Anda di halaman 1dari 132

SKRIPSI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA


PADA UPAYA PENCEGAHAN COVID-19 PADA BALITA DI
DUSUN BATU-BATUA KECAMATAN BONTORAMBA
KABUPATEN JENEPONTO

Diajukan oleh:

SALMAWATI
NIM : 16071014026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2020

i
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA
PADA UPAYA PENCEGAHAN COVID-19 PADA BALITA DI
DUSUN BATU-BATUA KECAMATAN BONTORAMBA
KABUPATEN JENEPONTO

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Menyelesaikan program strata satu dan meraih gelar
Sarjana Keperawatan

SALMAWATI
NIM : 16071014026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA PADA


UPAYA PENCEGAHAN COVID-19 PADA BALITA DI DUSUN
BATU-BATUA KECAMATAN BONTORAMBA
KABUPATEN JENEPONTO
TAHUN 2020

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan

Tim Penguji Ujian Tutup FIK UIM

pada Hari ………….. tanggal …………

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. ST.Aminah Ali., S.Kep.,M.Kes dr. H. Andi Rivai Pakki DPDK

Mengetahui
Dekan FIK UIM

dr. Marhaen Hardjo, M. Biomed, Ph.D

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : SALMAWATI
NIM : 16071014026
Program Studi : S1 Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Judul Skripsi : GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG
TUA PADA UPAYA PENCEGAHAN COVID-19 PADA
BALITA DI DUSUN BATU - BATUA KECAMATAN
BONTORAMBA KABUPATEN JENEPONTO TAHUN
2020.

Menyatakan bahwa skripsi ini asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik Sarjana keperawatan baik di Universitas Islam
Makassar maupun di Perguruan Tinggi lain. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secaara
tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar rujukan.
Apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi
tanggung jawab saya sendiri, bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau
pengelola Program Studi Ilmu Keperawatan UIM dan saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pencabutan
gelar Sarjana yang telah saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
Makassar,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Yang menyatakan,

(SALMAWATI)

iv
ABSTRAK

Salmawati “GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA


PADA UPAYA PENCEGAHAN COVID-19 PADA BALITA DI DUSUN
BATU-BATUA KECAMATAN BONTORAMBA KABUPATEN JENEPONTO
TAHUN 2020” (Dibimbing oleh ST. Aminah Ali dan H. Andi Rivai Pakki)
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena
infeksi virus ini disebut COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan dan sikap orang tua pada upaya pencegahan Covid-19
pada balita di Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba Kabupaten Jeneponto Tahun
2020. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah orang tua yang memiliki balita pada bulan Juni tahun 2020
sebanyak 34 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total
sampling. Hasil penelitian didapatkan usia responden terbanyak adalah 22-25
tahun sebanyak 13 responden (38.2%), berdasarkan jenis kelamin terbanyak
adalah Perempuan sebanyak 19 responden (55,9%), berdasarkan pendidikan
terbanyak adalah SMA sebanyak 18 responden (52,9%), berdasarkan jumlah
balita sebanyak 34 responden (100,0%), Simpulan dalam penelitian ini adalah
Gambaran Pengetahuan orang tua yaitu kategori cukup dan Sikap orang tua yaitu
kategori Positif. Saran dalam penelitian ini adalah Memperhatikan kesehatan sejak
dini dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, membiasakan diri cuci tangan
setiap selesai beraktivitas dan menggunakan masker setiap berada diluar
lingkungan agar dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena Covid-19..

Kata Kunci : Balita, Covid-19, Pencegahan, Pengetahuan, Sikap


Kepustakaan: 2015-2020 (61)

v
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan Skripsi ini, yang merupakan salah satu

persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana pada S1 Keperawatan di Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Makassar dengan judul “Gambaran Pengetahuan

dan Sikap Orang Tua Pada Upaya Pencegahan Covid-19 Pada Balita di

Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto Tahun

2020”.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, mungkin masih banyak kekurangan atau kelemahan baik dari segi

penyusunan maupun dari pandangan pengetahuan, oleh karena itu penulis

mengharap adanya saran dan kritik demi kesempurnaan Skripsi ini.

Selama proses penyelesaian Skripsi ini banyak kesulitan dan hambatan

yang penulis hadapi, namun atas bantuan dan bimbingan serta kerjasama dari

semua pihak yang terlibat di dalamnya sehingga hambatan dan kesulitan itu dapat

teratasi dengan baik. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Sawe

dan Ibunda Darma yang dengan segala pengorbananya dan rasa cinta kasih

sayang yang tulus, yang telah memberikan nasehat dan bantuannya baik moral

maupun materi selama menempuh pendidikan menuntun dan memberikan do’a

sejatinya sehingga penulis dapat merasakan dan dapat melewati momentum

perjuangan hidup ini.

vi
Ucapan terima kasih bagi penulis adalah ungkapan yang tiada batas.

Hanya kata memang dan hanya berbentuk kalimat, namun sebagai seorang

mahluk tak layak jika penulis tidak mengucapkannya pada mereka yang telah

membimbing dan membantu penulis dalam menempuh pendidikan ini. Untuk itu

perkenankanlah penulis dengan segala hormat dan penuh kerendahan hati

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu DR. Hj. Fatimah Kalla, Apt. selaku ketua Yayasan Pendidikan Al-

Gajali Makassar.

2. Ibu DR. Ir. Hj. A. Majdah M. Zain, M.Si. selaku Rektor Universitas Islam

Makassar.

3. Bapak dr. Marhaen Hardjo, M. Biomed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Makassar.

4. Bapak DR. Ns. Zaenal, S.Kep., M.Kes. selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Makassar.

5. Ibu Ns. St Aminah Ali, S.Kep., M.Kes. selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Makassar dan sebagai pembimbing I yang

telah memberikan banyak pengarahan serta bimbingan sehingga penyusunan

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak Ns. Baso Witman Adiaksa S.Kep., M.Kes. selaku Pembantu Dekan

III Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Makassar.

7. Ibu Ns. Isymiarni Syarif, S.Kep., M.Kes. selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Makassar

vii
8. Bapak dr. H. Andi Rivai Pakki DPDK. selaku pembimbing II yang telah

memberikan banyak pengarahan serta bimbingan sehingga penyusunan

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Bapak M.Nur Saad, S.Hut. Selaku Camat Bontoramba yang telah

memberikan izin pengambilan data awal terkait penyusunan Skripsi ini.

10. Bapak H. M. Yasin Tonan. selaku Kepala Dusun Batu-Batua yang telah

memberikan izin dan menfasilitasi peneliti dalam melakukan penyusunan

Skripsi ini.

11. Bapak dan ibu dosen serta staf Fakultas Ilmu kesehatan UIM yang telah

memberikan bimbingan dan pengajaran kepada penulis dalam menyelesaikan

pendidikan selama menjalani perkuliahan.

12. Rekan-rekan seperjuangan, Mahasiswa/I angkatan ‘016”. serta seluruh

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan yang senantiasa memberikan motivasi

pada penulis sehingga dapat melewati proses akademik ini.

Semoga amal baik dan bantuan semua pihak mendapatkan pahala yang

sebesar-besarnya dari Allah SWT, dan hasil penulisan ini menjadi bacaan yang

bermanfaat. Amin.

Makassar, ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,2020

Salmawati

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................iii
ABSTRAK (INDONESIA).................................................................................iv
ABSTRAK (INGGRIS)......................................................................................v
ABSTRAK (ARAB)...........................................................................................vi
KATA PENGANTAR........................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN.....................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................6
C. Tujuan Penelitian.............................................................................6
D. Manfaat Penelitian...........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................8


A. Tinjauan Umum tentang Covid-19.................................................8
B. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan Covid-19............................33
C. Tinjauan Umum tentang Sikap ......................................................42
D. Tinjauan Umum tentang Balita......................................................48
E. Tinjauan Umum tentang Orang Tua...............................................52
F. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan dan Sikap dalam Islam......60

BAB III KERANGA KERJA PENELITIAN....................................................67


A. Kerangka Pikir...............................................................................67

ix
B. Kerangka Konsep..........................................................................68
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif...................................68

BAB IV METODE PENELITIAN...................................................................70


A. Desain Penelitian...........................................................................70
B. Populasi dan Sampel......................................................................70
C. Teknik Sampling............................................................................70
D. Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................71
E. Instrumen Penelitian......................................................................71
F. Prosedur Pengumpulan Data..........................................................71
G. Analisa Data..................................................................................72
H. Etika Penelitian............................................................................75

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................76


A. Gambaran Lokasi Penelitian.........................................................76
B. Hasil Penelitian..............................................................................77
C. Pembahasan...................................................................................81

BAB VI PENUTUP..........................................................................................90
A. Simpulan........................................................................................90
B. Saran..............................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Standar Alat Pelindung Diri (APD)...................................................21

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.......................................77

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.......................77

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan..............................78

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan............................78

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Balita........................79

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita.............79

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Balita............................80

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan..........................80

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap.....................................81

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Pikir................................................................................67

Gambar 3.2 Kerangka Konsep...........................................................................68

xii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

No Istilah Singkatan dari

1. COVID : Corona Virus Disease

2. WHO : World Health Organizzation

3. Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri

4. RI : Republik Indonesia

5. Kec. : Kecamatan

6. Kab. : Kabupaten

7. RNA : Ribonucleid Acid

8. SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome

9. UNICEF : United Nations Children’s Fund

10. ASI : Air Susu Ibu

11. SPSS : Software Product and Service Solution

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Lembar Kuesioner Pengetahuan dan Sikap

Lampiran 4. Lembar Protokol Kesehatan Pencegahan Virus Corona

Lampiran 5. Master Tabel

Lampiran 6. SPSS

Lampiran 7. Lembar Konsul Pembimbing Proposal dan Skripsi

Lampiran 8. Lembar Pengantar Surat Penelitian Penanaman Modal

Lampiran 9. Dokumentasi

Lampiran 10. Daftar Riwayat Hidup

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus

baru yaitu corona virus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut

Corona virus disease 2019 (Covid-19). Diketahui asal mula virus ini berasal

dari wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. Sampai

saat ini sudah dipastikan terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus saat ini

(Data WHO, 1 Maret 2020) (PDPI, 2020).

Menurut Yuliana (2020), virus ini sudah menginfeksi 90.308 orang

per tanggal 2 Maret 2020. Jumlah kematian mencapai 3.087 orang atau 6%,

jumlah pasien yang sembuh 45.726 orang. Virus jenis RNA strain tunggal

positif ini menginfeksi saluran pernapasan manusia dan bersifat sensitif

terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan

mengandung klorin. Sumber host diduga berasal dari hewan terutama

kelelawar, dan vektor lain seperti tikus bambu, unta dan musang. Gejala

umum berupa demam, batuk dan sulit bernapas. Sindrom klinik terbagi

menjadi tanpa komplikasi, pneumonia ringan dan pneumonia berat.

Pemeriksaan spesimen diambil dari swab tenggorok (nasofaring dan

orofaring) dan saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, aspirat

endotrakeal). Isolasi dilakukan pada pasien terbukti terinfeksi Covid-19 untuk

mencegah penyebaran lebih luas (Yuliana, 2020).

1
2

Satu kasus paling awal pada 1 Desember 2019 yang dicatat

dalam jurnal The Lancet pada 20 Januari tentang seseorang yang tidak

berkaitan dengan pasar makanan laut telah terinfeksi. Setelah

menemukan kasus 17 November, dilansir dari Live Science, dokter

mencatat ada sekitar satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap

harinya, dan pada 15 Desember, total infeksi mencapai 27 kasus.

Kemudian, kasus harian meningkat tajam setelahnya, dengan jumlah

kasus mencapai 60 pada 20 Desember (Rahmawati, 2020).

Pada tanggal 27 Desember tahun 2019, Dr. Zhang Jixian, kepala

departemen pernapasan di Rumah Sakit Provinsi Hubei, melaporkan

kepada pejabat kesehatan di China bahwa virus corona baru yang

menyebabkan penyakit, telah menginfeksi lebih dari 180 orang. Bahkan,

dengan temuan kasus 17 November tahun 2019, Dokter belum dapat

memastikan orang tersebut adalah 'pasien nol', atau orang pertama yang

mengalami Covid-19 (Rahmawati, 2020).

Penambahan jumlah kasus Covid-19 berlangsung cukup cepat dan

sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai

dengan 16 Februari 2020, secara global dilaporkan 51.857 kasus konfimasi di

25 negara dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%). Rincian negara dan jumlah

kasus sebagai berikut: China 51.174 kasus konfirmasi dengan 1.666

kematian, Jepang (53 kasus, 1 Kematian dan 355 kasus di cruise ship

Pelabuhan Jepang), Thailand (34 kasus), Korea Selatan (29 kasus), Vietnam

(16 kasus), Singapura (72 kasus), Amerika Serikat (15 kasus), Kamboja (1
3

kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (12 kasus), Australia (15 kasus), Malaysia

(22 ka-sus), Filipina (3 kasus, 1 kematian), Sri Lanka (1 kasus), Kanada (7

kasus), Jerman (16 kasus), Perancis (12 kasus), Italia (3 kasus), Rusia (2

kasus), United Kingdom (9 kasus), Belgia (1 kasus), Finlandia (1 kasus),

Spanyol (2 kasus), Swedia (1 kasus), UEA (8 kasus), dan Mesir (1 Kasus)

(Kemendagri, 2020).

Pandemi Covid-19 di Indonesia  merupakan bagian dari

pandemi penyakit coronavirus 2019 (Covid-19) yang sedang berlangsung di

seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh coronavirus Sindrom pernapasan

akut berat 2 (SARS-CoV-2). Kasus positif Covid-19 di Indonesia pertama

kali dideteksi pada 2 Maret 2020 di daerah Kemang Jakarta Selatan, ketika

dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. Pada 9

April, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi dengan Jawa Timur, DKI

Jakarta, dan Sulawesi Selatan sebagai provinsi paling terpapar (Wikipedia,

2020). Sampai tanggal 8 Juli 2020, Indonesia telah melaporkan 68.079 kasus

positif, terbanyak di Asia Tenggara melampaui Singapura.

Indonesia sempat ada di peringkat kedua kematian di dunia akibat

corona karena mencapai 8,44% (WHO, 2020). Dalam berita tersebut, sudah

38 orang meninggal dunia akibat corona. Dengan jumlah 38 orang pasien

positif Corona yang meninggal dunia tersebut, pada saat berita tersebut

diluncurkan, maka angka kematian di Indonesia pun berada di angka 8,44%.

Berdasarkan hasil peraturan pemerintah provinsi Sulawesi Selatan tentang

protocol kesehatan, masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi peraturan


4

pemerintah tersebut, Ketidakpatuhan warga terhadap instruksi pemerintah

sangat berakibat fatal. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kasus di kota

makassar cukup signifikan dari hari ke hari. Data pantauan di portal resmi

Covid-19 Sulsel per tanggal 8 April 2020 tercatat, angka orang dalam

pemantauan (ODP) pun bertambah menjadi total 2.430 orang, dengan jumlah

pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 324 pasien dan kasus positif

menjadi total 128 orang, positif bertambah sebanyak 6 pasien. Ini seluruhnya

di Kota Makasar, sehingga kota Makassar berjumlah 88 pasien atau sekitar

68,75% dari total seluruh yang positif (Sindonews.com, 2020).

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk

terkena, yaitu, pola makan tidak sehat, berat badan berlebih, jarang

berolahraga, konsumsi alkohol berlebihan, dan kebiasaan merokok, termasuk

sering terpapar asap rokok dari orang lain. Orang yang menderita Covid-19

maupun yang berisiko terkena dianjurkan untuk selalu menjaga daya tahan

tubuhnya tetap kuat agar terhindar dari infeksi virus Corona. Salah satu cara

yang dapat dilakukan adalah mengikuti protokol kesehatan pemerintah

(Adrian, 2020).

Pembatasan sosial selama pandemi virus corona (Covid-19)

menimbulkan kekhawatiran dan stres bagi banyak orang. Kondisi pandemi

virus corona Covid-19 mungkin membuat orang tua khawatir tentang kondisi

anak-anak mereka. Apalagi saat ini, sejumlah negara, termasuk Indonesia

sedang memasuki masa transisi menuju New Normal. Berdasarkan hal ini,

orangtua sebagai salah satu orang yang paling dekat dengan anak memiliki
5

peran penting dalam pengendalian Covid-19, baik dalam hal pencegahan

maupun tatalaksana awal. Pengetahuan, dan sikap yang baik dari orangtua

dalam pencegahan dan manajemen Covid-19 pada balita tentu berperan dalam

menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19 (UNICEV,

2019). Balita memang dapat tertular Covid-19, Data dari Pusat Pengendalian

dan Pencegahan Penyakit China melaporkan bahwa anak-anak di bawah 19

tahun, merupakan 2% dari 72.314 kasus Covid-19 yang dicatat pada 20

Februari silam. Sementara, sebuah penelitian di Amerika Serikat yang

dilakukan terhadap 508 pasien, melaporkan tidak ada kasus kematian di

antara anak-anak. Anak-anak hanya mencakup kurang dari 1% pasien Covid-

19 yang dirawat di rumah sakit (Michelle, 2020).

Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan

jumlah balita di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba Kabupaten

Jeneponto pada bulan Juni tahun 2020 sebanyak 34 balita. Dari hasil

observasi, kebanyakan orang tua belum paham tentang protokol kesehatan

yang baik. Contohnya, saat orangtua yang melakukan kegiatan di luar rumah

seperti bekerja, ke pasar, dan melakukan aktifitas-aktifitas lainnya di luar

rumah, saat pulang ke rumah rata-rata orangtua langsung menghampiri

balitanya tanpa menghiraukan protokol kesehatan seperti mencuci tangan atau

mandi sebelum mendekati balitanya. Di dalam rumahpun saat orang tua batuk

atau pilek, mereka tidak menggunakan masker meskipun berada dekat dengan

balitanya Adapun peneliti memilih Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba

karena di tempat tersebut sebelumnya belum pernah di lakukan penelitian


6

seperti yang penulis lakukan. Oleh karena itu, dari uraian tersebut, peneliti

tertarik untuk meneliti “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Pada

Upaya Pencegahan Covid-19 Pada Balita di Dusun Batu-Batua Kec.

Bontoramba Kabupaten Jeneponto Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu

bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap orang tua pada upaya

pencegahan Covid-19 pada balita di Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba

Kabupaten Jeneponto Tahun 2020?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap orang tua pada

upaya pencegahan Covid-19 pada balita di Dusun Batu-Batua Kec.

Bontoramba Kabupaten Jeneponto Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a) Diidentifikasinya karakteristik orang tua (usia, jenis kelamin,

pekerjaan, tingkat pendidikan, dan terpaparnya informasi mengenai

pencegahan Covid-19 pada balita di Dusun Batu-Batua Kec.

Bontoramba Kabupaten Jeneponto Tahun 2020).

b) Diidentifikasinya pengetahuan orang tua terhadap pencegahan Covid-

19 pada balita di Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba Kabupaten

Jeneponto Tahun 2020.


7

c) Diidentifikasinya sikap orang tua terhadap pencegahan Covid-19 pada

balita di Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba Kabupaten Jeneponto

Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan tentang

gambaran pengetahuan dan sikap orang tua pada upaya pencegahan Covid-

19 pada balita.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Dijadikan sebagai bahan literatur sehingga mahasiswa dapat

mengetahui tentang pengetahuan dan sikap orang tua pada upaya

pencegahan Covid-19.

3. Bagi Riset Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan

bagi pengembangan keilmuan khususnya manfaat yang aplikatif meneliti

gambaran pengetahuan dan sikap orang tua pada upaya pencegahan Covid-

19 pada balita di Program Studi Keperawatan Universitas Islam Makassar.

4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan edukasi

dan intevensi kesehatan yang dapat diterapkan agar meningkatkan kualitas

hidup.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG COVID-19

1. Pengertian

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,

berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales,

keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan

berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu

alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma

coronavirus (PDPI, 2020).

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus

2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan.

Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa

menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru

yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2 (SARSCoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus

Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia.

Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa,

lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui (Fadli, 2020).

2. Gejala Virus Corona (Covid-19)

Menurut Fadli (2020) secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa

menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:

8
9

1) Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat celsius)

2) Batuk

3) Sesak napas

Gejala-gejala Covid-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari

sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona.

3. Gejala Klinis

Infeksi Covid-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau

berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk

dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat,

fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran

napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada

kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok

septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau

disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien,

gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.

Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam

kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat

muncul jika terinfeksi.

4. Klasifikasi Klinis

Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi Menurut

PDPI (2020) yaitu:


10

a. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul

berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti

demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung,

malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada

pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi

gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus

ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada

kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya

dehidrasi, sepsis atau napas pendek (WHO, 2020).

b. Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak.

Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan

pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau

tampak sesak disertai napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda

pneumonia berat.

Definisi takipnea pada anak:

1) < 2 bulan : ≥ 60x/menit

2) 2-11 bulan : ≥ 50x/menit

3) 1-5 tahun : ≥ 40x/menit.

c. Pneumonia berat

Pada pasien dewasa


11

a) Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran

napas.

b) Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),

distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara

luar (WHO, 2020).

Kriteria definisi Severe Community-acquired Pneumonia (CAP)

menurut Diseases Society of America/American Thoracic Society.

Pada pasien anak-anak:

a) Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara kondisi

berikut:

1) Sianosis central atau SpO2 < 90% .

2) Distress napas berat (retraksi dada berat).

3) Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum;

letargi atau penurunan kesadaran; atau kejang).

Dalam menentukan pneumonia berat ini diagnosis dilakukan

dengan diagnosis klinis, yang mungkin didapatkan hasil penunjang

yang tidak menunjukkan komplikasi.

d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu

setelah diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS

berdasarkan kondisi hipoksemia.

Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi fraksi

oksigen inspirasi (FIO₂) kurang dari < 300 mmHg (WHO, 2020).
12

Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks

seperti foto toraks, CT Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan

pencitraan dapat ditemukan: opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh

karena efusi, lobar atau kolaps paru atau nodul. Sumber dari edema

tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan

cairan, dibutuhkan pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi

untuk mengeksklusi penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak

ada faktor risiko. Penting dilakukan analisis gas darah untuk melihat

tekanan oksigen darah dalam menentukan tingkat keparahan ARDS

serta terapi. Berikut rincian oksigenasi pada pasien ARDS (WHO,

2020).

Dewasa:

1) ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan

PEEP atau CPAP ≥ 5 cmH2O atau tanpa diventilasi)

2) ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 200 mmHg dengan

PEEP ≥ 5 cmH2O atau tanpa diventilasi.

3) ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥ 5 cmH2O

atau tanpa diventilasi.

4) Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤ 315 diduga ARDS

(termasuk pasien tanpa ventilasi).

Anak:

1) Bilevel NIV atau CPAP ≥ 5 cmH2O melalui masker full wajah :

PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤ 264.


13

2) ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index (OI) < 8 or 5

≤ OSI < 7.5.

3) ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤ oxygenation

index using SpO2 (OSI) < 12.3.

4) ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.32 (WHO,

2020).

e. Sepsis

Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh

terhadap suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai

disfungsi organ. Tanda disfungsi organ perubahan status mental, susah

bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran

urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral

dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti

laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau

hiperbilirubinemia (WHO, 2020)

Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis

dari nilai 0-24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi

(hipoksemia melalui tekanan oksigen atau fraksi oksigen), koagulasi

(trombositopenia), liver (bilirubin meningkat), kardivaskular

(hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran dihitung dengan

Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang atau tinggi

kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan skor Sequential (Sepsis-

related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin (WHO, 2020).


14

Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti

infeksi dan ≥ 2 kriteria systemic inflammatory Response Syndrom

(SIRS) yang salah satunya harus suhu abnormal atau hitung leukosit

(WHO, 2020).

f. Syok septik

Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi

volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk

mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L.

Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan tekanan

sistolik < persentil 5 atau > 2 SD dibawah rata rata tekanan sistolik

normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-3 kondisi berikut :

1) Perubahan status mental.

2) Bradikardia atau takikardia.

a. Pada balita: frekuensi nadi < 90 x/menit atau > 160 x /menit

b. Pada anak-anak: frekuensi nadi < 70 x/menit atau > 150 x/menit

(WHO, 2020).

3) Capillary refill time meningkat (> 2 detik) atau vasodilatasi hangat

dengan bounding pulse.

4) Takipnea.

5) Kulit mottled atau petekia atau purpura.

6) Peningkatan laktat.

7) Oliguria.

8) Hipertemia atau hipotermia (WHO, 2020).


15

5. Pembagian Virus Corona

Melansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)

Amerika Serikat, virus Corona yang menyerang manusia baru ditemukan

pada tahun 1960-an. Sementara varian terbaru Corona, 2019-nCoV

mewabah dan menjadi peringatan serius bagi dunia. Putusan ini diambil

setelah jumlah pengidap terus bertambah dan terjadi penularan

antarmanusia di luar China (CNNIndonesi, 2020).

Nama virus ini sebenarnya adalah virus yang banyak ditemukan

pada binatang. Tapi, kadang virus Corona yang menginfeksi hewan bisa

menular ke manusia dan menjadi virus Corona manusia yang baru. Virus

korona yang menyerang manusia pertama kali diidentifikasi pada

pertengahan 1960-an. Virus MERS ditularkan dari unta ke manusia.

Sementara, virus corona yang baru ditemukan di China ditengarai

ditularkan oleh ular atau kelelawar. SARS diyakini ditularkan oleh musang

ke manusia.

Virus Corona yang menginfeksi binatang ini terbagi menjadi

empat sub-kelompok utama yang dikenal sebagai alfa, beta, gama, dan

delta. Selama ini, virus Corona yang menular dari binatang ke manusia

adalah corona tipe alfa dan beta. Sejauh ini tercatat ada empat Corona alfa

yang sudah menyerang manusia, yaitu HCoV-229E; HCoV-NL63; HCoV-

OC43; dan HCoV-HKU1. Sementara untuk Corona beta, sudah ada tiga

yang diidentifikasi, SARS, MERS-CoV, dan 2019-nCoV (CNNIndonesia,

2020).
16

Virus Corona alfa tidak seganas virus Corona beta. Faktanya,

banyak orang di seluruh dunia yang terinfeksi dengan virus Corona jenis

ini, seperti dilansir dari situs badan kesehatan (CDC) Amerika Serikat

(AS). Corona alfa hanya menyebabkan penyakit saluran pernapasan

bagian atas ringan hingga sedang, seperti flu biasa. Virus Corona alfa pun

biasanya hanya menginfeksi dalam waktu singkat.

Sedangkan SARS; MERS; dan 2019-nCoV merupakan virus

Corona beta yang menyebabkan penyakit saluran pernapasan bawah

seperti pneumonia atau bronkitis. Penyakit ini bisa merenggut nyawa

lantaran ia menginfeksi paru-paru dan membuat penderita sulit bernapas.

Kesulitan bernapas ini membuat pasokan oksigen di tubuh berkurang

hingga akhirnya bisa menyebabkan kematian.

Tujuh virus Corona yang sudah diketahui dapat menginfeksi

manusia adalah (CNNIndonesia, 2020):

1) HCoV-229E (alpha coronavirus)


Virus ini pertama kali dilaporkan menginfeksi manusia pada

pertengahan 1960-an. Mereka yang terinfeksi virus ini dilaporkan

memiliki tanda-tanda flu biasa. Virus ini lebih mudah menyerang

anak-anak dan lanjut usia. Sejauh ini, belum dilaporkan penularan

virus ini sampai menimbulkan korban jiwa, seperti dilaporkan

jurnal Hindawi.
17

2) HCoV-NL63 (alpha coronavirus)


Kasus manusia yang terinfeksi virus ini pertama kali diisolasi di

Amsterdam pada 2004. Virus itu menginfeksi seorang bayi tujuh

bulan. Ia menderita infeksi pernapasan mirip bronkhitis, seperti tertulis

pada Institut Kesehatan nasional AS (NCBI). 

3) HCoV-OC43 (beta coronavirus)


Virus Corona tipe ini adalah virus yang biasa menyebabkan flu.

Ini adalah varian virus Corona yang lebih umum di beberapa bagian

dunia. Penelitian terbaru menunjukkan virus ini dapat menyebabkan

penyakit saluran pernapasan bawah yang parah pada anak-anak.

Subtipe OC43 (HCoV-OC43) adalah virus Corona manusia yang lebih

umum di beberapa bagian dunia.Penelitian terbaru menunjukkan virus

ini dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan bawah yang parah

pada anak-anak, seperti dilaporkan NCBI.

4) HCoV-HKU1 (beta coronavirus)


Virus ini ditemukan pada 2005 pada pasien di Hong Kong.

Mengutip Institut Kesehatan Nasional AS, saat itu virus ini

menginfeksi kakek berusia 71 tahun yang baru kembali dari Shenzhen,

China.
18

5) Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)


SARS-CoV merupakan sindrom pernafasan akut yang parah dan

pertama kali diidentifikasi di China pada November 2002. Para

ilmuwan juga belum yakin hewan apa yang menjadi sumber penularan

virus ini ke manusia. Diperkirakan virus ini bermula dari kelelawar

yang kemudian menyebar ke hewan lain, seperti musang. Manusia

pertama yang terinfeksi virus ini berada di provinsi Guangdong, China

Selatan, seperti tertulis di situs WHO. Virus Corona ini mengakibatkan

wabah dengan 8.098 kemungkinan kasus termasuk 774 kematian pada

2002-2003, atau sekitar 9 persen pasien yang terjangkit SARS

meninggal.

6) Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV)


MERS-CoV pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada

2012. Hingga 1 Agustus 2013, terdapat 94 kasus MERSCoV dan 47

meninggal. Negara yang terjangkit: Saudi Arabia, Yordania, Qatar,

Uni Emirat Arab, Inggris, Jerman, Perancis, Italia dan Tunisia.

WHO menyebut bukti ilmiah saat ini menunjukkan bahwa unta

dromedaris adalah inang penampung utama untuk MERS-CoV. Unta

ini juga menjadi hewan penular infeksi MERS pada manusia. Namun,

peran pasti unta dromedari dalam penularan virus dan rute penularan

yang tepat masih belum diketahui.

7) 2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCoV


19

Virus Corona jenis baru, 2019-nCoV, dapat menular dari hewan

ke manusia dan antar manusia. Gejala yang dialami orang ketika

terjangkit virus ini antara lain batuk, flu, demam, sesak nafas, kesulitan

pernafasan, gagal nafas, gagal ginjal, hingga mengakibatkan kematian.

Sampai saat ini, kemunculan virus Corona jenis baru di pusat kota

Wuhan, China, maupun laju perkembangan dan mutasi virus corona

belum dikaitkan dengan dampak perubahan lingkungan seperti

berkurangnya tutupan lahan dan perubahan iklim atau cuaca

(CNNIndonesia, 2020).

6. Pengobatan Virus Corona (COVID-19)

Pengobatan atas virus Corona dapat dilakukan dengan jalan, yaitu:

a) Merujuk penderita Covid-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan

karatina di rumah sakit rujukan.

b) Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai

kondisi penderita.

c) Menganjurkan penderita Covid-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan

istirahat yang cukup.

d) Menganjurkan penderita Covid-19 untuk banyak minum air putih untuk

menjaga kadar cairan tubuh

7. Pencegahan Virus Corona (COVID-19)

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus

Corona atau Covid-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik
20

adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda

terinfeksi virus ini, yaitu (Fadli, 2020):

a) Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari

orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan

mendesak.

b) Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.

c) Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang

mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar

rumah atau di tempat umum.

d) Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.

e) Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.

f) Hindari kontak dengan penderita Covid-19, orang yang dicurigai positif

terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk,

atau pilek.

g) Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian

buang tisu ke tempat sampah.

h) Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,

termasuk kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena Covid-19 atau termasuk

kategori ODP (orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam

pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona

tidak menular ke orang lain, yaitu (Fadli, 2020):


21

a) Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain

untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar

tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang

lain.

b) Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.

c) Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya

hubungi dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.

d) Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda

sampai Anda benar-benar sembuh.

e) Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang

sedang sedang sakit.

f) Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta

perlengkapan tidur dengan orang lain.

g) Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum

atau sedang bersama orang lain.

h) Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin,

lalu segera buang tisu ke tempat sampah (Fadli, 2020).

8. Standar Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Monardo, dkk (2020) Ketua Gugus Tugas Percepatan

Penanganan COVID-19, Kepala BNPB standar APD adalah seperti pada

tabel 2.1 berikut:

Tingkat Kelompok Lokasi/Cakupan Jenis APD


Perlindungan
Untuk Masyarakat Masyarakat Fasilitas Umum  Masker kain 3
Umum Umum lapis (katun)
22

Sakit dengan gejala-  Masker Bedah


gejala flu / influenza 3ply
(batuk, bersin-bersin,
hidung berair, demam,
nyeri tenggorokan)
Petugas Fasilitas Umum  Masker Bedah
penanganan (kegiatan harus 3ply
cepat/investig dilakukan di luar  Sarung tangan
ator/ relawan rumah) karet sekali pakai
yang (jika harus kontak
melakukan dengan cairan
interview tubuh pasien)
langsung
terhadap
pasien ODP
atau PDP
Dokter dan Tempat Praktik Umum  Masker bedah
perawat dan kegiatan yang tidak 3ply
menimbulkan aerosol  Sarung tangan
karet sekali pakai
Triase prapemeriksaan,  Masker bedah
Tingkat
bagian rawat jalan 3ply
Perlindungan I
umum  Sarung tangan
Tenaga Kesehatan
dan Pendukung karet sekali pakai
Staff / Masuk ke ruang  Masker bedah
administrasi perawatan, tanpa 3ply
memberikan bantuan  Sarung tangan
langsung
Ruang administrasi  Masker kain 3
lapis (katun)
Supir Ambulans, tidak kontak  Masker bedah
ambulans langsung dengan 3ply
pasien, kabin tidak  Sarung tangan
terpisah. karet sekali pakai
(jika harus kontak
dengan cairan
tubuh pasien
Ambulans, tidak kontak  Masker kain 3
langsung dengan lapis (katun)
pasien, kabin terpisah.
23

