Anda di halaman 1dari 122

SKRIPSI

STUDI KUANTITATIF KETAHANAN PELAYANAN


KESEHATAN PUSKESMAS DI KOTA DEPOK DALAM
MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :

Venni Nurazizah

NIM. 11181010000115

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H / 2022
STUDI KUANTITATIF KETAHANAN PELAYANAN KESEHATAN
PUSKESMAS DI KOTA DEPOK DALAM MENGHADAPI PANDEMI
COVID-19 TAHUN 2022

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH:

Venni Nurazizah

NIM: 11181010000115

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H / 2022 M

i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Desember 2022
Venni Nurazizah, NIM. 11181010000115

STUDI KUANTITATIF KETAHANAN PELAYANAN KESEHATAN


PUSKESMAS DI KOTA DEPOK DALAM MENGHADAPI PANDEMI
COVID-19 TAHUN 2022

xii + 90 halaman, 20 tabel, 4 gambar, 2 bagan, 4 lampiran

ABSTRAK
Berbagai persoalan kesehatan pandemi COVID-19 mengungkap ketahanan
sistem kesehatan nasional. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
dituntut untuk siap memberi pelayanan kesehatan masyarakat seoptimal mungkin
dengan berbagai adaptasi ditengah pandemi COVID-19. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas di Kota Depok dalam
menghadapi pandemi COVID-19 tahun 2022. Penelitian ini dilakukan pada bulan
oktober hingga november 2022 dengan menggunakan desain potong lintang pada
sebanyak 100 responden dari Puskesmas Abadijaya, Puskesmas Sukmajaya,
Puskesmas Cilodong, dan Puskesmas Sawangan. Data penelitian dikumpulkan
melalui pengisian kuesioner Google Formulir. Analisis data penelitian dilakukan
secara univariat. Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar responden
menilai ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas di Kota Depok dalam
menghadapi pandemi COVID-19 tahun 2022 adalah baik pada masing-masing
variabel yaitu kondisi fisik (83%), peran kelembagaan (88%), kapasitas pegawai
(83%), hubungan eksternal (84%), dan keterpaparan terhadap bencana (81%).
Kesimpulan yang diambil adalah seluruh variabel ketahanan pelayanan kesehatan
Puskesmas di Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 menunjukkan
hasil baik. Puskesmas disarankan untuk mempertahankan kewaspadaan sebagai
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas, memastikan adanya
peningkatan kapasitas internal pegawai secara rutin, dan secara teratur memberikan
dukungan dan arahan edukasi kepada petugas kesehatan masyarakat tingkat
kelurahan atau kecamatan.

Kata Kunci : COVID-19, Puskesmas, Ketahanan


Daftar Bacaan : 39 (2002 – 2022)

ii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
HEALTH CARE MANAGEMENT
Undergraduated Thesis, December 2022
Venni Nurazizah, NIM: 11181010000115

DESCRIPTION OF THE DEPOK CITY PUSKESMAS HEALTH


SERVICES RESILIENCE FOR THE COVID-19 PANDEMIC IN 2022

xii + 90 pages, 20 tables, 4 figure, 2 diagrams, 4 appendices

ABSTRACT
The COVID-19 pandemic's various health issues reveal the national health
system's resiliency. As the main provider of healthcare, Puskesmas must be
prepared to adapt and provide the most effective public health care during the
COVID-19 pandemic. This study aims to determine the resilience of Puskesmas
health services in Depok City to face the COVID-19 pandemic in 2022. The study
was conducted from October to November 2022 used a cross-sectional design with
100 respondents from the Abadijaya health center, Sukmajaya Health Center,
Cilodong Health Center, Sawangan Health Center. Research data was collected by
filling out a Google Form questionnaire. Research data analysis was carried out
univariately. The results of the study found that the majority of respondents rated
the health care resilience of the Puskesmas in Depok City to face the 2022 COVID-
19 pandemic as good for each variable, namely physical condition (83%),
institutional role (88%), human resources (83%), external relations (84%), and
exposure to disasters (81%). The conclusion drawn is that all variables for the
resilience of Puskesmas service in Depok City in dealing with the COVID-19
pandemic have shown good result. It is recommended that the Puskesmas maintain
vigilance in an effort to prevent and control infection within the Puskesmas, ensure
that internal staff capacity is regularly improved, and regularly offer educational
support and guidance to community health workers at the village or sub-district
level.

Keywords : COVID-19, Puskesmas, Resilience

Reading List : 39 (2002 – 2022

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Venni Nurazizah

Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 02 Januari 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Griya Depok Asri Blok G3 No. 12A

Email : venni.nurazizah@gmail.com

Nomor Telepon : 082240470128

RIWAYAT PENDIDIKAN

2006 – 2012 : SDN 002 Pekanbaru

2012 – 2015 : SMPN 18 Pekanbaru

2015 – 2018 : SMAN 8 Depok

2018 – 2022 : S1 – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu


Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan

PENGALAMAN ORGANISASI

2020 – 2021 : ISMKMI Divisi Pengabdian Masyarakat Sebagai


Staff Periode 2020-2021

2021 – 2022 ISMKMI Divisi TCD (Tobacco Control Daerah)


Sebagai Staff Periode 2021-2022

iv
2021 – 2022 : HACAMSA (Health Care Management Student
Association) Divisi Organization Council Sebagai
Sekretaris 1 Periode 2021-2022

v
SURAT PERTANYAAN KEASLIAN

vi
vii
viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang

mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa tidak sedikit kesulitan

yang dihadapi. Namun berkat kesungguhan, kerja keras, serta dorongan dan

bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua penulis tercinta dan tersayang. Terimakasih tak terhingga

penulis persembahkan untuk mereka. Tanpa kasih sayang, harapan, do’a,

nasihat, dukungan, dan usaha yang tulus penulis tak akan sanggup menjadi

sampai seperti ini.

2. Ibu Catur Rosidati, SKM, M.KM selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM,. M.Kes,. Ph.D selaku dosen pembimbing dalam

penyusunan proposal penelitian ini yang telah dengan sabar meluangkan

ix
waktu, membimbing, memberikan banyak masukan dan dorongan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Kepada seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis.

Semoga ilmu yang diberikan dapat diaplikasikan dalam kehidupan penulis.

5. Kepada diri sendiri yang sudah berusaha dan pantang menyerah dalam

pembuatan skripsi ini.

6. Kepada Muhammad Aldo Arya Putra penulis ucapkan banyak terimakasih

sudah selalu memberikan dukungan, doa serta seluruh bantuan nya

senantiasa menemani penulis dalam pembuatan skripsi ini.

7. Kepada teman semasa SMA penulis terutama Adinda Qatrun Nada, Natasya

Ramadhani, Annisa Rahma Ridha, Iffah Tsabita, Kartika Safira, Nadia Tri

Meliana, Maya Silvia Handayani dan teman teman lain nya yang mungkin

tidak disebutkan satu persatu terimakasih penulis ucapkan atas dukungan

nya, bantuan nya dan senantiasa selalu menemani saya hingga saat ini.

8. Kepada teman semasa kuliah saya Aulia Wulandari saya ucapkan banyak

terimakasih karena sudah banyak membantu saya dalam memahami apa

yang mungkin tidak saya pahami sepanjang pembuatan skripsi ini dan tidak

lupa juga untuk teman teman saya yang lain nya Lubna, Karin Aulia, Asyifa

Maulidini, Khairunnisa Ramadhani, Aulia Dwi Yuliana, Dian Nur Fitriani,

Prawiningsih, Rafifah Indah.C atas dukungan serta doa nya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.

x
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak khususnya

dalam bidang Kesehatan.

Depok, 18 Januari 2023

Penulis

xi
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

ABSTRACT .......................................................................................................iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 7

1.3 Tujuan ................................................................................................. 10

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................... 10

1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 10

1.4 Manfaat ............................................................................................... 11

1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas .............................................................. 11

1.4.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ..................... 11

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................ 11

1.5 Ruang Lingkup .................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ....................... 13

2.1 Tinjauan Pustaka.................................................................................. 13

2.1.1 Puskesmas .................................................................................... 13

2.1.2 Ketahanan (Resillience) ................................................................ 16

2.1.3 Ketahanan Sistem Kesehatan (Health System Resilience) .............. 17

xii
2.1.4 Ketahanan Institusi ....................................................................... 21

2.2 Kerangka Teori .................................................................................... 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 36

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 36

3.2 Definisi Operasional ............................................................................ 38

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 43

4.1 Desain Penelitian ................................................................................. 43

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 43

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ 45

4.3.1 Populasi Penelitian ....................................................................... 45

4.3.2 Sampel Penelitian ......................................................................... 45

4.4 Instrumen Penelitian ............................................................................ 48

4.5 Uji Validitas ........................................................................................ 50

4.6 Uji Reliabilitas ..................................................................................... 52

4.7 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 53

4.8 Manajemen Data .................................................................................. 53

4.9 Analisis Data ....................................................................................... 55

4.10 Etik Penelitian ..................................................................................... 55

BAB V HASIL ............................................................................................. 56

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................ 56

5.2 Gambaran Responden Penelitian .......................................................... 59

5.3 Gambaran Ketahanan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Dalam


Menghadapi Pandemi COVID-19 ................................................................... 60

5.3.1 Kondisi Fisik ................................................................................ 60

5.3.2 Peran Kelembagaan ...................................................................... 62

5.3.3 Kapasitas Pegawai Puskesmas ...................................................... 65

xiii
5.3.4 Hubungan Eksternal...................................................................... 67

5.3.5 Keterpaparan Terhadap Bencana ................................................... 70

BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. 72

6.1 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 72

6.2 Gambaran Ketahanan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Dalam


Menghadapi Pandemi COVID-19 ................................................................... 73

6.3 Gambaran Ketahanan Kondisi Fisik Pelayanan Kesehatan Puskesmas


Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 ..................................... 74

6.4 Gambaran Ketahanan Peran Kelembagaan Pelayanan Kesehatan


Puskesmas Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 ................... 76

6.5 Gambaran Ketahanan Kapasitas Pegawai Pelayanan Kesehatan


Puskesmas Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 ................... 77

6.6 Gambaran Ketahanan Hubungan Eksternal Pelayanan Kesehatan


Puskesmas Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 ................... 80

6.7 Gambaran Ketahanan Keterpaparan Terhadap Bencana Pelayanan


Kesehatan Puskesmas Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 .. 81

6.8 Kajian KeIslaman ................................................................................ 83

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 85

7.1 Simpulan ............................................................................................. 85

7.2 Saran ................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 87

LAMPIRAN ...................................................................................................... 91

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 38

Tabel 4.1 Skor Jawaban Skala Likert ................................................................. 48

Tabel 4.2 Uji Normalitas .................................................................................... 49

Tabel 4.4 Variabel Ketahanan Pelayanan Kesehatan Puskesmas......................... 50

Tabel 4.5 Uji Validitas ....................................................................................... 51

Tabel 4.6 Uji Reliabilitas ................................................................................... 52

Tabel 4.7 Kode Variabel .................................................................................... 54

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Penelitian .................................................... 59

Tabel 5.3 Gambaran Kondisi Fisik ..................................................................... 60

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kondisi Fisik ....................................... 60

Tabel 5.5 Gambaran Peran Kelembagaan ........................................................... 63

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Variabel Peran Kelembagaan ............................. 63

Tabel 5.7 Gambaran Kapasitas Pegawai ............................................................. 65

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Variabel Kapasitas Pegawai Puskesmas.............. 65

Tabel 5.9 Gambaran Hubungan Eksternal .......................................................... 67

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Variabel Hubungan Eksternal ........................... 67

Tabel 5.11 Gambaran Keterpaparan Terhadap Bencana ..................................... 70

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Variabel Keterpaparan Terhadap Bencana ........ 70

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Ketahanan .................................................... 16

Gambar 2.2 Kerangka Ketahanan Sistem Kesehatan .......................................... 18

Gambar 5.1 Kecamatan, Kelurahan, RW, RT dan Luas Wilayah Kota Depok Tahun

2021 ................................................................................................ 57

Gambar 5.2 Jumlah Penduduk Kota Depok Tahun 2018-2021 Menurut Jenis

Kelamin ........................................................................................... 58

xvi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 35


Bagan 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 37

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi COVID-19 pertama kali dinyatakan oleh World Health

Organization pada 11 Maret 2020 (WHO, 2020). Berbagai tindakan

pencegahan dan perubahan di setiap wilayah terdampak perlu dilakukan

untuk mencegah penyebaran virus yang mudah menular karena menyebar

melalui kontak dari individu ke individu lainnya (Massetti et al., 2022). Krisis

pandemi COVID-19 yang melanda setiap negara di belahan dunia

membutuhkan adaptasi melalui berbagai tindakan dan reformasi kebijakan

untuk menghindari konsekuensi lebih lanjut dari krisis pandemi (Dewi et al.,

2020).

Berbagai negara berkembang di Asia tenggara terkena dampak

wabah COVID-19, salah satunya yaitu Indonesia. Sebagai negara

berkembang dengan sumber daya yang terbatas dan sistem kesehatan yang

lemah, Indonesia memiliki tantangan yang signifikan dalam menghadapi

pandemi COVID-19 (Salsabila and Dhamanti, 2021). Kemampuan sistem

kesehatan di Indonesia saat ini belum memadai untuk menghadapi pandemi,

kurangnya ketahanan ini dapat ditemukan di seluruh pilar sistem kesehatan

seperti pemberian layanan kesehatan, sumber daya manusia, sistem

informasi, akses ke obat-obatan esensial, pembiayaan kesehatan, serta

kepemimpinan dan tata kelola (Djalante et al., 2020).


2

Kondisi pandemi COVID-19 yang menjadi bencana terhadap sektor

kesehatan di seluruh dunia membuat ketahanan menjadi lebih diperhatikan

(Haldane et al., 2021).

Pandemi COVID-19 menyadarkan perlunya persiapan dan

perencanaan serta kapasitas yang lebih dari fasilitas dan sistem kesehatan

sehingga dapat menangani pasien dalam jumlah besar yang membutuhkan

perawatan medis menyeluruh dalam keadaan darurat (Ndayishimiye et al.,

2022). Pandemi COVID-19 memberikan sorotan tentang bagaimana sistem

kesehatan nasional masih terbelakang yang ditunjukkan dengan kemampuan

tracing, testing dan treatment belum dijalankan secara maksimal untuk

mengendalikan pandemi karena kekurangan sumber daya manusia, jaringan

laboratorium pengawasan yang tidak memadai, dan manajemen data yang

buruk (Kementrian PPN & Bappenas, 2022). Ketahanan sistem kesehatan

adalah kemampuan institusi dan entitas di dalamnya untuk membuat rencana

sampai dengan pulih dari guncangan tersebut sambil tetap menyediakan

layanan kesehatan yang efektif (United Nations, 2016).

Sistem kesehatan nasional yang lemah memberikan dampak

terhadap terhambatnya penyelesaian masalah kesehatan yang ada dan

rapuhnya ketahanan sistem kesehatan untuk menghadapi masalah kesehatan

yang akan datang. Pembangunan sistem kesehatan nasional yang lebih kuat

ditekankan sebagai respons terhadap pandemi COVID-19, serta sejumlah

masalah kesehatan yang belum terselesaikan, termasuk kematian ibu, stunting

balita, dan insidensi TBC (Kementrian PPN & Bappenas, 2022). Lemahnya

sistem kesehatan juga mendampaki Puskesmas yang menghadapi tantangan


3

akibat meningkatnya permintaan akan layanan pada masa pandemi yang

diperparah dengan keterbatasan yang mengganggu pemberian layanan di

poli-poli layanan sehingga dilakukan penutupan beberapa poli seperti poli

gigi (Pangoempia et al., 2021).

Pemerintah Indonesia menanggapi pandemi COVID-19 ini yang

telah menyebar dengan cepat dari waktu ke waktu ditunjukkan melalui

Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2020 berkaitan dengan Penetapan

Bencana non alam penyebaran COVID-19 menjadi Bencana Nasional (Huda

et al., 2021). Beiringan dengan dekrit tersebut, pemerintah daerah juga

meresponnya dengan memberlakukan serangkaian kebijakan yang

menyesuaikan dengan keadaan wilayah masing-masing (Andayani Bs et al.,

2021). Bencana dipahami sebagai kejadian yang mengubah keadaan normal

dan dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian material, atau kerusakan

lingkungan karena individu yang terdampak tidak memiliki sumber daya

untuk menanganinya (WHO, 2002).

