasal dari keluarga yang berbeda dan genetik yang
berbeda.

Banyak pekerjaan di √ Pekerjaan sebagai tenaga administrasi tidak


kantor berpengaruh pada terjadinya DM.

Berat badan meningkat √ Peningkatan berat badan, khususnya yang berlebih


dapat meningkatkan risiko terjadinya DM.
Cara modifikasi yang dapat dilakukan adalah
mengubah gaya hidup, yaitu diet asupan makanan
yang sehat dan seimbang.

Kurang gerak √ Kurang gerak atau aktivitas fisik dapat meningkatkan


risiko terjadinya DM, dikarenakan setiap hari tubuh
mendapatkan asupan makanan. Asupan makanan
yang berlebih akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk
cadangan energi. Pada kondisi kurang aktivitas fisik
peredaran darah akan tersumbat karena darah tidak
mengalir ketika kolesterol dan lemak jahat tidak
dikeluarkan melalui aktivitas fisik yang menghasilkan
keringat. Sehingga dapat memicu terjadinya
kelebihan kadar gula dalam darah dan jaringan tubuh,
yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya DM.
Cara modifikasi adalah rutin melakukan aktivitas fisik
seperti olahraga : senam, lari, berjalan kaki,
bersepeda, berenang, dll.
PENUGASAN III

Tujuan Penugasan

1. Mekanisme kontra regulator pada hipoglikemia


2. Patofisiologi ketoasidosis diabetic (KAD) dan Hiperosmolaritas non-ketotik (HONK)
3. Komplikasi makrovaskular pada DM
4. Mekanisme terjadinya komplikasi makrovaskuler pada DM

Aktivitas 1: Penyelesaian Soal 1-3 berdasarkan Kasus 1

Kasus 1

Seorang laki-laki a.n. Tn. Karim usia 57 tahun menderita DM sejak 8 tahun yang lalu. Telah mendapat
terapi berupa obat oral metformin 3x1 tab dan insulin humulin R 6u-8u-6u. Pagi ini telah dilakukan
pemeriksaan gula darah puasa dengan hasil 115mg/dL. Pagi ini klien sudah dilakukan suntikan insulin,
tetapi klien tidak mau makan karena mual. Setelah mendapatkan terapi insulin sebelum makan siang,
Tn Karim mengeluh kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin, gemetar dan terasa lapar.
Hasil pemeriksaan gula menunjukkan hasil 50 mg/dL.

Soal

1. Jelaskan mekanisme terjadinya keluhan (kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin,
gemetar dan terasa lapar) yang dirasakan oleh Tn. Karim (penjelasan termasuk hubungan
antara keluhan dengan nilai laboratorium)
Tn. Karim puasa mendapatkan terapi obat oral metformin 1 tab dan insulin humulin 6u pagi hari,
namun klien tidak mau makan dikarenakan mual. Pasien mengalami kondisi hipoglikemia relatif,
dimana orang yang terbiasa terpapar kadar glukosa darah tinggi, namun terjadi penurunan
mendadak dan menimbulkan gejala hipoglikemia yaitu kepala pusing, berat badan lemas, keringat
dingin, gemetar dan terasa lapar.
Hal ini dapat dilihat pada hasil pemeriksaan laboratorium GDP 115 mg/dl yang lebih dari rujukan
normal GDP yaitu 70-100 mg/dl. Setalah mendapatkan metformin 1 tab dan insulin 6u GDS menjadi
50 mg/dl.
Hal ini disebabkan terjadinya double terapi yaitu pemberian metformin bersamaan dengan insulin R,
diperburuk dengan asupan makanan yang tidak adekuat.
Dosis terapi obat yang berlebih ditambah asupan makan tidak adekuat menyebabkan hipoglikemia.
Penurunan kadar gula darah dibawah ambang normal, memicu sel α pancreas untuk mensekresi
hormon glukagon dan kelenjar adrenal untuk mensekresi epinefrin. Glukagon dan epinefrin bekerja
sama untuk melakukan reaksi glikogenolisis di hati, hal ini menyebabkan kekurangan glikogen di hati.
Dosis terapi berlebih menyebabkan glukosa yang dihasilkan dari reaksi glikogenolisis tidak
mencukupi karena terjadi peningkatan penggunaan glukosa oleh sel dan jaringan, sehingga terjadi
kekurangan glukosa dalam darah. Kekurangan glukosa darah ini menyebabkan asupan nutrisi ke
jaringan otak berkurang, otak menjadi kekurangan energi sehingga muncul reaksi pusing dan badan
terasa lemas.
Epinefrin yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal memicu pengaktifan saraf saraf simpatis untuk
melepas hormon adrenalin yang menyebabkan peningkatan sekresi keringat berlebih dan gemetar.
Puasa dan tidak ada asupan makanan menyebabkan lambung kosong, kekosongan lambung ini
memicu sekresi hormon ghrelin yang kemudian dikirim ke hipotalamus bahwa tubuh perlu asupan
makanan lewat mekanisme rasa lapar.

