Mahasiswa:
1. Noor Saleha NIM : PO6220123808
2. Yuwinda Lestari NIM : PO6220123815
TOPIK I
EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS
Tujuan Penugasan:
Setelah menyelesaikan tugas ini, peserta didik diharapkan mampu
memprediksikan 1. Epidemiologi DM secara global, nasional dan Kalimantan
tengah
2. Perbedaan prevalensi DM pada daerah dan waktu yang berbeda
3. Perkembangan DM secara global dan Indonesia
4. Kecendrungan dan isu tentang penyakit DM
5. Faktor risiko DM
6. Dampak Ekonomi yang ditimbulkan DM.
Aktivitas I
Berikut ini data estimasi prevalensi DM pada 7 (Tujuh) wilayah yang berbeda pada tahun 2000. Usia
populasi berada pada 20-29 tahun.
1. Pada tabel di atas pada kolom Jumlah orang dengan DM terdapat kolom yang kosong. Berapa
jumlah orang pada kolom yang kosong tersebut!
2. Dari tabel di atas wilayah mana yang mempunyai jumlah populasi paling rendah dan berapa
prevalensi DM?
3. Dari tabel di atas Negara Indonesia masuk Wilayah mana dan beberapa prevalensi DM pada
tahun 2000?
4. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Indonesia adalah 228.523.342 orang. Apabila prevalensi DM
mencapai 5,7%, berapa orang Indonesia pada tahun 2008 yang menderita DM?
5. Pada tahun 2008 penduduk jawa timur berjumlah 37.071.731 orang. Penderita DM diperkirakan
mencapai 2.520.878 orang. Berapa prevalensi DM di Jawa Timur pada tahun 2008
3. Di bawah ini adalah survey di kota D pada tahun 2008. Ada 1247 orang dalam 135 keluarga; 231
dari mereka berumur di bawah 20 tahun. Dari 1016 kasus, rata-rata usia berada pada 37,5 tahun,
503 (49,5%) adalah laki-laki dan 158 (15,6%) adalah obesitas, 201% (19,8%) mempunyai
aktivitas yang teratur, 306 (30,1%) menderita hypertensi, 71 (6,9%) menderita DM dan 219
(21,6%) orang diketahui mempunyai riwayat keluarga menderita DM. Total populasi studi untuk
DM (1016) yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu DM (71) dan non DM (945) untuk
membandingkan parameter pada kelompok 2.
Hasil ringkasan ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Parameter Total Populasi Diabetes Non-diabetes
Aktivitas III
Pada kolom sebelah kiri berisi pernyataan yang ada hubungannya dengan data survey di atas. Tulis
pendapat anda pada kolom sebelah kanan!
2 Usia lanjut menderita DM yang Dari data tersebut, tidak terdapat informasi
lebih banyak eksplisit yang menyatakan apakah usia lanjut (lebih
tua) lebih banyak yang menderita DM. Informasi
yang diberikan hanya mengenai rata-rata usia
partisipan di kota D, tetapi tidak memberikan
rincian lebih lanjut mengenai distribusi usia atau
persentase DM di berbagai kelompok usia.
4 Obesitas tidak dapat Dapat dilihat bahwa tingkat obesitas lebih tinggi
ditemukan pada kota D, tetapi pada kelompok yang menderita diabetes (57,7%)
diabetes dengan obesitas dibandingkan dengan kelompok non-diabetes
(12,4%). Ini menunjukkan adanya hubungan antara
diabetes dan obesitas di kota D pada tahun 2008.
Namun, perlu diingat bahwa data ini hanya
mencerminkan situasi pada tahun 2008 dan
situasinya bisa berubah dari waktu ke waktu.
Pengendalian berat badan dan promosi pola hidup
sehat menjadi penting dalam pencegahan dan
pengelolaan diabetes di masyarakat.
5 Hanya 20% orang dengan Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang
aktivitas yang teratur, diabetes teratur memiliki potensi untuk berkontribusi pada
terlihat lebih banyak daripada pencegahan atau pengendalian diabetes. Memiliki
non diabetes gaya hidup aktif dengan rutin berolahraga dapat
membantu dalam mengurangi risiko terkena
diabetes. Namun, perlu diingat bahwa hubungan
kausal antara aktivitas fisik dan diabetes harus
dianalisis lebih lanjut melalui penelitian yang lebih
mendalam dan kontrol variabel lain yang mungkin
mempengaruhi hasil.
7 Hipertensi lebih banyak pada Dari kelompok diabetes yang terdiri dari 71
orang, terdapat 34 orang atau sekitar 47,9%
kelompok diabetes dari mereka yang menderita hipertensi.
Sedangkan pada kelompok non-diabetes yang
berjumlah 945 orang, hanya ada 272 orang atau
sekitar 28,8% dari mereka yang mengalami
hipertensi.
Aktivitas IV
Bagaimana dampak ekonomi penyakit diabetes mellitus
1. Biaya Perawatan Medis
2. Produktivitas Kerja
4. Pengeluaran Pemerintah
5. Pengurangan Kualitas Hidup
TOPIK 2
PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS
Tujuan Penugasan
Setelah menyelesaikan penugasan sesi ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memerinci fungsi masing-masing organ yang terlibat dalam keseimbangan glukosa (otak, traktus
gastrointestinal, pancreas, liver, otot, jaringan lemak, dan ginjal.
2. Membandingkan pengaruh genetik, autoimun dan lingkungan terhadap terjadinya DM tipe 1 dan
DM tipe 2
3. Menyimpulkan hubungan resistensi insulin, penurunan insulin, peningkatan glukagon dengan
keseimbangn glukosa darah (proses glukoneogenesis, glikogenolisis, lipolisis dan ketogenesis) 4.
Memerinci komplikasi akut diabetes melitus meliputi hipoglikemia dan hiperglikemia 5. Memerinci
komplikasi kronis diabetes mellitus meliputi mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati
Aktivitas 1
Pangkreas
Hati
Sel Beta
Sel Alpha
pangkreas
Pangkreas
Aktivitas 2
Isilah kolom sebelah kanan pada tabel di bawah ini dengan menjelaskan fungsi sel-sel pankreas
yang ada pada kolom sebelah kiri!
Sel alfa (α) Sel endokrin yang ditemukan dipulau langershans dipankreas. Sel Alfa
mengeluarkan hormon peptida glukagon untuk meningkatkan kadar
glukosa dalam aliran darah.
Sel Beta (β) menghasilkan hormon Insulin. Hormon Insulin berfungsi untuk
menurunkan kadar gula dalam darah, apabila kadar gula dalam darah
berlebihan, maka insulin akan menyimpan gula berlebih tersebut dalam
hati.
Sel Delta (λ) sel yang berfungsi untuk menghasilkan somatostatin. Hormon
Somatostatin berfungsi untuk menghambat sekresi Glukagon oleh sela
Alfa pankreas, dan menghambat sekresi Insulin oleh sel beta pankreas,
serta menghambat produksi polipeptida oleh Sel F pankreas
Aktivitas 3
Perhatikan kasus berikut ini!