Dampak dari perubahan kebijakan sebagai reaksi terhadap pandemi

memengaruhi berbagai sektor dalam kehidupan salah satunya bidang

kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit mengalami

tekanan dari tingginya angka kasus harian COVID-19 karena kurangnya

sumber daya yang memadai dalam hal peralatan dan infrastruktur

(Ndayishimiye et al., 2022). Hal demikian juga terjadi pada pelayanan

kesehatan lainnya yaitu Puskesmas. Kondisi pandemi menyebabkan

Puskesmas kesulitan dalam menghadapi lonjakan COVID-19, dikarenakan

tugasnya yang semakin sulit selain melaksanakan 3T (tracing, testing dan


4

treatment), vaksinasi massal, serta menangani kasus yang begitu banyak

termasuk rujukan ke rumah sakit yang tidak mudah (Sidjabat and

Arthameivia, 2021). Puskesmas dituntut untuk siap memberi pelayanan

kesehatan masyarakat ditengah pandemi COVID-19 (Rianto, 2021).

Peran Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

(FKTP) untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, Puskesmas harus dapat

berfungsi seoptimal mungkin meskipun beradaptasi dengan situasi pandemi

(Kementerian Kesehatan RI, 2020a). Puskesmas mengalami kesulitan akibat

meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang diperparah dengan

pembatasan gerak yang mengganggu pemberian pelayanan kesehatan melalui

poli-poli pelayanan (Pangoempia et al., 2021).

Penyesuaian dengan kondisi pandemi menyebabkan perubahan

mekanisme pelayanan kesehatan Puskesmas di beberapa wilayah di Indonesia

seperti triase dan skrinning dini, antrian pasien yang diberi jarak satu sama

lain, pergeseran jam operasional layanan, serta hanya beberapa poli yang

beroperasi (Pangoempia et al., 2021). Perubahan tersebut mengacu pada

pedoman teknis pelayanan kesehatan Puskesmas selama pandemi COVID-19

yang bertujuan untuk memberikan acuan bagi Puskesmas dalam memberikan

pelayanan saat pandemi (Kementerian Kesehatan RI, 2020a).

Kota Depok merupakan salah satu wilayah dengan kasus COVID-

19 terbanyak di Jawa Barat. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah kasus perhari

yang terus meningkat di kota Depok di mana sebanyak 375 kasus

dikonfirmasi pada 30 April 2020 dengan 21 kematian dan 2927 dikonfirmasi


5

pada 24 Januari 2022 dengan jumlah kasus meningkat 2412 dalam 7 hari

(Dinas Kesehatan Kota Depok, 2020a). Tingginya angka kasus COVID-19 di

wilayah Kota Depok juga menyebabkan meningkatnya jumlah kunjungan

Puskesmas. Perbandingan jumlah angka kunjungan pasien Puskesmas di Kota

Depok sebelum pandemi mencapai sebanyak 56.942 pasien rata rata per

tahunnya, sedangkan pada masa pandemi COVID-19 angka kunjungan

mencapai sebanyak 63.752 pasien rata rata per tahunnya, perbandingan

tersebut mengacu pada salah satu Puskesmas Kecamatan Sukmajaya Depok

(Dinas Kesehatan Kota Depok, 2021).

Penelitian terdahulu mendapati bahwa dampak dari penanggulangan

bencana non-Alam yang buruk ditimbulkan karena perencanaan yang kurang

tertata dalam mobilisasi sumber daya manusia, kurang lancarnya alur

pelayanan terkait kondisi COVID-19, implementasi kebijakan yang prematur

dan kurangnya pengorganisasian dan komunikasi, serta meningkatnya rasa

cemas di kalangan staf dengan risiko terpapar COVID-19 (Utami et al.,

2021). Puskesmas membutuhkan ketahanan dalam menghadapi Pandemi

COVID-19 agar tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif

dan efisien bagi masyarakat khususnya saat pandemi.

Bencana alam mempengaruhi dan menghambat setiap sektor

masyarakat, salah satunya adalah sektor pendidikan. Tong et al. (2012)

mengembangkan kerangka berpikir untuk mengukur tingkat ketahanan

bencana pada institusi pendidikan. Pan American Health Organization

(2010) mengembangkan Alat Penilaian Mandiri Sektor Kesehatan untuk

Pengurangan Risiko Bencana bertujuan guna membantu manajer sektor


6

kesehatan dan koordinator bencana kesehatan menentukan status aspek kunci

manajemen risiko bencana. Dan Zhong et al. (2014) juga mengembangkan

kerangka berpikir untuk mengukur tingkat ketahanan pada Rumah Sakit.

Ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas menurut Oktari and

Kurniawan (2016) dapat dilihat dari beberapa faktor seperti faktor kondisi

fisik, peran kelembagaan, kapasitas pegawai, hubungan eksternal, dan

keterpaparan terhadap bencana. Faktor pertama yaitu kondisi fisik sebagai

penilaian terhadap kapasitas Puskesmas yang berkaitan dengan aksesibilitas

dan fasilitas. Kedua, peran kelembagaan adalah penilaian kapasitas

Puskesmas dalam menghadapi kondisi bencana melalui perencanaan,

manajemen dan alokasi anggaran. Ketiga, sumber daya manusia menilai

faktor yang membentuk tenaga kesehatan yang mampu dan siap dalam

menghadapi kondisi bencana serta mengkaji tim gerak cepat. Keempat, faktor

hubungan eksternal yang merupakan evaluasi semua elemen interaksi antara

Puskesmas dan masyarakat serta kerja sama dengan stakeholder. Faktor

terakhir yaitu keterpaparan terhadap bencana yang merupakan penilaian yang

mengevaluasi dampak keparahan bencana dan kondisi lingkungan wilayah

sekitar Puskesmas (Oktari and Kurniawan, 2016).

Puskesmas memiliki tanggung jawab yang berat dalam menjalankan

tugasnya dalam merespon krisis pandemi COVID-19. Pelayanan kesehatan di

Puskesmas harus diperkuat dan dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan yang diperkirakan tinggi di era pandemi (Rianto, 2021).

Krisis pandemi COVID-19 menyoroti nilai persiapan dan perencanaan

layanan kesehatan yang ditunjukkan dalam ketahanan Puskesmas untuk tetap


7

memberikan layanan kesehatan dalam keadaan darurat (Ndayishimiye et al.,

2022). Pelayanan Puskesmas selama pandemi COVID-19 perlu ditelaah

untuk mengetahui sejauh mana ketahanan Puskesmas. Pemaparan tersebut

melatarbelakangi ketertarikan peneliti untuk menelusuri gambaran ketahanan

unit pelaksana teknis dinas (UPTD) Puskesmas di wilayah Kota Depok

selama pandemi COVID-19 dengan skripsi yang berjudul “Gambaran

Ketahanan Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Kota Depok Dalam

Menghadapi COVID-19”.

1.2 Rumusan Masalah

Keadaan pandemi telah menghambat pelayanan kesehatan salah

satunya yaitu pelayanan kesehatan Puskesmas. Sebagai institusi kesehatan

operasional, Puskesmas memiliki beban yang signifikan dalam menjalankan

tanggung jawabnya dalam menghadapi krisis pandemi ini (Sidjabat and

Arthameivia, 2021). Untuk mengantisipasi permintaan pelayanan kesehatan

yang besar di masa mendatang, pelayanan kesehatan Puskesmas harus

diperkuat dan direncanakan (Rianto, 2021).

Puskesmas mengalami kesulitan akibat meningkatnya kebutuhan

akan pelayanan kesehatan yang diperparah dengan pembatasan gerak yang

mengganggu pemberian pelayanan kesehatan melalui poli-poli pelayanan

(Pangoempia et al., 2021). Situasi pandemi COVID-19 menekankan

pentingnya kesiapsiagaan dan perencanaan layanan kesehatan untuk

menangani perawatan medis dalam kondisi bencana (Ndayishimiye et al.,

2022). Ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas dalam melakukan

pelayanan di masa pandemi COVID-19 perlu merujuk pada pedoman teknis


8

pelayanan kesehatan Puskesmas selama pandemi COVID-19 sehingga

layanan dapat tetap berjalan meskipun dilakukan berbagai penyesuaian

(Kementerian Kesehatan RI, 2020a).

Peran Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

(FKTP) untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, Puskesmas harus dapat

berfungsi seoptimal mungkin meskipun beradaptasi dengan situasi pandemi

(Kementerian Kesehatan RI, 2020a). Penyesuaian dengan kondisi pandemi

menyebabkan perubahan mekanisme pelayanan kesehatan Puskesmas di

beberapa wilayah di Indonesia seperti triase dan skrinning dini, antrian pasien

yang diberi jarak satu sama lain, pergeseran jam operasional layanan, serta

hanya beberapa poli yang beroperasi (Pangoempia et al., 2021). Perubahan

tersebut mengarah pada pedoman teknis pelayanan kesehatan Puskesmas

selama pandemi COVID-19 yang bertujuan untuk memberikan acuan bagi

Puskesmas dalam memberikan pelayanan saat pandemi (Kementerian

Kesehatan RI, 2020a).

Institusi perawatan kesehatan seperti puskemas perlu

memprioritaskan kondisi kesehatan seperti apa yang harus dilayani, hal ini

ditujukan agar Puskesmas tetap dapat menyediakan layanan kesehatan yang

aman dan berkualitas tinggi (Rianto, 2021). Tingginya angka kasus serta

meningkatnya jumlah angka kunjungan pasien di masa pandemi COVID-19

pada Puskesmas di Kota Depok menjadi masalah yang dipertimbangkan

dalam penelitian ini (Dinas Kesehatan Kota Depok, 2021). Ketahanan

pelayanan kesehatan Puskesmas terhadap kondisi bencana pandemi

ditunjukkan melalui ketahanan dengan penyesuaian pelayanan dengan


9

merujuk kepada petunjuk teknis pelayanan kesehatan Puskesmas pada masa

pandemi COVID-19 (Kementerian Kesehatan RI, 2020a). Ketahanan dari

unit Puskesmas sebagai jawaban dari kebutuhan masyarakat saat bencana

pandemi COVID-19 berdasarkan faktor kondisi fisik, peran kelembagaan,

kapasitas pegawai, hubungan eksternal, dan keterpaparan terhadap bencana

perlu ditelusuri sehingga layanan dapat memadai (Oktari and Kurniawan,

2016).

Berdasarkan uraian rumusan masalah yang dipaparkan di atas untuk

menentukan fokus penelitian ini, maka disusunlah pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran ketahanan kondisi fisik pelayanan kesehatan

Puskesmas Kota Depok selama COVID-19?

2. Bagaimana gambaran ketahanan peran kelembagaan pelayanan

kesehatan Puskesmas Kota Depok selama COVID-19?

3. Bagaimana gambaran ketahanan kapasitas pegawai pelayanan

kesehatan Puskesmas Kota Depok selama COVID-19?

4. Bagaimana gambaran ketahanan hubungan eksternal pelayanan

kesehatan Puskesmas Kota Depok selama COVID-19?

5. Bagaimana gambaran ketahanan keterpaparan terhadap bencana

pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok selama COVID-19?


10

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran ketahanan pelayanan kesehatan

Puskesmas di Kota Depok dalam menghadapi pandemi COVID-19

tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran ketahanan kondisi fisik

pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok selama COVID-

19

2. Untuk mengetahui gambaran ketahanan peran kelembagaan

pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok selama COVID-

19

3. Untuk mengetahui gambaran ketahanan kapasitas pegawai

pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok selama COVID-

19

4. Untuk mengetahui gambaran ketahanan hubungan eksternal

pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok selama COVID-

19

5. Untuk mengetahui gambaran ketahanan keterpaparan terhadap

bencana pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok selama

COVID-19
11

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan

dan bahan evaluasi untuk perbaikan maupun mempertahankan

ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas di Kota Depok dalam

menghadapi pandemi COVID-19.

1.4.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Temuan studi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya, khususnya di bidang manajemen pelayanan

kesehatan, dan sebagai sumber data atau tinjauan literatur untuk studi

tentang ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas dalam

menghadapi pandemi COVID-19.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran

bagi peneliti dan referensi untuk penyelidikan lanjutan terkait

gambaran ketahanan pelayanan kesehatan di Puskesmas dalam

menghadapi COVID-19.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menelusuri gambaran ketahanan

pelayanan kesehatan Puskesmas dalam menghadapi pandemi COVID-19

yang meliputi kondisi fisik, peran kelembagaan, kapasitas pegawai, hubungan

eksternal, dan keterpaparan terhadap bencana di Kota Depok tahun 2022.

Lokasi penelitian dilakukan pada beberapa Puskesmas yang berada di


12

wilayah Kota Depok dan dilaksanakan pada tahun 2022. Desain yang

digunakan pada penelitian ini yaitu kuantitatif dengan desain cross sectional.

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan menerapkan teknik

purposive sampling. Pengumpulan data penelitian dijalankan melalui

pengisian kuesioner menggunakan Google Formulir oleh responden. Analisis

data yang digunakan yaitu melalui analisis univariat.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Puskesmas

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) menurut PMK

Nomor. 31 Tahun 2019 adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama

yang mengkoordinasikan inisiatif kesehatan individu dan masyarakat

dengan fokus pada pencegahan dan promosi untuk mencapai tingkat

kesehatan masyarakat yang tinggi, khususnya di lingkungan tempat

penyelenggaraan pusat kesehatan (Puskesmas) (Kemenkes RI, 2019).

Menurut PMK Nomor 43 Tahun 2019, Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) adalah kegiatan yang bertujuan untuk menjaga

dan meningkatkan kesehatan selain untuk melakukan pencegahan dan

mengatasi penyakit. Puskesmas memiliki beberapa kategori dan jenis

nya yaitu:

1. Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan

pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat

dikategorikan berdasarkan: a. karakteristik wilayah kerja; dan b.

kemampuan pelayanan.

2. Berdasarkan kemampuan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 huruf b, Puskesmas dikategorikan menjadi Puskesmas

nonrawat inap dan Puskesmas rawat inap.


14

3. Berdasarkan karakteristik wilayah kerja sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 24 huruf a, Puskesmas dikategorikan menjadi: a.

Puskesmas kawasan perkotaan; b. Puskesmas kawasan perdesaan; c.

Puskesmas kawasan terpencil; dan d. Puskesmas kawasan sangat

terpencil.

Puskesmas adalah kegiatan pelayanan dengan tujuan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit,

mengurangi keparahan, dan memulihkan kesehatan perseorangan,

selain sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) (Kemenkes RI, 2019).

2.1.1.1 Pelayanan Puskesmas di Masa Pandemi


Puskesmas merupakan satu-satunya fasilitas pelayanan

kesehatan yang memberikan pelayanan komprehensif karena

pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya

Kesehatan Perorangan (UKP) berada di wilayah kerjanya.

Puskesmas dibangun merujuk pada standar dan pedoman yang telah

ditentukan, dengan perbaikan terus menerus pada akses dan kualitas

layanan. Karena kedekatannya dengan kelompok sasaran,

Puskesmas berkembang pesat dalam pencegahan, deteksi, dan

respons. Hal ini menunjukkan alasan yang masuk akal jika

pemerintah memprioritaskan Puskesmas sebagai fasilitas

pencegahan COVID-19 yang melanda awal tahun 2020.

Implementasi pelayanan terkait kasus COVID-19 di

Puskesmas terintegrasi dengan pelayanan lain. Hal ini disebabkan


15

masih terdapat pelayanan esensial/primer yang harus diberikan

kepada masyarakat, seperti pemeriksaan kehamilan, vaksinasi

balita, pemantauan tumbuh kembang anak, dan lain sebagainya.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, rekomendasi teknis

pelayanan kesehatan Puskesmas di masa pandemi COVID-19 harus

disusun. Pedoman ini harus diintegrasikan ke dalam upaya

kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan COVID-

19 di lokasi kerjanya.

Puskesmas dalam melakukan pencegahan, deteksi, dan

penanggulangan dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19

menjadi bagian penting dalam partisipasi FKTP dalam menghadapi

pandemi COVID-19. Pedoman teknis pelayanan kesehatan

Puskesmas pada masa pandemi COVID-19 dirilis oleh Direktorat

Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan RI (2020b)

sebagai pedoman rekomendasi pelayanan kesehatan Puskesmas

pada masa pandemi COVID-19 sebagai pedoman bagi Puskesmas

dalam melaksanakan pelayanan selama pandemi COVID-19 dari

perspektif manajerial, serta dalam melaksanakan UKP dan UKM.