2. Apa saja yang menyebabkan Tn. Karim jatuh dalam kondisi hipoglikemia (penjelasan termasuk
hubungannya dengan nilai laboratorium)
Penyebab kondisi hipoglikemia :
1. Dosis terapi obat berlebih : Metformin 3x1 tab dan insulin humulin R 6u-8u-6u.
2. Tidak mau makan.
3. Puasa.
Dapat dilihat pada hasil pemeriksaan laboratorium GDP pagi 115 mg/dl yang turun menjadi
50 mg/dl saat pemeriksaan setelah suntikan insulin siang hari.

3. Jelaskan mekanisme kontraregulator hormone pada kondisi hipoglikemia (penjelasan termasuk


hubungannya dikaitkan dengan nilai laboratorium)
Hormon kontraregulator adalah glukagon, katekolamin/epinefrin, steroid, han hormon
pertumbuhan (GH).
Pada kondisi normal apabila terjadi hipoglikemia maka tubuh akan bereaksi untuk mensekresi
hormon glukagon, epinefrin dan GH. Dimana glukagon dan epinefrin bekerjasama untuk
memicu proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, sedangkan GH merangsang sekresi
somatostatin yang menghambat sekresi insulin. Sehingga kondisi gula darah stabil.
Pada kondisi Tn. Karim mungkin terjadi kegagalan sekresi hormon glukagon dan epinefrin
dikarenakan riwayat penyakit DM yang sudah lama, yaitu 8 tahun. Sehingga tidak terjadi proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis, menyebabkan pasokan kadar gula dalam darah kurang,
sedangkan penggunaan glukosa ke dalam sel meningkat akibat dari pemberian terapi obat
dosis berlebih.

Aktivitas 2: Penyelesaian Soal 4-6 berdasarkan Kasus 2

Kasus 2
Seorang perempuan a.n. Ny. Mur usia 57 tahun, pekerjaan PNS, dirawat di ruang penyakit dalam
wanita karena infeksi saluran kemih (ISK). Klien menderita DM sejak 10 tahun dengan terapi novomix
12-15u dan kontrol teratur. Terakhir suntik pagi 15u. Hasil lab menunjukkan GDS 628 mg/dL, A1c
9,7%, keton 0,7 dan pH 7,1. Saat ini klien mengeluh sering kencing dan mual.