Tingkat Dokter dan Ruang poliklinik,  Masker bedah


Perlindungan II perawat pemeriksaan pasien 3ply
Tenaga Kesehatan dengan gejala infeksi  Gown (pada resiko
dan Pendukung pernapasan percikan cairan
tubuh)
 Sarung tangan
karet sekali pakai
 Pelindung mata /
Face shield (pada
resiko percikan
cairan tubuh)
 Headcap
Dokter dan Ruang perawatan  Masker bedah
perawat pasien COVID-19 3ply
 Gown
 Sarung tangan
karet sekali pakai
Dokter dan Mengantar pasien ODP  Masker bedah
perawat dan PDP COVID-19 3ply
 Gown
 Sarung tangan
karet sekali pakai
 Pelindung mata /
Face shield
 Headcap
Supir Ambulans, ketika  Masker bedah
ambulans membantu menaikan 3ply
dan menurunkan pasien  Gown
ODP dan PDP COVID-  Sarung tangan
19 karet sekali pakai
 Pelindung mata /
Face shield
 Headcap
Dokter, Pengambilan sampel  Masker bedah
perawat atau nonpernapasan yang 3ply
petugas tidak menimbulkan  Gown
laboran aerosol  Pelindung mata
(pada resiko
percikan cairan
24

sampel)
 Sarung tangan
karet sekali pakai
 Headcap
Analis  Masker bedah
3ply
 Sarung tangan
karet sekali pakai
 Jas laboratorium
 Pelindung mata
(pada resiko
percikan cairan
sampel)
 Headcap
Radiografer Pemeriksaan pencitraan  Masker bedah
pada pasien ODP dan 3ply
PDP atau konfirmasi  Jas radiografer
COVID19 biasa
 Sarung tangan
karet sekali pakai
 Pelindung mata
(pada resiko
percikan cairan
sampel)
 Headcap
Farmasi Bagian rawat jalan  Masker bedah
pasien demam 3ply
 Sarung tangan
 Jas lab farmasi
 Pelindung mata
(jika harus
berhadapan
dengan pasien)
 Headcap
Cleaning Membersihkan ruangan  Masker bedah
Service pasien COVID-19  Gown
 Pelindung mata
(pada resiko
percikan cairan
25

kimia atau
organik)
 Sarung tangan
kerja berat
 Headcap
Tingkat Dokter dan Ruang prosedur dan  Masker N95 atau
Perlindungan III perawat tindakan operasi pada ekuivalen
Tenaga Kesehatan pasien ODP dan PDP  Coverall / gown
dan Pendukung atau konfirmasi  Boots / sepatu
COVID-19 karet dengan
pelindung sepatu
 Pelindung mata
 Face shield
 Sarung tangan
bedah karet steril
sekali pakai
 Headcap
 Apron
Kegiatan yang  Masker N95 atau
menimbulkan aerosol ekuivalen
(intubasi, ekstubasi,  Coverall / gown
trakeotomi, resusitasi  Pelindung mata
jantung paru,  Face shield
bronkoskopi,  Sarung tangan
pemasangan NGT, karet steril sekali
endoskopi pakai
gastrointestinal) pada  Headcap
pasien ODP dan PDP
 Apron
atau konfirmasi
COVID19
Dokter, Pengambilan sample  Masker N95 atau
perawat atau pernapasan (swab ekuivalen
petugas nasofaring dan  Coverall / gown
laboran orofaring)  Boots / sepatu
karet dengan
pelindung sepatu
 Pelindung mata
 Face shield
 Sarung tangan
26

karet steril sekali


pakai
 Headcap
 Apron
Sumber: Monardo, dkk (2020)

9. Perbedaan Bakteri dan Virus

Perbedaan bakteri dan virus menurut Hadiyanti (2020) yaitu:

a) Bakteri

1) Bakteri adalah mikroorganisme kecil yang terdiri dari sel tunggal.

Bakteri beragam dan memiliki berbagai bentuk serta fitur struktural.

2) Bakteri dapat tumbuh dan berkembang di berbagai macam

lingkungan, termasuk di tubuh manusia.

3) Bakteri yang tercatat telah ada sekitar 3.5 miliar tahun lalu ini juga

dapat bertahan hidup dalam kondisi yang ekstrem, seperti

lingkungan yang sangat panas atau sangat dingin.

4) Bakteri yang berbahaya dan menyebabkan infeksi pada manusia

disebut sebagai bakteri patogen.

5) Namun ada juga yang tidak berbahaya dan terdapat di dalam tubuh

manusia. Seperti bakteri yang ada di dalam usus dan berperan

dalam membantu proses pencernaan.

6) Beberapa kondisi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, antara lain

radang tenggorokan, tuberculosis (TBC) dan juga infeksi saluran

kemih.

b) Virus
27

1) Sementara itu, meski juga dapat memiliki berbagai bentuk, namun

virus diketahui sebagai mikroorganisme yang lebih kecil dari

bakteri.

2) Selain ukuran, yang membedakan virus dari bakteri adalah, virus

membutuhkan inang. Mereka akan berkembang biak dengan

menempel pada inang berupa sel atau jaringan hidup.

3) Virus bergantung hidup pada inangnya dan karena itu virus disebut

bersifat parasit. Di mana ia akan menyerang sel milik inangnya,

dan berkembang biak di dalam sel tersebut.

4) Beberapa jenis virus bahkan membunuh sel inang sebagai caranya

untuk berkembang biak.

5) Virus juga lebih tegas saat menyerang bagian sel. Misalnya virus

tertentu menyerang sel hati, virus lainnya menyerang sistem

pernapasan. Atau ada juga virus yang menyerang sel darah.

6) Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus, antara lain COVID-

19, AIDS dan juga flu pada umumnya.

10. Virus yang dapat Sembuh dengan Sendirinya dan Virus yang Tidak

dapat Sembuh Sendiri

Jenis penyakit yang termasuk self limiting disease dan

membutuhkan obat khusus untuk mengatasi gejala yang menyertainya

(CNN Indonesia, 2020).

a) Cacar air
28

Penyakit yang lebih sering menyerang anak kecil ini dipicu

oleh infeksi virus varicella-zoster. Gejala cacar air atau chickenpox

antara lain gatal-gatal, bentol kemerahan di sekujur tubuh dan disertai

demam tinggi. Meski pada anak sehat bisa sembuh dengan sendirinya,

cacar air bisa juga menyebabkan komplikasi yang mematikan.

Diperkirakan dalam setahun ada sekitar 100 orang tewas dan lebih dari

14.000 orang masuk rumah sakit karena komplikasi cacar yang meliputi

asma, pneumonia serta dehidrasi akibat mual-muntah dan diare. Meski

tetap diberi antivirus, pengobatan untuk penyakit ini lebih banyak

ditujukan untuk mengatasi gejala dan mencegah infeksi penyerta.

Misalnya penurun panas untuk mengatasi demam, kalamin untuk

mengurangi gatal dan antiseptik untuk mandi atau membersihkan tubuh.

b) Flu dan pilek

Common cold atau pilek ditularkan oleh virus influenza, bukan

oleh bakteri seperti yang diduga oleh sebagian orang. Oleh karena itu,

antibiotik tidak perlu diberikan apabila tidak disertai radang maupun

demam yang mengindikasikan adanya infeksi penyerta oleh bakteri.

Pemberian antibiotik sering tidak ada gunanya, karena pengobatan yang

lebih dibutuhkan pada flu dan pilek adalah obat-obat simptomatik atau

pengurang gejala. Misalnya dekongestan untuk melegakan tenggorokan,

antialergi untuk bersin-bersin dan pereda batuk jika diperlukan.

Suplemen multivitamin juga penting untuk diberikan dalam kondisi

seperti ini, karena bisa meningkatkan sistem imun atau kekebalan


29

tubuh. Secara alami, sistem imun yang sehat dengan sendirinya akan

membentuk perlawanan terhadap virus flu.

c) Batuk yang tidak disertai radang

Batuk merupakan mekanisme alami dalam tubuh untuk

menyingkirkan benda asing dari saluran pernapasan. Tanpa harus

diobati, umumnya batuk akan berhenti ketika rangsangan benda asing

itu sudah hilang. Batuk baru butuh antitusif atau pereda batuk jika

sangat mengganggu aktivitas dan memicu radang karena tidak sembuh-

sembuh. Jenis batuk produktif yang disertai dahak bahkan tidak boleh

dihentikan, namun perlu diberi ekspektoran atau pengencer dahak agar

pengeluaran lendir-lendir tersebut bisa berlangsung lebih lancar.

d) Diare nonspesifik

Diare dibagi menjadi 2 jenis yakni diare spesifik dan diare

nonspesifik. Diare spesifik disebabkan oleh infeksi bakteri, sementara

diare nonspesifik merupakan mekanisme alami untuk mengeluarkan

benda asing yang dianggap berbahaya oleh saluran pencernaan. Diare

spesifik ditandai dengan demam dan didiagnosis berdasarkan

pemeriksaan laboratorium. Obat yang perlu diberikan untuk jenis diare

yang satu ini adalah antibiotik, dengan jenis dan kekuatan yang

disesuaikan dengan jenis bakteri dalam hasil pemeriksaan.

Sementara diare nonspesifik yang terjadi antara lain setelah makan

cabai terlalu banyak, tidak perlu diobati karena akan sembuh dengan
30

sendirinya. Selama dirasa belum terlalu mengganggu aktivitas, kondisi

ini cukup diatasi dengan oralit untuk mengantisipasi dehidrasi atau

kehilangan cairan tubuh.

e) Alergi gatal-gatal

Meski beberapa jenis obat antihistamin atau antialergi bisa

dibeli dengan bebas, bukan berarti obat ini harus digunakan setiap kali

mengalami gatal-gatal karena alergi. Reaksi alergi hanya terjadi jika ada

faktor pemicu, sehingga langkah paling tepat adalah menghindari hal-

hal yang memicunya. Obat antihistamin sebaiknya hanya dikonsumsi

jika faktor pemicu alergi memang tidak terhindarkan, misalnya cuaca

dingin. Jenis-jenis makanan tertentu jika masih bisa dihindari maka

lebih baik dihindari saja daripada harus minum obat.

f) Jerawat bintik putih

Banyak yang menawarkan obat-obatan untuk menghilangkan

jerawat atau Acne vulgaris di wajah. Padahal selama tidak disertai

infeksi, jerawat biasa yang sering memiliki bintik putih di dalamnya

akan hilang jika kebersihan dan kadar minyak di permukaan kulit selalu

terkendali. Sebagian besar jerawat bisa disebabkan oleh penyumbatan

kelenjar minyak oleh kotoran maupun bekas make-up yang tidak

dibersihkan. Fungsi minyak sendiri adalah menjaga kelembaban kulit

agar tidak kering dan pecah-pecah.

g) Molluscum Contagiosum
31

Penyakit kulit yang dicirikan dengan benjolan-benjolan

(papulla) bening dan berair ini disebabkan oleh infeksi virus dan lebih

banyak menyerang anak-anak dibandingkan orang dewasa. Karena

ditemukan juga di sekitar alat kelamin dan bisa menular lewat kontak

langsung, penyakit ini sering dikira penyakit menular seksual.

Meski tidak berbahaya, benjolan-benjolan itu bisa pecah bila tergores

atau digaruk sehingga membuka pintu untuk terjadinya infeksi pada

bekas luka. Namun bagi individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

baik, penyakit kulit ini bisa sembuh sendiri dalam waktu 6-12 bulan.

h) Chikungunya

Penyakit ini disebabkan oleh jenis virus

bernama Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk  Aedes aegypti.

Gejalanya antara lain demam tinggi sampai menggigil yang disertai rasa

ngilu yang menusuk hingga ke otot dan tulang sehingga disebut juga flu

tulang. Meski gejalanya sangat parah, virus yang menyebabkan

penyakit ini tidak dibasmi sehingga obat yang diberikan hanya untuk

mengatasi gejala seperti diberi penurun panas untuk mengatasi

demamnya. Untungnya, gejala ini hanya berlangsung antara 5-10 hari

dan akan sembuh dengan sendirinya.

i) Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD)

Penyakit tangan, kaki dan mulut disebabkan oleh infeksi

berbagai jenis virus dari keluarga Picornaviridae terutama Enterovirus

71 (EV-71). Virus ini lebih banyak menyerang bayi dan anak-anak


32

terutama pada musim panas. Gejala yang menyertai penyakit ini adalah

demam dan ruam seperti herpes di sekitar tangan, kaki dan mulut.

Umumnya gejala-gejala tersebut akan sembuh dengan sendirinya dalam

waktu 7-10 hari dan tidak meninggalkan bekas apapun.

j) Kikuchi-Fujimoto disease

Sesuai namanya, penyakit yang disebabkan oleh virus Epstein-

Barr (EBV) ini ditemukan oleh Dr Masahiro Kikuchi dan Y Fujimoto

pada tahun 1972. Gejalanya adalah demam yang disertai pembengkakan

di leher akibat adanya pelebaran pada pembuluh limpa. Penyakit langka

yang lebih banyak ditemukan di wilayah Asia ini sering menyerang

kaum mudah khususnya wanita pada rentang usia 20-30 tahun. Obat

yang diberikan hanya bertujuan untuk mengatasi demam sementara

untuk infeksinya belum ada obatnya, namun akan sembuh dengan

sendirinya.

k) Hepatitis viral

Virus hepatitis B dan C menyerang organ hati dan biasanya

menyebar melalui cairan tubuh, seperti darah dan sperma, penderita

yang telah terinfeksi virus ini. Penderita hepatitis akibat virus ada yang

tidak menunjukkan gejala hingga bertahun-tahun lamanya. Diagnosis

biasanya didapatkan setelah melakukan tes darah

l) Rabies

Penyakit yang disebabkan oleh virus rabies ini bisa menjangkit

seseorang yang terkena gigitan hewan. Gejala yang bisa terjadi berupa
33

demam, sakit kepala, kelelahan, kebingungan, halusinasi, ketakutan

pada air, dan kelumpuhan.

m) Rubella

Penyakit ini sangat berbahaya bagi janin dalam kandungan bila

dialami oleh ibu hamil karena bisa menyebabkan keguguran atau cacat

bawaan. Gejala rubella atau disebut juga campak Jerman ini umumnya

adalah demam ringan dan ruam yang dimulai dari area wajah, lalu

menyebar ke seluruh tubuh

n) Zika

Virus zika umumnya menyebar melalui gigitan nyamuk,

namun bisa juga menyebar melalui hubungan seksual atau aliran darah

ibu ke janin dalam kandungannya. Gejala yang muncul akibat virus ini

adalah demam, ruam, nyeri sendi dan otot, gatal di seluruh tubuh, sakit

kepala dan konjungtivitis. Bayi yang dikandung ibu dengan infeksi

virus zika bisa mengalami mikrosefalus.

o) HIV/AIDS

Virus HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh penderitanya

dengan cara menghancurkan sel darah putih yang tugasnya melawan

infeksi. AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV. Penyakit ini

menyebar melalui hubungan seksual berisiko dan berbagi pakai jarum

suntik dengan orang yang terinfeksi HIV

p) Corona Virus Disesase


34

Koordinator Tim Respons Covid-19 Uuniversitas Gadjah Mada

Yogyakarta, dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D mengatakan, gejala

Covid-19 mirip dengan flu atau beberapa infeksi virus lainnya. Penyakit

ini, adalah self limiting disease. Artinya, akan sembuh dengan adanya

kekebalan pada tubuh. Akan sembuh dengan munculnya kekebalan

dalam tubuh kita (Putri, 2020).

B. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGETAHUAN COVID-19

1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Sidiq, 2019).

Menurut Siltrakool (2017), pengetahuan merupakan pemahaman

partisipan tentang topik yang diberikan. Pengetahuan adalah kemampuan

untuk menerima, mempertahankan, dan menggunakan informasi, yang

dipengaruhi oleh pengalaman dan keterampilan. Sebagian besar dari

pengetahuan yang dimiliki seseorang berasal dari pendidikan baik formal

dan informal, pengalaman pribadi maupun orang lain, lingkungan, serta

media massa.

COVID-19 yang menjadi masalah kesehatan dunia disertai dengan

masifnya informasi yang tersebar di masyarakat. WHO menggunakan kata

‘infodemic’ sebagai istilah untuk menyebutkan informasi yang melimpah.

Namun, tidak semua informasi dan berita yang beredar adalah akurat.
35

Hingga tanggal 23 Maret 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika

Republik Indonesia telah mencatat sebanyak 305 kontak hoaks dan

disinformasi mengenai COVID-19 yang tersebar di media sosial, website,

dan platform pesan instan (Kominfo, 2020 dalam Moudy, 2020).

Banyaknya informasi tersebut didukung oleh perkembangan

internet dan kemudahan akses informasi pada saat ini. Informasi salah

yang beredar ini dapat memengaruhi pengetahuan masyarakat, sehingga

dapat berdampak pada perilaku. masyarakat. Keputusan dan pilihan yang

diambil lebih banyak didasarkan pada informasi dari internet, terutama

media sosial (Kemeneg PP & PA, 2020).

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,

bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak

berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek

ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan

objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap positif terhadap

objek tertentu. Menurut teori WHO (Word Health Organization), salah

satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang

diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, 2010, dalam Sidiq, 2019).

2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Tentang Covid-19


36

Menurut Budimandan Hayomi (2019) faktor yang mempengaruhi

pengetahuan tentang Covid-19 yaitu:

a) Pendidikan

Proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin capat menerima dan memahami suatu informasi sehingga

pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi.

b) Informasi atau Media Massa

Suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,

memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan

informasi dengan tujuan tertentu. Informasi mempengaruhi

pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu

pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya,

sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan

menambah pengetahuan dan wawasannya.

c) Sosial, Budaya dan Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan

menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan

tertentu. Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka

pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka
37

pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang

mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki

status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan

sulituntuk meningkatkan pengetahuan.

d) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan

kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak

yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan

yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika

lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang didapat juga akan

kurang baik. Jika seseorang berada di sekitar orang yang berpendidikan

maka pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan orang

yang berada di sekitar orang pengangguran dan tidak berpendidikan.

e) Pengalaman

Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman

sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa

dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan masalah yang sama.

f) Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah (Budiman dan

Riyanto, 2013 dalam Hayomi, 2019).