Panduan ini mencakup bagaimana mengadopsi manajemen

Puskesmas selama pandemi, serta bagaimana mengimplementasikan

UKM, UKP, PPI, dan Puskesmas dalam hubungannya dengan

pelayanan kesehatan.
16

2.1.2 Ketahanan (Resillience)

Resiliensi atau ketahanan merupakan kemampuan untuk

menangani dengan baik dan menyesuaikan diri terhadap situasi,

bencana, ataupun tekanan yang dianggap sebagai guncangan dalam

kehidupan (Neenan, 2018). Resiliensi pada dasarnya merupakan ilmu

yang dipelajari dalam bidang psikologi untuk menilai ketahanan

individu untuk menghadapi guncangan atau masalah dalam

kehidupan. Namun kemudian aplikasi ilmu resilensi berkembang

sehingga dapat diterapkan dalam konteks organisasi, lembaga

kesehatan, bencana, ekonomi, dan lainnya (Kimhi, 2016). Kerangka

konseptual resilensi kurang lebih seupa pada urutan siklusnya baik di

bidang kesehatan maupun bidang lainnya, sebagaimana ditunjukkan

pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Ketahanan

Sumber: Lailani (2021)

Merujuk pada gambar 2.1 di atas, dapat dipahami bahwa pada

elemen 1 yaitu konteks (context) dalam hal ini adalah Puskesmas.

Pada elemen 2 yaitu gangguan atau tantangan (disturbance/challenge)


17

dalam hal ini adalah pandemi COVID-19 sebagai bencana. Elemen 3

merupakan kapasitas dalam menghadapi gangguan (capacity to deal

disturbance) yang dalam hal ini adalah bagaimana Puskesmas dapat

beradaptasi dengan meingkatkan kapasitas & improvisasi serta

menurunkan kerentanan dalam menghadapi kondisi pandemi serta

lonjakan kasus COVID-19. Selanjutnya pada elemen 4 adalah reaksi

terhadap gangguan (reaction to disturbance) adalah bentuk dari

adaptasi ataupun persiapan Puskesmas dalam menghadapi pandemi

COVID-19 yaitu dapat berupa perubahan (transform); pulih lebih baik

dari sebelumnya (recover better than before); pulih seperti pada tahap

sebelum bencana (recover to pre-event stage); gagal (collapse).

2.1.3 Ketahanan Sistem Kesehatan (Health System Resilience)

Ketahanan sistem kesehatan (health system resilience)

merupakan kapasitas dari institusi dan aktor kesehatan untuk

merencanakan persiapan, bangkit dan pulih dari guncangan/tantangan

sekaligus mempertahankan jalannya fungsi pelayanan kesehatan

(United Nations, 2016). Resiliensi merupakan kemampuan persiapan

diri, mengelola (menyesuaikan dan berubah) dan mengambil hikmah

dari guncangan yang terjadi. Konsep resiliensi dengan demikian erat

kaitannya dengan konsep shock, yang didefinisikan sebagai

pergeseran drastis dan cepat yang akan memiliki pengaruh pada

sistem kesehatan. Guncangan dapat memengaruhi sebagian besar sisi

permintaan sistem kesehatan sebagai contoh kondisi epidemi akan

meningkatkan kebutuhan perawatan kesehatan (Thomas et al., 2020).


18

Sistem kesehatan dapat dikatakan memiliki ketahanan serta tangguh

jika mampu beradaptasi secara efektif dalam menanggapi situasi

bencana.

Kondisi pandemi COVID-19 merupakan guncangan terhadap

sistem kesehatan di seluruh dunia yang membuat isu ketahanan

menjadi lebih diperhatikan serta adanya kebutuhan untuk lebih

memahami elemen tanggapan nasional melalui lensa ketahanan.

Haldane et al. (2021) menampilkan kerangka ketahanan sistem

kesehatan yang berpusat pada keterlibatan masyarakat untuk

memberikan wawasan tentang kebijakan yang diterapkan negara dan

bagaimana kebijakan tersebut diterapkan untuk mengatasi pandemi

COVID-19 merujuk pada sistem kesehatan menurut WHO (2010).

Gambar 2.2 Kerangka Ketahanan Sistem Kesehatan

Sumber: WHO (2010)


19

Merujuk pada gambar 2.2 di atas dapat dipahami bahwa

keterlibatan masyarakat ditekankan sebagai dasar dari semua aspek

ketahanan sistem kesehatan. Hal ini mengarah pada ketahanan yang

menyesuaikan kebutuhan masyarakat melalui pelayanan kesehatan

yang adil.

a. Keterlibatan komunitas (community engagement) merupakan

cara untuk menginformasikan pemberian layanan,

pengambilan keputusan dan tata kelola dan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat sebelum, selama dan setelah krisis.

Strategi pelibatan masyarakat, seperti membangun kemitraan

dengan pemimpin lokal dan bekerja bersama anggota

masyarakat untuk menyesuaikan pesan dan kampanye sangat

penting selama keadaan darurat kesehatan masyarakat seperti

pemakaian masker dan jarak sosial, bergantung pada nilai-nilai

bersama dan rasa tanggung jawab sosial dalam masyarakat

untuk memutus rantai penularan.

b. Tata kelola dan pembiayaan (governance and financing)

menentukan dalam hal infrastruktur kesehatan, peraturan dan

pedoman, mendefinisikan akses ke pengobatan dan

pengobatan, penyediaan cakupan kesehatan dan pembiayaan.

c. Pelayanan kesehatan (health service delivery) di mana sistem

kesehatan secara global telah menggunakan tiga pendekatan

umum untuk meningkatkan infrastruktur sistem kesehatan


20

dengan cepat, yaitu dengan membangun fasilitas perawatan

baru, mengubah tempat umum, dan mengkonfigurasi ulang

fasilitas medis yang ada untuk penyediaan perawatan pasien

COVID-19.

d. Tenaga kesehatan (health workforce) dalam sistem kesehatan

yang tangguh ditandai dengan tenaga kerja yang memadai,

terlatih dan bersedia. Kondisi COVID-19 yang menyebar

dengan pesat di antara petugas kesehatan membuat tenaga

kesehatan terdampak secara signifikan. Tantangan tenaga

kesehatan selama COVID-19 termasuk tingkat staf yang

rendah (terutama di antara perawat) dan distribusi geografis

yang tidak merata, kekurangan alat pelindung diri (APD) yang

memadai, kapasitas pengujian yang terbatas, pelatihan yang

tidak memadai, diskriminasi dan serangan sosial, serta

kesehatan mental yang buruk.

e. Produk dan teknologi medis (medical products and

technologies) diperlukan dalam pencegahan, diagnosis, dan

pengelolaan kondisi COVID-19. Namun, ketergantungan yang

berlebihan pada beberapa negara untuk produksi, persaingan

antar negara dan gangguan rantai pasokan telah menyebabkan

kekurangan pasokan global. Stok APD nasional atau regional

termasuk masker, sarung tangan, pelindung wajah, dan gaun

pelindung diperlukan sebagai penyangga sambil menunggu

pasokan impor atau peningkatan produksi dalam negeri.


21

f. Fungsi kesehatan masyarakat (public health functions)

merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang ada dalam

masyarakat seperti pengujian, pelacakan kontak, karantina

atau isolasi diri, dan pengawasan sebagai fungsi penting untuk

memutus rantai penulara. Namun pada beberapa sistem

kesehatan, sistem pemberian layanan kesehatan dan kesehatan

masyarakat bersifat tertutup di mana koordinasinya terbatas,

tidak efektif, dan proses rujukan dan sistem pelaporan yang

terpisah sehingga dapat melemahkan ketahanan sistem

kesehatan. Pengujian dan pelacakan kontak adalah contoh

kasus yang dengan jelas menggambarkan mengapa kesehatan

masyarakat dan sistem kesehatan harus bertindak bersama

secara terkoordinasi.

2.1.4 Ketahanan Institusi

2.1.4.1 Ketahanan Sektor Pendidikan Terhadap Bencana


Bencana alam mempengaruhi dan menghambat

setiap sektor masyarakat, salah satunya adalah sektor

pendidikan. Hancurnya fasilitas sekolah membatasi akses

murid ke institusi pendidikan yang menunjukkan sektor

pendidikan terpengaruh ketika bencana terjadi sampai

dengan setelahnya karena penghentian dan pemulihan

pendidikan. Tong et al. (2012) mengembangkan kerangka

berpikir untuk mengukur tingkat ketahanan bencana pada

institusi pendidikan meliputi lima dimensi sebagai berikut:


22

1. Kondisi fisik

Dimensi kondisi fisik mencakup

bangunan fisik sekolah, sarana dan prasarana,

serta kondisi kebersihan dan lingkungan sekolah.

Bangunan fisik sekolah menilai struktural secara

keseluruhan dalam hal pemeriksaan rutin pada

bangunan sekolah, penerapan kode keselamatan,

pintu keluar darurat, dan evakuasi. Sarana dan

prasarana menguji kondisi fisik prasarana

nonstruktural. Sedangkan kondisi kebersihan dan

lingkungan sekolah mengukur kesadaran sekolah

terhadap masalah lingkungan.

2. Peran kelembagaan

Peran kelembagaan menilai segi

perencanaan bencana, pengelolaan dan alokasi

anggaran untuk kegiatan kebencanaan.

Perencanaan menjadi tolak ukur capaian sekolah

dalam merespon bencana. Manajemen berfokus

pada persediaan sekolah untuk siswa sebelum

bencana seperti sistem peringatan dini, kegiatan

bencana, informasi risiko bencana, dan tindakan

perlindungan. Anggaran menilai jasa keuangan di

sekolah yang dialokasikan untuk kegiatan


23

kebencanaan seperti pelatihan, kesiapsiagaan,

tanggap darurat, dan proses pemulihan.

3. Sumber daya manusia

Dimensi sumber daya manusia

menelusuri komponen utama sumber daya

manusia di sekolah, yaitu guru dan staf, siswa,

dan orang tua/wali. Komponen guru dan staf

meliputi kapasitas pribadi guru terkait dengan

bencana sebelumnya, pengetahuan, dan peran

dalam menanggapi bencana. Komponen siswa

mengidentifikasi isu-isu kritis yang perlu

ditangani untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi dalam kapasitas belajar. Komponen

orang tua/wali membahas peran partisipasinya

dalam kegiatan bencana di sekolah.

4. Hubungan eksternal

Hubungan eksternal meliputi kolaborasi,

hubungan sekolah dengan komunitas, dan dana

mobilisasi. Kolaborasi mengacu pada kerjasama

antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah

daerah untuk pencegahan dan mitigasi pra-

bencana dan manajemen pascabencana.

Hubungan sekolah dengan masyarakat

mengidentifikasi peran masyarakat dalam


24

membantu sekolah merespon bencana secara

tepat waktu. Dana mobilisasi menilai dukungan

eksternal dari masyarakat, pemerintah daerah,

dan organisasi lain ke sekolah dalam bencana.

5. Keterpaparan terhadap bencana

Kondisi alam meliputi tingkat keparahan

bahaya, frekuensi bencana alam, dan lingkungan

sekitar. Tingkat keparahan bahaya alam menilai

tingkat dampak bencana iklim di sekolah.

Frekuensi bencana alam mengukur frekuensi

bencana iklim di wilayah sekolah setempat.

Lingkungan sekitar mengkaji lingkungan sekitar

ditinjau dari lokasi sekolah yang berada di daerah

berisiko tinggi dan jarak dari sekolah ke lembaga

pelayanan publik seperti kantor pemerintah,

kantor polisi, dan Puskesmas.

2.1.4.2 Ketahanan Sektor Kesehatan Terhadap Bencana


Alat Penilaian Mandiri Sektor Kesehatan untuk

Pengurangan Risiko Bencana bertujuan guna membantu

manajer sektor kesehatan dan koordinator bencana kesehatan

menentukan status aspek kunci manajemen risiko bencana.

Alat ini dikembangkan oleh Pan American Health

Organization (2010) berdasarkan premis mendasar bahwa


25

sumber daya negara untuk melaksanakan program kesehatan

nasional dapat menurun saat terjadinya bencana.

Terdapat 3 tujuan program manajemen risiko bencana

sektor kesehatan:

1. Mengurangi kerentanan bidang kesehatan terhadap

dampak bencana (Mitigasi);

2. Bersiap untuk mendukung respon nasional terhadap

bencana dalam hal kesehatan (Kesigapan)

3. Bersiaplah untuk memimpin respon nasional terhadap

bencana kesehatan, mis. pandemi (Kesigapan).

Alat untuk mengurangi risiko bencana terdapat dua

yaitu mitigasi dan kesigapan. Mitigasi adalah proses

mengurangi atau membatasi dampak negatif dari risiko dan

bencana yang terkait. Mitigasi dibagi menjadi 3 komponen

yaitu identifikasi risiko, mitigasi non sturuktural, dan

mitigasi struktural:

1. Identifikasi Risiko dilakukan dengan melihat elemen

kunci penilaian bahaya, kerentanan, dan risiko. Penilaian

ini khusus untuk sektor kesehatan secara keseluruhan

dan fasilitas kesehatan individu.

2. Mitigasi Non Struktural dilakukan dengan melihat

perencanaan tata guna lahan dan kode bangunan sebagai

elemen kuncinya. Sub-elemen dari masing-masing


26

elemen kunci mitigasi non struktural adalah standar

nasional dan penerapannya dalam sektor kesehatan.

3. Mitigasi Struktural dilakukan dengan melihat fasilitas

baru dan lama sebagai elemen kuncinya. Sub-elemen

dari mitigasi strukutural adalah proses perencanaan yang

mengarah pada pembangunan fasilitas sektor kesehatan

baru serta kegiatan pertahanan.

Sasaran upaya kesiapsiagaan dalam konteks

manajemen risiko bencana adalah untuk mengembangkan

kemampuan yang diperlukan untuk menangani semua jenis

situasi secara efektif. Kesiapsiagaan, yang mencakup tugas-

tugas seperti perencanaan darurat, penimbunan peralatan dan

perbekalan, pengembangan rencana koordinasi, evakuasi,

dan informasi publik, serta pelatihan terkait latihan lapangan,

didasarkan pada analisis risiko bencana yang menyeluruh

dan hubungan yang kuat dengan sistem peringatan.

Kesigapan dibagi menjadi 4 komponen yang relevan

dengan sektor kesehatan yaitu

1. Tata kelola manajemen risiko bencana mencakup

kerangka kerja legislatif, kebijakan dan struktural/

sistemik yang mengatur manajemen risiko bencana di

sektor kesehatan.
27

2. Rencana manajemen risiko bencana sektor kesehatan

mencakup kerangka perencanaan, rencana tingkat

nasional sektor kesehatan dan rencana lembaga

sektor/fasilitas kesehatan adalah elemen utama.

3. Sumber manajemen risiko bencana sektor kesehatan

mencakup sumber daya material dan manusia

4. Kesadaran masyarakat terkait manajemen risiko bencana

sektor kesehatan mencakup pra-kegiatan bencana

manajemen risiko terkait kesadaran kesehatan

masyarakat dan bencana risiko bencana terkait informasi

kesehatan terkait informasi publik.

A. Rumah Sakit

Pembangunan rumah sakit yang aman dan

terjamin membutuhkan visi dan dedikasi untuk

memastikan fasilitas dapat beroperasi secara optimal

meskipun pada saat darurat dan bencana. Kerusakan

yang terjadi pada elemen non-struktural dapat

menimbulkan penghentian operasinal pada rumah

sakit. Rumah sakit dan bangunan fasilitas kesehatan

lainnya perlu perencanaan untuk dibangun sesuai

dengan standar keselamatan dan pengurangan risiko.

Kementerian Kesehatan RI (2012) menyusun standar

teknis yang mengatur persyaratan struktural, non-


28

struktural, dan fungsional untuk rumah sakit dalam

skenario darurat dan bencana.

1. Struktur

Bangunan diharuskan mengikuti peraturan

struktural untuk bertahan dari bencana alam yang

berbahaya. Identifikasi struktur mencakup lokasi

bangunan, spesifikasi rancangan, dan material yang

dipakai pada bangunan rumah sakit maupun fasilitas

kesehatan.

2. Non Struktur

Petunjuk non struktur diarahkan untuk operasi

harian pada bangunan rumah sakit dan fasilitas.

Komponen non struktural perlu untuk diperhatian

karena jika terjadi kerusakan maka rumah sakit

tidak dapat beroperasi bahkan kecelakaan pasien.

Arsitektur, teknologi medis dan laboratorium,

prosedur penyelamatan jiwa, dan masalah

keselamatan dan keamanan adalah contoh

identifikasi non-struktural.