Seorang laki-laki a.n. Tn. A usia 38 tahun di rawat di ruang A sebuah RS X, pada pukul 13.00 WIB
(setelah makan siang) dilakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dan didapatkan hasil GDS
230 mg/dl. Setelah 6 jam, dilakukan kembali pemeriksaan kembali dan didapatkan hasil GDS 170
mg/dl.
a. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran pankreas dan saluran cerna dalam
mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal
Penjelasan
1. Pada pukul 13.00 WIB setelah Tn. A makan siang, dilakukan pemeriksaan kadar
gula darah sewaktu dan ditemukan hasil GDS sebesar 230 mg/dl. GDS atau Gula
Darah Sewaktu adalah pemeriksaan glukosa darah tanpa harus puasa
sebelumnya, sehingga hasilnya mencerminkan kadar glukosa dalam darah pada
saat itu.
2. Hasil GDS yang tinggi (230 mg/dl) menunjukkan bahwa kadar glukosa darah Tn. A
lebih tinggi dari batas normal. Kondisi ini mengindikasikan adanya gangguan pada
mekanisme pengaturan glukosa darah.
3. Pankreas merupakan organ penting dalam mengendalikan kadar glukosa darah.
Ketika glukosa darah meningkat (seperti setelah makan), pankreas merespons
dengan meningkatkan sekresi hormon insulin.
4. Dalam patoflow, setelah pemeriksaan GDS pertama dan hasilnya tinggi (230 mg/dl),
pankreas menghasilkan insulin lebih banyak sebagai respon untuk menurunkan
kadar glukosa darah yang tinggi.
5. Setelah 6 jam, dilakukan pemeriksaan GDS kedua dan hasilnya menurun menjadi
170 mg/dl. Penurunan kadar glukosa darah ini terjadi karena insulin yang dihasilkan
oleh pankreas berhasil membantu glukosa masuk ke dalam sel-sel tubuh. Glukosa
yang masuk ke dalam sel-sel tubuh dapat digunakan sebagai sumber energi,
sehingga kadar glukosa darah menurun ke dalam batas normal.
6. Dalam prosesnya, saluran cerna, terutama usus halus, berperan dalam absorbsi
glukosa dari makanan ke dalam aliran darah setelah Tn. A makan siang. Setelah
diserap ke dalam aliran darah, glukosa dapat didistribusikan ke seluruh tubuh untuk
memenuhi kebutuhan energi.
Dengan begitu, pankreas berperan penting dalam menghasilkan insulin sebagai respons
terhadap peningkatan glukosa darah, dan saluran cerna berkontribusi dalam mengabsorpsi
glukosa dari makanan yang dikonsumsi. Keduanya bekerja bersama untuk
mempertahankan keseimbangan dan mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas
normal agar tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Pankreas menghasilkan
insulin lebih banyak
b. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran pankreas dalam mempertahankan
glukosa darah pada seseorang yang sedang berpuasa!
1. Pada pukul 13.00 WIB setelah Tn. A makan siang, dilakukan pemeriksaan kadar
gula darah sewaktu dan ditemukan hasil GDS sebesar 230 mg/dl. GDS atau Gula
Darah Sewaktu adalah pemeriksaan glukosa darah tanpa harus puasa
sebelumnya, sehingga hasilnya mencerminkan kadar glukosa dalam darah pada
saat itu.
2. Hasil GDS yang tinggi (230 mg/dl) menunjukkan bahwa kadar glukosa darah Tn. A
lebih tinggi dari batas normal. Kondisi ini mengindikasikan adanya gangguan
pada mekanisme pengaturan glukosa darah.
3. Pankreas merupakan organ penting dalam mengendalikan kadar glukosa darah.
Ketika glukosa darah meningkat (seperti setelah makan), pankreas merespons
dengan meningkatkan sekresi hormon insulin.
4. Dalam patoflow, setelah pemeriksaan GDS pertama dan hasilnya tinggi (230
mg/dl), pankreas menghasilkan insulin lebih banyak sebagai respon untuk
menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi. Insulin membantu glukosa masuk
ke dalam sel-sel tubuh, sehingga kadar glukosa darah menurun.
5. Setelah 6 jam berpuasa, dilakukan pemeriksaan GDS kedua dan hasilnya menurun
menjadi 170 mg/dl. Selama berpuasa, glukosa darah dapat menurun karena
kekurangan asupan makanan dan tubuh memerlukan sumber energi alternatif.
Pankreas merespons dengan menghasilkan hormon glukagon lebih banyak.
6. Glukagon berperan dalam meningkatkan kadar glukosa darah dengan mendorong
hati untuk melepaskan glukosa ke dalam aliran darah melalui proses
glukoneogenesis atau pemecahan glikogen (proses glikogenolisis). Dalam
patoflow, glukagon meningkat dan glukosa dilepaskan dari hati ke dalam darah
untuk mempertahankan keseimbangan glukosa darah.
Dengan begitu, pankreas berperan penting dalam mengatur kadar glukosa darah, baik
setelah makan atau selama berpuasa. Pada saat berpuasa, pankreas merespons dengan
meningkatkan produksi glukagon untuk memastikan suplai glukosa darah tetap cukup
untuk kebutuhan tubuh.
Pemeriksaan GDS = 230 mg/dl
Pankreas menghasilkan
insulin lebih banyak
Pankreas menghasilkan
glukagon lebih banyak
Glukosa dilepaskan
dari
Hati ke dalam darah
Aktivitas 4
Perhatikan pernyataan dalam tabel berikut ini, berikan label B jika benar atau S jika salah, serta
berikan penjelasan pada kolom sebelah kanan!
ke darah dari usus, hal ini menjadi glukosa dalam usus dan
akan menyebabkan sekresi diserap ke dalam aliran darah. Sebagai
insulin respons terhadap peningkatan glukosa
meningkat darah ini, pankreas akan merespons
dengan melepaskan hormon insulin ke
dalam aliran darah. Insulin membantu
mengatur glukosa darah dengan
membantu glukosa masuk ke dalam
sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai
sumber energi atau disimpan sebagai
cadangan.
Namun, antara waktu makan dan
sepanjang malam (saat puasa atau tidak
makan), tidak ada suplai glukosa yang
masuk ke darah dari usus karena tidak
ada asupan makanan. Hal ini
menyebabkan penurunan kadar
glukosa darah. Ketika kadar glukosa
darah menurun, pankreas akan
merespons dengan mengurangi atau
menghentikan sekresi insulin untuk
mempertahankan keseimbangan
glukosa darah.
Pada saat makan terdapat suplai B Pernyataan dalam tabel tersebut benar.
glukosa darah yang berlebihan Ketika kita makan, makanan yang
dari usus, mekanisme tubuh kita mengandung karbohidrat akan dipecah
untuk mempertahankan kondisi menjadi glukosa dalam usus dan
normoglikemi adalah dengan diserap ke dalam aliran darah.
meningkatkan sekresi insulin. Akibatnya, kadar glukosa darah
meningkat. Sebagai respon terhadap
peningkatan glukosa darah ini,
pankreas akan merespons dengan
meningkatkan sekresi hormon insulin ke
dalam aliran darah. Insulin adalah
hormon yang diproduksi
Aktivitas 5
a. Jelaskan bagaimana peran liver dalam mempertahankan keseimbangan gula darah agar tetap
normal pada saat terjadi hiperglikemia maupun hipoglikemia
1. Hiperglikemia
Hiperglikemia terjadi ketika kadar glukosa dalam darah meningkat di atas batas
normal. Dalam situasi ini, liver berperan dalam mengatur gula darah dengan cara
berikut.
a. Penyimpanan glukosa: Liver menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen. Ketika
kadar glukosa darah meningkat (misalnya setelah makan), liver akan
mengambil kelebihan glukosa dan menyimpannya dalam bentuk glikogen.