Soal

4. Jelaskan mekanisme terjadinya keluhan sering kencing dan mual yang dirasakan Ny. Mur
(penjelasan termasuk hubungannya dengan nilai laboratorium)
Keluhan sering kencing/Poliuria berawal dari ginjal yang berfungsi filtrasi dan reabsorpsi tidak
dapat melakukan tugasnya dengan optimal, karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi
sehingga melebihi kapasitas ginjal. Akibatnya ginjal berusahan mengkompensasi lewat
peningkatan sekresi urin. Hal ini dibuktikan dengan hasil lab GDS 628 mg/dL, A1c 9,7%.
Diabetes mellitus yang tidak terkendali dan penderita berisiko tinggi mengalami komplikasi
jangka panjang salah satunya nefropati.
Keluhan mual terjadi karena kondisi ketoasidosis diabetikum, kelebihan energi yang berasal
dari pembakaran lemak, sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah
(hiperglikemia). Hal ini dibuktikan dari hasil lab keton 0,7 dan pH 7,1. Kondisi ini juga memicu
peningkatan intensitas buang air kecil.
5. Jelaskan bagaimana penderita DM jatuh dalam kondisi hiperglikemia (penjelasan termasuk
hubunganny dengan nilai laboratorium)
Faktor terjadinya hiperglikemia pada Ny. Mur yaitu:
1. Riwayat penyakit DM 10 tahun, hasil lab A1c ,7%
2. Infeksi saluran kemih (ISK) / sepsis, hasil lab keton 0,7 dan pH 7,1
3. Terapi novomix 12-15u dosis tidak adekuat, hasil lab GDS 628 mg/dl

6. Jelaskan mekanisme kontraregulator pada kondisi hiperglikemia (penjelasan termasuk


hubungannya dengan nilai laboratorium

Penyebab hiperglikemia adalah terganggunya kestabilan gula darah yang dipengaruhi oleh
gangguan pada proses produksi dan fungsi hormon insulin. Setelah makan, tubuh akan
memecah karbohidrat dari makanan menjadi molekul yang lebih sederhana, yaitu glukosa (gula
darah) sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Glukosa kemudian diserap langsung ke
dalam aliran darah membuat kadar gula darah jadi naik. Tubuh memberi sinyal pada pankreas
untuk melepaskan hormon insulin untuk membantu penyerapan glukosa ke dalam sel-sel tubuh
untuk diolah menjadi energi. Dengan cara ini, insulin membantu menjaga kadar gula dalam
darah tetap pada batas normal. Namun penderita diabetes akan kesulitan melakukan proses
ini.
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat memberikan pasokan insulin yang memadai kondisi
gula darah yang tinggi.
Pada diabetes tipe 2 terjadi saat hati terus meningkatkan pasokan glukosa ke dalam darah.
Namun, insulin tidak bekerja efektif saat membantu penyerapan glukosa ke dalam sel-sel tubuh
(resistensi insulin). Akibatnya, glukosa akan menumpuk dalam aliran dan menyebabkan kadar
gula darah tinggi
Aktivitas 3: Penyelesaian Soal 7-8 berdasarkan Kasus 3
Kasus 3
Seorang lak-laki a.n. Tn. T usia 56 tahun mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Klien didiagnosa IMA dan
dianjurkan tirah baring. Menurut klien selama ini tidak merasakan keluhan apa-apa pada jantungnya,
yang dirasakan hanya dulu kaki sering kesemutan dan sekarang terasa baal. Klien menderita DM
sejak 11 tahun yang lalu. Dulu kaki pernah luka akibat tertusuk duri saat berjalan tanpa menggunakan
sandal, saat itu klien tidak merasa. Saat ini klien juga mengeluh mual dan muntah sering kali makan
dan minum. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kulit kaki terlihat kering dan teraba dingin.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kolesterol total 227 mg/dl, trigliserida=314; GDP=408 mg/dl;
Gula darah 2 Jam PP=536 mg/dl. Troponin T positif, tekanan darah 180/90 mmHg.