3. Fungsional

Petunjuk fungsional diarahkan bagi operasional

pada rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Identifikasi fungsional meliputi sirkulasi internal,

lokasi dan aksesibilitas, alat dan perlengkapan,


29

standar dan prosedur operasional, sistem logistik

dan utilitas, keamanan dan alarm, sumber daya

manusia, serta pemantauan dan evaluasi.

Zhong et al. (2014) mengembangkan kerangka

berpikir untuk mengukur tingkat ketahanan pada

Rumah Sakit yang meliputi

1. Keamanan dan Kerentanan Rumah Sakit yang

mencakup surveilans penyakit serta risiko dan

keamanan rumah sakit.

2. Kesigapan dan Sumber Bencana yang

mencakup kepemimpinan darurat, kerjasama

dan komunikasi masyarakat, rencana saat

terjadi bencana, persediaan logistik saat

bencana dan manajemen logistik, staf darurat,

serta pelatihan darurat.

3. Keberlanjutan Layanan Esensial mencakup

obat-obatan darurat dan kapasitas lonjakan.

4. Pemulihan dan Adaptasi mencakup

kemampuan pemulihan serta evaluasi dan

adaptasi.

B. Puskesmas

Puskesmas memiliki peran penting dalam suatu

kondisi bencana seperti pandemi COVID-19 sehingga perlu

membangun ketahanan agar dapat tetap melaksanakan


30

pelayanan kesehatan esensial bagi masyarakat. Oktari dan

Kurniawan (2016) menyusun kerangka ketahanan

Puskesmas terhadap bencana dengan mengadopsi ketahanan

sekolah dari Tong et al. (2012), ketahanan kesehatan

masyarakat dari Pan American Health Organization (2010),

ketahanan rumah sakit dari Zhong et al. (2014), dan pedoman

teknis bangunan rumah sakit dari Kementerian Kesehatan RI

(2012). Adapun faktor-faktor yang dinilai pada ketahanan

Puskesmas dalam menghadapi bencana menurut Oktari dan

Kurniawan (2016) adalah sebagai berikut:

a. Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan penilaian terhadap

kapasitas Puskesmas dalam memberikan layanan

yang efektif dan berkualitas yang berkaitan dengan

lokasi, aksesibilitas, struktur bangunan, serta fasilitas

dan peralatan (Oktari and Kurniawan, 2016).

Puskesmas merupakan garda utama dan terdepan

sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat

sehingga memiliki peran yang vital ketika dalam

kondisi bencana. Lokasi Puskesmas perlu berada

pada tempat yang aman untuk didatangi masyarakat

(WHO, 2022). Aksesibilitas yang dimaksud adalah

Puskesmas mudah untuk dapat diakses oleh pasien.

Puskesmas harus memiliki struktur bangunan yang


31

kokoh dan dapat beroperasi dalam kondisi bencana

dan dilengkapi dengan fasilitas serta peralatan yang

menunjang jalannya pelayanan kesehatan di kondisi

pandemi COVID-19 (WHO, 2022).

b. Peran Kelembagaan

Peran kelembagaan merupakan penilaian

kapasitas Puskesmas dalam menghadapi kondisi

bencana melalui perencanaan, manajemen dan

alokasi anggaran. Menurut Hyogo Framework for

Action (HFA) dalam Oktari and Kurniawan (2016),

peran kelembagaan adalah prioritas pertama yang

harus diperhatikan untuk memastikan risiko bencana.

Perencanaan dalam hal ini berkaitan dengan petunjuk

teknis pelayanan kesehatan Puskesmas pada masa

pandemi COVID-19 sebagai komando insiden

darurat di Puskesmas. Pada domain manajemen, ini

berlaku untuk sistem manajemen informasi yang

digunakan dalam skenario darurat dan bencana serta

jaringan komunikasi dan transportasi untuk keadaan

darurat dan bencana. Prosedur pengalokasian dan

mobilisasi dana dalam konteks anggaran untuk

menghadapi situasi bencana disertakan.

c. Sumber Daya Manusia


32

Sumber daya manusia menilai faktor yang

membentuk tenaga kesehatan yang mampu dan siap

dalam menghadapi kondisi bencana serta mengkaji

tim gerak cepat atau organisasi bencana dan sistem

komando insiden darurat (Oktari and Kurniawan,

2016). Sumber daya manusia yang dimaksud adalah

pegawai administrasi yang bekerja di Puskesmas

serta dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan

lainnya. Tenaga kesehatan dalam konteks ini

menurut WHO (2022) mencakup pada kuantitas,

keterampilan, dan distribusi tenaga kesehatan

terampil multidisiplin di masyarakat serta menilai

dukungan manajemen yang efektif, pengawasan dan

kompensasi yang sesuai.

d. Hubungan Eksternal

Hubungan eksternal merupakan

mengevaluasi semua elemen interaksi antara

Puskesmas dan masyarakat, bekerja sama dengan

pemangku kepentingan, dan mendapatkan bantuan

dari mereka untuk menggalang dana. Pengelolaan

koneksi dengan pemangku kepentingan eksternal

sangat penting dalam keadaan krisis untuk

menawarkan layanan darurat seefektif mungkin.


33

Hubungan dengan masyarakat menyoroti

upaya yang dilakukan Puskesmas untuk melibatkan

masyarakat dalam tanggap darurat yang dilakukan

Puskesmas serta upaya mendidik dan

memberdayakan masyarakat tentang bencana dan

cara menghadapi bencana. Untuk memastikan jalur

koordinasi dan komunikasi dengan pemangku

kepentingan, juga dilakukan evaluasi terhadap

kolaborasi pemangku kepentingan. Untuk

memastikan adanya bantuan keuangan dari sektor

publik dan komersial, lembaga swadaya masyarakat,

dan lembaga lainnya.

e. Keterpaparan Terhadap Bencana

Keterpaparan terhadap bencana merupakan

penilaian yang mengevaluasi dampak keparahan

bencana dan kondisi lingkungan wilayah sekitar

Puskesmas (Oktari and Kurniawan, 2016). Efek dari

ancaman yang dimaksud dalam konteks pada pusat

kesehatan adalah menentukan tingkat keparahan

ancaman dalam situasi ini. Dengan menghitung jarak

antara Puskesmas dengan fasilitas lain dan

mengidentifikasi potensi bahaya atau bahaya, juga

dilakukan penilaian menyeluruh terhadap

lingkungan sekitar.
34

2.2 Kerangka Teori

Ketahanan diperlukan pada setiap Puskesmas untuk dapat terus

memberikan pelayanan kesehatan yang krusial bagi masyarakat dalam

menghadapi keadaan bencana alam maupun non-alam. Tong et al. (2012),

Pan American Health Organization (2010), dan Zhong et al. (2014)

membangun kerangka ketahanan di sektor pendidikan, sektor kesehatan dan

sektor rumah sakit dengan menggunakan 5 dimensi yaitu : Kondisi Fisik,

Peran Kelembagaan, Sumber Daya Manusia, Hubungan Eksternal, dan

Keterpaparan Terhadap Bencana, yang kemudian 3 sumber utama tersebut di

adaptasi kembali oleh (Oktari and Kurniawan, 2016) untuk di sesuaikan

dalam membangun kerangka berpikir yang secara spesifik disusun untuk

menilai ketahanan Puskesmas dalam menghadapi bencana.

Ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas dalam menghadapi

bencana ditujukan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas terhadap bencana yang meliputi

kondisi fisik, peran kelembagaan, sumber daya manusia, hubungan eksternal,

dan keterpaparan terhadap bencana sebagaimana digambarkan pada bagan

2.1.
35

Kondisi fisik

Peran kelembagaan Ketahanan


pelayanan
kesehatan
Hubungan eksternal Puskesmas dalam
menghadapi
bencana
Sumber daya manusia

Keterpaparan terhadap
bencana

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Oktari dan Kurniawan (2016)


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini mengadaptasi pada kerangka berpikir ketahanan

Puskesmas dalam menghadapi bencana yang dibangun oleh Oktari dan

Kurniawan (2016). Kerangka berpikir ketahanan Puskesmas dalam

menghadapi bencana diterapkan sebagai kerangka konsep dalam penelitian

ini karena dinilai cocok dengan tujuan penelitian. Bencana yang dimaksud

pada konteks penelitian ini adalah bencana kesehatan yaitu pandemi COVID-

19. Pandemi COVID-19 yang terjadi selama hampir tiga tahun ini

diklasifikasikan sebagai kondisi kedaruratan atau bencana.

Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pada ketahanan pelayanan

kesehatan Puskesmas di Kota Depok terhadap pandemi COVID-19,

dilakukan adaptasi variabel yang hendak diteliti yaitu pada variabel sumber

daya manusia dari kerangka berpikir milik Oktari dan Kurniawan (2016)

menjadi variabel kapasitas pegawai untuk menyesuaikan dengan tujuan

penelitian. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka variabel yang diteliti yaitu

kondisi fisik, peran kelembagaan, kapasitas pegawai, hubungan eksternal,

dan keterpaparan terhadap bencana.

36
37

Kondisi fisik

Peran kelembagaan
Ketahanan pelayanan
kesehatan Puskesmas
Hubungan eksternal dalam menghadapi
pandemi COVID-19

Kapasitas pegawai

Keterpaparan
terhadap bencana

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


38

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Ketahanan Kemampuan Puskesmas Kuesioner dengan Pengisian 1. Baik, apabila Ordinal

pelayanan untuk tangguh dalam skala Guttman: kuesioner responden menjawab

kesehatan mempertahankan pelayanan 0 = Tidak oleh “Ya” pada semua

Puskesmas kesehatan Puskesmas 1 = Ya responden pertanyaan variabel

dalam berdasarkan variabel kondisi 2. Kurang baik, apabila

menghadapi fisik, peran kelembagaan, responden menjawab

kondisi kapasitas pegawai, hubungan “Tidak” pada satu atau

pandemic eksternal, dan keterpaparan lebih pertanyaan

COVID-19 terhadap bencana. variabel


39

2. Kondisi fisik Penilaian terhadap kapasitas Kuesioner dengan Pengisian 1. Baik, apabila Ordinal

Puskesmas dalam skala Guttman: kuesioner responden menjawab

memberikan layanan yang 0 = Tidak oleh “Ya” pada semua

efektif dan berkualitas yang 1 = Ya responden pertanyaan variabel

berkaitan dengan lokasi, 2. Kurang baik, apabila

aksesibilitas, struktur responden menjawab

bangunan, serta fasilitas dan “Tidak” pada satu atau

peralatan lebih pertanyaan

variabel

3. Peran Penilaian kapasitas Kuesioner dengan Pengisian 1. Baik, apabila Ordinal

kelembagaan Puskesmas dalam menghadapi skala Guttman: kuesioner responden menjawab

kondisi bencana melalui 0 = Tidak oleh “Ya” pada semua

perencanaan, manajemen dan 1 = Ya responden pertanyaan variabel

alokasi anggaran
40

2. Kurang baik, apabila

responden menjawab

“Tidak” pada satu atau

lebih pertanyaan

variabel

4. Kapasitas Penilaian kapasistas staf Kuesioner dengan Pengisian 1. Baik, apabila Ordinal

Pegawai Puskesmas yang mampu dan skala Guttman: kuesioner responden menjawab

siap dalam menghadapi 0 = Tidak oleh “Ya” pada semua

kondisi bencana serta 1 = Ya responden pertanyaan variabel

mengkaji tim gerak cepat atau 2. Kurang baik, apabila

organisasi bencana dan pusat responden menjawab

operasi darurat Puskesmas “Tidak” pada satu atau

lebih pertanyaan

variabel
41

5. Hubungan Penilaian aspek hubungan Kuesioner dengan Pengisian 1. Baik, apabila Ordinal

eksternal antara Puskesmas dengan skala Guttman: kuesioner responden menjawab

masyarakat, kolaborasi 0 = Tidak oleh “Ya” pada semua

dengan stakeholder, serta 1 = Ya responden pertanyaan variabel

dukungan dari masyarakat 2. Kurang baik, apabila

dengan mengikuti kegiatan responden menjawab

yang di adakan pihak “Tidak” pada satu atau

Puskesmas. lebih pertanyaan

variabel

6. Keterpaparan Penilaian yang mengkaji Kuesioner dengan Pengisian 1. Baik, apabila Ordinal

terhadap frekuensi dan tingkat skala Guttman: kuesioner responden menjawab

bencana keparahan bencana serta 0 = Tidak oleh “Ya” pada semua

kondisi lingkungan di sekitar 1 = Ya responden pertanyaan variabel

Puskesmas
42

2. Kurang baik, apabila

responden menjawab

“Tidak” pada satu atau

lebih pertanyaan

variabel
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan

kuantitatif. dengan desain cross sectional atau potong lintang. Metode

deskriptif dipilih karena peneliti ingin mengetahui ketahanan pelayanan

kesehatan Puskesmas di Kota Depok dalam menghadapi pandemi COVID-19

tahun 2022. Data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner adalah yang

digunakan dalam penelitian. Kuesioner bertujuan untuk mengetahui hasil

tanggapan responden dan menilai seberapa siap pelayanan kesehatan

Puskesmas di Kota Depok dalam menangani pandemi COVID-19.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Abadi Jaya, Puskesmas

Sukma Jaya, Puskesmas Cilodong, dan Puskesmas Sawangan yang berada di

wilayah kerja Kota Depok dan aktif memberikan pelayanan selama masa

pandemi COVID-19. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan purposive

melihat data COVID-19 serta faktor aksesibilitas peneliti terhadap lokasi

penelitian.

Angka positif COVID-19 di masing masing wilayah kecamatan di

Kota Depok seperti di Sukmajaya mencapai 4.001 kasus, Cilodong 1.194

kasus, Sawangan 2.520 kasus, Abadijaya 4.415 kasus, Bakti Jaya 4.656 kasus,

Bojong Sari 932 kasus, Pancoran Mas 4000 kasus, Cipayung 1.615 kasus,

43
Tapos 682 kasus, Beji 4.301 kasus, Limo 2.750 kasus, dan Cinere 3.384 kasus

(Data Covid Depok, 2022).

Mempertimbangkan angka kasus COVID-19 serta aksebilitas peneliti

maka Puskesmas Abadi Jaya, Puskesmas Sukma Jaya, Puskesmas Cilodong,

dan Puskesmas Sawangan dipilih sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini

dilaksanakan selama bulan Oktober sampai dengan bulan November tahun

2022 saat PPKM yang diterapkan di Kota Depok sudah turun menjadi level 1

dan angka kasus COVID-19 pada Oktober 2022 mencapai 2,457 kasus

dengan rata rata per 7 hari mencapai 2.916 kasus (JHU CSSE COVID-19

Data). Sejak pertengahan tahun 2022, positivity rate di Kota Depok adalah

2,71 dan laju transmisi/penyebaran sebesar 4,73 per 100 ribu penduduk per

minggu. Data tersebut menggambarkan bahwa kondisi COVID-19 terkendali

yang ditandai dengan angka positivity rate < 5% dan laju transmisi < 20 per

100 ribu penduduk per minggu (Dinas Kesehatan Kota Depok, 2022).

44
45

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Sugiyono (2016) mendefinisikan populasi sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri dari hal-hal atau topik-topik yang

memenuhi kriteria yang telah ditentukan sehingga dapat diteliti dan

ditarik kesimpulan tentangnya. Populasi penelitian ini adalah

seluruh pegawai Puskesmas di Kota Depok yang berjumlah

sebanyak 917 orang yang tersebar pada sebanyak 38 Puskesmas di

Kota Depok (Dinas Kesehatan Kota Depok, 2020b).

4.3.2 Sampel Penelitian

Purposive sampling digunakan sebagai metode pengambilan

sampel untuk penelitian ini. Teknik purposive sampling merupakan

salah satu upaya pengambilan sampel non-probabilitas di mana unit

sampel dipilih karena mereka memiliki karakteristik yang

dibutuhkan sebagai sampel penelitian. Non-probability sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan setiap

komponen atau anggota populasi kesempatan yang sama untuk

dipilih sebagai sampel. Peneliti memilih sampel penelitian

berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk

mendapatkan sampling yang memiliki karakteristik yang di

kehendaki, peneliti menggunakan metode ini dikarenakan tidak

mungkin untuk menarik sampel probabilitas, alasan nya adalah ada

nya pertimbangan waktu dan biaya. Teknik tersebut juga dipilih

karena populasi penelitian sangat besar dan tidak adanya kerangka


46

sampel karena data populasi tidak tersedia. Sampel yang diperoleh

melalui teknik purposive sampling dapat menjadi representasi dari

keseluruhan populasi yang dikaji (Sabri, 2014).

