Anda di halaman 1dari 146

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

(PHBS) SANTRIWATI PESANTREN X PADA MASA


PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2022
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :
NUR LATHIFAH KHAIRUNNISA
11151010000090

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022 M / 1442 H

i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Juli 2022
Nur Lathifah Khairunnisa, NIM : 11151010000090
GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SANTRIWATI
PESANTREN X PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN BOGOR TAHUN
2022
(xv + 121 halaman, 32 Tabel, 27 gambar, 2 bagan, 2 lampiran)

Abstrak
Latar Belakang : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah
satu program pemerintah yang ada sejak tahun 1996 dan dibuat untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pada masa pandemi Covid-19 saat ini
PHBS merupakan salah satu perilaku pencegahan yang penting dilakukan untuk
menurunkan angka penyebaran Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk melihatn
Gambaran PHBS Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten
Bogor Tahun 2022. Metode : Penelitian ini adalah penelitian desain studi cross sectional
dan pengambilan sampel menggunakan sistem random sampling dan didapatkan jumlah
responden sebanyak 278 santriwati. Uji statistik yang digunakan yaitu deskriptif
menggunakan nilai persentase dan proporsi. Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebagian besar responden memiliki perilaku cuci tangan yang baik yaitu sebesar 50 %
responden, 51,4 % responden masuk ke dalam kategori baik di dalam perilaku
penggunaan masker, 52,2 % responden melakukan perilaku jaga jarak yang baik.
Sebanyak 60,8 % responden masuk ke dalam kategori baik di dalam perilaku membuang
sampah dan perilaku managemen kesehatan menstruasi , 66,5 % responden masuk ke
dalam kategori baik di dalam perilaku penggunaan jamban, 53,2 % responden masuk ke
dalam kategori baik di dalam perilaku menggosok gigi dan perilaku minum obat cacing,
dan 59 % responden masuk ke dalam kategori baik di dalam aktivitas fisik. Saran :
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun
santriwati memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 50
% dari semua perilaku yang diteliti, sehingga perlu ditingkatkan lagi agar penyebaran
Covid-19 dan juga penyakit lainnya bias diminimalisir tingkat infeksi dan penyabarannya
di Pesantren X .

Kata Kunci :, Covid-19, Pandemi, Pesantren, PHBS, Santriwati

i
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
ENVIRONMENTAL HEALTH
Thesis, July 2022
Nur Lathifah Khairunnisa, NIM : 11151010000090
OVERVIEW OF CLEAN AND HEALTHY LIVING BEHAVIOR (PHBS)
SANTRIWATI PESANTREN X DURING THE COVID-19 PANDEMIC IN BOGOR
REGENCY IN 2022
(xv + 121 pages, 32 Tables, 27 figures, 2 charts, 2 appendices)

Abstract

Background : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) is one of the government
programs that has existed since 1996 and was created to improve the health status of the
community as high as possible. During the current Covid-19 pandemic, PHBS is one of
the important preventive behaviors to do to reduce the spread of Covid-19. This study
aims to look at the description of PHBS Santriwati Pesantren X During the COVID-19
Pandemic in Bogor Regency in 2022. Methods: This research is a cross-sectional study
design research and sampling uses a random sampling system and the number of
respondents is 278 female students. The statistical test used is descriptive using
percentage and proportion values. Results: The results showed that most of the
respondents had good hand-washing behavior, namely 50% of respondents, 51.4% of
respondents were in the good category in the behavior of using masks, 52.2% of
respondents carried out good social distancing behavior. A total of 60.8% of respondents
fall into the good category in littering behavior and menstrual health management
behavior, 66.5% of respondents fall into the good category in latrine use behavior, 53.2%
of respondents fall into the good category in the behavior of brushing teeth and the
behavior of taking worm medicine, and 59% of respondents fall into the good category in
physical activity. Recomendatiom: Based on the results of the study, it is known that the
behavior of washing hands with soap for female students has the smallest percentage,
which is 50% of all behaviors studied, so it needs to be further improved so that the
spread of Covid-19 and other diseases can be minimized by the level of infection and
spread in Pesantren X.

Keywords :, Covid-19., Pandemic, Pesantren, PHBS, Santriwati

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI

i
LEMBAT PERSETUJUAN
GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
SANTRIWATI PADA MASA PANDEMI COVID-19 PESANTREN
X DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2022

SKRIPSI

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

NUR LATHIFAH KHAIRUNNISA

11151010000090

Mengetahui,

Pembimbing Skripsi, Ketua Program Studi

Dewi Iriani Utami, SKM, M.Kes, PhD Catur Rosidati, MKM


NIP 19750316200710 2 001 NIP 19750210 200801 2018

PROGRAM STUDI KESEHATAN

MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


TAHUN 202

v
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) SANTRIWATI PESANTREN X PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2022

Nur Lathifah Khairunnisa


11151010000090

Jakarta, 24 Agustus 2022


Tim Penguji Sidang Skripsi
Ketua,

Izza Hananingtyas, M.Kes


NIP. 19890216 201403 2 005

Anggota

Teni Supriyani, S.Si., M.K.M


NIDN 0425108604

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi
Nama Lengkap : Nur Lathifah Khairunnisa

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 9 Januari 1998

Agama : Islam

Alamat :Kp. Kelapa Dua No 3 RT04/09 Kel.


Padurenan Kec. Mustikajaya, Kota Bekasi
17156

Telepon 089698885330

E-mail : Lathifaherwa@gmail.com

B. Pendidikan Formal

o (2002-2003): TK Putri Aulia

o (2003-2009): SDN Mustika Jaya VI

o (2009-2012): SMP Pesantren Modern Attaqwa

o (2012-2015): SMA Pesantren Modern Attaqwa

o (2015-2022): Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HIdayatullah Jakarta

Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Kesehata

n Lingkungan

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan


rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Santriwati Pada Masa Pandemi Covid-19 Pesantren X
Di Kabupaten Bogor Tahun 2022” untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat beriringan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW


yang telah menghantarkan kita ke zaman yang terang benderang akan ilmu jauh dari masa
jahiliyah. Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa
bantuan pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
kepada:

1. Keluarga saya, yaitu Orang tua tercinta dan saudara saya atas doa dan dukungan
yang tak hentinya sehingga penulis mampu memperoleh dan menjalani
pendidikan hingga saat ini jenjang universitas.
2. Ibu Dewi Utami Iriani, SKM, M, Kes, PhD selaku pembimbing skripsi
3. Ibu Catur Rosidati, MKM selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan para dosen
Kesehatan Masyarakat atas semua ilmu yang telah diajarkan.
4. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 UIN Jakarta yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan doa dan harapan bahwa segala
kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis menyadari
bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar kelak dapat menjadikan penulis lebih baik. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan
ilmu kesehatan masyarakat dan bermanfaat bagi seluruh pembacanya, Aamiin,
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Agustus 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

Abstrak.................................................................................................................................i
Abstract................................................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................................................iv
LEMBAT PERSETUJUAN..............................................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................................vii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN...........................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xv
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................6

C. Pertanyaan Penelitian...............................................................................................7

D. Tujuan.......................................................................................................................8

1. Tujuan Umum......................................................................................................8
2. Tujuan Khusus.....................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................9

1. Bagi Peneliti.........................................................................................................9
2. Bagi Masyarakat..................................................................................................9
3. Bagi Institusi Pendidikan.....................................................................................9
4. Bagi Peneliti Lain.................................................................................................9
E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................9
BAB II.................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................8
A. Perilaku.....................................................................................................................8

i
1. Pengertian Perilaku..............................................................................................8
2. Ciri-ciri Perilaku..................................................................................................9
3. Jenis-jenis Perilaku..............................................................................................9
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku......................................................10
5. Determinan Perilaku..........................................................................................12
B. PHBS......................................................................................................................13

1. Pengertian PHBS................................................................................................13
2. Tatanan PHBS dan Indikator PHBS..................................................................14
3. Tujuan dan Sasaran PHBS.................................................................................20
4. Manfaat PHBS...................................................................................................20
6. Penyakit Akibat PHBS yang buruk....................................................................23
7. Peraturan perundang-undangan dan Program pemerintah.................................24
C. Santriwati...............................................................................................................24

1. Pengertian Santri................................................................................................24
2. Karakteristik Santri............................................................................................25
D. Pesantren................................................................................................................25

1. Pengertian Pesantren..........................................................................................25
2. Tujuan Pesantren................................................................................................26
E. PHBS di Pesantren.................................................................................................26

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS di Pesantren.........................................28

G. Kerangka Teori.......................................................................................................37

BAB III..............................................................................................................................40
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL........................................40
A. Kerangka Konsep...................................................................................................40

B. Definisi Operasional...............................................................................................42

BAB IV..............................................................................................................................48
METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................................48
1. Desain Penelitian....................................................................................................48

2. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................................48

3. Populasi dan Sampel..............................................................................................48

BAB V................................................................................................................................54
HASIL PENELITIAN.....................................................................................................54

x
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................................54

B. Gambaran Karakteristik responden..................................................................54

C. Gambaran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun................................................56

D. Gambaran Perilaku Penggunaan Masker.........................................................58

E. Gambaran Perilaku Jaga Jarak.........................................................................59

F. Gambaran Perilaku Membuang Sampah..........................................................61

G. Perilaku Penggunaan Jamban............................................................................63

H. Gambaran Perilaku MKM..................................................................................65

I. Gambaran Perilaku Menggosok Gigi....................................................................65


J. Gambaran Perilaku Minum Obat Cacing.........................................................66

K. Gambaran Aktivitas Fisik...................................................................................66

BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................................74
A. Keterbatasan Penelitian.......................................................................................74

B. Gambaran Karakteristik Responden.................................................................74

C. Gambaran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun................................................75

D. Gambaran Perilaku Penggunaan Masker.........................................................76

E. Gambaran Perilaku Jaga Jarak.........................................................................78

F. Gambaran Perilaku Membuang Sampah..........................................................79

G. Gambaran Perilaku Penggunaan Jamban.........................................................79

H. Gambaran Perilaku MKM..................................................................................80

I. Gambaran Perilaku Gosok Gigi.........................................................................81

J. Gambaran Perilaku Minum Obat Cacing.........................................................81

K. Gambaran Aktivitas Fisik...................................................................................82

L. Gambaran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Berdasarkan Pendidikan....83

M. Gambaran Perilaku jaga Jarak Berdaasarkan Pendidikan............................83

N. Gambaran Perilaku Penggunaan Masker Berdasarkan Pendidikan.............84

O. Gambaran Perilaku Membuang Sampah Berdasarkan Pendidikan..............84

P. Gambaran Perilaku Penggunaan Jamban Berdasarkan Pendidikan.............84

x
Q. Gambaran Perilaku MKM Berdasarkan Pendidikan......................................85

R. Gambaran Perilaku Gosok Gigi Berdasarkan Pendidikan.............................85

S. Gambaran Perilaku Minum Obat Cacing Berdasarkan Pendidikan.............85

T. Gambaran Aktivitas Fisik Berdasarkan Pendidikan.......................................86

U. Gambaran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Berdasarkan Status Vaksin


Covid-19........................................................................................................................86

V. Gambaran Perilaku Penggunaan Masker Berdasarkan Status Vaksin Covid-


19 86

W. Gambaran Perilaku Jaga Jarak Berdasarkan Status Vaksin Covid-19.........87

X. Aspek Keislaman Dalam Penelitian...................................................................87

BAB VII............................................................................................................................89
A. Simpulan...............................................................................................................89

B. Saran......................................................................................................................89

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................91
LAMPIRAN 1.................................................................................................................100
Kuesioner........................................................................................................................100
LAMPIRAN 2.................................................................................................................105
Output Penelitian...........................................................................................................105

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Sarana Hanndsanitizer di Setiap Depan Ruang Kelas.......................57


Gambar 4. 2 Gambar Tempat Cuci Tangan di depan Gerbang Masuk Sekolah....57
Gambar 4. 3 Stiker Peraturan di Depan Pintu Masuk Sekolah..............................57
Gambar 4. 4 Stiker Cara Cuci Tangan Pakai Sabun Tanpa Sentuh.......................58
Gambar 4. 5 Stiker Peraturan di Depan Pintu Masuk Sekolah..............................59
Gambar 4. 6 Banner Aturan Protokol Kesehatan di Depan Pintu Masuk Gedung
59 Gambar 4. 7 Stiker Memasuki Kawasan Taat Protokol Kesehatan..................60
Gambar 4. 8 Arah Tangga Naik dan Turun...........................................................60
Gambar 4. 9 Arah jalan Masuk dan Keluar Gedung..............................................60
Gambar 4. 10 Bangku di Depan Recepsionist.......................................................61
Gambar 4. 11 Tempat sampah di depan Gerbang Masuk......................................62
Gambar 4. 12 Tempat Sampah di Depan Kelas.....................................................62
Gambar 4. 13 Tempat Sampah di Depan Receptionist..........................................63
Gambar 4. 14 Stiker Buang Sampah Pada Tempatnya..........................................63
Gambar 4. 15 Kamar Mandi Asrama.....................................................................64
Gambar 4. 16 Kamar Mandi Sekolah.....................................................................64
Gambar 4. 17 Lapangan Sekolah...........................................................................67

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian............................................................................40

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Usia Santriwati di Pesantren X di Kabupaten


Bogor Tahun 2022.................................................................................................54
Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Santriwati di Pesantren X di
Kabupaten Bogor Tahun 2022...............................................................................55
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Status Vaksin Santriwati di Pesantren X di
Kabupaten Bogor Tahun 2022...............................................................................55
Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada
Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten Bogor
Tahun 2022 . 56 Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Masker
Pada Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten Bogor
Tahun 2022 . 58 Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Perilaku Jaga Jarak Pada
Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten Bogor
Tahun 2022............................................................................................................59
Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Perilaku Membuang Sampah Santriwati Pesantren
X Pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022...................61
Tabel 4. 9 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Jamban Santriwati Pesantren
X Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022......................63
Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Perilaku MKM Santriwati Pesantren X Pada
Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022...............................65
Tabel 4. 11 Distribusi Frekuensi Perilaku Menggosok Gigi Santriwati Pesantren X
Pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022.......................65
Tabel 4. 12 Distribusi Frekuensi Perilaku Minum Obat Cacing Santriwati
Pesantren X Pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022. .66
Tabel 4. 13 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Santriwati Pesantren X Pada
Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022..................................66
Tabel 4. 14 Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Berdasarkan
Pendidikan Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten
Bogor Tahun 2022.................................................................................................67
Tabel 4. 15 Distribusi Frekuensi Perilaku MKM Penggunaan Masker Berdasarkan
Pendidikan Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten
Bogor Tahun 2022.................................................................................................68

x
Tabel 4. 16 Distribusi Frekuensi Perilaku Membuang Sampah Berdasarkan
Pendidikan Terakhir Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022...............................................................................67
Tabel 4. 17 Distribusi Frekuensi Perilaku Menjaga Jarak Berdasarkan Pendidikan
Terakhir Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten Bogor
Tahun 2022............................................................................................................68
Tabel 4. 18 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Jamban Berdasarkan
Pendidikan Terakhir Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022...............................................................................69
Tabel 4. 19 Distribusi Frekuensi Perilaku MKM Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten Bogor Tahun
2022........................................................................................................................69
Tabel 4. 20 Distribusi Frekuensi Perilaku Menggosok Gigi Berdasarkan
Pendidikan Terakhir Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022...............................................................................70
Tabel 4. 21 Distribusi Frekuensi Perilaku Minum Obat Cacing Berdasarkan
Pendidikan Terakhir Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022...............................................................................70
Tabel 4. 22 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten Bogor Tahun
2022........................................................................................................................71
Tabel 4. 23 Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Berdasarkan
Status Vaksin Covid-19 Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022...............................................................................71
Tabel 4. 24 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Masker Berdasarkan Status
Vaksin Covid-19 Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022...............................................................................72
Tabel 4. 25 Distribusi Frekuensi Perilaku Jaga Jarak Berdasarkan Status Vaksin
Covid-19 Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten Bogor
Tahun 2022............................................................................................................72

x
Tabel 4. 31 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Berdasarkan Status Vaksin
Covid- 19 Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten
Bogor Tahun 2022.................................................................................................73

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu


program pencegahan pemerintah yang telah dilaksanakan oleh Kementrian
Kesehatan RI sebagai upaya mengubah perilaku masyarakat agar
mendukung peningkatan derajat kesehatan sejak tahun 1996 dan pada
tahun 2007 dilakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
menunjukan data bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktikkan
PHBS baru mencapai 38,7 %, kemudian tahun 2014 tujuan PHBS adalah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan target tahun 2014
(Kementrian Kesesehatan, 2011).

PHBS merupakan sekumpulan upaya untuk membiasakan


seseorang, kelompok, ataupun masyarakat agar memperhatikan dan
mendahulukan perwujudan kehidupan yang berkualitas yang mencakup
semua perilaku yang bertujuan mencegah , menanggulangi dan
menyehatkan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
gizi, farmasi, dan pemeliharaan kesehatan (Kementrian Kesehatan RI,
2016). Berdasarkan hal tersebut maka PHBS terbagi di dalam beberapa
tatanan masyarakat diantaranya Rumah Tangga, Institusi Pendidikan,
Tempat Kerja, Tempat Umum, dan Tempat Pelayanan Kesehatan
(Kemenkes RI, 2011). Salah satu tempat yang penting dalam melakukan
PHBS adalah PHBS di Institusi Pendidikan.

Institusi Pendidikan memiliki peran penting dalam PHBS. Definisi


PHBS di Institusi Pendidikan sendiri adalah Kumpulan tindakan yang
dilakukan secara sadar sebagai hasil dari pembelajaran yang membentuk
suatu individu atau kelompok institusi pendidikan (kampus, sekolah,
pesantren, seminari, padepokan dan lain-lain) yang mandiri dalam bidang
kesehatan dan membantu mewujudkan masyarakat institusi pendidikan
yang sehat. Berdasarkan hal tersebut PHBS merupakan salah satu tindakan

1
pencegahan masyarakat dan mencakup banyak tindakan yang harus
dilaksanakan agar menciptakan derajat kesehatan masyarakat di dalam
institusi pendidikan yang setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan pedoman pembinaan PHBS (2011) di institusi


pendidikan terdapat beberapa indikator perilaku diantaranya perilaku
mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman
sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah pada tempat
sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi narkotika, alkohol,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), memberantas jentik
nyamuk dan aktivitas fisik. Beberapa indikator PHBS masuk ke dalam
indikator PHBS di Sekolah pada masa pandemi Covid-19.

Berdasarkan Pedoman PHBS di Sekolah untuk penyelenggaraan


Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 (2021), PHBS selama
pandemi Covid-19 di sekolah adalah suatu kumpulan perilaku yang
dilakukan dengan sadar oleh peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah sebagai buah dari pembelajaran, sehingga dapat
mencegah infeksi dan penularan penyakit Covid-19 dan meningkatkan
derajat kesehatannya secara mandiri dalam mewujudkan lingkungan
sekolah yang sehat tanpa Covid-19. Beberapa indikator PHBS di sekolah
selama pandemi yaitu cuci tangan pakai sabun (CPTS), penggunaan
masker, jaga jarak, membuang sampah, penggunaan jamban, managemen
kebersihan menstruasi (MKM), gosok gigi, penggunaan air bersih, minum
obat cacing secara berkala, lakukan aktivitas fisik secara teratur, dan
konsumsi makanan sehat dan bergizi. Dengan kondisi pandemi Covid-19
saat ini maka pesantren wajib menerapkan PHBS lebih maksimal lagi
untuk menurunkan angka penyebaran penyakit. Ini dikarenakan pesantren
memiliki kehidupan yang sangat rentan terhadap penularan kasus Covid-
19 mengingat banyaknya jumlah santri yang tinggal di satu lokasi, dimana
bila terdapat santri yang menderita atau terinfeksi Covid-19 maka
penularannya akan sangat cepat (Kemendikbud, 2021). Ini didukung oleh
undang-undang RI No. 36 tahun 2009 BAB VI pasal 79 Ayat 1 tentang
kesehatan sekolah yang diselenggarakan sebagai salah satu cara
meningkatkan kemampuan hidup

2
sehat peserta didik dan lingkungan hidup sehat sehingga siswa atau siswi
dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan stinggi-
tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas (Kemenkes RI,
2009).

Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang siswa atau


siswinya bermukim dengan basis masyarakat yang didirikan oleh individu
atau kelompok masyarakat islam atau masyarakat umum yang
menumbuhkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan
memperbaiki akhlak berlandaskan ajaran islam rahmata lil’alamin yang
terlihat dari sikap dan perilaku yang baik dan tetap pada nilai luhur bangsa
Indonesia melalui pendidikan, dakwah, islam, keteladanan, dan
pemberdayaan masyarakat dalam kerangka NKRI (PRESIDEN RI, 2019).
Jumlah pesantren di Indonesia berdasarkan Pangkalan Data Pondok
Pesantren Kemenag (2019) sebanyak 27.722 dan jumlah santri sebanyak
4.175.531 jiwa. Berdasarkan definisi dan jumlah pesantren di Indonesia
yang cukup banyak maka pesantren menjadi salah satu tempat
berkumpulnya suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan
terjadinya kerumunan dan dapat meningkatkan penularan Covid-19
menjadi lebih mudah. Dengan pelaksanaan PHBS yang baik pada masa
pandemi di pesantren maka dapat meningkatkan pencegahan berbagai
masalah kesehatan para santri, pengajar ataupun penduduk sekitar
pesantren seperti penyakit Covid-19 yang masih menjadi masalah
kesehatan utama saat ini.