3. Cara Memperoleh Pengetahuan


38

Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Putri (2018) terdapat

beberapa cara memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau

metode penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan

pada periode ini meliputi:

a. Cara coba salah (trial and error), cara ini dilakukan dengan

mengguanakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan

apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba kemungkinan yang

lain.

b. Pengalaman pribadi, pengalaman merupakan sumber pengetahuan

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

c. Melalui jalan fikiran, untuk memeperoleh pengetahuan serta

kebenarannya manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta

penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi

yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya

diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran

yang mutlak.

2) Cara modern
39

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:

a. Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala

alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan astu

diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.

b. Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk

seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang khusus.

Kriteria Pengetahuan menurut Arikunto (2010) dalam Putri (2018)

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik, bila subyek menjawab benar 76% - 100% seluruh

pertanyaan.

2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56% - 75% seluruh

pertanyaan.

3. Kurang, bila subyek menjawab benar < 56% seluruh pertanyaan.

4. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2012) dalam Jumiati (2018) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)
40

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi

yang telah dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan

tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain mampu menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan suatu materi secara benar. Misalnya,

seorang siswa mampu menyebutkan bentuk bullying secara benar yakni

bullying verbal, fisik dan psikologis. Untuk mengetahui atau mengukur

bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan sebuah pertanyaan

misalnya: apa dampak yang ditimbulkan jika seseorang melakukan

bullying, apa saja bentuk perilaku bullying, bagaimana upaya

pencegahan bullying di sekolah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan

dan menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Orang

yang telah paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat

menyebutkan, menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya. Misalnya

siswa mampu memahami bentuk perilaku bullying (verbal, fisik dan

psikologis), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa perilaku bullying

secara verbal, fisik maupun psikologis dapat merugikan diri sendiri dan

orang lain.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah

memahami sesuaatu materi atau objek dapat menggunakan atau


41

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya, seseorang

yang telah paham tentang proses penyuluhan kesehatan, maka dia akan

mudah melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan dimana saja dan

seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam komponen komponen

yang terdapat dalam suatu masalah dan berkaitan satu sama lain.

Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis, apabila

seseorang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan

atas objek tertentu. Misalnya, dapat membedakan antara bullying dan

school bullying, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup

cacing kremi, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian suatu objek tertentu ke

dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat meringkas suatu cerita


42

dengan menggunakan bahasa sendiri, dapat membuat kesimpulan

tentang artikel yang telah dibaca atau didengar.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.

Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, seorang

guru dapat menilai atau menentukan siswanya yang rajin atau tidak,

seorang ibu yang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana,

seorang bidan yang membandingkan antara anak yang cukup gizi

dengan anak yang kekurangan gizi, dan sebagainya (Jumiati, 2018).

C. TINJAUAN UMUM TENTANG SIKAP

1. Pengertian

Sikap dalam arti yang sempit adalah pandangan atau

kecenderungan mental. Sikap (attitude) adalah suatu kecenderungan untuk

mereaksi suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh

tak acuh. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap

suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.

Kecenderungan mereaksi atau sikap seseorang terhadap sesuatu hal, orang

atau benda dengan demikian bisa tiga kemungkinan, yaitu suka (menerima
43

atau senang), tidak suka (menolak atau tidak senang) dan sikap acuh tak

acuh (Rohmah, 2016).

Beberapa ahli mendefinisikan sikap sebagai berikut:

1) Chaplin, mendefinisikan sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan

yang relatifstabil dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku

atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap objek, lembaga, atau

persoalan tertentu.

2) Fishbein, mendefinisikan sikap adalah predisposisi emosional yang

dipelajari untuk merespons segala konsisten terhadap suatu objek.

3) Horocks, sikap merupakan variabel latin yang mendasari, mengarahkan

dan memengaruhi perilaku.

4) Trow, mendenisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau

emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.

Disini trow lebih menekankan kesiapan mental atau emosional sebagai

sesuatu objek.

5) Gable, mengemukakan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental

atau saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh

langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi

yang berhubungan dengan objek itu.

6) Harlen, mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau

kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu

objek atau situasi tertentu.


44

7) Menurut Popham, sikap sebenarnya hanya sebagian dari ranah afektif

yang di dalamnya mencakup perilaku seperti perasaan, minat, emosi

dan sikap.

8) Menurut Katz dan Stotland, memandang sikap sebagai kombinasi dari:

a) Reaksi atau respons kognitif (respons perceptual dan pernyataan

mengenai apa yang diyakini),

b) Respon afektif (respons pernyataan perasaan yang menyangkut

aspek emosional)

c) Respon konatif (respons berupa kecenderungan perilaku tertentu

sesuai dengan dorongan hati) (Rohmah, 2016).

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi

yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak

baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2014 dalam Rohmah, 2016).

Sikap adalah keadaan mental dari kesiapan, yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap

respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya

(Rohmah, 2016). Jadi sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran,

dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen

mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Melalui sikap kita

dapat memahami proses kesadaran yangmenentukan tindakan nyata yang

mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosial.

2. Komponen Sikap
45

Menurut Pitra (2017) menyebutkan 3 komponen sikap yaitu:

a) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan

stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan

penanganan (opini) terutama apabila menyakut masalah isu atau

problem yang kontroversial.

b) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling

dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling

bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah

mengubah sikap seseorang komponen afektif dismakan dengan

perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Dan berisi

tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/beraksi terhadap sesuatu

dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang

dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang

adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

3. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2014) dalam Pitra (2017) bahwa sikap

terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

a) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang atau subjek

mau menerima stimulus yang diberikan (objek).


46

b) Menanggapi (responding), menanggapi diartikan memberikan

jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang

dihadapi.

c) Menghargai (valuing), menghargai diartikan subjek atau seseorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

d) Bertanggung jawab (responsible), sikap yang paling tinggi tingkatnya

adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Wawan (2010) dalam Pitra (2017) bahwa faktor-faktor

yang menpengaruhi sikap antara lain:

1) Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pemebentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa didasari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap kita terhadap berbagai masalah.


47

4) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar, radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya, akibatnya

berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan system kepercayaan tidaklah mengherankan

jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego.

5. Sikap Orang Tua terhadap Kesehatan

Sikap terhadap kesehatan merupakan penelian atau pendapat

orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan

yang sekurang-kurangnya mencakup 4 variabel yakni sikap terhadap

penyakit, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan/ atau mepengaruhi

kesehatan, sikap terhadap fasilitas pelayanan, dan sikap dalam

menghindari kecelakaan. Sikap dapat diukur dengan bagaimana pendapat

atau penilaian orang tua atau responden terhadap hal yang terkait dengan

kesehatan, sehat-sakit dan faktor yang terkait dengan faktor risiko

kesehatan (Notoatmodjo 2014 dalam Pitra, 2017)). Jadi sikap dalam


48

kesehatan ini Misalnya latihan/olaraga, diet, sleep/rest, jadwal kunjungan

medical check up, perilaku beresiko tinggi, spiritual dan psikososial.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Febriyanto (2016), ada dua faktor yang mempengaruhi

pembentukan dan pengubahan sikap adalah faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal

Berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini individu

menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar,

serta menentukan mana yang akan diterima atau tidak diterima.

Sehingga individu merupakan penentu pembentukan sikap. Faktor

internaterdiri dari faktor motif, faktor psikologis dan faktor fisiologis.

b. Faktor eksternal

Faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mengubah

dan membentuk sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung dan

tidak langsung. Faktor eksterna terdiri dari: faktor pengalaman, situasi,

norma, hambatan danpendorong (Febriyanto, 2016).

D. TINJAUAN UMUM TENTANG BALITA

1. Pengertian

Masa balita berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan

pertama kehidupan setelah periode baru lahir selama dua minggu. Masa

balita sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana balita setiap

hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga di akhir masa balita dikenal

sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan (Rohmawati, 2018).


49

Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya

karena pada saat ini banyak pola prilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi

terbentuk (Sa’diyah, 2019).

2. Karakteristik Perkembangan Pada Masa Balita

Menurut Rohmawati (2018), karakteristik perkembangan pada

masa balita terdiri dari beberapa yaitu:

a) Perkembangan Fisik

Selama dua tahun pertama kehidupannya, perkembangan fisik

balita berlangsung sangat ekstensif. Pada saat lahir, balita memiliki

kepala yang sangat besar dibandingkan dengan bagian tubuh lain.

Tubuhnya bergerak terus-menerus ke kiri dan ke kanan, sering kali

tidak dapat dikendalikan. Mereka juga memiliki refleks yang di

dominasi oleh gerakan-gerakan yang terus berkembang. Dalam

rentang waktu 12 bulan balita dapat duduk, berdiri, membungkuk,

memanjat, dan bahkan berjalan. Kemudian selama dua tahun,

pertumbuhan fisiknya melambat, tetapi pada aktivitasnya seperti

berlari dan memanjat pertumbuhannya justru berlangsung cepat.

b) Perkembangan Refleks

Pada masa balita terlihat gerakan-gerakan spontan, yang

disebut refleks. Refleks adalah gerakan-gerakan bayi yang bersifat

otomatis dan tidak terkoordinasi sebagai reaksi terhadap rangsangan

tertentu serta memberi balita respons penyesuaian diri terhadap

lingkungannya. Sepanjang bulan pertama kehidupannya, kebanyakan


50

refleks disengaja atau penuh arti. Pada saat anak menguasai

kemampuan tersebut, maka ia disebut sudah memiliki skill atau

keterampilan.

c) Pola Tidur dan Bangun

Bayi yang baru lahir menghabiskan lebih banyak waktunya

untuk tidur. Rata-rata balita baru lahir tidur selama 16-17 jam sehari,

walaupun ada beberapa balita yang rata-rata tidurnya lebih sedikit,

yaitu sekitar 10 hingga 11 jam per hari dan ada pula yang lebih lama,

yaitu selama 21 jam per hari. Biasanya jumlah tidur balita akan

berkurang secara teratur setiap bulan.

d) Pola Makan dan Minum

Perkembangn fisik balita bergantung pada makanan yang baik

selama 2 tahun pertama. balita membutuhkan makanan yang

mengandung sejumlah protein, kalori, vitamin dan mineral. Bagi

balita usia 6 bulan pertama, ASI merupakan sumber makanan dan

energi yang utama, karena ASI adalah susu yang bersih dan dapat

dicerna serta mengandung zat antibodi.

e) Pola Buang Air

Buang air yang terkendali atau terlatih merupakan suatu bentuk

keterampilan fisik dan motorik yang harus dicapai oleh balita.

Kemampuan untuk mengendalikan buang air ini sangat bergantung

pada kematangan otot dan motivasi yang memiliki. Ketika baru lahir

balita belum mampu mengendalikan buang airnya, sehingga buang air


51

dilakukan setiap saat. Pada usia 4 bulan, interval buang airnya

dilakukan setiap saat. Pada usia 4 bulan, interval buang airnya sudah

dapat diramalkan.

f) Perkembangan Intelegensi

Sejak tahun pertama dari usia anak, fungsi intelegensi sudah

mulai tampak dalam tingkah lakunya, umpamanya dalam tingkah

lakunya motorik dan berbicara. Anak yang cerdas menunjukkan

gerakan-gerakan yang lancar, serasi dan terkoordinasi.

g) Perkembangan Bahasa

Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi

antara gejolak fisiologis dan perilaku yang tampak. Untuk dapat

memahami secara pasti mengenai kondisi emosi balita bukanlah hal

mudah, sebab informasi mengenai aspek emosi yang subjektif hanya

dapat diperoleh dengan cara intropeksi, sedangkan balita masih sangat

muda tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik.

h) Perkembangan Moral

Seorang anak yang baru dilahirkan belum memiliki konsep

tentang apa itu baik atau apa itu buruk. Pada masa ini tingkah laku

balita hampir semuanya didominasi oleh dominan naluriah belaka

(Rohmawati, 2018).

3. Psikologi Pada Balita

Balita yang secara emosi stabil dan nyaman biasanya akan lebih

mudah di berikan asupan makanan sehingga pertumbuhan fisiknya bagus,


52

lebih mudah di ajak berkomunikasi sehingga informasi yang masuk dapat

memperkaya pengetahuannya, lebih kreatif, lebih tenang, dan

sebagainya. Untuk menata emosi balita beberapa hal yang bisa di lakukan

orang tua sejak balita di kandungan maupun setelah dilahirkan. Jika ibu

membiarkan emosinya meledak-ledak, marah, takut, sedih, atau bahkan

terlalu gembira akan berpengaruh pada pertumbuhan psikis balita karena

ikut merasakan apa yang dirasakan ibunya (Rohmawati, 2018).

4. Kategori Umur Menurut Depkes

Kategori Umur Menurut Depkes RI (2014) dalam Yhantiaritra

(2015): Masa balita: 0–5 tahun, masa kanak-kanak: 5–11 tahun, masa

remaja awal: 12–16 tahun, masa remaja akhir: 17–25 tahun, masa dewasa

awal: 26-35 tahun, masa dewasa akhir: 36-45 tahun, masa lansia awal: 46-

55 tahun, masa lansia akhir: 56–65 tahun, masa manula: 65 sampai atas.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi

4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly)

60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very

old) diatas 90 tahun.

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia No. 58 Tahun 2009 dalam Wijaya (2017) tentang standar

pendidikan Anak Usia Dini, pembagian kelompok usia balita sebagai

berikut:

a. 1 Tahun

b. 2-3 Tahun
53

c. 4-5 Tahun

E. TINJAUAN UMUM TENTANG ORANG TUA

1. Pengertian

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “Orang

tua adalah ayah ibu kandung (Depdikbud, 1990)”. Selanjutnya A. H.

Hasanuddin (1984) menyatakan bahwa, “Orang tua adalah ibu bapak yang

dikenal mula pertama oleh putra putrinya”. Dan H.M Arifin (1987) juga

mengungkapkan bahwa “Orang tua menjadi kepala keluarga”.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-

anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima

pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat

dalam keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu

bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari

pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan

strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi

pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan

hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua

dan anak (Zakiah, 2012).

Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting

dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Pendidikan orang

tua terhadap anak- anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa

kasih sayang terhadap anak-anak, dan yang diterimanya dari kodrat.

Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena
54

itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaklah kasih sayang

yang sejati pula (M. Ngalim Purwanto, 2009).

Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan

yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah

yang selalu di sampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum,

memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah

sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada anggota

keluarga lainnya.

Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan

pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu,

seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-

anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.

Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur

rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan

berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya di

kemudian hari.

Jadi dapat dipahami bahwa orang tua adalah ayah dan ibu yang

bertanggung jawab atas pendidikan anak dan segala aspek kehidupannya

sejak anak masih kecil hingga mereka dewasa.

2. Tanggung Jawab Orang tua

Dalam upaya menghasilkan generasi penerus yang tangguh dan

berkualitas, diperlukan adanya usaha yang konsisten dan kontinu dari

orang tua di dalam melaksanakan tugas memelihara, mengasuh dan


55

mendidik anak-anak mereka baik lahir maupun batin sampai anak

tersebut dewasa dan atau mampu berdiri sendiri, dimana tugas ini

merupakan kewajiban orang tua. Begitu pula halnya terhadap pasangan

suami istri yang berakhir perceraian, ayah dan ibu tetap berkewajiban

untuk memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anaknya (H. Mahmud

Gunawan dkk, 2013).

Secara sederhana peran orang tua dapat dijelaskan sebagai

kewajiban orang tua kepada anak. Diantaranya adalah orang tua wajib

memenuhi hak-hak (kebutuan) anaknya, seperti hak untuk melatih anak

menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan, buang air,

berbicara, berjalan berdoa, sungguh sungguh membekas dalam diri anak

karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi.

Sikap orang tua sangat memengaruhi perkembangan anak. Sikap

menerima atau menolak, sikap kasih sayang atau acuh tak acuh, sikap

sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan secara

langsung memengaruhi reaksi emosional anak (Hasbullah, 2011).

John Locke mengemukakan, posisi pertama didalam mendidik

seorang individu terletak pada keluarga. Melalui konsep tabula rasa John

Locke menjelaskan bahwa individu adalah ibarat sebuat kertas yang

bentuk dan coraknya tergantung kepada orang tua bagaimana mengisi

kertas kosong tersebut sejak bayi. Melalui pengasuhan, perawatan dan

pengawasan yang terus menerus, diri serta kepribadian anak dibentuk.


56

Dengan nalurinya, bukan dengan teori, orang tua mendiidk dan membina

keluarga.

Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam hal

pengasuhan, pemeliharaan dan pendidikan anak, ajaran Islam

menggariskannya sebagai berikut:

1) Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akidah

2) Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akhlak

3) Tanggung jawab pemeliharaan kesehatan anak

4) Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan intelektual (Hasbullah,

2011).

Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak

di tangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain

karena ia adalah darah dagingnya kecuali berbagai keterbatasan kedua

orang tua ini. Maka sebagian tanggung jawab pendidikan dapat

dilimpahkan kepada orang lain yaitu melalui sekolah.

Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina

oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain:

1) Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan

dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan

makan, minum dan perawatan agar ia hidup secara berkelanjutan.

2) Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah

maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya

lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.


57

3) Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan

yang berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa

mampu , berdiri sendiri dan membantu orang lain.

4) Membahagiaan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya

pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sebagai

tujuan akhir hidup muslim (Zakiah, 2012).

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa

tanggung jawab orang tua terhadap anak meliputi berbagai hal

diantaranya membentuk pribadi seorang anak, bukan hanya dalam tataan

fisik saja (materi), juga pada mental (rohani), moral, keberagamaan dalam

kehidupan sehari-hari.

Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina

anak secara kontinu perlu dikembangkan kepada setiap orang tua

sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiassaan

yang dilihat dari orang tua, tetapi telah disadari oleh teori-teori pendidikan

modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang cenderung selalu

berubah. Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai

peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.

Sifat tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari

anggota keluarga yang lain (Hasbullah, 2011).

3. Peran Orang tua

Istilah peranan yaitu bagian atau tugas yang memegang

kekuasaan utama yang harus dilaksanakan (Depdikbud, 1988). Peranan


58

memiliki arti sebagai fungsi maupun kedudukan (status) (Pius A. Partoto

& M. Dahlan Al Barry, 1994). Peranan dapat dikatakan sebagai perilaku

atau lembaga yang mempunyai arti penting sebagai struktur sosial, yang,

dalam hal ini lebih mengacu pada penyesuaian daripada suatu proses

yang terjadi (Sarjono. S., 1982). Peranan dapat diartikan pula sebagai

sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan terutama

dalam terjadinya sesuatu hal. Ada juga yang merumuskan lain, bahwa

peranan berarti bagian yang dimainkan, tugas kewajiban pekerjaan.

Selanjutnya bahwa peran berarti bagian yang harus dilakukan di dalam

suatu kegiatan (Sahulun, 2002).

Berdasarkan pemaparan di atas, yang di maksud dengan peranan

oleh penulis adalah suatu fungsi atau bagian dari tugas utama yang

dipegang kekuasaan oleh orang tua untuk dilaksanakan dalam mendidik

anaknya. Peranan disini lebih menitikberatkan pada bimbingan yang

membuktikan bahwa keikutsertaan atau terlibatnya orang tua terhadap

anaknya dalam proses belajar sangat membantu dalam meningkatkan

konsentrasi anak tersebut (Teamislamonline, 2006). Usaha orang tua

dalam membimbing anak anak menuju pembentukan watak yang mulia

dan terpuji disesuaikan dengan ajaran agama Islam adalah memberikan

contoh teladan yang baik dan benar, karena anak suka atau mempunyai

sifat ingin meniru dan mencoba yang tinggi.

Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan

yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah


59

yang selalu di sampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum,

memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah

sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada anggota

keluarga lainnya. Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan

pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu,

seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-

anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.

Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur

rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan

berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya di

kemudian hari.

Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota

keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-

anaknya adalah sebagai berikut:

a. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang

b. Pengasuh dan pemelihara

c. Tempat mencurahkan isi hati

d. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga

e. Pembimbing hubungan pribadi

f. Pendidik dalam segi-segi emosional (Imam, 2015).

Disamping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang

penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi

gengsinya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari


60

sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang

telah agak besar. Meskipun demikian, di beberapa keluarga masih dapat

kita lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan

seorang ayah.

Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada

waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Ditinjau dari fungsi dan

tugasnya sebagai ayah, dapat dikemukakan di sini bahwa peranan ayah

dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai

berikut:

a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga

b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar

c. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga

d. Pelindung terhadap ancaman dari luar

e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan

f. Pendidik dalam segi rasional (Hasbullah, 2011).

F. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGETAHUAN DAN SIKAP

DALAM KONSEP ISLAM

Ilmu pengetahuan dan sikap adalah merupakan salah satu isi pokok

kandungan kitab suci Alquran. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam

Alquran sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari

744 kali (Qutub, 2017). yang memang merupakan salah satu kebutuhan agama

Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melaksanakan ibadah selalu

memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya


61

melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji,

semuanya punya waktu-waktu tertentu. Dalam menentukan waktu yang tepat

diperlukan ilmu astronomi.

Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah sains

mengenai waktu-waktu tertentu (Turner, 2004 dalam Qutub, 2017). Banyak

lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan

teknologi, seperti menunaikan ibadah haji, berdakwah, semua itu

membutuhkan kendaraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan

garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam Alquran, manusia hanya

tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara

lain sebagaimana terdapat dalam QS. Ar-Rahman ayat 33 di bawah ini:

Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah

memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia,

bahwasanya mereka telah dipersilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa

luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan).

Kekuatan yang dimaksud di sini sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah

ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, hal ini telah terbukti di era

modern sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu

menembus luar angkasa, bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam


62

bidang sains dan teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di

Bulan, Pelanet Mars, Jupiter dan planet-pelanet lainnya (Qutub, 2017).

Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju

(bangsa barat) dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad

modern ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah

dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau

dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada

ilmuan barat, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Yatim (1997) dalam

bukunya Sejarah Peradaban Islam dalam Qutub (2017): “Kemajuan Barat

pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui

Spanyol.

Hal ini diakui oleh sebagian mereka. Sains dan teknologi baik itu

yang ditemukan oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa

dulu, sekarang dan yang akan datang, semua itu bukti kebenaran informasi

yang terkandung di dalam Alquran, karena jauh sebelum peristiwa penemuan-

penemuan itu terjadi, Alquran telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal

itu dan ini termasuk bagian dari kemukjizatan Alquran, dimana kebenaran

yang terkandung di dalamnya selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan,

diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiah oleh siapa pun. Alquran adalah

kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber,

basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan. Alquran adalah buku induk

ilmu pengetahuan, dimana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan

(Qutub, 2017), semuanya telah diatur di dalamnya, baik yang berhubungan


63

dengan Allah (hablum minallah) sesama manusia (hablum minannas) alam,

lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama,

umum dan sebagainya (dalam QS Al An’am: 38).

Lebih Qutub (2017) mengatakan bahwa sebenarnya segala ilmu yang

diperlukan manusia itu tersedia di dalam Alquran. Salah satu kemukjizatan

(keistimewaan) Alquran yang paling utama adalah hubungannya dengan ilmu

pengetahuan, sikap, begitu pentingnya ilmu pengetahuan dalam Alquran

sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali QS. Al-‘Alaq: 1-5, yaitu:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.”

Adapun Sikap Seorang Mukmin Dalam Menghadapi Covid-19, Saat

ini umat manusia berada dalam suasana pandemi global. Hal ini dirasakan

oleh hampir seluruh dunia termasuk Indonesia. Menurut Jabbar (2020)

menegaskan bahwa dalam keadaan wabah seperti ini, upaya yang harus

dilakukan adalah tetap merawat sikap yang benar. Ketika datang ancaman

kesehatan, orang perlu perhatian serius dengan sikap yang tepat. “Dalam

pesan Rasul menegaskan bahwa kesehatan harus dijaga dengan baik. Hadis

Nabi tentang lima hal sebelum datang lima hal yang lain, salah satunya ialah

menjaga kesehatan sebelum datang sakit. Karena menjaga kesehatan sebagai


64

perintah yang disampaikan Rasul, maka kita harus senantiasa merawatnya

dengan baik. Itu bagian dari ibadah”.

Kesehatan mungkin bukan segala-galanya, tapi menurut Jabbar

(2020) tanpa anugrah sehat dari Allah, segalanya tak dapat dinikmati dengan

baik. Sabda Nabi yang menyatakan bahwa ada dua kenikmatan yang

banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang. Sebagian

sikap kaum muslim yang mengatakan bahwa bukankah kematian itu di tangan

Allah? Kalau Allah menjadikan sehat ya sehat, kalau sudah sakit ya sakit.

Padahal kita perlu ikhtiar dalam menyikapi pandemi global ini.

Jabbar (2020 menerangkan bahwa justru karena takut kepada Allah,

maka menghadapi virus ini harus dengan sesuai tuntunan-Nya. Pada saat

wabah terjadi di zaman Rasul, beliau memberi tuntunan dalam sebuah hadis

yang isinya ketika di suatu tempat ada wabah, maka tidak boleh orang yang

berada di lingkungan wabah itu keluar dari tempat itu. Dan orang yang di luar

tidak boleh masuk ke dalam tempat wabah beredar. Tuntunan dari Rasul

tersebut sebagai bagian dari ikhtiar.

Di antara ikhtiar-ikhtiar sebagai akhlak, agar kita yang sehat supaya

tidak jadi bagian yang tertular Covid-19. Karena kalau kita salah dalam

mengambil sikap, virus dapat menimpa dan memperburuk kesehatan kita.

Satu-satunya kepastian di masa depan adalah kematian. Waktu kematian

seseorang memang sudah ditentukan Allah. Namun, kematian merupakan

peristiwa yang misterius sehingga manusia harus berupaya untuk tetap

merawat kehidupan dengan baik (QS. Al-A’raf ayat 34) yang artinya, ‘Tiap-
65

tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya

mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat

(pula) memajukannya.

Sebagai seorang mukmin tentunya panutan kita adalah Nabi

Muhammad sebagai uswatun hasanah. Ketika ada ikhtiar physical distancing,

mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan lain-lain, semua adalah

akhlak seorang mukmin ketika menghadapi Covid-19. Jabbar (2020)

menerangkan bahwa Covid-19 secara keilmuan lawannya adalah sistem imun

manusia. Pertahanan satu-satunya yang bisa diandalkan adalah imunitas

masing-masing. Maka ketika vaksin anti virus belum ditemukan, kita

berusaha menjaga bagaimana agar tubuh tetap dalam kondisi optimal.

Cara agar imun tetap optimal: pertama, makan makanan yang halal

dan thayyib, yang mengandung nutrisi yang baik, yang dibutuhkan oleh

tubuh. Jadi bukan hanya halal tetapi juga harus thayyib untuk tubuh kita. 

Kedua, istirahat yang cukup. Rasul pernah mengingatkan sahabat yang

malamnya terus dipakai ibadah, dengan mengatakan bahwa semua tubuh itu

memiliki hak untuk istirahat agar seluruh tubuh tidak mudah rapuh. Ketiga,

kita jaga emosi, tetap optimis. Tidak perlu galau dan cemas, apalagi panik dan

marah-marah sampai memiliki pikiran negatif. Dalam kondisi emosi negatif,

sistem imun dalam tubuh kita akan turun. Jadi, dalam menyikapi wabah

global ini disikapi dengan optimis bahwa semuanya akan berakhir. Dalam

hadis Nabi yang diriwayatkan Muslim menyebutkan bahwa setiap penyakit

yang Allah turunkan akan disertai dengan obatnya.


66

Yang lebih penting lagi, selain menjaga kesehatan fisik dan mental,

harus bangun peran spiritual dengan baik. Salat jalan terus di rumah. Jadi

menjalani salat di rumah, sesungguhnya sedang menjalankan sunnah Nabi

yang lain. Maka spiritual harus tetap dijaga, baca al Quran dan salat malam

harus tetap berjalan. Ikhtiar lain yang tidak kalah penting menurut Jabbar

(2020) adalah berdoa kepada Allah agar tidak menjadi bagian yang terkena

wabah sekaligus mendoakan mereka yang telah jadi pasien positif Covid-19.

Doa adalah kekuatan orang beriman. Doa bisa menyelamatkan seseorang dari

bencana. Selain doa, ketika dalam kondisi seperti ini, teringat dengan sabda

Rasul yang menegaskan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling

banyak manfaat kepada sesamanya. Maka kalau kita berada dalam kondisi

yang sehat, kita harus tampil menjadi bagian orang yang membawa solusi

terhadap permasalahan ini.


BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Pikir

COVID-19 BALITA Tingkatkan daya tahan


tubuh dengan pola
hidup sehat

1) Demam (suhu tubuh di atas 38


ORANG TUA
derajat celsius) ODP Physical Distancing
2) Batuk &
PDP
3) Sesak napas Menggunakan masker
Pengetahuan
Mencuci Tangan
Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal
terpisah dari orang lain untuk sementara Protokol
waktu Kesehatan Jangan Menyentuh Mata,
Mulut, dan Hidung
Jangan keluar rumah, kecuali untuk Sebelum Mencuci
mendapatkan pengobatan Tangan

Bila ingin ke rumah sakit saat gejala Hindari Kontak Dengan


bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu Sikap Penderita Covid-19
pihak rumah sakit
Tutup Mulut dan Hidung
Larang dan cegah orang lain untuk
dengan Tisu Saat Batuk
mengunjungi atau menjenguk Anda 1) Kurang
Atau Bersin
2) Cukup

Jangan melakukan pertemuan dengan orang


yang sedang sedang sakit Jaga kebersihan benda
yang sering disentuh
Hindari berbagi penggunaan alat makan dan dan kebersihan
minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur lingkungan, termasuk
dengan orang lain kebersihan rumah

Pakai masker dan sarung tangan bila sedang


berada di tempat umum atau sedang bersama Positif
orang lain
Gunakan tisu untuk menutup mulut dan
hidung bila batuk atau bersin, lalu segera
Negatif
buang tisu ke tempat sampah

Gambar 3.1 Kerangka Pikir


Sumber: Fadli (2020), Hayomi (2019), Pitra(2017), Putri (2018) & Sa’diyah (2019)

67
68

B. Kerangka Konsep

Menurut Setyawan (2014), Konsep adalah generalisasi dari

sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk

menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Oleh karena itu, konsep

tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan

dapat diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel–

variabel. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah seperti pada Gambar

3.2 berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Pencegahan Covid-
19 Pada Balita
Sikap

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel yang diteliti

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan

Suatu pemahaman orang tua tentang pencegahan penularan Covid-

19 terhadap kualitas kesehatan balita.


69

Kriteria objektif:

kategori Kurang : Jika jawaban < 14

Kategori Cukup : Jika jawaban ≥ 14. Skor minimal adalah 14 dan skor

maksimal adalah 28. Jawaban salah nilai 0 dan benar nilai 2.

2. Sikap Orang Tua Pada Pencegahan Covid-19

Tanggapan responden terhadap keamanan, kesehatan pada balita

dengan cara pencegahan penularan Covid-19.

Kriteria objektif:

Kategori Negatif : Jika jawaban < 20

Kategori Positif : Jika jawaban ≥ 20. Skor minimal adalah 40 dan skor

maksimal adalah 20.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian Deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu

fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Pada umumnya metode

penelitian ini digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan

penyelenggaraan suatu program di masa sekarang (Notoatmodjo, 2010).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan

yang ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau

generalisasi (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah

orang tua yang memiliki balita di Dusun Batu-Batua Kecamatan

Bontoramba Kabupaten Jeneponto pada bulan Juni tahun 2020 sebanyak

34 orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiono, 2017). Sampel dalam penelitian ini yaitu

berjumlah 34 orang.

70
71

C. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah Total sampling

atau seluruh populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2015). Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah Total sampling karena sampel

diambil dari seluruh populasi orang tua yang memiliki balita yang berada di

Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba Kabupaten Jeneponto.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Tempat penelitian ini telah dilakukan di Dusun Batu-Batua Kec.

Bontoramba Kabupaten Jeneponto.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2020.

E. Instrumen Penelitian

Irba (2017) mengatakan instrumen penelitian adalah “Suatu alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah, cermat, dan hasilnya lebih baik dan sistematis,

sehingga lebih mudah diolah datanya”. Adapun instrumen yang digunakan

umtuk mengukur adalah berupa kuesioner pengetahuan dengan jumlah 14

item pernyataan dan kuesioner sikap dengan jumlah 8 item pernyataan dan

masing-masing menggunakan Skala Likert.


72

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Observasi

Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi secara

terstruktur dengan menggunakan lembar observasi dalam bentuk

Kuesioner penilaian (Sugiyono, 2015). Adapun observasi pada penelitian

ini, yaitu peneliti mengamati tentang gambaran pengetahuan, dan sikap

orang tua pada pencegahan Covid-19 di Dusun Batu-Batua Kec.

Bontoramba Kabupaten Jeneponto.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu cara untuk mencari data mengenai

beberapa hal atau yang berkaitan dengan variabel yang didalamnya

terdapat catatan, transkrip, data perkembangan, notulen rapat dan lain-

lain. Metode dokumentasi hal yang diamati adalah benda mati dan bukan

benda hidup sehingga tidak dapat berubah-ubah, dokumentasi ini bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

dokumentasi yaitu untuk memperkuat data sebagai bukti pelaksanaan

penelitian yang akurat dan jelas dari rumah responden dan juga sebagai

data sekunder penunjang dalam penelitian pada saat proses penelitian.

Penelitian ini dokumentasi yang digunakan adalah gambaran umum

pengetahuan, dan sikap orang tua.


73

G. Analisis Data

1. Pengolahan Data

a) Editing

Tahap editing data atau yang disebut juga tahap pemeriksaan

data adalah proses peneliti memeriksa kembali data yang telah

terkumpul untuk mengetahui apakah data yang terkumpul cukup baik

dan dapat diolah dengan baik (Darto, 2014).

b) Coding

Coding adalah usaha mangklasifikasi jawaban-jawaban/hasil-

hasil dari wawancara yang ada. Klasifikasi di lakukan dengan jalan

menandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka ataupun

huruf kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja guna

mempermudah membacanya. Hal ini penting untuk di lakukan karena

alat yang di gunakan untuk analisa data dalam komputer yang

memerlukan suatu kode tertentu.

c) Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer. Entry

data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program

Software Statistic (SPSS Versi 23).

d) Cleaning

Setelah data dimasukkan dalam program komputer,

selanjutnya peneliti melakukan cleaning yaitu memeriksa kembali


74

data yang sudah di entry untuk mengetahui kemungkinan adanya data

yang masih salah atau tidak lengkap.

e) Scoring

Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor

pada tingkat pengetahuan, sikap terhadap pencegahan Covid-19 pada

responden (Nursalam, 2017).

1) Pengetahuan:

1) kategori Kurang : Jika jawaban (kurang) < 14.