Sampel penelitian ini merupakan pegawai Puskesmas Abadi

Jaya, Puskesmas Sukma Jaya, Puskesmas Cilodong, dan Puskesmas

Sawangan yang dipilih dari 38 Puskesmas di Kota Depok sebagai

sampel penelitian karena Puskesmas tersebut berada pada lokasi

kecamatan yang berbeda-beda di wilayah Kota Depok.

Sampel pada penelitian ini adalah subjek penelitian yang

ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sampel

penelitian. Notoatmodjo (2002) mendefinisikan kriteria inklusi

sebagai standar dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel

penelitian yang memenuhi persyaratan sebagai sampel. Kriteria

inklusi sampel penelitian ini sebagai berikut:

1. Pegawai Puskesmas Abadi Jaya, Puskesmas Sukma Jaya,

Puskesmas Cilodong, dan Puskesmas Sawangan yang

mengetahui pelayanan Puskesmas selama pandemi COVID-

19

2. Pegawai bekerja pada Puskesmas Abadi Jaya, Puskesmas

Sukma Jaya, Puskesmas Cilodong, dan Puskesmas

Sawangan yang aktif melayani selama pandemi COVID-19

3. Sehat jasmani dan rohani

Kriteria eksklusi adalah standar yang menyatakan bahwa

individu penelitian tidak dapat dijadikan sebagai sampel karena


47

tidak memenuhi standar sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pegawai Puskesmas Abadi Jaya, Puskesmas Sukma Jaya,

Puskesmas Cilodong, dan Puskesmas Sawangan yang tidak

bersedia untuk menjadi responden penelitian

Rumus Slovin digunakan untuk menghitung jumlah sampel

dalam penyelidikan ini karena ukuran populasi diketahui. Rumus

Slovin adalah sebagai berikut untuk menentukan jumlah minimum

sampel:

N
n=
1 + Ne2
Keterangan:
n : jumlah sampel
N : populasi
e : toleransi kesalahan

Berdasarkan rumus tersebut, perhitungan sampel penelitian

sebagai berikut.

Diketahui:

N : 917

e : 10% = 0, 1

917
n=
1 + 917 x 0,12

n = 99,89 dibulatkan ke atas menjadi 100

Jadi, jumlah sampel penelitian pada penelitian ini yaitu

sebanyak 100 responden dari Puskesmas Abadi Jaya, Puskesmas

Sukma Jaya, Puskesmas Cilodong, dan Puskesmas Sawangan.


48

Berdasarkan proporsional jumlah pegawai yang ada di setiap

Puskesmas maka di setiap Puskesmas pengambilan jumlah sampel

nya berbeda beda untuk di Puskesmas Abadijaya di ambil 35 sampel,

Puskesmas Sukmajaya di ambil 30 sampel, Puskesmas Cilodong di

ambil 33 sampel, dan Puskesmas Sawangan di ambil 32 sampel.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian merupakan kuesioner yang dibentuk

dengan mengacu kepada Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa

Pandemi COVID-19 milik Kementerian Kesehatan (2021) dan Kerangka

Pengukuran Perawatan Kesehatan Primer dari WHO (2022) dan juga

kuesioner disesuaikan dengan kerangka teori dan kerangka konsep yang

digunakan yaitu dari Oktari dan Kurniawan (2016). Alat ukur pada penelitian

ini menggunakan Skala Guttman. Sugiyono (2016) mengatakan bahwa skala

guttman dirancang untuk memperoleh respons tegas dan pasti dari responden

yang hanya memiliki dua rentang atau rasio dikotomi (dua alternatif) seperti

ya-tidak, benar-salah, setuju-tidak setuju, pernah-tidak pernah, dan

sejenisnya. Skala Guttman ini memberikan bobot nilai 0 - 1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Skor Jawaban Skala Likert

Pilihan Bobot Nilai

Tidak 0

Ya 1
49

Uji normalitas data dilakukan melalui uji Kolmogorov-Smirnov untuk

menentukan cutoff point yang akan digunakan sebagai pengkategorian. Cut

off point kategori didasarkan pada nilai mean jika data terdistribusi secara

normal dan berlaku sebaliknya jika data menunjukkan bahwa tidak

berdistribusi normal maka kategorinya didasarkan pada nilai median. Jika

hasilnya ≥ 0,05 artinya data berdistribusi normal.

Tabel 4.2 Uji Normalitas

Kolmogorov-

Variabel Smirnov Keterangan

n α sig.

Kondisi fisik 100 0,05 0,00 Distribusi tidak normal

Peran kelembagaan 100 0,05 0,00 Distribusi tidak normal

Kapasitas Pegawai 100 0,05 0,00 Distribusi tidak normal

Hubungan eksternal 100 0,05 0,00 Distribusi tidak normal

Keterpaparan terhadap Distribusi tidak normal


100 0,05 0,00
bencana

Tabel 4.2 menggambarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov bahwa

seluruh variabel tidak berdistribusi normal. Hasil ukur variabel dinyatakan

baik apabila responden menjawab “Ya” pada setiap pertanyaan di variabel.

Sedangkan apabila responden ditemukan menjawab “Tidak” pada satu atau

lebih pertanyaan di variabel maka dikategorikan sebagai kurang baik.


50

Kuesioner penelitian disusun dengan merujuk kepada Petunjuk

Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa Pandemi COVID-19 dan faktor-

faktor ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas dalam menghadapi

bencana oleh Oktari dan Kurniawan (2016). Adapun daftar pernyataan

meliputi 5 variabel yang berkaitan dengan ketahanan pelayanan kesehatan

Puskesmas di Kota Depok dalam menghadapi pandemi COVID-19 tahun

2022 terdapat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Variabel Ketahanan Pelayanan Kesehatan Puskesmas

No. Variabel Jumlah Item

1. Kondisi Fisik 6 A1, A2, A3,

A4. A5. A6

2. Peran Kelembagaan 3 B1, B2, B3

3. Kapasitas Pegawai Puskesmas 3 C1, C2, C3

4. Hubungan Eksternal 4 D1, D2, D3,

D4

5. Keterpaparan Terhadap Bencana 2 E1, E2

4.5 Uji Validitas

Untuk menilai seberapa jauh kemampuan alat ukur mampu menilai

atau mengukur suatu objek yang akan diukur oleh sebab itu uji validitas

dibutuhkan. Menurut Arikuto (2013) mengemukakan dalam bukunya, jika

ingin mendapatkan data yang valid dari penelitian, maka perlu adanya

evaluasi kevalidan instrumennya. Jika alat ukur sudah dinyatakan valid,

selanjutnya dapat dilaksanakan prosedur uji realibilitas terhadap alat ukur.


51

Tetapi jika alat ukut dinyatakan tidak valid, peneliti harus mengevaluasi

untuk melakukan peubahan atau mengeliminasi alat ukur tersebut dan

menggantinya dengan yang valid. Program Komputer dimanfaatkan sebagai

alat ukur diuji validitasnya dan butir pernyataan dianggap sah jika r hitung >

r tabel. Uji validitas diterapkan pada 30 sampel dengan taraf signifikansi 5%

yang menghasilkan nilai r tabel yaitu 0,361. Uji validitas dilakukan pada

sampel yang berbeda di lokasi penelitian yang sama.

Tabel 4.4 Uji Validitas

Variabel Item r Hitung r Tabel Keterangan

Kondisi Fisik A1 0,976 0,361 Valid

A2 0,790 0,361 Valid

A3 0,694 0,361 Valid

A4 0,865 0,361 Valid

A5 0,636 0,361 Valid

A6 0,865 0,361 Valid

Peran B1 0,740 0,361 Valid

Kelembagaan B2 0,678 0,361 Valid

B3 0,487 0,361 Valid

Kapasitas C1 0,759 0,361 Valid

Pegawai C2 0,406 0,361 Valid

Puskesmas C3 0,850 0,361 Valid


52

Hubungan D1 0,683 0,361 Valid

Eksternal D2 0,779 0,361 Valid

D3 0,806 0,361 Valid

D4 0,991 0,361 Valid

Keterpaparan E1 0,564 0,361 Valid

Terhadap
E2 0,564 0,361 Valid
Bencana
E3 0,000 0,361 Tidak Valid

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan, didapati bahwa item

E3 tidak valid sehingga dikeluarkan dari daftar pertanyaan. Hal tersebut

mengarahkan bahwa item pertanyaan penelitian yang valid untuk digunakan

adalah sebanyak 18 item.

4.6 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indikator dalam melihat sejauh mana suatu

pengukuran dapat dihandalkan (Yusup, 2018). Penelitian ini menggunakan

uji reliabilitas dengan uji statistika Cronbach Alpha Coefficient melalui

software SPSS 25 yang akan menunjukan reliable atau tidak kuesioner ini.

Jika nilai Cornbach Alpha Coeffecient ≥ 0.60 maka kuesioner dinyatakan

sebagai reliabel (Ghozali, 2006).

Tabel 4.5 Uji Reliabilitas

Jumlah item r Alpha r Kritis Keterangan

18 0,922 0,6 Reliabel


53

4.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini dilakukan secara langsung

ataupun secara online terhadap pegawai Puskesmas Kota Depok. Cara

pengumpulan data tersebut menyesuaikan dengan kondisi yang diinginkan

oleh responden. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner

berupa google form kepada masing masing koordinator di Puskesmas, yang

nanti nya dari pihak koordinator Puskesmas akan menyebarluaskan kepada

seluruh pegawai yang ada di Puskesmas non kesehatan maupun kesehatan,

secara teknis responden yang di tuju akan membaca terlebih dahulu inform

consent yang sudah di cantumkan peneliti pada google form, setelah

responden setuju maka responden akan mengisi dan menjawab pertanyaan

pertanyaan yang ada pada kuesioner di google form tersebut, setelah data

terkumpul sesuai jumlah sampel yang telah ditentukan peneliti kemudian

memindahkan ke program komputer. Kuesioner terdiri dari beberapa

pernyataan untuk mengetahui pendapat/ persepsi responden mengenai

gambaran ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas dalam menghadapi

COVID-19 berkaitan dengan variabel kondisi fisik, peran kelembagaan,

kapasitas pegawai, hubungan eksternal, dan keterpaparan terhadap bencana.

4.8 Manajemen Data

Manajemen data adalah seperangkat prosedur untuk mengelola data

penelitian, dimulai dengan kegiatan pendataan, pengumpulan, pengolahan,

analisis, dan interpretasi data, dan diakhiri dengan penciptaan informasi

yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.

1. Data Coding
54

Kegiatan dalam memberikan kode untuk masing-masing

jawaban responden untuk mempermudah proses mengolah dan

menganalisa data selanjutnya. Adapun kode yang diberikan tertera pada

Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.6 Kode Variabel

No Variabel Kode

1. Kondisi fisik 0. Tidak

1. Ya

2. Peran kelembagaan 0. Tidak

1. Ya

3. Kapasitas Pegawai 0. Tidak

1. Ya

4. Hubungan eksternal 0. Tidak

1. Ya

5. Keterpaparan terhadap bencana 0. Tidak

1. Ya

a. Data Editing

Data yang telah dikumpulkan dilakukan pengecekan secara

ulang pada saat di lapangan untuk melihat kelengkapan data pada

kuesioner dan juga untuk memastikan kuesioner telah di isi oleh

responden sehingga tidak ada jawaban yang terlewat, selain itu juga

untuk memeriksa konsistensi pada data.

b. Data Entry
55

Tahap ini merupakan proses penambahan data ke dalam kolom

template yang telah dibuat pada Google Form untuk setiap

pertanyaan yang memiliki kode jawaban.

c. Data Cleaning

Langkah ini merupakan tahapan untuk menghilangkan

potensi kesalahan dari data. Setelah dilakukan penyaringan data,

dilakukan pengecekan data dengan melihat distribusi frekuensi dari

variabel yang akan diteliti kemudian dievaluasi rasionalitasnya.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada data yang hilang.

4.9 Analisis Data

Analisa data yang diterapkan pada penelitian ini adalah analisa

univariat untuk melihat gambaran faktor-faktor pada ketahanan pelayanan

kesehatan Puskesmas di Kota Depok terhadap pandemi COVID-19. Adapun

variabel yang diteliti dan dianalisis secara univariat yaitu kondisi fisik, peran

kelembagaan, kapasitas pegawai, hubungan eksternal, dan keterpaparan

terhadap bencana.

4.10 Etik Penelitian

Penelitian ini memperoleh persetujuan etik (ethical approval)

berdasarkan Komisi Etik Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 23 Desember 2022 dengan nomor persetujuan

Un.01/F.10/KP.01.1/KE.SP/12.08.011/2022.
56

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Depok adalah salah satu kota yang menjadi bagian dari Provinsi

Jawa Barat, Indonesia. Kota Depok secara astronomis terletak pada

koordinat: 6º19’00” – 6º28’00” Lintang Selatan dan 106º43’00” –

106º55’30” Bujur Timur. Luas wilayah Kota Depok yaitu 200,30 km2

dengan batas wilayah yang bersinggungan langsung dengan beberapa

kabupaten, kota, dan provinsi lain sebagai berikut:

a. Bagian Utara berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan,

Provinsi Banten dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta

b. Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede

Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan

Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan

Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor


57

Gambar 5.1 Kecamatan, Kelurahan, RW, RT dan Luas Wilayah


Kota Depok Tahun 2021

Sumber: Profil Kesehatan Kota Depok 2021

Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2007 Nomor 8 tentang

Pembentukan Kecamatan di Kota Depok mengarahkan Pemerintahan Kota

Depok terbagi menjadi 11 kecamatan yang meliputi Kecamatan Sawangan,

Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Cipayung,

Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Cilodong, Kecamatan Cimanggis,

Kecamatan Tapos, Kecamatan Beji, Kecamatan Limo dan Kecamatan

Cinere.
58

Gambar 5.2 Jumlah Penduduk Kota Depok Tahun 2018-2021


Menurut Jenis Kelamin

Sumber: Profil Kesehatan Kota Depok 2021

Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kota

Depok pada tahun 2021 berjumlah 2.490.030 jiwa dengan jenis kelamin

laki-laki sebanyak 1.253.666 jiwa dan perempuan sebanyak 1.236.364 jiwa.

Puskesmas di Kota Depok biasanya dapat dicapai dengan berjalan

kaki atau berkendara dengan jarak maksimum 5,5 km dan perjalanan

memakan waktu tidak lebih dari 25 menit. Pada tahun 2021 terdapat

sebanyak 38 Puskesmas di Kota Depok yang terdiri dari 9 Puskesmas rawat

inap, 10 Puskesmas mampu PONED (pelayanan obstetri dan neonatal) dan

28 Puskesmas non rawat inap. Puskesmas rawat inap mampu PONED di

Kota Depok yaitu Puskesmas Beji, Puskesmas Pancoran Mas, Puskesmas

Sukmajaya, Puskesmas Cimanggis, Puskesmas Tapos, Puskesmas

Kedaung, Puskesmas Bojongsari, Puskesmas Cinere, Puskesmas Ratujaya,

Puskesmas Cilodong. (Dinas Kesehatan Kota Depok, 2020b). Berdasarkan

informasi tersebut, penelitian ini dilakukan pada dua Puskesmas rawat inap

yaitu Puskesmas Sukmajaya dan Puskesmas Cilodong serta dua Puskesmas

non rawat inap yaitu Puskesmas Abadi Jaya dan Puskesmas Sawangan.
59

5.2 Gambaran Responden Penelitian

Karakteristik responden penelitian digambarkan berdasarkan jenis

kelamin, umur, dan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik n = 100 Persentase

Jenis Kelamin

Laki-laki 34 34%

Perempuan 66 66%

Umur

< 25 Tahun 8 8%

26 - 30 Tahun 39 39%

31 - 35 Tahun 40 40%

> 35 Tahun 13 13%

Pendidikan Terakhir

SMA/SMK/MA 7 7%

D3/D4 21 21%

S1 57 57%

S2 15 15%

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden

penelitian berjenis kelamin perempuan dengan persentase 66%. Sebagian

besar responden juga berumur 31 – 35 tahun dengan persentase 40%. Dari

tabel tersebut juga diketahui pendidikan terakhir yang paling banyak

merupakan tamatan S1 sebanyak 57%.


60

5.3 Gambaran Ketahanan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Dalam

Menghadapi Pandemi COVID-19

5.3.1 Kondisi Fisik

Gambaran variabel kondisi fisik ditampilkan pada Tabel 5.3

berikut.