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit


menular yang disebabkan oleh SARS CoV-2 dengan dua jenis coronavirus
yang diketahui seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome. Beberapa gejala Covid-19
diantaranya gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak
napas dengan masa inkubasi rata-rata lima sampai enam hari dan masa
inkubasi terpanjang selama 14 hari. Berdasarkan data WHO Covid-19
pada bulan Desember 2021 di temukan 227 negara terkonfirmasi Covid-19
dengan pasien sebanyak 266.504.411, sedangkan di Indonesia pada bulan
Desember 2021 Kementerian

3
Berdasarkan data tersebut Provinsi DKI Jakarta merupakan
Provinsi dengan kasus terbanyak dengan jumlah kasus sekitar 20,3 % dari
seluruh kasus di Indonesia dan disusul oleh Provinsi Jawa Barat sekitar
16,6% dari seluruh jumlah kasus (Satuan Tugas Penanganan COVID-19,
2021). Kemudian berdasarkan laporan Covid-19 di Kota Kuningan, Jawa
Barat pada tahun 2020 dilaporkan sebanyak 550 santri dan guru di
Pesantren terkonfirmasi positif Covid-19 kemudian pada tahun 2021 di
Kota Tasikmalaya, Jawa Barat 400 santriwati terkonfirmasi positif Covid-
19 (Lapor Covid-19, 2021). Oleh karena semakin meningkat maka
pemerintah membuat pedoman pengendalian dan pencegahan penularan
Covid-19 diantaranya pencegahan penularan Covid-19 di masyarakat yaitu
Physical Distancing, kebersihan tangan, etika batuk dan bersin, pemakaian
masker, dan pembatasan aktivitas luar rumah (Kemenkes RI, 2020). Dari
beberapa pencegahan covid-19 tersebut beberapa diantaranya termasuk ke
dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Beberapa masalah kesehatan yang diakibatkan oleh PHBS yang


buruk adalah diare, hepatitis, bahkan keracunan makanan akibat tidak
melakukan salah satu PHBS yaitu mencuci tangan. Pada tahun 2015 World
Health Organization (WHO) melaporkan adanya beban dunia yang
diakibatkan oleh makanan yang membawa patogen. Makanan tersebut
berisi 31 agent penyakit diantaranya virus, bakteri, parasit, racun dan
bahan kimia (WHO, 2020). Salah satu pencegahan penyakit yang penting
adalah mencuci tangan. Berdasarkan laporan United (UNICEF) (2021)
penduduk dunia yang memiliki akses pelayanan kebersihan dasar cuci
tangan telah meningkat dari tahun 2015 sebanyak 5 miliyar orang menjadi
5,5 miliyar orang pada tahun 2020. Di Indonesia penerapan PHBS
mengalami penurunan dari tahun 2012 sebesar 56,5% menjadi 55 % pada
tahun 2013 sedangkan target pencapaian penerapan PHBS adalah sebesar
70 % pada tahun 2014 (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data tersebut
maka PHBS masih perlu ditingkatkan apalagi di masa pandemi Covid-19
saat ini dengan penyebaran kasus yang terus meningkat. Data Satuan
Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan risiko penularan Covid-19
tanpa berperilaku 3M,

4
bisa mencapai 100%. Dengan mencuci tangan risiko tertular turun 35%,
ditambah memakai masker kain risikonya turun menjadi 45%, apabila
memakai masker bedah menurunkan risiko tertular hingga 70%, lalu
ditambah dengan menjaga jarak 1 meter menurunkan risiko hingga 85%
(Kominfo, 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Amatiria


(2017) tentang PHBS pada santri di Pondok Pesantren Nurul Huda
ditemukan bahwa santri sebagian besar masih memiliki perilaku yang
buruk di dalam PHBS begitu juga dengan penelitian yang dilakukan
Khafid, dkk (2019), Makful dan Pirawati (2019), Nurlaily dan
Priyantiningsih (2020) Ernyasih dan Sari (2021). Berdasarkan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan tersebut maka sangat penting untuk
dilakukan penelitian terkait PHBS di Pesantren. Salah satunya adalah
Sekolah Pesantren X yang terletak di Kabupaten Bogor.

Bogor merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Jawa


Barat. Provinsi pertama dengan jumlah pesantren terbanyak yaitu sebanyak
8343 pesantren. Salah satu pesantren yang terdapat di Kabupaten Bogor
perbatasan dengan Kota Bekasi dan Kota Jakarta Timur adalah Pesantren
Khusus putri yang berdiri sejak 2008 dengan luas 4.576 m2 yang
merupakan sekolah berbasis pesantren yang dikombinasikan dengan ajaran
pesantren dengan jumlah santriwati pada bulan April sebanyak 364
santriwati yang berasal dari berbagai daerah dengan usia yang variatif dan
lama mukim yang berbeda. (DAPODIK, 2021). Berdasarkan hal tersebut
pesantren berisiko mempertemukan orang infeksius dengan mereka yang
masih rentan dan menyebarkannya ke sesama santri atau masyarakat yang
tinggal di lingkungan sekitar pesantren.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2022 pada


Santriwati Pesantren X Kabupaten Bogor tahun 2022 didapatkan dari 30
santriwati yang dijadikan responden terdapat 64 % santriwati masuk ke
dalam kategori Perilaku mencuci tangan pakai sabun yang buruk dan

5
terdapat 54 % santriwati masuk ke dalam kategori aktivitas fisik yang
buruk.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih


dalam lagi terkait “Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor
Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

PHBS merupakan salah satu perilaku pencegahan pengendalian

Covid-19 di berbagai tatanan masyarakat. Salah satu tatanan tersebut

adalah pesantren yang memiliki kehidupan yang sangat rentan terhadap

penularan kasus Covid-19. Mengingat banyaknya jumlah santri yang

tinggal di satu lokasi, dimana bila terdapat santri yang menderita atau

terinfeksi Covid-19 maka penularannya akan sangat cepat (Kemendikbud,

2021). Penanganan Covid-19 menunjukkan risiko penularan Covid-19

tanpa berperilaku 3M, bisa mencapai 100%. Dengan mencuci tangan risiko

tertular turun 35%, ditambah memakai masker kain risikonya turun

menjadi 45%, apabila memakai masker bedah menurunkan risiko tertular

hingga 70%, lalu ditambah dengan menjaga jarak 1 meter menurunkan

risiko hingga 85%.

Beberapa penelitian menunjukan PHBS di pesantren pada masa

non pandemi mayoritas masuk ke dalam kategori PHBS buruk adalah

penelitan yang dilakukan oleh (2017), Khafid, dkk (2019) dan lain

sebagainya. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan

mendapatkan hasil sebagian besar santriwati mempunyai Perilaku cuci

tangan pakai sabun dan aktivitas fisik yang buruk. Oleh sebab itu perlu

dilakukan penelitian mengenai Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan

6
Sehat (PHBS) Santriwati

7
Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor Tahun

2022.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana Gambaran Usia Santriwati Pesantren X di Kabupaten


Bogor Tahun 2022 ?
2. Bagaimana Gambaran Pendidikan Santriwati Pesantren X di
Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?
3. Bagaimana Gambaran Lama Mukim Santriwati Pesantren X di
Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?
4. Bagaimana Gambaran Status Vaksin Santriwati Pesantren X di
Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?
5. Bagaimana Gambaran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
Santriwati Pesantren X di Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?
6. Bagaimana Gambaran penggunaan masker Santriwati Pesantren X
di Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?
7. Bagaimana Gambaran Jaga Jarak Santriwati Pesantren X di
Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?
8. Bagaimana Gambaran Perilaku Penggunaan Jamban Santriwati
Pesantren X di Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?
9. Bagaimana Gambaran Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM)
Santriwati Pesantren X di Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?
10. Bagaimana Gambaran Perilaku Gosok Gigi Santriwati Pesantren X
di Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?
11. Bagaimana Gambaran Minum Obat Cacing Santriwati Pesantren X
di Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?
12. Bagaimana Gambaran Aktivitas Fisik Santriwati Pesantren X di
Kabupaten Bogor Tahun 2022 ?

8
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Santriwati
Pesantren X Pada Masa Pandemi di Kabupaten Bogor Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Gambaran Usia Santriwati Pesantren X di Kabupaten

Bogor Tahun 2022.

2. Mengetahui Gambaran Pendidikan Santriwati Pesantren X di

Kabupaten Bogor Tahun 2022.

3. Mengetahui Gambaran Lama Mukim Santriwati Pesantren X di

Kabupaten Bogor Tahun 2022.

4. Mengatahui Gambaran Status Vaksin Santriwati Pesantren X di

Kabupaten Bogor Tahun 2022.

5. Mengetahui Gambaran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun

Santriwati Pesantren X di Kabupaten Bogor Tahun 2022.

6. Mengetahui Gambaran penggunaan masker Santriwati Pesantren X


di Kabupaten Bogor Tahun 2022.
7. Mengetahui Gambaran Jaga Jarak Santriwati Pesantren X di
Kabupaten Bogor Tahun 2022.
8. Mengetahui Gambaran Perilaku Penggunaan Jamban Santriwati
Pesantren X di Kabupaten Bogor Tahun 2022.
9. Mengetahui Gambaran Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM)
Santriwati Pesantren X di Kabupaten Bogor Tahun 2022.
10. Mengetahui Gambaran Perilaku Gosok Gigi Santriwati Pesantren X
di Kabupaten Bogor Tahun 2022.
11. Mengetahui Gambaran Minum Obat Cacing Santriwati Pesantren X
di Kabupaten Bogor Tahun 2022.

9
12. Mengetahui Gambaran Aktivitas Fisik Santriwati Pesantren X di
Kabupaten Bogor Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan dan membuktikan seluruh mata kuliah dan teori
yang telah dipelajari selama kuliah berlangsung mengenai PHBS selama masa
pandemi.

2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang Gambaran PHBS di
Sekolah Pesantren pada masa pandemi dan dapat dijadikan acuan masyarakat
atau para wali santri untuk mendukung PHBS selama masa pandemi di
pesantren.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang Gambaran PHBS
santriwati selama masa pandemi yang bisa dijadiakan acuan pembuatan
peraturan di pesantren.

4. Bagi Peneliti Lain


Penelitian ini dapat membantu menambahkan data dan dijadikan acuan
dalam melakukan penelitian selanjutnya serta dijadikan bahan referensi terkait
gambaran PHBS di Sekolah selama masa pandemi.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
tujuan mengetahui gambaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
santriwati pesantren x pada masa pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor tahun
2022. Desain studi adalah cross sectional. Populasi penelitian ini adalah
Santriwati Pesantren X di Kabupaten Bogor dan 278 sampel yang memenuhi
kriteria inklusi terpilih secara random sampling. Pengambilan data
menggunakan data primer berupa pengisian kuesioner melalui google form dan
lembar observasi sarana dan prasarana pesantren X di Kabupaten Bogor Tahun
2022.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Menurut Irwan (2017) perilaku secara Bahasa berasal dari dua kata

yaitu “peri” yang berarti cara melakukan suatu perbuatan dan kata

“laku” yang memilki arti perbuatan. Perilaku sendiri merupakan sebuah

tindakan yang dilakukan seseorang yang merupakan suatu aksi dan

reaksi suatu organisme pada lingkungannya jadi bila ada sesuatu yang

dibutuhkan untuk menimbulkan rangsangan maka rangsangan

tersebutlah yang menimbulkan perilaku. Kemudisan perilaku juga dapat

diartikan sebagai seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam

melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan

karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada hakikatnya

adalah tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun

tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan lingungannya yang

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku

secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau

seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut (Triwibono &

Puspahandani, 2015).

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan perilaku

merupakan seperangkat tindakan yamg ditimbukkan akibat adanya

suatu

8
rangsangan yang menimbulkan suatu aksi yang membuat seorang

individu melakukan perbutan tertentu.

2. Ciri-ciri Perilaku

Menurut Dewi (2010) perilaku memiliki ciri-ciri sebagai berikut

a. Perilaku tidak dibawa saat seseorang lahir tetapi dibentuk dan


dipelajari sepanjang perjalanan ini yang membedakan perilaku
dengan sifat biogenis seperti lapar, haus, atau kebutuhan untuk
istirahat.
b. Perilaku tidak permanent melainkan dapat berubah-ubah karena
itu sikap dan dipelajari dan sikap dapat berubah pada tiap orang
bila menemukan kondisi dan syarat tertentu yang
mempermudah sikap pada seorang individu.
c. Perilaku tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan
terhadap suatu objek yang dapat juga diartikan sikap terbentuk
dan dapat berubah atau senantiasa berkenaan dengan suatu
objek yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Objek perilaku merupakan sesuatu yang tunggal atau dapat
juga diartikan sebagai sekumpulan.
e. Perilaku mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan, sifat
natural yang dapat membedakan sifat dan kecakapan atau
pengetahuan yang dimiliki orang lain.

3. Jenis-jenis Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) di dalam Buku Promosi Kesehatan


dan Ilmu Perilaku Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu,

a. Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam


diri manusia dan yang tidak secara langsung dapat terlihat
orang lain, artinya seseorang yang memiliki pengetahuan
positif untuk mendukung hidup sehat tetapi ia belum
melakukannya secara konkret.

9
b. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati secara
langsung (melakukan tindakan), misalnya: seseorang yang tahu
bahwa menjaga kebersihan amat penting bagi kesehatannya ia
sendiri melaksanakan dengan baik serta dapat menagnjurkan
pada orang lain untuk berbuat serupa.

Selanjutnya Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa perilaku


dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap, dan
sebagainya). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek
tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif. Bentuk operasional dari perilaku
dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu mengetahui situasi


dan kondisi yang ada
b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan terhadap suaru
keadaan atau impuls dari luar dari diri individu, sehingga
secara natural perilaku manusia ada di dalamnya.
c. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah jelas berupa suatu
tindakan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Sunaryo (2004) perilaku manusia oleh dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang diibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan

faktor eksternal

a. Faktor Internal
Perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari
dirinya sendiri seperti ras/keturunan, jenis kelamin, sifak fisik,
kepribadian, bakat, dan intelegensia.
1. Jenis ras/keturunan
Ras seorang individu bersifat spesifik dan sangat berbeda
antara satu dan yang lainnya, tiga kelompok terbesar ras di dunia
adalah ras kulit putih, kulit hitam, dan kulit kuning.

1
2. Jenis kelamin
Perilaku antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Perilaku
wanta lebih dipengaruhi oleh emosional sedangkan pria lebih
dipengaruhi oleh rasional.
3. Sifat fisik
Sifat fisik mempengaruhi sesorang berperilaku. Seperti orang
yang sedang melakukan diet ketat untuk menurunkan berat badan
akan berbeda dengan perilaku seorang individu yang melakukan
diet ketat untuk menambah berat badan.
4. Kepribadian
Perilaku merupakan gambaran dari kepribadian yang dimiliki
seorang individu.
5. Intelegensia
Intelegensi adalah suatu kemampuan seseorang untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki. Ini berpengaruh
terhadap bagaimana seseorang berperilaku seperti jika seorang
individu memiliki intelegensi yang tinggi maka akan memiliki
keputusan yang tepat dan bertidndak sesuai, cepat dan mudah
begitupun sebaliknya.
b. Faktor Eksternal
1. Usia
Usia berpengaruh dalam bagaimana seseorang berperilaku,
misal orang yang lebih tua akan lebih baik berperilaku
dibandungkan anak balita karena pengalaman dan pengetahuan
yang telah ia dapat selama hidup.
2. Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk merubah
perilaku seorang individu ataupun kelompok karena berfokus
kepada bagaimana proses pembelajaran dapat membuat seseorang
dari tudak tau menjadi tahu, dari yang sebelumnya tidak paham
menjadi paham dan dari yang sebelumnya tidak mendapatkan
sesuatu menjadi dapat sesuatu.

1
3. Pekerjaan
Kata Kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna
kegiatan melakukan sesuatu sedangkan pekerjaan merupakan
kegiatan melakukan sesuatu yang memerlukan tenaga fisik (KBBI,
2012).
4. Agama
Agama merupakan suatu sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya (KBBI, 2012)
5. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi menurut Soerjono Soekanto (2007) adalah
posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain
dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta
kewajibannya dalam berhubungan dengan sumber daya. Menurut
Soerjono Soekanto menyatakan bahwa komponen pokok
kedudukan sosial ekonomi meliputi ukuran kekayaan, ukuran
kekuasaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan.
6. Kebudayaan
Menurut KBBI adalah sesuatu dari hasil kegiatan dan
penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat.

5. Determinan Perilaku
Teori Lawrence Green (1980) membagi determinan perilaku yang
menyebabkan maslah kesehatan menjadi dua yaitu faktor perilaku
(behavioral factors) dan faktor non-perilaku ( non-behavoral factors).
Perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, antara lain :

a. Faktor Prediposisi (predisposing factors)


Faktor yang terbentuk dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, dan lain sebagainya. Beberapa faktor prediposisi
yang dapat membuat mudah terjadinya perilaku pada diri seorang
individu maupun masyarakat terhadap apaa yang diperbuat. Contohnya

1
perilaku seoarng ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya
akan lebih memiliki kemauan jika dia mengetahui apa manfaat dari
pemeriksaan kehamilan secara berkala.
b. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin perilaku dalam hal ini merupakan suatu alat bantu
atau sarana-sarsana yang digunakan dalam melakukan aktivitas
tertentu yang mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku.
Misalnya, perilaku pemeriksaaan kehamilan akan dilakukan jika
tterdapat alat dan sarana untuk pemeriksaan kehamilan.
c. Faktor Penguat ( reinforcing factors)
Faktor penguat yang terbentuk dari sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain. Contoh kasus misal dalam suatu kampung
terdapat seoarang tokoh masyarakat yang amat di percaya oleh
masyarakat disana dan belum menggunakan KB maka masyarakat
banyak yang menggunakan hal ter sebut untuk dijadikan alasan
mengapa mereka berperilaku seperti itu.
PRECEDE (predisposing, reinforcing, and enabling constructs in
educational/environmental diagnosis and evaluation) merupakan promosi
kesehatan yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter pada tahun 1980,
Tahun 1991, model ini dilengkapi menjadi PRECEDE-
PROCEED.PRECEDE singkatan dari predisposing, reinforcing, enabling
cause in educational diagnosis and evaluation. PROCEED singkatan dari
policy, regulatory, and organizational constructs in educational and
environmental development. PRECEDE berguna dalam hal diagnosis
masalah kesehatan, menentukan prioritas, dan menentukan tujuan suatu
program kesehatan, sedangkan PROCEED digunakan untuk menentukan
sasaran, kriteria suatu peraturan, pelaksaan dan evaluasi (Bastable, 2002).

B. PHBS
1. Pengertian PHBS
Perilaku sehat menurut WHO (1999) merupakan salah satu
kebiasaan yang dilakukan untuk menurunkan risiko sakit parah atau
meninggal lebih awal. Sedangkan menurut Kementerian kesehatan RI

1
(Kementrian Kesesehatan, 2011) perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) merupakan suatu kumpulan aktivitas manusia baik
perseorangan ataupun kelompok yang dilakukan untuk membentuk
masyarakat yang sadar akan kesehatan masyarakat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa PHBS merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
karena kesadaran individu atau kelompok gunan menurunkan angka
kesakitan dan kematian dan menaikan derajat kesehat masyarakat
yang sringgi-tingginya.

PHBS dapat dikategorikan dalam berbagai bidang, berikut


uaraiannya :

a. Dalam bidang pencegahan dan penanggulanagan penyakit


diantaranya mencuci tangan dengan sabun, pengelolaan air
minum dan makanan yang sesuai standar kesehatan, penggunaan
air bersih, pengelolaan limbah, pemberantasan jentik nyamuk,
tidak merokok atau mengonsumsi NAPZA dan lain sebagainya.
b. Dalam bidang kesehatan ibu dan anak (KIA) yaitu persalinan oleh
tenaga kesehatan, melakukan penimbangan balita setiap
bulannya, melakukan imunisasi lengkap, dan lain sebagainya
c. Dalam bidang gizi dan farmasi diantaranya mengonsumsi
makanan sesuai dengan pedoman gizi seimbang, memberikan
ASI eksklusif pada bayi hingga umur 6 bulan, menggunakan
garam beryodium, dan lain sebagainya
d. Dalam bidang pemeliharaan kesehatan yaitu dengan aktif
dipraktekkan perilaku ikut serta dalam jaminan pemeliharaan
kesehatan, Aktif mengurus dan atau memanfaatkan upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat , memanfaatkan Puskesmas
dan fasilitas pelayanan kesehatan lain dan lain-lain.

2. Tatanan PHBS dan Indikator PHBS


PHBS merupakan perilaku yang harus dilaksanakan di tempat
manapun dan kapanpun, oleh karena itu pemerintah membedakan
PHBS berdasarkan tempat dilakukannya PHBS, kategori tersebut

1
adalah PHBS di rumah tangga, PHBS di Institusi pendidikan, PHBS
di tempat kerja, PHBS di tempat umum, dan PHBS di fasilitas
pelayanan kesehatan.

1. PHBS di rumah tangga


PHBS di rumah tangga merupakan suatu upaya masyarakat
dalam tatanan rumah tangga agar mampu dan tau cara
mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat.
Beberapa indikator PHBS di rumah tangga diantranya
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberikan ASI eksklusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah seminggu sekali
h. Makan buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah
2. PHBS di Institusi Pendidikan

PHBS di institusi pendidikan merupakan kumpulan perilaku

yang berdasarakan kepada kesadaran dari hasil pembelajaran di

institusi Pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari,

padepokan, dan lain-lain) agar dapat dengan mandiri dan berperan

aktif dalam pencegahan penyakit dan mewujudkan lingkungan

yang sehat . indikator PHBS di institusi pendidikan antara lain

mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan

minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di

tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak

meludah sembarangan, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain

1
(Kementrian Kesehatan RI, 2016). Berdasarkan indicator tersebut

maka dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut

a. Perilaku cuci tangan dengan sabun, yang dimaksud pada

poin ini adalah dengan melakukan 6 langkah cara cuci

tangan seperti gambar berikut

Gambar 2. 1 6 Langkah Cara Cuci tangan

Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan

menggunakan sabun atau hand sanitizer sebelum dan sesudah

melakukan aktivitas (Kemenkes RI, 2014).

b. Perilaku konsumsi makanan dan minuman yang sehat

Perilaku konsumsi makanan dan minuman yang

sehat harus sesuai dengan berdasarkan pedoman gizi

seimbang seperti pada gambar tersebut.