Soal

7. Sebutkan keluhan yang dirasakan oleh Tn. T., yang merupakan komplikasi dari DM (penjelasan
termasuk hubungannya dengan nilai laboratorium)
Keluhan Tn.T yang merupakan komplikasi dari DM yaitu:
1. Nyeri dada sebelah kiri, dilihat dari hasil pemeriksaan Tropinin T positif, tekanan darah
180/90 mmHg.
2. Kaki sering kesemutan dan terasa baal, riwayat tertusuk duri tapi tidak merasa, dilihat
dari hasil lab kolesterol total 227 mg/dl, trigliserida 314 mg/dl, GDP 408 mg/dl, GD2PP
536 mg/dl.
3. Mual dan muntah, dilihat dari hasil lab GDP 408 mg/dl, GD2PP 536 mg/dl, tekanan darah
180/90 mmHg.
4. Sering makan dan minum, dilihat dari hasil lab GDP 408 mg/dl, GD2PP 536 mg/dl.

8. Jelaskan mekanisme terjadinya keluhan Tn. T (penjelasan termasuk hubungan antara keluhan
dengan nilai laboratorium)
Keluhan Tn.T berhubungan dengan kondisi penyakit yang diderita, yaitu riwayat DM 11 tahun,
IMA dan kondisi hipertensi.
Keluhan nyeri dada terjadi akibat adanya penyakit jantung dan sistem kardiovaskular yaitu IMA
dan tekanan darah tinggi yang dibuktikan dengan hasil lab Tropinin T positif dan tekanan darah
180/90 mmHg.
Keluhan kaki sering kesemutan, terasa baal dan tidak merasa akibat terjadinya komplikasi DM
yang menyebabkan gangguan aliran darah ke perifer. Penyebabnya adalah gula darah tinggi
dan penumpukan lemak. Dibuktikan dengan hasil lab kolesterol total 227 mg/dl, trigliserida 314
mg/dl, GDP 408 mg/dl, GD2PP 536 mg/dl.
Keluhan mual dan muntah akibat terganggunya proses metabolisme tubuh karena gula darah
yang tinggi, ditandai hasil lab GDP 408 mg/dl, GD2PP 536 mg/dl.
Keluhan sering makan akibat dari insulin yang kurang atau resitensi insulin, sehingga sel tidak
mendapatkan suplai glukosa yang cukup untuk proses metabolisme. Kekurangan suplai
glukosa yang digunakan sebagai sumber energi ini, dianggap tubuh sebagai kebutuhan untuk
menambah energi yaitu melalui mekanisme lapar.
Keluhan sering minum akibat dari ginjal yang berusaha mengeluarkan kelebihan glukosa darah
lewat sering buang air kecil, sehingga tubuh merespon kekurangan cairan melalui mekanisme
haus untuk memenuhi kebutuhan cairan.

Aktivitas 4: Penyelesaian Soal 9-10 berdasarkan Kasus 4

Kasus 4
Seorang laki-laki a.n. Tn. B. Usia 41 tahun, pekerjaan tukang ojek, pendidikan SMA, masuk rumah
sakit (MRS) tanggal 30 september 2018 dan didiagnosa DM tipe 2, Chronic Kidney Desease (CKD)
stadium V overload, hipertensi gr II. Perawat B melakukan pengkajian pada tanggal 12 oktober 2018
pada Tn. B dan didapatkan data: klien mengatakan sesak sejak 2 bulan yang lalu disertai bengkak
pada kedua tungkai. Sesak berkurang bila tidur menggunakan 3 bantal. Sejak 3 bulan yang lalu kedua
mata klien mengalami gangguan, klien hanya bisa melihat bayang-bayang saja, sehingga klien
mengalami gangguan, klien hanya bisa melihat bayang-bayang saja, sehingga klien tidak bisa bekerja
lagi. Sekarang matanya tidak bisa digunakan untuk melihat lagi. Klien merasa sedih karena merasa
tidak berguna dengan kondisi mata dan sakitnya sekarang. Klien tidak bisa bekerja lagi.