Tabel 5.2 Gambaran Kondisi Fisik

Kondisi Fisik n %

Baik 83 83

Kurang Baik 17 17

Pernyataan responden dikelompokkan berdasarkan nilai

median sebagai cut off point dari total skor per variabel. Tabel 5.3

menampilkan sebesar 83% jawaban responden termasuk ke dalam

kategori baik. Sedangkan 17% responden menjawab sebagai

kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa menurut sebagian besar

responden, ketahanan kondisi fisik pelayanan kesehatan

Puskesmas Kota Depok dalam menghadapi pandemi COVID-19

adalah baik.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Kondisi Fisik

Ya Tidak
No Pernyataan
n % n %

Seluruh pelayanan yang terdapat 87 87 13 13


A1
di Puskesmas tetap dapat diakses
61

masyarakat dalam kondisi

pandemi COVID-19

Puskesmas memiliki sistem 89 89 11 11

ventilasi disetiap ruangan untuk

pertukaran udara pada gedung


A2
Puskesmas (misalnya: kipas

angin yang diarahkan ke arah

luar pintu ruangan)

Puskesmas mengatur jaga jarak 90 90 10 10

aman dalam berinteraksi

A3 minimal 1 – 2 meter pada ruang

tunggu, ruang pelayanan, dan

lainnya

Puskesmas menyediakan dan 87 87 13 13

menggunakan secara rutin alat


A4
dekontaminasi seperti

disinfektan atau handsanitizer

Puskesmas menyediakan sarana 93 93 7 7

cuci tangan seperti wastafel

dengan air mengalir dan sabun

A5. cair yang masih berfungsi

dengan baik dan digunakan

setiap pasien sebelum memasuki

gedung Puskesmas
62

Pegawai Puskesmas yang 87 87 13 13

berisiko terpajan dengan pasien

atau material infeksius

A6. menggunakan alat pelindung diri

(APD) dengan baik mulai dari

pemakaian sampai dengan

pelepasan sesuai pedoman

Tabel 5.4 menunjukkan distribusi pernyataan responden

terhadap variabel kondisi fisik yang mendapati bahwa sebanyak

87% responden menjawab ya untuk pertanyaan seluruh pelayanan

Puskesmas tetap dapat diakses masyarakat dalam kondisi pandemi

COVID-19, Puskesmas menyediakan dan menggunakan secara

rutin alat dekontaminasi, dan pegawai Puskesmas memakai APD

sesuai dengan pedoman. Adapun 89% responden memilih ya untuk

pertanyaan Puskesmas memiliki sistem ventilasi di setiap ruangan.

Sebanyak 90% responden juga menjawab Ya terhadap pertanyaan

Puskesmas mengatur jaga jarak aman dalam berinteraksi. Selain

itu, sebanyak 93% responden juga memilih jawaban Ya untuk

pertanyaan adanya sarana cuci tangan di Puskesmas.

5.3.2 Peran Kelembagaan

Gambaran variabel peran kelembagaan ditampilkan pada

Tabel 5.5 berikut.


63

Tabel 5.4 Gambaran Peran Kelembagaan

Peran kelembagaan n %

Baik 88 88

Kurang Baik 12 12

Tabel 5.5 menunjukkan sebanyak 88% jawaban responden

untuk variabel peran kelembagaan termasuk ke dalam kategori

baik. Sedangkan 12% responden menjawab sebagai kurang baik.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut

sebagian besar responden, ketahanan peran kelembagaan

pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok dalam menghadapi

pandemi COVID-19 adalah baik.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Variabel Peran Kelembagaan

Ya Tidak
Item Pernyataan
n % n %

Puskesmas menjalankan 90 90 10 10

pelayanan dengan mengikuti

petunjuk teknis pelayanan


B1.
Puskesmas pada masa pandemi

COVID-19 yang disusun oleh

Kementerian Kesehatan RI
64

Puskesmas memiliki sistem 91 91 9 9

komunikasi dan transportasi

B2. untuk menunjang pemeriksaan

spesimen COVID-19 ke

laboratorium

Puskesmas menggunakan 97 97 3 3

sistem manajemen informasi

B3. untuk menunjang jalannya

pelayanan kesehatan di kondisi

pandemi COVID-19

Berdasarkan Tabel 5.6 yang menunjukkan jawaban

responden terhadap variabel peran kelembagaan bahwa sebanyak

90% responden menjawab Ya untuk pertanyaan Puskesmas

menjalankan pelayanan selama masa pandemi mengacu pada

petunjuk teknis. Adapun sebanyak 91% responden memilih

jawaban Ya terhadap pertanyaan Puskesmas memiliki sistem

komunikasi dan transportasi untuk menunjang pemeriksaan

spesimen COVID-19 ke laboratorium. Selain itu, 97% responden

menjawab Ya bahwa Puskesmas menggunakan sistem manajemen

informasi untuk menunjang jalannya pelayanan kesehatan di

kondisi pandemi COVID-19.


65

5.3.3 Kapasitas Pegawai Puskesmas

Gambaran variabel kapasitas pegawai ditampilkan pada

Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.6 Gambaran Kapasitas Pegawai

Kapasitas Pegawai n %

Baik 83 83

Kurang Baik 17 17

Pernyataan responden dikelompokkan berdasarkan nilai

median sebagai cut off point dari total skor per variabel. Tabel 5.7

menampilkan untuk variabel kapasitas pegawai sebesar 83%

jawaban responden termasuk ke dalam kategori baik. Sedangkan

17% responden menjawab sebagai kurang baik. Hal ini

menunjukkan bahwa menurut sebagian besar responden, ketahanan

kapasitas pegawai pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok

dalam menghadapi pandemi COVID-19 adalah baik.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Variabel Kapasitas Pegawai

Puskesmas

Ya Tidak
No Pernyataan
n % n %

Puskesmas masih secara rutin 88 88 12 12

C1. melakukan peningkatan kapasitas

internal petugas Puskesmas


66

melalui pembekalan/pelatihan

terkait pelayanan kesehatan di

Puskesmas dalam kondisi

COVID-19

Terdapat Tim Gerak Cepat 95 95 5 5

(TGC) COVID-19 yang

bertanggung jawab merumuskan


C2.
rencana kesiapsiagaan, respon

dan penanggulangan kondisi

pandemi COVID-19

Kepala Puskesmas melakukan 87 87 13 13

peninjauan ulang pembagian

tugas SDM/petugas Puskesmas

C3. dengan mempertimbangkan

resiko tertular COVID-19 seperti

keberadaan penyakit komorbid,

usia petugas dan lain sebagainya

Hasil pada Tabel 5.8 menunjukkan jawaban terhadap

variabel kapasitas pegawai bahwa terdapat sebanyak 88%

responden yang menjawab Ya pada pertanyaan Puskesmas masih

secara rutin melakukan pembekalan atau pelatihan terkait

pelayanan kesehatan dalam kondisi COVID-19. Selain itu juga

sebanyak 95% menjawab Ya dengan pertanyaan bahwa Terdapat


67

Tim Gerak Cepat (TGC) COVID-19 di Puskesmas. Adapun

sebanyak 87% dari responden menjawab Ya untuk pertanyaan

bahwa Kepala Puskesmas melakukan peninjauan ulang pembagian

tugas SDM/petugas Puskesmas.

5.3.4 Hubungan Eksternal

Gambaran variabel hubungan eksternal digambarkan pada

Tabel 5.9 berikut.

Tabel 5.8 Gambaran Hubungan Eksternal

Hubungan
n %
Eksternal

Baik 84 84

Kurang Baik 16 16

Tabel 5.9 menunjukkan sebanyak 84% jawaban responden

untuk variabel hubungan eksternal termasuk ke dalam kategori

baik. Sedangkan 16% responden menjawab sebagai kurang baik.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut

sebagian besar responden, ketahanan hubungan eksternal

pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok dalam menghadapi

pandemi COVID-19 adalah baik.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Variabel Hubungan Eksternal

No Pernyataan Ya Tidak
68

n % n %

Puskesmas selalu melibatkan 90 90 10 10

masyarakat dalam kegiatan

promosi kesehatan dan

pemberdayaan keluarga
D1.
dalam pencegahan COVID-19

seperti Survei Mawas Diri

(SMD) dan Musyawarah

Masyarakat Desa (MMD)

Puskesmas masih secara rutin 87 87 13 13

memberikan edukasi terkait

kondisi pandemi COVID-19

kepada masyarakat seperti

cara pencegahan di level


D2.
individu, keluarga dan

masyarakat, kelompok rentan

yang disebarluaskan melalui

grup Whatsapp, poster, stiker,

spanduk, dan baliho

Puskesmas melakukan upaya 89 89 11 11

komunikasi, koordinasi, dan

D3. kolaborasi dengan

stakeholder seperti kader,

tokoh masyarakat, tokoh


69

agama, dan ormas untuk

menghadapi kondisi pandemi

COVID-19

Puskesmas mendapatkan 84 84 16 16

dukungan dana dari

D4. pemerintah atau lembaga

lainnya dalam menghadapi

kondisi pandemi COVID-19

Berdasarkan Tabel 5.10 memperlihatkan jawaban responden

terhadap variabel hubungan eksternal yang menemukan bahwa

sebanyak 90% responden menjawab Ya bahwa Puskesmas selalu

melibatkan masyarakat dalam kegiatan promosi kesehatan dan

pemberdayaan keluarga dalam pencegahan COVID-19. Adapun

didapati sebanyak 87% responden menjawab Ya untuk pertanyaan

Puskesmas masih secara rutin memberikan edukasi terkait kondisi

pandemi COVID-19 kepada masyarakat. Selain itu, sebanyak 89%

responden juga menjawab Ya bahwa Puskesmas melakukan upaya

komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi dengan stakeholder untuk

menghadapi kondisi pandemi COVID-19. Tabel tersebut juga

menunjukkan sebanyak 84% responden menjawab ya untuk

pertanyaan Puskesmas mendapatkan dukungan dana dari

pemerintah atau lembaga lainnya dalam menghadapi kondisi

pandemi COVID-19.
70

5.3.5 Keterpaparan Terhadap Bencana

Gambaran variabel keterpaparan terhadap bencana

digambarkan pada Tabel 5.11 berikut.

Tabel 5.10 Gambaran Keterpaparan Terhadap Bencana

Keterpaparan
n %
Terhadap Bencana

Baik 81 81

Kurang Baik 19 19

Tabel 5.11 menggambarkan sebanyak 81% jawaban

responden termasuk ke dalam kategori baik. Sedangkan 19%

responden menjawab sebagai kurang baik. Hal ini menunjukkan

bahwa menurut sebagian besar responden, ketahanan keterpaparan

terhadap bencana pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok

dalam menghadapi pandemi COVID-19 adalah baik.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Variabel Keterpaparan Terhadap

Bencana

Ya Tidak
No Pernyataan
n % n %

Puskesmas melakukan 93 93 7 7

E1. identifikasi risiko dari kondisi

pandemi COVID-19 terhadap


71

pelayanan kesehatan di

Puskesmas

Puskesmas berdekatan dengan 86 86 14 14

laboratorium pemeriksa
E2.
spesimen dan fasilitas kesehatan

rujukan COVID-19

Hasil pada Tabel 5.12 menunjukkan jawaban terhadap

variabel keterpaparan terhadap bencana bahwa terdapat sebanyak

93% responden yang menjawab Ya pada pertanyaan Puskesmas

melakukan identifikasi risiko dari kondisi pandemi COVID-19.

Adapun sebanyak 86% dari responden menjawab Ya untuk

pertanyaan bahwa Puskesmas berdekatan dengan laboratorium

pemeriksa spesimen dan fasilitas kesehatan rujukan COVID-19.


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menerapakan teknik non-probability sampling yang

didasari populasi penelitian sangat besar dan secara geografis tersebar

luas. Hal ini menyebabkan tingkat generalisasinya rendah dan kurang

merepresentasikan seluruh populasi.

2. Penelitian ini menemukan adanya perbedaan penalaran dan

pemahaman pada masing-masing responden terhadap Puskesmas yang

dinilai dapat menimbulkan potensi bias karena jawaban tidak

menunjukkan keadaan sebenarnya.

3. Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir untuk konteks bencana

alam sehingga peneliti menyesuaikan kerangka untuk pada bencana

non-alam yaitu pandemi COVID-19.

72
73

6.2 Gambaran Ketahanan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Dalam

Menghadapi Pandemi COVID-19

Ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas dalam menghadapi

pandemi COVID-19 merupakan kemampuan Puskesmas untuk tangguh

dalam mempertahankan pelayanan Puskesmas dengan melakukan adaptasi

terhadap kondisi pandemi COVID-19 sesuai dengan petunjuk teknis

pelayanan Puskesmas pada masa pandemi COVID-19 yang disusun oleh

Kementerian Kesehatan RI. Secara umum, ketahanan atau resilensi

merupakan kapasitas yang membuat individu maupun organisasi mampu

untuk beradaptasi dengan baik terhadap keadaan yang menekan sehingga

individu mampu untuk pulih dan berfungsi secara optimal.

Hasil penelitian mendapati bahwa masing-masing variabel

ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas di Kota Depok dalam

menghadapi pandemi COVID-19 menunjukkan hasil yang baik yaitu

kondisi fisik (83%), peran kelembagaan (88%), kapasitas pegawai (83%),

hubungan eksternal (84%), dan keterpaparan terhadap bencana (81%).

Temuan yang baik tersebut dinilai karena dipengaruhi waktu pelaksanaan

penelitian yaitu pada tahun 2022 di mana kondisi pandemi COVID-19

terkendali. Positivity rate pada pertengahan tahun 2022 di Kota Depok

adalah 2,71 dan laju transmisi/penyebaran sebesar 4,73 per 100 ribu

penduduk per minggu. Data tersebut menggambarkan bahwa kondisi

COVID-19 terkendali yang ditandai dengan angka positivity rate < 5% dan

laju transmisi < 20 per 100 ribu penduduk per minggu (Dinas Kesehatan

Kota Depok, 2022).


74

Untuk dapat mempertahankan ketahan sistem kesehatan diperlukan

sebuah pengawasan yang baik. Dinas Kesehatan Kota Depok membuat

kegiatan Sosialisasi Tata Laksana dan Monitoring Evaluasi bagi petugas

Puskesmas, sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para

petugas kesehatan dalam mendeteksi kasus COVID-19 di wilayah kerja nya

(Dinas Kesehatan Kota Depok, 2021). Sama hal nya di wilayah lain Karo et

al. (2021) menyebutkan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi di berbagai tempat untuk

menilai tingkat kemampuan pelaksanaan promosi kesehatan dan adaptasi

terhadap perubahan kondisi akibat COVID-19. Kegiatan tersebut juga

dilakukan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu yang melakukan perencanaan

kegiatan supervisi, pemantauan, dan evaluasi sebanyak dua kali dalam

setahun (Fitri and Helda, 2020). Upaya pemantauan dan evaluasi perlu

secara rutin dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Depok terhadap

Puskesmas di Kota Depok untuk memastikan ketahanan yang sudah baik

tersebut.

6.3 Gambaran Ketahanan Kondisi Fisik Pelayanan Kesehatan Puskesmas

Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

Hasil temuan menunjukkan bahwa sebesar 83% ketahanan kondisi

fisik pelayanan Puskesmas di Kota Depok dalam menghadapi pandemi

COVID-19 adalah baik sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelayanan

Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19 dengan menerapkan sistem

ventilasi, mengatur jaga jarak, memanfaatkan alat dekontaminasi,

menyediakan sarana cuci tangan, dan pegawai Puskesmas menggunakan


75

alat pelindung diri (APD). Kondisi fisik merupakan ukuran kemampuan

Puskesmas untuk memberikan pelayanan yang efisien dan berkualitas tinggi

yang dalam hal ini kaitannya dengan lokasi, aksesibilitas, desain bangunan,

serta fasilitas dan peralatan (Oktari and Kurniawan, 2016). Temuan tersebut

sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Santosa (2020)

yang mendapatkan persentase di atas 87% untuk kesiapsiagaan sarana

prasarana Puskesmas dalam menghadapi pandemi.

Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, Puskesmas menjadi

garda utama sehingga pada kondisi bencana seperti pandemi sekalipun,

Puskesmas harus tetap dapat beroperasi dan memiliki fasilitas yang

diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan

(WHO, 2022). Ketahanan kondisi fisik Puskesmas di Kota Depok dalam

keadaan pandemi COVID-19 tidak hanya berkaitan dengan fungsinya

sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, namun juga berkaitan

dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas.

Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi

COVID-19 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI (2020c)

mengarahkan Puskesmas harus melakukan kehati-hatian dengan

menekankan pada menjaga higienitas tangan yang baik, menggunakan alat

pelindung diri (APD), menempatkan pasien di area berventilasi,

membersihkan peralatan perawatan pasien, dan sejumlah faktor lainnya. Hal

ini dapat diterapkan melalui peran aktif seluruh pegawai Puskesmas untuk

terus melakukan promosi kesehatan pada pengunjung Puskesmas maupun

warga di wilayah kerja Puskesmas untuk tetap menerapkan upaya


76

pencegahan penyebaran COVID-19. Puskesmas di Kota Depok perlu

memperhatikan sarana cuci tangan yang terdapat di wilayah kerja

Puskesmas seperti memperbaiki westafel yang sudah rusak, menyediakan

sabun cuci tangan, agar masyarakat tetap menjalankan salah satu anjuran

protokol kesehatan yaitu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

sebelum masuk ke dalam Puskesmas.

Widiantari dan Ulandari (2022) menyebutkan bahwa upaya promosi

kesehatan yang dicanangkan oleh Puskesmas II Denpasar untuk

meningkatkan pelayanan di ruang internet dengan menggunakan berbagai

platform media sosial, antara lain Instagram, serta melalui media berupa

flyer yang diberikan kader jumantik saat turun ke lapangan. Kewaspadaan

ini perlu dipertahankan meskipun pandemi sudah berjalan lebih dari dua

tahun karena hal tersebut merupakan upaya pencegahan dan pengendalian

infeksi di Puskesmas di Kota Depok.

6.4 Gambaran Ketahanan Peran Kelembagaan Pelayanan Kesehatan

Puskesmas Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

Hasil temuan menunjukkan bahwa sebesar 88% ketahanan peran

kelembagaan pelayanan Puskesmas di Kota Depok dalam menghadapi

pandemi COVID-19 adalah baik sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelayanan

Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19 milik Kementerian Kesehatan

(2021) dan Kerangka Pengukuran Perawatan Kesehatan Primer dari WHO

(2022) dengan menerapkan petunjuk teknis sebagai dasar pelayanan,

memiliki sistem komunikasi dan transportasi untuk pengiriman spesimen,

dan memanfaatkan sistem manajemen informasi. Peran kelembagaan adalah


77

untuk menilai seberapa baik ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas

untuk menangani situasi darurat melalui manajemen dan perencanaan

(Oktari and Kurniawan, 2016). Penelitian sebelumnya yang dilakukan

Hasanah et al. (2021) di Puskesmas Margahayu Selatan yang berada di

wilayah Kabupaten Bandung mendapati persentase sebesar 98,1% untuk

kebijakan Puskesmas selama pandemi COVID-19 sudah sejalan dengan

kebijakan pemerintah.

Prioritas pertama yang perlu diperhatikan untuk memastikan risiko

bencana adalah peran kelembagaan. Kementerian Kesehatan menerbitkan

Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19

sebagai pedoman Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan di kondisi

bencana dengan berbagai risikonya. Puskesmas dapat menggunakan sistem

informasi untuk memberikan pelayanan kesehatan selama pandemi dengan

menggunakan sistem pemantauan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan,

seperti sistem monitoring kesehatan ibu dan anak (m-KIA) atau pemantauan

melalui platform aplikasi pesan singkat (Kementerian Kesehatan RI, 2021).

Sistem Infromasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) juga dapat digunakan

untuk memantau keberlangsungan penyelenggaraan pelayanan kesehatan

dalam situasi pandemi COVID-19.

6.5 Gambaran Ketahanan Kapasitas Pegawai Pelayanan Kesehatan

Puskesmas Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

Hasil temuan menunjukkan bahwa sebesar 83% ketahanan kapasitas

pegawai Puskesmas pelayanan Puskesmas di Kota Depok dalam

menghadapi pandemi COVID-19 adalah baik sesuai dengan Petunjuk


78

Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19 milik

Kementerian Kesehatan (2021) dan Kerangka Pengukuran Perawatan

Kesehatan Primer dari WHO (2022) dengan melakukan

pembekalan/pelatihan pada petugas, menjalankan Tim Gerak Cepat, dan

melakukan peninjauan ulang pembagian tugas pada pelayanan Puskesmas.

Kapasitas pegawai merupakan variabel yang mengevaluasi komponen

tenaga kesehatan yang mampu menangani situasi krisis dan melihat pada

sistem komando kejadian darurat, tim gerak cepat, dan organisasi bencana

(Oktari and Kurniawan, 2016). Jika dibandingkan dengan penelitian Santosa

(2020) yang menemukan persentase 84,3% untuk kesiapsiagaan sumber

daya manusia (SDM) di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat

pertama dalam menghadapi pandemi, hasil penelitian ini mendapatkan

persentase yang sedikit lebih rendah.

WHO mendukung pelatihan petugas kesehatan pada sebagian besar

situasi tanggap darurat seperti kondisi pandemi COVID-19. Pelatihan yang

dimaksud berkaitan dengan komunikasi risiko, manajemen informasi seperti

penilaian risiko, surveilans, serta pencegahan dan pengendalian penyakit

(WHO, 2017). Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi

COVID-19 dari Kementerian Kesehatan RI (2020c) menyebutkan bahwa

Puskesmas dapat melakukan perubahan terhadap pengelolaan sumber daya

manusia (SDM) dengan menilai kembali tugas pegawai Puskesmas sesuai

dengan kondisi Puskesmas dengan tetap memperhatikan kemampuan

masing-masing petugas dalam melaksanakan tugasnya serta

mempertimbangkan risiko tertular COVID-19 seperti usia, komorbid, dan


79

faktor lainya. Kebijakan tersebut lebih lanjut mengatur bahwa pegawai

Puskesmas harus meningkatkan kapasitas internal terkait situasi pandemi,

termasuk teknik penularan COVID-19, modifikasi pemberian layanan,

pemisahan fisik, pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), dan lain-lain

(Kementerian Kesehatan RI, 2020b).

Pelatihan pegawai Puskesmas di Kota Depok dilakukan sebagai

upaya meningkatkan kemampuan kerja dan mengembangkan keterampilan

yang berdampak pada kapasitas pegawai Puskesmas dalam jangka panjang.

Fitri and Helda (2020) menyebutkan bahwa pegawai khususnya petugas

surveilans Puskesmas Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu mendapatkan

pelatihan Tim Gerak Cepat (TGC) dan pelatihan suveilans epidemiologi.

Adapun sosialisasi yang diterima petugas surveilans Puskesmas adalah

tentang pengunaan aplikasi New All Record, Antigen dan Silacak. Adapun

setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas II Denpasar Barat wajib

mendapatkan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat

keahlian masing-masing melalui pertemuan daring dalam bentuk webinar

sebagai upaya peningkatan pengetahuan demi pelayanan di masa pandemi

(Widiantari and Ulandari, 2022). Berdasarkan hal tersebut, petugas

Puskesmas di Kota Depok perlu mengikuti pelatihan maupun sosialisasi

untuk meningkatkan kapasitas internal dan memastikan ketahanan kapasitas

pegawai pelayanan kesehatan Puskesmas mengingat perkembangan kondisi

pandemi COVID-19 yang diiringi dengan berbagai pengetahuan baru yang

perlu diketahui pegawai Puskesmas di Kota Depok.


80

6.6 Gambaran Ketahanan Hubungan Eksternal Pelayanan Kesehatan

Puskesmas Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

Hasil temuan menunjukkan bahwa sebesar 84% ketahanan

hubungan eksternal pelayanan Puskesmas di Kota Depok dalam

menghadapi pandemi COVID-19 adalah baik sesuai dengan Petunjuk

Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19 milik

Kementerian Kesehatan (2021) dan Kerangka Pengukuran Perawatan

Kesehatan Primer dari WHO (2022) dengan melibatkan masyarakat dalam

kegiatan promosi kesehatan, memberikan edukasi, melakukan koordinasi

dengan stakeholder, serta memperoleh dukungan dari masyarakat dengan

mengikuti kegiatan yang di adakan pihak Puskesmas. Hubungan eksternal

merupakan pertimbangan pada berbagai aspek interaksi antara Puskesmas

dan masyarakat, kolaborasi dengan pemangku kepentingan, dan bantuan

dalam mengamankan pendanaan dari pemangku kepentingan (Oktari and

Kurniawan, 2016).

Pengelolaan hubungan dengan pemangku kepentingan eksternal

sangat penting dalam keadaan krisis seperti pandemi COVID-19 untuk

dapat menjalankan pelayanan kesehatan seefektif mungkin. Merujuk pada

Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa Pandemi COVID-19 dari

Kementerian Kesehatan RI (2020c), peningkatan penerapan protokol

kesehatan di masyarakat dapat diupayakan Puskesmas melalui metode

perubahan perilaku dan komunikasi risiko lintas sektor dengan stakeholder

maupun masyarakat.
81

Partisipasi masyarakat dalam strategi pencegahan COVID-19 yang

efektif dan sesuai sangat penting untuk menghentikan perkembangan

penyakit ini. Puskesmas bekerja sama dengan masyarakat merupakan

intervensi pencegahan yang efektif. Muin et al. (2022) memaparkan bahwa

pelatihan yang diberikan kepada kader PKK di Kota Jambi berkaitan dengan

penerapan protokol kesehatan sampai dengan terkait vaksinasi Covid-19.

Sebagai upaya mendorong Kader PKK untuk terus mengedukasi masyarakat

agar mematuhi protokol kesehatan secara tepat, kegiatan edukasi juga

disertai dengan pemasangan brosur kesehatan dan pengadaan beberapa

tempat cuci tangan di beberapa tempat keramaian seperti pasar dan ruang

pertemuan. Sebagai alternatif, Rosidin et al. (2021) menyebutkan bahwa

upaya peningkatan persepsi, sikap, dan perilaku dari tokoh masyarakat di

Kabupaten Garut melalui edukasi daring yang kemudian diharapkan dapat

disebarluaskan kepada masyarakat di wilayahnya. Berdasarkan paparan

tersebut, petugas Puskesmas harus secara teratur memberikan dukungan dan

arahan edukasi kepada pihak luar di tingkat kelurahan atau kecamatan

seperti kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, PKK, maupun bidan

setempat.

6.7 Gambaran Ketahanan Keterpaparan Terhadap Bencana Pelayanan

Kesehatan Puskesmas Kota Depok dalam Menghadapi Pandemi

COVID-19

Hasil temuan menunjukkan bahwa sebesar 81% ketahanan

keterpaparan terhadap bencana pelayanan Puskesmas di Kota Depok dalam

menghadapi pandemi COVID-19 adalah baik sesuai dengan Petunjuk


82

Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19 milik

Kementerian Kesehatan (2021) dan Kerangka Pengukuran Perawatan

Kesehatan Primer dari WHO (2022) dengan melakukan identifikasi risiko

serta mempertimbangkan layanan berdasarkan jarak dengan laboratorium

pemeriksa spesimen. Keterpaparan terhadap bencana adalah pengukuran

yang meninjau dampak bencana dan kondisi lingkungan di sekitar

Puskesmas (Oktari and Kurniawan, 2016).

Pemahaman terkait dampak bencana merupakan salah satu bentuk

ketahanan pelayanan kesehatan Puskesmas dalam menghadapi situasi

bencana kesehatan seperti pandemi COVID-19. Salah satu bentuk

identifikasi Puskesmas terhadap dampak bencana adalah Puskesmas dapat

menunda sejumlah layanan dikarenakan terjadinya keterbatasan sumber

daya sehingga dapat mencurahkan tenaga yang ada untuk fokus memerangi

COVID-19. Keputusan penundaan dilakukan dengan mengidentifikasi

tingkat bahaya penularan dan pengurangan paparan masyarakat dan petugas

Puskesmas (Kementerian Kesehatan RI, 2021).

Peninjauan lingkungan sekitar Puskesmas di Kota Depok dalam

kondisi COVID-19 ini berkaitan dengan jarak antara Puskesmas dengan

laboratorium pemeriksaan spesimen. Idealnya, mekanisme koordinasi

bidang kesehatan dibentuk dan dikelola oleh Kementerian Kesehatan serta

membentuk dan mengawasi sistem koordinasi bidang kesehatan (WHO,

2017). Uji laboratorium Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)

digunakan untuk pemeriksaan diagnosis kasus COVID-19. Waktu

pengiriman merupakan rentang waktu sejak pengambilan spesimen sampai


83

dengan diterima laboratorium. Waktu tunggu yang dimaksud dalam hal ini

adalah kriteria suatu daerah dalam penggunaan RDT-Ag menyesuaikan

dengan waktu dari spesimen diterima laboratorium sampai keluar hasil

mempertimbangkan kondisi akses dan kecepatan terhadap NAAT di

wilayah tersebut. Lonjakan kasus dapat mempengaruhi kriteria suatu daerah

dalam pengujian NAAT (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Berdasarkan

hal tersebut, jarak antara Puskesmas dengan laboratorium yang memeriksa

spesimen perlu diperhatikan. Perbedaan jarak antara laboratorium

pemeriksa spesimen dengan berbagai Puskesmas di wilayah Kota Depok

mempengaruhi jam pelayananan pengambilan spesimen atau swab untuk

memenuhi kriteria pengujian NAAT.

6.8 Kajian KeIslaman

Islam adalah agama yang menyempurnakan ajaran-ajaran

sebelumnya mengenai kehidupan. Berbagai ajaran yang ada di dalam Islam

berguna dalam meningkatkan kehidupan orang-orang yang

mengamalkannya. Salah satunya yaitu Rasulullah SAW mengingatkan

umatnya untuk tetap berjuang dalam menghadapi kondisi wabah dalam HR

Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid:

‫صلّى ّ ه‬
‫َللا َرسُو ُل قَا َل‬ َ ُ‫َللا‬ َ ‫سلّ َم‬
ّ ‫علَ ْي هه‬ ّ ‫الرج هْز آ َيةُ ال‬
َ ‫طاعُو ُن َو‬ ِّ ‫َللاُ ا ْبت َ َلى ه‬
ّ ‫ع ّز‬ ً ‫هم ْن نَا‬
َ ‫سا هب هه َو َج ّل‬

َ ‫هم ْنهُ تَف ُّهروا فَ َل هب َها َوأ َ ْنت ُ ْم هبأ َ ْرض َوقَ َع َو هإذَا‬
َ ‫علَ ْي هه تَدْ ُخلُوا فَ َل به هه‬
‫سمه ْعت ُ ْم فَإهذَا هعبَا هد هه‬

Artinya: “Maka apabila kamu mendengar penyakit itu menjangkit di

suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu
84

berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari

daripadanya.”

Umat muslim perlu menjalani berbagai aspek kehidupan di jalan

yang benar. Siapa pun yang mengikuti petunjuk Allah pasti melakukannya

demi keselamatan dan kebahagiaannya sendiri. Sebaliknya, barang siapa

yang sesat dan mengingkari petunjuk Allah niscaya telah tersesat dari jalan

yang benar dan akan menderita kerugian karenanya. Hal ini sesuai dengan

Q.S. Al-Isra Ayat 15:

‫ض ّل َو َمن ۖ هلنَ ْف هس ههۦ يَ ْهتَدهى فَإهنّ َما ٱ ْهتَدَى ّم هن‬ ‫ع َل ْي َها يَ ه‬


َ ‫ض ُّل فَإهنّ َما‬ َ ۚ ‫هو ْز َر َو هاز َرة ت هَز ُر َو َل‬

‫ول نَ ْبعَثَ َحتّى ُمعَ هذِّ هبينَ كُنّا َو َما ۗ أ ُ ْخ َرى‬


ً ُ‫َرس‬

Artinya: “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah),

maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan

barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)

dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang

lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang

rasul.”
85

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Gambaran ketahanan pelayanan kesehatan di Kota Depok mendapatkan

hasil yang baik karena penelitian dilakukan pada saat pandemi COVID-

19 terkendali.

2. Sebesar 83% menyatakan bahwa Ketahanan kondisi fisik pelayanan

kesehatan Puskesmas Kota Depok dalam menghadapi pandemi

COVID-19 adalah baik

3. Sebesar 88%. menyatakan bahwa Ketahanan peran kelembagaan

pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok dalam menghadapi

pandemi COVID-19 adalah baik

4. Sebesar 83% menyatakan bahwa ketahanan kapasitas pegawai

pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok dalam menghadapi

pandemi COVID-19 adalah baik

5. Sebesar 84% menyatakan bahwa ketahanan hubungan eksternal

pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok dalam menghadapi

pandemi COVID-19 adalah baik

6. Sebesar 81% menyatakan bahwa ketahanan keterpaparan terhadap

bencana pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Depok dalam

menghadapi pandemi COVID-19 adalah baik


86

7.2 Saran

1. Puskesmas di Kota Depok perlu melakukan kegiatan pemantauan dan

evaluasi di berbagai tempat untuk menilai tingkat kemampuan

pelaksanaan dan adaptasi terhadap perubahan kondisi akibat COVID-

19.

2. Puskesmas perlu melakukan identifikasi berkaitan dengan jarak antara

Puskesmas dengan laboratorium pemeriksaan spesimen untuk

menyesuaikan jam pelayanan swab sehingga dapat memenuhi kriteria

pengujian NAAT (.Nucleic Acid Amplification Test)

3. Puskesmas di Kota Depok perlu memperhatikan sarana cuci tangan

yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas seperti memperbaiki westafel

yang sudah rusak, menyediakan sabun cuci tangan, agar masyarakat

tetap menjalankan salah satu anjuran protokol kesehatan yaitu mencuci

tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum masuk ke dalam

Puskesmas.

4. Petugas Puskesmas perlu mengikuti pelatihan maupun sosialisasi

mengingat perkembangan kondisi pandemi COVID-19 yang diiringi

dengan berbagai pengetahuan baru yang perlu diketahui pegawai

Puskesmas.

5. Petugas Puskesmas perlu secara teratur memberikan dukungan dan

arahan edukasi kepada berbagai pihak di tingkat kelurahan atau

kecamatan seperti kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, PKK,

maupun bidan setempat.


87

DAFTAR PUSTAKA

Andayani Bs, D. et al. (2021) ‘Regional Head Policies In The Republic Of


Indonesia During The Covid-19 Pandemic’, Administrative and
Environmental Law Review, 2(2), pp. 107–120. Available at:
https://doi.org/10.25041/aelr.v2i2.2454.
Dewi, A. et al. (2020) ‘Global policy responses to the COVID-19 pandemic:
Proportionate adaptation and policy experimentation: A study of country
policy response variation to the COVID-19 pandemic’, Health Promotion
Perspectives, 10(4), pp. 359–365. Available at:
https://doi.org/10.34172/hpp.2020.54.
Dinas Kesehatan Kota Depok (2020a) Covid-19 Kota Depok.
Dinas Kesehatan Kota Depok (2020b) Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2020.
Dinas Kesehatan Kota Depok (2021) Profil Kesehatan UPTD Puskesmas
Sukmajaya Tahun 2020.
Dinas Kesehatan Kota Depok (2022) Situasi Pandemi COVID-19 di Kota Depok
Terkendali. Available at: https://dinkes.depok.go.id/User/news/situasi-
pandemi-covid-19-di-kota-depok-terkendali.
Djalante, R. et al. (2020) ‘Review and analysis of current responses to COVID-19
in Indonesia: Period of January to March 2020’, Progress in disaster
science, 6(January).
Fitri, R.F. and Helda (2020) ‘Evaluasi Sistem Surveilans COVID-19 Di Kota
Bengkulu Provinsi Bengkulu Tahun 2021’, Journal of Nursing and Public
Health, 10(2), pp. 210–218.
Ghozali, I. (2006) Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Haldane, V. et al. (2021) ‘Health systems resilience in managing the COVID-19
pandemic: lessons from 28 countries’, Nature Medicine, 27(6), pp. 964–980.
Available at: https://doi.org/10.1038/s41591-021-01381-y.
Hasanah, Y. et al. (2021) ‘Implementasi Kebijakan Fungsi Puskesmas Selama
Pandemi Covid 19 Di Puskesmas Margahayu Selatan Kabupaten Bandung’,
Responsive, 3(4), p. 223. Available at:
https://doi.org/10.24198/responsive.v3i4.33339.
Huda, M.N. et al. (2021) ‘Nonalam Disaster Management Policy for The Spread of
Covid-19 in The Framework of Regional Autonomy (Central Java
Provincial Government Case Study)’, Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik, 9(2), pp. 71–82. Available at:
https://doi.org/10.21070/jkmp.v9i2.1578.
Karo, L.P.B. et al. (2021) ‘Peran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Sebagai
Lembaga Kesehatan Tingkat Daerah dalam Menangani Pandemi COVID-
88

19’, (November). Available at: https://www.researchgate.net/profile/Lia-


Karo/publication/357365016_Peran_Dinas_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Ti
mur_Sebagai_Lembaga_Kesehatan_Tingkat_Daerah_dalam_Menangani_
Pandemi_COVID-19/links/61ca8038b8305f7c4b07376c/Peran-Dinas-
Kesehatan-Provinsi-Jawa-Timu.
Kementerian Kesehatan RI (2012) ‘Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit yang
Aman dalam Situasi Darurat dan Bencana’, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, p. 58.
Kementerian Kesehatan RI (2020a) Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada
Masa Pandemi Covid-19, Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI (2020b) Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada
Masa Pandemi Covid-19, Kementerian Kesehatan RI. Available at:
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-19/petunjuk-teknis-
pelayanan-puskesmas-pada-masa-pandemi-covid-19/#.X6z9Be77TIU.
Kementerian Kesehatan RI (2021) Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada
Masa Pandemi COVID-19 Serial Kedua, Kementerian Kesehatan RI.
Kementrian PPN & Bappenas (2022) Buku Putih Reformasi Sistem Kesehatan
Nasional.
Kimhi, S. (2016) ‘Levels of resilience: Associations among individual, community,
and national resilience’, Journal of Health Psychology, 21(2), pp. 164–170.
Available at: https://doi.org/10.1177/1359105314524009.
Lailani, D. (2021) RESILIENCE DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19
DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG, TAHUN 2020,
Universitas Hasanuddin. Available at:
https://doi.org/10.26714/jkmi.17.1.2022.18-24.
Massetti, G.M. et al. (2022) ‘Summary of Guidance for Minimizing the Impact of
COVID-19 on Individual’, Morbidity and Mortality Weekly Report, 71(33),
pp. 1057–1064.
Muin, D. et al. (2022) ‘Pemberdayaan Kader Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) dalam Upaya Tertib Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
Covid-19’, Majalah Ilmiah UPI YPTK, 29(1), pp. 79–84. Available at:
https://doi.org/10.35134/jmi.v29i1.106.
Ndayishimiye, C. et al. (2022) ‘Associations between the COVID-19 Pandemic and
Hospital Infrastructure Adaptation and Planning—A Scoping Review’,
International Journal of Environmental Research and Public Health,
19(13). Available at: https://doi.org/10.3390/ijerph19138195.
Neenan, M. (2018) ‘What is resilience?’, Developing Resilience, pp. 1–18.
Available at: https://doi.org/10.4324/9781315189178-1.
Notoatmodjo, S. (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan.
Oktari, R.S. and Kurniawan, H. (2016) ‘Framework Ketahanan Puskesmas dalam
Menghadapi Bencana’, Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 16(1), pp. 44–52.
89

Available at: http://e-repository.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/5012.


Pan American Health Organization (2010) Health sector self-assessment tool for
disaster risk reduction, PAHO.
Pangoempia, S.J. et al. (2021) ‘Analisis Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap
Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Ranotana Weru Dan Puskesmas Teling
Atas Kota Manado’, Kesmas, 10(1), pp. 40–49.
Rianto, F. (2021) ‘ANALISIS PELAYANAN PADA MASA PANDEMI COVID-
19 DI PUSKESMAS PANGEAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI’,
Juhanperak, pp. 403–418.
Rosidin, U. et al. (2021) ‘Edukasi Daring Tentang Pencegahan Covid-19 Pada
Tokoh Masyarakat Desa Haurpanggung Kabupaten Garut’, Kumawula:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), p. 137. Available at:
https://doi.org/10.24198/kumawula.v4i1.32528.
Sabri, L. (2014) Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Salsabila, S. and Dhamanti, I. (2021) ‘Governmental Policies in Managing COVID-
19 Pandemic: Comparative Study Between Indonesia and Vietnam, Period
of January – March 2020’, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 12(1), pp.
1–11. Available at: https://doi.org/10.26553/jikm.2021.12.1.1-11.
Santosa (2020) ‘Kesiapsiagaan Wilayah pada Puskesmas sebagai Fasyankes
Tingkat Pertama dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Berdasarkan
Indikator SDM dan Sarana Prasarana’, Syntax Idea, 2(6). Available at:
https://jurnal.syntax-idea.co.id/index.php/syntax-idea/article/view/375.
Sidjabat, F.N. and Arthameivia, R.E. (2021) ‘Evaluation of COVID-19 surveillance
performance in The UPTD Puskesmas (Primary Public Healthcare) Pare,
Kediri Regency’, Journal of Health Epidemiology and Communicable
Diseases, 7(1), pp. 1–9.
Sugiyono (2016) Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Thomas, S. et al. (2020) Strengthening health systems resilience: Key concepts and
strategies, WHO. Available at:
https://apps.who.int/iris/handle/10665/332441%0Ahttps://apps.who.int/iris
/bitstream/handle/10665/332441/Policy-brief 36-1997-8073-eng.pdf.
Tong, T.M.T. et al. (2012) ‘Climate disaster resilience of the education sector in
Thua Thien Hue Province, Central Vietnam’, Natural Hazards, 63(2), pp.
685–709. Available at: https://doi.org/10.1007/s11069-012-0178-5.
United Nations (2016) United Nations plan of action on disaster risk reduction for
resilience, United Nations System Chief Executives Board for Coordination
(CEB). Available at:
https://www.preventionweb.net/files/49076_unplanofaction.pdf.
Utami, Y. et al. (2021) ‘Evaluasi Kesiapan Rumah Sakit Menghadapi Bencana
Non-Alam: Studi Kasus Covid-19 di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta’,
90

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 10(02), pp. 100–106. Available at:


https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/view/61686.
Wati, R. (2019) ‘No TitleΕΛΕΝΗ’, Αγαη, 8(5), p. 55.
WHO (2002) ‘Disasters & Emergencies Definitions’, WHO/EHA Training
package, (March), pp. 1–26. Available at:
http://apps.who.int/disasters/repo/7656.pdf.
WHO (2010) ‘Monitoring the Building Blocks of Health Systems : a Handbook of
Indicators and’, p. 110.
WHO (2017) Emergency Response Framework. World Health Organization.
WHO (2020) WHO Director-General’s opening remarks at the Mission briefing on
COVID-19 - 12 March 2020. Available at: https://www.who.int/director-
general/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-
mission-briefing-on-covid-19---12-march-2020.
WHO (2022) Primary health care measurement framework and indicators.
Geneva: World Health Organization.
Widiantari, N.M.P. and Ulandari, L.P.S. (2022) ‘Gambaran Pelaksanaan Pelayanan
Kesehatan Esensial Di Puskesmas II Denpasar Barat Pada Masa Pandemi
Covid-19’, Archive of Community Health, 9(1), p. 50. Available at:
https://doi.org/10.24843/ach.2022.v09.i01.p04.
Yusup, F. (2018) ‘Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif’,
Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1), pp. 17–23. Available
at: https://doi.org/10.18592/tarbiyah.v7i1.2100.
Zhong, S. et al. (2014) ‘Development of hospital disaster resilience: Conceptual
framework and potential measurement’, Emergency Medicine Journal,
31(11), pp. 930–938. Available at: https://doi.org/10.1136/emermed-2012-
202282.
91

LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

STUDI KUANTITATIF KETAHANAN PELAYANAN KESEHATAN


PUSKESMAS DI KOTA DEPOK DALAM MENGHADAPI PANDEMI
COVID-19 TAHUN 2022

Kepada

Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i

Dengan hormat,

Saya Venni Nurazizah mahasiswi S1 Kesehatan Masyarakat di Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang menyusun tugas
akhir/skripsi untuk memperoleh gelar sarjana dengan judul penelitian “Studi
Kuantitatif Ketahanan Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Kota Depok dalam
Menghadapi Pandemi COVID-19 Tahun 2022”.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk keperluan penelitian maka peneliti


meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu dan berkenan
memberikan jawaban pada kuesioner yang telah disediakan. Jawaban responden
merupakan informasi yang sangat berarti, oleh karena itu kelengkapan pengisian
kuesioner dan kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan sangat peneliti
harapkan. Identitas dan jawaban Bapak/Ibu/Saudara/I akan dirahasiakan, dan
hasilnya semata-mata digunakan dalam lingkup yang terbatas.

Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden yang telah
bersedia membantu dalam pengisian kuesioner ini.

Peneliti,

Venni Nurazizah

111810100000115
92

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

 Laki-Laki
 Perempuan
Umur :

 Dibawah 25 Tahun
 26-30 Tahun
 31-35 Tahun
 >35 Tahun
Pendidikan Terakhir :

 SMA/SMK/MA
 S1
 S2
 S3
 Lainnya

Petunjuk pengisian Kuesioner

Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini yang anda anggap paling cocok ( Satu
Jawaban Saja) terhadap pernyataan dibawah.

A. Kondisi Fisik

Alternatif Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
Seluruh pelayanan yang terdapat di Puskesmas

A1 tetap dapat diakses masyarakat dalam kondisi


pandemi COVID-19
93

Puskesmas memiliki sistem ventilasi disetiap


ruangan untuk pertukaran udara pada gedung
A2
Puskesmas (misalnya: kipas angin yang
diarahkan ke arah luar pintu ruangan)
Puskesmas mengatur jaga jarak aman dalam

A3 berinteraksi minimal 1-2 meter pada ruang


tunggu, ruang pelayanan, dan lainnya
Puskesmas menyediakan dan menggunakan

A4 secara rutin alat dekontaminasi seperti


disinfektan atau handsanitizer
Puskesmas menyediakan sarana cuci tangan
seperti wastafel dengan air mengalir dan sabun

A5. cair yang masih berfungsi dengan baik dan


digunakan setiap pasien sebelum memasuki
gedung Puskesmas
Pegawai Puskesmas yang berisiko terpajan
dengan pasien atau material infeksius

A6. menggunakan alat pelindung diri (APD) dengan


baik mulai dari pemakaian sampai dengan
pelepasan sesuai pedoman

B. Peran Kelembagaan

Alternatif Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
Puskesmas menjalankan pelayanan dengan
mengikuti petunjuk teknis pelayanan Puskesmas
B1.
pada masa pandemi COVID-19 yang disusun
oleh Kementerian Kesehatan RI
Puskesmas memiliki sistem komunikasi dan

B2. transportasi untuk menunjang pemeriksaan


spesimen COVID-19 ke laboratorium
94

Puskesmas menggunakan sistem manajemen

B3. informasi untuk menunjang jalannya pelayanan


kesehatan di kondisi pandemi COVID-19

C. Kapasitas Pegawai Puskesmas

Alternatif Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
Puskesmas masih secara rutin melakukan
peningkatan kapasitas internal petugas

C1. Puskesmas melalui pembekalan/pelatihan


terkait pelayanan kesehatan di Puskesmas dalam
kondisi COVID-19
Terdapat Tim Gerak Cepat (TGC) COVID-19
yang bertanggung jawab merumuskan rencana
C2.
kesiapsiagaan, respon dan penanggulangan
kondisi pandemi COVID-19
Kepala Puskesmas melakukan peninjauan ulang
pembagian tugas SDM/petugas Puskesmas

C3. dengan mempertimbangkan resiko tertular


COVID-19 seperti keberadaan penyakit
komorbid, usia petugas dan lain sebagainya

D. Hubungan Eksternal

Alternatif Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
Puskesmas selalu melibatkan masyarakat dalam
kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan

D1. keluarga dalam pencegahan COVID-19 seperti


Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD)
95

Puskesmas masih secara rutin memberikan


edukasi terkait kondisi pandemi COVID-19
kepada masyarakat seperti cara pencegahan di

D2. level individu, keluarga dan masyarakat,


kelompok rentan yang disebarluaskan melalui
grup Whatsapp, poster, stiker, spanduk, dan
baliho
Puskesmas melakukan upaya komunikasi,
koordinasi, dan kolaborasi dengan stakeholder

D3. seperti kader, tokoh masyarakat, tokoh agama,


dan ormas untuk menghadapi kondisi pandemi
COVID-19
Puskesmas mendapatkan dukungan dana dari

D4. pemerintah atau lembaga lainnya dalam


menghadapi kondisi pandemi COVID-19

E. Keterpaparan terhadap bencana

Alternatif Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
Puskesmas melakukan identifikasi risiko dari

E1. kondisi pandemi COVID-19 terhadap pelayanan


kesehatan di Puskesmas
Puskesmas berdekatan dengan laboratorium

E2. pemeriksa spesimen dan fasilitas kesehatan


rujukan COVID-19
96

Lampiran 3 Output Statistik


97
98
99
100
101
102
103
104

Lampiran 4 Etik Penelitian

Anda mungkin juga menyukai