Hal ini membantu menurunkan kadar glukosa darah dan mengatur gula
darah agar tetap dalam kisaran normal.
b. Penghentian produksi glukosa: Ketika tubuh tidak memerlukan glukosa lebih
lanjut dan kadar gula darah sudah cukup tinggi, liver akan berhenti
memproduksi glukosa melalui proses glukoneogenesis. Proses ini adalah
pembentukan glukosa baru dari sumber lain, seperti asam amino atau lemak.
Dengan menghentikan produksi glukosa, liver membantu menjaga agar kadar
gula darah tidak semakin meningkat.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa dalam darah turun di bawah batas
normal. Liver juga berperan dalam mengatasi kondisi ini
a. Penglepasan glukosa dari glikogen: Ketika kadar gula darah turun di bawah
batas normal, liver merespons dengan mengubah glikogen menjadi glukosa
melalui proses glikogenolisis. Glukosa yang dihasilkan dari glikogenolisis
kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah untuk meningkatkan kadar
glukosa darah dan mengatasi hipoglikemia.
b. Glukoneogenesis: Jika tubuh mengalami hipoglikemia dan persediaan glikogen
sudah habis, liver dapat memproduksi glukosa baru melalui proses
glukoneogenesis. Dalam proses ini, liver mengubah non-karbohidrat, seperti
asam amino dan gliserol dari lemak, menjadi glukosa. Tujuan utamanya
adalah untuk meningkatkan kadar gula darah agar tetap berada dalam
rentang normal.
Selain itu, liver juga berperan dalam mengatur sekresi insulin dan glukagon, dua hormon
yang berperan penting dalam mengatur metabolisme glukosa. Insulin merangsang
penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh dan meningkatkan penyimpanan glikogen di liver,
sementara glukagon merangsang pelepasan glukosa dari glikogen dan meningkatkan
produksi glukosa oleh liver.
Secara keseluruhan, liver berperan sebagai "pengatur lalu lintas" gula darah dengan
mengendalikan produksi, penyimpanan, dan pelepasan glukosa. Dengan cara ini, liver
memastikan keseimbangan gula darah tetap normal dan sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
b. Jelaskan bagaimana peran otot dalam mempertahankan keseimbangan gula darah agar tetap
normal pada saat terjadi hiperglikemia maupun hipoglikemia!
Otot juga memainkan peran penting dalam mempertahankan keseimbangan gula darah
agar tetap normal pada saat terjadi hiperglikemia dan hipoglikemia. Berikut adalah
penjelasan tentang peran otot dalam situasi-situasi tersebut
1. Hiperglikemia
Ketika terjadi hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi), otot berperan dalam
mengambil glukosa ekstra dari darah dan menggunakannya sebagai sumber
energi untuk berbagai aktivitas. Cara-cara otot berkontribusi dalam mengatur
gula darah selama hiperglikemia adalah sebagai berikut.
a. Pengambilan glukosa: Otot merupakan salah satu jaringan tubuh yang sensitif
terhadap insulin. Insulin, hormon yang diproduksi oleh pankreas, merangsang
penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh, termasuk otot. Ketika kadar glukosa
darah tinggi, pankreas akan mengeluarkan insulin untuk membantu glukosa
masuk ke dalam sel-sel otot, mengurangi konsentrasi glukosa dalam darah.
b. Penggunaan glukosa sebagai bahan bakar: Otot adalah pengguna utama glukosa
sebagai bahan bakar untuk kontraksi dan aktivitas fisik. Ketika glukosa masuk ke
dalam sel otot, glukosa akan dioksidasi melalui proses glikolisis dan oksidasi
aerobik dalam mitokondria untuk menghasilkan ATP, yaitu sumber energi yang
digunakan oleh otot untuk bergerak dan bekerja. Penggunaan glukosa ini
membantu menurunkan kadar glukosa darah dan mempertahankan
keseimbangan gula darah agar tetap normal.
2. Hipoglikemia
Ketika terjadi hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), otot juga berperan
dalam membantu mengatasi kondisi ini dengan cara-cara berikut
a. Pelepasan glukosa dari glikogen: Otot, seperti liver, juga memiliki kemampuan
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen. Ketika tubuh membutuhkan glukosa
tambahan karena kadar gula darah turun, otot akan mengglikogenolisiskan
glikogen menjadi glukosa dan melepaskannya ke dalam darah untuk
meningkatkan kadar glukosa darah dan mengatasi hipoglikemia.
b. Glukoneogenesis terbatas: Meskipun liver adalah sumber utama glukoneogenesis
saat hipoglikemia, otot juga memiliki kemampuan untuk melakukan proses ini.
Namun, jumlah glukosa yang dihasilkan dari glukoneogenesis otot jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan liver. Otot menggunakan asam amino tertentu
untuk menghasilkan glukosa, tetapi sumbangan utama dalam mengatasi
hipoglikemia tetap berasal dari glikogenolisis di otot dan glukoneogenesis di
liver.
Secara keseluruhan, otot berperan sebagai konsumen utama glukosa dalam tubuh, dan
kemampuannya untuk mengambil dan menggunakan glukosa membantu menjaga
keseimbangan gula darah agar tetap normal selama hiperglikemia maupun hipoglikemia.
Selain itu, otot juga berpartisipasi dalam menyimpan dan melepaskan glukosa dari
glikogen sebagai cadangan energi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam mengatur
gula darah.
c. Jelaskan pengaruh genetik, autoimun dan faktor risiko terhadap terjadinya DM tipe 1 dan DM tipe
Gambarkan dalam bentuk patoflow.
DM tipe 1 (diabetes melitus tipe 1) adalah jenis diabetes yang disebabkan oleh kurangnya
produksi hormon insulin oleh sel-sel beta pankreas. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya DM tipe 1 meliputi faktor genetik, autoimun, dan faktor risiko tertentu.
1. Pengaruh Genetik
Faktor genetik berperan penting dalam mendorong perkembangan DM tipe 1.
Seseorang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit ini jika
memiliki riwayat keluarga yang menderita DM tipe 1. Gen tertentu yang terlibat
dalam sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan reaksi autoimun yang
merusak sel-sel beta pankreas yang menghasilkan insulin.
2. Pengaruh Autoimun
DM tipe 1 merupakan penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh
mengenali sel-sel beta pankreas sebagai benda asing dan menyerangnya. Ini
menyebabkan kerusakan pada sel-sel beta, sehingga produksi insulin menurun
atau bahkan berhenti sama sekali. Peristiwa ini biasanya dipicu oleh faktor
lingkungan tertentu pada individu yang rentan secara genetik.