2) kategori Cukup : jika jawaban (lebih dari) ≥ 14.

2) Sikap:

1) Kategori Negatif : Jika jawaban (kurang) < 20.

2) Kategori Positif : Jika jawaban (lebih dari) ≥ 20.

f) Tabulating

Tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang

dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam tabel, atau dapat

dikatakan bahwa tabulasi data adalah penyajian data dalam bentuk

tabel atau daftar untuk memudahkan dalam pengamatan dan evaluasi.

Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran tentang hasil

penelitian, karena data-data yang diperoleh dari lapangan sudah

tersusun dan terangkum dalam tabel-tabel yang mudah dipahami

maknanya (Wrahatnala, 2018).


75

2. Analisa Data

Analisa data dapat dilakukan dengan cara deskriktif yaitu

dengan melihat persentase data yang terkumpul dan disajikan tabel

distribusi frekuensi kemudian dicari besarnya persentase jawaban

masing-masing responden dan selanjutnya dilakukan pembahasan dengan

menggunakan teori kepustakaan yang ada. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut:

p= f X 100%
n

Keterangan:

P : Persentasi

F : Frekuensi

N : Jumlah sampel

100%: Bilangan tetap

H. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2017) etika yang mendasari dilaksanakan suatu

penelitian meliputi:

a) Informent Consent (Surat Persetujuan), Informent Consent diberikan

sebelum melakukan penelitian. Informent Consent ini berupa lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Lembar persetujuan ini diberikan

kepada responden yang akan diteliti dan memenuhi kriteria inklusi.

Lembar ini juga dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat

penelitian. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani


76

lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti tidak

boleh memaksa dan harus tetap menghormati keputusan responden.

b) Anonimity (Tanpa Nama), Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak

mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan

inisial.

c) Confidentiality (Kerahasiaan), Peneliti harus merahasiakan keadaan

responden.

d) Justice (Prinsip Keadilan), Responden diperlakukan sama dan tidak ada

diskriminasi, setiap orang sama berdasarkan jasa sesuai kebutuhan.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Kecamatan Bontoramba merupakan salah satu dari 11 kecamatan di

Kabupaten Jeneponto yang berbatasan dengan Kabupaten Gowa di sebelah

utara, Kecamatan Tamalatea di sebelah timur, Kecamatan Tamalatea di

sebelah Selatan dan Kecamatan Bangkala di sebelah barat.

Sebanyak 12 Desa/Kelurahan di Kecamatan Bontoramba merupakan

bukan daerah pantai dengan topografi atau ketinggian dari permukaan laut

yang sama. Menurut jaraknya, maka letak masing-masing desa/kelurahan ke

ibukota kecamatan dan ibukota Kabupaten sangat bervariasi. Jarak

desa/kelurahan ke ibukota kecamatan maupun ke ibu kota kabupaten berkisar

3-21 km. Untuk jarak terjauh adalah Kareloe yaitu sekitar 21 km dari ibu kota

kabupaten (Bontosunggu), sedangkan untuk jarak terdekat adalah Desa Lentu.

Luas wilayah Kecamatan Bontoramba terdiri dari 12 desa/kelurahan

dengan luas wilayah 88,30 km2 . Dari luas wilayah tersebut pada data tabel

1.2 nampak bahwa Desa Bulosibatang memiliki wilayah terluas yaitu 12,82

km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Desa

Balumbungan yaitu 3,21 km2.

Tahun 2016 jumlah penduduk Kecamatan Bontoramba sekitar

36.099 jiwa dan terakhir pada tahun 2019 sekitar 36.530 jiwa. Berdasarkan

jenis kelamin nampak bahwa jumlah penduduk laki-laki sekitar 17.497 jiwa

dan perempuan sekitar 19.033 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin

76
77

adalah sekitar 92 yang berarti setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat

sekitar 92 orang penduduk laki-laki (BPS Kab. Jeneponto, 2020).

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Usia Responden
di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2020
Usia Responden Frekuensi Persen (%)
22-25 Tahun 13 38.2%
26-29 Tahun 10 29.4%
30-34 Tahun 11 32.4%
Total 34 100.0%
Sumber: Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa Usia terbanyak

responden adalah 22-25 tahun sebanyak 13 responden (38.2%), dan

Usia terendah adalah 30-34 tahun sebanyak 11 responden (32.4%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2020
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Laki-Laki 15 44.1%
Perempuan 19 55.9%
Total 34 100.0%
Sumber: Data Primer 2020
78

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa Jenis Kelamin

responden terbanyak adalah “Perempuan” sebanyak 19 responden

(55,9%), dan Jenis Kelamin terendah adalah “Laki-Laki” sebanyak

15 responden (44,1%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Tabel 5.3
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Responden
di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2020
Pekerjaan Frekuensi Persen (%)
ASN 6 17.6%
IRT 8 23.5%
PETANI 6 17.6%
WIRASWASTA 14 41.2%
Total 34 100.0%
Sumber: Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa Pekerjaan

responden terbanyak adalah “Wiraswasta” sebanyak 14 responden

(41,2%) dan pekerjaan responden terendah adalah “ASN dan

Petani”, masing-masing sebanyak 6 responden (17,6%).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Responden
di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2020
Pendidikan Frekuensi Persen (%)
SMP 10 29.4%
SMA 18 52.9%
PT 6 17.6%
Total 34 100.0%
Sumber: Data Primer 2020
79

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa Pendidikan

responden terbanyak adalah “SMA” sebanyak 18 responden

(52,5,9%), dan Pendidikan responden terendah adalah “Perguruan

Tinggi (PT)” sebanyak 6 responden (17,6%).

e. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Balita

Tabel 5.5
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jumlah Balita
di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2020
Jumlah Balita Frekuensi Persen (%)
34 34 100.0
Sumber: Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa jumlah balita

yang berada di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba

Kabupaten Jeneponto berjumlah 34 responden (100,0%).

f. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Balita

Tabel 5.6
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Balita
di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2020
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Laki-Laki 12 35.3%
Perempuan 22 64.7%
Total 34 100.0%
Sumber: Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa jenis kelamin

balita terbanyak adalah “Perempuan” sebanyak 22 responden

(64,7%) dan terendah adalah “Laki-Laki” yaitu sebanyak 12

responden (35,3%).
80

g. Karakteristik Berdasarkan Usia Balita

Tabel 5.7
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Usia Balita
di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2020
Usia Balita Frekuensi Persen (%)
1 Tahun 13 38.2%
2-3 Tahun 11 32.4%
4-5 Tahun 10 29.4%
Total 34 100.0%
Sumber: Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa usia balita

terbanyak adalah usia “1 Tahun” sebanyak 13 responden (38,2%)

dan terendah adalah usia “4-5 Tahun” yaitu sebanyak 10 responden

(29,4%).

h. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan


Tabel 5.8
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Pengetahuan Responden
di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2020
Pengetahuan Frekuensi Persen (%)
Kurang 4 11.8%
Cukup 30 88.2%
Total 34 100.0%
Sumber: Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa Pengetahuan

responden terbanyak adalah dengan kategori “Cukup” sebanyak 30

responden (88,2,9%), dan terendah dengan kategori “Kurang”

sebanyak 4 responden (11,8%).


81

i. Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap


Tabel 5.9
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Sikap Responden
di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba
Kabupaten Jeneponto
Tahun 2020
Sikap Frekuensi Persen (%)
Negatif 14 41.2%
Positif 20 58.8%
Total 34 100.0%
Sumber: Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa Sikap responden

terbanyak adalah dengan kategori “Positif” sebanyak 20 responden

(41,2%), dan terendah dengan kategori “Negatif” sebanyak 14

responden (41,2%).

C. Pembahasan

1. Karakteristik Orang Tua (Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Tingkat

Pendidikan, dan Terpaparnya Informasi Mengenai Pencegahan

Covid-19 Pada Balita

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5.1,

bahwa Usia terbanyak responden adalah 22-25 tahun sebanyak 13

responden (38.2%), dan Usia terendah adalah 30-34 tahun sebanyak 11

responden (32.4%).

Adapun berdasarkan dari hasil wawancara terhadap sebagian besar

masyarakat di Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba Kabupaten Jeneponto

mereka mengatakan kalau di wilayah tersebut rata-rata yang memiliki


82

balita yaitu berkisar ≥ 24 tahun. Hal ini disebabkan karena masyarakat

yang masih memiliki kebudayaan pernikahan dini.

Berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 44.1% dan

perempuan sebanyak 55.9%, didapatkan bahwa ada 15 responden (44.1%)

yang senantiasa bersama dengan balita mereka, hal ini berdasarkan hasil

wawancara yang peneliti lakukan terhadap sebagian besar responden laki-

laki mengatakan kalau istri mereka ada sebagian besar yang menjadi PNS

dan Pembantu Rumah Tangga. Sebelum bekerja mereka sudah

memberikan ASI ataupun makanan terhadap balita mereka. Pada saat

peneliti melakukan penelitian kepada salah satu responden dia mengatakan

kalau saat istri dia melahirkan, istrinya mengalami pendarahan yang luar

biasa akibatnya nyawa istrinya tidak tertolong. Juga pada beberapa

responden mengatakan kalau istrinya lagi sakit, jadi saat penelitian peneliti

ditemani oleh ayah dari balita tersebut.

Berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa pekerjaan responden

terbanyak adalah “Wiraswasta” sebanyak 14 responden (41.2%), dan

Pekerjaan responden terendah adalah “ASN dan Petani” masing-masing

sebanyak 6 responden 17.6%. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti

lakukan rata-rata masyarakat di daerah tersebut memiliki warung-warung

atau kios untuk berjualan dan ada juga responden yang memiliki

perkebunan seperti kebun sayur-sayuran dan kemudian mereka

menjajakannya di pasar-pasar terdekat ataupun di warung dan kios-kios.


83

Berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh dari hasil penelitian yang

ditunjukkan pada tabel 5.4, rata-rata responden terbanyak dengan

pendidikan “SMA”. Berdasarkan hasil wawancara terhadap sebagian besar

responden, mereka mengatakan kalau pendidikan cukuplah di SMA saja,

berdasarkan penuturan dari salah satu responden, dia mengatakan “sudah

tau membaca dan menulis itu sudah cukup”. Dari hasil observasi yang

peneliti lakukan di daerah tersebut, rata-rata masyarakat dengan tingkat

pendidikan SMP dan SMA mereka berprofesi sebagai petani dan pedagang

sayur-sayuran. Disini peneliti berasumsi bahwa di daerah tersebut tidak

melanjutkan pendidikannya lagi ke perguruan tinggi diakibatkan karna

masalah ekonomi.

Berdasarkan jumlah balita diperoleh hasil penelitian pada tabel 5.5

yaitu sebanyak 34 responden. Berdasarkan jenis kelamin balita terbanyak

yaitu berjenis kelamin perempuan, sebanyak 64.7% dan terndah adalah

laki-laki sebanyak 35.3%. Berdasarkan usia balita didapatkan terbanyak

adalah usia “1 Tahun” sebanyak 13 responden (38,2%) dan terendah

adalah usia “4-5 Tahun” yaitu sebanyak 10 responden (29,4%).

2. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Pencegahan Covid-19 Pada Balita

di Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba Kabupaten Jeneponto Tahun

2020

Dari hasil penelitian didapatkan gambaran mengenai tingkat

pengetahuan orang tua yaitu dari 34 responden lebih dari setengah yakni

30 responden (88.2%) memiliki pengetahuan “Cukup”. Pada penelitian ini


84

pengetahuan orang tua dibahas dalam 1 aspek sub variabel yaitu

pencegahan Covid-19. Pengetahuan tentang pencegahan Covid-19

merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan seseorang. Pengetahuan mengenai pencegahan Covid-19

sangat penting diketahui oleh para orang tua karena dapat dijadikan

sebagai upaya pencegahan untuk mencegah Covid-19 pada balita. Dalam

penelitian ini, pengetahuan orang tua tentang pencegahan Covid-19 sudah

berkategori “Cukup”.

Adapun dilihat dari tingkat pendidikan responden, didapatkan hasil

penelitian yaitu menunjukkan bahwa pendidikan SMA memiliki

pengetahuan “cukup” sebanyak 18 responden dan pada tingkat Perguruan

Tinggi (PT) memiliki pengetahuan “cukup” sebanyak 6 responden.

Pengetahuan merupakan proses dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera

penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Pengetahuan

manusia melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003 dalam Ardayani,

2015).

Dari hasil penelitian, ada sebagian responden dengan pengetahuan

kategori “kurang” yaitu sebanyak 4 responden (11.8%). Hal ini disebabkan

karena tingkat pendidikan responden yaitu SMP. Adapun berdasarkan

hasil wawancara terhadap ke 4 responden, mereka mengatakan kalau

mereka belum paham dengan peraturan pemerintah dan saat diadakan


85

sosialisasi di daerahnya mereka jarang hadir karena kesibukan masing-

masing juga berdasarkan penuturan dari ke 4 responden mereka

mengatakan kalau tidak memahami cara mencuci tangan yang benar dan

menjaga jarak juga pengertian perilaku hidup bersih dan sehat.

Peneliti berpendapat bahwa media yang menunjang dan strategi

yang tepat dapat memperkaya pengetahuan orang tua tentang pencegahan

Covid-19 seperti media flifchart dan metode diskusi. Disamping dapat

dilakukan guna meningkatkan pengetahuan orang tua, hal ini juga dapat

dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan sosialisasi

pencegahan Covid-19 di lingkungan kelurahan dan sekitarnya. Pendidikan

kesehatan dengan menggunakan media flifchart dan metode diskusi dalam

pencegahan Covid-19 pada orang tua yang memiliki balita.

Salah satu faktor pengetahuan yaitu tingkat pendidikan, seseorang

yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan memberi pengaruh pada

tingkat pengetahuannya yang baik pula. Sama halnya dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sumerti bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah

tingkat pendidikan menengah (SMA) (Restuastuti, 2015). Menurut

Notoadmodjo, salah satu tujuan dari pendidikan adalah untuk

mengembang dan meningkatkan pengetahuan. Menurut Departemen

Kesehatan 2003, lama pendidikan lebih dari 9 tahun sudah termasuk dalam

kategori baik (Mendiknas, 2013 dalam Restuastuti, 2015).

Berdasarkan pendapat Notoatmodjo (2007 dalam Ardayani, 2015)

mengatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting


86

dalam terbentuknya tindakan dan prilaku seseorang. Diharapkan dengan

meningkatnya pengetahuan maka akan menimbulkan perubahan persepsi,

kebiasaan, dan membentuk kepercayaan seseorang.

Pengetahuan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

yang diketahui oleh orangtua tentang upaya pencegahan agar balita mereka

tersebut tidak terpapar virus Covid-19. Umumnya orang yang

berpengetahuan tinggi cenderung memiliki pola pikir yang lebih baik

sehingga berusaha menerapkan pola perilaku hidup sehat. Dengan

pengetahuan tinggi diharapkan dapat menimbulkan sikap perilaku yang

dapat menangkal timbulnya perubahan perilaku yang negatif dari

kesehatan. Selain itu pengetahuan juga dapat merubah sikap seseorang

terhadap suatu hal tertentu oleh karena itu pengaruh pendidikan kesehatan

dalam pencegahan Covid-19 secara diskusi dan menggunakan media

flifchart sangat penting dilakukan agar dapat mempengaruhi penerimaan

informasi orang tua yang selanjutnya dapat mempengaruhi sikap dan

prilaku orang tua dalam pencegahan Covid-19.

3. Sikap Orang Tua Terhadap Pencegahan Covid-19 Pada Balita di

Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba Kabupaten Jeneponto Tahun

2020

Dalam penelitian ini memperlihatkan 58.8% responden memiliki

sikap yang “Positif” terhadap pencegahan Covid-19 dan yang memiliki

sikap “negatif” sebanyak 41.2%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Nyoman (2014) dalam Citrajaya (2016) di Banjar Badung Desa


87

Melinggih bahwa lebih dari 50% responden memiliki sikap yang baik

(Positif) terhadap pencegahan Covid-19.

Sikap menurut Notoatmodjo merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

objek. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan ada beberapa

responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap pencegahan Covid-

19, akan tetapi responden memiliki sikap yang negatif, hal ini disebabkan

tingkat pendidikan yang kurang dan acuh tak acuh terhadap protokol

kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan ada sebagian

responden yang memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 14 responden, hal

ini disebabkan karena berdasarkan hasil wawancara terhadap responden

mereka mengatakan kalau saat berada di rumah setelah dari tempat kerja,

saat mereka masuk rumah responden tidak menyadari kalau bersin didekat

balita mereka tanpa menggunakan masker itu sangat berbahaya. Juga

sepengetahuan mereka kalau balita itu sistem kekebalan tubuhnya masih

kuat. Adapun hasil observasi yang peneliti lakukan, sebagian besar rumah

responden yang masih kelihatan kotor dan juga sebagian responden saat

berada didekat balita mereka tidak menggunakan masker meskipun saat

mereka batuk dan pilek.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, responden

yang berperilaku “negatif” ini disebabkan juga karena responden kurang

memahami pentingnya protokol kesehatan yang diterapkan oleh


88

pemerintah. Hal Ini dibuktikan dengan ketidak hadiran saat diadakannya

sosialisasi mengenai pencegahan Covid-19 yang dilakukan pemerintah di

tempat tersebut diakibatkan oleh kesibukan sehari-harinya seperti

berdagang ataupun melakukan pekerjaan sehari-hari mereka seperti bertani

sehingga tidak mengindahkan peraturan pemerintah.