1
Gambar 2. 2 Pedoman Gizi Seimbang

Sumber : Pedoman gizi seimbang Kementrian Kesehatan RI

Berdasarkan gambar diatas porsi yang sesuai dengan


gizi per hari setiap orang 3-4 porsi sumber karbohidrat, 3-4
porsi sayur, 2-3 porsi buah, 2- 4 porsi sumber protein namun
disesuaikan juga berdarkan keadaan, misal saat hamil dan
dalam keadaan sakit atau kekurangan suatu zat gizi (Kodyat,
2014).

c. Perilaku penggunaan jamban yang sehat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 3 tahun 2014 perilaku penggunaan jamban

yang sehat adalah dengan stop buang air besar sembarangan

dan membuang air di jamban yang tertutup dan mencuci

tangan pakai sabun sebelum dan sesudah membuang air besar

maupun kecil (Ekinaro, 2021).

d. Perilaku membuang sampah pada tempatnya

Perilaku membuang sampah pada tempat sampah secara

rutin dan menggunakan masker saat membuang sampah

(PRESIDEN RI, 2008).

1
e. Perilaku pemberantasan jentik

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan

dengan 3 langkah. Pertama, menguras/membersihkan

tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air

seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air

minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Selain itu,

perlu juga melakukan segala bentuk kegiatan pencegahan

lain seperti di antaranya menaburkan atau meneteskan

larvasida pada tempat penampungan air yang sulit

dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk,

menggunakan kelambu saat tidur, dan menghindari

kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa

menjadi tempat istirahat nyamuk. Melipat baju-baju yang

bergantungan pun perlu dilakukan mengingat itu menjadi

sarang nyamuk di sana. Berikut merupakan gambar

ilustrasi dari PSN

Gambar 2. 3 Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk


Sumber:http://www.padk.kemkes.go.id/news/read/2018/10/18/84/kemenkes-
optimalkan-psn-cegah-dbd.html

1
f. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang baik dilakukan sesuai dengan

porsinya untuk remaja sendiri dianjurkan untuk

melaksanakan aktivitas fisik minimal satu hari ± 60 menit

dengan intensitas sedang hingga cukup berat setiap hari.

beraktivitas > 60 menit memberikan manfaat tambahan

bagi kesehatan dan latihan penguatan tulang & otot

setidaknya 3 kali dalam seminggu (KEMENKES RI,

2018).

3. PHBS di tempat kerja

PHBS di tempat kerja merupakan hal terpenting di tempat kerja

dan mencakup indikator mencuci tangan dengan sabun,

mengonsumsi makanan dan minuman sehat, mengonsumsi jamban

sehat, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok, tidak

mengonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarangan, memberantas

jenik nyamuk dan lain- lain.

4. PHBS di tempat umum

Tempat umum disini adalah tempat ibadah, pasar, pertokoan,

terminal, dermaga, dan lain-lain. PHBS dalam hal ini mencakup

mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat,

membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak

mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat,

memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain.

1
5. Fasilitas pelayanan kesehatan

PHBS di fasilitas kesehatan (Klinik, Puskesmas, Rumah Sakit,

dan lain-lain) memiliki indicator PHBS mencuci tangan dengan

sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah

ditempatnya, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak

meludah di sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan

lain-lain.

3. Tujuan dan Sasaran PHBS

PHBS bertujuan untuk membentuk dan meningkatkan kesadaran

individu sebagai awal kontribusi meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dan sebagai upaya untuk menularkan

pengalaman mengenai perilaku hidup yang baik dan sehat baik secara

individu ataupun kelompok. Sedangkan sasaran PHBS ini adalah seluruh

masyarakat Indonesia baik secara individu maupun kelompok

(Kementrian Kesehatan RI, 2016).

4. Manfaat PHBS

PHBS bermanfaat dalam meningkatkan kesadaran individu ataupun

kelompok yang bermasyarakat agar dapan dan mau menjalankan hidup

yang lebih bersih dan sehat dengan tujuan pencegahan dan

penanggulangan berbagai macam penyakit serta menciptakan lingkungan

yang sehat dan menambah kualitas hidup masyarakat (Kementrian

Kesehatan RI, 2016).

2
5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi PHBS

Faktor yang mempengaruhi PHBS adalah sebagai berikut

a. Berperilaku terhadap makanan dan minuman

Tubuh manusia dapat tumbuh karena ada zat-zat yang berasal dari

makanan. Oleh sebab itu untuk mendapatkan hidupnya manusia

mutlak memerlukan makanan dan aktifitas penunjang lain guna

mendapatkan keadaan jasmani dan rohani yang baik. Dengan

adanya pengetahuan tentang sikap berperilaku sehat dan

pengetahuan tentang zat-zat gizi, seseorang akan mampu

menyediakan dan menghidangkan makanan secara seimbang,

dalam arti komposisi yang penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan.

b. Peran dalam berperilaku terhadap kebersihan diri sendiri

Menjaga kebersihan diri sendiri sebenarnya bukanlah hal

yang mudah namun bukan pula hal yang terlalu sulit untuk

dilaksanakan. Tujuan untuk menjaga kebersihan adalah agar

siswa mengetahui manfaat kebersihan diri sendiri dan mampu

memberikan bagian-bagian tubuh, serta mampu menerapkan

perawatan kebersihan diri sendiri dalam upaya meningkatkan

berperilaku hidup bersih dan sehat.Perilaku terhadap kebersihan

lingkungan.

c. Perilaku terhadap kesehatan lingkungan

Perilaku terhadap lingkungan adalah respon seseorang terhadap

lingkungan sebagai determinan terhadap kesehatan lingkungan.

2
Manusia selalu hidup dan selalu berada di suatu lingkungan

seperti lingkungan tempat tinggal, tempat belajar dan tempat

untuk melakukan suatu aktivitas jasmani dan olahraga. Untuk

dapat mencapai derajat kesehatan yang baik manusia harus hidup

secara teratur, dan untuk dapat hidup sehat maka diperlukan

kondisi lingkungan yang baik dan sehat. Oleh karena itu kondisi

lingkungan perlu diperhatikan benar-benar agar tidak merusak

kesehatan.

Perilaku terhadap kebersihan lingkungan merupakan respon

seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia.

d. Perilaku terhadap sakit dan penyakit

Perilaku terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana merespon

baik pasif serta rasa yang ada pada dirinya dan diluar dirinya,

maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan

sakit tersebut. Perilaku pencegahan penyakit, Perilaku pencarian

pengobatan, dan Pada dasarnya kesehatan tidak akan datang

dengan sendirinya maka dari itu dibutuhkan kesadaran dan peran

khusus dari dalam dirinya sendiri. Usaha tersebut adalah dengan

mengupayakan agar setiap individu maupun kelompok

mendapatkan suatu kesehatan yang optimal, sehingga dalam

pencapaian berperilaku hidup bersih dan sehat

tercapai secara baik (Notoatmodjo, 2007).

2
6. Penyakit Akibat PHBS yang buruk

PHBS sangat penting dalam menentukan kesehatan seseorang, karena

hamper semua penyakit sangat berhubungan erat dengan pencegahan

penyakit, seperti perilaku cuci tangan yang buruk sebelum makan dapat

menyebabkan diare pada seorang individu, berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Juliana (2018) didapatkan nilai p sebesar 0,004 (p < 0,05)

yang artinya terdapat hubungan antara sikap responden terhadap kejadian

diare pada siswa di SDN 1 Padangmatinggi Kota Padang Sidimpuan.

Berdsarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurul F, dkk (2019) dengan p

= 0.001 (p < 0.05) terdapat hubungan antara PHBS dan kejadian diare

akut dengan PR = 1,8 artinya tidak ber-PHBS merupakan salah satu

faktor risiko diare akut di SMP Plus Pesantren Baiturrahman Bandung

tahun 2019. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Raksanagaran

(2015) PHBS 0iberhubungan dengan kejadian diare, Demam berdarah,

dan angka bebas larva dalam rumah tangga di Kota Bandung tahun 2015.

Dalam hal pandemi saat ini PHBS seperti mencuci tangan dengan sabun

menggunakan air bersih dan mengonsumsi makanan bergizi sebagai

bentuk pencegahan penularan virus dan menghambat tertularnya dari

manusia ke manusia melalui droplet (Alia, 2020).

Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan penerapan PHBS


yang baik adalah Cocid- 19 yang merupakan adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) Covid-19
pada Desember 2021 di temukan 227 negara terkonfirmasi Covid-19
dengan pasien sebanyak 266.504.411. Di Indonesia Kementerian
Kesehatan RI melaporkan 70.736 kasus konfirmasi Covid-19 dengan
3.417 kasus

2
meninggal dan data positif covid per delapan desember 2021 terkonfirmasi
positif sebanyak 4.258.340. Untuk mengendalikan jumlah kasus Covid-19
tdi Indonesia melalui Kementrian Kesehatan membuat satu pedoman
pengendalian dan pencegahan Covid-19. Di dalam pedoman tersebut
masyarakat diminta untuk melakukan menjaga jarak, kebersihan tangan,
makanan bergizi, etika batuk dan bersin, pemakaian masker, dan
pembatasan aktivitas luar rumah (Kemenkes RI, 2020). Diantara perilaku
pencegahan COVID-19 ada beberapa perilaku yang masuk ke dalam
Perilaku Hidup dan Sehat yaitu kebersihan tangan dan makan makanan
serta minuman yang bergizi.

7. Peraturan perundang-undangan dan Program pemerintah

Pada tahun 1995 pemerintah membuat program perilaku hidup bersih

dan sehat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyatrakat yang

dimasukan ke dalam visi misi Indonesia sehat tahun 2010 juga

dicantumkan dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2010

sampai 2014 sampai akhirnya dijadikan indikator dalam Riskesdas 2007.

Lalu masuk ke program Indonesia sehat dengan pendekatan Keluarga

pada tahun 2008- 2013- 2018. Akhirnya Kemenkes membuat pedoman

umum dengan Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011. Tentang Pedoman

Pembinaan PHBS dan Pemerintah dan menyusun pedoman umum

pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif berdasarkan keputusan

menteri Kesehatan RI nomor 1529/Menkes/SK/X/2011 yang diharapkan

sikap desa dan kelurahan siaga aktif mempraktekan PHBS.

C. Santriwati
1. Pengertian Santri

Santri menurut KBBI (2012) adalah seseorang yang berusaha

mendalami agama islam dengan sungguh-sungguh atau serius.

2
Sedangkan menurut Nurcholish Madjid (2020) kata “santri” dapat

dilihat sebuah kata dari Bahasa sangsekerta dengan makna melek

huruf yang memiliki maksud bahwa santri jawa menggunakan kitab-

kitab kuning untuk medalami agama.

2. Karakteristik Santri

Karakteristik santri di antaranya mampu menghargai

keberagaman dan santri yang membangun negeri dengan penuh

rasa nasionalisme tinggi, karena para santri adalah pejuang di

bebagai bidang kehidupan.

Sekarang ini para santri bukan hanya belajar ilmu agama saja

melainkan juga sudah banyak yang menjadi insinyur, menjadi

dokter, menjadi dosen, menjadi pilot, dan sebagainmya. Jadi santri

bukan hanya menuntut ilmu tetapi juga memberi keteladanan yang

kuat.

Terdapat sepuluh karakter santri yaitu penuntut ilmu, kerja sama

yang saling mendukung, keteladanan, kepemimpinan,

pengorbanan, konstruktif dalam berpikir, persuasif dalam memberi

argumentasi, suka memberi baik morial maupun materil, dan suka

melayani (Amany Lubis, 2021).

D. Pesantren

1. Pengertian Pesantren

Pesantren adalah lembaga yang berbasis masyarakat dan didirikan oleh


perseorangan, yayasan, organisasi masyarakat islam, dan/atau masyarakat
yang menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.,
menyemaikan

2
akhlak mulai serta memegang teguh ajaran Islam rahmatan lil’alamin yang
tercermin dari sikap rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, dan nilai
luhur bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah islam,
keteladanan, dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sedangkan pendidikan pesantren merupakan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pesantren dan berada di lingkungan pesantren
dengan mengembangkan kurikulum sesuai dengan kekhasan Pesantren
dengan berbasis kitab kuning atau dirosah islamiah dengan pola pendidikan
mualimin (pesantren) (PRESIDEN RI, 2019). Jumlah pesantren di Indonesia
berdasarkan Pangkalan Data Pondok Pesantren Kemenag (2019) sebanyak
27.722 dan jumlah santri sebanyak 4.175.531 jiwa.

2. Tujuan Pesantren

Tujuan pesantren diselenggarakan dengan tujuan :

a. Membentuk individu yang unggul di berbagai bidang yang


memahami dan mengamalkan nilai ajaran agamanya dan /
atau menjadi ahli ilmu agama yang beriman, bertakwa,
beakhlak mulai, berilmu, mandiri, tolong menolong,
seimbang, dan moderat.
b. Membentuk pemahaman agama dan keberagamaan yang
moderat dan cinta tanah air serta membentuk perilaku yang
mendorong terciptanya kerukunan hidup beragama; dan
c. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berdaya
dalam memenuhi kebutuhan pendidikan warga negara dan
kesejahteraan sosial masyarakat (PRESIDEN RI, 2019).

E. PHBS di Pesantren

Pesantren dapat menambahkan indikator PHBS yang dirasakan perlu


untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami pesantren. Kesehatan
dan kebersihan merupakan hal yang mendapat perhatian besar dari agama
Islam. Bagaimana wujud perhatian Islam dalam memandang kebersihan dan
kesehatan juga tampak dalam berbagai kegiatan ibadah yang diiringi dengan

2
kewajiban membersihkan diri atau bersuci. Sebab, Allah SWT lebih
mencintai mukmin yang kuat dan sehat, daripada seorang mukmin yang
lemah.

Masih banyak dalil lain yang menunjukkan bahwa Islam sangat besar
perhatiannya terhadap kebersihan dan kesehatan. Artinya, terkait dengan
kedua hal ini memang bukanlah sesuatu yang asing bagi para santri atau
masyarakat pesantren. Namun, tidak dipungkiri jika dalam pengamalannya
sehari-hari di lingkungan pesantren banyak yang masih belum berjalan
dengan baik. Tidak lain penyebab utama penyakit tersebut rata-rata terjadi
juga oleh karena kondisi kebersihan diri santri dan sanitasi lingkungan yang
kurang baik. Oleh karena itu, meningkatkan PHBS Pesantren sangat penting
demi terciptanya para santri yang sehat (Purwanto, 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Amatiria (2017)


tentang PHBS dalam upaya mencegah penyakit kulit pada santri di Pondok
Pesantren Nurul Huda ditemukan bahwa santri yang memiliki perilaku cuci
tangan yang tidak baik sebesar 4,3 % dan perilaku baik sebesar 60 % serta
perilaku cuci tangan sangat baik sebesar 35,7 % sedangkan untuk perilaku
menjaga kebersihan lingkungan masih terdapat 5,7 % santri yang memiliki
perilaku yang tidak baik sebesar 5,7 % perilaku baik sebesar 38,6 % dan
perilaku sangat baik sebesar 55,7%. Kemudian berdasarkan penelitian yang
dilakukan Khafid, dkk (2019) pada gambaran PHBS di pondok pesantren
Nurul Huda Surabaya ditemukan bahwa santri yang masuk dalam kategori
PHBS buruk sebanyak 54,7 % dan santri yang sudah melakukan PHBS
dengan baik sebanyak 45,3 % ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Makful dan Pirawati (2019) dengan judul hubungan antara pengetahuan
santri tentang perilaku PHBS di Pondok Pesantren Khusus Putri Asy-syafiiah
Jakarta Timur ditemukan PHBS. santriwati mayoritas masuk ke dalam
kategori tidak baik sebesar 54 % dan PHBS baik sebesar 46 %. Terdapat pula
penelitian yang dilakukan Nurlaily dan Priyantiningsih (2020) tentang
Hubungan PHBS dengan kejadian scabies di Pondok Pesantren Nganggruk
Desa Bandungsari Ngaringan Kabupaten Grobogan tahun 2020 yang
menemukan PHBS santri yang buruk sebanyak 56,3 % dan santri yang
memiliki perilaku PHBS baik sebesar 43,7 %. Dalam penelitian yang

2
dilakukan oleh Ernyasih dan Sari

2
(2021) tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan PHBS pada Santri
MTS di Pondok Pesantren Al-amanah Al-gontory tahun 2020 juga
menemukan masih adanya santri yang memiliki PHBS yang buruk sebesar
43,4 % dan PHBS baik sebesar 56,7 %. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Yuliani dan Scorviana di gambarkan secara rinci gambaran PHBS Santri di
Rumah Qur’an Daar El Al-Hufaz di masa Pandemi Covid-19 (2022) yang
menemukan perilaku konsumsi makanan bergizi pada santri dengan kategori
tinggi sebesar 66 % kstegori sedang sebesar 31 % dan kategori rendah sebesar
3 %, olahraga teratur dan terstruktur santri dengan kategori tinggi sebesar
68,4 %, kategori sedang sebesar 30 % dan kategori rendah sebesar 2,6 %, lalu
dalam gambaran perilaku menghindari rokok santri yang masuk dalam
kategori tinggi sebesar 50 % kategori sedang 42 % dan kategori rendah
sebesar 8 %, dalam gambaran perilaku memberantas jentik terdapat santri
yang masuk dalam kategori tinggi sebesar 84 %, kategori sedang sebesar 10
% dan kategori rendah sebesar 6 %.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS di Pesantren

Berdasarkan Pedoman Pembinaan PHBS institusi pendidikan


dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan stimuli yang dapat merubah
perilaku seseorang setelah melalui proses adopsi yang
relatif lama. Pengetahuan adalah sesuatu yang
dikemukakan seseorang yang merupakan hasil dari tahu.
2. Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Dalam
kehidupan seharihari sikap merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap cenderung
merespon positif atau negatif terhadap suatu objek, dan
perubahan sikap atau perilaku tersebut dimulai dari
kepatuhan.

2
3. Sarana dan Prasarana
a. Sarana
Perilaku siswa di tatanan institusi pendidikan atau
sekolah dipengaruhi oleh keterampilan, sarana,
serta komitmen masyarakat dan pemerintah.
Sarana merupakan salah satu unsur masukan,
disamping tenaga. Sarana merupakan salah satu
didalam unsur-unsur pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di tatanan institusi pendidikan atau
sekolah.
b. Prasarana
Prasarana merupakan salah satu faktor pemungkin
yang dapat merubah perilaku seseorang seperti
fasilitas-fasilitas yang tersedia di institusi
pendidikan untuk mendukung suatu kegiatan
kesehatan.
4. Peraturan
Peraturan adalah suatu hokum yang dibuat untuk mengatur
seseorang dalam bertindak di suatu lingkungan akan tetapi
arti luas dari definisi putusan-putusan yang bersifat
administrative dan dapat dijadikan dasar kebijakan.
5. Dukungan dan Peran
Pelaksanaan PHBS di sekolah juga dapat berhasil melalui
dukungan dari semua pihak baik dari pejabat tinggi sampai
dengan masyarakat sekolah yang tinggal di lingkungan
sekolah. (Kementrian Kesesehatan, 2011).
PHBS di Pesantren Pada Saat Pandemi
PHBS di Pedantren pada masa pandemi COVID-19 tidak
berbeda jauh dengan PHBS pada saat kondisi normal,
namun terdapat penambahan beberapa indicator PHBS
dalam

3
penyelenggaraan di Sekolah. Berikut merupakan indikator
PHBS di Sekolah Pada Saat Pademi COVID-19 :
a. Cuci Tangan Dengan Sabun
Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun dengan air mengalir
hendaknya disiapkan di gerbang sekolah, toilet/jamban,
kantin, kelas, dan ditempat strategis lainnya. Sehingga
peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
dapat mencuci tangan sebelum masuk sekolah dan
selama berkegiatan di sekolah. Pastikan seluruh bagian
tangan tercuci hingga bersih, termasuk punggung
tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari, dan kuku,
setelah itu keringkan (Kominfo, 2021). Berikut
merupakan cara cuci tangan yang baaik benar

Gambar 2. 4 Bagaimana Gambar CTPS yang Benar


Sumber : (Kominfo, 2021)
b. Pakai Masker
COVID-19 menyebar terutama dari orang ke orang
melalui tetesan kecil dari saluran pernapasan. Droplet
ini kemudian dapat mendarat di mulut, hidung, atau
mata orang yang berada di dekat Anda yang
mungkin

3
menghirup droplet ini. Masker merupakan penghalang
sederhana untuk membantu mencegah droplet
pernapasan seseorang mencapai orang lain (Kominfo,
2021).
c. Jaga Jarak
Salah satu langkah penting untuk memutus mata rantai
penyebaran virus COVID-19. COVID- 19 bisa
berakibat fatal pada pada usia produktif. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara tidak berkerumun dan selalu jaga
jarak sekitar 1,5 meter. Opsi yang memungkinkan
adalah melakukan pembatasan jumlah dalam kelompok
belajar, mengatur jadwal kegiatan peserta didik saat
pandemi; pengaturan jam masuk, istirahat, dan pulang;
pengaturan jarak meja kursi; pengaturan ventilasi ruang
belajar; membawa alat-alat pribadi untuk digunakan
sendiri seperti: alat tulis, hand sanitizer, botol minum,
kotak makan dan peralatan makan (Kominfo, 2021).

3
Gambar 2. 5 Posisi Kursi dan Meja di Ruang Kelas
Sumber : (Kominfo, 2021)

d. Gunakan Tempat Sampah


Tempat sampah harus dalam keadaan tertutup berada di
ruang kelas, selasar jamban, kantin, halaman dan di
lokasi strategis lainnya, dikosongkan setiap hari
menggunakan sistem pengelolaan sampah. Ciptakan
budaya untuk membuang sampah pada tempatnya
sesuai kategorinya (Kominfo, 2021).
e. Jaga Kebersihan Jamban
Ketersediaan jamban yang mencukupi perbandingannya
adalah siswa perempuan 1 jamban untuk 25 siswi dan
laki-laki 1 jamban untuk siswa 40 siswa. Disamping itu
juga siswa harus menjaga kebersihan jamban yang
digunakan (Kominfo, 2021). Berikut cara menjaga
kebersihan jamban

3
Gambar 2. 6 Prosedur Pembersihan Toilet
Sumber : (Kominfo, 2021)
f. Pastikan MKM yang Ideal
Peserta didik perempuan harus dapat menggunakan
pembalut yang bersih, dapat diganti sesering mungkin
selama periode menstruasi dan memiliki akses untuk
pembuangannya serta dapat mengakses jamban, sabun,
air untuk membersihkan diri dalam kondisi nyaman dan
privasi yang terjaga (Kominfo, 2021).