3. Faktor Risiko
Aktivitas 6
a. Jelaskan gambarkan dalam bentuk patoflow, hubungan resistensi insulin, penurun insulin,
peningkatan glucagon dengan keseimbangan glukosa darah (proses glukoneogenesis,
glikogenolisis, liplisis dan ketogenesis).
Resistensi Insulin dan Penurunan Insulin --> Peningkatan Kadar Glukosa Darah
dan Glukoneogenesis
||
vv
Peningkatan Glukosa Darah --> Pankreas Merespons dengan Meningkatkan
Glukagon
||
vv
Aktivasi Reseptor Glukagon --> Peningkatan Glikogenolisis di Hati
||
vv
Peningkatan Glukosa Darah dan Asam Lemak Darah --> Glukoneogenesis
Meningkat
||
vv
Penurunan Penyimpanan Glikogen --> Peningkatan Kadar Glukosa
Darah | |
vv
Peningkatan Glukosa Darah dan Asam Lemak Darah --> Lipolisis
Meningkat | |
vv
Peningkatan Asam Lemak Darah --> Peningkatan Ketogenesis
||
vv
Peningkatan Ketogenesis --> Ketosis (Kadar Keton Meningkat)
b. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran glucagon dalam proses glokoneogenesis
untuk meningkatkan kadar gula darah
Glukagon adalah hormon peptida yang diproduksi oleh sel-sel alfa di pankreas. Peran
utama glucagon adalah meningkatkan kadar glukosa (gula) dalam darah melalui proses
yang disebut glukoneogenesis. Glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa
baru dari prekursor non-karbohidrat, seperti asam amino dan gliserol.
Diagram di atas menggambarkan proses glukoneogenesis yang dipicu oleh glucagon saat
kadar glukosa darah rendah. Saat glucagon terikat pada reseptor glucagon di hati,
berbagai enzim yang terlibat dalam glukoneogenesis diaktifkan. Prekursor non-
karbohidrat, seperti asam amino dari protein atau gliserol dari lemak, diubah menjadi
glukosa baru. Glukosa ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah, sehingga
meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Peningkatan kadar glukosa darah
menyediakan sumber energi yang penting untuk berbagai proses tubuh dan menjaga
fungsi organ vital. Jadi, glucagon memainkan peran penting dalam mengatur kadar
glukosa darah dengan merangsang glukoneogenesis di hati saat tubuh membutuhkan
pasokan glukosa tambahan.
c. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran insulin dalam proses lipogenesis!
Insulin adalah hormon peptida yang diproduksi oleh sel-sel beta di pankreas. Salah satu
peran utama insulin dalam tubuh adalah mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak.
Dalam proses lipogenesis, insulin berperan dalam merangsang penyimpanan lemak
(asam lemak) dalam sel-sel adiposa (jaringan lemak) untuk membentuk trigliserida
(bentuk penyimpanan utama lemak dalam tubuh).
Ketika kadar glukosa darah tinggi, misalnya setelah makan makanan yang mengandung
karbohidrat, pankreas merespons dengan melepaskan insulin ke dalam aliran darah.
Insulin bertindak pada sel-sel adiposa dan hati untuk merangsang lipogenesis. Dalam
lipogenesis,
asam lemak bebas diambil dari sirkulasi dan digabungkan menjadi molekul trigliserida,
yang kemudian disimpan dalam sel-sel adiposa sebagai cadangan energi dalam bentuk
lemak.
Diagram di atas menggambarkan proses lipogenesis yang dipicu oleh insulin saat kadar
glukosa darah tinggi. Saat insulin terikat pada reseptor insulin di sel adiposa dan hati,
berbagai enzim yang terlibat dalam lipogenesis diaktifkan. Asam lemak bebas dari
sirkulasi diambil oleh sel adiposa dan hati, lalu diubah menjadi trigliserida. Trigliserida ini
disimpan dalam sel adiposa sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak. Proses ini
membantu menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi dan menyimpan energi berlebih
dari makanan sebagai lemak yang dapat digunakan nanti saat tubuh memerlukan
sumber energi tambahan.
Jadi, insulin memainkan peran penting dalam mengatur metabolisme lemak melalui
stimulasi lipogenesis, yang merupakan proses pembentukan dan penyimpanan lemak
dalam tubuh.
d. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran dan hubungan antara glukosa, insulin dan
lipolisis
Glukosa, insulin, dan lipolisis memiliki hubungan yang erat dalam regulasi kadar glukosa
darah dan metabolisme lemak dalam tubuh. Berikut adalah penjelasan tentang peran
dan hubungan antara ketiga elemen ini, serta patoflownya
1. Peran Glukosa
Glukosa adalah jenis gula sederhana yang berfungsi sebagai sumber utama
energi bagi tubuh. Setelah kita makan makanan yang mengandung karbohidrat,
glukosa
dilepaskan ke dalam aliran darah dan menjadi penyedia energi utama bagi sel-sel
tubuh.
2. Peran Insulin
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta di pankreas. Fungsi
utama insulin adalah mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak. Saat kadar
glukosa darah tinggi, seperti setelah makan, pankreas melepaskan insulin untuk
membantu glukosa masuk ke dalam sel-sel tubuh, termasuk sel otot dan
adiposa. Di dalam sel otot, glukosa digunakan sebagai sumber energi, sedangkan
di dalam sel adiposa, insulin berperan dalam mengatur proses lipolisis dan
lipogenesis.
3. Peran Lipolisis
Lipolisis adalah proses pemecahan trigliserida (lemak) yang disimpan dalam sel
adiposa menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini terjadi ketika tubuh
membutuhkan lebih banyak energi dari yang tersedia dalam bentuk glukosa.
Lipolisis terutama terjadi saat kondisi puasa atau saat kita berolahraga intens.
Kadar Glukosa Darah Tinggi --> Penglepasan Insulin oleh Pankreas
||
vv
Aktivasi Reseptor Insulin --> Glukosa Masuk ke dalam Sel Otomatis dan Sel
Adiposa | |
vv
Penggunaan Glukosa sebagai Energi di Sel Otomatis --> Penurunan Kadar
Glukosa Darah
||
vv
Kontrol Lipolisis di Sel Adiposa oleh Insulin --> Penekanan Lipolisis
||
vv
Kadar Glukosa Darah Menurun dan Sinyal Kelebihan Energi
||
vv
Penghentian Lipolisis --> Menyimpan Lemak Kembali dalam Sel Adiposa
Diagram di atas menggambarkan hubungan antara glukosa, insulin, dan lipolisis dalam
tubuh. Ketika kadar glukosa darah tinggi, pankreas melepaskan insulin untuk membantu
glukosa masuk ke dalam sel otot dan sel adiposa. Glukosa digunakan sebagai sumber
energi di sel otot, yang mengakibatkan penurunan kadar glukosa darah.
Di sel adiposa, insulin memainkan peran penting dalam mengatur lipolisis. Insulin
menekan lipolisis, sehingga pemecahan trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol
dikurangi. Hal ini terjadi karena insulin menandakan bahwa ada cukup energi (glukosa)
yang tersedia dalam darah, sehingga tidak perlu memecah lebih banyak lemak.