Klien didiagnosa menderita CKD sejak 6 tahun yang lalu, tapi menurut istri, klien tidak pernah kontrol
dan minum obat secara teratur, hanya berobat bila badan terasa lemas. Dua bulan sebelum MRS
kaki klien bengkak dan mengeluh sesak. Klien dianjurkan cuci darah, tapi karena masalah financial
klien menolak dan minta berobat jalan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan ureum 122 mg/dl,
kreatinin 14,1 mg/dl, albumin 2,4 gr/dl, Hb 8,2 gram/dl, GDS 315 mg/dl. TD= 180/90 mmHg.
Soal
9. Sebutkan dan jelaskan komplikasi dari diabetes mellitus yang dialami Tn. B (penjelasan termasuk
hubungan antara keluhan dengan nilai laboratorium)
Komplikasi DM yang dialami Tn.B adalah sebagai berikut :
1. Chronic Kidney Desease (CKD) stg. V overload ditandai dengan adanya bengkak pada
tungkai yang dikarenakan pengeluaran albumin lewat urin, hal ini dapat dilihat pada hasil
lab albumin 2,4 gr/dl. Selain albumin dalam urin, kerusakan ginjal juga tergambar dalam
hasil lab Ureum 122 mg/dl dan Creatinin 14,1 mg/dl.
2. Hipertensi gr. II ditandai dengan tekanan darah 180/90 mmHg, tekanan darah yang tinggi
menyebabkan beban kerja jantung menjadi berat, yang memicu terjadinya penurunan
curah jantung, sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh tidak adekuat yang
mengakibatkan sesak.
3. Mata tidak dapat melihat.
4. Anemia ditandai dengan keluhan badan terasa lemas dan sesak, hasil lab Hb 8,2 gr/dl.
5. Hiperglikemia ditandai dengan GDS 315 mg/dl.

10.Sebutkan mekanisme komplikasi pada Tn. B (penjelasan termasuk hubungan antara keluhan
dengan nilai laboratorium)

Mekanisme terjadinya komplikasi pada Tn. B


Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan beban kerja ginjal melebihi kapasitas sehingga
memicu kerusakan pada ginjal ditambah dengan kurangnya kesadaran untuk rutin control dan
berobat, sehingga terjadi CKD stg V overload. Gangguan pada ginjal ini mengganggu fungsi
ginjal dalam mengabsorpsi albumin sehingga masih ada albumin yang dikeluarkan dari tubuh
dalam urin. Menurunnya kadar albumin dalam darah menyebabkan perpindahan cairan dari
dalam sel ke jaringan, sehingga terjadi dehidrasi pada sel tubuh. Kondisi dehidrasi memicu
peningkatan kadar ureum dan creatinine dalam darah. Penumpukan cairan di jaringan
menyebabkan terjadinya bengkak. Selain mengeluarkan albumin, ginjal yang fungsinya
terganggu juga gagal menyaring darah, sehingga darah dikeluarkan dalam urin. Hal ini
menyebabkan terjadinya anemiaditandai dengan penurunan kadar Hb.
Kadar gula darah yang tinggi juga mengganggu kerja sistem kardiovaskuler, dimana tekanan
darah menjadi tinggi dan beban kerja jantung berlebihan, sehingga terjadi kelelahan pada
otot jantung yang mengakibatkan proses sirkulasi darah tidak adekuat. Proses pompa
jantung yang tidak adekuat ditambah kondisi anemia, menyebabkan terjadinya lemas dan
sesak, karena tubuh tidak mendapat suplai energi dan oksigen yang cukup.
Organ mata pun tidak lepas dari komplikasi DM, dimana kondisi kadar gula darah tinggi dan
tekanan darah yang tinggi, menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah mata, sehingga
penglihatan menjadi kabur dan tidak dapat melihat lagi, komplikasi ini disebut retinopati
diabetik. Gejala awal retinopati diabetik adalah floater, kabur, pandangan gelap dan kesulitan
memahami warna hingga kebutaan dapat terjadi.
PENUGASAN IV