3
Gambar 2. 7 Cara MKM yang Benar
Sumber : (Kominfo, 2021)
g. Gosok Gigi
Menurut World Health Organization dan World Dental
Federation , gosok gigi dengan pasta gigi berfluoride
adalah cara paling praktis untuk mencegah gigi
berlubang. Gigi berlubang tidak dapat sembuh dengan
sendirinya. Akibatnya, lubang tersebut akan menetap
seumur hidup dan mempengaruhi kesehatan dan
kualitas hidup seseorang

3
Gambar 2. 8 Cara Menggosok Gigi yang Benar
Sumber : (Kominfo, 2021)
h. Gunakan Air Bersih

Gambar 2. 9 Kriteria Air Bersih


Sumber : (Kominfo, 2021)
i. Minum Obat Cacing Secara Berkala
Penyakit cacingan sangat sering menyerang anak-anak
usia sekolah di negara berkembang. Penyakit cacingan
yang dibiarkan dapat menimbulkan anemia dan

3
mengakibatkan perkembangan mental yang kurang baik.
Jika anak-anak menderita cacingan, maka mereka akan
kehilangan energi dan kemampuan berkonsentrasi.
Akibatnya, mereka selalu merasa lelah dan tidak dapat
berpartisipasi aktif di kelas. Pergi ke sekolah menjadi
kegiatan yang sangat melelahkan bagi anak yang
cacingan (Kominfo, 2021).
j. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur dengan Ceria

Aktivitas fisik secara teraur dengan ceria bermanfaat


bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran,
mengendalikan berat badan, mengendalikan tekanan
darah, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan
fungsi jantung, paru dan otot. Aktivitas fisik tidak harus
selalu berupa olahraga, segala macam aktivitas seperti
bermain juga termasuk dalam melakukan aktivitas fisik.
Manfaat aktivitas fisik lainnyayang mungkin juga kita
tidak sadari adalah meningkatnya fungsi otak serta
terjaganya daya ingat dan keterampilan berpikir. Hal ini
perlu kita terapkan pada peserta didik sedini mungkin
(Kominfo, 2021)

k. Konsumsi Makanan Sehat dan Bergizi


Anak sekolah membutuhkan gizi setiap harinya, yang
diperoleh dari berbagai makanan dan minuman, yang
digunakan sebagai sumber energi, pertumbuhan,
mengganti sel-sel yang rusak, dan untuk menjaga
Kesehatan. Kebutuhan gizi setiap orang berbeda sesuai
dengan jenis kelamin, kelompok usia, aktivitas fisik,
dan kondisi fisiologisnya. Untuk mencapai gizi
seimbang perlu mengonsumsi beraneka
ragam pangan, membiasakan perilaku
hidup bersih, melakukan aktivitas fisik dan memantau
berat badan secara teratur (Kominfo, 2021).

3
G. Kerangka Teori

Basbatle (2002) mengatakan teori PRECEDE-PROCEED terdiri


dari Sembilan tahapan yaitu diagnosis sosial, diagnosis epidemiologi,
identifikasi faktor non perilaku, identifikasi faktor yang berhubungan
dengan perilaku (predisposing, enabling, reinforcing), rencana intervensi,
dan diagnosis administrasi untuk pengembangan dan pelaksanaan program
serta evaluasi.

Gambar 2. 10 Teori PRECED-PROCEED Lawrence W. Green dan Marshall W. Kreuter

Evalua Evalua
si si Evaluasi Hasil
Prose Damp

Faktor Persdiposisi
PHBS di Sekolah
1. Sikap
2. Pengetahuan  Cuci Tangan pakai sabun
3. Usia  Perilaku pakai masker
4. Lama Mukim  Perilaku jaga jarak
 Perilaku membuang sampah Kesehatan
Faktor Pemungkin  Perilaku penggunaan jamban
 Perilaku MKM
1. Ketersedia  Perilaku gosok gigi
an air  Perilaku penggunaan air bersih
bersih  Perilaku meminum obat
2. Ketersediaan cacing secara berkala
tempat  Aktivitas fisik
Faktor Pendorong  Konsumsi makanan sehat
dan bergizi .
Ketersediaan
petugas kebersihan

3
a. Fase Pertama Fase Pertama: Diagnosis sosial merupakan fase penentuan
persepsi individu/masyarakat dalam penentuan kebutuhan serta kualitas
hidupnnya, selain itu diagnosis sosial merupakan penekanan pada
identifikasi masalah sosial di masyarakat. Penilaian indikator sosial
didaarkan data sensus atau dengan mengumpulkan data langsung dari
masyarakat, atau melalui wawancara, survei atau FGD.
b. Fase Kedua: Diagnosis epidemiologi merupakan fase untuk
mengidentifikasi siapa dan kelompok mana yang terkena massalah
kesehatan (Umur, jenis kelamin, lokasi, suku, lainnya), bagaimana
pengaruh masalah kesehatan tehadap diri seseorang, bagaimana cara
menanggulangi masalah kesehatan tersebut (imunisasi/perawatan,
perubahan lingkungan dan perilaku). Pada diagnosis sosial digambarkan
secara lokal, hingga nasional mengenai faktor kesehatan yang
mempengaruhi kualitas hidup.
c. Fase Ketiga: Identifikasi faktor faktor perilaku dan lingkungan yang
berhubungan dengan masalah kesehatan yang ada pada fase fase
sebelumnya. Faktor lingkungan, Kepercayaan dan pengetahuan ngan di
identifikasi sebagai faktor luar yang berhubungan dengan masalah
kesehatan dan kualitas hidup sehingga harus dikontrol untuk dapat
menanggulangi masalah tersebut.
d. Fase Keempat: Identifikasi faktor faktor yang secara langsung memiliki
dampak terhadap perilaku dan lingkungan yang dapat digambarkan
melalui tiga aspek yaitu: faktor predisposisi (terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya), faktor
pendukung (meliputi sumber daya), faktor pendorong (meliputi tokoh
masyarakat, petugas kesehatan serta pihak yang berpengaruh di
masyarakat).
e. Fase kelima: Tahapan penilaian terhadap kebijakan dan administrasi dan
sumberdaya dalam pengembangan program.
f. Fase Keenam: Merupakan tahapan pengembangan dan peencanaan
program intervensi.
g. Fase Ketujuh: Merupakan tahapan evaluasi proses yang dilakukan
terhadap intervensi dalam perilaku atau lingkungan.

3
h. Fase Kedelapan: Merupakan tahapan evaluasi dampak yang dilakukan
terhadap intervensi dalam perilaku atau lingkungan.
i. Fase Kesembilan: Fokus pada evaluasi terakhir sama dengan evaluasi
dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.
Menurut Basbatle (2002), Teori Lawrence W. Green dan Marshal W.
Kreuter (1991) mengenai masalah kesehatan dapat diteliti dengan
mempertimbangkan faktor perilaku dan non perilaku yang berhubungan
dengan terjadinya masalah kesehatan

4
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi
Usia
Pendidika
Lama PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRIWATI DI PESANTREN X
mukim Cuci Tangan pakai sabun
Perilaku pakai masker
Perilaku jaga jarak
Perilaku membuang sampah
Faktor Pemungkin: Perilaku penggunaan jamban
Sarana dan Prasarana Pesantren Perilaku MKM
Status Vaksin
Perilaku gosok gigi
Perilaku meminum obat cacing
secaraKesehatan
berkala
Aktivitas fisik

Faktor Pendorong :
Sikap
petugas kebersiha
Orang tua

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada santriwati di Pesantren X yang


merupakan kelompok rentan terhadap penularan Covid-19. Selain itu peneliti
ingin menilai faktor presdiposisi yaitu usia, pendidikan, dan lama mukim
santriwati, faktor pemungkin yaitu sarana-prasarana pesantren dan status vaksin
juga PHBS yang dijalankan santriwati.

Berdasarkan bagan diatas variabel faktor pendorong tidak diteliti


disebabkan peneliti memiliki keterbatasan waktu penelitian serta penjengukan

4
santriwati yang berbeda-beda sehingga jika diteliti membutuhkan waktu yang
cukup lama. Pada variabel PHBS penggunaan air bersih dan konsumsi makanan
sehat dan bergizi juga tidak diteliti karena air yang digunakan santri adalah air
yang sama sehingga bersifat homogen dan makanan yang dikonsumsi juga
bersifat homogen sehingga sulit untuk melakukan assessment terhadap variabel
tersebut.

4
B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
1 Usia Lama waktu hidup atau Wawancara Kuesioner Numerik Tahun
ada (sejak dilahirkan atau Terstruktur
diadakan) dalam tahun
(KBBI, 2012).
2 Pendidikan Status pendidikan atau Wawancara Kuesioner Nominal 1. SMP
pelatihan yang diberikan Terstruktur 2. SMA
secara terorganisasi dan
berjenjang (KBBI, 2012).
3 Lama Mukim Lama tinggal Santriwati Wawancara Kuesioner Numerik Bulan
Pesantren X di Kabupaten Terstruktur
Bogor tahun 2022.
4 Status Vaksin Status Vaksin Covid-19 Wawancara Kuesioner Nominal 1. Tidak Pernah
yang pernah dilakukan Terstruktur 2. Vaksin 1
Santriwati Pesantren X 3. Vaksin 2
Kabupaten Bogor tahun 4. Vaksin Booster
2022.

4
5 Perilaku Perilaku Santriwati Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Buruk (Total Skor <
Mencuci Pesantren X di Terstruktur Median)
Tangan dengan Kabupaten Bogor tahun 2. Baik (Total Skor ≥
sabun 2022 dalam mencuci Median)
tangan dengan air bersih
yang mengalir dan
menggunakan sabun atau
hand sanitizer sebelum
dan sesudah melakukan
aktivitas
(Kemenkes RI, 2014).
6 Perilaku Perilaku Santriwati Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Buruk (Total Skor <
Penggunaan Pesantren X di terstruktur Median)
Masker Kabupaten Bogor tahun 2. Baik (Total Skor ≥
2022 dalam penggunaan Median)
masker yang menutupi
hidung dan mulut dan
menghindari menyentuh
wajah, mulut, mata dan
hidung di
tempat umum dan

4
kerumunan (Kominfo,
2021).
7 Perilaku Jaga Perilaku Santriwati Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Buruk (Total Skor <
Jarak Pesantren X di terstruktur Median)
Kabupaten Bogor tahun 2. Baik (Total Skor ≥
2022 dalam mengurangi Median)
kerumunan dan selalu
menjaga jarak sekitar 1,5
meter
(Kominfo, 2021)
8 Perilaku Perilaku Santriwati Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Buruk (Total Skor <
Membuang Pesantren X di terstruktur Median)
Sampah Kabupaten Bogor tahun 2. Baik (Total Skor ≥
2022 dalam membuang Median)
sampah pada tempat
sampah secara rutin
menggunakan
masker (Kemenkes RI,
2014).

4
9 Perilaku Kebiasaan Santriwati Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Buruk (Total Skor <
Penggunaan Pesantren X di terstruktur Median)
Jamban Kabupaten Bogor tahun 2. Baik (Total Skor ≥
2022 penggunaan Median)
dalam
jamban untuk buang air
besar dan buang air kecil
dan kemudian
menyiramnya hingga
bersih dan menutupnya
kembali (Kemenkes RI,
2019)
10 Perilaku MKM Perilaku Santriwati Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Buruk (Total Skor <
Pesantren X di terstruktur Median)
Kabupaten Bogor tahun 2. Baik (Total Skor ≥
2022 dalam mengganti Median)
pembalut empat jam
sekali dan penggunakan
pembalut yabg
bersih serta
memiliki akses untuk

4
pembuangannya
(Kominfo, 2021).
11 Perilaku Perilaku Santriwati Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Buruk (Total Skor <
Menggosok Pesantren X di terstruktur Median)
Gigi Kabupaten Bogor tahun 2. Baik (Total Skor ≥
2022 dalam menggosok Median)
gigi maju mundur pada
bagian atas dan bawah
permukaan gigi dan
merasakan dengan lidah
apakah semua gigi sudah
berasa licin dan bersih
(Kominfo, 2021).

12 Perilaku Perilaku Santriwati Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Buruk (Total Skor <
Mengonsumsi Pesantren X di terstruktur Median)
Obat Cacing Kabupaten Bogor tahun 2. Baik (Total Skor ≥
Berkala 2022 dalam meminum Median)
obat cacing
secara berkala minimal 2

4
kali dalam setahun
(Kominfo, 2021).
13 Aktivitas Fisik Olahraga yang dilakukan Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Buruk (Total Skor <
Teratur baik di saat pelajaran terstruktur Median)
atau di waktu luang dan 2. Baik (Total Skor ≥
menyempatkan untuk Median)
berjemur di pagi hari
(KEMENKES, 2020)

4
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan menggunakan metode penelitian dengan
desain penelitian potong lintang atau Cross Sectional suatu penelitian
untuk melihat kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dengan
suatu pendekatan observasi ataupun dengan pengumpulan data pada suatu
saat tertentu dan penelitian menggunakan analisis deskriptif yaitu
penelitian yang dilakukan oleh sekumpulan objek yang umumnya
memiliki tujuan untuk melihat gambaran suatu fenomena yang salah
satunya termasuk fenomenan dalam hal kesehatan yang terjadi di suatu
populasi dan dilengkapi dengan observasi lanngsung sarana dan prasarana
(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui
Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Santriwati Pesantren
X Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada santriwati Pesantren X di Kabupaten
Bogor pada bulan April - Juli 2022.

3. Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah Seluruh Santriwati Pesantren X di
Kabupaten Bogor tahun 2022. Sampel penelitian ini merupakan sebagian
dari santriwati di pesantren X di kabupaten Bogor Tahun 2022. Adapun
beberapa kriteria inklusi dan eksklusi pada sampel adalah sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi
Bermukim atau tinggal di pesantren selama minimal 12 bulan
atau satu tahun (BPS, 2020).
b. Kriteria eksklusi
1. Sakit atau dalam kondisi yang menyebabkan tidak bisa
menjawab pertanyaan dalam kuesioner.

49
2. Tidak bersedia menjadi responden

Sampel merupakan jumlah suatu unit atau satuan sebagai responden yang
akan diteliti dalam suatu penelitian. Dilakukannya perhitungan sampel ini untuk
menentukan julah responden yang dapat menggambarkan populasi dalam
mencapai tujuan penelitian (Pourhoseingholi, M. A. dkk.,). Perhitungan sampel
pada penelitian ini menggunakan rumus perhitungan sampel studi prevalensi
(Lwanga,
S. K. dkk., 1991) hasil perhitungan ditunjukan pada tabel 4.1

𝑍2 𝛼
1− . 𝑃 (1−𝑃)
2
n= 𝑑2

n = Besar sampel minimal

Z1- α/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan (CI) 95 % dengan α =

0.05 P = Prevalensi

d = Presisi = 0.05

Tabel 4. 1 Perhitungan Sampel Penelitian

Variabel Jurnal Prevalensi Sampel

Perilaku cuci (Fitriani dkk., 20,3 % 162


tangan buruk 2021)
Perilaku (Yuliani & 34 % 252
mengonsumsi Scorviana, 2022)
makanan dan
minuman buruk
Perilaku (Yuliani & 55 % 252
penggunaan Scorviana, 2022)
jamban yang
buruk

50
Perilaku (Yuliani & 55 % 252
membuang Scorviana, 2022)
sampah buruk
Perilaku aktivitas (Yuliani & 32 % 217
fisik yang buruk Scorviana, 2022)
Perilaku (Fitriani dkk., 14,6 % 124
penggunaan 2021)
masker yang
buruk

Berdasarkan tabel diatas maka sampel yang akan diambil menjadi sampel
penelitian adalah sampel terbanyak yaitu sebesar 252 sampel dan ditambahkan 10
% sehingga sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 278 sampel penelitian.

4. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple

random sampling yaitu metode penarikan dari suatu kumpulan atau

populasi dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau

kelompok memmiliki peluang yang sama rata untuk terpilih menjadi

sampel penelitian (Bagus Sumargo, 2020). Sampel dalam penelitian ini

berasal dari populasi santriwati SMP SMA Pesantren X di Kabupaten

Bogor Tahun 2022 yang mana memiliki peluang yang sama dalam

pengambilan sampel. Cara pengambilan sampel adalah dengan

menggunakan list absensansi seluruh santri dan diambil secara random

melalui kocokan sehingga terpilih 272 sampel penelitian.

5. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan variabel

Usia, Pendidikan, Lama Mukim, Status Vaksin, Perilaku CTPS, Perilaku

51
Penggunaan Masker, Perilaku Jaga Jarak, Perilaku Membuang Sampah,

Perilaku Penggunaan Jamban, Perilaku MKM, Perilaku Gosok Gigi,

Perilaku Minum Obat Cacing, Aktivitas Fisik, Santriwati Pesantren X pada

masa pendemi di Bogor Tahun 2022. Untuk mengumpulkan data tersebut

digunakan kuesioner bersifat tertutup, yaitu responden hanya diminta

untuk memilih jawaban yang tersedia dan observasi langsung

menggunakan handphone untuk mengambil gambar keadaan sarana dan

prasarana yang tersedia. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

yang terdiri dari satu pertanyaan untuk variabel usia, pendidikan, lama

mukim dan status vaksin, delapan pertanyaan untuk variabel Cuci Tangan

Pakai Sabun, Sembilan pertanyaan untuk variabel Penggunaan Masker,

enam pertanyaan untuk variabel Perilaku Jaga Jarak, lima pertanyaan

untuk variabel Perilaku Membuang Sampah, Aktivitas Fisik, empat

pertanyaan untuk variabel Perilaku Gosok Gigi, Perilaku Penggunaan

Jamban, dan Perilaku MKM yang ideal , serta tiga pertanyaan untuk

variabel Perilaku mengonsumsi Obat Cacing. Pertanyaan tersebut

memiliki 4 alternatif pilihan jawaban, yaitu : Selalu (S), Sering (Sr),

Kadang-Kadang (Kd), dan Tidak Pernah (TP). Dan untuk air bersih

digunakan lembar pengukuran kualitas fisik air. Proses pengumpulan data

dilakukan dengan peneliti mengirimkan link Google Form kepada

responden, kemudian responden mengisi Google Form yang tersedia.

Kuesioner ini dapat menilai variabel yang akan diteliti dan merupakan

kuesioner terbaru yang dibuat oleh peneliti.

Dalam pengolahan data dilakukan tahapan-tahapan berikut :

1. Pemeriksaan Data (Editing)

52
Memeriksa kelengkapan data seluruh variabel Usia, Pendidikan,

Lama Mukim, Status Vaksin, Perilaku CTPS, Perilaku Penggunaan

Masker, Perilaku Jaga Jarak, Perilaku Membuang Sampah, Perilaku

Penggunaan Jamban, Perilaku MKM, Perilaku Gosok Gigi, Perilaku

Minum Obat Cacing, Aktivitas Fisik yang telah dikumpulkan melalui

daftar pertanyaan pada kuesioner.

2. Pemberian Kode (Coding)

Pengkodingan data yaitu memeriksa kuesioner dengan

mengklasifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing pertanyaan

sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Dalam penelitian ini kode

diberikan dari melalui pilihan jawaban penelitian sebagai berikut : Selalu

(S) dengan skor 4, Sering (Sr) dengan skor 3, Kadang-Kadang (Kd)

dengan skor 2, dan Tidak Pernah (TP) dengan skor 1. Dari hasil

penjumlahan tersebut di dapatkan hasil kode 1. Dan pertanyaan yang

minus kebalikannya Baik dengan jumlah nilai 50 sampai 100 dan kode 2.

untuk pengkategorian data saya menggunakan cut of poin nilai median

karena distribusi data tidak normal.

3. Pemasukan Data (Data Entry)

Memasukan data variabel variabel Usia, Pendidikan, Lama Mukim,

Status Vaksin, Perilaku CTPS, Perilaku Penggunaan Masker, Perilaku

Jaga Jarak, Perilaku Membuang Sampah, Perilaku Penggunaan Jamban,

Perilaku MKM, Perilaku Gosok Gigi, Perilaku Minum Obat Cacing,

Aktivitas Fisik

53
yang telah di dapat dengan aplikasi SPSS untuk kemudian dilakukan

analisa univariat.

4. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Pembersihan data dilakukan untuk mengecek kembali data variabel

variabel Usia, Pendidikan, Lama Mukim, Status Vaksin, Perilaku CTPS,

Perilaku Penggunaan Masker, Perilaku Jaga Jarak, Perilaku Membuang

Sampah, Perilaku Penggunaan Jamban, Perilaku MKM, Perilaku Gosok

Gigi, Perilaku Minum Obat Cacing, Aktivitas Fisik yang telah dimasukan.

Tahapan ini berfungsi untuk melihat apakah ada data yang masih kurang

lengkap atau salah dalam proses pemasukan data.

1. Teknik analisa data

Analisis data Analisa data dalam penelitian ini dilakukan

dengan bantuan SPSS dan dilakukan dengan analisa

univariat.dilakukan untuk mendeskripsikan proporsi semua variabel

variabel Usia, Pendidikan, Lama Mukim, status vaksin, Perilaku

Mencuci Tangan Pakai Sabun (CPTS), Perilaku Penggunaan Masker,

Perilaku Menjaaga Jarak, Perilaku Membuang Sampah, Perilaku

Penggunaan Jamban, Perilaku MKM, Perilaku Gosok Gigi, Perilaku

Meminum Obat Cacing, dan Aktivitas Fisik. Hasil univariat ini

berupa distribusi frekuensi dari setiap variabel dan ditampilkan

dalam bentuk tabel.

54
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Pesantren X merupakan Pesantren Khusus putri yang berdiri sejak
tahun 2008 dengan luas 4.576 m2 dan terletak di Kabupaten Bogor
perbatasan dengan Kota Bekasi dan Kota Jakarta Timur yang merupakan
sekolah berbasis sekolah yang dikombinasikan dengan ajaran pesantren
dengan jumlah santriwati pada bulan Juni sebanyak 374 santriwati yang
berasal dari berbagai daerah dengan usia yang variatif dan lama mukim
yang berbeda.