Jika kadar glukosa darah menurun (misalnya saat puasa atau berolahraga), sinyal
kelebihan energi (akibat penurunan glukosa) menghentikan pengaruh insulin pada
lipolisis. Sebagai hasilnya, lipolisis meningkat dan lebih banyak lemak dilepaskan ke
dalam darah untuk digunakan sebagai sumber energi.
Dengan demikian, glukosa, insulin, dan lipolisis bekerja bersama untuk mengatur kadar
glukosa darah dan memastikan tubuh memiliki pasokan energi yang cukup untuk fungsi
normal dan aktivitas sehari-hari.
Aktivitas 7
Seorang laki-laki an.Tn. Abdul usia 52 tahun bekerja sebagai tenaga administrasi di suatu
perusahaan swasta. Beberapa bulan terakhir merasakan badan lemah, kemudian dia pergi ke dokter
untuk konsultasi dan dianjurkan untuk TTGO. Tn Abdul adalah seorang ayah dengan 3 anak (2
perempuan dan 1 laki-laki). Istrinya memiliki riwayat diabetes pada kehamilan anak yang ketiga dan
telah normal setelah melahirkan. Pada saat ini lebih banyak meluangkan di kantor, sehingga
menyebabkan Tn Abdul tidak pernah melakukan olahraga dan pola makan tidak teratur. Pada
beberapa tahun terakhir dia merasakan peningkatan berat badan. Pada keluarga Tn. Abdul juga
terdapat yang menderita DM yaitu ayah kandung, saudara laki-laki dan saudara perempuan.
Ya Tidak
Usia 56 tahun √ Secara teoritis faktor risiko ini tidak dapat dirubah
karena semakin tua umur maka searah dengan
proses metabolisme tubuh dimana kerja organ
tubuh mulai berkurang seiring dengan
pertambahan umur, perkumpulan Endokrinologi
juga menyatakan umur > 45 tahun salah satu
factor pencetus terjadi DM. Penelitian yang
dilakukan di Negeria menyatakan bahwa resiko
mengalami DM tipe II lebih condong meningkat
semenjak memasuki usia 46 tahun
Menikah √
Saudara laki-laki √
dan perempuan
menderita diabetes
Banyak pekerjaan √
di kantor
Ya Tidak
PENUGASAN III
Tujuan Penugasan
Kasus 1
Seorang laki-laki a.n. Tn. Karim usia 57 tahun menderita DM sejak 8 tahun yang lalu. Telah
mendapat terapi berupa obat oral metformin 3x1 tab dan insulin humulin R 6u-8u-6u. Pagi ini telah
dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dengan hasil 115mg/dL. Pagi ini klien sudah dilakukan
suntikan insulin, tetapi klien tidak mau makan karena mual. Setelah mendapatkan terapi insulin
sebelum makan siang, Tn Karim mengeluh kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin,
gemetar dan terasa lapar. Hasil pemeriksaan gula menunjukkan hasil 50 mg/dL.
Soal
1. Jelaskan mekanisme terjadinya keluhan (kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin,
gemetar dan terasa lapar) yang dirasakan oleh Tn. Karim (penjelasan termasuk hubungan
antara keluhan dengan nilai laboratorium)
Keluhan yang dirasakan oleh Tn. Karim seperti kepala pusing, berat badan lemas, keringat
dingin, gemetar, dan merasa lapar adalah gejala hipoglikemia atau kadar gula darah
rendah. Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa dalam darah menurun di bawah batas
normal, yaitu biasanya kurang dari 70 mg/dL.
2. Apa saja yang menyebabkan Tn. Karim jatuh dalam kondisi hipoglikemia (penjelasan termasuk
hubungannya dengan nilai laboratorium)
Terlalu banyak insulin: Tn. Karim telah diberikan insulin humulin R sebelum makan siang,
yang mempengaruhi penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh. Jumlah insulin yang
diberikan mungkin terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh,
menyebabkan penurunan drastis kadar gula darah.
Tidak cukup asupan makanan: Karena Tn. Karim tidak mau makan pagi ini karena merasa
mual, asupan glukosa dari makanan berkurang. Metformin yang dikonsumsi juga bisa
menurunkan nafsu makan.
Aktivitas fisik berlebihan: Tn. Karim mungkin telah melakukan aktivitas fisik yang
berlebihan sebelum pemeriksaan gula darah puasa, yang dapat meningkatkan
sensitivitas tubuh terhadap insulin dan menurunkan gula darah lebih lanjut.
Pada Tn. Karim, setelah menerima suntikan insulin sebelum makan siang dan tidak
makan pagi karena merasa mual, gula darahnya turun menjadi 50 mg/dL. Kondisi ini
menyebabkan tubuhnya merespons dengan melepaskan berbagai hormon
kontraregulator untuk meningkatkan gula darah kembali ke tingkat normal. Berikut
adalah hormon-hormon kontraregulator dan peran mereka:
1. Glukagon
2. Epinefrin
3. Kortisol
Kasus 2
Seorang perempuan a.n. Ny. Mur usia 57 tahun, pekerjaan PNS, dirawat di ruang penyakit dalam
wanita karena infeksi saluran kemih (ISK). Klien menderita DM sejak 10 tahun dengan terapi novomix
12-15u dan kontrol teratur. Terakhir suntik pagi 15u. Hasil lab menunjukkan GDS 628 mg/dL, A1c
9,7%, keton 0,7 dan pH 7,1. Saat ini klien mengeluh sering kencing dan mual.
Soal
4. Jelaskan mekanisme terjadinya keluhan sering kencing dan mual yang dirasakan Ny. Mur
(penjelasan termasuk hubungannya dengan nilai laboratorium)
Keluhan sering kencing dan mual yang dirasakan oleh Ny. Mur terkait dengan kondisi
diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan tingkat gula darah yang sangat tinggi (GDS
628 mg/dL) dan A1c yang tinggi (9,7%). Mekanisme terjadinya keluhan tersebut adalah
sebagai berikut
Kadar gula darah yang sangat tinggi (hiperglikemia) menyebabkan tubuh mencoba untuk
menghilangkan kelebihan glukosa melalui urin. Glukosa yang berlebihan dalam darah
biasanya diresorpsi oleh ginjal kembali ke dalam tubuh, tetapi ketika gula darah melebihi
ambang batas ginjal (threshold), ginjal tidak dapat menyerapnya kembali dan glukosa
akan diekskresikan melalui urin. Proses ini menyebabkan peningkatan produksi urine,
yang dikenal sebagai poliuria. Oleh karena itu, Ny. Mur mengalami sering buang air kecil.
2. Mual
Hiperglikemia yang parah dan tidak terkontrol dapat menyebabkan peningkatan produksi
keton dalam tubuh. Keton adalah produk sampingan dari pemecahan lemak sebagai
sumber alternatif energi ketika tubuh tidak dapat menggunakan glukosa dengan efektif.
Tingginya kadar keton dalam darah menyebabkan kondisi yang disebut asidosis
metabolik, di mana pH darah menurun. Hal ini bisa menyebabkan mual atau perasaan
tidak nyaman di perut dan sistem pencernaan.