Orang tua yang mempunyai sikap yang baik saja belum cukup

untuk mempengaruhi pencegahan Covid-19 pada balitanya menjadi tidak

tertular Covid-19, apabila sikap tersebut belum diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Apabila sikap seseorang sudah baik dalam

pencegahan Covid-19, maka hal tersebut akan berdampak baik juga pada

keadaan kesehatan. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang

dimilikinya, ketika seseorang tersebut memiliki pengetahuan yang baik

maka kecenderungan untuk bersikap positif akan meningkat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sumanti V, Widarsa T,

dan Duarsa dalam Noreba (2015) bahwa kurangnya tingkat partisipasi

orang tua dalam pencegahan Covid-19 disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan orang tua tentang Covid-19 dan pencegahannya. Sebaliknya

pengetahuan yang cukup dan sikap yang “Positif” tentang kesehatan

diperlukan untuk menumbuhkan perilaku yang bersifat konsisten.

Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau kesadaran untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu (Nurindayani, 2010). Sikap

terhadap pencegahan Covid-19 merupakan kehendak dari seorang individu


89

untuk melaksanakan suatu penanganan dalam rangka penanggulangan

Covid-19.

Sikap orangtua yang negatif terhadap Covid-19 pada balitanya

biasanya didasarkan atas pengetahuan yang kurang dimiliki ibu tentang

pencegahan Covid-19 secara cepat dan tepat. Sebagaimana diketahui

bahwa dalam upaya pembentukan sikap harus didasarkan atas adanya

pemahaman yang lebih mendalam dari individu atas suatu objek dan

begitu pula pada orangtua dalam rangka pencegahan atau penanganan

Covid-19 haruslah dilandasi dengan pengetahuan tentang pencegahan

Covid-19. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Nurindayani (2010)

yang menyatakan bahwa sikap positif yang dimiliki oleh orangtua terhadap

diare akan memberikan dampak pelaksanaan upaya penanganan diare

secara adekuat yang tentunya akan berdampak pada penurunan status

kesehatan anak yang lebih rendah yaitu mengalami dehidrasi

(Nurindayani, 2010).
BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

1. Karakteristik orang tua (usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan,

dan terpaparnya informasi mengenai pencegahan covid-19 pada balita

didapatakan: Usia terbanyak responden adalah 22-25 tahun sebanyak 13

responden (38.2%), dan Usia terendah adalah 30-34 tahun sebanyak 11

responden (32.4%), berdasarkan jenis kelamin responden terbanyak adalah

“Perempuan” sebanyak 19 responden (55,9%), dan jenis kelamin terendah

adalah “Laki-Laki” sebanyak 15 responden (44,1%), berdasrakan

pekerjaan responden terbanyak adalah “Wiraswasta” sebanyak 14

responden (41,2%) dan pekerjaan responden terendah adalah “ASN dan

Petani”, masing-masing sebanyak 6 responden (17,6%), berdasarkan

pendidikan responden terbanyak adalah “SMA” sebanyak 18 responden

(52,5,9%), dan pendidikan responden terendah adalah “Perguruan Tinggi

(PT)” sebanyak 6 responden (17,6%), berdasarkan jumlah balita yang

berada di Dusun Batu-Batua Kecamatan Bontoramba Kabupaten

Jeneponto berjumlah 34 responden (100,0%), berdasarkan jenis kelamin

balita terbanyak adalah “Perempuan” sebanyak 22 responden (64,7%) dan

terendah adalah “Laki-Laki” yaitu sebanyak 12 responden (35,3%),

berdasarkan usai balita terbanyak adalah usia“ 1 Tahun” sebanyak 13

responden (38,2%) dan terendah adalah usia “4-5 Tahun” yaitu sebanyak

10 responden (29,4%).

90
91

2. Pengetahuan orang tua terhadap pencegahan Covid-19 pada balita di

Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba Kabupaten Jeneponto Tahun 2020

didapatkan bahwa Pengetahuan responden terbanyak adalah dengan

kategori “Cukup” sebanyak 30 responden (88,2,9%), dan terendah dengan

kategori “Kurang” sebanyak 4 responden (11,8%).

3. Sikap orang tua terhadap pencegahan Covid-19 pada balita di Dusun Batu-

Batua Kec. Bontoramba Kabupaten Jeneponto Tahun 2020 didapatkan

bahwa sikap responden terbanyak adalah dengan kategori “Positif”

sebanyak 20 responden (41,2%), dan terendah dengan kategori “Negatif”

sebanyak 14 responden (41,2%).

B. Saran

1. Orang tua (responden)

Responden lebih memperhatikan kesehatan sejak dini sehingga

dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena Covid-19 pada balitanya.

2. Peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk memanfaatkan data

dan informasi yang telah didapat, sebagai acuan untuk pengembangan

penelitian selanjutnya tentang pengetahuan dan sikap orang tua terhadap

pencegahan Covid-19 pada balita.

3. Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada dosen keperawatan yang akan melakukan

penelitian agar memanfaatkan data penelitian yang sudah didapat sebagai

pengembangan pembelajaran/penelitian selanjutnya, juga sebagai bahan


92

bacaan bagi mahasiswa kesehatan, khususnya mahasiswa keperawatan

tentang keperawatan anak.

4. Tempat penelitian

Peneliti mengharapkan setelah mengetahui hasil penelitian tentang

pengetahuan dan sikap orang tua terhadap pencegahan Covid-19 pada

balita di Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba Kabupaten Jeneponto, orang

tua dapat meningkatkan pencegahan Covid-19 pada balita.


DAFTAR PUSTAKA

Adrian. (2020). Pentingnya Menerapkan Social Distancing Demi Mencegah


COVID-19. Diperoleh dari: https://www.alodokter.com/pentingnya-
menerapkan-social-distancing-demi-mencegah-covid-19. Diakses 27 Juni
2020.S

A.H. Hasanuddin, Cakrawala Kuliah Agama, Al-Ikhlas, Surabaya, 1984 h. 155

Ardayani. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan


Sikap Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada Balita Di Kelurahan Cibaduyut
Bandung. Diperoleh dari:
http://kjif.unjani.ac.id/index.php/kjif/article/view/94/78. Diakses 28 Oktober
2020.

BPS Kab. Jeneponto, 2020. Satu Data Kabupaten Jeneponto Menuju Satu Data
Indonesia. Diperoleh dari:
https://jenepontokab.bps.go.id/publication/download.html?
nrbvfeve=MzQxZDUzNWE1MjdhODA2ZDA4NGY3OTQ2&xzmn=aHR0c
HM6Ly9qZW5lcG9udG9rYWIuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzI
wMjAvMDkvMjgvMzQxZDUzNWE1MjdhODA2ZDA4NGY3OTQ2L2tlY2
FtYXRhbi1ib250b3JhbWJhLWRhbGFtLWFuZ2thLTIwMjAuaHRtbA%3D
%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0xMS0wNyAwODoxNzowNg%3D%3D.
Diakses 28 Oktob er 2020.

Citrajaya. (2016). Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Dusun


Payangan Desa Terhadap Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue.
Diperoleh dari:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/8784bff69a0bea86d8
daf089c551b686.pdf. Diakses 28 Oktober 2020.

CNNIndonesia. (2020, Februari 4). Mengenal 7 Virus Corona yang Jangkiti


Manusia. Retrieved Agustus 1, 2020, from www.cnnindonesia.com:
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200203155532-199-
471187/mengenal-7-virus-corona-yang-jangkiti-manusia

Darto. (2014). Pengelola Data Elektronik Malang. Diperoleh dari:


http://bantur.malangkab.go.id/?page_id=4782, Diakses 24 April 2020.

Departemen Penididikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta, Balai Pustaka, 1988, h. 667.
____, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Jakarta 1990,
h.629.

Fadli. (2020). Mengenal Covid-19 dan Cegah Penyebarannya Dengan “Peduli


Lindungi” Aplikasi Berbasis Android. Diperoleh dari:
https://www.researchgate.net/publication/340790225_MENGENAL_COVID
19_DAN_CEGAH_PENYEBARANNYA_DENGAN_PEDULI_LINDUNGI
_APLIKASI_BERBASIS_ANDORID. Diakses 27 Juni 2020.

Febriyanto. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku


Mengkonsumsi Jajanananak Sekolah Dasar (Studi di MI Sulaimaniyah
Mojoagung Jombang). Diperoleh dari: http://repository.unair.ac.id/460
23/2/FKM.%20290-16%20Feb%20h.pdf. Diakses 5 Juli 2020.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2011,


h.88.

Hadiyanti. (2020). Kamus Penyakit. Perbedaan Bakteri dan Virus. Diperoleh dari:
https://www.gooddoctor.co.id/tips-kesehatan/penyakit/perbedaan-virus-dan-
bakteri/. Diakses 26 November 2020.

Hayomi. (2019). Tinjauan Pengetahuan Dan Perilaku Penjamah Makanan Tentang


Keamanan Pangan Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.
Diperoleh dari: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1013/. Diakses 5 Juli 2020.

H. Mahmud Gunawan dkk, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, Akademia


Permata Jakarta, 2013, h. 132.

H.M Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah


dan Keluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1987 h.74.

Imam , S. M. (2015, Juni 10). Peran Ibu Sebagai Pendidik Anak Dalam Keluarga
Menurut Syekh Sofiudin Bin Fadli Zain. Retrieved Agustus 1, 2020, from
eprints.walisongo.ac.id: http://eprints.walisongo.ac.id/4679/1/113111053.pdf.

Irba. (2017). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Ekonomi Siswa Kelas X SMA Nasional Bandung. Diperoleh dari:
http://repository.unpas.ac.id/30526/7/BAB%20III%20METODE
%20PENELITIAN.pdf. Diakses 23 Juni 2020.

Jabbar. (2020). Sikap Seorang Mukmin Dalam Menghadapi Pandemi Corona.


Diperoleh dari: https://www.madaninews.id/10994/sikap-seorang-mukmin-
dalam-menghadapi-pandemi-corona.html. Diakses 5 Juli 2020.
Jumiati. (2018). pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap
bullying pada siswa di SD Negeri 01 Ngesrep Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang. Diperoleh dari: http://repository.unimus.ac.id/2569/3/BAB%20II
.pdf. Diakses 5 Juli 2020.

Kemendagri. (2020). Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid-19 Bagi


Pemerintah Daerah. Diperoleh

dari:https://www.kemendagri.go.id/documents/covid19/BUKU_PEDOMAN_
COVID-19_KEMENDAGRI.pdf. Diakses 19 Juni 2020.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat


Statistik. Statistik Gender Tematik. 2018. Profil Generasi Milenial Indonesia.
Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Marianti. (2020). Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Virus Corona.


Diperoleh dari: https://www.alodokter.com/menjaga-kesehatan-mental-saat-
pandemi-virus-corona. Diakses 20 Juni 2020.

Michelle , F. (2020, April 7). Virus corona: Mengapa anak-anak tidak imun
terhadap Covid-19? Retrieved Agustus 1, 2020, from www.bbc.com:
https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-52188757.

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja


Rosdakarya, 2009 Bandung, h. 80.

Monardo, dkk. (2020). Satandar Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Penanganan
Covid-19 di Indonesia. Diperoleh dari:
https://covid19.go.id/p/protokol/rekomendasi-standar-penggunaan-apd-untuk-
penanganan-covid-19-di-indonesia-revisi-1. Diakses 27 November 2020.

Moudy. (2020). Pengetahuan terkait Usaha Pencegahan Coronavirus Disease


(COVID-19) di Indonesia. Diperoleh dari: https://www.researchgate.net/pu
blication/343683544_Pengetahuan_terkait_Usaha_Pencegahan_Coronavirus_
Disease_COVID-19_di_Indonesia. Diakses 14 November 2020.

Nurdin. (2020). Social Distancing Vs Physical Distancing; Menghilangnya Tradisi


Komunikasi Umat. Diperoleh dari: https://w3.uinsby.ac.id/social-distancing-
vs-physical-distancing-menghilangnya-tradisi-komunikasi-umat/. Diakses 26
Juni 2020.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.
_____. (2017). Manajemen Keperawatan dan Teori Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 4. Diperoleh dari:
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/0%20BUKU%20MANAJEMENMAK
%20165%20197.pdf. Diakses 20 Juni 2020.

Noreba. (2015). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Siswa Kelas I dan
II SDN 005 Bukit Kapur Dumai Tentang Karies Gigi. Diperoleh dari:
https://media.neliti.com/media/publications/187990-ID-gambaran-
pengetahuan-dan-sikap-orang-tua.pdf. Diakses 28 Oktober 2020.

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka


Cipta.

Nurindayani. (2010). Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada


Balita di Puskesmas Sanrobone Kab. Takalar. Skripsi tidak diterbitkan :
Stikes Nani Hasanuddin Makassar.

PDPI. (2020). Pneumonia Covid-19. Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.


Diperoleh dari:
https://www.persi.or.id/images/2020/data/buku_pneumonia_covid19.pdf.
Diakses 20 Juni 2020.

Pitra. (2017). Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Lansia Terhadap


Kesehatan Di Desa Bonto Bangun Kecamatan Rilau Ale Kabupaten
Bulukumba. Diperoleh dari:http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/tempo
rary/DigitalCollection/ZDE0ZDc3MWYxNTdkMTI3Y2FjZTQzZjZiMjNhM
DdlNWIxYzFhNmU1Yg==.pdf. Diakses 5 Juni 2020.

Pius A. Partoto & M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola,
1994, h. 585.

Putri. (2016). Enam Langkah Mencuci Tangan. Diperoleh dari:


http://majalahkasih.pantiwilasa.com/detailpost/cuci-tangan-yuk. Diakses 10
Juli 2020.

Putri. (2018). Hubungan Pengetahuan DenganPerilaku Perempuan Obesitas


tentang Pencegahan Risiko Penyakit Akibat Obesitasdi Desa Slahung Wilyah
Kerja Puskesmas Slahung. Diperoleh dari: http://eprin ts.umpo.ac.id/4549/
/1/BAB%202.pdf. Diakses 4 Juni 2020.

Putri. (2020). Orang Tanpa Gejala (OTG) Bisa Sembuh Sendiri dari Covid-19.
Diperoleh dari: https://kids.grid.id/read/472131343/orang-tanpa-gejala-otg-
bisa-sembuh-sendiri-dari-covid-19-asal-lakukan-hal-ini?page=all. Diakses 26
November 2020.

QS Al An’am: 38.
QS. Al-A’raf ayat 34

Qutub. (2017). Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Al-qur’an dan Hadits.


Diperoleh dari: https://media.neliti.com/media/publications/167158-ID-
sumber-sumber-ilmu-pengetahuan-dalam-al.pdf. Diakses 5 Juli 2020.
Rahmawati. (2020). Pemerintah China: Kasus Corona Covid-19 Sudah Ada Sejak
November 2019. Diperoleh dari: https://www.suara.com/ health/2020/03/16
/124944/pemerintah-china-kasus-corona-covid-19-sudah-ada-sejak-
november-2019. Diakses 8 Juli 2020.

Rohmah. (2016). Deskriptif Teori dan Pengertian Sikap. Diperoleh dari:


http://eprints.walisongo.ac.id/6119/3/BAB%20II.pdf./ Diakses 5 Juli 2020.

Rohmawati. (2018). Pengaruh Baby Massageterhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-


12 Bulan di Ponkesdes Desa Grogol Kecamatan DiwekKabupaten Jombang.
Diperoleh dari: http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/1224/1/172120024/1/1721200
27%20Fauziah%20Rohmawati%20SKRIPSI.PDF. Diakses 5 Juli 2020.

Rustin. (2019). Gambaran Karakteristik Ibu, Pengetahuan Ibu Dan Status


Pemberian Asi Pada Bayi Usia 6-11 Bulan di Wilayah Kerja Puskemas
Banabungi Kecamatan Pasarwajo. Diperoleh dari: http://repository.poltekkes-
kdi.ac.id/1446/. Diakses 4 Juli 2020.

Sa’diyah. (2019). Analisis Aspek-Aspek Perkembangan Bayi dan Urgensi Peran


Orang Tua Terhadap Masalah-Masalah Bayi. Diperoleh dari:
https://ejournal.stit-alkarimiyyah.ac.id/index.php/kariman/article/view/113.
Diakses 5 Juli 2020.

Sahulun A. Nasir, Peranan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja,


Jakarta, Kalam Mulia, 2002. Cet. II, h. 9.

Sarjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, UI Pres, 1982, h. 82.

Setyawan. (2014). Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori Dan Kerangka Konsep


Penelitian. Diperoleh dari:
https://www.slideshare.net/adityasetyawan/tinjauan-pustaka-kerangka-teori-
kerangka-konsep-penelitian, Diakses 24 April 2020.

Siltrakool, B. 2017. Assessment of Community Pharmacists’ Knowledge, Attitude


and Practice Regarding Non-Prescription Antimicrobial Use and Resistance
in Thailand. PhD Thesis. University of Hertfordshire.

Sindonews. com. (2020, 09 April). Warga Tidak Patuh, Makassar Kini Jadi
Episentrum Virus Corona. Diakses pada 26 Juni 2020, dari:
https://makassar.sindonews.com/berita/52897/1/warga-tidak-patuh-makassar-
kini-jadi-episentrum-virus-corona.