Fasilitator: Ns. Aida Kusnaningsih, M.Kep., Sp.Kep.Mat

Tujuan Penugasan

Setelah menyelesaikan tugas ini peserta didik diharapkan mampu:

5. Memahami dasar dan 28las an penetapan batas glukosa darah untuk diagnosis DM
6. Memahami dasar dan 28las an penetapan batas kadar HbA1c untuk diagnosis DM
7. Memahami batasan atau criteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan hasil glukosa darah
8. Memahami batasan atau criteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan HbA1c
9. Memahami hubungan antara kadar glukosa darah dan HbA1c dengan risiko komplikasi
kardiovaskuler

Aktivitas I: Penyelesaian Soal 1-2 berdasarkan Kasus 1

Kasus 1

Seorang laki-laki a.n. Tn. Karim usia 57 tahun menderita DM sejak 8 tahun yang lalu. Telah mendapat
terapi berupa obat oral metformin 3x1 tab dan insulin humulin R 6u-8u-6u. Pagi ini telah dilakukan
pemeriksaan gula darah puasa dengan hasil 115mg/dL. Pagi ini klien sudah dilakukan suntikan insulin,
tetapi klien tidak mau makan karena mual. Setelah mendapatkan terapi insulin sebelum makan siang,
Tn Karim mengeluh kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin, gemetar dan terasa lapar.
Hasil pemeriksaan gula menunjukkan hasil 50 mg/dL.

Soal

11.Jelaskan dasar dan alasan penetapan batas glukosa darah untuk diagnosis DM
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa
darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah
plasma vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas
dasar adanya glikosuria. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
klasik, seperti polyuria, polydipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang menyertai adalah badan lemah, kesemutan, gatal,
mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Kriteri diagnosis :
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori
minimal 8 jam.
Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral (TTOG)
dengan beban 75 gram.
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik.
Pemeriksaan HbA1C ≥ 6,5% dengan menggunakan metode high performance liquid
chromatography (HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP).
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau DM dapat digolongkan ke dalam
kelompok prediabetes.

12.Jelaskan kriteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan hasil glukosa darah
Kadar glukosa plasma normal adalah 80 sampai 126 md/dl.
Kadar glukosa plasma TTOG normal adalah < 200 md/dl pada menit ke 30, 60 dan 90, dan <
140 mg/dl pada menit ke 120.
Kadar glukosa plasma puasa normal adalah <110 mg/dl.
Prediabetes mencerminkan kegagalan kompensasi sel β pankreas pada keadaan resistensi
insulin. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis prediabetes adalah glukosa darah
puasa dan glukosad arah 2 jam setelah TTOG.
Kadar glukosa darah puasa adalah 100-125 mg/dl.
Kadar glukosa darah 2 jam setelah TTOG adalah 140-200 mg/dl.
Hasil pemeriksaan HbA1C 5,7 - 6,4%

Aktivitas II: Penyelesaian Soal 4-6 berdasarkan Kasus 2

Kasus 2
Seorang perempuan a.n. Ny. Mur usia 57 tahun, pekerjaan PNS, dirawat di ruang penyakit dalam
wanita karena infeksi saluran kemih (ISK). Klien menderita DM sejak 10 tahun dengan terapi novomix
12-15u dan kontrol teratur. Terakhir suntik pagi 15u. Hasil lab menunjukkan GDS 628 mg/dL, A1c
9,7%, keton 0,7 dan pH 7,1. Saat ini klien mengeluh sering kencing dan mual.
Soal