Kondisi lab yang menunjukkan pH darah yang rendah (7,1) dan tingginya kadar keton
(0,7) mengindikasikan bahwa Ny. Mur menderita ketoasidosis diabetik, yaitu komplikasi
serius dari diabetes yang ditandai dengan keton tinggi dalam darah dan asidosis
metabolik. Kondisi ini biasanya terjadi ketika gula darah sangat tinggi dan tidak
terkontrol, seperti yang terlihat pada hasil laboratorium GDS yang mencapai 628 mg/dL
dan A1c yang tinggi.
Penderita diabetes melitus (DM) dapat jatuh dalam kondisi hiperglikemia ketika kadar
gula darah dalam tubuh naik di atas batas normal. Hiperglikemia adalah kondisi di mana
kadar gula darah menjadi sangat tinggi, seperti yang terlihat pada kasus Ny. Mur dengan
hasil GDS 628 mg/dL dan A1c 9,7%.
menggunakan insulin dengan efektif. Pada kasus Ny. Mur, terapi yang diberikan
adalah insulin novomix. Namun, kemungkinan ada faktor-faktor yang
menyebabkan insulin tidak bekerja secara optimal atau tubuh tidak
menghasilkan cukup insulin untuk mengatasi kebutuhan glukosa.
3. Terapi yang Tidak Tepat: Dalam beberapa kasus, dosis insulin atau obat
antidiabetes lainnya yang digunakan oleh penderita DM mungkin tidak cukup
atau tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jika dosis insulin atau obat yang
diberikan tidak cukup untuk mengendalikan kadar gula darah, maka
hiperglikemia dapat terjadi.
Dalam kasus Ny. Mur, hiperglikemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor di atas. Kadar
gula darah yang sangat tinggi (GDS 628 mg/dL) dan A1c yang tinggi (9,7%) menunjukkan
bahwa diabetesnya tidak terkontrol dengan baik. Kombinasi dari faktor-faktor di atas
menyebabkan ketidakseimbangan dalam metabolisme glukosa dalam tubuh, yang
menyebabkan hiperglikemia dan gejala yang dialami Ny. Mur seperti sering kencing dan
mual. Penting untuk mengatasi hiperglikemia ini secara tepat guna menghindari
komplikasi yang lebih serius dan menjaga kondisi diabetesnya tetap terkontrol dengan
baik.
serangkaian respons tubuh yang bertujuan untuk mengatasi peningkatan kadar glukosa
darah yang tinggi. Ketika kadar glukosa darah meningkat secara signifikan, tubuh akan
merespons dengan melepaskan hormon-hormon kontraregulator yang bertindak untuk
meningkatkan pemecahan glukosa, menghambat produksi glukosa oleh hati, dan
mengatasi
1. Hormon Kontraregulator
a. Glukagon: Glukagon diproduksi oleh pankreas dan bertindak kebalikan dari insulin.
Ketika kadar glukosa darah tinggi, glukagon akan merangsang hati untuk
memecah glikogen menjadi glukosa dan melepaskannya ke dalam darah,
meningkatkan kadar glukosa darah.
a. GDS 628 mg/dL: Hasil laboratorium menunjukkan kadar gula darah sangat tinggi,
melebihi batas normal yang seharusnya berkisar antara sekitar 70-140 mg/dL.
Peningkatan kadar glukosa darah inilah yang memicu pelepasan hormon-hormon
kontraregulator untuk mengatasi hiperglikemia.
b. A1c 9,7%: A1c adalah pengukuran rata-rata kadar glukosa darah selama 2-3 bulan
terakhir. Hasil A1c yang tinggi menunjukkan bahwa gula darah Ny. Mur telah
tinggi dalam jangka waktu yang cukup lama, menandakan kondisi diabetesnya
tidak terkontrol dengan baik.
c. c. Keton 0,7 dan pH 7,1: Kadar keton yang sedikit meningkat (0,7) dan pH darah
yang rendah (7,1) menunjukkan adanya produksi keton yang berlebihan karena
tubuh mencoba untuk menggunakan lemak sebagai sumber energi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan glukosa dengan efektif. Produksi
keton
yang berlebihan ini menyebabkan asidosis metabolik, yang juga dapat memicu
pelepasan hormon kontraregulator untuk mengatasi masalah ini.
Keluhan yang dirasakan oleh Tn. T yang merupakan komplikasi dari diabetes mellitus
(DM) adalah neuropati perifer dan gangguan pencernaan yang disebabkan oleh
gangguan saraf (neuropati autonome). Hubungan dengan nilai laboratorium
Nilai laboratorium menunjukkan kondisi DM yang tidak terkontrol dengan baik, dengan
hasil gula darah 2 Jam PP mencapai 536 mg/dL. Tingginya kadar gula darah dalam jangka
waktu yang lama (DM sejak 11 tahun yang lalu) menyebabkan terjadinya komplikasi
neuropati perifer dan neuropati autonome, yang menyebabkan keluhan kesemutan dan
baal pada kaki serta gangguan pencernaan seperti mual dan muntah setelah makan.
Selain itu, hasil pemeriksaan kolesterol total yang tinggi (227 mg/dL) dan trigliserida yang
tinggi (314 mg/dL) juga merupakan faktor risiko untuk komplikasi diabetes dan penyakit
kardiovaskular, termasuk infark miokardium akut (IMA). Tingginya tekanan darah
(180/90 mmHg) juga merupakan faktor risiko tambahan untuk penyakit kardiovaskular.
8. Jelaskan mekanisme terjadinya keluhan Tn. T (penjelasan termasuk hubungan antara keluhan
dengan nilai laboratorium)
Keluhan yang dialami oleh Tn. T seperti nyeri dada sebelah kiri, mual, dan muntah, serta
keluhan pada kaki seperti kesemutan dan baal, dapat dijelaskan oleh mekanisme yang
terjadi akibat infark miokardium akut (IMA) atau serangan jantung, serta komplikasi yang
mungkin terjadi pada diabetes mellitus (DM)
penyakit kardiovaskular, termasuk IMA. Tingginya tekanan darah (180/90 mmHg) juga
merupakan faktor risiko tambahan untuk penyakit kardiovaskular.
Kasus 4
Klien didiagnosa menderita CKD sejak 6 tahun yang lalu, tapi menurut istri, klien tidak pernah kontrol
dan minum obat secara teratur, hanya berobat bila badan terasa lemas. Dua bulan sebelum MRS
kaki klien bengkak dan mengeluh sesak. Klien dianjurkan cuci darah, tapi karena masalah financial
klien menolak dan minta berobat jalan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan ureum 122 mg/dl,
kreatinin 14,1 mg/dl, albumin 2,4 gr/dl, Hb 8,2 gram/dl, GDS 315 mg/dl. TD= 180/90 mmHg.
Soal
9. Sebutkan dan jelaskan komplikasi dari diabetes mellitus yang dialami Tn. B (penjelasan
termasuk hubungan antara keluhan dengan nilai laboratorium)
Tn. B didiagnosa dengan Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 yang telah berlangsung selama 6
tahun, dan saat ini mengalami beberapa komplikasi yang terkait dengan kondisi DM-nya.