Pada kondisi pandemi Covid-19 saat ini Pesantren X mempunyai


kebijakan untuk santiwati agar melakukan tes antigen sebelum mukim di
Pesantren dan mewajibkan seluruh santriwati untuk melaksanakan vaksin
satu terlebih dahulu. Dalam hal pandemic Covid-19 ini pula salah satu
guru ditunjuk sebagai bagian kesehatan dalam penanganan Covid-19 dan
pemberian Hizbul Hindi setiap pagi kepada seluruh santiwati sebagai
bentuk pencegahan Covid-19 secara herbal.

B. Gambaran Karakteristik responden

Berikut merupakan hasil gambaran karakteristik responden berupa

data distribusi frekuensi usia dan lama mukim yang disajikan pada tabel

4.1, pendidikan terakhir disajikan pada tabel 4.2, status vaksin pada tabel

4.3 di bawah ini :

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Usia dan Lama Mukim Santriwati di


Pesantren X di Kabupaten Bogor Tahun 2022

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal

Usia 15,37 1,608 13-18


Lama Mukim 25,94 15,759 12-60

55
Berdasarkan tabel 4. 1 diketahui bahwa ratarata responden dalam

penelitian ini adalah responden berumur 15,37 tahun dengan standar

deviasi sebesar 1,608 dan nilai minimal-maksimal adalah sebesar 13-18

tahun. Sedangkan untuk variabel lama mukim memiliki ratarata 24,08

bulan dengan standar deviasi sebesar 15,759 dan nilai minimal-maksimal

sebesar 12-60 bulan.

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Santriwati di Pesantren


X di Kabupaten Bogor Tahun 2022

Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)


SMP 162 58,3

SMA 116 41,7

Total 278 100

Berdasarkan pada tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang

memiliki pendidikan SMP sebesar 58,3 % sedangkan responden yang

memiliki pendidikan terakhir SMA sebesar 41,7 %.

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Status Vaksin Covid-19 Santriwati di


Pesantren X di Kabupaten Bogor Tahun 2022

Status Vaksin Jumlah (n) Persentase ( % )


Belum Pernah 0 0
Vaksin Pertama 2 0,7
Vaksin Kedua 78 28,1
Vaksin Booster 198 71, 2
TOTAL 278 100

56
Berdasarkan pada tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang
memiliki status vaksin pertama adalah 0,7 %, responden yang memiliki
status vaksin kedua sebanyak 28,1 %, sedangkan responden yang memiliki
status vaksin booster sebanyak 71,2 %.

C. Gambaran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun

Berikut merupakan hasil gambaran perilaku cuci tangan pakai


sabun santriwati yang disajikan pada tabel 4.4 di bawah ini :

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun


Pada Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 di
Kabupaten Bogor Tahun 2022

Perilaku Cuci Jumlah (n) Persentase (%)


Tangan Pakai Sabun
Buruk 139 50

Baik 139 50

TOTAL 278 100

Berdasarkan pada tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang


memiliki perilaku cuci tangan pakai sabun yang baik dan buruk masing-
masing sebesar 50 %.

Berikut ini hasil observasi langsung sarana-prasarana perilaku cuci


tangan pakai sabun :

57
Gambar 4. 1 Sarana Hanndsanitizer di
Setiap Depan Ruang Kelas

Gambar 4. 2 Gambar Tempat Cuci


Tangan di depan Gerbang Masuk
Sekolah

Gambar 4. 3 Stiker Peraturan di


Depan Pintu Masuk Sekolah

58
Gambar 4. 4 Stiker Cara Cuci
Tangan Pakai Sabun Tanpa Sentuh

D. Gambaran Perilaku Penggunaan Masker

Berikut merupakan hasil gambaran perilaku penggunaan masker


santriwati yang disajikan pada tabel 4.6 di bawah ini :

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Masker Pada


Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten
Bogor Tahun 2022

Perilaku Penggunaan Jumlah (n) Persentase (%)


Masker
Buruk 135 48,6

Baik 143 51,4

TOTAL 278 100

Berdasarkan pada tabel 4.6 diketahui bahwa responden yang


memiliki perilaku penggunaan masker yang baik sebesar 51,4 % dan buruk
sebesar 48,6 %.

Berikut ini hasil observasi langsung sarana-prasarana penggunaan


masker :

59
Gambar 4. 5 Stiker Peraturan di
Depan Pintu Masuk Sekolah

Gambar 4. 6 Banner Aturan Protokol


Kesehatan di Depan Pintu Masuk
Gedung

E. Gambaran Perilaku Jaga Jarak

Berikut merupakan hasil gambaran perilaku jaga jarak santriwati


yang disajikan pada tabel 4.7 di bawah ini :

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Perilaku Jaga Jarak Pada Santriwati


Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor
Tahun 2022

Perilaku Jaga Jarak Jumlah (n) Persentase (%)

Buruk 133 47,8

Baik 145 52,2

TOTAL 278 100

Berdasarkan pada tabel 4.7 diketahui bahwa responden yang


memiliki perilaku Jaga Jarak yang baik sebesar 52,2 % dan buruk sebesar
47,8 %.

60
Gambar 4. 7 Stiker Memasuki Kawasan
Taat Protokol Kesehatan

Gambar 4. 8 Arah Tangga Naik dan


Turun

Gambar 4. 9 Arah jalan Masuk dan


Keluar Gedung

61
Gambar 4. 10 Bangku di Depan
Recepsionist

F. Gambaran Perilaku Membuang Sampah

Berikut merupakan hasil gambaran perilaku membuang sampah


santriwati yang disajikan pada tabel 4.8 di bawah ini :

Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Perilaku Membuang Sampah


Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten
Bogor Tahun 2022

Perilaku Membuang Jumlah (n) Persentase (%)


Sampah
Buruk 109 39,2

Baik 169 60,8

TOTAL 278 100

62
Berdasarkan pada tabel 4.8 diketahui bahwa responden yang
memiliki perilaku membuang sampah yang buruk sebesar 39,2 % dan
buruk sebesar 60,8 %.

Gambar 4. 11 Tempat sampah di depan


Gerbang Masuk

Gambar 4. 12 Tempat Sampah di Depan


Kelas

63
Gambar 4. 13 Tempat Sampah di Depan
Receptionist

Gambar 4. 14 Stiker Buang Sampah


Pada Tempatnya

G. Perilaku Penggunaan Jamban


Berikut merupakan hasil gambaran perilaku penggunaan jamban
santriwati yang disajikan pada tabel 4.9 di bawah ini :

Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Jamban


Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten
Bogor Tahun 2022

Perilaku Penggunaan Jumlah (n) Persentase (%)


Jamban
Buruk 93 33,5

64
Baik 185 66,5

TOTAL 278 100

Berdasarkan pada tabel 4.9 diketahui bahwa responden yang


memiliki perilaku penggunaan jamban yang buruk sebesar 33,5 % dan
baik sebesar 66,5 %.

Gambar 4. 15 Kamar Mandi Asrama

Gambar 4. 16 Kamar Mandi Sekolah

65
H. Gambaran Perilaku MKM
Berikut merupakan hasil gambaran perilaku MKM santriwati yang
disajikan pada tabel 4.10 di bawah ini :

Tabel 4. 9 Distribusi Frekuensi Perilaku MKM Santriwati Pesantren


X Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022

Perilaku MKM Jumlah (n) Persentase (%)

Buruk 109 39,2

Baik 169 60,8

TOTAL 278 100

Berdasarkan pada tabel 4.10 diketahui bahwa responden yang


memiliki perilaku MKM yang buruk sebesar 39,2 % dan baik sebesar 60,8
%.

I. Gambaran Perilaku Menggosok Gigi


Berikut merupakan hasil gambaran perilaku Menggosok gigi santriwati
yang disajikan pada tabel 4.11 di bawah ini :

Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Perilaku Menggosok Gigi Santriwati


Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022

Perilaku Menggosok Jumlah (n) Persentase (%)


Gigi
Buruk 130 46,8

Baik 148 53,2

TOTAL 278 100

Berdasarkan pada tabel 4.11 diketahui bahwa responden yang


memiliki perilaku menggosok gigi yang buruk sebesar 46,8 % dan baik
sebesar 53,2 %.

66
J. Gambaran Perilaku Minum Obat Cacing
Berikut merupakan hasil gambaran perilaku minum obat cacing santriwati
yang disajikan pada tabel 4.12 di bawah ini :

Tabel 4. 11 Distribusi Frekuensi Perilaku Minum Obat Cacing Santriwati


Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022

Perilaku Minum Jumlah (n) Persentase (%)


Obat Cacing
Buruk 130 46,8

Baik 148 53,2

TOTAL 278 100

Berdasarkan pada tabel 4.12 diketahui bahwa responden yang


memiliki perilaku minum obat cacing yang buruk sebesar 46,8 % dan baik
sebesar 53,2 %.

K. Gambaran Aktivitas Fisik


Berikut merupakan hasil gambaran aktivitas fisik santriwati yang disajikan
pada tabel 4.13 di bawah ini :

Tabel 4. 12 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Santriwati Pesantren X


Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor Tahun 2022

Aktivitas Fisik Jumlah (n) Persentase (%)

Buruk 114 41

Baik 164 59

TOTAL 278 100

Berdasarkan pada tabel 4.13 diketahui bahwa responden yang


memiliki aktivitas fisik yang buruk sebesar 41 % dan baik sebesar 59 %.

67
Gambar 4. 17 Lapangan Sekolah

Tabel 4. 13 Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun


Berdasarkan Pendidikan Santriwati Pesantren X Pada Masa
Pandemi Covid-19 Kabupaten Bogor Tahun 2022

Pendidikan Perilaku Cuci Tangan Pakai


Sabun Total
Buruk Baik
n % n % N %
SMP 84 30,2 78 28,1 162 58,3
SMA 55 19,8 61 21,9 116 41,7
Total 139 50 139 50 278 100

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dari 278 responden 30,2%
santriwati dengan pendidikan SMP memiliki perilaku cuci tangan yang buruk.

Tabel 4. 14 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Masker Berdasarkan


Pendidikan Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022

Pendidikan Perilaku Penggunaan Masker


Total
Buruk Baik
n % n % N %
SMP 79 28,4 83 29,9 162 58,3
SMA 56 20,1 60 21,6 116 41,7
Total 135 48,6 143 51,4 278 100

68
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 29,9 %
santriwati dengan pendidikan SMP memiliki perilaku penggunaan masker yang
baik.

Tabel 4. 15 Distribusi Frekuensi Jaga Jarak Berdasarkan Pendidikan


Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten Bogor
Tahun 2022

Pendidikan Perilaku Jaga Jarak


Total
Buruk Baik
n % n % N %
SMP 81 29,1 81 29,1 162 58,3
SMA 52 18,7 64 23 116 41,7
Total 133 47,8 145 52,2 278 100

Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa dari 278 responden 29,1 %
santriwati dengan pendidikan SMP memiliki perilaku jaga jarak buruk dan baik.

Tabel 4. 14 Distribusi Frekuensi Perilaku Membuang Sampah Berdasarkan


Pendidikan Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022

Pendidikan Perilaku Membuang Sampah


Total
Buruk Baik
n % n % N %
SMP 68 24,5 94 33,8 162 58,3
SMA 41 14,7 75 27 116 41,7
Total 109 39,2 169 60,8 278 100

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 33,8 %
santriwati dengan pendidikan SMP memiliki perilaku membuang sampah yang
baik.

69
Tabel 4. 15 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Jamban Berdasarkan
Pendidikan Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022

Pendidikan Perilaku Penggunaan Jamban


Total
Buruk Baik
n % n % N %
SMP 58 20,9 104 37,4 162 58,3
SMA 35 12,6 81 29,1 116 41,7
Total 93 33,5 185 66,5 278 100

Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 37,4%
santriwati dengan pendidikan SMP memiliki perilaku penggunaan jamban yang
baik.

Tabel 4. 16 Distribusi Frekuensi Perilaku MKM Berdasarkan Pendidikan


Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten Bogor
Tahun 2022

Pendidikan Perilaku MKM


Total
Buruk Baik
n % n % N %
SMP 65 23,4 97 34,9 162 58,3
SMA 44 15,8 72 25,9 116 41,7
Total 109 39,2 169 60,8 278 100

Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 34,9%
santriwati dengan pendidikan SMP memiliki perilaku MKM yang baik.

70
Tabel 4. 17 Distribusi Frekuensi Perilaku Menggosok Gigi Berdasarkan
Pendidikan Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022

Pendidikan Perilaku Cuci Menggosok Gigi


Total
Buruk Baik
n % n % N %
SMP 46 16,5 116 41,7 162 58,3
SMA 42 15.1 74 26,6 116 41,7
Total 88 31,7 190 68,3 278 100

Berdasarkan tabel 4.20 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 41, 7 %
santriwati dengan pendidikan SMP memiliki perilaku menggosok gigi yang baik.

Tabel 4. 18 Distribusi Frekuensi Perilaku Minum Obat Cacing


Berdasarkan Pendidikan Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi
Covid-19 Kabupaten Bogor Tahun 2022

Pendidikan Perilaku Minum Obat Cacing


Total
Buruk Baik
n % n % N %
SMP 78 28,1 84 30,2 162 58,3
SMA 52 18,7 64 23 116 41,7
Total 130 46,8 148 53,2 278 100

Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 30,2 %
santriwati dengan pendidikan SMP memiliki perilaku minum obat cacing yang
baik.

71
Tabel 4. 19 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Berdasarkan Pendidikan
Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten Bogor
Tahun 2022

Pendidikan Aktivitas Fisik


Total
Buruk Baik
n % n % N %
SD 62 22,3 100 36 162 58,3
SMP 52 18,7 64 23 116 41,7
Total 114 41 164 59 278 100

Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 36 %


santriwati dengan pendidikan SMP memiliki aktivitas fisik yang baik.

Tabel 4. 20 Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun


Berdasarkan Status Vaksin Covid-19 Santriwati Pesantren X Pada Masa
Pandemi Covid-19 Kabupaten Bogor Tahun 2022

Status Vaksin Perilaku Cuci Tangan Pakai


Sabun Total
Buruk Baik
n % n % N %
Vaksin Pertama 0 0 2 0,7 2 0,7
Vaksin Kedua 31 11,2 47 16,9 78 28,1
Vaksin Ketiga 108 38,8 90 32,4 198 71,2
Total 139 50 139 50 278 100

Berdasarkan tabel 4.23 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 41, 7 %
santriwati dengan status vaksin ketiga memiliki perilaku mencuci tangan yang
buruk.

72
Tabel 4. 21 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Masker Berdasarkan
Status Vaksin Covid-19 Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-
19 Kabupaten Bogor Tahun 2022

Status Vaksin Perilaku Penggunaan Masker


Total
Buruk Baik
n % n % N %
Vaksin Pertama 0 0 2 0,7 2 0,7
Vaksin Kedua 37 13,3 41 14,7 78 28,1
Vaksin Ketiga 98 35,3 100 36 198 71,2
Total 135 48,6 143 51,4 278 100

Berdasarkan tabel 4.24 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 36 %


santriwati dengan status vaksin ketiga memiliki perilaku penggunaan masker yang
baik.

Tabel 4. 22 Distribusi Frekuensi Perilaku Jaga Jarak Berdasarkan Status


Vaksin Covid-19 Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19
Kabupaten Bogor Tahun 2022

Status Vaksin Perilaku Jaga Jarak


Total
Buruk Baik
n % n % N %
Vaksin Pertama 0 0 2 0,7 2 0,7
Vaksin Kedua 32 11,5 46 16,5 78 28,1
Vaksin Ketiga 101 36,3 97 34,9 198 71,2
Total 135 47,8 145 52,2 278 100

Berdasarkan tabel 4.25 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 36 %


santriwati dengan status vaksin ketiga memiliki perilaku jaga jarak yang buruk.

73
Tabel 4. 25 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Berdasarkan Status Vaksin
Covid-19 Santriwati Pesantren X Pada Masa Pandemi Covid-19 Kabupaten
Bogor Tahun 2022

Status Vaksin Aktivitas Fisik


Total
Buruk Baik
n % n % N %
Vaksin Pertama 0 0 2 0,7 2 0,7
Vaksin Kedua 33 11,9 45 16,2 78 28,1
Vaksin Ketiga 81 29,1 117 42,1 198 71,2
Total 114 41 164 59 278 100

Berdasarkan tabel 4.31 dapat diketahui bahwa Dari 278 responden 42, 1 %
santriwati dengan status vaksin ketiga memiliki perilaku mencuci tangan yang
baik.

74
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah observasi yang dilakukan dalam satu
waktu penelitian sehingga tidak dapat menjamin konsistensi perilaku responden
saat ini dan dalam waktu ke depan. Hal ini dikarenakan peniliti memiliki
kesulitan dalam melakukan observasi secara komprehensif mengenai perilaku
responden dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini akan memiliki dampak dalam
generalisasi hasil penelirian untuk perkembangan penelitian berikutnya.
Meskipun begitu, hasil penelitian cukup memberikan gambaran tentang PHBS
Santriwati Pesantren X di Kabupaten Bogor pada masa pandemi.

Keterbatasan penelitian lainnya adalah peneliti melakukan peneelitian


ini melalui google form dan tidak melakukan wawancara secara langsung
sehingga kemungkinan responden menjawab pertanyaan dengan baik sehingga
seluruh data masuk ke dalam kategori baik.. Keterbatasan penelitian lainnya
adalah peraturan-peraturan pesantren terkait pencegham Covid-19 yang tidak
tertulis secara resmi sehingga tidak terdapat bukti resmi terkait aturan yang
berlaku di tempat penelitian.

B. Gambaran Karakteristik Responden


Berdasarkan hasil penelitian dari 278 responden ditemukan ratarata
responden berumur 15,37 tahun ini berhubungan dengan karakteristik
pertumbuhan dan perkembangan remaja diantaranya pertumbuhan fisik yang
meningkat dan cepat, kemampuan berfikir remaja yang sedang mencari-cari nilai
dan energi baru serta membandingkan normalitas dengan teman sebaya,
mencoba mengambil peran dan mengambil tempat di dalam suatu kelompok
atau lingkungan (Wulandari, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan waktu lama mukim responden


dengan rata-rata 25,94 bulan hal ini berhubungan dengan responden yang
mayoritas adalah siswa dengan pendidikan SMP sebanyak 162 responden. Ini
menunjukan bahwa rata-rata santriwati merupakan kelas 3 SMP ataupun 3 SMA

75
Karena menetap selama kurang lebih dua tahun lebih. Beberapa ciri yang khas
dari perkembangan remaja dapat dilihat bahwa masa awal remaja adalah tahap
dimana remaja mengalami krisis karena adanya perubahan cepat yang
memunculkan sesuatu yang dirasakan baru dan berbeda pada aspek fisik maupun
psikososial mereka. Pertumbuhan organ seks primer berimplikasi terhadap
munculnya hasrat seksual dan ketertarikan terhadap lawan jenis. Keinginan
untuk mencari nilai dan energi baru, meningkatnya kecintaan terhadap diri
sendiri serta banyaknya fantasi terhadap kehidupan merupakan dunianya remaja.
Keberadaan keluarga dan teman sebaya menjadi kebutuhan yang penting
bagi remaja untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Banyak data
menunjukan bahwa masalah kesehatan remaja berawal dari perilaku yang
berisiko. Meningkatnya angka kejadian seks pranikah pada remaja dapat
dipahami sebagai suatu perilaku yang timbul sebagai bentuk dorongan untuk
melepaskan energi yang meningkat seiring pertumbuhan seks sekunder
(Wulandari, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian ini juga ditemukan pula mayoritas


responden memiliki status vaksin ketiga atau booster ini berhubungan dengan
surat edaran tentang Vaknsinasi Covid-19 dosis lanjutan nomor :
HK.02.02/II/252/2022 dimana pemerintah menganjurkan untuk melakukan
vaksinasi kepada seluruh masyarakat untuk memperbaiki efektivitas vaksin yang
telah menurun (Kementrian Kesehatan RI, 2022).

Terkait dengan kebijakan pesantren X santriwati hanya diharuskan


melakukan vaksinasi tahap satu sehingga masih terdapat dua santri yang hanya
melakukan vaksin satu. Ini dikarenakan pertama kali santriwati mulai mukim di
pesantren yaitu pada tahun 2021 dan pada saat itu surat edaran pemerintah
terkait vaksin satu dikeluarkan (Kemenkes RI, 2021).

C. Gambaran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas responden
masuk ke dalam kategori perilaku cuci tangan pakai sabun yang baik. Lain
halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnama, dkk (2020) yang
menemukan perilaku cuci tangan santriwati di tujuh pesantren di Kota Medan
yang buruk atau tidak melakukan cuci tangan pakai sabun.Sama halnya dengan

76
penelitian yang dilakukan oleh Aeni, dkk (2019) yang menunjukan mayoritas
santri sebesar 73,3 % kurang melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun. Hal
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2016) sebelum
pandemi covid-19 yang menemukan 30 % santriwati memiliki perilaku cuci
tangan yang kurang baik. Terdapat perbedaan perilaku pada hasil penelitian ini
yang menunjukan penelitian-penelitian yang dilakukan terkait cuci tangan pakai
sabun sebelum pandemi dan saat pandemi mayoritas cenderung masuk ke dalam
cuci tangan pakai sabun yang baik.

Salah satu yang mempengaruhi santri melakukan perilaku cuci tangan


pakai sabun adalah surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan
Covid- 19 di tingkat satuan pendidikan dimana pihak sekolah harus memastikan
sarana (CTPS) termasuk di dalamnya tisu di berbagai lokasi strategis di area
sekolah atau memastikan seseorang melakukan CTPS atau menggunakan
handsanitizer sebelum masuk ke dalam are sekolah. Dalam hal ini sekolah juga
boleh memberikan hukuman atau sanksi kepada siswa-siswi atau masyarakat
yang tidak melakukan CTPS terlebih dahulu guna melaksanakan pencegahan
Covid-19 agar penyebaran Covid-19 di sekolah terminimalisir (Kemendikbud,
2020).