13.Jelaskan dasar dan alasan penetapan batas kadar HbA1c untuk diagnosis DM
Pemeriksaan HbA1c adalah pemeriksaan dengan mengukur kadar atau prosentase glukosa
yang terikat dengan hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen yang terletak
dalam sel darah merah. Pemeriksaan ini tergantung dari kadar glukosa dan jumlah serta umur
sel darah merah. Rata-rata umur sel darah merah sekitar 120 hari. Jadi pemeriksaan HbA1c
ini dapat memperkirakan kadar rata-rata gula darah dalam 3 bulan terakhir.
Alasan pemeriksaan HbA1c penting dilakukan :
1. Untuk mengidentifikasi kondisi prediabetes supaya tidak jatuh menjadi diabetes
2. Menegakkan diagnosis diabetes
3. Melihat efektifitas terapi dalam menurunkan kadar gula darah
4. Menilai kepatuhan penderita minum obat dan penerapan pola hidup sehat

14.Memahami batasan atau kriteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan HbA1c

Berikut kadar normal HbA1c


Glukosa darah 2 jam
Glukosa darah puasa
HbA1c (%) setelah minum
(mg/dL)
glukosa 75 gram
DIABETES ≥ 6,5 ≥126 ≥ 200
PREDIABETES 5,7 – 6,4 100 – 125 140 – 199
NORMAL < 5,7 < 100 < 140

Aktivitas III: Penyelesaian Soal 5-7 berdasarkan Kasus 3

Kasus 3
Seorang lak-laki a.n. Tn. T usia 56 tahun mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Klien didiagnosa IMA dan
dianjurkan tirah baring. Menurut klien selama ini tidak merasakan keluhan apa-apa pada jantungnya,
yang dirasakan hanya dulu kaki sering kesemutan dan sekarang terasa baal. Klien menderita DM
sejak 11 tahun yang lalu. Dulu kaki pernah luka akibat tertusuk duri saat berjalan tanpa menggunakan
sandal, saat itu klien tidak merasa. Saat ini klien juga mengeluh mual dan muntah sering kali makan
dan minum. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kulit kaki terlihat kering dan teraba dingin.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kolesterol total 227 mg/dl, trigliserida=314; GDP=408 mg/dl;
Gula darah 2 Jam PP=536 mg/dl. Troponin T positif, tekanan darah 180/90 mmHg.
Soal
15.Jelaskan tanda-tanda yang menunjukkan komplikasi dari diabetes mellitus pada kasus 3 di atas
Komplikasi DM umumnya terjadi secara bertahap, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Komplikasi jangka pendek adalah terjadinya peningkatan kadar gula (GDP 408 mg/dl, GD2PP
536 mg/dl), kolesterol (227 mg/dl) dan trigliserida (314 mg/dl) dalam darah, dan gejala klasik
yaitu sering makan dan minum disertai mual dan muntah.
Komplikasi jangka panjang adalah terjadinya gangguan pada fungsi kerja sistem organ tubuh
lainnya, seperti :
Pada sistem kardiovaskuler terjadi peningkatan tekanan darah (180/90 mmHg) dan penyakit
jantung IMA dengan keluhan nyeri dada dan Troponin T positif dalam darah.
Pada jaringan perifer terjadi mati rasa dengan keluhan kaki sering kesemutan dan terasaan
baal, tidak merasa saat tertusuk duri. Kondisi ini disebut neuropati diabetik.
Pada sistem integumen terjadi gangguan dengan keluhan kulit kaki kering dan teraba dingin.

16.Jelaskan arti pemeriksaan laboratorium (kolesterol total, trigliserida, GDP, Gula darah 2 Jam PP,
Troponin T positif) dan berapa batasan normal.
Hasil pemeriksaan penunjang lab pada Tn. T:
Kolestrol 227 mg/dl (<200 mg/dl)
Pemeriksaan kolestrol atau periksaan profil lipid adalah prosedur pemeriksaan untuk
mengetahui kadar lemak di dalam darah. Nilai normal pada kolestrol adalah <200 mg/dl.
Trigliserida 314 mg/dl (<150 mg/dl)
Pemeriksaan trigliserida merupakan pemeriksaan darah yang mengukur konsentrasi
trigliserida di dalam darah. Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang ditemukan dalam
darah. Saat kita makan, tubuh mengubah kalori yang tidak digunakan dalam bentuk trigliserida
yang kemudian disimpan dalam sel lemak. Nilai normal pada trigliserida adalah <150 mg/dl.
GDP 408 mg/dl (80 mg/dl-125 mg/dl)
Gula darah puasa (GDP) adalah parameter pemeriksaan kadar gula darah yang diukur setelah
pasien berpuasa setidaknya 8 jam. pemeriksaan GDP bertujuan utamanya untuk menilai kerja
insulin dalam menyimpan glukosa ke dalam sel hati dan mencegah pelepasannya kembali ke
dalam darah. Nilai normal pada GDP adalah 80 mg/dl-125 mg/dl.
GD2PP 536 mg/dl (110 mg/dl-180 mg/dl)
Pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial (GD2PP) adalah pemeriksaan yang dilakukan 2
jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan. Pasien akan diminta makan seperti
biasanya, setelah itu 2 jam berikutnya pasien akan diperiksa gula darahnya. GD2PP bertujuan
untuk menilai kerja insulin dalam memasukkan glukosa hasil pemecahan karbohidrat di saluran
cerna ke dalam sel. Nilai normal pada GDPP adalah 110 mg/dl-180 mg/dl.
Troponin T positif ( 0-0,01 ng/mL)
Tronponin T digunakan untuk mendeteksi masalah jantung. Nilain TnT nirmal dalamdarah
berkisar 0-0,01 ng/mL. saat terjadi serangan jantung, protein tronponin meningkat secara
signifikan setelah 3-4 jam dan mencapai kadar puncak pada 14-24 jam setelah serangan
jantung.
Tekanan darah 180/80 mmHg (90/60 mmHg-120/80 mmHg)
Pemeriksaan tekanan darah atau cek tensi merupakan prosedur untuk mengukur seberapa
kuatnya tekanan darah di arteri saat jantung dipompa. Pemeriksaan tekanan darah bertujuan
untuk membantu dokter untuk mendeteksi atau mendiagnosis masalah kesehatan sejak dini.

17.Jelaskan hubungan antara kadar glukosa darah dan HbA1c dengan risiko komplikasi
kardiovaskuler

Salah satu komplikasi kadar glukosa darah adalah gangguan pada kardiovaskuler. Tingginya
kadar gula darah berpotensi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah. Di mana, jika
pembuluh darah rusak, maka sirkulasi darah di seluruh tubuh, termasuk jantung akan
terganggu. Pada kondisi tersebut, beberapa penyakit yang mungkin akan muncul adalah
penyakit jantung, seperti aterosklerosis (pengerasan pada pembuluh darah arteri yang dapat
menyebabkan aliran darah terganggu), serangan jantung, hingga stroke. Untuk
mencegahnya, kadar gula darah harus selalu terkontrol.
HbA1c merupakan pemeriksaan yang akurat dan tepat dalam mengukur kadar gula darah
yang kronis serta berkorelasi positif dengan terjadinya risiko komplikasi diabetes.
Pemeriksaan HbA1c adalah pemeriksaan dengan mengukur kadar atau prosentase glukosa
yang terikat dengan hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen yang terletak
dalam sel darah merah. Pemeriksaan ini tergantung dari kadar glukosa dan jumlah serta
umur sel darah merah. Rata-rata umur sel darah merah sekitar 120 hari. Jadi pemeriksaan
HbA1c ini dapat memperkirakan kadar rata-rata gula darah dalam 3 bulan terakhir.
Dokumentasi Diskusi:
Jumat, 4 Agustus 2023 pembagian tugas menjawab Log Book 1 dari Topik
1 sampai dengan penugasan IV via zoom.

Minggu, 6 Agustus 2023 diskusi hasil jawaban tugas Log Book 1 via zoom
dan video call WA.
Senin, 7 Agustus 2023 diskusi akhir jawabn tugas Log Book 1 via video call
WA.

Anda mungkin juga menyukai