Berikut adalah komplikasi yang dialami Tn. B
10.Sebutkan mekanisme komplikasi pada Tn. B (penjelasan termasuk hubungan antara keluhan
dengan nilai laboratorium)
komplikasi ini terjadi karena Tn. B tidak memantau dan mengendalikan kondisi Diabetes
Mellitus dan Chronic Kidney Disease secara teratur. Pengelolaan gula darah yang tidak
baik menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan organ-organ tubuh yang
sensitif, seperti retina mata dan ginjal, yang akhirnya menyebabkan gejala dan
komplikasi serius pada kesehatan Tn. B. Penting untuk melakukan pengobatan dan
pengaturan gaya hidup yang tepat untuk mengendalikan kondisi DM dan CKD agar
mengurangi risiko komplikasi yang lebih lanjut.
PENUGASAN IV
Tujuan Penugasan
5. Memahami dasar dan alasan penetapan batas glukosa darah untuk diagnosis DM 6. Memahami
dasar dan alasan penetapan batas kadar HbA1c untuk diagnosis DM 7. Memahami batasan atau
criteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan hasil glukosa darah 8. Memahami batasan atau
criteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan HbA1c 9. Memahami hubungan antara kadar
glukosa darah dan HbA1c dengan risiko komplikasi kardiovaskuler
Kasus 1
Seorang laki-laki a.n. Tn. Karim usia 57 tahun menderita DM sejak 8 tahun yang lalu. Telah
mendapat terapi berupa obat oral metformin 3x1 tab dan insulin humulin R 6u-8u-6u. Pagi ini telah
dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dengan hasil 115mg/dL. Pagi ini klien sudah dilakukan
suntikan insulin, tetapi klien tidak mau makan karena mual. Setelah mendapatkan terapi insulin
sebelum makan siang, Tn Karim mengeluh kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin,
gemetar dan terasa lapar. Hasil pemeriksaan gula menunjukkan hasil 50 mg/dL.
Soal
11.Jelaskan dasar dan alasan penetapan batas glukosa darah untuk diagnosis DM
Dasar dan alasan penetapan batas glukosa darah untuk diagnosis Diabetes Mellitus (DM)
berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan seperti American
Diabetes Association (ADA) dan World Health Organization (WHO). Terdapat dua jenis
pengukuran glukosa darah untuk diagnosis DM, yaitu gula darah puasa dan gula darah
sewaktu (random).
1. Gula Darah Puasa: Gula darah puasa adalah pengukuran kadar glukosa darah
setelah tidak makan atau berpuasa selama minimal 8 jam. Kadar glukosa darah
puasa digunakan untuk diagnosis DM jika melebihi batas tertentu. Menurut
kriteria ADA dan WHO, kadar gula darah puasa yang dapat menegakkan
diagnosis DM .
1) DM terdiagnosis: Gula darah puasa ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L)
2) Kategori Pre-DM atau Gangguan Toleransi Glukosa (Impaired Glucose
Tolerance, IGT): Gula darah puasa antara 100 mg/dL (5.6 mmol/L)
hingga 125 mg/dL (6.9 mmol/L)
2. Gula Darah Sewaktu (Random): Gula darah sewaktu adalah pengukuran kadar
glukosa darah tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Pengukuran ini
biasanya dilakukan ketika seseorang mengalami gejala-gejala khas DM, seperti
poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (haus berlebihan), atau polifagia (lapar
berlebihan). Kadar gula darah sewaktu yang dapat menegakkan diagnosis DM.
1) DM terdiagnosis: Gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L) dengan
gejala gejala DM
Alasan penetapan batas glukosa darah ini berdasarkan bukti ilmiah dan penelitian yang
menunjukkan bahwa pada kadar gula darah tersebut, seseorang memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami komplikasi akibat DM. Pada kadar gula darah yang melebihi
batas tersebut, tubuh mengalami kesulitan dalam menggunakan glukosa sebagai sumber
energi yang dapat menyebabkan berbagai gejala dan komplikasi DM.
12.Jelaskan kriteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan hasil glukosa darah
Kriteria batas normal, diabetes mellitus (DM), dan prediabetes berdasarkan hasil
glukosa darah
1. Batas Normal
Gula darah puasa normal: Biasanya dianggap normal jika hasil pemeriksaan gula
darah puasa (tidak makan atau minum selama minimal 8 jam) berada pada
rentang 70-99 mg/dL.
2. Prediabetes
Prediabetes adalah kondisi di mana kadar gula darah lebih tinggi dari batas
normal, tetapi belum mencapai kadar diabetes. Prediabetes meningkatkan risiko
seseorang untuk mengembangkan diabetes tipe 2 di masa depan. Kriteria
prediabetes berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah
Gula darah puasa prediabetes: 100-125 mg/dL.
Kasus Tn K
∙ Hasil gula darah puasa pagi ini adalah 115 mg/dL, yang berada dalam batas
normal (70-99 mg/dL).
∙ Namun, penting untuk diingat bahwa kondisi Tn. Karim adalah seorang
penderita diabetes melitus yang sedang dalam terapi dengan insulin dan
metformin. Pengobatan diabetes perlu dikelola dengan hati-hati, terutama
dalam mengatur dosis insulin sesuai dengan asupan makanan dan tingkat
aktivitas fisiknya.
∙ Gejala yang muncul setelah mendapatkan terapi insulin dan tidak makan
karena mual, seperti kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin,
gemetar, dan lapar, kemungkinan disebabkan oleh hipoglikemia (kadar gula
darah rendah). Hal ini terjadi ketika dosis insulin yang diberikan terlalu
tinggi dibandingkan dengan asupan makanan, sehingga menyebabkan
penurunan tajam dalam kadar gula darah.
∙ Hasilpemeriksaan gula darah setelah gejala tersebut adalah 50 mg/dL, yang
mengindikasikan bahwa Tn. Karim mengalami hipoglikemia.
Kasus 2
Seorang perempuan a.n. Ny. Mur usia 57 tahun, pekerjaan PNS, dirawat di ruang penyakit dalam
wanita karena infeksi saluran kemih (ISK). Klien menderita DM sejak 10 tahun dengan terapi novomix
12-15u dan kontrol teratur. Terakhir suntik pagi 15u. Hasil lab menunjukkan GDS 628 mg/dL, A1c
9,7%, keton 0,7 dan pH 7,1. Saat ini klien mengeluh sering kencing dan mual.
Soal
b. Jelaskan dasar dan alasan penetapan batas kadar HbA1c untuk diagnosis DM
Dasar dan alasan penetapan batas kadar HbA1c untuk diagnosis diabetes mellitus (DM)
Batas kadar HbA1c untuk diagnosis DM telah ditetapkan oleh American Diabetes
Association (ADA) dan organisasi kesehatan lainnya. Berdasarkan konsensus yang ada,
batas diagnosis DM adalah HbA1c ≥ 6,5%. Jadi, jika hasil HbA1c seorang pasien melebihi
atau sama dengan 6,5%, maka pasien dapat didiagnosis mengalami diabetes mellitus.