Hasil penelitian yang baik ini kemungkinan didapat juga karena


dipengaruhi oleh sarana yang tersedia seperti handsanitizer di setiap depan kelas
santriwati, juga tempat cuci tangan tanpa menyentuh di depan setiap gedung dan
stiker-stiker peringatan untuk melakukan protokol kesehatan. Berdasarkan
sarana- sarana yang tersedia tersebut memudahkan santriwati di Pesantren X
melakukan cuci tangan pakai sabun di setiap aktivitasnya.

Peraturan cuci tangan pakai sabun di Pesantren X sendiri bukan


sesuatu peraturan yang tertulis di dalam sebuah kertas namun di setiap masuk ke
dalam lingkungan pesantren terdapat banner yang cukup besar dengan tulisan
memasuki kawasan taat protokol kesehatan.

D. Gambaran Perilaku Penggunaan Masker


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku penggunaan
masker santriwati mayoritas masuk kategori baik yaitu dari 278 santriwati 51,4
% masuk ke dalam kategori baik. Hal ini relavan dengan hasil penelitian yang

77
dilakukan oleh Agung, dkk (2022) yang menunjukan 75 % siswa melakukan
perilaku penggunaan masker dengan baik. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Nugroho dan Ayasti (2022) ditemukan hasil penelitian berupa
perilaku awal pandemi menggunakan masker pandemi Covid-19 sebesar 75 %
siswa sekolah masuk ke dalam kategori penggunaan masker yang baik dan
pandemi Covid-19 periode Maret-April 2021 sebesar 25% siswa sekolah
masuk ke dalam kategori baik. Ini menunjukan perbedaan perilaku antara awal
masa pandemi dan saat pandemi periode Maret-April 2021 yang mengalami
kelonggaran terkait pencegahan Covid-19 yaitu penggunaan masker.
Berdasarkan peraturan pemerintah terkait dengan pencegahan
Covid-19 di sekolah dimana penyelenggaraan belajar-mengajar harus sesuai
dengan protokol kesehatan salah satunya adalah penggunaan masker. Sekolah
harus memastikan seluruh masyarakat sekolah yang masuk ke dalam area
sekolah menggunakan masker yang sesuai dengan standar masker pencegahan
Covid-19 dan memberikan sanksi kepada masyarakat yang melanggar
peraturan, walaupun Presiden RI sudah memberlakukan kelonggaran
penggunaan masker di tempat terbuka namun pemerintah tetap menganjurkan
untuk selama kegiatan belajr mengajar siswa-siswi wajib melaksanakan
protocol kesehatan di sekolah termasuk penggunaan masker di area sekolah
termasuk pesantren (Kemendikbud, 2020).
Pesantren sebagai tatanan pendidikan yang merupakan tatanan
potensial terjadinya penularan Covid-19. Oleh sebab itu, pesantren merupakan
salah satu tempat berisiko terjadinya penularan Covid-19, dikarenakan tempat
berkumpul banyak santri dan melakukan berbagai aktivitas secara bersama-
sama. Hasil penelitian ini juga berkaitan dengan stiker yang terpampang di
depan setiap kelas dan pintu masuk untuk tetap menaati protokol kesehatan
sehingga memungkinkan santriwati untuk tetap mejaga protokol kesehatan di
pesantren.
Perilaku penggunaan masker yang baik di dalam penelitian ini
adalah menggunakan masker saat berkerumun atau di dalam kelas, memakai
masker menutupi hidung dan mulut, dan menggunakan masker yang
dianjurkan menggunakan masker kain atau masker medis berstandar. Protokol
kesehatan yang standar dilakukan itu diantaranya seperti tetap menggunakan
masker di

78
dalam ruangan dan dikerumunan, tetap melakukan cuci tangan dan penggunaan
hand sanitizer, serta kewajiban dari sekolah untuk memasikan ruang belajar
dalam kondisi bersih dan steril.

E. Gambaran Perilaku Jaga Jarak


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku menjaga
jarak santriwati mayoritas masuk kategori baik yaitu sebesar 55,2 % ini relevan
dengan data yang dilakukan oleh Agung, dkk (2022) yang menemukan 62,5 %
siswa yang melakukan jaga jarak dengan baik. Ini juga didukung oleh hasil
observasi langsung sarana-prasarana yang menunjukan stiker yang
mengingatkan untuk tetap selalu menjaga jarak, stiker arah tangga naik dan
turun serta sticker arah masuk dan keluar gedung serta bangku yang diberi
tanda X untuk mengatur jarak duduk. Dalm penelitian ini yang dimaksud
dengan perilaku menjaga jarak yang baik yaitu santriwati menjaga jarak 1,5 m
dengan orang lain baik di kelas ataupun di area pesantren serta menggunakan
alat pribadi untuk kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan buku saku penyelenggaraan belajar tatap muka di


sekolah terdapat beberapa persiapan yang harus disiapkan pihak sekolah
diantara memenuhi standar kesiapan pembelajaran sesuai daftar periksa,
membentuk satgas Covid-19 di sekolah, mempersiapkan infrastruktur sekolah
dan seluruh warga sekolah dalam pemenuhan protokol kesehatan yang
ditetapkan, dan mempersiapkan kombinasi metode pembelajaran tatap muka
terbatas dan pembelajaran jarak jauh. Seperti pada sekolah percontohan Covid-
19 SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan yang menerapkan beberapa hal untuk
meyesuaikan pembelajaran saat Covid-19 diantaranya mempersiapkan
kurikulum yang digunakan dalam kondisi khusus Covid-19, melakukan
pengaadaan alat-alat protokol kesehatan, mempersiapkan ruang belajar dengan
jumlah kuota kelas 50
% dari total seluruh siswa di kelas dalam satu ruangan guna menjaga jarak
antar siswa dan guru di ruanagn sekolah dan juga tidak ada istirahat agar tidak
terjadi kerumunan di area sekolah ataupun lingkungan kantin sekolah
(Kemendikbud, 2020).

79
F. Gambaran Perilaku Membuang Sampah
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku membuang
sampah santriwati mayoritas masuk kategori baik yaitu sebesar 60,8, sama
halnya dengaan penelitian yang dilakukan oleh Aeni, dkk (2019) yang
menunjukan 66,7 % santri melakukan perilaku membuang sampah yang baik.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah MI
Ibnu aqil di Kota Bogor yang menemukan sebesar 68 % siswa melakukan
perilaku buang sampah yang buruk. Berdasarkan hasil observasi langsung yang
dilakukan beberapa tempat sampah di luar ruangan tidak memiliki penutup
sehingga memungkinkan perilaku santriwati dalam membuang sampah buruk,
namun peringatan atau stiker di atas tempat sambah dan tempat sampah di
setiap ruangan kelas memiliki penutup yang rapat dan cukup bersih dan tidak
menumpuk ini juga dikarenakan pengangkatan sampah secara berkala oleh
karyawan pesantren.
Sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan
dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih
bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar. Tempat sampah harus
dalam keadaan tertutup sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2022. Fungsi dari tutup
pada tempat sampah adalah sebagai penahan bau agar aroma tidak sedap dari
sampah yang mulai membusuk tidak menyebar. Karena bau sampah
merupakan polusi udara yang berpotensi menganggu pernapasan dan dapat
mengundang hewan-hewan penyebar penyakit (Kementrian Lingkungan
Hidup, 2022).

G. Gambaran Perilaku Penggunaan Jamban


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku penggunaan
jamban santriwati mayoritas masuk kategori baik yaitu sebesar 66,5 %, hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Aeni, dkk (2019) di Pesantren
Kota Makassar yang menunjukan 63,3 % santriwati masih melakukan
penggunaan jamban yang buruk ini dikarenakan masih adanyan sarana wc yang
tidak memenuhi syarat yang cukup baik. Sedangkan hasil observasi dari
penelitian ini seperti pada gambar 4.15 bahwa pesantren memiliki jamban yang
bersih dan kering saat tidak digunakan sehingga santriwati lebih mudah untuk

80
melakukan penggunaan jamban yang baik. Ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan sebelum pandemi Covid-19 pada santriwati yang penah mengalam
diare di beberapa Pesantren Modern Kota Makassar diantaranya Darul Aman,
IMMIM Putra, Ummul Mukminin Putri, dan Darul Arqam yang mayoritas
santri memiliki perilaku penggunaan jamban yang buruk (Aeni dkk., 2019).
Perilaku penggunaan jamban yang baik merupakan salah satu
perilaku dari pencegahan beberapa penyakit, salh satunya adalah penyakit diare
yang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan penyebab utama
kematian anak di Indonesia tahun 2019. Berdasarkan hal tersebut perilaku
penggunaan jamban yang baik membantu menurunkan angka diare dan
penularannya di pesantren dikarenakan pesantren merupakan tempat yang
cukup strategis terjadinya penularan penyakit secara cepat (Kemenkes RI,
2020).

H. Gambaran Perilaku MKM


Kesehatan menstruasi merupakan salah satu aspek penting dalam
membangun kualitas hidup seorang permpuan dan berhubungan erat deengan
kesehatan reproduksi. Kewajiban menjaga kesehatan dan kebersihan terkait hal
ini sering diabaikan dikarenakan dianggap menjadi sesuatu yang tabuh,
kurangnya pengetahuan serta sarana-prasarana yang kurang, keyakinan atau
kepercayaan bahwa menstruasi adalah hal yang kotor sehingga tidak memiliki
kemauan untuk membersihkan pembalut sampai bersih, dan ketidakcukupan air
bersih. Pada tahun 2015 Unicef menyebutkan bahwal terjadi peningkatan
kesadaran terhadap dampak praktik pengelolaan menstruasi terhadap kesehatan
di negara berkembang (Sinaga dkk., 2017).

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku MKM


santriwati mayoritas masuk ke dalam perilaku baik yaitu sebesar 60,8 %. Hal
ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amanda (2019) yang
menunjukan sikap negatif satriwati terhadap perilaku MKM sebesar 54,4 %. Ini
menunjukan perbedaan hasil penelitian yang mungkin terjadi dikarenakan tidak
dilakukannya observasi perilaku secara langsung dan kemungkinan pula
responden menjawab kuesioner secara baik.

81
I. Gambaran Perilaku Gosok Gigi
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku menggosok
gigi santriwati mayoritas masuk perilaku baik yaitu 53,2 % . hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2019) yang menunjukan
perilaku menggososk gigi siswa SMP 12 Purweorejo masuk ke dalam kategori
sedang yaitu sebanyak 62,5 % siswa.

Perilaku gosok gigi yang baik merupakan salah satu pencegahan dari
beberapa penyakit, diataranya :

1. Bau mulut (Halitosis)


Bau mulut merupakan suatu istilah yang menggambarkan
seseorang yang memiliki nafas bau atau tidak sedap yang
diakibatkan volatile Sulphur compounds (VSC’s). Diperkirakan
50
% penduduk mengalami halitosis dengan tingkat keparahan yang
bervariasi. (Ratmini, 2017).
2. Gusi Bengkak (Gingvitis)
Gusi Bengkak adalah kondisi ketika gusi menonjol, memerah,
nyeri, dan mudah berdarah. Kondisi ini umumnya terjadi akibat
penyakit di gigi atau gusi, tetapi bisa juga disebabkan oleh
kondisi lain (Koesoemawati, 2020).
3. Gigi Berlubang
Gigi berlubang adalah kondisi gigi yang rusak akibat terkikisnya
lapisan terluar gigi (enamel). Kondisi ini disebabkan oleh
penumpukan bakteri di mulut akibat sering mengonsumsi
makanan manis dan tidak menjaga kebersihan mulut (Prasetya,
2012).

J. Gambaran Perilaku Minum Obat Cacing


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku minum obat
cacing santriwati mayoritas masuk kategori baik yaitu sebesar 53,3 %. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 Tahun 2017 cacingan merupakan
penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
Indonesia dan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
kecerdasan dan produktivitas (Kemenkes RI, 2017).

82
Penyakit cacingan tidak memilih menginfeksi anak kecil ataupun
orang dewasa, seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Atwazzah, dkk
(2019) masih ditemukan tiga santri yang terinfeksi cacingan melalui
pemeriksaan fases dengan santri yang memiliki ciri-ciri indeks massa tubuh
kurus dan tidak meminum obat cacing secara berkala. Ini menunjukan bahwa
cacingan masih bias menjangkit anak sekolah usia dewasa dan dapat
menularkannya ke santri lainnya.

Menurut Prof. Tjandra (2019) jenis cacing yang banyak menyerang


adalah cacing gelang , cacing tambang , dan cacing cambuk . Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhinya adalah iklim tropis, kesadaran akan kebersihan
yang masih rendah, sanitasi yang buruk, kondisi sosial ekonomi yang rendah,
serta kepadatan penduduk.

Dikatakan lebih lanjut, satu ekor cacing dapat menghisap darah,


karbohidrat dan protein dari tubuh manusia. Sekilas memang angka ini terlihat
kecil, tetapi jika sudah dikalkulasikan dengan jumlah penduduk, prevalensi,
rata- rata jumlah cacing yang mencapai enam ekor/orang, dan potensi kerugian
akibat kehilangan karbohidrat, protein dan darah akan menjadi sangat besar
(Kemenkes RI, 2010).

K. Gambaran Aktivitas Fisik


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa aktivitas fisik
santriwati mayoritas masuk kategori baik yaitu sebesar 59 %. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamidiyah, dkk (2019) pada santri di
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dari 79 santri yang
mengidap anemia 82 % diantranya memiliki aktifitas fisik yang ringan.
Kemudian berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darni, dkk (2021) yang
menemukan Remaja perempuan pada penelitian ini sebanyak 85,14%, yang
berumur 19 tahun sebanyak 45,9%, dan status gizi kurus berat 5,4% serta
gemuk berat 8,1%. Hasil penelitian aktivitas fisik 90,5% remaja perempuan
beraktivitas dirumah saja, aktivitas duduk/berbaring sering dilakukan remaja
perempuan sebanyak 54%, sedangkan aktivitas berdiri/berjalan sering
dilakukan oleh remaja laki-laki 63,6%. Aktivitas mengangkat beban berat
jarang dilakukan

83
remaja laki-laki sebesar 54,5%. Kebiasaan olahraga dilakukan oleh 90,9%
remaja laki-laki dengan 18,2% berolahraga sebanyak 4-6 kali/minggu, dengan
durasi 30 -60 menit sebanyak 36,4%. Remaja perempuan tidak pernah
bersepeda selama pandemi sebanyak 50,8%. Kurangnya aktivitas fisik
mengakibatkan kualitas fisik yang rendah segingga seseorang mudah lelah
dalam beraktivitas, mudah sakit, pegal-pegal hingga menjadi kurang produktif
(Kemenkes RI, 2018).

Hasil penelitian ini dikarenakan asrama dan sekolah santriwati dan


masjid yang berbeda sehingga santriwati diharuskan melakukan aktivitas fisik
jalan kaki untuk mencapai sekolah setiap harinya. Juga kamar santri yang
berada di lantai dua dan tiga mengharuskan mereka untuk melakukan aktivitas
fisik. Dilengkapi oleh lapangan yang cukup luas seperti gambar 4.17 sehingga
santriwati dapat melakukan olahraga dengan baik.

L. Gambaran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Berdasarkan


Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati SMP
memiliki kecenderungan perilaku cuci tangan pakai sabun yang buruk yaitu
sebesar 30,2 %. Kemungkinan terjadi karena responden penelitian ini yang
mayoritas adalah santriwati SMP dan karakter siswa SMP yang masuk dalam
tahap perkembangan yaitu pada usia 10 -14 tahun yang memiliki harapan
terhadap perilaku diri sendiri seusai dengan standar sosial sehingga melakukan
protokol kesehatan berdasarkan apa yang ada di lingkungan sosial tempat
mereka tinggal jika lingkungannya cenderung melakukan perilaku protokol
kesehatan yang buruk maka mereka akan melakukan hal yang serupa
(Kemendikbud, 2020).

M. Gambaran Perilaku jaga Jarak Berdaasarkan Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati SMP
memiliki kecenderungan perilaku cuci jaga jarak yang buruk yaitu sebesar 29,1
%. Kemungkinan terjadi karena responden penelitian ini yang mayoritas adalah
santriwati SMP dan karakter siswa SMP yang masuk dalam tahap perkembangan
yaitu pada usia 10 -14 tahun yang memiliki harapan terhadap perilaku diri
sendiri seusai dengan standar sosial sehingga melakukan protokol kesehatan
berdasarkan

84
apa yang ada di lingkungan sosial tempat mereka tinggal jika lingkungannya
cenderung melakukan perilaku protokol kesehatan yang buruk maka mereka
akan melakukan hal yang serupa (Kemendikbud, 2020).

N. Gambaran Perilaku Penggunaan Masker Berdasarkan


Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati SMP
memiliki kecenderungan perilaku penggunaan masker yang baik yaitu sebesar
29,9 %. Kemungkinan terjadi karena responden penelitian ini yang mayoritas
adalah santriwati SMP dan karakter siswa SMP yang masuk dalam tahap
perkembangan yaitu pada usia 10 -14 tahun yang memiliki harapan terhadap
perilaku diri sendiri seusai dengan standar sosial sehingga melakukan protokol
kesehatan berdasarkan apa yang ada di lingkungan sosial tempat mereka tinggal
jika lingkungannya cenderung melakukan perilaku protokol kesehatan yang
buruk maka mereka akan melakukan hal yang serupa (Kemendikbud, 2020).

O. Gambaran Perilaku Membuang Sampah Berdasarkan


Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati SMP
memiliki kecenderungan perilaku membuang sampah yang baik yaitu sebesar
33,8 %. Kemungkinan terjadi karena responden penelitian ini yang mayoritas
adalah santriwati SMP dan karakter siswa SMP yang masuk dalam tahap
perkembangan yaitu pada usia 10 -14 tahun yang memiliki harapan terhadap
perilaku diri sendiri seusai dengan standar sosial sehingga melakukan protokol
kesehatan berdasarkan apa yang ada di lingkungan sosial tempat mereka tinggal
jika lingkungannya cenderung melakukan perilaku protokol kesehatan yang
buruk maka mereka akan melakukan hal yang serupa (Kemendikbud, 2020).

P. Gambaran Perilaku Penggunaan Jamban Berdasarkan


Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati SMP
memiliki kecenderungan perilaku penggunaan jamban yang baik yaitu sebesar
37,4
%. Kemungkinan terjadi karena responden penelitian ini yang mayoritas adalah
santriwati SMP dan karakter siswa SMP yang masuk dalam tahap perkembangan

85
yaitu pada usia 10 -14 tahun yang memiliki harapan terhadap perilaku diri sendiri
seusai dengan standar sosial sehingga melakukan protokol kesehatan berdasarkan
apa yang ada di lingkungan sosial tempat mereka tinggal jika lingkungannya
cenderung melakukan perilaku protokol kesehatan yang buruk maka mereka akan
melakukan hal yang serupa (Kemendikbud, 2020).

Q. Gambaran Perilaku MKM Berdasarkan Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati SMP
memiliki kecenderungan perilaku MKM yang baik yaitu sebesar 34,9 %.
Kemungkinan terjadi karena responden penelitian ini yang mayoritas adalah
santriwati SMP dan karakter siswa SMP yang masuk dalam tahap perkembangan
yaitu pada usia 10 -14 tahun yang memiliki harapan terhadap perilaku diri sendiri
seusai dengan standar sosial sehingga melakukan protokol kesehatan berdasarkan
apa yang ada di lingkungan sosial tempat mereka tinggal jika lingkungannya
cenderung melakukan perilaku protokol kesehatan yang buruk maka mereka akan
melakukan hal yang serupa (Kemendikbud, 2020).

R. Gambaran Perilaku Gosok Gigi Berdasarkan Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati SMP
memiliki kecenderungan perilaku gosok gigi yang baik yaitu sebesar 41,7 %.
Kemungkinan terjadi karena responden penelitian ini yang mayoritas adalah
santriwati SMP dan karakter siswa SMP yang masuk dalam tahap perkembangan
yaitu pada usia 10 -14 tahun yang memiliki harapan terhadap perilaku diri sendiri
seusai dengan standar sosial sehingga melakukan protokol kesehatan berdasarkan
apa yang ada di lingkungan sosial tempat mereka tinggal jika lingkungannya
cenderung melakukan perilaku protokol kesehatan yang buruk maka mereka akan
melakukan hal yang serupa (Kemendikbud, 2020).

S. Gambaran Perilaku Minum Obat Cacing Berdasarkan


Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati SMP
memiliki kecenderungan perilaku minum obat cacing yang baik yaitu sebesar 30,2
%. Kemungkinan terjadi karena responden penelitian ini yang mayoritas adalah
santriwati SMP dan karakter siswa SMP yang masuk dalam tahap perkembangan

86
yaitu pada usia 10 -14 tahun yang memiliki harapan terhadap perilaku diri sendiri
seusai dengan standar sosial sehingga melakukan protokol kesehatan berdasarkan
apa yang ada di lingkungan sosial tempat mereka tinggal jika lingkungannya
cenderung melakukan perilaku protokol kesehatan yang buruk maka mereka akan
melakukan hal yang serupa (Kemendikbud, 2020).

T. Gambaran Aktivitas Fisik Berdasarkan Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati SMP
memiliki kecenderungan aktivitas fisik yang baik yaitu sebesar 36 %.
Kemungkinan terjadi karena responden penelitian ini yang mayoritas adalah
santriwati SMP dan karakter siswa SMP yang masuk dalam tahap perkembangan
yaitu pada usia 10 -14 tahun yang memiliki harapan terhadap perilaku diri sendiri
seusai dengan standar sosial sehingga melakukan protokol kesehatan berdasarkan
apa yang ada di lingkungan sosial tempat mereka tinggal jika lingkungannya
cenderung melakukan perilaku protokol kesehatan yang buruk maka mereka akan
melakukan hal yang serupa (Kemendikbud, 2020).

U. Gambaran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Berdasarkan


Status Vaksin Covid-19
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati dengan
status Vaksin ketiga memiliki kecenderungan perilaku cuci tangan pakai sabun
yang buruk yaitu sebesar 41,7 %. Kemungkinan terjadi karena responden
melakukan vaksin Covid-19 bukan hanya sekedar untuk pencegahan penularan
penyakit melainkan juga peraturan-peraturan yang mewajibkan seseorang
menunjukan vaksin booster sebagai syarat masuk ke dalam tempat-tempat umum
juga sebagai syarat perjalanan menggunakan alat trasnportasi umum baik darat,
laut ataupun udara (Kemenhub RI, 2021).

V. Gambaran Perilaku Penggunaan Masker Berdasarkan Status


Vaksin Covid-19
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwati dengan
status vaksin ketiga memiliki kecenderungan perilaku penggunaan masker yang
baik yaitu sebesar 36 %. Kemungkinan terjadi karena responden melakukan
vaksin Covid-19 dan penggunaan masker bukan hanya sekedar untuk
pencegahan

87
penularan penyakit melainkan juga peraturan-peraturan yang mewajibkan
seseorang menunjukan vaksin booster dan memakai masker sebagai syarat masuk
ke dalam tempat-tempat umum juga sebagai syarat perjalanan menggunakan alat
trasnportasi umum baik darat, laut ataupun udara (Kemenhub RI, 2021).

W. Gambaran Perilaku Jaga Jarak Berdasarkan Status Vaksin


Covid-19
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa santriwatidengan
status vaksin ketiga memiliki kecenderungan perilaku jaga jarak yang buruk yaitu
sebesar 36 %. Kemungkinan terjadi karena responden melakukan vaksin Covid-19
bukan hanya sekedar untuk pencegahan penularan penyakit melainkan juga
peraturan-peraturan yang mewajibkan seseorang menunjukan vaksin booster
sebagai syarat masuk ke dalam tempat-tempat umum juga sebagai syarat
perjalanan menggunakan alat trasnportasi umum baik darat, laut ataupun udara
(Kemenhub RI, 2021).

X. Aspek Keislaman Dalam Penelitian


Sebagai tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit Rasulullah
memerintahkan untuk tidak berdekatan dengan penderitanya maupun wilayah
yang terjangkit wabah, hal ini dkarenakan virus yang bersifat adil tidak memilih
sasaran dengan mempertimbangkan status sosial yang dapat mengancam
kehidupan semua orang.

Dan di tegaskan dengan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari yang


berbunyi sebagai berikut :

‫ْ َم َتِع َم َ اِذإ‬
‫ل َِ ض أ ُ اَّل‬ِ َِ‫ا َاذِإ ُُ دا‬ ‫ل َِ اِم َتِع َم أ‬
ِ َ‫ْ لِإ‬ ُِ َُ ِ‫ا َه ِها ا‬
‫َا‬ ‫َِاو‬ ‫َر‬ ‫اَه ل‬،
ِ ‫َِضِ َر اِع ِق‬ ‫ِها‬

"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian


memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan
tinggalkan tempat itu." (HR. Bukhari).

Islam juga mengajarkan betapa pencegahan terhadap suatu penyakit.


dalam buku berjudul al Shina’ah al Thibbiyyah setebal 31 bab, Ali bin Abbas
membahas pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Keduanya
dipandang sebagai kebutuhan akan keseimbangan dan harmoni antara enam
pasang hal-hal
88
yang berlawanan, seperti ekskresi dan retensi, gerakan psikis dan istirahat,
gerakan raga dan istirahat, tidur dan bangun, kelebihan dan kekurangan makan
dan minum, serta kelebihan dan kekurangan udara (Hadi, 2020).

Pentingnya tindakan preventif diamini Ibnu Sina (980-1037), yang


berjuluk Bapak Pengobatan Modern. Ilmuwan, dokter, dan filsuf legendaris asal
Persia ini bahkan lebih menyukai tindakan preventif itu daripada kuratif. Dalam
bukunya yang berpengaruh, al Qanun fi Thib, Ibnu Sina yang di dunia Barat
dikenal dengan nama Avicena kemudian menguatkan aspek spiritual dan fisik
secara simultan dalam langkah preventif itu. Salah satu kewajiban seoarng muslim
dimana di dalamnya terdapat nilai-nilai pencegahan terhadap penyakit adalah
wudhu yang dimana didalam satu gerakannya adalah memasukan air kedalam
rongga hidung dan dihembuskan dengan kuat atau dikenal dengan istilah
Istinsyaq. Hal ini sangat berguna dalam memberihkan virus, bakteri dan zat – zat
berbahaya daru saluran pernapasan yang terikat pada rongga terutama yang
menempel pada bulu hidung, dan juga lendir saluran pernapasan. Dimana
diketahui penyakit Covid-19 adalah virus yang paling banyak menular melewati
saluran pernapasan.

89
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Sebanyak 50 % responden cuci tangan pakai sabun yang baik.
2. Sebesar 51,4 % responden memiliki perilaku penggunaan masker

yang baik.

3. Sebesar 52,2 % responden melakukan perilaku jaga jarak yang baik.

4. Sebanyak 60,8 % responden memiliki perilaku membuang sampah

yang baik.

5. Sebanyak 60,8 % responden memiliki perilaku MKM yang baik.

6. Sebesar 66,5 % responden memiliki perilaku penggunaan jamban

yang baik.

7. Sebesar 53,2 % responden memiliki perilaku menggosok gigi yang

baik.

8. Sebesar 53,2 % responden memiliki perilaku minum obat cacing

yang baik.

9. Sebesar 59 % responden masuk ke dalam kategori baik di dalam

aktivitas fisik.

B. Saran
1. Bagi Pesantren
o Pesantren membuat aturan tertulis terkait peraturan pencegahan
Covid- 19 dan melibatkan para santriwati dan masyarakat pesantren
lainnya seperti guru-guru dan karyawan sehingga jika terjadi
pelanggaran santriwati dapat dikenakan sanksi sehingga tidak
melakukan pelanggaran kembali.
2. Bagi Masyarakat

90
o Masyarakat Pesantren X dalam hal ini (Pengajar, Santriwati
ataupun karyawan serta masyarakat di lingkungan pesantren)
diharapkan berpartisipasi aktif dalam upaya pencagahan penularan
Covid-19 di lingkungan sekitar pesantren.
3. Bagi penelitian selanjutnya
o Penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut hubungan PHBS
dengan kejadian Covid-19 di pesantren.
o Penelitian selanjutnya dapat meneliti pula terkait alasan santriwati
melakukan PHBS dengan baik ataupun buruk.

91
DAFTAR PUSTAKA

Aeni, S., Bujawati, E., Habibi, H., & Mahdiyah, D. (2019). Determinan Kejadian

Penyakit Diare Pada Santri Di Pesantren Modern Kota Makassar Tahun

2018. Higiene: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 5(2), 91–99.

Alia, E. C. (2020). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Dalam Pencegahan

Covid-19. Jurnal Medika Malahayati, 4(4).

Amanda, D. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Menstrual Hygiene Pada Santriwati Di Pondok Pesantren Al-Karimiyah

Kota Depok Tahun 2019.

Amany Lubis. (2021). Membangun Kembali Santri Berkarakter.

Https://Www.Uinjkt.Ac.Id/Membangun-Kembali-Santri-Berkarakter/

Badan Pusat Statistik. (2020). Definisi Penduduk.

Https://Www.Bps.Go.Id/Sp2020/Faq/Detail/50

Bagus Sumargo. (2020). Teknik Sampling. Unj Press.

Bastable. (2002). Perawat Sebagai Pendidik Prinsip-Prinsip Pengajaran Dan

Pembelajaran. Egc.

Dapodik. (2021). Smp Pesantren Modern At Taqwa.

Https://Sekolah.Data.Kemdikbud.Go.Id/Index.Php/Chome/Profil/E0b8a78

a-77e0-E111-83f0-C717f30b4dff

Darni, J., Wahyuningsih, R., Abdi, L. K., & Irianto, I. (2021). Aktivitas

Fisik Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Gizi Prima

(Prime Nutrition Journal), 6(2), 91–96.

92
Direktorat Sekolah Dasar. (2021). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Sekolah

Untuk Penyelenggaraan Pembelanjaran Pada Masa Pandemi Covid_19 (1

Ed.). Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi.

Ekinaro, R. (2021). Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 3 Tahun 2014 Pasal 4 Ayat 1 Tentang Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (Studi Di Mesjid Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara).

Ernyasih, E., & Sari, M. M. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Pada Santri Mts Di

Pondok Pensantren Al-Amanah Al-Gontory Tahun 2020.

Environmental Occupational Health And Safety Journal, 1(2), 205–

216.

Fitriani, S., Km, S., & Km, M. (2021). Persepsi Dan Perilaku Pencegahan Covid

19 Pada Anak Sekolah Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bidkesmas

Respati, 1(12), 44–53.

Guna, A. M., & Amatiria, G. (2017). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs)

Dalam Upaya Mencegah Penyakit Kulit Pada Santri Di Pondok Pesantren

Nurul Huda. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 11(1), 7–14.

Hadi, L. (2020). Peran Harun Al-Rasyid Dalam Perkembangan Ilmu Kedokteran

Pada Masa Dinasti Abbasiyah (786–809 M).

Hamidiyah, A., Rohmani, L., & Zahro, N. A. (2019). Faktor Determinan Anemia

Santri Putri Determinant Factors Of Anemia Female Santri. 1(1).

Indonesia, R. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan. Jakarta Republik Indones.

Irwan. (2017). Etika Dan Perilaku Kesehatan (1 Ed.). Cv. Absolute Media.

93
Juliana, S. (2018). Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Dengan

Kejadian Diare Pada Siswa Sd Negeri 1 Padangmatinggi Kota

Padangsidimpuan Tahun 2017.

Kbbi. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Https://Kbbi.Web.Id/Budaya

Kemenkes Ri. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

2269/Menkes/Per/Xi/2011 Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih

Dan Sehat (Phbs). Kementrian Kesehatan Ri.

Kemenkes Ri. (2014). Infodatin Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun Di

Indonesia. Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan Ri.

Kemenkes Ri. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

15 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Cacingan.

Kemenkes Ri. (2018). Tips Aktivitas Fisik Untuk Anak & Remaja Usia 5 S/D 17

Tahun. Http://P2ptm.Kemkes.Go.Id/Infographic-P2ptm/Obesitas/Tips-

Aktivitas-Fisik-Untuk-Anak-Remaja-Usia-5-Sd-17-Tahun

Kemenkes Ri. (2019). Upaya Pencegahan Dbd Dengan 3m Plus. Direktorat

Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat.

Https://Promkes.Kemkes.Go.Id/Upaya-Pencegahan-Dbd-Dengan-3m-Plus

Kemenkes Ri. (2020). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus

Disease (Covid-19). Kemenkes Ri.

Kementrian Kesehatan Ri. (2010). Penyakit Kecacingan Masih Dianggap Sepele.

Https://Www.Kemkes.Go.Id/Article/View/1135/Penyakit-Kecacingan-

Masihdianggap-Sepele.Html

Kementrian Kesehatan Ri. (2016). Phbs. Https://Promkes.Kemkes.Go.Id/Phbs

94
Kementrian Kesehatan Ri. (2018). Kurang Melakukan Aktifitas Fisik.

Http://P2ptm.Kemkes.Go.Id/Infographic-P2ptm/Obesitas/Apa-Saja-

Akibat-Dari-Kurang-Melakukan-Aktivitas- Fisik#:~:Text=Kurang

%20melakukan%20aktivitas%20fisik%20akibatnya, Pegal%20hingga

%20menjadi%20kurang%20produktif.

Kementrian Kesehatan Ri. (2020). Diare Penyebab Utama Kematian Anak Di

Indonesia Tahun 2019.

Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2021/04/26/Diare-

Penyebab-Utama-Kematian-Anak-Di-Indonesia-Pada-2019

Kementrian Kesehatan Ri. (2021). Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Pada

Kelompok Sasaran Lansia, Komorbid Dan Penyitas Covid-19 Serta

Sasaran Tunda.

Kementrian Kesehatan Ri. (2022). Surat Edaran Nomor: Hk 02.02/Ii/252/2022

Tentang Vaksinasi Covid-19 Dosis Lanjutan.

Kementrian Kesesehatan, R. (2011). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih

Dan Sehat (Phbs).

Kementrian Lingkungan Hidup. (2022). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2022 Tentang Sistem

Informasi Pengelolaan Sampah Nasional.

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi. (2020a). Buku Saku

Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Coronavirus

Disease 2019 (Covid-19).

95
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi. (2020b). Covid-19

Di Sekolah. Https://Www.Kemdikbud.Go.Id/Main/Blog/2020/03/Sikapi-

Covid19-Kemendikbud-Terbitkan-Dua-Surat-Edaran

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi. (2020c).

Karakteristik Siswa Menengah Pertama (Smp). Https://Siln-

Riyadh.Kemdikbud.Go.Id/Smp/2020/04/16/Karakteristik-Siswa-Sekolah-

Menengah-Pertama-Smp/

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi. (2021). Edukasi

Santri Di Pondok Pesantren, Upaya Cegah Covid-19.

Http://Www.Dikti.Kemdikbud.Go.Id/Kabar-Dikti/Kampus-Kita/Edukasi-

Santri-Di-Pondok-Pesantren-Upaya-Cegah-Covid-19/

Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. (2021). Vaksin Booster Sebagai

Syarat Perjalanan Orang. Https://Dephub.Go.Id/Post/Read/Syarat-

Vaksinasi-Ketiga-Untuk-Perjalanan-Orang

Khafid, M., Ainiyah, N., & Maimunah, S. (2019). Gambaran Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat Di Pondok Pesantren Nurul Huda Surabaya. The

Indonesian Journal Of Health Science, 11(2), 177–181.

Kodyat, B. A. (2014). Pedoman Gizi Seimbang 2014. Permenkes Ri,(41).

Koesoemawati, R. (2020). Peran Ibu Dan Remaja Dalam Pemeliharaan Kesehatan

Gigi Di Masa Pandemi Covid-19. Prosiding Webinar Nasional

Universitas Mahasaraswati 2020.

Kominfo. (2021). Masyarakat Dan Pesantren Bersama Tekan Penularan Covid-

19 Lewat Protokol Kesehatan.

Https://Kominfo.Go.Id/Content/Detail/32437/Masyarakat-Dan-

96
Pemerintah-Bersama-Tekan-Penularan-Covid-19-Lewat-Protokol-

Kesehatan/0/Virus_Corona

Laporcovid-19. (2021). Ancaman Klaster Covid-19 Di Pesantren.

Lwanga, S. K., Lemeshow, S, & Who. (1991). Sample Siza Determination In

Health Studies: A Practical Manual. Journal Of The American Statistical

Association Geneva: Who, 1149.

Makful, N. A., & Pirawati, N. (2019). Hubungan Antara Pengetahuan Santri

Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Dengan Penerapan Phbs

Di Pondok Pesantren Khusus Putri As-Syafi’iyah Jakarta Timur. Afiat,

5(01), 21–40.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta.

Indonesia.

Nugroho, A., & Ayasti, E. C. (2022). Analisis Perilaku Siswa Sekolah Dasar

Selama Pandemi Coronavirus Disease-19 (Covid-19). Jurnal Ilmiah

Kontekstual, 3(02), 85–92.

Nurlaily, N., & Priyantiningsih, D. (2020). Hubungan Phbs Dengan Kejadian

Scabies Di Pondok Pesantren Ngangkruk Desa Bandungsari Ngaringan

Kabupaten Grobogan. Indonesia Jurnal Kebidanan, 4(1), 1–7.

Pdppkemenag. (2019). Statistik Pesantren. Pangkalan Data Pondok Pesantren.

Https://Ditpdpontren.Kemenag.Go.Id/Pdpp

Pourhoseingholi, M. A., Vahedi, M, & Rahimzadeh, M. (2013). Sample Size

Calculation In Medical Studies. Doi: 10.22037/Ghfbb.V6i 1.332.

97
Prasetya, F. (2012). Formulasi Pasta Gigi Berbahan Aktif Ekstrak Daun Sirih

Hitam Sebagai Antimikroba Penyebab Radang Gusi (Gingivitis) Dan Gigi

Berlubang (Caries). Journal Of Tropical Pharmacy And Chemistry, 2(1),

19–25.

Presiden Ri. (2008). Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008

Tentang Pengelolaan Sampah.

Presiden Ri. (2019). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2019

Tentang Pesantren.

Purnama, T. B., Eliandy, S. R. H., & Lestari, C. (2020). Perilaku Cuci Tangan

Pakai Sabun Pada Santri Di Pondok Pesantren Kota Medan. Jurnal

Promosi Kesehatan Indonesia, 15(2), 70–74.

Purwanto, B. (2021). Pelaksanaan Phbs Di Pesantren. Kementrian Kesehatan

Direktorat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat.

Rahma, Y. (2016). Hubungan Sikap Tentang Phbs (Cuci Tangan) Dengan

Perilaku Mencuci Tangan Pada Santriwati Di Pondok Pesantren

Modern Al-Amanah Junwangi Krian.

Raksanagara, A. (2015). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Sebagai Determinan

Kesehatan Yang Penting Pada Tatanan Rumah Tangga Di Kota Bandung.

Jurnal Sistem Kesehatan, 1(1).

Ratmini, N. K. (2017). Bau Mulut (Halitosis. Jurnal Kesehatan Gigi (Dental

Health Journal), 5(1), 25–29.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19. (2021). Data Sebaran Covid-19.

Https://Covid19.Go.Id/

98
Sinaga, E., Saribanon, N., Sa’adah, N., Salamah, U., Murti, Y. A., & Trisnamiati,

A. (2017). Buku: Manajemen Kesehatan Menstruasi.

Soerjono, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Pt Raja Grafindo Persada.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Perawatan.

Taisir, A., Hapsari, R., Pratama, I. S., Aini, S. R., Tresnani, G., & Suryadi, B. F.

(2019). Penyuluhan Upaya Penanggulangan Dan Pemeriksaan Cacingan

Sebagai Implementasi Program Pesantren Sehat. Transformasi: Jurnal

Pengabdian Masyarakat, 15(2), 105–114.

Triwibono, C., & Puspahandani, M. E. (2015). Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan

Masyarakat: Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarkat, Keperawatan Dan

Kebidanan (Cet. 1). Nuha Medika.

Unicef. (2021). Hygiene. Https://Data.Unicef.Org/Topic/Water-And-

Sanitation/Hygiene/

Wawandan, D. (2010). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan Dan, Sikap Dan

Perilaku Manusia. Nuha Medika.

Who. (1999). Healthy Living What Is A Healthy Lifestyle. World Health

Organization.

Who. (2020). Food Safety. Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-

Sheets/Detail/Food-Safety

Wijaya, L. I., & Rochmawati, D. (2019). Gambaran Perilaku Menyikat Gigi Dan

Skor Debris Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 12 Purworejo.

Wulandari, A. (2014). Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja Dan

Implikasinya Terhadap Masalah Kesehatan Dan Keperawatannya. Jurnal

Keperawatan Anak, 2(1), 39–43.

99
Yuliani, S., & Scorviana, N. (2022). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Santri Di

Masa Pandemi Covid-19. Ikra-Ith Humaniora: Jurnal Sosial Dan

Humaniora, 6(2), 112–119.

Zidni Nafi. (2020). Nurcholish Madjid Dan Pesantren (2): Makna Santri, Kiai,

Dan Ngaji. Https://Iqra.Id/Nurcholish-Madjid-Dan-Pesantren-2-Makna-

Santri-Kiai-Dan-Ngaji- 221630/#:~:Text=Istilah%20%E2%80%9csantri

%E2%80%9d%20menuru t%20nurcholish%20madjid,Kuat%20pada

%20ajaran%2dajaran%20agama nya.

10
LAMPIRAN 1

Kuesioner

INFORMED CONSENT
Persetujuan Menjadi Responden

Selamat Pagi/Siang/sore

Perkenalkan nama saya Nur Lathifah Khairunnisa Mahasiswi S1

Peminatan Kesehatan Lingkungan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu

Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saya bermaksud melakukan

penelitian mengenai “Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Masa

Pandemi COVID-19 Santriwati Pesantren X di Kabupaten Bogor ahun 2022”.

Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya berharap adik-adik bersedia untuk menjadi responden dalam

penelitian ini dimana akan dilakukan pengisian angket yang terkait dengan

penelitian. Semua informasi yang adik-adik berikan terjamin kerahasiannya.

Setelah adik-adik membaca maksud dan kegiatan penelitian diatas, maka saya

mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini.

10
Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Nama :

Tanda tangan :

Terima kasih atas kesedian adik-adik untuk ikut serta dalam penelitian ini.

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pertanyaan dibawah ini secara jujur

2. Tulis jawaban anda pada titik-titik yang telah disediakan dan/ atau
berilah tanda silang (X) pada option yang anda pilih
3. Jawaban akan dijaga kerahasiaanya dan hanya dipergunakan untuk
penelitian

A. Identitas Responden

1. Nama :
2. Usia (dalam tahun) :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Berapa lama tinggal (dalam bulan) :
5. Status Vaksin :

B. Lembar Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Santri

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom kosong dibawah ini, berdasarkan
pernyataan atau pengamatan terhadap responden !

No Indikator Selalu Sering Kadang Tidak


-kadang Pernah

10
A. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun
Sebelum makan saya mencuci tangan dengan air
1
bersih yang mengalir dan sabun.
Sesudah makan saya mencuci tangan dengan air
2
bersih yang mengalir dan sabun.

3 Sebelum makan saya tidak mencuci tangan


dengan air bersih yang mengalir dan
sabun.

4 Sebelum ataupun sesudah memegang benda


saya mencuci tangan dengan hand sanitizer.

5 Saya mencuci tangan sesuai dengan 6 langkah


mencuci tangan.

6 Saya membawa hand sanitizer setiap saya


bepergian/ beraktivitas.

Setelah batuk atau bersin saya mencuci tangan


7 dengan sabun dan air mengalir atau hand
sanitizer.

8 Saya mencuci tangan sebelum menyentuh


mata, hidung ataupun mulut.

B. Perilaku Penggunaan Masker

1. Saya menggunakan masker saat berada di


kerumunan atau tempat umum

2. Saya menggunakan masker saat berada di ruangan


kelas

3. Saya menggunakan masker sampai menutupi


hidung dan mulut

4. Saya mencuci tangan sebelum


menggunakan masker

5. Saya mencuci tangan setelah menggunakan


masker

6. Saya menghindari menyentuh wajah (mulut,


mata, dan hidung) saat memakai masker
7. Saya mengganti masker secara berkala

10
Saya tidak menurunkan masker ke leher atau
8. melepasnya kecuali saat makan atau minum
atau
hal penting lainnya
Saya menggunakan masker kain atau disposable
9.
mask seperti yang dianjurkan
C. Perilaku Menjaga Jarak

1. Saya menjaga jarak 1,5 m dengan orang lain


saat berkerumun

2. Saya menjaga jarak 1,5 m dengan orang lain di


tempat umum
3. Saya menggunakan alat pribadi saat di sekolah

4. Saya menggunakan alat- alat pribadi saat berada


di asrama

5. Saya tidak meminjam alat pribadi ke orang lain


saat berada di asrama

6. Saya tidak meminjam alat-alat pribadi ke orang


lain saat berada di sekolah
D. Perilaku Membuang Sampah

1 Saya membuang sampah di tempat sampah

2 Saya membuang sampah di laci meja

3 Sampah di tempat sampah dibuang setiap hari


Saya membang sampah infeksius (masker)
4
terpisah dengan sampah lainnya
Saya menutup tempat sampah setelah selesai
5
membuang sampah
E. Perilaku penggunaan jamban

1 Saya buang air kecil di kamar mandi sekolah

2 Saya buang air besar di kamar mandi sekolah


Saya tidak menyiram jamban dengan bersih
3
setelah menggunakannya

10
4 Saya membersihkan jamban sesering mungkin

F. Perilaku MKM yang Ideal


Saya menggunakan pembalut yang bersih saat
1
menstruasi
Saya mengganti pembalut secara berkala 4 jam
2
sekali
Saya membersihkan pembalut setelah digunakan
3
sampai bersih
Saya membuang pembalut setelah bersih di
4
tempat sampah yang tertutup
Perilaku Menggosok Gigi

1 Saya menggosok gigi 2x sehari

2 Saya menyikat gigi dengan pasta gigi


Saya menggosok gigi pada bagian atas dan
3
bawah permukaan gigi
Setelah menggosok gigi saya merasakan dengan
4
lidah gigi terasa licin dan bersih
G. Perilaku Meminum Obat Cacing
Saya meminum obat cacing dua kali dalam
1.
setahun
Saya meminum obat cacing satu kali selama satu
2.
tahun
Saya tidak meminum obat cacing selama satu
3.
tahun
H. Aktivitas fisik

1 Saya mengikuti kegiatan olahraga rutin di sekolah


Selain pelajaran olahraga saya melakukan
2
olahraga di waktu luang
Saya malas dengan kegiatan olahraga yang ada di
3
sekolah
4 Saya menyempatkan untuk berjemur di pagi hari
Saya melakukan aktivitas fisik 30 -60 menit
5
sehari

10
LAMPIRAN 2

Output Penelitian
Corelation

TOT P
P1 Pearson
Correlation .455*

Sig. (2-
tailed) ,044
N 20
P2 Pearson
Correlation .507*

Sig. (2-
tailed) ,022
N 20
P3 Pearson
Correlation .498*

Sig. (2-
tailed) ,026
N 20
P4 Pearson
Correlation .569**

Sig. (2-
tailed) ,009
N 20
P5 Pearson
Correlation .602**

Sig. (2-
tailed) ,005
N 20
P6 Pearson
Correlation .483*

Sig. (2-
tailed) ,031
N 20
P7 Pearson
Correlation .566**

Sig. (2-
tailed) ,009
N 20
P8 Pearson
Correlation .517*

Sig. (2-
tailed) ,020

10
N 20
P9 Pearson
Correlation .473*

Sig. (2-
tailed) ,035
N 20
P10 Pearson
Correlation .561*

Sig. (2-
tailed) ,010
N 20
P11 Pearson
Correlation .483*

Sig. (2-
tailed) ,031
N 20
P12 Pearson
Correlation .451*

Sig. (2-
tailed) ,046
N 20
P13 Pearson
Correlation .553*

Sig. (2-
tailed) ,011
N 20
P14 Pearson
Correlation .594**

Sig. (2-
tailed) ,006
N 20
P15 Pearson
Correlation .465*

Sig. (2-
tailed) ,039
N 20
P16 Pearson
Correlation .549*

Sig. (2-
tailed) ,012
N 20
P17 Pearson
Correlation .474*

Sig. (2-
tailed) ,035

10
N 20
P18 Pearson
Correlation .451*

Sig. (2-
tailed) ,046
N 20
P19 Pearson
Correlation .513*

Sig. (2-
tailed) ,021
N 20
P20 Pearson
Correlation .641**

Sig. (2-
tailed) ,002
N 20
P21 Pearson
Correlation .574**

Sig. (2-
tailed) ,008
N 20
P22 Pearson
Correlation .517*

Sig. (2-
tailed) ,019
N 20
P23 Pearson
Correlation .474*

Sig. (2-
tailed) ,035
N 20
P24 Pearson
Correlation .645**

Sig. (2-
tailed) ,002
N 20
P25 Pearson
Correlation .482*

Sig. (2-
tailed) ,032
N 20
P26 Pearson
Correlation .703**

Sig. (2-
tailed) ,001

10
N 20
P27 Pearson
Correlation .627**

Sig. (2-
tailed) ,003
N 20
P28 Pearson
Correlation .544*

Sig. (2-
tailed) ,013
N 20
P29 Pearson
Correlation .503*

Sig. (2-
tailed) ,024
N 20
P30 Pearson
Correlation .614**

Sig. (2-
tailed) ,004
N 20
P31 Pearson
Correlation .469*

Sig. (2-
tailed) ,037
N 20
P32 Pearson
Correlation .589**

Sig. (2-
tailed) ,006
N 20
P33 Pearson
Correlation .499*

Sig. (2-
tailed) ,025
N 20
P34 Pearson
Correlation .449*

Sig. (2-
tailed) ,047
N 20
P35 Pearson
Correlation .566**

Sig. (2-
tailed) ,009

10
N 20
P36 Pearson
Correlation .502*

Sig. (2-
tailed) ,024
N 20
P37 Pearson
Correlation .524*

Sig. (2-
tailed) ,018
N 20
P38 Pearson
Correlation .604**

Sig. (2-
tailed) ,005
N 20
P39 Pearson
Correlation .451*

Sig. (2-
tailed) ,046
N 20
P40 Pearson
Correlation .511*

Sig. (2-
tailed) ,021
N 20
P41 Pearson
Correlation .612**

Sig. (2-
tailed) ,004
N 20
P42 Pearson
Correlation .522*

Sig. (2-
tailed) ,018
N 20
P43 Pearson
Correlation .612**

Sig. (2-
tailed) ,004
N 20
P44 Pearson
Correlation .451*

Sig. (2-
tailed) ,046

11
N 20
P45 Pearson
Correlation .511*

Sig. (2-
tailed) ,021
N 20
P46 Pearson
Correlation .482*

Sig. (2-
tailed) ,032
N 20
P47 Pearson
Correlation .612**

Sig. (2-
tailed) ,004
N 20
P48 Pearson
Correlation .566**

Sig. (2-
tailed) ,009
N 20
P49 Pearson
Correlation .517*

Sig. (2-
tailed) ,020
N 20
P50 Pearson
Correlation .523*

Sig. (2-
tailed) ,018
N 20
P51 Pearson
Correlation .519*

Sig. (2-
tailed) ,019
N 20
P52 Pearson
Correlation .451*

Sig. (2-
tailed) ,046
N 20
P53 Pearson
Correlation .553*

Sig. (2-
tailed) ,011

11
N 20
P54 Pearson
Correlation .612**

Sig. (2-
tailed) ,004
N 20
TOT P Pearson
Correlation 1

Sig. (2-
tailed)
N 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Uji Reliabilitas

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 20 100.0
a 0 .0
Excluded
Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items

.955 54

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Usia 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%


Lama Mukim 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error

Usia Mean 15.37 .096


Lower Bound 15.18

11
95% Confidence Interval for Upper Bound
15.56
Mean

5% Trimmed Mean 15.35


Median 15.00
Variance 2.587
Std. Deviation 1.608
Minimum 13
Maximum 18
Range 5
Interquartile Range 3
Skewness .227 .146
Kurtosis -1.244 .291
Lama Mukim Mean 25.94 .945

95% Confidence Interval for Lower Bound 24.08


Mean Upper Bound 27.80

5% Trimmed Mean 24.82


Median 24.00
Variance 248.343
Std. Deviation 15.759
Minimum 12
Maximum 60
Range 48
Interquartile Range 15
Skewness 1.075 .146
Kurtosis -.041 .291

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skor Mencuci Tangen 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%
Skor Memakai Masker 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%
Skor Menjaga Jarak 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%
Skor Membuang Samoah 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%
Skor Penggunaan Jamban 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%
Skor MKM 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%
Skor Menggosok Gigi 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%
Skor Obat Cacing 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%

11
Skor Aktivitas Fisik 278 100.0% 0 0.0% 278 100.0%

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Skor Mencuci Tangen .080 278 .000 .984 278 .003


Skor Memakai Masker .068 278 .003 .984 278 .004
Skor Menjaga Jarak .088 278 .000 .972 278 .000
Skor Membuang Samoah .135 278 .000 .967 278 .000
Skor Penggunaan Jamban .155 278 .000 .940 278 .000
Skor MKM .228 278 .000 .854 278 .000
Skor Menggosok Gigi .386 278 .000 .602 278 .000
Skor Obat Cacing .155 278 .000 .947 278 .000
Skor Aktivitas Fisik .114 278 .000 .975 278 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives
Statistic Std. Error

Skor Mencuci Tangen Mean 23.82 .244


95% Confidence Interval for Lower Bound 23.34
Mean Upper Bound 24.30
5% Trimmed Mean 23.85
Median 23.50
Variance 16.581
Std. Deviation 4.072
Minimum 13
Maximum 32
Range 19
Interquartile Range 6
Skewness -.012 .146
Kurtosis -.233 .291
Skor Memakai Masker Mean 26.91 .263
95% Confidence Interval for Lower Bound 26.40
Mean Upper Bound 27.43
5% Trimmed Mean 26.96
Median 27.00
Variance 19.227
Std. Deviation 4.385
Minimum 16
Maximum 36

11
Range 20
Interquartile Range 6
Skewness -.017 .146
Kurtosis -.498 .291
Skor Menjaga Jarak Mean 17.08 .232
95% Confidence Interval for Lower Bound 16.63
Mean Upper Bound 17.54
5% Trimmed Mean 17.11
Median 17.00
Variance 15.008
Std. Deviation 3.874
Minimum 8
Maximum 24
Range 16
Interquartile Range 6
Skewness .058 .146
Kurtosis -.630 .291
Skor Membuang Samoah Mean 13.97 .146
95% Confidence Interval for Lower Bound 13.68
Mean Upper Bound 14.26
5% Trimmed Mean 13.94
Median 14.00
Variance 5.913
Std. Deviation 2.432
Minimum 7
Maximum 20
Range 13
Interquartile Range 3
Skewness .072 .146
Kurtosis .454 .291
Skor Penggunaan Jamban Mean 8.67 .132
95% Confidence Interval for Lower Bound 8.41
Mean Upper Bound 8.92
5% Trimmed Mean 8.64
Median 8.00
Variance 4.815
Std. Deviation 2.194
Minimum 4
Maximum 13
Range 9
Interquartile Range 3

11
Skewness .453 .146
Kurtosis -.399 .291
Skor MKM Mean 14.58 .083
95% Confidence Interval for Lower Bound 14.42
Mean Upper Bound 14.74
5% Trimmed Mean 14.69
Median 15.00
Variance 1.898
Std. Deviation 1.378
Minimum 8
Maximum 16
Range 8
Interquartile Range 2
Skewness -1.188 .146
Kurtosis 1.732 .291
Skor Menggosok Gigi Mean 15.35 .073
95% Confidence Interval for Lower Bound 15.20
Mean Upper Bound 15.49
5% Trimmed Mean 15.53
Median 16.00
Variance 1.492
Std. Deviation 1.221
Minimum 10
Maximum 16
Range 6
Interquartile Range 1
Skewness -2.250 .146
Kurtosis 4.905 .291
Skor Obat Cacing Mean 7.55 .137
95% Confidence Interval for Lower Bound 7.28
Mean Upper Bound 7.82
5% Trimmed Mean 7.57
Median 8.00
Variance 5.194
Std. Deviation 2.279
Minimum 3
Maximum 12
Range 9
Interquartile Range 3
Skewness -.373 .146
Kurtosis -.448 .291

11
Skor Aktivitas Fisik Mean 11.13 .126

95% Confidence Interval for Lower Bound 10.88


Mean Upper Bound 11.38

5% Trimmed Mean 11.16


Median 11.00
Variance 4.424
Std. Deviation 2.103
Minimum 4
Maximum 16
Range 12
Interquartile Range 3
Skewness -.168 .146
Kurtosis -.045 .291

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 13 31 11.2 11.2 11.2


14 75 27.0 27.0 38.1

15 58 20.9 20.9 59.0

16 22 7.9 7.9 66.9

17 59 21.2 21.2 88.1

18 33 11.9 11.9 100.0


Total 278 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 162 58.3 58.3 58.3


SMP 116 41.7 41.7 100.0
Total 278 100.0 100.0

Lama Mukim
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12 107 38.5 38.5 38.5

11
24 102 36.7 36.7 75.2
36 16 5.8 5.8 80.9
48 23 8.3 8.3 89.2
60 30 10.8 10.8 100.0
Total 278 100.0 100.0

Status Vaksin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Vaksin Pertama 2 .7 .7 .7


Vaksin Kedua 78 28.1 28.1 28.8
Vaksin Booster 198 71.2 71.2 100.0
Total 278 100.0 100.0

Mencuci Tangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 139 50.0 50.0 50.0


Baik 139 50.0 50.0 100.0
Total 278 100.0 100.0

Memakai Masker
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 135 48.6 48.6 48.6


Baik 143 51.4 51.4 100.0
Total 278 100.0 100.0

Menjaga Jarak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 133 47.8 47.8 47.8


Baik 145 52.2 52.2 100.0
Total 278 100.0 100.0

11
Membuang Sampah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 109 39.2 39.2 39.2


Baik 169 60.8 60.8 100.0
Total 278 100.0 100.0

Penggunaan Jamban
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 93 33.5 33.5 33.5


Baik 185 66.5 66.5 100.0
Total 278 100.0 100.0

MKM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 109 39.2 39.2 39.2


Baik 169 60.8 60.8 100.0
Total 278 100.0 100.0

Menggosok Gigi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 88 31.7 31.7 31.7


Baik 190 68.3 68.3 100.0
Total 278 100.0 100.0

Obat Cacing
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 130 46.8 46.8 46.8


Baik 148 53.2 53.2 100.0
Total 278 100.0 100.0

11
Aktivitas Fisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 114 41.0 41.0 41.0


Baik 164 59.0 59.0 100.0
Total 278 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir * Mencuci Tangan Crosstabulation


Mencuci Tangan
Buruk Baik Total

Pendidikan Terakhir SD Count 84 78 162


% of Total 30.2% 28.1% 58.3%
SMP Count 55 61 116
% of Total 19.8% 21.9% 41.7%
Total Count 139 139 278
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Pendidikan Terakhir * Menjaga Jarak Crosstabulation


Menjaga Jarak
Buruk Baik Total

Pendidikan Terakhir SD Count 81 81 162


% of Total 29.1% 29.1% 58.3%
SMP Count 52 64 116
% of Total 18.7% 23.0% 41.7%
Total Count 133 145 278
% of Total 47.8% 52.2% 100.0%

Pendidikan Terakhir * Membuang Sampah Crosstabulation


Membuang Sampah
Buruk Baik Total

Pendidikan Terakhir SD Count 68 94 162


% of Total 24.5% 33.8% 58.3%
SMP Count 41 75 116
% of Total 14.7% 27.0% 41.7%
Total Count 109 169 278
% of Total 39.2% 60.8% 100.0%

12
Pendidikan Terakhir * Penggunaan Jamban Crosstabulation
Penggunaan Jamban
Buruk Baik Total

Pendidikan Terakhir SD Count 58 104 162


% of Total 20.9% 37.4% 58.3%
SMP Count 35 81 116
% of Total 12.6% 29.1% 41.7%
Total Count 93 185 278
% of Total 33.5% 66.5% 100.0%

Pendidikan Terakhir * MKM Crosstabulation


MKM
Buruk Baik Total

Pendidikan Terakhir SD Count 65 97 162


% of Total 23.4% 34.9% 58.3%
SMP Count 44 72 116
% of Total 15.8% 25.9% 41.7%
Total Count 109 169 278
% of Total 39.2% 60.8% 100.0%

Pendidikan Terakhir * Menggosok Gigi Crosstabulation


Menggosok Gigi
Buruk Baik Total
Pendidikan Terakhir SD Count 46 116 162
% of Total 16.5% 41.7% 58.3%
SMP Count 42 74 116
% of Total 15.1% 26.6% 41.7%
Total Count 88 190 278
% of Total 31.7% 68.3% 100.0%

Pendidikan Terakhir * Obat Cacing Crosstabulation


Obat Cacing
Buruk Baik Total
Pendidikan Terakhir SD Count 78 84 162

12
% of Total 28.1% 30.2% 58.3%
SMP Count 52 64 116
% of Total 18.7% 23.0% 41.7%
Total Count 130 148 278
% of Total 46.8% 53.2% 100.0%

Pendidikan Terakhir * Aktivitas Fisik Crosstabulation


Aktivitas Fisik
Buruk Baik Total

Pendidikan Terakhir SD Count 62 100 162


% of Total 22.3% 36.0% 58.3%
SMP Count 52 64 116
% of Total 18.7% 23.0% 41.7%
Total Count 114 164 278
% of Total 41.0% 59.0% 100.0%

Status Vaksin * Mencuci Tangan Crosstabulation


Mencuci Tangan
Buruk Baik Total
Status Vaksin Vaksin Pertama Count 0 2 2
% of Total 0.0% 0.7% 0.7%
Vaksin Kedua Count 31 47 78
% of Total 11.2% 16.9% 28.1%
Vaksin Booster Count 108 90 198
% of Total 38.8% 32.4% 71.2%
Total Count 139 139 278
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Status Vaksin * Memakai Masker Crosstabulation


Memakai Masker
Buruk Baik Total

Status Vaksin Vaksin Pertama Count 0 2 2


% of Total 0.0% 0.7% 0.7%
Vaksin Kedua Count 37 41 78
% of Total 13.3% 14.7% 28.1%

12
Vaksin Booster Count 98 100 198
% of Total 35.3% 36.0% 71.2%
Total Count 135 143 278
% of Total 48.6% 51.4% 100.0%

Status Vaksin * Menjaga Jarak Crosstabulation


Menjaga Jarak
Buruk Baik Total

Status Vaksin Vaksin Pertama Count 0 2 2


% of Total 0.0% 0.7% 0.7%
Vaksin Kedua Count 32 46 78
% of Total 11.5% 16.5% 28.1%
Vaksin Booster Count 101 97 198
% of Total 36.3% 34.9% 71.2%
Total Count 133 145 278
% of Total 47.8% 52.2% 100.0%

Status Vaksin * Membuang Sampah Crosstabulation


Membuang Sampah
Buruk Baik Total
Status Vaksin Vaksin Pertama Count 0 2 2
% of Total 0.0% 0.7% 0.7%
Vaksin Kedua Count 26 52 78
% of Total 9.4% 18.7% 28.1%
Vaksin Booster Count 83 115 198
% of Total 29.9% 41.4% 71.2%
Total Count 109 169 278
% of Total 39.2% 60.8% 100.0%

Status Vaksin * Penggunaan Jamban Crosstabulation


Penggunaan Jamban
Buruk Baik Total

Status Vaksin Vaksin Pertama Count 0 2 2


% of Total 0.0% 0.7% 0.7%
Vaksin Kedua Count 27 51 78
% of Total 9.7% 18.3% 28.1%

12
Vaksin Booster Count 66 132 198
% of Total 23.7% 47.5% 71.2%
Total Count 93 185 278
% of Total 33.5% 66.5% 100.0%

Status Vaksin * MKM Crosstabulation


MK
M
Total
Buruk Baik

Status Vaksin Vaksin Pertama Count 1 1 2


% of Total 0.4% 0.4% 0.7%
Vaksin Kedua Count 23 55 78
% of Total 8.3% 19.8% 28.1%
Vaksin Booster Count 85 113 198
% of Total 30.6% 40.6% 71.2%
Total Count 109 169 278
% of Total 39.2% 60.8% 100.0%

Status Vaksin * Menggosok Gigi Crosstabulation


Menggosok Gigi
Buruk Baik Total
Status Vaksin Vaksin Pertama Count 1 1 2
% of Total 0.4% 0.4% 0.7%
Vaksin Kedua Count 29 49 78
% of Total 10.4% 17.6% 28.1%
Vaksin Booster Count 58 140 198
% of Total 20.9% 50.4% 71.2%
Total Count 88 190 278
% of Total 31.7% 68.3% 100.0%

Status Vaksin * Obat Cacing Crosstabulation


Obat Cacing
Buruk Baik Total

Status Vaksin Vaksin Pertama Count 2 0 2


% of Total 0.7% 0.0% 0.7%
Vaksin Kedua Count 38 40 78
% of Total 13.7% 14.4% 28.1%

12
Vaksin Booster Count 90 108 198
% of Total 32.4% 38.8% 71.2%
Total Count 130 148 278
% of Total 46.8% 53.2% 100.0%

Status Vaksin * Aktivitas Fisik Crosstabulation


Aktivitas Fisik
Buruk Baik Total

Status Vaksin Vaksin Pertama Count 0 2 2


% of Total 0.0% 0.7% 0.7%
Vaksin Kedua Count 33 45 78
% of Total 11.9% 16.2% 28.1%
Vaksin Booster Count 81 117 198
% of Total 29.1% 42.1% 71.2%
Total Count 114 164 278
% of Total 41.0% 59.0% 100.0%

12

Anda mungkin juga menyukai