Sidiq. (2019). Penguatan dan Inovasi Pelayanan Kesehatan Dalam Era Revolusi
Industri:https://books.google.co.id/books?
id=lpPsDwAAQBAJ&pg=PA52&lpg=PA52&dq=Pengetahuan+adalah+mer
upakan+hasil+“tahu”+dan+ini+terjadi+setelah+orang+melakukan+penginder
aan+terhadap+suatu+objek+tertentu.
+Penginderaan+terjadi+melalui+panca+indramanusia,
+yakni+indera+penglihatan,+pendengaran,+penciuman,
+rasa+dan+raba&source=bl&ots=hgq1RsWNwD&sig=ACfU3U2k-vNN-
kahVPPk68RW1vnJ5ImvsQ. Diakses 8 Juli 2020.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Tim Islamonline, Seni Belajar Strategi Menggapai Kesuksesan Anak, Jakarta,


Pustaka Al-Kautsar, 2006, h. 41.

Tribunnews.com. (2020). 25 Gambar Poster Corona untuk Bahan Edukasi: Etika


Batuk hingga Panduan Physical Distancing. Diperoleh dari:
https://www.tribunnews.com/corona/2020/04/16/25-gambar-poster-corona-
untuk-bahan-edukasi-etika-batuk-hingga-panduan-physical-distancing.
Diakses 8 Juli 2020.

UNICEF. (2019). Menyusui pada masa wabah virus corona (COVID-19).


Diperoleh dari: https://www.unicef.org/indonesia/id/stories/menyusui-pada-
masa-wabah-virus-corona-covid-19. Diakses 4 Juli 2020.

WHO. (2020). Clinical management of severe acute respiratory infection when


novel coronavirus (2019-nCoV) infection is suspected. interim guidance.
Diperoleh dari:https://www.who.int/publications-detail/clinical-management-
of-severe-acute-respiratory-infection-when-novel-coronavirus-(ncov)-
infection-is-suspected. Diakses 20 Juni 2020.

_____.(2020). Home care for patients with COVID-19 presenting with mild
symptoms and management of contacts: interim guidance Diakses: 27 Juni
2020).

_____. (2020). Infection prevention and control during health care when COVID-
19 is suspected: interim guidance. Diakses 27 Juni 2020.

Wijaya. (2017). Batasan Usia Anak dan Bagian Kelompok Umur Anak. Diperoleh
dari: https://www.infodokterku.com/index.php/en/103-daftar-isi-content/inf
fo-kesehatan/kesehatan-anak/263-batasan-usia-anak-dan-pembagian-kelomp
pok-umur-anak. Diakses 24 November 2020.
Wikipedia. (2020). Pandemi Covid-19 di Indonesia. Diperoleh dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_COVID-19_di_Indonesia. Diakses 8
Juli 2020.

Wrahatnala, B. (2018). Pengolahan Data Kuantitatif Dalam Penelitian Sosial.


Diperoleh dari:http://www.ssbelajar.net/2012/11/pengolahan-data-kuantitati
f.html, Diakses 1 Agustus 2020.

Yhantiaritra. (2015). Kategori Umur Menurut DEPKES RI. Diperoleh dari:


https://yhantiaritra.wordpress.com/2015/06/03/kategori-umur menurut-depkes/.
Diakses 22 Februari 2019.

Yuliana. (2020). Wellness And Healthy Magazine. Corona Virus Disease. Sebuah
Tinjauan Literatur. Diperoleh dari:
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026/pdf. Diakses 19
Juni 2020.

Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. X, 2012 h.
35.
LAMPIRAN 1

PERMOHONAN UNTUK MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Kepada Yth,
Bapak/Ibu
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Makassar.
Nama : SALMAWATI
NIM : 16071014026
Alamat : Jl. Tamalate 2 Ujung Timur No. 33 Makassar
Akan mengadakan penelitian dengan judul “GAMBARAN PENGETAHUAN
DAN SIKAP ORANG TUA PADA UPAYA PENCEGAHAN COVID-19
PADA BALITA DI DUSUN BATU-BATUA KEC. BONTORAMBA
KABUPATEN JENEPONTO TAHUN 2020”.
Penelitian ini tidak merugikan Bapak/Ibu sebagai orang tua responden,
kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu telah menjadi wakil responden dan
terjadi hal-hal yang merugikan, maka diperbolehkan mengundurkan diri untuk
tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon untuk menandatangani
lembar persetujuan atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

Jeneponto,.....................
Peneliti

(SALMAWATI)

LAMPIRAN 2

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Setelah mendapatkan penjelasan tentang prosedur penelitian ini, maka saya selaku
orangtua bersedia menjadikan anak saya sebagai responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Makassar atas nama : SALMAWATI, NIM
16071014026, dengan judul : “GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
ORANG TUA PADA UPAYA PENCEGAHAN COVID-19 PADA BALITA
DI DUSUN BATU-BATUA KEC. BONTORAMBA KABUPATEN
JENEPONTO TAHUN 2020”.
Saya telah memahami maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Pada Upaya
Pencegahan Covid-19 Pada Balita di Dusun Batu-Batua Kec. Bontoramba
Kabupaten Jeneponto Tahun 2020”. dan sebagai syarat dalam rangka
penyelesaian tugas akhir dari peneliti. Partisipasi saya dalam penelitian ini tidak
menimbulkan kerugian bagi anak saya. Oleh karena itu saya bersedia mengijinkan
anak saya menjadi responden pada penelitian ini.
Jeneponto,.....................

Responden

(…………………………)
LAMPIRAN 3

KUESIONER

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Pada Upaya


Pencegahan Covid-19 Pada Balita di Dusun Batu-Batua
Kec. Bontoramba Kabupaten Jeneponto
Tahun 2020

I. Identitas Responden
2. Inisial :

3. Usia :

4. Jenis Kelamin :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan :

II. PENGETAHUAN
No Pernyataan Benar Salah Tidak Tahu
1 Covid-19 merupakan penyakit saluran
pernapasan yang mudah menyerang semua 2 0 0
umur.
2 Penyebab penyakit Covid-19 adalah
2 0 0
bakteri, dan virus.
3 Salah satu tanda dan gejala penyakit 2 0 0
Covid-19 adalah sesak nafas.
4 Suhu rumah yang lembab tidak ada
0 2 0
hubungannya dengan penyakit Covid-19.
5 Batuk dan bersin ditempat umum tanpa
menggunakan masker dapat menularkan 2 0 0
Covid-19 ke orang lain.
6 Penyakit Covid-19 bisa menular melalui
0 2 0
makanan.
7 Berjabat tangan tidak dapat menularkan
0 2 0
Covid-19.
8 Dengan mandi dan rajin mencuci tangan
dengan sabun dapat mencegah penularan 2 0 0
Covid-19.
9 Penyakit Covid-19 merupakan penyakit
0 2 0
tidak berbahaya terhadap balita.
10 Penyakit Covid-19 tidak dipengaruhi oleh
0 2 0
status gizi balita.
11 Penularan penyakit Covid-19 tidak melalui
0 2 0
udara.
12 Pemberian ASI Ekslusif tidak dapat
0 2 0
mencegah penyakit Covid-19.
13 Pemberian imunisasi lengkap dapat
2 0 0
mencegah terjadinya penyakit Covid-19.
14 Salah satu yang menyebabkan kambuhnya
Covid-19 kembali adalah kebersihan 2 0 0
lingkungan rumah yang tidak terjaga.

III. SIKAP

No Pernyataan SS S RR TS STS Skor


1 Bagaimana menurut anda, orang tua

selalu menggunakan masker ketika batuk 5 4 3 2 1

dan bersin didepan balita.


2 Bagaimana menurut anda, membersihkan 1 2 3 4 5
rumah dilakukan dua hari sekali.
3 Bagaimana menurut anda, pemberian

imunisasi lengkap dapat mencegah 5 4 3 2 1

penyakit Covid-19.
4 Bagaimana menurut anda, menyuruh

keluar anggota keluarga yang sedang


5 4 3 2 1
merokok sehingga tidak dekat dengan

balita.
5 Bagaimana menurut anda, bahwa

penyakit Covid-19 akan sembuh dengan


1 2 3 4 5
sendirinya karena merupakan penyakit

yang biasa terjadi pada balita.


6 Bagaimana menurut anda, membuka

pintu/jendela tidak harus setiap hari cuci 1 2 3 4 5

tangan.
7 Bagaimana menurut anda, memberi jamu

pada anak jika balita mengalami gejala 1 2 3 4 5

batuk dan demam.


8 Bagaimana menurut anda, kekebalan

tubuh balita dipengaruhi makanan yang 5 4 3 2 1

dikonsumsinya sehari-hari.

LAMPIRAN 4

PROTOKOL KESEHATAN PENCEGAHAN VIRUS CORONA


Cara Mencuci Tangan 6 Langkah

Gosok tangan Dengan Posisi Gosok Telapak Kanan Diatas punggung


Telapak Pada Telapak tangan kiri dengan Jari-jari saling
menjalin, dan sebaliknya
Gosok telapak pada telapak dan jari-jari Letakkan punggung jari-jari pada
saling menjalin telapak yang berlawanan
Dengan Jari-jari saling mengunci

Gosok memutar dengan ibu jari Gosok memutar, kearah belakang dan
mengunci pada telapak dengan (kearah dalam) dengan jari-jari
Kanan dan sebaliknya tangan kanan mengunci Pada telapak
kiri dan sebaliknya

Sumber: Putri (2016)


LAMPIRAN 5

MASTER TABEL

Inisia Pendidika Jml JK Usia


No Usia Kode JK Pekerjaan Kode Kode
l n Balita Balita Balita
1 W 23 1 2 IRT SMA 2 1 2 3 2
2 T 27 2 2 WIRASWASTA SMA 2 1 2 1 1
3 S 24 1 2 IRT SMP 1 1 1 1 1
4 N 33 3 1 ASN PT 3 1 2 1 1
5 M 30 3 1 WIRASWASTA SMA 2 1 2 2 2
6 G 26 2 1 PETANI SMP 1 1 1 1 1
7 A 31 3 1 WIRASWASTA SMA 2 1 2 2 2
8 F 34 3 2 WIRASWASTA SMA 2 1 1 1 1
9 R 28 2 2 WIRASWASTA SMA 2 1 2 3 2
10 L 24 1 2 WIRASWASTA SMA 2 1 1 1 1
11 V 22 1 2 IRT SMP 1 1 2 2 2
12 N 30 3 1 ASN PT 3 1 1 4 3
13 P 24 1 2 IRT SMP 1 1 2 1 1
14 Y 29 2 1 PETANI SMP 1 1 1 1 1
15 R 24 1 2 IRT SMA 2 1 2 3 2
16 K 22 1 2 WIRASWASTA SMA 2 1 2 5 3
17 E 31 3 1 PETANI SMP 1 1 2 1 1
18 M 28 2 1 WIRASWASTA SMA 2 1 2 1 1
19 V 25 1 2 IRT SMP 1 1 1 3 2
20 S 26 2 2 IRT SMP 1 1 2 5 3
21 N 33 3 1 ASN PT 3 1 1 4 3
22 Q 24 1 2 WIRASWASTA SMA 2 1 2 3 2
23 A 30 3 1 PETANI SMA 2 1 2 1 1
24 C 26 2 2 IRT SMA 2 1 2 4 3
25 J 27 2 1 WIRASWASTA SMA 2 1 1 3 2
26 H 30 3 1 WIRASWASTA SMA 2 1 2 1 1
27 Z 29 2 1 PETANI SMP 1 1 2 4 3
28 K 31 3 1 PETANI SMP 1 1 1 5 3
29 S 25 1 2 WIRASWASTA SMA 2 1 1 1 1
30 R 23 1 2 WIRASWASTA SMA 2 1 2 2 2
31 D 26 2 2 ASN PT 3 1 2 4 3
32 N 24 1 2 WIRASWASTA SMA 2 1 2 4 3
33 W 24 1 2 ASN PT 3 1 1 5 3
34 A 30 3 1 ASN PT 3 1 2 3 2
Skorin Kod
PENGETAHUAN
g e
No
1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 14

1 2 2 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 22 2
2 2 2 2 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 2 18 2

3 2 2 0 2 0 0 2 0 2 2 0 2 2 2 18 2
4 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 24 2

5 2 2 2 0 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 18 2
6 2 2 0 2 0 2 2 0 2 0 0 2 0 2 16 2

7 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 18 2
8 2 0 2 0 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 18 2

9 0 2 2 2 2 0 0 0 2 0 2 0 2 2 16 2
10 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 0 2 0 2 18 2

11 2 0 0 2 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 18 2
12 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 24 2

13 0 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 10 1
14 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 0 2 2 2 18 2

15 0 2 2 2 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 16 2
16 2 0 0 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 16 2

17 0 2 0 0 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 10 1
18 2 0 2 0 0 0 2 2 0 2 2 0 2 2 16 2

19 0 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 18 2
20 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 12 1

21 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 2 2 22 2
22 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 2 2 2 2 18 2

23 2 2 0 2 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 18 2
24 2 2 0 2 0 2 2 0 2 2 0 2 0 2 18 2
25 2 0 2 0 0 0 2 0 2 2 0 2 2 2 16 2
26 0 2 2 0 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 20 2

27 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 18 2
28 0 2 2 0 2 0 2 0 0 0 0 2 0 2 12 1

29 0 2 0 0 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 16 2
30 2 0 2 2 2 2 0 2 0 2 0 0 2 2 18 2

31 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 24 2
32 0 2 2 0 0 0 2 0 2 2 2 0 2 2 16 2
33 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 24 2

34 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 26 2

SIKAP Skoring Kode


No
1 2 3 4 5 6 7 8
1 4 3 5 4 4 3 5 5 33 2
2 3 3 2 3 3 4 4 5 27 2
3 1 1 1 2 2 1 3 3 14 1
4 4 3 4 5 5 3 3 4 31 2
5 3 3 3 2 4 5 5 3 28 2
6 2 2 1 1 3 3 2 2 16 1
7 4 3 4 4 5 3 5 4 32 2
8 3 4 5 2 4 4 5 5 32 2
9 3 3 3 3 2 5 5 3 27 2
10 4 2 3 3 5 3 4 4 28 2
11 2 1 1 1 3 2 2 3 15 1
12 4 4 5 4 5 5 4 5 36 2
13 2 2 1 1 2 2 2 3 15 1
14 2 1 1 1 3 2 2 3 15 1
15 3 4 3 3 3 5 4 4 29 2
16 3 3 4 4 5 4 5 4 32 2
17 2 2 2 1 1 3 2 2 15 1
18 4 4 4 3 3 3 5 4 30 2
19 1 2 1 2 3 2 2 3 16 1
20 2 3 1 1 1 3 2 2 15 1
21 5 4 4 5 4 5 4 5 36 2
22 2 3 2 1 1 1 3 3 16 1
23 3 2 2 1 1 3 2 2 16 1
24 3 4 3 3 3 4 5 2 27 2
25 4 2 3 3 5 5 3 3 28 2
26 2 2 2 1 1 3 3 2 16 1
27 2 2 1 1 2 2 3 3 16 1
28 3 2 2 1 1 3 2 2 16 1
29 2 3 3 1 2 3 3 2 19 1
30 3 4 4 5 5 4 3 3 31 2
31 4 5 5 3 4 5 4 5 35 2
32 3 4 4 5 5 2 1 3 27 2
33 4 5 4 4 3 3 5 5 33 2
34 5 5 5 4 4 4 3 5 35 2

KETERANGAN:
Pendidikan
Usia: Jenis Kelamin: :
1 = 22-25 Tahun 1 = Laki-Laki 1 = SMP
2 = 26-29 Tahun 2 = Perempuan 2 = SMA
3 = 30-34 Tahun 3 = PT (Perguaruan Tinggi)

Pengetahuan
: Sikap: Usia Balita:
1 = Kurang 1 = Negatif 1 = 1 Tahun
2 = Cukup 2 = Positif 2 = 2-3 Tahun
3 = 4-5 Tahun
LAMPIRAN 6

HASIL SPSS

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 22-25 Tahun 13 38.2 38.2 38.2

26-29 Tahun 10 29.4 29.4 67.6

30-34 Tahun 11 32.4 32.4 100.0

Total 34 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 15 44.1 44.1 44.1

Perempuan 19 55.9 55.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid ASN 6 17.6 17.6 17.6

IRT 8 23.5 23.5 41.2

PETANI 6 17.6 17.6 58.8

WIRASWASTA 14 41.2 41.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SMP 10 29.4 29.4 29.4

SMA 18 52.9 52.9 82.4

PT 6 17.6 17.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 4 11.8 11.8 11.8
Cukup 30 88.2 88.2 100.0
Total 34 100.0 100.0

Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Negatif 14 41.2 41.2 41.2
Positif 20 58.8 58.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

Jumlah Balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 34 100.0 100.0 100.0

Jenis Kelamin Balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 12 35.3 35.3 35.3


Perempuan 22 64.7 64.7 100.0

Total 34 100.0 100.0

Usia Balita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 Tahun 13 38.2 38.2 38.2

2-3 Tahun 11 32.4 32.4 70.6

4-5 Tahun 10 29.4 29.4 100.0

Total 34 100.0 100.0

LAMPIRAN 9

DOKUMENTASI

Pengisian Lembar Permohonan Menjadi Responden


Pengisian Lembar Kuesioner
LAMPIRAN 10

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama Lengkap : SALMAWATI


NIM : 16071014026

Tempat/Tanggal Lahir : Batu-Batua, 29 Juli 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Jurusan : S1 Keperawatan

Alamat : Jl. Tamalate 2 Ujung timur no.33. Makassar

Email : salmawati2907@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. Tamat SDN NO.94 Karampuang Tahun 2010

2. Tamat SMPN 1 Bontoramba Tahun 2013

3. Tamat SMK kesehatan Terpadu Mega Rezky Makassar Tahun 2016

4. Mengikuti Pendidikan S1 Keperawatan di Universitas Islam Makassar

Mulai Tahun 2016 - Sekarang.

Anda mungkin juga menyukai