Dalam kasus Ny. Mur, hasil HbA1c-nya adalah 9,7%, yang jelas melebihi batas diagnosis
diabetes (6,5%). Hal ini menegaskan bahwa Ny. Mur mengalami diabetes mellitus dengan
kontrol gula darah yang buruk (kadar glukosa darah yang tinggi). Tingginya kadar glukosa
darah (GDS 628 mg/dL) dan adanya keton (0,7) serta pH darah yang rendah (7,1)
menunjukkan adanya kondisi ketoasidosis diabetik, yang dapat terjadi ketika diabetes
tidak terkontrol dengan baik. Oleh karena itu, Ny. Mur memerlukan perawatan dan
penyesuaian terapi untuk mengatasi kondisi ketoasidosis diabetik dan meningkatkan
kontrol gula darahnya.
c. Memahami batasan atau kriteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan HbA1c
1. Batas Normal:
HbA1c normal biasanya berada di bawah 5,7%.
2. Prediabetes:
HbA1c prediabetes berada pada rentang 5,7% hingga 6,4%. Ini menandakan
peningkatan risiko untuk mengembangkan diabetes tipe 2 di masa depan, tetapi
belum mencukupi untuk diagnosis diabetes.
Untuk kasus Ny. Mur, hasil HbA1c-nya adalah 9,7%, yang jelas berada di atas batas
diagnosis diabetes (6,5%). Hal ini menegaskan bahwa Ny. Mur mengalami diabetes
mellitus dengan kontrol gula darah yang buruk. HbA1c yang tinggi menunjukkan bahwa
gula darah rata-rata
selama 2-3 bulan terakhir sangat tinggi, dan hal ini perlu segera ditangani dengan
perubahan terapi dan manajemen gula darah yang lebih baik.
Perlu dicatat bahwa HbA1c adalah alat diagnostik yang penting dan efektif untuk
penilaian kontrol gula darah jangka panjang pada pasien diabetes. Namun, bukan satu-
satunya alat diagnostik yang digunakan dalam manajemen diabetes. Selain HbA1c, hasil
pemeriksaan glukosa darah puasa atau acak, serta gejala klinis dan riwayat medis pasien,
juga menjadi pertimbangan untuk diagnosis dan manajemen diabetes secara
keseluruhan.
Kasus 3
Seorang lak-laki a.n. Tn. T usia 56 tahun mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Klien didiagnosa IMA dan
dianjurkan tirah baring. Menurut klien selama ini tidak merasakan keluhan apa-apa pada jantungnya,
yang dirasakan hanya dulu kaki sering kesemutan dan sekarang terasa baal. Klien menderita DM
sejak 11 tahun yang lalu. Dulu kaki pernah luka akibat tertusuk duri saat berjalan tanpa
menggunakan sandal, saat itu klien tidak merasa. Saat ini klien juga mengeluh mual dan muntah
sering kali makan dan minum. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kulit kaki terlihat kering dan
teraba dingin. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kolesterol total 227 mg/dl, trigliserida=314;
GDP=408 mg/dl; Gula darah 2 Jam PP=536 mg/dl. Troponin T positif, tekanan darah 180/90 mmHg.
Soal
d. Jelaskan tanda-tanda yang menunjukkan komplikasi dari diabetes mellitus pada kasus 3 di atas
Tanda-tanda yang menunjukkan komplikasi dari diabetes mellitus pada kasus Tn. T
atau cedera pada kaki bisa tidak terdeteksi secara dini dan berpotensi
menyebabkan masalah serius.
Berikut adalah arti dari hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus Tn. T, beserta batas
normal untuk masing-masing parameter
1. Kolesterol Total
Kolesterol total adalah jumlah total kolesterol dalam darah, yang mencakup
kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). Kolesterol merupakan salah satu
faktor risiko penting untuk penyakit jantung dan pembuluh darah.
Batas normal kolesterol total bervariasi berdasarkan faktor risiko dan kondisi
medis seseorang. Namun, dalam umumnya, batas normal kolesterol total adalah
kurang dari 200 mg/dL. Pada kasus Tn. T, hasilnya adalah 227 mg/dL, yang
menunjukkan bahwa kolesterol totalnya berada di atas batas normal.
2. Trigliserida
Trigliserida adalah bentuk lemak yang ada dalam darah dan merupakan
salah satu tanda dari metabolisme lipid. Tingginya tingkat trigliserida juga
dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Batas normal trigliserida juga bervariasi tergantung pada faktor risiko dan
kondisi medis. Namun, dalam umumnya, batas normal trigliserida adalah
kurang dari 150 mg/dL. Pada kasus Tn. T, hasilnya adalah 314 mg/dL, yang
menunjukkan bahwa tingkat trigliseridanya juga berada di atas batas
normal.
4. Troponin T
Troponin T adalah marker enzim jantung yang digunakan untuk mengevaluasi
kerusakan otot jantung. Troponin T positif menunjukkan adanya kerusakan atau
cedera pada otot jantung, seperti yang terjadi pada infark miokard (serangan
jantung).
Batas normal troponin T bervariasi tergantung pada laboratorium yang
melakukan pemeriksaan. Umumnya, hasil troponin T yang dianggap positif
menunjukkan nilai di atas nilai batas atas referensi laboratorium.
f. Jelaskan hubungan antara kadar glukosa darah dan HbA1c dengan risiko komplikasi
kardiovaskuler
1. Glukosa darah
Glukosa darah adalah kadar gula atau glukosa yang terdapat dalam darah pada
suatu waktu tertentu. Peningkatan glukosa darah yang berkepanjangan, seperti
pada penderita diabetes, dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah
dan organ-organ penting, termasuk jantung dan pembuluh darah. Jika glukosa
darah tinggi dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu
penumpukan lemak dan plak di dalam dinding arteri, yang bisa menyebabkan
penyakit jantung koroner (PJK) dan risiko serangan jantung.
Hubungan dengan Risiko Komplikasi Kardiovaskuler: Kadar glukosa darah yang tinggi
pada penderita diabetes menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan berkontribusi
terhadap aterosklerosis. Jika aterosklerosis terjadi di arteri yang memasok jantung, maka
risiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) dan serangan jantung meningkat. Selain
itu, glukosa darah yang tinggi juga dapat menyebabkan disfungsi endotel (lapisan dalam
pembuluh darah) yang mengarah pada penyempitan pembuluh darah, peningkatan
tekanan darah, dan risiko komplikasi kardiovaskuler lainnya
HbA1c mencerminkan tingkat kontrol glukosa darah dalam jangka waktu yang lebih lama,
jadi penderita diabetes dengan HbA1c tinggi cenderung memiliki risiko lebih tinggi
terkena komplikasi kardiovaskuler. Peningkatan risiko komplikasi kardiovaskuler juga
dapat terjadi bahkan jika penderita tidak merasakan gejala kardiovaskuler sebelumnya,
seperti pada kasus Tn. T yang sebelumnya tidak merasakan keluhan apa-apa pada
jantungnya.
Dalam kasus Tn. T, kadar glukosa darah yang tinggi (gula darah 2 Jam PP=536 mg/dl) dan
HbA1c yang mungkin tinggi (tidak disebutkan dalam riwayat), dapat meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi kardiovaskuler, terutama karena ia juga memiliki faktor risiko lain
seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol yang tidak normal. Oleh karena itu,
pengendalian glukosa darah dan HbA1c menjadi sangat penting untuk mencegah atau
mengurangi risiko komplikasi kardiovaskuler pada penderita diabetes.
Dokumentasi Diskusi: